UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NYSSA ADRIANA, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 4 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker NYSSA ADRIANA, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2012 ii

3 Tanggal :... iii

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, hikmat,dan kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dan menyusun laporan ini tepat waktu. PKPA dan laporan ini dapat terselesaikan juga atas dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Hj. Yenuarti Suaizi selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 2. Bapak Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 3. Ibu Dra. Dyan Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 4. Ibu Dr. Rani Sauriasari, S.Si, Apt., M.Sc., selaku pembimbing PKPA yang telah membantu dan memberikan bimbingan selama PKPA berlangsung. 5. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 6. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS, selaku ketua Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 8. Seluruh dosen dan staf tata usaha Departemen Farmasi, FMIPA UI atas waktu, dukungan semangat, dan ilmu yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. 9. Keluarga tercinta-mama, Papa, Nydia, dan keluarga besar atas doa, kasih sayang, dukungan, perhatian dan semangat untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker. iv

5 10. Rekan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, yang telah berbagi ilmu, pengalaman dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA. 11. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker, Departemen Farmasi, FMIPA UI selaku teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Depok, Februari 2012 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Instansi Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur... 6 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Seksi Sumber Daya Kesehatan Dasar Hukum Ruang Lingkup BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Perizinan sarana farmasi makanan dan minuman yang dilakukan oleh Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari- Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja). 50 Perizinan Tenaga Kesehatan yang dilakukan oleh Koordinator Tenaga Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja) 50 Hasil survei kepuasan pelanggan eksternal Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Periode Januari- Desember Nilai Persepsi, Interval Indeks Kepuasan Masyarakat, Interval Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan.. 52 vii

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 64 viii

9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif, pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan. Reformasi tersebut ditujukan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh Indonesia. Kendala yang masih dihadapi adalah pembangunan pelayanan kesehatan yang tidak merata, sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara terpadu dan berkesinambungan, yang meliputi sumber daya dan upaya kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003, 2003). Untuk terciptanya pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah berperan dalam membina, menyelenggarakan, mengatur, mengawasi setiap upaya kesehatan serta bertanggung jawab untuk melakukan pemerataan dan peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Hal tersebut mencakup ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan, baik fisik maupun sosial; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau; serta memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Saat ini, terdapat sistem otonomi daerah yang memungkinkan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah dengan harapan dapat terciptanya pemerataan pembangunan (Undang-undang No. 22 Tahun 1999, 1999). Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam bidang kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, 2000). Hal tersebut mendasari sistem pengaturan kesehatan di Provinsi DKI Jakarta (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku 1

10 2 Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Kepulauan Seribu. Sudinkes merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang bertujuan untuk memenuhi tugas dan tanggung jawab Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di setiap wilayah DKI Jakarta (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Sudinkes. Berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya, apoteker dapat melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana pelayanan dan tenaga kesehatan, khususnya dalam bidang farmasi. Apoteker perlu memiliki pemahaman yang cukup untuk memenuhi peran dan fungsi tersebut. Oleh sebab itu, mahasiswa Program Profesi Apoteker Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Sudinkes Jakarta Timur sebagai salah satu syarat kelulusannya dalam memperoleh gelar Apoteker. 1.2 Tujuan Pelaksanaan PKPA di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur, bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker: 1. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Sudinkes 2. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan 3. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap tenaga kesehatan, sarana pelayanan farmasi, dan standarnisasi mutu.

11 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Instansi Kesehatan Terdapat beberapa instansi pemerintah yang secara khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi: a. Kementerian Kesehatan Departemen Kesehatan melalui Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 berubah bentuk menjadi Kementerian Kesehatan (Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009, 2009). Kementerian Kesehatan merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional. b. Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). c. Suku Dinas Kesehatan Sudinkes adalah perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sudinkes dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). d. Puskesmas 3

12 4 Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Terdapat 18 kegiatan pokok Puskesmas, antara lain upaya pengobatan, upaya penanggulangan kecelakaan, dan pencatatan dan pelaporan kerangka sistem informasi kesehatan (Kemenkes RI, 2003). Jumlah Puskesmas di DKI Jakarta yang tercatat sampai saat ini sekitar unit Puskesmas Kecamatan dengan unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, unit Puskesmas Kelurahan, dan unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 76 Puskesmas Kelurahan. 2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya. Pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Sudinkes. Sudinkes Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada kota administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Sudinkes dipimpin oleh seorang Kepala

13 5 Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional bertanggung jawab kepada Walikota (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Sudinkes Kota Administrasi mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat sebagai berikut: a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB) e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian g. Pelaksanaan survei kesehatan h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kota administrasi m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan

14 6 lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup kota administrasi o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. 2.3 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Visi dan Misi Visi Sudinkes Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri dan Bermutu untuk semua (Sudinkes Jaktim, 2009) sedangkan misi Sudinkes Jakarta Timur untuk mencapai visi tersebut adalah: a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme sumber daya manusia (SDM) b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat

15 Sasaran Mutu Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Sudinkes Jakarta Timur adalah (Sudinkes Jaktim, 2009): a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100% terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100% terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja. d. Pelayanan perizinan sarana kesehatan 25 hari kerja. e. Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti. f. Kepuasan pelanggan 85% dipenuhi Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009): a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Subkelompok Jabatan Fungsional Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas: a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi, dan subkelompok jabatan fungsional c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi

16 8 pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Sudinkes dalam pelaksanaan administrasi umum Sudinkes. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas. k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan retribusi Sudinkes. l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha. m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas.

17 9 n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Sudinkes dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi. h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) k. Menyiapkan bahan laporan Sudinkes yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. l. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

18 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Sudinkes dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Melaksanakan siaga 24 jam/pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Meyiapkan bahan laporan Sudinkes yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Sudinkes dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di

19 11 bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman d. Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan. j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, took obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota administrasi p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan.

20 12 q. Menyiapkan bahan laporan Sudinkes yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Sudinkes dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji. e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah/swasta/masyarakat. h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi.

21 13 i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota administrasi. j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengeloalaan lingkungan/upaya pemantauan lingkungan. o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. q. Menyiapkan bahan laporan Sudinkes yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

22 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Sudinkes dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas (Undang-undang No. 25 Tahun 2009, 2009). Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan Minuman e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Sudinkes f. Pemantauan pemberantasan sarang nyamuk di wilayah kecamatan binaan. 3.2 Dasar Hukum Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut: a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. 14

23 15 h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat. j. Kepmenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. k. Permenkes No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. l. Kepmenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. n. Kepmenkes No. 149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. Permenkes No.1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. b. Kepmenkes No.889/MenKes/Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian. c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. d. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat. e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. f. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan.

24 16 g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis. j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undangundang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara. b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

25 17 Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat. 3.3 Ruang Lingkup Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu: a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman b. Koordinator Tenaga Kesehatan c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah: a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan depo obat/farmasi) b. Toko Obat c. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) e. Sertifikasi kelayakan olahan/produksi makanan minuman rumah tangga/ Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Apotek Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu:

26 18 a. Apotek Kerjasama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) sedangkan Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain). b. Apotek Profesi, adalah apotek yang APA juga sebagai PSA. c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, dimana terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat. Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik maupun non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian APA (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian PSA (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang

27 19 merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/wc. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Susinkes Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA. b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-menerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain. e. Surat izin kerja APA dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat.

28 20 Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap,1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat.

29 21 s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi: a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Sudinkes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dll. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta. Secara umum persyaratan izin depo obat/farmasi: a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku. c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum.

30 22 d. Fotokopi KTP DKI APA. e. Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat/farmasi. g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi. h. Ijazah/SIK asisten apoteker. i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup. j. NPWP perusahaan. k. Undang-Undang Gangguan (UUG). l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun. m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan. Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Sudinkes Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1-3 bulan, maka harus menunjuk apoteker supervisor. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat

31 23 penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selamalamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002) Apotek Rakyat Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh apotek rakyat adalah (Dinkes Provinsi, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, 2007): a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik. b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat

32 24 dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin. f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat. Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) : a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Sudinkes setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6.000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA d. Fotokopi izin domisili dari lurah e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, foto kopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun. f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00. g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar. i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00. j. Peta lokasi dan denah bangunan. k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00. l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai Rp.6000,00. m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00.

33 25 n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana. o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri dengan SK pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00. p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker. q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi. r. Rencana jadwal buka apotek. s. Daftar peralatan lainnya. t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi. u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000, Toko Obat Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Sudinkes Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002). Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain : a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat. c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM.

34 26 d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar. f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00. g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat. Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat

35 27 izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Menurut Permenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp ,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990). Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Rencana denah bangunan industri IKOT. c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi. d. UUG, dengan melihat lokasi yang sesuai denah industri e. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) Izin Prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan mewajibkan sebagai penanggung jawab teknis satu orang Asisten Apoteker yang bekerja penuh. Tujuan Prinsip IKOT agar pemohon dapat langsung melakukan persiapanpersiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui sedangkan izin IKOT berlaku selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Permohonan izin prinsip/izin tetap dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap beserta lampirannya dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00.

36 28 b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM. c. Ijazah apoteker penanggung jawab teknis. d. KTP DKI Jakarta dari penanggung jawab teknis. e. Surat perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pihak perusahaan di atas materai Rp. 6000,00. f. Undang-Undang Gangguan. g. Peta lokasi, IMB h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, dan gudang produk jadi. i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi. j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan. k. Peralatan laboratorium. l. Sumber daya/energi yang dipakai. m. Jumlah tenaga kerja. n. Nilai investasi. o. Rencana pemasaran. p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain. q. Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa, lampirkan surat sewa minimal lima tahun beserta fotokopi KTP pemilik. r. Analisis dampak lingkungan/surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL). s. Peralatan pengendalian pencemaran. Perubahan fisik maupun non fisik juga dapat terjadi pada Industri Kecil Obat Tradisional. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes seksi SDK yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman setempat. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian direktur/pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi

37 29 d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya) e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak Perubahan fisik meliputi : a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT c. Terjadi perluasan atau penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp ,00. c. Fotokopi izin UPAK. d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM.

38 30 e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK. f. Peta lokasi CPAK. g. SIUP CPAK. h. NPWP CPAK. i. UUG. j. Domisili perusahaan. k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan). Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi.

39 Toko Alat Kesehatan Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh (Kemenkes/No. 1191/MenKes/Per/VIII/2010, 2010). Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut: a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun. Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002):

40 32 a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP. c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya. c. Peta lokasi, IMB. d. Denah ruangan produksi. e. Rancangan etiket. f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta). g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. h. Surat izin perindustrian dari Dinas/Suku Dinas Perindustrian. i. Data produk makanan yang akan diproduksi. j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk. k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik.

41 33 Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a. Pengajuan permohonan 1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: a) Susu dan hasil olahan. b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku. c) Pangan kaleng. d) Pangan bayi. e) Minuman beralkohol. f) Air minum dalam kemasan. g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL, coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung). h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. 3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes Kotamadya. b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan c. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Sudinkes di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi: 1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. 2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga. 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). 4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya:

42 34 1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga. 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk etika bisnis. d. Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Sudinkes Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. e. Sertifikasi produksi pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan. 2) Sertifikasi produksi pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP tersebut masih tetap beroperasi. f. Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan

43 35 SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat Koordinator Tenaga Kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Sudinkes Kota Administrasi adalah: a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter gigi spesialis) c. Surat Izin Kerja Perawat d. Surat Izin Kerja Perawat Gigi e. Surat Izin Praktik Bidan f. Surat Izin Kerja Radiografer g. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien h. Surat Izin Praktik Fisioterapis i. Surat Izin Praktik Terapis Wicara Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja/praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi

44 36 Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian (Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011, 2011). Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan, sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian; d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm dua lembar.

45 37 Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a. Fotokopi STRTTK;

46 38 b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian; c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap Surat Izin Praktik Dokter Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011, 2011). Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi: a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku;

47 39 b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya; c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu; d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; dan e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut: a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki; b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan c. Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.

48 Surat Izin Praktik Bidan Bidan dapat menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi, fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Setiap bidan yang menjalankan praktik wajib memiliki Surat Izin Praktik Bidan (SIPB), kecuali bagi bidan yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri atau bidan yang menjalankan tugas pemerintah sebagai bidan desa. Surat Izin Praktik Bidan adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kebidanan. Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan (Kepmenkes H.K /Menkes/149/ I/2010, 2010): a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir; b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktik; c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik; d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar; dan e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi. SIPB hanya diberikan untuk satu tempat praktik. Bidan dalam menjalankan praktik mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktik dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan Surat Izin Praktik Perawat Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri dan/atau praktik mandiri. Perawat yang melaksanakan praktik pada wajib memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP), kecuali untuk perawat yang menjalankan praktik pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktik mandiri (Kepmenkes H.K /Menkes/148/ I/2010, 2010). SIPP hanya diberikan untuk satu tempat praktik. SIPP dapat diperoleh

49 41 dengan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan: a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir; b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan memiliki tempat praktik; d. Pas foto berwana ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi Pelaksanaan perizinan perawat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011 belum dilaksanakan sesuai dengan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tersebut karena belum terbentuknya Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) yang bertugas melaksanakan registrasi tenaga kesehatan di setiap provinsi. MTKI dan MTKP baru terbentuk pada akhir tahun Dengan demikian registrasi tenaga kesehatan masih dilakukan di Dinas Kesehatan dan pemberian Surat Izin Kerja Perawat pada tahun 2011 dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan Permenkes No tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat Surat Izin Kerja Perawat Gigi Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001 Perawat Gigi adalah setiap orang yang lulus pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Izin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sarana kesehatan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001, 2001). SIK sebagaimana dimaksud diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes setempat dengan melampirkan: a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat gigi b. Foto kopi SIPG (surat izin perawat gigi) yang masih berlaku c. Surat keterangan sehat dari dokter d. Pas foto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar

50 42 e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyebutkan tanggal mulai bekerja sebagai perawat gigi f. Rekomendasi dari organisasi profesi (PPGI) SIK berlaku sepanjang SIPG belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. SIPG berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK Surat Izin Kerja Radiografer Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 357/Menkes/Per/2006 Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan akademi penata rontgen, diploma III radiologi, pendidikan ahlimadya/akademi/diploma III teknik radiodiagnostik dan radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setiap radiografer untuk menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta wajib memilki Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR). Untuk memperoleh SIKR, maka radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes setempat dengan melampirkan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006, 2006): a. Fotokopi Surat Izin Radiografer (SIR) yang masih berlaku b. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan radiographer c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2(dua) lembar. e. Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan SIK berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui. SIR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK.

51 Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/Menkes/VI/2002 Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Setiap refraksionis optisien untuk melakukan pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. SIK diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes setempat dengan melampirkan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002, 2002): a. Fotokopi Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku b. Surat keterangan sehat dari dokter c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja e. Rekomendasi dari organisasi profesi SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK Surat Izin Praktek Fisioterapis Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1363/Menkes/SK/XII/2001 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fisioterapis dapat melaksanakan praktek fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Fisioterapis yang melaksanakan praktek fisioterapi harus memiliki Surat Izin Praktek Fisioterapis (SIPF) (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001, 2001).. SIPF dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Sudinkes setempat dengan melampirkan a. Fotokopi ijazah pendidikan fisioterapis b. Fotokopi SIF (Surai Izin Fisioterapis) yang masih berlaku

52 44 c. Surat keterangan sehat dari dokter d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja f. Surat keterangan menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri SIPF berlaku sepanjang SIF belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. SIF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPF Surat Izin Praktek Terapis Wicara Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004 Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapis wicara dapat melaksanakan praktek terapis wicara pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Terapis wicara yang melakukan praktek pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok harus memiliki Surat Izin Praktek Terapis Wicara (SIPTW). SIPTW dapat diperoleh dengan megajukan permohonan kepada Sudinkes setempat dengan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang terdekat dengan wilayah tersebut (Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004, 2004). Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan terapis wicara b. Fotokopi SITW yang masih berlaku c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP d. Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara e. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar SIPTW berlaku sepanjang SITW belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SITW berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPTW.

53 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Ruang lingkup kebijakan mutu Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut (Sudinkes, 2009): a. Orientasi pada kepuasan pelanggan. b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and sustainable improvement). c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut. a. Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu b. Binwasdal program 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja d. Pelayanan sarana kesehatan 12 hari kerja e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti f. Kepuasan pelanggan 85 % dipenuhi g. Tanggungjawab pencapaian sasaran mutu terdistribusi sampai Subbag dan Seksi pemilik program pencapaian sasaran mutu h. Pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan secara bertahap sesuai tabel pencapaian sasaran mutu dan dilakukan evaluasi periodik dalam rapat-rapat tinjauan manajemen.

54 46 Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jaktim sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jaktim. a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim. b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi/subbagian saja. c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut. d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu. Manual mutu Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut. a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim b. Profil Organisasi Sudinkes c. Sistem Manajemen Mutu Sudin d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu e. Komitmen Mutu f. Manjemen Sumber Daya g. Realisasi Pelayanan h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

55 47 Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut: a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun. b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun. c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkahlangkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali. d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan. e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

56 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil a. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat digabung menjadi Sudinkes pada Januari 2009 sesuai dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10 tahun b. Berdasarkan analisa tenaga kesehatan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi rumah sakit di Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun didapatkan hasil bahwa rumah sakit yang hampir memenuhi seluruh standar klasifikasi berdasarkan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki adalah Rumah Sakit Premier Jatinegara (kelas B) untuk rumah sakit umum dan RSIA Hermina Jatinegara untuk rumah sakit khusus (kelas B). Sedangkan dari analisa pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan Puskesmas, didapatkan hasil bahwa tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, bidan, ahli gizi, sanitarian, dan kesehatan masyarakat masih belum memenuhi rasio indikator Indonesia Sehat 2010, serta 6 dari 10 kecamatan yang memenuhi ratio apoteker berdasarkan indikator Indonesia Sehat c. Sarana farmasi makanan dan minuman yang melakukan perizinan baru di bawah Binwasdal seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Farmasi Makanan Minuman Sudinkes Jakarta Timur dari data terakhir pada periode Januari Desember 2011 terdapat 46 apotek, 29 apotek rakyat, 5 toko obat, 30 PIRT, 5 CPAK dan 1 IKOT. d. Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Farmasi Makanan dan Minuman di Sudinkes Jakarta Timur dari bulan Januari Desember 2011 berjumlah 116 perizinan. Seluruhnya memenuhi sasaran mutu pelayanan, yaitu 12 hari kerja. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1. e. Perizinan yang diterbitkan oleh koordinator Tenaga Kesehatan di Sudinkes Jakarta Timur selama tahun 2011 adalah berjumlah perizinan yang terdiri dari perizinan tenaga medis (dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis), tenaga keperawatan (perawat, perawat gigi, dan bidan), tenaga kefarmasian (apoteker dan asisten apoteker), dan tenaga penunjang kesehatan lainnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel

57 49 f. Analisa terhadap Sistem pelaporan LPLPO pada Sudinkes Jakarta Timur, didapatkan hasil bahwa obat yang paling banyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur pada Periode Januari-Desember 2011 yaitu tablet Parasetamol 500mg, jumlah kunjungan resep dan distribusi pemakaian obat di Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 adalah PKC Duren Sawit, dan data persentase obat generik di tiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur pada periode Januari- Desember 2011 yang terbesar berada di PKC Makasar. g. Kepatuhan pada pelaporan narkotika oleh semua UPK di Kota Adminsitrasi Jakarta Timur adalah sebesar 54,8%. Kepatuhan pelaporan psikotropika oleh semua UPK di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebesar 46,2%. h. Penggunaan narkotika terbanyak selama bulan Oktober-Desember 2011 untuk semua UPK ialah tablet kodein 20 mg. Penggunaan psikotropika terbanyak selama bulan Oktober-Desember 2011 untuk semua UPK ialah tablet luminal 30 mg. i. UPK yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober- Desember 2011 adalah Apotik Rini, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, dan RS. Islam Pondok Kopi. j. Kendala yang dialami dalam pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika menggunakan SIPNAP adalah: 1) Sudinkes memiliki keterbatasan sumber daya manusia untuk merekapitulasi dan mengolah datapelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika. 2) Tingkat kepatuhan UPK yang kurang akurat disebabkan UPK yang tidak menggunakan narkotika dan psikotropika tidak seluruhnya melakukan pelaporan dan waktu pelaporan UPK tidak serentak. 3) Aplikasi SIPNAP memiliki keterbatasan kapasitas, kinerja, dan sosialisasi sehingga kurang aplikatif.

58 50 Tabel 4.1. Perizinan sarana farmasi makanan dan minuman yang dilakukan oleh Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Sudinkes Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja) Sarana 12 hari kerja >12 hari kerja Rata-rata Izin yang lama diterbitkan Jumlah Persentase Jumlah Persentase perizinan Apotek % 0 0% 7,5 Apotek rakyat % 0 0% 5,2 Toko Obat % 0 0% 7,2 IKOT % 0 0% 7 CPAK % 0 0% 7 PIRT % 0 0% 6,37 Total % 0 0% 6,59 Tabel 4.2. Perizinan Tenaga Kesehatan yang dilakukan oleh Koordinator Tenaga Kesehatan Sudinkes Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 (dengan Standar 12 hari kerja) 12 hari kerja > 12 hari kerja Rata-Rata Tenaga Medis Lama Jumlah Persentase Jumlah Persentase Perizinan 34 6,35% Dokter Umum ,65% Dokter Spesialis ,09% Dokter Gigi ,47% Dokter Spesialis Gigi 33 86,84% Jumlah Tenaga Medis ,41% Bidan ,32% Perawat 885 Perawat Gigi 26 Jumlah Tenaga Keperawatan 1028 Fisioterapis 31 Radiologis 20 Refraksionis Optisien 12 Terapis Wicara ,91% 24 10,53% 5 13,16% 107 8,59% 2 1,68% 100% 0 0% 100% 0 0% 99,81% 2 0,19% 100% 0 0% 100% 0 0% 100% 0 0% 100% 0 0% 7,79 3,24 3

59 51 Jumlah Tenaga Penunjang % 0 0% Apoteker Rekomendasi SP 23 92% 2 8% SIPA % 0% Asisten Apoteker 5,15% SIKAA % 0 0% STRTTK 26 94,3% 1 3,7% Jumlah Tenaga Kefarmasian ,29% 3 1,71% Total ,56% 112 4,44% 5,46 Tabel 4.3. Hasil survei kepuasan pelanggan eksternal Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur Periode Januari-Desember 2011 No. Unsur Pelayanan Nilai Rata-rata Unsur Pelayanan Nilai Terbilang 1. Prosedur Pelayanan 2,995 0, Persyaratan Pelayanan 3,048 0, Kedisplinan Petugas 3,072 0, Tanggung Jawab Petugas Pelayanan 3,116 0, Kemampuan Petugas Pelayanan 3,096 0, Kecepatan Pelayanan 2,969 0, Kesopanan dan Keramahan Petugas 3,146 0, Kesesuaian Biaya 3,082 0, Ketepatan Pelaksanaan 3,036 0, Kenyamanan Lingkungan 3,060 0,306 Nilai Indeks Pelayanan 3,062 Nilai IKM setelah dikonversikan 76,554 Kategori Mutu Pelayanan Kinerja Unit Pelayanan B Baik

60 52 Hasil nilai indeks unit pelayanan kemudian diklasifikasikan ke dalam empat interval sebagai berikut : Tabel 4.4. Nilai Persepsi, Interval Indeks Kepuasan Masyarakat, Interval Konversi Indeks Kepuasan Masyarakat, Mutu Pelayanan dan Kinerja Unit Pelayanan. Nilai Persepsi Nilai Interval IKM Nilai Interval Konversi Ikm Mutu Layanan Kinerja Unit Pelayanan 1 1,00-1, ,75 D Tidak Baik 2 1,76 2,50 43,76 62,50 C Kurang Baik 3 2,51 3,25 62,51 81,25 B Baik 4 3,26 4,00 81,26 100,00 A Sangat Baik k. Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008 telah dan terus menerus dijalankan di Sudinkes Jakarta Timur untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. l. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan. 4.2 Pembahasan Sudinkes baru dibentuk pada bulan Januari Sudinkes ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, dimana sebelumnya ke dua suku dinas ini dipisah, hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Perda No. 10 tahun Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Pulau Seribu. Masing-masing Sudinkes dipimpin oleh Kepala Sudinkes serta mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, disebutkan bahwa Seksi Sumber Daya Kesehatan SudinkesKota Administrasi

61 53 mempunyai tugas untuk melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan, menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. Dari analisa yang dilakukan terhadap tenaga kesehatan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi rumah sakit di Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011, didapatkan hasil bahwa rumah sakit yang hampir memenuhi seluruh standar klasifikasi berdasarkan jumlah tenaga kesehatan yang dimiliki adalah Rumah Sakit Premier Jatinegara (kelas B) untuk rumah sakit umum dan RSIA Hermina Jatinegara untuk rumah sakit khusus (kelas B). Analisa dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit dengan jumlah standar minimum yang ditetapkan berdasarkan Permenkes No. 340/MENKES/PER/III/2010 dan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian. Analisa terhadap pemetaan tenaga kesehatan di wilayah Jakarta Timur dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 yang menyatakan bahwa rasio tenaga kesehatan dilihat jumlah tenaga kesehatan per jumlah penduduk. Dari analisa pemetaan tenaga kesehatan di sarana kesehatan Puskesmas, didapatkan hasil bahwa tenaga kesehatan seperti dokter, dokter gigi, dokter spesialis, perawat, bidan, ahli gizi, sanitarian, dan kesehatan masyarakat masih belum memenuhi rasio indikator Indonesia Sehat Untuk tenaga apoteker, 6 dari 10 kecamatan telah memenuhi rasio apoteker menurut indikator Indonesia Sehat Tugas pokok dan fungsi lainnya dari Sudinkes adalah memberikan private good (perizinan), dimana kebijakan sistem perizinan dari Kota Administrasi Jakarta Timur adalah melalui sistem satu pintu. Sistem satu pintu ini merupakan suatu sistem, dimana seluruh berkas permohonan harus masuk melalui Costumer Service yang berada di walikota, kemudian dilanjutkan ke seksi yang bersangkutan. Pemohon dapat melakukan konsultasi dengan seksi yang bersangkutan agar dapat melengkapi berkas permohonan ketika dimasukkan ke customer service, sehingga proses pembuatan izin berjalan lancar. Batas waktu 12 hari kerja dapat digunakan sebagai pedoman bagi petugas dalam menyelesaikan

62 54 setiap permohonan izin. Selain itu, bagi pemohon batasan 12 hari kerja ini merupakan suatu kepastian bahwa izin dapat diperoleh dalam jangka waktu tersebut. Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23 yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Salah satu tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Sub Seksi Tenaga Kesehatan Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur adalah melaksanakan pemberian izin tenaga kesehatan. Sebelum dikeluarkannya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, koordinator Tenaga Kesehatan Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur hanya memproses perizinan Surat Izin Kerja Asisten Apoteker (SIKAA), sedangkan izin tenaga kesehatan lainnya diproses oleh Seksi Pelayanan Kesehatan Sudinkes Jakarta Timur. Pada periode Januari 2011 hingga Juli 2011, ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan meliputi Surat Izin Praktik Dokter, Surat Izin Praktik Dokter Spesialis, Surat Izin Praktik Dokter gigi, Surat Izin Praktik Dokter Gigi Spesialis, Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, Surat Izin Kerja Perawat, Surat Izin Kerja Perawat Gigi, Surat Izin Praktik Bidan, Surat Izin Kerja Radiografer, Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien, Surat Izin Praktik Fisioterapis dan Surat Izin Praktik Terapis Wicara diproses oleh seksi Sumber Daya Kesehatan. Selanjutnya pada periode September 2011 sampai Desember 2011 ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan sedikit berubah karena mulai diberlakukannya Permenkes RI nomor 889 tahun 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini maka tugas Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur ditambah dengan perizinan Surat Izin Kerja Apoteker dan Surat Izin Praktik Apoteker, sementara Surat Izin Kerja Asisten Apoteker diganti menjadi Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian. Pada periode Januari-Desember 2011, koordinator tenaga kesehatan Sudinkes Jakarta Timur telah menerbitkan Surat Izin Kerja maupun Surat Izin Praktek bagi tenaga kesehatan yang berada di Jakarta TImur. Kebijakan sistem perizinan untuk tenaga kesehatan dari Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur dilaksanakan melalui sistem satu pintu, dimana seluruh berkas permohonan harus masuk melalui Costumer Service yang berada di walikota, kemudian

63 55 diberikan ke bagian umum Sudinkes. Bagian umum Sudinkes akan menerima dan mencatat berkas perizinan, serta menyerahkan berkas perizinan ke koordinator tenaga kesehatan. Koordinator tenaga kesehatan akan memeriksa keabsahan berkas, setelah itu membuat Surat Izin Kerja dan melakukan verifikasi Surat Izin Kerja tersebut. Surat Izin Kerja tenaga kesehatan akan ditandatangani oleh Kepala Sudinkes. Setelah ditandatangani, lembar fotokopi Surat Izin disimpan sebagai arsip. Koordinator Tenaga Kesehatan akan menyerahkan Surat Izin tenaga kesehatan dan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) ke petugas Customer service. Customer service akan menyerahkan Surat Izin ke pemohon setelah pemohon melunasi SKRD. Namun dalam perizinan Apoteker belum ditentukan Retribusi Daerah sehingga dalam perizinannya Apoteker tidak perlu membayar SKRD. Lembar kendali dibuat agar proses perizinan dapat terkontrol. Dalam lembar kendali tertera tanggal terima berkas dari costumer service dan tanggal proses pembuatan izin di seksi yang bersangkutan serta tanggal persetujuan Kepala Sudinkes sampai dengan tanggal surat izin diberikan kepada pemohon. Semua proses perizinan dilakukan tidak melebihi 12 hari kerja dengan ketentuan seluruh persyaratan administrasi lengkap. Semua alur proses perizinan tercatat dalam lembar Kendali Perizinan, yang mencantumkan tanggal terima dan diserahkannya berkas perizinan dari satu bagian ke bagian lainnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi keterlambatan maka dapat ditelusuri pada bagian mana keterlambatan terjadi. Pelayanan administratif yang diberikan oleh Sudinkes Jaktim ini dilakukan dengan sasaran mutu tertentu, misalnya 12 hari kerja untuk permohonan perizinan tenaga kesehatan dan 12 hari kerja untuk permohonan perizinan sarana kesehatan sesuai dengan kewajiban yang tercantum dalam Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik. Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim merupakan pelayanan administratif yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah, khususnya dalam bidang kesehatan. Dengan adanya sasaran mutu dalam pelaksanaan setiap program Sudinkes Jaktim,maka akan ada jamina atas implementasi yang berkualitas. Implementasi sistem manajemen mutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan oleh Sudinkes

64 56 Jaktim didasarkan pada sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 yang berlaku secara internasional. Pelanggan Sudinkes Jaktim terdiri atas pelanggan internal, yang berasal dari dalam Sudinkes Jaktim, dan pelanggan eksternal yang berasal dari luar Sudinkes Jaktim. Pelanggan interrnal meliputi staf/karyawan Sudinkes, kepala Seksi dan Subbagian, serta kepala Sudinkes Jaktim, sedangkan pelanggan eksternal meliputi puskesmas kecamatan dan kelurahan, lintas sektor, institusi pendidikan/lsm/organisasi profesi kesehatan, dan masyarakat umum. Tugas pokok dan fungsi Sudinkes Jakarta Timur berikutnya adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur. Kegiatan ini dilakukan melalui Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat Puskesmas. Sistem pelaporan LPLPO pada Sudinkes Jakarta Timur dari Puskesmas Kecamatan dilakukan dengan menggunakan sistem manual dengan cara memasukkan data dalam bentuk hardcopy pada program Microsoft excel. Kemudian setiap 3 bulan data tersebut dikirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi untuk dikompilasi dan selanjutnya diserahkan ke pusat yaitu Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan alat Kesehatan setiap enam bulan sekali. Berdasarkan analisa terhadap Sistem pelaporan LPLPO pada Sudinkes Jakarta Timur, didapatkan hasil bahwa obat yang paling banyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur pada Periode Januari-Desember 2011 yaitu tablet Parasetamol 500mg, jumlah kunjungan resep dan distribusi pemakaian obat di Puskesmas Kecamatan wilayah Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 adalah PKC Duren Sawit, dan data persentase obat generik di tiap Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 yang terbesar berada di PKC Makasar. Sudinkes Jakarta Timur juga melaksanakan Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu ini dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan. Berdasarkan data hasil

65 57 survei Indeks Kepuasan Masyarakat pada periode Januari-Desember 2011, jumlah pelanggan eksternal (responden) sebanyak 418 orang. Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur pada tabel 4.3 untuk periode Januari-Desember 2011 sebesar 76,55 dengan nilai Indeks Pelayanan 3,062 yang berarti masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan Baik dengan nilai huruf B. Berdasarkan data tersebut dan mengacu terhadap Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. KEP/25/M.PAN/2/2004 (Tabel 4.4) dapat diketahui bahwa mutu kerja dari aparatur yang ada di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur sudah baik. Hasil survei nilai unsur pelayanan yang tertinggi dari 10 unsur pelayanan yang dinilai oleh masyarakat yang mendapatkan pelayanan di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur pada periode Januari-Desember 2011 yaitu unsur Kesopanan dan Keramahan Petugas Pelayanan dengan nilai rata-rata unsur pelayanan adalah 3,146. Nilai yang sudah diperoleh diharapkan bisa dipertahankan dan terus melakukan peningkatan kualitas pelayanan agar nilai dari hasil surver Indeks Kepuasan Masyarakat dari tiap unsur pelayanan yang dinilai bisa terus meningkat sehingga mutu kerja aparatur di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur akan terus meningkat dan menjadi lebih baik. Seluruh nilai dari tiap unsur pelayanan di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur sudah baik dan masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan Baik dengan nilai huruf B. Namun masih ada nilai unsur pelayanan yang dibawah dari nilai rata-rata dari 10 unsur pelayanan yang dinilai pada periode Januari-Desember 2011 yaitu unsur kecepatan pelayanan dengan nilai rata-rata unsur pelayanan sebesar 2,97. Dari 418 responden yang menjawab unsur kecepatan pelayanan terdapat 31 (7,452%) responden merasakan kecepatan pelayanan yang diberikan masih kurang memuaskan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan diprioritaskan dari manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur walaupun masuk dalam kategori nilai kualitatif kepuasan Baik dengan nilai huruf B sehingga nilai Indeks Kepuasan Masyarakat dari unsur pelayanan tersebut bisa meningkat.

66 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Sudinkes Jakarta Timur telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudinkes Jakarta Timur melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan membawahi 3 (tiga) koordinator: Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman, Koordinator Tenaga Kesehatan, dan Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan. 3. Tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap tenaga kesehatan, sarana pelayanan farmasi, dan standarnisasi mutu dilakukan oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan. Perizinan Sumber Daya Kesehatan diberikan oleh Kepala Sudinkes kepada tenaga kesehatan yang bersangkutan setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Binwasdal dilakukan oleh masing-masing sub bagian Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan bidangnya masing-masing,yaitu binwasdal tenaga kesehatan, binwasdal sarana pelayanan farmasi dan binwasdal mutu pelayanan di sarana pelayanan kesehatan maupun di Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan 5.2 Saran 1. Setiap personel berusaha meningkatkan kinerjanya pada setiap pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing, dan sesuai dengan tingkat pendidikan/kompetensinya. 2. Mengikutsertakan personel pada seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan kinerjanya. 3. Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah dijalankan saat ini dengan cukup baik oleh Sudinkes Jaktim harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang. 58

67 59 4. Peningkatan kualitas dan peranan petugas yang berdinas sebagai Customer Service di walikota dalam menyosialisasikan kelengkapan berkas sehingga berkas yang masuk benar-benar sudah lengkap dan sudah siap untuk diproses. 5. Sebaiknya ada upaya Sudinkes Jakarta Timur untuk menindaklanjuti adanya kekurangan tenaga kesehatan di sarana kesehatan masyarakat yang berada di Kota Administrasi Jakarta Timur agar kekurangan tenaga kesehatan yang dibutuhkan dapat teratasi

68 60 DAFTAR REFERENSI Undang-undang No. 25 Tahun (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Jakarta. Undang-undang No. 36 Tahun (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Undang-undang No. 22 Tahun (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah OtonomPresiden RI. Jakarta. Peraturan Presiden No. 47 Tahun (2009). Peraturan Presiden No. 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan H.K /Menkes/149/ I/2010. (2011).Keputusan Menteri Kesehatan H.K /Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan H.K /Menkes/148/ I/2010.(2011). Keputusan Menteri Kesehatan H.K /Menkes/148/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan

69 61 Praktik Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Kebijakan dasar Puskesmas (Menuju Indonesia Sehat 2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002. (2002) Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

70 62 Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta..(2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009; Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

71 63 Lampiran 1 Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

72 64 Lampiran 2 Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

73 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 SISTEM PELAPORAN PENGGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BULAN OKTOBER-DESEMBER 2011 NYSSA ADRIANA, S. Farm ANGKATAN LXXIV FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2012

74 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Narkotika dan Psikotropika Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)... 6 BAB 3 PELAKSANAAN Waktu dan Tempat Cara Kerja... 9 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI LAMPIRAN ii

75 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Alur Pelaporan dengan SIPNAP... 7 Gambar 4.1. Jumlah Pelapor Penggunaan Narkotika Gambar 4.2. Jumlah Pelapor Penggunaan Psikotropika iii

76 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Sepuluh jenis narkotika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di semua UPK Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di apotek Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di puskesmas Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di rumah sakit Sepuluh apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember Sepuluh puskesmas yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember Sepuluh rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember iv

77 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Form Laporan Narkotika Lampiran 2. Form Laporan Psikotropika Lampiran 3. Sepuluh jenis narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011 di semua UPK Kota Administrasi Jakarta Timur Lampiran 4. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011 di apotek Kota Administrasi Jakarta Timur Lampiran 5. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011 di puskesmas Kota Administrasi Jakarta Timur Lampiran 6. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011 di rumah sakit Kota Administrasi Jakarta Timur Lampiran 7. Sepuluh apotek di Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober-Desember Lampiran 8. Sepuluh puskesmas di Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober-Desember Lampiran 9. Sepuluh rumah sakit di Kota Administrasi Jakarta Timur yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober-Desember v

78 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Narkotika dan psikotropika merupakan golongan obat yang dimanfaatkan secara luas di bidang kesehatan. Senyawa obat ini awalnya diperoleh dari alam dalam campuran beberapa senyawa. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, senyawa-senyawa ini dapat diekstraksi serta disintesis dalam bentuk tunggal dan murni. Senyawa obat tersebut dikenal dengan efektivitasnya terhadap berbagai macam penyakit. Penelitian membuktikan bahwa senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas sebagai analgesik, antitusif, spasmolitik, stimulan dan depresan sistem saraf. Selain manfaat, narkotika dan psikotropika juga diketahui memiliki resiko yang cukup tinggi. Resiko terbesar ialah ketergantungan baik secara fisik maupun mental. Ketergantungan sangat berkaitan dengan penyalahgunaan aktivitas dari narkotika dan psikotropika. Penyalahgunaan ini dapat menimbulkan kerusakan yang fatal bahkan kematian terhadap manusia (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2008). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah mengembangkan regulasi dan sistem pengawasan yang lebih tegas terhadap penggunaan narkotika dan psikotropika. Pemerintah telah menetapkan Undang-undang (UU) No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Kedua undang-undang tersebut berisi ketentuan pengadaan, impor dan ekspor, peredaran (distribusi dan penyaluran pada masyarakat), publikasi, pengobatan dan rehabilitasi, pembinaan dan pengawasan, pencegahan dan pemberantasan, serta penyidikan dan persidangan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Pengawasan terhadap peredaran narkotika dan psikotropika dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang berwenang dalam pengawasan terhadap penggunaan narkotika dan psikotropika adalah Dinas Kesehatan (Dinkes) yang berada di setiap kabupaten atau kotamadya suatu propinsi. Untuk DKI Jakarta, pengawasan dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) yang berada di setiap kota administrasi. DKI 1

79 2 Jakarta memiliki 6 kota administrasi, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Kepulauan Seribu. Struktur organisasi Sudinkes terbagi menjadi beberapa seksi, salah satunya adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan yang memiliki Sub-bagian Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh sub-bagian ini menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2008). SIPNAP adalah sistem aplikasi yang berbasi online dan terintegrasi. Sistem ini mengintegrasikan pelaporan narkotika dan psikotropika dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang meliputi apotek, puskesmas, dan rumah sakit dengan pemerintah serta Pedagang Besar Farmasi (PBF). Melalui SIPNAP, Dinkes Kabupaten/Kotamadya atau Sudinkes Kota Administrasi yang menerima laporan dari UPK meneruskan laporan tersebut ke tingkat propinsi dan pusat. Sistem ini bertujuan untuk melakukan pengawasan secara menyeluruh dari penyediaan sampai dengan penyerahan narkotika dan psikotropika sehingga dapat meminimalkan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Selain itu, pelaporan ini juga bertujuan untuk menjamin ketersediaan jenis narkotika dan psikotropika tertentu yang sangat dibutuhkan, secara wajar dan sesuai (Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, 2008). Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui dan mengerti tentang sistem ini sehingga dapat mengembangkan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis yang melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) diberikan tugas khusus untuk melakukan rekapitulasi dan pengolahan data laporan narkotika dan psikotropika melalui sistem SIPNAP Tujuan a. Mengetahui tingkat kepatuhan UPK terhadap kegiatan pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika di Kota Administrasi Jakarta Timur selama bulan Oktober-Desember 2011 b. Mengetahui jenis narkotika dan psikotropika yang terbanyak digunakan di Kota Administrasi Jakarta Timur selama bulan Oktober-Desember 2011

80 3 c. Mengetahui UPK yang menggunakan narkotika dan psikotropika terbanyak di Kota Administrasi Jakarta Timur selama bulan Oktober-Desember 2011 d. Mengetahui kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika menggunakan SIPNAP

81 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Narkotika dan Psikotropika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran; hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undang-undang No. 35 Tahun 2009, 2009) Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku (Undang-undang No. 5 Tahun 1997, 1997). Kedua golongan obat tersebut diatur dalam UU Negara, yaitu UU No. 35 tahun 2009 untuk Narkotika dan UU No. 5 tahun 1997 untuk Psikotropika. Negara mengeluarkan UU tentang Narkotika dengan tujuan: 1. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 2. Mencegah dan melindungi bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika 3. Memberantas peredaran gelap narkotika dan preskusornya 4. Menjamin upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan pencandu narkotika 2.2 Penggolongan Narkotika dan Psikotropika Menurut UU Narkotika tahun 2009, narkotika terbagi dalam 3 golongan, yaitu: a. Narkotika Golongan I Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam narkotika golongan I, diantaranya tanaman Papaver somniverum, Erythroxylon, sp., kokain, heroin, opium, sediaan campuran opium, serta psikotropika golongan I dan II. 4

82 5 b. Narkotika Golongan II Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Conttoh obat yang termasuk dalam narkotika golongan II, diantaranya benzilmoerfin, fentanil, morfin, metadon, petidin, dan sulfentanil. c. Narkotika Golongan III Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat yang termasuk narkotika golongan III, diantaranya etilmorfin, kodein, dan buprenorfin. Menurut UU Psikotropika tahun 1997, psikotropika terbagi dalam 4 golongan, yaitu: a. Psikotropika Golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam psikotropika golongan I, diantaranya, seperti MDMA (3,4-metilendioksi-Nmetilamfetamin), brolamfetamin, psilosibin, dan lain-lain. b. Psikotropika Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam psikotropika golongan II, diantaranya amfetamin, metamfetamin, metilfenidat, sekobarbital, dan lain-lain. Setelah adanya UU Narkotika tahun 2009, psikotropika golongan I dan II dimasukan ke dalam narkotika golongan I.

83 6 c. Psikotropika Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam psikotropika golongan III, diantaranya amobarbital, buprenorfin, pentazosin, pentobarbital, dan lain-lain. d. Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat yang termasuk dalam psikotropika golongan IV, diantaranya alprazolam, diazepam, fenobarbital atau luminal, klobazam, dan klordiazepoksid Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) SIPNAP adalah sistem aplikasi berbasis online dan terintegrasi untuk pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika. Aplikasi ini dikembangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI sekarang Kementerian Kesehatan RI) sejak tahun Tahapan pelaporan dilakukan pada masing-masing bagian sesuai dengan tanggung jawabnya dalam SIPNAP. Terdapat 3 bagian yang terintegrasi melalui sistem ini, yaitu Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes Kota Administrasi sebagai penerima laporan, Dinkes Propinsi, serta Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Dirjen Binfar Alkes) Kementerian Kesehatan sebagai pusat dan web server.

84 7 Gambar 2.1 Bagan Alur Pelaporan dengan SIPNAP Tahapan penggunaan SIPNAP dapat dilihat pada Gambar 2.1. Untuk dapat menjalankan SIPNAP, aplikasi SIPNAP harus ter-install dengan baik di masing-masing bagian. Tahapan selanjutnya adalah mendaftar UPK yang melapor ke Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes setempat. Data-data UPK akan terangkum dalam Daftar Unit Pelayanan. Dinkes Kabupaten/Kota wajib mengirimkan softcopy form baku untuk pengisian data pelaporan ke UPK terdaftar. Form ini diisi dan dikirimkan kembali ke Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes paling lambat tanggal 10 setiap bulannya. Contoh form baku dapat dilihat di bagian Lampiran 1 dan 2. Form yang dikirimkan UPK berupa hardcopy (di cetak dan dikirimkan via pos) dan softcopy (dikirimkan via atau CD). Form tersebut dicek tanda tangan apoteker penanggung jawabnya dan kesesuaiannya dengan pelaporan bulan yang lalu. Apabila terdapat kesalahan, maka pelaporan diulangi, sebaliknya jika tidak terdapat masalah, data pelaporan yang benar dikirimkan ke server sehingga akan terintegrasi dengan Dinkes Propinsi dan pusat.

85 8 Data-data yang telah dilaporkan akan tersimpan dalam database aplikasi di Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes serta database server. Database server lebih terinci dibandingkan dengan database aplikasi. Kelebihan data dari server adalah kategori pengelompokan yang lebih rinci, yaitu berdasarkan jenis UPK pelapor, sedangkan data dari aplikasi terbatas pada data setiap bulannya. Dinkes Propinsi dan pusat dapat melakukan penjelajahan data pelaporan yang telah tersimpan dalam server melalui aplikasi yang ter-install di bagian masingmasing. Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes hanya dapat mengakses data dari database aplikasi, namun tidak dapat mengakses langsung data dari server. Data dari server dapat diakses Dinkes Kabupaten/Kota atau Sudinkes dengan mengajukan permohonan akses dari web (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009).

86 3.1. Waktu dan Tempat BAB 3 PELAKSANAAN PKPA di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur, Seksi Sumber Daya Kesehatan, bagian Farmakmin dimulai pada tanggal 16 Jnauari 2012 sampai dengan 2 Februari Rekapitulasi laporan dan pengambilan data dilakukan dari tanggal 16 Januari 2012 sampai dengan 31 Januari Cara Kerja Data diambil dari data hardcopy dan softcopy laporan penggunaan narkotika dan psikotropika UPK di Jakarta Timur bulan Oktober-Desember 2011 yang dikirimkan ke Sudinkes melalui pos atau . Data laporan narkotika diolah dengan menggunakan aplikasi SIPNAP versi sedangkan data laporan psikotropika diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk diagram, grafik, dan tabel untuk mendapatkan hasil sebagai berikut: 1. Kepatuhan UPK dalam pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika di Kota Administrasi Jakarta Timur. 2. Distribusi 10 jenis narkotika dan psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember Distribusi 10 UPK yang menggunakan narkotika dan psikotropika terbanyak pada bulan Oktober-Desember

87 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada PKPA di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur pada tanggal 16 Januari sampai dengan 2 Februari 2012, penulis mendapatkan tugas khusus untuk melakukan rekapitulasi laporan penggunaan narkotika dan psikotropika selama bulan Oktober-Desember Data yang direkapitulasi dibatasi hingga tanggal 31 Januari 2012 dikarenakan masalah keterbatasan waktu PKPA. Data diperoleh dari laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari setiap UPK Kota Administrasi Jakarta Timur, yaitu apotek, puskesmas, dan rumah sakit yang dikirimkan ke Sudinkes menggunakan pos (bentuk hardcopy) dan (bentuk softcopy). UPK yang ada di Jakarta Timur per tahun 2011 meliputi 337 apotek, 10 puskesmas per kecamatan, dan 35 rumah sakit. Total UPK yang ada di wilayah Jakarta Timur sebanyak 382 unit. Data tersebut mencakup pemakaian narkotika yang berjumlah 31 jenis obat serta pemakaian psikotropika yang berjumlah 228 jenis obat. Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika direkapitulasi menjadi database dalam aplikasi komputer yaitu Aplikasi SIPNAP Kabupaten yang dikembangkan oleh Dirjen Binfar Alkes Kementerian Kesehatan RI. Aplikasi SIPNAP dibuat untuk merekapitulasi laporan penggunaan narkotika dan psikotropika, namun sayangnya masih memiliki keterbatasan dalam menampung data dalam jumlah besar. Untuk mengatasinya, maka rekapitulasi dilakukan menggunakan 2 aplikasi, yakni aplikasi SIPNAP untuk merekapitulasi data penggunaan narkotika dan aplikasi Microsoft Excel untuk merekapitulasi data penggunaan psikotropika. Data yang telah direkapitulasi diolah dengan mengelompokkan 10 jenis obat dengan penggunaan terbanyak di setiap UPK serta mengelompokkan 10 UPK dengan penggunaan obat terbanyak. Data digunakan untuk menganalisa kepatuhan terhadap kewajiban pelaporan, rasionalitas penggunaan obat, dan prioritas penyediaan obat. Untuk data pelaporan narkotika, tidak dilakukan pengelompokan data berdasarkan 10 UPK dengan penggunaan obat terbanyak. Hal tersebut dikarenakan terdapat kendala dalam memperoleh kembali data yang 10

88 11 telah di-input ke dalam aplikasi SIPNAP sehingga hanya dapat dilakukan pengelompokan data berdasarkan 10 obat dengan penggunaan terbanyak. Dari hasil rekapitulasi data dianalisa kepatuhan pelaporan UPK di Kota Administrasi Jakarta Timur selama bulan Oktober-Desember Analisa kepatuhan dibuat berdasarkan jumlah laporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang masuk ke Sudinkes hingga tanggal 31 Januari Berikut merupakan tabel jumlah UPK yang melapor penggunaan narkotika selama bulan Oktober-Desember Gambar 4.1. Jumlah Pelapor Penggunaan Narkotika Dari data yang telah dipaparkan pada Gambar 4.1. diperoleh 224 UPK melapor penggunaan narkotika pada bulan Oktober, 212 unit pada bulan November, sedangkan 192 unit melapor pada bulan Desember. Rata-rata jumlah unit yang melapor pada bulan Oktober-Desember 2011 adalah 209,33 unit sehingga diperkirakan kepatuhan UPK Kota Administrasi Jakarta Timur terhadap pelaporan penggunaan narkotika ialah 54,8%.

89 12 Gambar 4.2. Jumlah Pelapor Penggunaan Psikotropika Dari data yang telah dipaparkan pada Gambar 4.2 diperoleh sebanyak 183 UPK melapor penggunaan psikotropika pada bulan Oktober, 177 unit pada bulan November, sedangkan 169 unit melapor pada bulan Desember. Rata-rata jumlah UPK yang melapor pada bulan Oktober-Desember 2011 adalah 176,33 unit, sehingga diperkirakan kepatuhan UPK terhadap pelaporan penggunaan psikotropika Kota Administrasi Jakarta Timur ialah 46,2%. Tingkat kepatuhan pelaporan narkotika dan psikotropika berkisar antara 40-60% dari seluruh UPK di Kota Administrasi Jakarta Timur. Berdasarkan analisa dan diskusi, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor terkait. Kendala ditemukan pada UPK, sudinkes, serta sarana perantara. Pertama, terdapat apotek yang tidak menyediakan narkotika dan psikotropika atau tanpa pengunaan obat tersebut pada bulan yang bersangkutan. Apotek yang tidak menyediakan narkotika dan psikotropika, seperti apotek yang berada di pusat perbelanjaan, umumnya tidak melakukan pelaporan ke sudinkes sehingga kepatuhan pelaporannya menjadi tidak terdata. Kendala yang ditemui pada sudinkes ialah pada data pelaporan tanpa penggunaan narkotika dan psikotropika. Petugas sudinkes seringkali tidak

90 13 merekapitulasi data tersebut, karena data nihil tersebut. Hal tersebut mengakibatkan kepatuhan UPK tidak terdata dengan semestinya. Kendala lainnya adalah kurang tercukupinya jumlah sumber daya manusia yang bertanggung jawab terhadap pelaporan narkotika dan psikotropika di Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur. Sumber daya manusia yang ada juga kurang didukung dengan sarana penunjang yang memadai, seperti komputer. Pada pertengahan tahun 2011, terdapat kendala pada aplikasi SIPNAP seperti yang telah diungkapkan sehingga data yang telah di-input sulit direkapitulasi serta diperoleh kembali untuk dianalisa. Pengolahan data penggunaan narkotika di seluruh UPK dapat dilihat pada tabel 4.1. Berdasarkan data tersebut diperoleh data 10 jenis narkotika yang banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember Penggunaan narkotika terbanyak ialah tablet kodein dengan dosis 20 mg. Kodein merupakan obat turunan morfin yang sering diresepkan sebagai antitusif. Dosis yang umum digunakan ialah 20 hingga 40 mg per hari. Selain ketersediaannya yang perlu diperhatikan karena berkaitan dengan penggunaan yang tinggi, penggunaannya juga perlu diawasi karena berpotensi menimbulkan ketergantungan pada penggunaan yang tidak wajar dan jangka waktu yang panjang. Hal tersebut dikarenakan di dalam, sekitar 10% kodein dimetabolisme menjadi morfin. Ratarata pemakaian kodein selama 3 bulan tersebut adalah ,3±13,1% (lihat Lampiran 3).

91 14 Tabel 4.1. Sepuluh jenis narkotika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di semua UPK No. Nama Obat Kekuatan Bentuk Sediaan Penggunaan 1 Kodein 20 mg Kodein 10 mg Kodein 15mg Codipront Kapsul Codipront Cum Exp Kapsul Petidin 50 mg/ml Injeksi MST 10 mg Fentanil 0.5 mg/ml Injeksi Codipront Cum Exp Botol Coditam 30 mg 1.267

92 15 Pengolahan data penggunaan psikotropik di apotek dapat dilihat pada tabel 4.2. Berdasarkan data tersebut diperoleh data 10 jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011 adalah tablet luminal dengan dosis 30 mg. Rata-rata pemakaian luminal selama 3 bulan tersebut adalah ,9±14,4% (lihat Lampiran 4). Tabel 4.2. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di apotek No. Nama Obat Kekuatan Bentuk Sediaan Penggunaan 1 Luminal 30 mg Diazepam 2 mg Danalgin Braxidin Analsik Valisanbe 5 mg Librax Esilgan 2 mg Alprazolam 0.5 mg Xanax 0.5 mg

93 16 Pengolahan data penggunaan psikotropika di puskesmas dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan data tersebut diperoleh data 10 jenis psikotropika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011, yaitu luminal dengan dosis 30 mg dalam bentuk sediaan tablet. Rata-rata pemakaian luminal selama 3 bulan tersebut ,3±19,6% (lihat Lampiran 5). Tabel 4.3. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di puskesmas No. Nama Obat Kekuatan Bentuk Sediaan 1 Luminal 30 mg 2 Diazepam 2 mg 3 Klorpromazin 100 mg 4 Triheksilfenidil 2 mg 5 Efedrin HCl 25 mg 6 Haldol 1.5 mg 7 Haldol 5 mg 8 Amitriptilin 25 mg 9 Klorpromazin 25 mg 10 Fenobarbital 100 mg Penggunaan

94 17 Pengolahan data penggunaan psikotropika di rumah sakit dapat dilihat pada tabel 4.4. Berdasarkan data tersebut diperoleh data 10 jenis psikotropika yang banyak digunakan pada bulan Oktober-Desember 2011, yaitu luminal dengan dosis 30 mg dalam bentuk sediaan tablet. Rata-rata pemakaian luminal selama 3 bulan tersebut 12938,3±13,7% (lihat Lampiran 6). Luminal merupakan obat turunan barbiturat yang umum digunakan sebagai antidepresi dan obat pilihan terapi kejang, baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun sediaan campuran. Selain itu, dari hasil diskusi, diketahui bahwa luminal juga digunakan dalam sediaan campuran sebagai sedatif yang bertujuan mempermudah pasien untuk beristirahat (tidur). Tabel 4.4. Sepuluh jenis psikotropika yang paling banyak digunakan selama bulan Oktober-Desember 2011 di rumah sakit No. Nama Obat Kekuatan Bentuk Sediaan Penggunaan 1 Luminal 30 mg Diazepam 2 mg Alprazolam 0.5 mg Atarax 0.5 mg Braxidin Valisanbe 5 mg Analsik Zypraz 0.25 mg Spasmium 5 mg Klobazam 10 mg 7.276

95 18 Pengolahan data apotek dengan penggunaan psikotropika terbanyak dapat dilihat pada tabel 4.5. Data per bulannya (lihat Lampiran 7) menunjukkan tidak terjadi peningkatan tidak wajar pada penggunaan psikotropika selama 3 bulan tersebut. Apotek dengan penggunaan psikotropika terbanyak adalah Apotek Rini di Kecamatan Pulo Gadung. Tabel 4.5. Sepuluh apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember 2011 No. Apotek Kecamatan Penggunaan (unit) 1 Rini Pulo Gadung Djatinegara Matraman Kimia Farma 48 Matraman Kramat Jati Ciracas Tania Duren Sawit Sukma Sakti Pulo Gadung Arumbai Pulo Gadung Bayu Ciracas Kimia Farma 49 Duren Sawit Mitra Medika Kramat Jati

96 19 Pengolahan data puskesmas dengan penggunaan psikotropika terbanyak dapat dilihat pada tabel 4.6. Data per bulannya (lihat Lampiran 8) menunjukkan tidak terjadi peningkatan tidak wajar pada penggunaan psikotropika selama 3 bulan tersebut. Puskesmas dengan penggunaan psikotropika terbanyak adalah Puskesmas Kecamatan Ciracas. Tabel 4.6. Sepuluh puskesmas yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember 2011 No. Puskesmas Total 1 Puskesmas Ciracas Puskesmas Kramat Jati Puskesmas Duren Sawit Puskesmas Cipayung Puskesmas Makasar Puskesmas Pulogadung Puskesmas Pasar Rebo Puskesmas Jatinegara Puskesmas Matraman Puskesmas Cakung Pengolahan data rumah sakit dengan penggunaan psikotropika terbanyak dapat dilihat pada tabel 4.7. Data per bulannya (lihat Lampiran 9) menunjukkan tidak terjadi peningkatan tidak wajar pada penggunaan psikotropika selama 3 bulan tersebut. Rumah sakit dengan penggunaan psikotropika terbanyak adalah RS. Islam Pondok Kopi di Kecamatan Duren Sawit.

97 20 Tabel 4.7. Sepuluh rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober-Desember 2011 No. Rumah Sakit Kecamatan Penggunaan (unit) 1 RS. Islam Pondok Kopi Duren Sawit RS. Premier Jatinegara Jatinegara RS. Persahabatan Pulo Gadung RS.Pusat dr.esnawan Antariksa Makasar RS. FK UKI Cawang Kramat Jati RS. POLRI sukamto Kramat Jati RSIA. Hermina Jatinegara Jatinegara RS. Harapan Bunda Ciracas RS. Harum Sisma Medika Makasar RS. Budhi Asih Kramat Jati Uraian pembahasan data pelaporan narkotik dan psikotropika tersebut masih belum maksimal mengingat kendala yang dialami oleh penulis. Kendapa tersebut mencakup sistem pelaporan dan penyusunan data di sudinkes, aplikasi pengolahan data dari Dirjen Binfar Alkes Kementerian Kesehatan RI, keterbatasan waktu pengumpulan, diskusi, dan pengolahan data. Terdapat keterlambatan pengiriman laporan dari UPK ke sudinkes, terutama laporan yang dikirim melalui pos. Pengarsipan laporan tersebut juga kurang baik disebabkan tidak memadainya sumber daya manusia yang secara khusus bertanggung jawab untuk mengarsipkan laporan yang berjumlah sangat banyak (382 UPK). Aplikasi SIPNAP dirasakan kurang aplikatif dan terbatas dari kapasitas penyimpanan data dan kinerjanya. Aplikasi ini sudah memiliki manual untuk pengoperasiannya, namun kurang jelas apabila tidak disosialisasikan secara langsung.

98 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Kepatuhan pada pelaporan narkotika oleh semua UPK di Kota Adminsitrasi Jakarta Timur adalah sebesar 54,8%. Kepatuhan pelaporan psikotropika oleh semua UPK di Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebesar 46,2%. 2. Penggunaan narkotika terbanyak selama bulan Oktober-Desember 2011 untuk semua UPK ialah tablet kodein 20 mg. Penggunaan psikotropika terbanyak selama bulan Oktober-Desember 2011 untuk semua UPK ialah tablet luminal 30 mg. 3. UPK yang paling banyak menggunakan psikotropika selama bulan Oktober- Desember 2011 adalah Apotik Rini, Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, dan RS. Islam Pondok Kopi. 4. Kendala yang dialami dalam pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika menggunakan SIPNAP adalah: a. Sudinkes memiliki keterbatasan sumber daya manusia untuk merekapitulasi dan mengolah datapelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika. b. Tingkat kepatuhan UPK yang kurang akurat disebabkan UPK yang tidak menggunakan narkotika dan psikotropika tidak seluruhnya melakukan pelaporan dan waktu pelaporan UPK tidak serentak. c. Aplikasi SIPNAP memiliki keterbatasan kapasitas, kinerja, dan sosialisasi sehingga kurang aplikatif Saran 1. Untuk Sudinkes Kota Administrasi Jakarta Timur; diperlukan penambahan jumlah sumber daya manusia untuk pengelolaan narkotika dan psikotropika serta diperlengkapi dengan sarana untuk menunjang kinerja Seksi Sumber Daya Kesehatan, khususnya bidang Farmakmin. Sarana penunjang dapat berupa rak untuk arsip data, satu perangkat komputer yang dapat menunjang proses rekapitulasi laporan narkotika dan psikotropika dari 382 UPK. 21

99 22 Untuk aplikasi SIPNAP; pada dasarnya konsep aplikasi ini baik dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Sesuai dengan perkembangan era teknologi digital yang cepat dan tepat, Kementerian Kesehatan, sudinkes, dan aparat pemerintahan terkait perlu terus mengembangkan sistem teknologi informasinya sehingga dapat menghasilkan kinerja yang maksimal. Perlu pengembangan lebih lanjut untuk kinerja aplikasi SIPNAP dan disertai dengan sosialisasi seluas mungkin sehingga dapat dipahami oleh setiap bagian yang terkait, khususnya UPK.

100 23 DAFTAR PUSTAKA Undang-undang No. 5 Tahun (1997). Undang-undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Undang-undang No. 35 Tahun (2009). Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Daris, Azwar. (2008). Himpunan Peraturan Perundang-undangan Kefarmasian. Jakarta: ISFI. Dinas Kesehatan Kalimantan Timur. (2008). Pelatihan SIPNAP dan Sistem Pelaporan Dinamika Obat PBF). (diakses pada 1 Februari Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI. (2009). Panduan SIPNAP Versi Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

101 24 Lampiran 1. Form Laporan Narkotika

102 25 Lampiran 2. Form Laporan Psikotropika

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 19-30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ERLI SUSANTI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 6-30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 6-30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANASTASIA BANGUN,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT NOMOR 25 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WARDAH, S. Farm. 1206313841

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ULINAFIAH,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran : Jenis Perijinan : IJIN PELAYANAN KESEHATAN a. BP/RB/BKIA b. Pendirian / Penutupan Apotik c. Pedagang Eceran Obat d. Laboratoriun klinik e. Praktek Berkelompok Dokter Umum / Gigi / Spesialis f. Praktek

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1148/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 8 SEPTEMBER 26 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORANPRAKTEK KERJAPROFESIAPOTEKER DISUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN STANDAR PUBLIK GERAI PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN NO 1 2 3 4 5 6 IZIN 9 hari kerja Tdak dipungut 1 Surat Izin Bidan (SIB) Surat Izin Bidan (SIB) kepada Kepala Dinas Kesehatan Pemohon datang sendiri

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN SIMEULUE

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN SIMEULUE BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN DI KABUPATEN SIMEULUE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 11 MARET 2013 29 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LIDIA ROMITO

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No.

Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No. 00/Form-37/KP2T/2016 Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No. 64b di - Blitar Bersama ini kami mengajukan permohonan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci