UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DELLY RAMADON, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 i

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker DELLY RAMADON, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh: Nama : Delly Ramadon, S. Farm. NPM : Program Studi : Apoteker Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Periode 08 Maret 28 Maret 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Deden Muliadi, S.Si, Apt. ( ) Pembimbing II : Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt. ( ) Penguji I : Penguji II : Penguji III : iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat, rahmat, dan anugerah-nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Pemerintah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Selain itu juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memahami peran dan tugas Apoteker di lembaga pemerintahan, khususnya di Suku Dinas Kesehatan. Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan berlangsung pada periode Maret Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama praktek kerja dan penyusunan laporan ini, antara lain: (1) Bapak Deden Muliadi, S.Si., Apt., selaku pembimbing di Suku Dinas Kesehatan atas kesempatan yang diberikan, bimbingan, saran, serta bantuan yang diberikan selama PKPA dan penyusunan laporan ini. (2) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.Si., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia dan Pembimbing PKPA atas saran serta bantuan selama penyusunan laporan ini. (3) Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (4) Seluruh staf pengajar Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas segala bimbingannya selama masa perkuliahan. (5) Keluargaku tersayang, Mama, Papa, dan kedua Adik, yang tak hentihentinya memberikan dukungan moril dan materil, doa, penghiburan, dan motivasi selama studi di Farmasi. (6) Teman-teman seperjuangan Apoteker UI angkatan 76. Terima kasih untuk iv

5 segala dukungan, bantuan, saran, dan semangat yang telah diberikan. (7) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungannya selama PKPA dan penulisan laporan ini. Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Delly Ramadon, S. Farm. NPM : Program Studi Fakultas Jenis karya : Profesi Apoteker : Farmasi : Laporan Praktek Kerja Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Periode 08 Maret 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 15 Juni 2013 Yang menyatakan (Delly Ramadon)

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN UMUM Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Susunan Organisasi... 6 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Dasar Hukum Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Apotek Apotek Rakyat Pedagang Eceran Obat Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Cabang Penyalur Alat Kesehatan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman BAB 4 PEMBAHASAN Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin), Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Pelayanan Kesehatan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Kelurahan Puskesmas Kelurahan Kebagusan Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat III Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Perizinan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan (Apotek) Cara Pendataan Perizinan Sarana Kesehatan vi

8 4.6 Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Selatan Lampiran 2.Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Lampiran 3.Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek Lampiran 4.Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek Lampiran 5.Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan Lampiran 6.Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat Lampiran 7.Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional Lampiran 8.Formulir Permohonan Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional 59 Lampiran 9. A) Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan B) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK C) Laporan Hasil Pemeriksaan CPAK (Form 3) D) Pernyataan Siap Beroperasi (Form 4) E) Penundaan Izin CPAK (Form 5) F) Surat Keputusan CPAK (Form 6) G) Keputusan Pencabutan Izin CPAK (Form 7) Lampiran 10.Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan Lampiran 11.Data 10 Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ahun Lampiran 12.Denah Ruangan Gudang Obat Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Lampiran 13.Alur Dalam Pemberian Izin Cabang PAK Lampiran 14.Contoh Format Laporan Narkotika dan Psikotropika Sistem SIPNAP viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, nondiskriminatif, dan norma agama. Dalam membangun kesehatan tersebut pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (Pemerintah Republik Indonesia, 2009). Di sisi lain, ketatanegaraan Indonesia mengalami perkembangan. Hal tersebut terlihat bergesernya sistem ketatanegaraan dari sentralisasi menuju desentralisasi yang ditandai dengan berlakunya undang-undang Nomor 32 tahun Undang-undang tersebut menjelaskan mengenai ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan kepada daerah masing-masing untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan sehingga tercapainya kesejahteraan masyarakat. Selain itu untuk memperlengkapi dalam hal pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang tercantum 1 Universitas Indonesia

11 2 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun Peraturan pemerintah tersebut memuat bahwa aspek kesehatan merupakan salah satu urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan dalam urusan pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Dengan adanya sistem otonomi daerah, maka dalam perwujudan pembangunan kesehatan dibuatlah peraturan daerah tentang sistem kesehatan daerah (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Sistem kesehatan daerah bertujuan agar terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta secara sinergis, berhasil guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009a). Kewenangan tersebut mendorong terbentuknya Suku Dinas Kesehatan di tiap kota administratif di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Di dalam struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan terdapat seksi sumber daya kesehatan yang membawahi koordinator farmasi makanan dan minuman. Koordinator farmasi makanan dan minuman merupakan salah satu wadah bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesi kefarmasiannya di lingkup pemerintahan. Mahasiswa calon apoteker perlu mengetahui perannya dalam lingkup pemerintahan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas profesinya nanti. Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan pengalaman di dunia kerja, pengetahuan, dan pemahaman tentang peran apoteker di pemerintahan. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 08 Maret hingga 28 Maret 2013 untuk memberikan wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan.

12 3 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah agar mahasiswa program profesi apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia: a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan khususnya bagian Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin) Kota Administrasi Jakarta Selatan. c. Mengetahui dan memahami perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman Kota Administrasi Jakarta Selatan.

13 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Tinjauan Umum Suku Dinas Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Suku Dinas Kesehatan merupakan unit kerja dinas kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala suku dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah kepala dinas kesehatan dan bertanggung jawab kepada kepala dinas kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah walikota dan bertanggung jawab kepada walikota (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b). Suku Dinas Kesehatan yang membentukannya mengacu pada Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2008 merupakan gabungan dari suku dinas pelayanan kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan masyarakat. Berdasarkan peran dan fungsinya dinas kesehatan provinsi berperan sebagai regulator, sedangkan Suku Dinas Kesehatan berperan sebagai auditor. Suku Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan tugas pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat, Suku Dinas Kesehatan mempunyai fungsi (Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009b): a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) suku dinas. b. Melaksanakan dokumen pelaksanaan anggaran dan petunjuk pelaksanaan kegiatan suku dinas. c. Melaksanakan koordinasi administrasi kesehatan pada lingkup wilayah kota administrasi. d. Mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan memanfaatkan data dan informasi kesehatan pada lingkup kota administrasi. e. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian pelayanan kesehatan pada lingkup administrasi 4 Universitas Indonesia

14 5 f. Menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kota administrasi. g. Melaksanakan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan. h. Melaksanakan penyediaaan, penatausahaaan, penggunaan, pemelihara, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. i. Mengelola kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan. j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas Kesehatan. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi, perizinan/ rekomendasi/ sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana Suku Dinas Kesehatan. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas Kesehatan. s. Penyiapan bahan laporan dinas kesehatan kabupaten/ kota yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan.

15 6 2.2 Visi dan Misi Suku Dinas Kesehatan Visi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan adalah masyarakat Jakarta Selatan yang mandiri untuk hidup sehat. Sedangkan misi yang diemban oleh Suku Dinas Kesehatan untuk mencapai visi tersebut adalah: a. Meningkatkan mutu dan profesionalisme tenaga kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan. b. Mengendalikan dan menanggulangi gizi buruk dan penyakit menular, penyakit tidak menular, dan penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan. c. Menggalang kemitraan dengan berbagai sektor dan seluruh potensi yang ada di masyarakat. d. Mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sesuai dengan kemajuan teknologi. e. Meningkatkan mutu sistem pemasaran sosial kesehatan yang inovatif. 2.3 Susunan Organisasi Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009, terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas Kepala suku dinas selaku pimpinan di suku dinas mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas subbagian, seksi dan subkelompok jabatan fungsional. 3. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat 4. Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas. 5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi suku dinas.

16 7 b. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian tata usaha dipimpin oleh seorang kepala subbagian yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Subbagian tata usaha mempunyai tugas: 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Angggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. 4. Melaksanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas. 5. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang suku dinas. 6. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan suku dinas. 7. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja suku dinas. 8. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor. 9. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat/ pertemuan suku dinas. 10. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara suku dinas. 11. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. 12. Menyiapkan bahan laporan suku dinas yang terkait dengan tugas subbagian tata usaha. 13. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) suku dinas. 14. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas subbagian tata usaha.

17 8 c. Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi kesehatan masyarakat merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi kesehatan masyarakat dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi kesehatan masyarakat mempunyai tugas : 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai ruang lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dalam lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelaksanaan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan. 4. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. 5. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. 6. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. 7. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat kota administrasi/ kabupaten. 8. Melaksanakan manajemen basis data kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. 9. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan Pembinaan Peran Serta Masyarakat (PPSM). 10. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). 11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi kesehatan masyarakat. 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi kesehatan masyarakat.

18 9 d. Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi pelayanan kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi pelayanan kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pelayanan kesehatan mempunyai tugas: 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. 4. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. 5. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan masyarakat. 6. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pelaksanaan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. 7. Memberikan rekomendasi/ perizinan sarana pelayanan kesehatan. 8. Memberikan tanda daftar kepada usaha pengobatan tradisional. 9. Melaksanakan siaga 24 jam Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). 10. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. 11. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pelayanan kesehatan. 12. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pelayanan kesehatan.

19 10 e. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi pengendalian masalah kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi pengendalian masalah kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggungjawab kepada kepala suku dinas. Seksi pengendalian masalah kesehatan mempunyai tugas: 1. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. 4. Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. 5. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular/ tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. 6. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. 7. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/ atau instansi pemerintah/ swasta/ masyarakat. 8. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi. 9. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup kabupaten/ kota administrasi.

20 Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. 11. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. 12. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. 13. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah/ Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. 14. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum/ air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan lingkungan kumuh penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan/ upaya pemantauan lingkungan. 15. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. 16. Penyajian materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja. 17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. 18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi pengendalian masalah kesehatan. f. Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi sumber daya kesehatan merupakan satuan kerja Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan dipimpin oleh seorang kepala seksi yang berkedudukan di bawah kepala suku dinas dan bertanggung jawab kepada kepala suku dinas. Seksi sumber daya kesehatan mempunyai tugas: 1. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) suku dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

21 12 2. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman. 4. Memberikan rekomendasi/ perizinan praktek tenaga kesehatan. 5. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. 6. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. 7. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. 8. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. 9. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan. 10. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada puskesmas. 11. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 12. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, dan auditor mutu pelayanan kesehatan. 13. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana farmasi makanan minuman, yang meliputi industri kecil obat tradisional, sub penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga. 14. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat generik dan persediaan cadangan obat esensial. 15. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup kabupaten/ kota administrasi. 16. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. 17. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas seksi sumber daya kesehatan. 18. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi sumber daya kesehatan.

22 13 Seksi sumber daya kesehatan dibagi menjadi tiga koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi seksi sumber daya kesehatan. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan adalah koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standarisasi mutu kesehatan, dan koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

23 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN 3.1 Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta merupakan regulator yang berperan membuat pedoman, kebijakan, maupun persyaratan dalam pelaksanaan hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan. Regulasi yang telah dibuat dinas kesehatan diaudit oleh Suku Dinas Kesehatan (sudinkes) untuk dilaksanakan oleh subjek atau sasaran regulasi tersebut. Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009, Suku Dinas Kesehatan memiliki struktur organisasi yang terdiri dari seksi sumber daya kesehatan, seksi pelayanan kesehatan, seksi kesehatan masyarakat, seksi pengendalian masalah kesehatan dan seksi sumber daya kesehatan. Seksi sumber daya kesehatan secara garis besar memiliki peran dalam lingkup tenaga kesehatan, mutu kesehatan, serta kefarmasian, makanan, dan minuman. Masing-masing peran tersebut dibagi menjadi beberapa koordinator untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing. Koordinator yang terdapat pada seksi sumber daya kesehatan terdiri dari koordinator tenaga kesehatan, koordinator pengelola standardisasi mutu kesehatan, serta koordinator farmasi makanan dan minuman. Setiap koordinator memiliki fungsi dan tugas khusus yang mendukung pelaksanaan tugas-tugas dan seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK). Koordinator pada seksi SDK yang akan dipaparkan pada bab ini adalah farmasi makanan dan minuman (Farmakmin). Tugas pokok koordinator farmasi makanan minuman adalah: a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan (PPK) seksi sumber daya kesehatan. 14 Universitas Indonesia

24 15 c. Melaksanakan supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin seperti apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagang Eceran Obat (PEO). d. Melaksanakan pengelolaan dan layanan perizinan apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, industri kecil obat tradisional, pangan industri rumah tangga, dan pedagang eceran obat. e. Melakukan Bimbingan, Pengawasan dan Pengendalian (Binwasdal) terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian pemerintahan dan swasta. f. Melakukan akreditasi dan pengawasan mutu pelayanan kesehatan. g. Mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian klinik. h. Melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan. i. Melaksanakan rekapitulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) puskesmas. j. Melaksanakan pemantauan harga obat generik, dan persediaan cadangan obat esensial. k. Melakukan pengamanan obat, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika, makanan, dan minuman. l. Memantau dampak lingkungan. m. Pembinaan produsen, distributor dan penggunaan obat, termasuk narkotika,psikotropika dan zat aditif (NAPZA). n. Melaksanakan pengelolaan laporan narkotika. o. Melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan serta memberikan sertifikat penyuluhan industri rumah tangga makanan dan minuman. p. Melaksanakan pencatatan surat masuk dan keluar serta pendistribusiannya. q. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian komunitas, melalui saran, rekomendasi perbaikan, penilaian, pemberian penghargaan, sanksi dan rehabilitasi terhadap sarana farmasi, makanan, dan minuman. r. Pengelolaan terhadap hasil supervisi. s. Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang dilaporkan profesi dan masyarakat.

25 16 t. Mensosialisasikan perundang-undangan dan program. u. Bekerja sama dalam tim dengan koordinator standardisasi mutu dan koordinator tenaga kesehatan. v. Menilai dan mempertanggungjawabkan kinerja. w. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan langsung. 3.2 Dasar Hukum Dasar hukum yang yang menjadi pijakan pelaksanaan peran dan fungsi dari Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yaitu: a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. b. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. c. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/2007 tentang Apotek Rakyat. e. Keputusan Menteri Kesehatan No. 497/Menkes/SK/VII/2006 tentang Daftar Obat Esensial Nasional. f. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat. g. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. h. Peraturan Menteri Kesehatan No. 688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika. i. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142/Menkes/Per/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. k. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di Wilayah DKI Jakarta. l. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional

26 17 m. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti dan Izin Kerja Apoteker. n. Keputusan Menteri Kesehatan No. 2912/B/SK/IX/1986 tentang Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga. o. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1965 tentang Apotek. p. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28/Menkes/Per/I/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. 3.3 Perizinan Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Setiap orang dan/atau badan hukum yang menyiapkan, meracik, dan/ atau mendistribusikan sediaan farmasi, alat kesehatan, perbekalan kesehatan rumah tangga, serta industri rumah tangga yang memproduksi, mengolah, dan mendistribusikan makanan dan minuman, wajib mengajukan perizinan. Perizinan diajukan kepada kepala dinas kesehatan, namun dengan adanya otonomi daerah, maka perizinan diajukan ke Suku Dinas Kesehatan kota/ kabupaten administrasi. Perizinan yang dikelola oleh Suku Dinas Kesehatan adalah izin apotek, izin pedagang eceran obat, izin cabang penyalur alat kesehatan, izin industri kecil obat tradisional, dan sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga bagi industri kecil makanan dan minuman. Selain itu, terdapat apotek rakyat yang perizinannya juga diajukan ke Suku Dinas Kesehatan, dimana izin penyelenggaraannya diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Dalam menjalankan praktek kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian yang merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan

27 18 farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien (Pemerintah Republik Indonesia, 2009a). Pekerjaan kefarmasian harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan, salah satunya adalah apoteker yang merupakan tenaga kefarmasian. Setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi, dimana untuk apoteker adalah Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yang dikeluarkan oleh menteri, dan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu lima tahun berikutnya apabila memenuhi syarat. Untuk memperoleh STRA, maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah: a. Ijazah apoteker. b. Sertifikat kompetensi profesi. c. Surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji apoteker. d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktek. e. Membuat surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Sebelum melaksanakan kegiatan di apotek, apoteker pengelola apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA). Izin apotek berlaku selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan APA dapat melaksanakan tugasnya dan masih memenuhi persyaratan. Untuk mendapatkan SIA, APA mengajukan surat permohonan SIA kepada kepala suku dunas kabupaten/kota. SIA diberikan oleh menteri yang mendelegasikan wewenangnya kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (Departemen Kesehatan RI, 2002b). Untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat, maka dikeluarkan pemberlakuan pedoman pelayanan kefarmasian di apotek oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Di dalam peraturan ini tercantum persyaratan pendirian apotek. Selain itu, segala bentuk perubahan dalam pengelolaan apotek diharuskan memperbaharui izin.

28 Apotek Rakyat Apotek rakyat adalah sarana pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan. Apotek rakyat juga tidak menjual narkotika serta harus mengutamakan obat generik. Pengaturan apotek rakyat bertujuan untuk: a. Pedoman bagi toko obat yang ingin meningkatkan pelayanan dan status usahanya menjadi apotek rakyat. b. Pedoman bagi perorangan atau usaha kecil yang ingin mendirikan apotek rakyat. c. Melindungi masyarakat untuk dapat memperoleh pelayanan kefarmasian (Departemen Kesehatan RI, 2007). Setiap orang atau badan usaha dapat mendirikan apotek rakyat, dimana apotek rakyat harus memiliki izin yang dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Setiap apotek rakyat harus memiliki 1 (satu) orang apoteker sebagai penangung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. Permohonan izin pendirian apotek rakyat diajukan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan akan dikeluarkan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (Departemen Kesehatan RI, 2007) Pedagang Eceran Obat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 167 Tahun 1972, pedagang eceran obat adalah orang atau badan hukum Indonesia yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat bebas terbatas (daftar W) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagaimana tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat dapat diusahakan oleh perusahaan negara, perusahaan swasta atau perorangan, di mana pedagang eceran obat menjual obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas dalam bungkusan dari pabrik yang membuatnya secara eceran. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari menteri kesehatan. Obat-obat bebas terbatas harus

29 20 disimpan dalam lemari khusus dan tidak boleh dicampur dengan obat-obat atau barang-barang lain (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Permohonan perizinan sarana pedagang eceran obat diajukan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat. Penerbitan izin setiap pedagang eceran obat harus disampaikan tembusan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota kepada menteri, kepala dinas kesehatan propinsi serta kepala balai POM setempat (Departemen Kesehatan RI, 2002a). Izin usaha pedagang eceran obat berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung dari mulai tanggal ditetapkan dan 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir harus mengajukan permohonan perpanjangan izin pedagang eceran obat. Penanggung jawab toko obat adalah asisten apoteker yang merupakan penanggung jawab teknis farmasi. Permohonan izin pedagang eceran obat diajukan secara tertulis dan disertai: a. Alamat dan denah tempat usaha. b. Nama dan alamat pemohon. c. Nama dan alamat asisten apoeteker. d. Fotokopi ijazah, surat pengusaha dan surat izin kerja asisten apoteker. e. Surat pernyataan kesediaan bekerja asisten apoteker sebagai penanggung jawab teknis. Pencabutan izin pedagang eceran obat dilakukan oleh kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan pemilik izin harus menyerahkan surat izinnya kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota (Departemen Kesehatan RI, 2002a) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah industri obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp ,00 (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Usaha IKOT wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut, yaitu dilakukan oleh perorangan atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, memiliki nomor pokok wajib pajak,

30 21 dan harus didirikan di tempat yang bebas pencemaran dan tidak mencemari lingkungan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Sebelum menjalankan usahanya, pemilik industri obat tradisional ini harus memiliki izin dalam hal sarana dan prasarana industri tersebut. Untuk mendirikan usaha industri kecil obat tradisional diperlukan izin menteri kesehatan. Sebagai penanggung jawab teknis industri kecil obat tradisional adalah seorang apoteker. Industri kecil obat tradisional wajib mengikuti pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) yang ditetapkan oleh menteri kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 1990). Sebelum izin industri kecil obat tradisional diperoleh, terlebih dahulu pemohon harus mengajukan izin prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan kepada pemohon untuk dapat langsung melakukan persiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan, dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui. (Departemen Kesehatan RI, 1990) Cabang Penyalur Alat Kesehatan Cabang penyalur alat kesehatan adalah perwakilan usaha dari penyalur alat kesehatan yang telah mendapat izin. Dalam hal ini apabila suatu perusahaan atau distributor besar ingin melaksanakan atau memiliki perwakilan usaha di suatu daerah, perusaahn atau distributor tersebut dapat mengajukan perizinan sub penyalur alat kesehatan kepada Suku Dinas Kesehatan. Kebanyakan usaha penyalur alat kesehatan yang ada saat ini dilakukan oleh perorangan tanpa keberadaan badan usaha yang jelas. Artinya, usaha ini dilakukan oleh perorangan tersebut jika mendapatkan suatu tender proyek peralatan kesehatan. Oleh karena itu, pembinaan terhadap cabang penyalur alat kesehatan ini harus dilakukan dengan ketat. Segala bentuk perubahan yang terjadi baik fisik maupun non fisik wajib dilaporkan kepada Suku Dinas Kesehatan untuk diurus perizinan perubahan tersebut.

31 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Pangan industri rumah tangga adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di lokasi pemukiman dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam menjalankan PIRT ini, perusahaan pangan harus mempunyai Seritifkat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga atau SPP-IRT. Sesuai Surat Keputisan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 antara lain tentang Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT. 3.4 Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Farmasi Makanan dan Minuman Pembinaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan dalam bentuk pemberian informasi, sosialisasi peraturan, memberi penyegaran, memberikan bimbingan teknis secara langsung ke lapangan maupun tidak langsung untuk meningkatkan konsistensi petugas agar memenuhi persyaratan. Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No. 36, 2009). Pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan untuk memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan; menggerakka dan melaksanakan penyelenggaraan upaya kesehatan; memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan; memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan

32 23 kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta makanan dan minuman; memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan persyaratan; melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan (Undang-Undang RI No. 36, 2009). Bentuk pembinaan yang dilaksanakan oleh pemerintah antara lain (Undnag-Undang RI No. 36, 2009): a. Komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat. b. Pendayagunaan tenaga kesehatan. c. Pembiayaan. Tujuan besar dari pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah adalah untuk melindungi pihak-pihak yang ada maupun terlibat dalam upaya kesehatan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan, pemerintah dalam hal ini menteri kesehatan dapat mendelegasikan wewenangnya kepada pihak lain, misalnya lembaga pemerintah nonkementerian, kepala dinas provinsi, dan kepala dinas kabupaten/kota yang berperan di bidang kesehatan. Pengawasan pada sarana kefarmasian dilaksanakan secara langsung ke sarana farmasi oleh dinas kesehatan, Suku Dinas Kesehatan, dan lintas sektor terkait untuk mengetahui apakah pelaksanaan pelayanan kefarmasian di apotek telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Sedangkan pengendalian dilaksanakan sebagai upaya tindak lanjut dari pengawasan yang dapat berupa sanksi administrasi, berupa teguran, peringatan, sampai pencabutan izin. Suku Dinas Kesehatan kota administrasi melaksanakan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh dinas kesehatan, yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap teknis pelaksanaan program di kota administrasi misalnya apotek, puskesmas, dan rumah sakit. Suku Dinas Kesehatan kota administrasi dapar memberikan teguran dan pencabutan izin. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian berfungsi untuk memantau proses dan produkproduk layanan di bidang kesehatan secara efektif dan efisien dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat sehingga kepuasan masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dapat dipenuhi secara optimal sesuai dengan sumber daya yang ada.

33 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin), Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK), Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan Suku Dinas Kesehatan merupakan suatu unit penyelenggara upaya kesehatan yang berada di bawah dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan berdiri atas dasar sistem otonomi daerah berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun Secara teknis, Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh kepala Suku Dinas Kesehatan yang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan walikota. Suku Dinas Kesehatan di provinsi DKI Jakarta saat ini terbagi menjadi enam wilayah administrasi, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan Pulau Seribu. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki lima seksi, yaitu Seksi Tata Usaha, Seksi Kesehatan Masyarakat, Seksi Pelayanan Kesehatan, Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan, dan Seksi Sumber Daya Kesehatan. Masing-masing seksi di Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh kepala seksi yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Suku Dinas. Masingmasing seksi membawahi beberapa subbagian yang dikepalai oleh seorang koordinator subbagian, yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan oleh masing-masing kepala seksi. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dilihat pada Lampiran 1. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) memiliki tiga subbagian, yaitu Tenaga Kesehatan, Standardisasi Mutu Kesehatan, dan Farmasi Makanan dan Minuman (Farmakmin). Pada laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) kali ini, pembahasan akan dikhususkan pada subbagian Farmasi Makanan dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tugas pokok Farmakmin diantaranya melaksanakan pemberian rekomendasi sarana kefarmasian tertentu dan sarana lainnya yang berhubungan dengan kesehatan serta pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan 24 Universitas Indonesia

34 25 pengendalian terhadap perbekalan kesehatan. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman memegang peranan dalam perizinan, pengawasan, dan pengendalian sarana kesehatan, baik yang dikendalikan oleh pemerintah maupun perorangan. Beberapa kegiatan yang dikendalikan oleh koordinator farmasi makanan dan minuman adalah melaksanakan pengelolaan perizinan apotek, apotek rakyat, Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), dan Pedagan Eceran Obat (PEO); melaksanakan supervisi dan pengelolaan hasil supervisi dalam rangka rekomendasi perizinan sarana farmakmin; melaksanakan binwasdal terhadap sarana pelayanan kesehatan kefarmasian, baik pemerintah maupun swasta; melaksanakan pengelolaan penyuluhan keamanan pangan; melaksanakan pengelolaan laporan narkotika dan psikotropika; melakukan pengelolaan bidang obat Suku Dinas Kesehatan; melaksanakan pemantauan harga obat narkotika, dan persediaan cadangan obat esensial; serta melaksanakan rekaptulasi Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) dari Puskesmas Kecamatan dalam satu wilayah Kota Administrasi Pelayanan Kesehatan dan Pengadaan Obat di Puskesmas Kelurahan Pada PKPA kali ini penulis ditugaskan untuk melaksanakan praktik langsung di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu membawahi 10 Puskesmas Kelurahan, yaitu Puskesmas Kelurahan Kebagusan, Pasar Minggu I, Pasar Minggu II, Pejaten Barat I, Pejaten Barat II, Pejaten Barat III, Pejaten Timur, Ragunan, Cilandak Timur, dan Jati Padang. Dari sepuluh puskesmas kelurahan tersebut, hanya satu yang telah memiliki tenaga profesi apoteker, yaitu Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu II. Oleh karena itu, Kepala Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu menugaskan penulis untuk melakukan praktik di enam puskesmas kelurahan untuk mengetahui sistem pelayanan kesehatan dan pengadaan obat di puskesmas kelurahan masing-masing. Keenam puskesmas kelurahan tersebut adalah Puskesmas Kelurahan Kebagusan, Pejaten Timur, Cilandak Timur, Pasar Minggu I, Pejaten Barat I dan III.

35 Puskesmas Kelurahan Kebagusan Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Kebagusandilaksanakan di beberapa unit, yaitu: a. Poli umum yang merupakan tempat praktik dokter umum b. Ruang tindakan yang meliputi tindakan rawat luka, jahit luka dan lepas jahitan, injeksi, pengangkatan serumen/benda asing, incisi/excisi abses, pemberian O2, dan rujukan. c. Poli gigi tempat praktik dokter gigi d. Poli KB, Hamil, Imunisasi untuk pemeriksaan kehamilan, pemasangan alat kontrasepsi, dan imunisasi untuk bayi dan balita. e. Poli TB, Kesling, Gizi/Posyandu f. Ruang Obat Pelayanan kesehatan dilakukan mulai pukul 7.30 hingga pukul siang, dan dapat dilanjutkan dari pukul hingga pukul Jumlah pasien per hari rata-rata 50 pasien, pada umumnya membutuhkan pelayanan kesehatan pada unit poli umum, poli gigi, dan poli KB-Hamil-Imunisasi. Apabila Puskesmas Kelurahan Kebagusantidak dapat menangani keluhan pasien, pasien akan dirujuk ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, dan jika Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tidak mampu menangani pasien akan dirujuk ke rumah sakit pemerintah daerah Jakarta Selatan. Rumah sakit pemerintah daerah Jakarta Selatan kemudian akan merujuk pasien ke rumah sakit yang berada di bawah wewenang Kementerian Kesehatan (seperti RSCM) apabila pasien memerlukan rujukan lebih lanjut. Ibu hamil trimester ketiga akan langsung dirujuk ke puskesmas kecamatan. Puseksmas Kelurahan Kebagusanmemiliki fasilitas ruang obat sebagai tempat melakukan praktik kefarmasian seperti penyiapan obat, penulisan etiket obat, pemberian informasi kepada pasien, dan penyimpanan obat-obat yang sedang digunakan. Ruang obat dikelola oleh seorang perawat dan memiliki hampir 60 jenis obat yang digunakan untuk pelayanan kesehatan. Sebagian dari obat-obatan tersebut telah lama tidak tersedia karena pemakaiannya yang jarang. Apabila obat yang diresepkan tidak tersedia di ruang obat, penanggung jawab

36 27 akan memberikan resep pengantar untuk digunakan pasien menebus obat tersebut di apotek luar puskesmas. Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di ruang obat dirasa masih harus banyak dibenahi, terutama karena yang melakukan praktik bukan seorang apoteker. Praktik yang dirasakan kurang terutama pada pemberian informasi obat kepada pasien. Selain itu, ruang obat juga tidak melakukan peracikan obat, sehingga dalam pemberian obat untuk pasien anak-anak, pasien diharuskan mengetahui bagaimana cara membagi satu dosis besar menjadi dosis-dosis kecil yang tertulis di etiket. Ruang obat Puskesmas Kelurahan Kebagusanmemiliki berbagai jenis dokumen mutu yang harus tersedia untuk menjamin berlangsungnya praktik berdasarkan baku mutu yang telah ditetapkan. Dokumen mutu tersebut berisi datadata yang dimasukkan secara manual (tertulis) berupa buku-buku. Jenis dokumen mutu yang ada di ruang obat adalah buku laporan kontrol rujukan SKTM dan JPK Gakin, laporan pengeluaran obat gudang, permintaan obat internal, laporan penerimaan obat dari kecamatan, catatan jumlah resep harian, catatan jumlah obat harian, buku laporan obat bulanan, buku keluhan pelanggan, buku pencatatan perbaikan, buku catatan pengendalian dokumen, ceklis kebersihan, laporan pencapaian sasaran mutu, buku pemakaian obat psikotropika, pemantauan sasaran mutu dokumen unit apotek, dan pemantauan obat habis. Sistem pengadaan obat di Puskesmas Kelurahan Kebagusanadalah berdasarkan LPLPO dan buku permintaan obat internal yang diserahkan kepada induk Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Obat akan diberikan oleh Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur berlokasi di Jalan Swadaya Nomor 1. Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur dipimpin oleh seorang dokter umum yang sekaligus melakukan praktik di Puskesmas tersebut. Puskesmas ini memiliki 7 pegawai utama yang terdiri dari dokter umum, dokter gigi, 2 orang bidan, satu orang perawat yang merangkap sebagai tukang obat, tenaga kesehatan lingkungan

37 28 dan satu orang pegawai tata usaha. Selain pegawai utama di atas, terdapat satu orang pegawai lain yang bertugas sebagai pembantu umum. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur dilaksanakan mulai pukul hingga pukul 15.00, namun jam buka loket pendaftaran pasien hanya dibuka sampai pukul lalu dibuka kembali pada pukul Alur pelayanan di puskesmas Kelurahan Pejaten Timur yaitu pertama pasien harus mendaftarkan diri ke loket. Untuk pasien Asuransi Kesehatan (Askes) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) pasien tidak perlu membayar ke loket, sedangkan bila pasien adalah pasien umum selain Askes dan KJS maka akan dikenai biaya pengobatan. Pasien yang belum pernah mendaftar akan diminta mengisi data diri untuk ditulis di dalam Kartu Rekam Medis Pasien. Bila sebelumnya pasien sudah pernah mendaftar, maka pasien akan langsung diberikan nomor antri sesuai poli tempat pasien tersebut berobat. Pasien dapat berobat ke Poli Umum, Gigi, KB (Keluarga Berencana), Ibu-Anak, Gizi-Posyandu, Kesehatan Lingkungan dan TB (Tuberkulosa). Setelah pasien diperiksa maka pasien harus membawa resep ke kamar obat. Karena belum ada tenaga profesi apoteker, maka ruang pelayanan resep disebut sebagai kamar obat. Resep yang dilayani umumnya dalam bentuk sediaan tablet, kapsul, pulveres, sirup, suspensi, obat tetes, ovula dan sediaan topikal seperti salep dan krim. Pelayanan resep di Puskesmas Pejaten Timur sudah mengikuti Instruksi Kerja dari Puskesmas Kecamatan. Banyaknya resep yang dilayani berkisar antara lembar resep per hari yang nantinya lembar resep tersebut harus dipisahkan sesuai kategori yang ditentukan oleh Puskesmas Kecamatan, yaitu pasien Umum, KJS, Askes, Ibu-Anak, KB, TB dan Gigi. Pengadaan obat di Puskesmas Pejaten Timur dilakukan secara harian, yaitu perawat mencatat stok obat yang habis di dalam buku permintaan yang akan diberikan kepada Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Setelah buku permintaan diberikan maka satu atau dua hari kemudian puskesmas kecamatan akan memberikan obat yang diminta dan apabila obat yang diminta tidak ada maka puskesmas kecamatan akan memberi keterangan di buku permintaan tersebut. Setelah obat diterima, obat disimpan di gudang dengan sistem alfabetis. Hal ini

38 29 dilakukan untuk memudahkan tenaga kesehatan lainnya yang menggantikan pekerjaan perawat tersebut sebagai tukang obat bila perawat sedang melaksanakan program puskesmas yang lain. Obat juga diberi tanda kedaluwarsa sesuai dengan instruksi kerja dari Puskesmas Kecamatan yaitu menempelkan stiker dengan warna berbeda untuk setiap tahun dan bulannya. Perawat akan melakukan pencatatan harian di buku gudang dan akan merekapitulasi di kartu stok opname gudang setiap akhir bulan yang kemudian dibuat laporan pemakaian obat sesuai format LPLPO (Lembar Permintaan dan Laporan Pemakaian Obat). LPLPO dilaporkan ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu setiap awal bulan. LPLPO tersebut merupakan laporan pertanggung jawaban dari suatu unit pelayanan kesehatan mengenai permintaan dan pemakaian obat selama periode satu bulan. Selain pelayanan kesehatan dan pengadaan obat, perawat juga melakukan kegiatan administrasi dan dokumentasi seluruh buku dan catatatan harian terhadap semua jenis obat. Berdasarkan hasil evaluasi, baik audit internal maupun eksternal, kamar obat di Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur belum ada temuan dan memberikan hasil yang baik serta sudah sesuai dengan ISO 9001: Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur Pelayanan obat di kamar obat Puskesmas Kelurahan Cilandak Timur umumnya dilayani dari pukul sampai dengan pukul Tenaga kesehatan di puskesmas kelurahan Cilandak Timur terdiri dari satu orang dokter umum, satu orang dokter gigi, beberapa perawat dan bidan. Pelayanan obat biasanya berasal dari resep yang dituliskan oleh dokter umum dan dokter gigi pada pasien di puskesmas tersebut. Pelayanan obat di kamar obat di puskesmas tersebut dilakukan oleh perawat ataupun bidan sesuai dengan jadwal yang telah diterapkan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tenaga kefarmasian seperti apoteker maupun asisten apoteker untuk melakukan pelayanan obat. Hal ini pun berpengaruh akan pelayanan di puskesmas kelurahan tersebut yaitu pemberian informasi obat yang kurang lengkap dan peresepan obat yang kurang sesuai terhadap pasien tersebut.

39 30 Setiap harinya rata-rata resep dokter yang dilayani di puskesmas tersebut berkisar antara 50 hingga 60 resep per hari. Obat-obat yang diberikan dalam proses pelayanan obat sebagian besar adalah sediaan pulveres, tablet, sirup, dan juga sediaan topikal. Namun dikarenakan banyaknya pelayanan resep dan kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas tersebut maka untuk proses dispensing sediaan obat suspensi kering dilakukan sendiri oleh pasien dengan terlebih dahulu diberikan pengarahan. Pasien yang datang untuk berobat ke puskesmas kelurahan ini tidak dikenakan biaya untuk obat yang diberikan di kamar obat, pasien hanya cukup membayar biaya administrasi pada saat mendaftar. Saat ini pengadaan obat di puskesmas kelurahan Cilandak Timur dilakukan dengan cara menyerahkan LPLPO (laporan pemakaian dan lembar permintaan obat) pada puskesmas kecamatan yaitu puskesmas kecamatan Pasar Minggu. LPLPO tersebut sebagai laporan pertanggungjawaban dari setiap puskesmas dalam penggunaan obat untuk pelayanan kesehatan masyarakat. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat apa saja yang kurang dan yang perlu penambahan dari Suku Dinas Kesehatan. Penataan obat di puskesmas kelurahan Cilandak Timur untuk masingmasing obat tidak berdasarkan penggolongan obat. Namun, untuk mengetahui tahun kadaluarsa dari obat tersebut di tiap kotak kemasan obat diberikan tanda tertentu Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I terletak di Jalan Pejaten Raya No 2. Pelayanan obat di puskesmas ini yaitu mulai pukul sampai pukul dan pelayanan siang dari pukul sampai pukul Ruangan yang terdapat di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I terdiri dari ruang periksa dokter umum dan dokter gigi, ruang bidan, ruang pelayanan obat dan ruang loket. Jumlah resep yang diterima dalam satu hari di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat 1 kurang lebih resep. Pegawai yang ada di puskesmas ini antara lain 1 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 2 orang perawat, 1 orang bidan, 1 orang staf administrasi dan 1 orang sanitasi.

40 31 Pengadaan obat di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I dilakukan setiap bulan dengan melakukan permintaan obat ke Kecamatan Pasar Minggu. Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I mengirimkan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat ke Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu. Kemudian Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu mengirimkan obat sesuai permintaan ke Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I. Permintaan obat dari Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat 1 kepada Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu berdasarkan dari konsumsi dan pola penyakit. Penataan obat di ruang penyimpanan obat Puskesmas Pejaten Barat 1 tidak berdasarkan penggolongan obat. Masalah yang ditemui pada pelayanan kefarmasian di Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat I adalah tidak adanya tenaga kefarmasian baik apoteker maupun asisten apoteker. Yang menjalankan tugas kefarmasian adalah perawat sehingga informasi yang diberikan kepada pasien mengenai obat kurang lengkap. Obat-obat yang diberikan dalam proses pelayanan obat sebagian besar adalah sediaan tablet, pulveres, sirup, dan juga sediaan topikal. Obat-obatan ini diberikan secara gratis kepada pasien yang telah memiliki KJS (Kartu Jakarta Sehat) Puskesmas Kelurahan Pejaten Barat III Puskemas yang terletak di jalan Siaga Raya, komplek Bappenas, Jakarta Selatan. Tenaga kesehatan di puskesmas Pejaten Barat III terdiri dari seorang dokter gigi yang menjabat sebagai kepala puskesmas, seorang dokter umum, dua orang bidan, dan seorang perawat. Pelayanan kesehatan di puskesmas ini berlangsung dari pukul sampai dengan pukul dari hari senin sampai jumat. Puskesmas juga tetap melakukan pelayanan kesehatan di hari sabtu dari pukul sampai pukul Pelayanan obat yang diresepkan oleh dokter dilakukan oleh bidan atau tenaga administrasi kesehatan yang ada di puskesmas. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya tenaga kefarmasian seperti apoteker maupun asisten apoteker untuk melakukan pelayanan obat. Kondisi tersebut menyebabkan sering kali pasien tidak mendapat informasi yang lengkap mengenai cara penggunaan obat yang benar.

41 32 Setiap harinya rata-rata resep dokter yang dilayani di puskesmas ini berkisar antara 30 sampai 40 resep per hari. Obat-obat yang diberikan dalam proses pelayanan obat sebagian besar adalah sediaan pulveres, tablet, sirup, dan juga sediaan topikal. Obat-obatan ini diberikan secara gratis kepada pasien yang telah memiliki KJS (Kartu Jakarta Sehat). Pengadaan obat di puskesmas kelurahan Pejaten Barat III dilakukan dengan cara menyerahkan LPLPO (laporan pemakaian dan lembar permintaan obat) pada puskesmas kecamatan Pasar Minggu. LPLPO tersebut sebagai laporan pertanggungjawaban dari setiap puskesmas dalam penggunaan obat untuk pelayanan kesehatan masyarakat, LPLPO dari tiap puskesmas kelurahan wajib dikirimkan ke puskesmas kecamatan yang bersangkutan untuk dilakukan rekapitulasi. Setiap bulannya ditetapkan maksimal pada tanggal 15. Selanjutnya hasil rekapitulasi dari tiap puskesmas kecamatan akan dikirimkan ke koordinator Farmakmin Seksi SDK Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan. Melalui laporan tersebut dapat diketahui persediaan obat apa saja yang kurang dan yang perlu penambahan dari Suku Dinas Kesehatan Puskesmas Kelurahan Pasar Minggu I Puskesmas kelurahan Pasar Minggu I terletak di Komplek TNI-AL Jalan BII Rawa Bambu, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat ini, puskesmas Pasar Minggu I dikepalai oleh dr. Setya Ratri yang juga berpraktik sebagai dokter umum di puskesmas tersebut. Puskesmas Pasar Minggu I terdiri dari 1 lantai yang terdiri dari beberapa ruangan, seperti loket, ruang obat, ruang tata usaha, poli umum, poli gigi, ruang keluarga berencana, ruang suntik, ruang tamu, gudang, dapur dan toilet. Fasilitas untuk ruang tunggu pasien tidak memiliki ruangan khusus, melainkan hanya berupa sederetan bangku yang terletak di koridor sepanjang puskesmas. Karyawan yang bekerja di puskesmas ini hanya terdiri dari 7 orang, yaitu 1 orang dokter umum sekaligus kepala puskesmas, 1 orang dokter gigi, 4 orang perawat, dan 1 orang asisten rumah tangga. Sebagai ganti apoteker yang absen,

42 33 salah seorang dari perawat akan bertugas melayani resep dan memberitahukan informasi obat kepada pasien. Jam buka loket dimulai sejak pukul sampai dengan WIB, dengan waktu istirahat pukul sampai dengan pukul WIB. Apabila dokter umum atau dokter gigi berhalangan hadir, maka salah seorang dari perawat akan menggantikan mereka dalam melayani pasien. Alur pelayanan pasien di puskesmas ini diawali dengan proses pendaftaran yang dilakukan oleh pasien di loket. Apabila pasien yang ingin berobat merupakan pasien baru maka ia harus melakukan registrasi pasien baru (status). Selanjutnya, pasien diperiksa oleh dokter atau perawat yang dituju dan menerima resep. Resep tersebut dapat ditebus di ruang obat setelah urusan administrasi diselesaikan. Bila dibutuhkan, dokter akan merujuk pasien ke rumah sakit atau dokter internis. Pengadaan obat di puskesmas kelurahan Pasar Minggu I dilakukan dengan perantara formulir LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) yang ditujukan ke puskesmas kecamatan. Puskesmas kelurahan ini melaporkan LPLPO ke puskesmas kecamatan paling lambat tanggal 1 pada bulan berikutnya. Puskesmas Pasar Minggu I memiliki tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan berupa gudang kecil yang terletak di belakang puskesmas. Gudang ini memiliki ac (air conditioner) yang senantiasa dipasang untuk menjaga suhu ruangan agar tetap berkisar 20 o C. Setiap hari dilakukan proses pemantauan suhu gudang dimana hasilnya akan dicantumkan dalam lembar monitoring suhu gudang. Gudang memiliki 3 rak yang ditujukan untuk menempatkan obat dan alat kesehatan. Rak pertama digunakan untuk menyimpan obat dalam bentuk sediaan cair, rak kedua digunakan untuk menyimpan obat dalam bentuk sediaan padat dan rak ketiga digunakan untuk menyimpan obat dalam bentuk sediaan semipadat sekaligus alat-alat kesehatan lainnya. Untuk penyimpanan obat golongan psikotropika diletakkan di pojok atas rak sediaan padat dan diberikan label putih di sekeliling alasnya sebagai penanda. Tidak ditemui adanya obat golongan narkotika di gudang ini.

43 34 Masing-masing obat dan alat kesehatan yang disimpan di gudang memiliki kartu stok yang diletakkan di dekatnya. Kartu stok tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah obat yang diterima, dikeluarkan dan sisanya di gudang. Kartu stok berwarna biru digunakan sebagai catatan persediaan sediaan cair, kartu stok berwarna merah muda untuk sediaan semipadat dan kartu stok berwarna putih untuk sediaan padat. Kartu stok tersebut harus selalu diisi setiap kali terdapat penerimaan barang atau pengeluaran barang dari gudang. Tiap kemasan obat juga dicantumkan label berwarna-warni yang menunjukkan bulan dan tahun daluarsa obat tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah kemungkinan pemberian obat yang sudah daluarsa pada pasien. Dengan adanya label tersebut, diharapkan petugas obat dapat lebih aware tehadap obat-obat yang sudah dekat masa daluarsanya Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) adalah formulir terpadu yang digunakan dalam sistem informasi obat digunakan dalam sistem informasi obat di tingkat kabupaten /kota, puskesmas dan puskesmas pembantu. PLPO digunakan sebagai laporan pemakaian obat bulanan oleh penanggung jawab obat puskesmas sekaligus sebagai lembar permintaan kebutuhan obat bulan berikutnya kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Pemintaan tambahan obat dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, sedangkan untuk mengatasi kekosongan obat di puskesmas dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan diluar jadwal yang telah ditetapkan. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat rangkap tiga, yaitu lembar asli untuk unit pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Kabupaten/Kota, Lembar Salinan 1 dikirim untuk instansi penerima (RS/puskesmas), dan Lembar Salinan 2 unutk arsip dinas kesehatan dati kabupaten/kota. Isi Laporan Pemakaian dan lembar Permintaan Obat (LPLPO) terdiri dari: a. Nomor dan tanggal pelaporan dan atau permintaan b. Nama puskesmas yang bersangkutan

44 35 c. Nama kecamatan dari wilayah kerja puskesmas d. Nama kabupaten/kota dari wilayah kecamatan yang bersangkutan e. Tanggal pembuatan dokumen f. Bulan bersangkutan untuk satuan kerja puskesmas g. Jika hanya melaporkan data pemakaian dan sisa stok obat maka diisi dengan nama bulan bersangkutan. h. Jika dengan mengajukan permintaan obat (termasuk pelaporan data obat) diisi dengan periode distribusi bersangkutan. Alur pelaporan LPLPO oleh unit pelayanan kesehatan dan daerah dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu LPLPO puskesmas kelurahan melaporkan ke puskesmas kecamatan paling lambat tanggal 1 pada bulan berikutnya. Puskesmas kecamatan mengirimkan LPLPO ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/kabupaten selambat-lambatnya tanggal 8 pada bulan berikutnya. LPLPO Kota Administrasi/kabupaten dikirim kepada dinas kesehatan propinsi setiap 3 bulan. Dinas kesehatan propinsi melaporkan LPLPO paling lambat tanggal 15 setiap bulannya ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Fungsi LPLPO antara lain sebagai laporan pemakaian obat bulanan, lembar permintaan obat, laporan kunjungan resep, dokumen bukti atau sumber informasi tentang pengeluaran obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk penerimaan obat, dokumen bukti atau sumber informasi untuk perencanaan kebutuhan obat, sarana untuk monitoring dan evaluasi persediaan dan penggunaan obat, sumber informasi untuk melakukan supervisi dan pembinaan, dan sarana untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menyampaikan laporan. Informasi yang dapat diperoleh dari LPLPO adalah jenis dan jumlah sisa stok atau stok awal obat, jenis dan jumlah persediaan obat, perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan, perbandingan antara pemakaian obat dengan resep, dan perbandingan antara jumlah persediaan dengan jumlah pemakaian obat perbulan. Data dan informasi yang diperoleh dari LPLPO ini sangat dibutuhkan untuk perencanaan kebutuhan obat, pendistribusian obat serta kegiatan pengendalian persediaan obat.

45 36 Penulis ditugaskan untuk melakukan rekapitulasi LPLPO pada periode Februari 2013 yang dikirimkan oleh sepuluh puskesmas kecamatan di wilayah kota administrasi Jakarta Selatan Perizinan Penyelenggaraan Sarana Kesehatan (Apotek) Penyelenggaraan perizinan apotek dilaksanakan di kantor walikota, yaitu di bagian Pelayanan Terpadu (yandu). Pemohon datang ke Kantor Pelayanan Terpadu Bagian Kesehatan kemudian menyampaikan maksud untuk melakukan permohonan perizinan untuk apotek, apotek rakyat, cabang penyalur alat kesehatan, produksi pangan industri rumah tangga, pedagang eceran obat, atau industri kecil obat tradisional. Pemohon akan mendapatkan formulir yang harus dilengkapi sebagai persyaratan mendapatkan perizinan (Lampiran 2-10). Kelengkapan yang harus dipenuhi adalah kelengkapan dokumen serta kelengkapan sumber daya sarana kesehatan. Setelah persyaratan selesai disiapkan, pemohon datang kembali ke kantor Pelayanan Terpadu untuk menyerahkan berkas persyaratan perizinan sarana kesehatan. Apabila ada berkas yang kurang sesuai, pemohon diminta untuk memperbaiki atau melengkapi. Berkas yang diserahkan oleh pemohon di kantor Pelayanan Terpadu kemudian dibawa ke kantor Suku Dinas Kesehatan. Berkas permohonan yang sudah lengkap persyaratan administrasinya kemudian dikirimkan ke Subbagian Tata Usaha untuk dilakukan registrasi surat masuk. Setelah didisposisi oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, kemudian berkas diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Petugas bagian Farmasi Makanan dan Minuman kemudian memeriksa kembali dokumen tersebut sebelum proses pemeriksaan kelengkapan sumber daya sarana kesehatan dilakukan dalam bentuk inspeksi lapangan. Dalam proses tersebut petugas suku dinas memeriksa kesesuaian antara persiapan persyaratan dokumen tertulis yang diserahkan pemohon dengan kondisi di lapangan. Aspek-aspek yang diperiksa oleh petugas Suku Dinas Kesehatan dalam proses perizinan apotek mencakup sumber daya manusia yang sesuai persyaratan, keadaan bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana pendukung kegiatan sarana kesehatan, serta dokumen asli. Aspek bangunan yang harus ada meliputi papan

46 37 nama, bentuk dan luas bangunan, kelengkapan ruangan seperti ruang racik, penyerahan resep, administrasi, kamar kerja apoteker, toilet, dan ruang tunggu. Kelengkapan bangunan lain yang diperiksa meliputi penerangan, sumber air, ventilasi, sanitasi, dan alat pemadam kebakaran. Aspek kelengkapan dari perlengkapan yang harus ada untuk sebuah apotek adalah peralatan pembuatan dan peracikan obat, penyimpanan, wadah dan etiket, serta peralatan administrasi. Aspek tenaga kefarmasian yang harus ada adalah apoteker dan asisten apoteker. Data administrasi asli yang harus ada adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pemilik Sarana Apotek (PSA), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) APA dan PSA, Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) atau Surat Penugasan (SP) APA atau Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), Undang-Undang Gangguan (UUG), Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atau surat sewa, surat keterangan domisili, peta lokasi, denah ruangan beserta ukuran dan fungsi, dan akte perusahaan jika berbentuk badan hukum. Hasil pemeriksaan dibuat dalam bentuk berita acara pemeriksaan sarana apotek untuk ditindaklanjuti dalam bentuk pemberian izin. Apabila selama proses pemeriksaan ada kelengkapan yang kurang sesuai/ belum memenuhi persyaratan, Suku Dinas Kesehatan akan meminta pemohon untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud maksimal dalam jangka waktu satu bulan. Apabila seluruh persyaratan sudah dilengkapi serta dilakukan peninjauan ulang, maka Surat Keputusan Kepala Suku Dinas Kesehatan tentang perizinan penyelenggaraan sarana kesehatan dapat diberikan kepada pemohon. Namun apabila kelengkapan berkas tidak dapat dipenuhi dalam kurun waktu satu bulan, pemohon dianggap mengundurkan diri. Untuk melanjutkan perizinan, pemohon harus mengulang tahapan-tahapan perizinan dari awal dengan mengajukan kembali permohonan ke bagian pelayanan terpadu seperti yang telah dijelaskan di atas Cara Pendataan Perizinan Sarana Kesehatan Setelah pemohon melengkapi berkas administrasi permohonan penyelenggaraan sarana kesehatan (Apotek), subbagian Farmakmin akan melakukan pendataan. Pendataan dilakukan secara tertulis dan komputerisasi. Data yang dicatat meliputi nama sarana pelayanan kesehatan (Apotek), alamat

47 38 sarana pelayanan kesehatan (Apotek), Nomor telepon sarana, nama Apoteker Pengelola Apotek (APA), alamat APA, Nomor Surat Izin Praktik (SIP)/ Surat Izin Kerja (SIK) APA, nama Pemilik Sarana Apotek (PSA), alamat PSA, nomor Surat Keterangan (SK), dan nomor Surat Izin Apotek (SIA) beserta tanggal diterbitkannya. Data tersebut dapat diperbaharui apabila terdapat perubahan nama sarana, alamat sarana, nama APA, alamat APA, nama PSA dan alamat PSA. Perubahan tersebut akan mengubah nomor SIA. Berikut ketentuan penomoran SIA: 0001 SIA / 04 / Sudinkes / Keterangan : : No urut : Bila ada Pergantian - 04 : Kode Wilayah Jakarta Selatan - 00 : Bulan - 00 : Tahun Keterangan Pergantian : Tanda nol pertama : Belum ada pergantian Tanda nol kedua : Pindah Lokasi Tanda nol ketiga : Perluasan denah / perubahan denah Tanda nol keempat : SIA hilang / rusak Tanda nol kelima : Pergantian alamat tanpa pindah lokasi Tanda nol keenam : Pergantian PSA Tanda nol ketujuh : Pergantian APA Tanda nol kedelapan : Perubahan nama apotek 4.6. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, unit pelayanan kesehatan seperti apotek, rumah sakit dan Puskesmas wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika dan psikotropika yang berada dalam

48 39 penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika telah dikembangkan dalam bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan (Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan pelaporan elektronik, selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke Ditjen Binfar dan Alkes di Kementerian Kesehatan melalui mekanisme pelaporan online yang menggunakan fasilitas internet. Pada PKPA kali ini penulis berkesempatan untuk melakukan pengunggahan laporan psikotropika dari unit layanan Rumah Sakit Jiwa Dharmawangsa periode Januari RSJ Dharmawangsa merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang menggunakan psikotropika dalam jumlah banyak. SIPNAP memiliki format tertentu yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Data yang dilaporkan meliputi nama produk (dosis dan bentuk sediaan), satuan sediaan, jumlah stok awal, jumlah pemasukan Pedagang Besar Farmasi (PBF), jumlah pemasukan sarana, jumlah pengeluaran resep, jumlah pengeluaran sarana, jumlah pemusnahan, nomor dan tanggal berita acara pemusnahan (BAP), dan stok akhir. Contoh formulir SIPNAP dapat dilihat pada Lampiran 14. Stok akhir di suatu bulan akan menjadi stok awal di bulan berikutnya dan harus sama jumlahnya. Stok akhir sama dengan jumlah stok awal ditambah jumlah pemasukan dikurangi jumlah pengeluaran dan jumlah pemusnahan. Apabila terdapat perbedaan yang mengakibatkan jumlah stok akhir tidak sesuai dengan perhitungan maka dokumen SIPNAP unit layanan tersebut akan ditolak oleh sistem secara otomatis pada saat pengunggahan.

49 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan perizinan dan binwasdal (pembinaan, pengawasan dan pengendalian) kepada sarana kesehatan serta tenaga kesehatan yang bekerja di sarana kesehatan tersebut dengan ruang lingkup wilayah Jakarta Selatan Subseksi Farmasi Makanan dan Minuman berperan dalam memberikan layanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana Apotek, Toko Obat (Pedagang Eceran Obat), Sub Penyalur Alat Kesehatan (Cab/Sub-PAK), Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), dan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) Prosedur perizinan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan khususnya yang dilakukan subseksi Farmasi Makanan dan Minuman sudah dilaksanakan dengan baik, sedangkan kegiatan binwasdal yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan sudah dilakukan tetapi masih belum maksimal. 5.2 Saran Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan perlu memiliki website yang interaktif dan menarik untuk media penyampaian informasi pelayanan, kebijakan, maupun kegiatan Suku Dinas Kesehatan Perlunya penempatan apoteker di Puskesmas Kelurahan sehingga tercapainya pelayanan kefarmasian yang optimal Kegiatan pembinaan perlu dioptimalkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tenaga kesehatan maupun pemilik sarana pelayanan kesehatan, farmasi, makanan, dan minuman Dalam pelaksanaan program Praktek Kerja Profesi Apoteker, peserta sebaiknya diarahkan untuk mendapatkan pembelajaran terkait pekerjaan 40 Universitas Indonesia

50 41 kefarmasian di berbagai bidang di Suku Dinas Kesehatan, baik pembelajaran teori maupun pengamatan lapangan.

51 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor HK tentang Pedoman Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1972). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 246 Tahun 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002a). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1331 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 167 Tahun 1972 tentang Pedagang Eceran Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2002b). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1332 Tahun 2002 tentang: Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922 Tahun 1993 tentang: Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 284 tahun 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2010). Materi Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 42 Universitas Indonesia

52 43 Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2008) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2008). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009a). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. (2009b). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2000). Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Otonom. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009a). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (2009b). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Universitas Indonesia

53 44 Lampiran 1. Struktur organisasi Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administasi Jakarta Selatan

54 45 Lampiran 2. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek

55 46 Lampiran 2 (Lanjutan). Formulir Permohonan Surat Izin Apotek

56 47 Lampiran 2 (Lanjutan). Formulir Permohonan Surat Izin Apotek

57 48 Lampiran 3. Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek

58 49 Lampiran 3 (Lanjutan). Formulir Persyaratan Permohonan Izin Apotek

59 50 Lampiran 4. Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek

60 51 Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek

61 52 Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek

62 53 Lampiran 4 (Lanjutan). Berita Acara Pemeriksaan Sarana Apotek

63 54 Lampiran 5. Formulir Pernyataan Siap Melakukan Kegiatan

64 55 Lampiran 6. Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat

65 56 Lampiran 6 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Pedagang Eceran Obat

66 57 Lampiran 7. Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip IKOT

67 58 Lampiran 7 (Lanjutan). Formulir Permohonan Persetujuan Prinsip IKOT

68 59 Lampiran 8. Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT

69 60 Lampiran 8 (Lanjutan). Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT

70 61 Lampiran 9. A) Formulir Permohonan Izin Cabang/ Sub Penyalur Alat Kesehatan

71 62 Lampiran 9 (Lanjutan). A) Formulir Permohonan Izin Cabang/ SubPenyalur Alat Kesehatan

72 63 Lampiran 9. B) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK

73 64 Lampiran 9 (Lanjutan). B) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK

74 65 Lampiran 9 (Lanjutan). B) Berita Acara Pemeriksaan Sarana CPAK

75 66 Lampiran 9 (Lanjutan). C) Laporan Hasil Pemeriksaan CPAK (Form 3)

76 67 Lampiran 9 (Lanjutan). D) Pernyataan Siap Beroperasi (Form 4)

77 68 Lampiran 9 (Lanjutan). E) Penundaan Izin CPAK (Form 5)

78 69 Lampiran 9. F) Surat Keputusan CPAK (Form 6)

79 70 Lampiran 9 (Lanjutan). F) Surat Keputusan CPAK (Form 6)

80 71 Lampiran 9. G) Keputusan Pencabutan Izin CPAK (Form 7)

81 72 Lampiran 10. Formulir Permohonan Sertifikasi Produksi Pangan

82 73 Lampiran 11. Data 10 penyakit terbanyak di puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2011 No Jenis penyakit Persentase 1 Infeksi Akut Lain Pernafasan Atas Jumlah Persentase ,37 2 Peny. Pulpa & jar. Periapikal ,60 3 Peny. Lainnya ,33 4 Peny. Darah Tinggi ,66 5 Peny. Pada Sistem Otot & jar. Pengikat ,82 6 Peny. Kulit Infeksi ,70 7 Gangguan Gigi dan Jar. Penyangga lain 8 Ginggivitis dan Penyakit Periodental , ,28 9 Tonsilitis ,99 10 Diare (Termasuk Tersangka Kolera) ,36 Jumlah ,00

83 74 Lampiran 12. Denah Ruangan Gedung Obat Sudinkes Jakarta Selatan

84 75 (lanjutan)

85 76 Lampiran 13. Alur dalam pemberian izin Cabang PAK Keterangan: a. Kepala dinas kesehatan provinsi berkoordinasi dengan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota untuk membentuk tim pemeriksa dan membuat Berita Acara Pemeriksaan dengan menggunakan Formulir 2. b. Apabila telah memenuhi persyaratan, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setelah menerima hasil pemeriksaan tim pemeriksa bersama meneruskan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 3. **Bila pemeriksaan tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat siap melaksanakan kegiatan kepada kepala dinas kesehatan provinsi dengan menggunakan Formulir 4. c. Setelah melakukan pemeriksaan, kepala dinas kesehatan provinsi dapat mengeluarkan izin cabang PAK, penundaan atau penolakan permohonan izin Cabang PAK dengan menggunakan Formulir 5 dan 6. d. Pemohon diberikan waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sejak diterbitkan surat penundaan.

86 77 Lampiran 14. Contoh format laporan narkotika dan psikotropika sistem SIPNAP

87 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 8-28 MARET 2013 REKAPITULASI DATA ARSIP AKTIF SURAT IZIN PRAKTIK DOKTER SPESIALIS DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE JANUARI-APRIL 2012 DELLY RAMADON, S. Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 i

88 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tenaga Kesehatan Surat Tanda Registrasi (STR) Surat Izin Praktik (SIP)... 4 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tugas Khusus Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data... 8 BAB 4. PEMBAHASAN Hasil Rekapitulasi SIP Dokter Spesialis Periode Januari-April Perbandingan Jumlah Spesialisasi Dokter di Wilayah Jakarta Selatan Persebaran Dokter Spesialis di Wilayah Jakarta Selatan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN ii

89 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1. Perbandingan jumlah masing-masing dokter spesialis Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta per November Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kesehatan Dokter Spesialis di Wilayah Jakarta Selatan yang Terdaftar Periode Januari-April iii

90 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jumlah penduduk tiap kecamatan di wilayah Jakarta Selatan per iv

91 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil rekapitulasi data arsip aktif dokter spesialis yang menerima SIP pada periode Januari-April 2012 di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. 17 Lampiran 2. Data jumlah masing-masing spesialisasi dokter spesialis di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan.. 19 Lampiran 3. Data jumlah dokter spesialis tiap kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan v

92 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan seperti yang disebutkan dalam. Perwujudan kesehatan dapat dilakukan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat (Undang-Undang No. 36, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara yang terus melakukan berbagai upaya demi tercapainya pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 34 ayat (3) disebutkan bahwa, Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Selain fasilitas kesehatan dibutuhkan pula sumber daya kesehatan lainnya untuk dapat melaksanakan pembangunan kesehatan tersebut. Salah satu sumber daya kesehatan lain yang sangat penting yaitu tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah, seperti Surat Izin Praktik (SIP). 1 Universitas Indonesia

93 2 Rekapitulasi SIP akan memudahkan penelusuran tenaga kesehatan yang telah memiliki izin melakukan praktik sesuai profesi masing-masing. Dengan adanya rekapitulasi SIP tersebut, maka pemerintah akan lebih mudah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kesehatan. Selain itu, dari data rekapitulasi SIP tersebut dapat terlihat perbandingan jumlah dan persebaran tenaga kesehatan di wilayah tertentu. Oleh karena itu dalam tugas khusus ini akan dilaporkan hasil rekapitulasi mengenai jumlah tenaga kesehatan, khususnya dokter spesialis yang memperoleh surat izin praktiknya pada periode bulan Januari-April 2012 di Kota Administrasi Jakarta Selatan Tujuan Tujuan dari tugas khusus ini adalah: a. Merekapitulasi surat izin praktek (SIP) dan mengetahui jumlah dokter spesialis di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan yang memperoleh SIP pada periode bulan Januai-April b. Mengetahui perbandingan dan persebaran dokter spesialis di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan periode bulan Januai-April Universitas Indonesia

94 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tenaga Kesehatan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi, serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996). Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Adapun jenis tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia yaitu (Peraturan Pemerintah No. 32, 1996): a. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi b. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan c. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker d. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. e. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis dan dietisien f. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasiterapis, dan terapiswicara g. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis. Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan dengan memperhatikan: a. jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat; b. jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan c. jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan yang ada. 3 Universitas Indonesia

95 Surat Tanda Registrasi (Keputusan Menteri Kesehatan No. 2052, 2011) Surat Tanda Registrasi (STR) yang dimiliki oleh seorang dokter merupakan bukti tertulis dari Konsil Kedokteran Indonesia yang diberikan kepada dokter atau dokter gigi yang telah diregistrasi. Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki STR (Keputusan Menteri Kesehatan No. 1796, 2003). Untuk memperoleh surat tanda registrasi dokter harus memenuhi persyaratan : a. memiliki ijazah yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi bidang kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. b. mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji dokter; c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d. memiliki sertifikat kompetensi; dan e. membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Permohonan STR dapat dilakukan secara kolektif melalui organisasi profesi, institusi pendidikan dan/atau fasilitas pelayanan kesehatan dimana tenaga kesehatan melakukan pekerjaan/praktiknya. Surat tanda registrasi dokter berlaku selama 5 (lima) tahun dan diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali. Surat tanda registrasi tidak berlaku karena: a. dicabut atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan; b. habis masa berlakunya dan yang bersangkutan tidak mendaftar ulang; c. atas permintaan yang bersangkutan; d. yang bersangkutan meninggal dunia; atau e. dicabut Konsil Kedokteran Indonesia Surat Izin Praktik (Keputusan Menteri Kesehatan No. 2052, 2011) Setiap Dokter yang menjalankan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik. Surat Izin Praktik (SIP) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan tertentu. SIP dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. SIP bagi Dokter dan Dokter Gigi dapat Universitas Indonesia

96 5 berupa SIP dokter, SIP dokter gigi, SIP dokter spesialis, dan SIP dokter gigi spesialis. SIP Dokter diberikan paling banyak untuk 3 (tiga) tempat praktik, baik pada fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan, dalam kabupaten/kota yang sama atau berbeda di provinsi yang sama atau provinsi lain. Satu SIP hanya berlaku untuk satu tempat praktik. Dokter yang telah memiliki SIP yang memberikan pelayanan kedokteran atau memberikan konsultasi keahlian dalam hal: a. diminta oleh suatu fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan pelayanan kedokteran yang bersifat khusus, yang tidak terus menerus atau tidak berjadwal tetap; b. dalam rangka melakukan bakti sosial/kemanusiaan; c. dalam rangka tugas kenegaraan; d. dalam rangka melakukan penanganan bencana atau pertolongan darurat lainnya; e. dalam rangka memberikan pertolongan pelayanan kedokteran kepada keluarga, tetangga, teman, pelayanan kunjungan rumah dan pertolongan masyarakat tidak mampu yang sifatnya insidentil; tidak memerlukan SIP di tempat tersebut. Untuk memperoleh SIP, Dokter dan Dokter Gigi harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan dengan melampirkan : a. fotokopi STR yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh KKI; b. surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari fasilitas pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya; c. surat persetujuan dari atasan langsung bagi Dokter dan Dokter Gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu; d. surat rekomendasi dari organisasi profesi, sesuai tempat praktik; dan e. pas foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga) lembar dan 3x4 sebanyak 2 (dua) lembar. SIP dokter, SIP dokter gigi, SIP dokter spesialis, dan SIP dokter gigi spesialis berlaku untuk 5 tahun. SIP berlaku sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik Universitas Indonesia

97 6 masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Perpanjangan SIP harus sudah diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku SIP berakhir. Dalam keadaan STR habis masa berlakunya, SIP dapat diperpanjang apabila permohonan perpanjangan STR telah diproses yang dibuktikan dengan tanda terima pengurusan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi dengan masa berlaku paling lama 6 (enam) bulan. Dokter dan Dokter Gigi yang telah memiliki SIP berwenang untuk menyelenggarakan praktik kedokteran, yang meliputi antara lain: a. mewawancarai pasien; b. memeriksa fisik dan mental pasien; c. menentukan pemeriksaan penunjang; d. menegakkan diagnosis; e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; g. menulis resep obat dan alat kesehatan; h. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi; i. menyimpan dan memberikan obat dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan standar; dan j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Dokter dan Dokter Gigi yang telah memiliki SIP dan menyelenggarakan praktik perorangan wajib memasang papan nama praktik kedokteran yang harus memuat nama dokter atau dokter gigi, nomor STR, dan nomor SIP. Dalam hal dokter atau dokter gigi berhalangan melaksanakan praktik dapat menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti. Dokter atau dokter gigi pengganti harus dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP yang setara dan tidak harus SIP di tempat tersebut. Dalam keadaan tertentu untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan pelayanan, dokter atau dokter gigi yang memiliki SIP dapat menggantikan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis, dengan Universitas Indonesia

98 7 memberitahukan penggantian tersebut kepada pasien. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan melaksanakan praktik atau telah menunjuk dokter atau dokter gigi wajib membuat pemberitahuan yang harus ditempelkan atau ditempatkan pada tempat yang mudah terlihat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melakukan pencatatan terhadap semua SIP Dokter dan Dokter Gigi yang telah dikeluarkannya. Catatan disampaikan secara berkala minimal 3 (tiga) bulan sekali kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan, KKI, dan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi serta organisasi profesi setempat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut SIP Dokter dan Dokter Gigi dalam hal: a. atas dasar rekomendasi MKDKI; b. STR Dokter dan Dokter Gigi dicabut oleh KKI; c. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPnya; dan/atau d. dicabut rekomendasinya oleh organisasi profesi melalui sidang yang dilakukan khusus untuk itu. Pencabutan SIP yang dilakukan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib disampaikan kepada Dokter dan Dokter Gigi yang bersangkutan dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal Keputusan ditetapkan. Dalam hal Keputusan tidak dapat diterima, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi untuk diteruskan kepada Menteri dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah Keputusan diterima. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIP Dokter dan Dokter Gigi kepada Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ketua KKI dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, serta tembusannya disampaikan kepada organisasi profesi setempat. Universitas Indonesia

99 8 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 8-28 Maret 2013 di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Seksi Sumber Daya Kesehatan, Subseksi Tenaga Kesehatan Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder. Data sekunder berupa data dari subseksi Tenaga Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakata Selatan Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara kuantitif. 8 Universitas Indonesia

100 9 BAB 4 PEMBAHASAN Indonesia merupakan negara yang terus melakukan peningkatan di bidang kesehatan. Berdasarkan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat melalui upaya-upaya dan pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan perseorangan maupun pelayanan kesehatan masyarakat di berbagai sarana kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta. Selain pemerintah dan masyarakat pihak yang turut berperan dalam pembangunan kesehatan adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang tenaga kesehatan berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki. Tidak hanya kompetensi, namun seorang tenaga kesehatan pun harus memiliki izin dari pemerintah untuk melaksanakan praktik, misalnya Surat Izin Praktik (SIP). SIP wajib dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan. SIP merupakan suatu pencatatan yang dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota (untuk wilayah DKI Jakarta) terhadap tenaga kesehatan yang melaksanakan praktik di wilayah tersebut. Pencatatan tersebut dilakukan agar pemerintah dapat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap tenaga kesehatan. Selain itu, rekapitulasi SIP dapat memberikan informasi mengenai persebaran tenaga kesehatan tertentu di suatu wilayah. Oleh karena itu rekapitulasi SIP pada periode tertentu penting untuk dilakukan. Pada tugas khusus ini akan dibahas mengenai hasil rekapitulasi SIP tenaga kesehatan dokter spesialis yang dikeluarkan pada bulan Januari-April 2012 oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. 9 Universitas Indonesia

101 Hasil Rekapitulasi Surat Izin Praktik (SIP) Dokter Spesialis Periode Januari- April 2012 Setiap dokter spesialis yang telah memperoleh SIP diwajibkan untuk menyerahkan salinan SIP tersebut kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Salinan tersebut kemudian disimpan di dalam suatu kumpulan arsip yang harus direkapitulasi tiap periode tertentu. Hasil rekapitulasi tersebut dapat digunakan untuk penelusuran tiap dokter spesialis yang melaksanakan praktik di wilayah Jakarta Selatan. Pada Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) kali ini penulis mendapat kesempatan untuk merekapitulasi SIP dokter spesialis yang diterbitkan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan pada periode Januari-April Setelah dilakukan rekapitulasi data SIP dokter spesialis pada periode Januari- April 2012 diperoleh hasil bahwa total dokter spesialis yang menerbitkan SIP pada periode tersebut adalah 376 orang. Hasil tersebut merupakan total dari seluruh spesialisasi dokter yang melaksanakan praktik di wilayah Kota Admininstrasi Jakarta Selatan. Data tersebut bermanfaat untuk mengetahui perbandingan jumlah spesialisasi dan persebaran dokter spesialis di Jakarta Selatan Perbandingan Jumlah Spesialisasi Dokter di Wilayah Jakarta Selatan. 60 Jumlah dokter (orang) Spesialisasi Gambar 4.1. Perbandingan jumlah masing-masing dokter spesialis Universitas Indonesia

102 11 Keterangan: No Spesialisasi No Spesialisasi No Spesialisasi No Spesialisasi Kedokteran Fisik Obstetri dan 1 Anak Radiologi dan Rehabilitasi Ginekologi 2 Anestesiologi 9 Kedokteran Jiwa 16 Onkologi Radiasi 23 Saraf 3 Bedah 10 Kedokteran Nuklir 17 4 Bedah Plastik 11 5 Bedah Toraks dan Kardiovaskular 12 Kedokteran Olahraga Kedokteran Okupasi Orthopedi dan Traumatologi Paru 25 6 Gizi Klinik 13 Kulit dan Kelamin 20 Patologi Klinik 7 Jantung dan Pembuluh Darah 19 Patologi Anatomi 26 Urologi 14 Mata 21 Penyakit Dalam Telinga Hidung Tenggorokan Telinga Hidung Tenggorokan- Bedah Kepala dan Leher Berdasarkan hasil rekapitulasi SIP dapat diketahui jumlah masing-masing spesialisasi dokter yang melaksanakan praktik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Hasil menunjukkan bahwa spesialisasi dengan jumlah terbanyak adalah dokter spesialis obstetri dan ginekologi, yaitu sebanyak 50 orang. Selain obstetri dan ginekologi, spesialisasi yang banyak terdapat di wilayah Jakarta Selatan adalah dokter spesialis anak (40 orang), mata (33 orang), dan penyakit dalam (32 orang). Sedangkan spesialisasi yang paling sedikit adalah dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular serta onkologi radiasi dengan jumlah masing-masing yaitu 1 orang. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan penduduk Jakarta Selatan terhadap dokter spesialis obstetri dan ginekologi sangat tinggi atau dengan kata lain tingkat kelahiran di wilayah Jakarta Selatan cukup tinggi. Kelahiran merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah penduduk. Hal ini dapat dikorelasikan dengan data dari catatan sipil Provinsi DKI Jakarta yang menyatakan bahwa Jakarta Selatan merupakan kota administrasi ketiga dengan jumlah penduduk tertinggi setelah Jakarta Timur dan Jakarta Barat dengan jumlah penduduk jiwa (per November 2011). Data tersebut dapat terlihat dari Gambar 4.2 di bawah ini. Universitas Indonesia

103 12 [Sumber: Gambar 4.2. Grafik perbandingan jumlah penduduk di Provinsi DKI Jakarta per November Persebaran Dokter Spesialis di Wilayah Jakarta Selatan Hasil rekapitulasi data Surat Izin Praktik (SIP) dokter spesialis periode Januari- April 2012 di wilayah Jakarta Selatan dapat dilihat pada Gambar Jumlah (orang) Cilandak Jagakarsa Kebayoran Baru Kebayoran Lama Mampang Prapatan Pancoran Pasar Minggu Pesanggrahan Setiabudi Tebet 0 Kecamatan Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Jumlah Tenaga Kesehatan Dokter Spesialis di Wilayah Jakarta Selatan yang Terdaftar Periode Januari-April 2012 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FITRI PAUZIAH,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 73 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 079 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA MADIUN No 1 Kepala Dinas membantu Walikota melaksanakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TOLITOLI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun

Perda Kab. Belitung No. 17 Tahun PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 22 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan

Perda No. 28 / 2004 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tupoksi Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PEMANGKU JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN. Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN A. Sejarah Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 19 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci