UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MERRIE NATALIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MERRIE NATALIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 2. Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 4. Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 5. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 7. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi. iv

5 8. Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 9. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi. 11. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 12. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Merrie Natalia NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Departemen : Farmasi Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Karya Ilmiah: Laporan Kerja Praktek demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Jl. Matraman Raya No. 218 Periode 7 Januari 28 Januari 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 22 Juni 2013 Yang menyatakan (Merrie Natalia)

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2. TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Instansi Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Visi dan Misi Sasaran Mutu Struktur Organisasi... 8 BAB 3. TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Seksi Sumber Daya Kesehatan Dasar Hukum Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Ruang Lingkup Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Koordinator Tenaga Kesehatan Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian Tenaga Kesehatan Bagian Standarisasi Mutu Kesehatan Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI...57 vi

8 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan (dengan pergantian apoteker) di wilayah Jakarta Timur tahun Tabel 4.2. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana Apotek Rakyat di wilayah Jakarta Timur Tabel 4.3. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana Apotek di wilayah Jakarta Timur vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 61 viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Departemen Kesehatan telah menyelenggarakan serangkaian reformasi di bidang kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih efisien, efektif, serta terjangkau oleh masyarakat. Namun, walaupun sudah mencapai banyak kemajuan, sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan, masih sulit mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam skala minimal. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan ini sebenarnya membutuhkan peran aktif dari seluruh anggota masyarakat dan pemerintah (Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / VIII / 2003, 2003). Peran pemerintah lebih dititikberatkan pada perencanaan, pengaturan, penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; serta ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah juga bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau bagi masyarakat untuk mencapai, meningkatkan, dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). 1

11 2 Sistem otonomi daerah menjadikan Pemerintah Pusat melakukan pendelegasian wewenang kepada Pemerintah Daerah (Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, 1999). Kewenangan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut. Salah satu pendelegasian wewenang adalah dalam hal pengelolaan kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, 2000). Pembangunan Kesehatan yang diupayakan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta diatur dalam suatu aturan, yaitu Sistem Kesehatan Daerah (Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009, 2009). Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 mendirikan Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) di setiap Kota Administrasi yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Pulau Seribu. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta untuk mempermudah tugas dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan binwasdal (pembinaan, pengawasan, dan pengendalian) upaya-upaya kesehatan di Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). Sebagai sumber daya manusia yang berperan dalam pelayanan kesehatan, apoteker memiliki peran dan fungsi dalam Suku Dinas Kesehatan. Peran dan fungsi tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi cara perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan pengendalian dari pelayanan kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal 7-28 Januari 2013 dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan, serta memberikan pengalaman.

12 Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker: a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK).

13 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR 2.1. Instansi Kesehatan Ada beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi: a. Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional. b. Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta. c. Suku Dinas Kesehatan (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi / Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi / kabupaten administrasi di Propinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif 4

14 5 kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya. d. Puskesmas Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar 7277 unit Puskesmas kecamatan dengan 1818 unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, unit Puskesmas kelurahan, dan 5084 unit Puskesmas keliling. Pada wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas kecamatan dan 78 Puskesmas kelurahan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah Propinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya. Pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan paska restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi, di mana Suku Dinas

15 6 Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yaitu Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan unit kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan, serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; c. Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian; d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB); e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular; f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian; g. Pelaksanaan surveilans kesehatan; h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan; i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta; j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas; k. Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan;

16 7 l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat; n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi; o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang; q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan; r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas; s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009) Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri dan Bermutu untuk semua. Misi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM); b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim; c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi; d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan organisasi terkait; e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat.

17 Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009) Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu; b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu; c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja; d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti; e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik; Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas; b. Subbagian Tata Usaha; c. Seksi Kesehatan Masyarakat; d. Seksi Pelayanan Kesehatan; e. Seksi Sumber Daya Kesehatan; f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; g. Subkelompok Jabatan Fungsional Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas; b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi, dan Subkelompok Jabatan Fungsional; c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD), dan atau Instansi

18 9 pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas; d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan satuan kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; d. Melakasanakan monitoring, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang Suku Dinas; f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas; g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; h. Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan, dan ketertiban kantor; i. Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas; j. Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara, dan pengaturan acara Suku Dinas; k. Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan, dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan; l. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha; m. Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja, dan akuntabilitas) Suku Dinas;

19 10 n. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga, termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita, dan asuhan keperawatan; d. Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat; e. Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi; f. Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat; g. Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi; h. Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi; i. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM; j. Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG); k. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat; l. Melaporkan dan mempertanggunjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat.

20 Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian tatalaksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan; d. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan; e. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan; f. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan; g. Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan; h. Memberikan tanda daftar kepada pengobatan tradisional; i. Melaksanakan siaga 24 jam / Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes); j. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan; k. Meyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan; l. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi

21 12 Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman; d. Memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan; e. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan; f. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; g. Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan; h. Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu; i. Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan; j. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas; k. Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; l. Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan; m. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga; n. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial; o. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; p. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan;

22 13 q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan; r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB), dan kesehatan lingkungan; d. Melaksanakan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji; e. Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat; f. Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat; g. Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat; h. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian kegiatan imunisasi;

23 14 i. Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan data dan informasi surveilans epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi; j. Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah, serta keracunan makanan; k. Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans; l. Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian; m. Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans; n. Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan / upaya pemantauan lingkungan; o. Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan; p. Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam bidang kesehatan lingkungan dan kesehatan kerja; q. Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan; r. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

24 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1. Seksi Sumber Daya Kesehatan (Undang-undang No. 25 Tahun 2009, 2009) Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a. Menyusun rencana kerja program Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga Kesehatan; dan Farmasi, Makanan, dan Minuman selama 1 tahun; b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan. c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan; d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan, dan Minuman; e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur; f. Pemantauan pemberantasan sarang nyamuk di wilayah kecamatan binaan Dasar Hukum Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman adalah sebagai berikut: a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan; b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika; d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian; f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan; 15

25 16 g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom; h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan; i. KepMenKes No.1331 / MENKES / SK / X / 2002 tentang Pedagang Eceran Obat; j. KepMenKes No. 246 / MENKES / Per / V / 1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional; k. PerMenKes No / MENKES / Per / VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan; l. KepMenKes No / MENKES / SK / X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek; m. KepMenKes No.184 / MENKES / Per / II / 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker; n. KepMenKes No. 149 / MENKES / Per / II / 1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes No.184 / MENKES / Per / II / 1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker; o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. PerMenKes No / MENKES / Per / VIII / 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan; b. KepMenKes No.889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian; c. KepMenKes No.2052 / MENKES / Per / X / 2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran; d. KepMenKes No.H.K / MENKES / 148 / I / 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat;

26 17 e. KepMenKes No.1392 / MENKES / SK / XII / 2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi; f. KepMenKes No.H.K / MENKES / 149 / I / 2001 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan; g. KepMenKes No.357 / MENKES / Per / 2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer; h. KepMenKes No.544 / MENKES / VI / 2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien; i. KepMenKes No.1363 / MENKES / SK / XII / 2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis; j. KepMenKes No.867 / MENKES / Per / VIII / 2004 Tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut Undang- Undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh Undang-Undang ini meliputi: a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara;

27 18 b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan. Undang-Undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat Ruang Lingkup Seksi ini membawahi tiga bagian, yaitu: a. Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman; b. Koordinator Tenaga Kesehatan; c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Koordinator Farmasi, Makanan, dan Minuman Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah: a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat, dan depo obat / farmasi); b. Toko Obat; c. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT); d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK); e. Sertifikasi kelayakan olahan / produksi makanan minuman rumah tangga / Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

28 Apotek (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / X / 2002, 2002) Berdasarkan PerMenKes No / MENKES / SK / X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, maka semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu: a. Apotek Kerjasama adalah apotek di mana apoteker hanya sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA), sedangkan Pemilik Sarana Apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain). b. Apotek Profesi adalah apotek yang Apoteker Pengelola Apotek (APA) juga sebagai Pemilik Sarana Apoteknya (PSA). c. Depo Farmasi / Depo Obat adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak ditetapkannya Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 284 / MENKES / PER / III / Seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat. Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK) / Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus

29 20 diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik, misalnya apabila terjadi pergantian Apoteker Pengelola Apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian Pemilik Sarana Apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan / atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Perubahan fisik, yaitu apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya, termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat, dan toilet / WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40 x 60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai, seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika dan psikotropika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta. SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No / MENKES / SK / X / 2002 Pasal 25 adalah :

30 21 a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA); b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian; c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus; d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain; e. Surat izin kerja APA dicabut; f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00; b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan / terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI; c. Fotokopi KTP DKI dari APA; d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK) / Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri; e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa; f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG); g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat; i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk, serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00;

31 22 j. Peta lokasi dan denah ruangan; k. Surat pernyataan dari Pemilik Sarana Apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi / obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00; l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00; m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00; n. Struktur organisasi dan tata kerja / tatalaksana (dalam bentuk Organogram); o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan; p. SIK Asisten Apoteker / D3 farmasi; q. Rencana jadwal buka apotek; r. Daftar peralatan peracikan obat; s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi; t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika; u. Akte notaris perjanjian kerja sama APA dan PSA (asli/ legalisir); v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi: a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00; b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali; c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi; d. Status kepemilikan bangunan, IMB, dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun; e. Denah bangunan beserta peta lokasi; f. Daftar peralatan peracikan, etiket, dan lain-lain; g. Fotokopi NPWP apoteker;

32 23 h. SIK / SP apoteker dan pas foto 2 x 3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker; i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya, harus tutup); j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas / apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta. Secara umum persyaratan Izin depo obat / farmasi: a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6000,00; b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku; c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum; d. Fotokopi KTP DKI APA; e. Ijasah / SIK / SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker; f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan / penanggung jawab depo obat / farmasi; g. Proposal untuk mendirikan depo obat / farmasi; h. Ijazah / SIK asisten apoteker; i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap / sepekarangan dengan klinik, serta denah bangunan tertutup; j. NPWP perusahaan; k. UUG; l. Status gedung / sertifikat gedung sewa minimal dua tahun; m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan. Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti.

33 24 Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping, maupun apoteker pengganti / supervisor, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, harus ditunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 3 bulan, harus ditunjuk apoteker supervisor (Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / X / 2002, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika, dan perbekalan farmasi lainnya, serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / X / 2002, 2002) Apotek Rakyat (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No 284 / MENKES / PER / III / 2007, 2007) Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284 / MENKES / PER / III / 2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah:

34 25 a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik; b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga; c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat, dan menyerahkan obat dalam jumlah besar; d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker; e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin; f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat. Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat / apotek sederhana (apotek rakyat) : a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp.6.000,00; b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT; c. Salinan / fotokopi KTP DKI dari APA; d. Fotokopi izin domisili dari lurah; e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat; bila sewa, fotokopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun; f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah di luar pasar di atas materai Rp.6000,00;

35 26 g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan perundang-undangan farmasi yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00; h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar; i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk, serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00; j. Peta lokasi dan denah bangunan; k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi / obat di atas materai Rp.6000,00; l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek / toko obat di atas materai Rp.6000,00; m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat narkotik, baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker di atas materai Rp.6000,00; n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja / tatalaksana; o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut di atas materai Rp.6000,00; p. Surat izin kerja / surat penugasan apoteker; q. Surat izin kerja AA / D3 Farmasi; r. Rencana jadwal buka apotek; s. Daftar peralatan lainnya; t. Daftar buku wajib peraturan perundang-undangan di bidang farmasi; u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000, Toko Obat (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2002) Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang / badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi

36 27 atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat, yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain : a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00; b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat; c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM; d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan; e. Ijazah dan SIK AA, foto 2 x 3 sebanyak 2 lembar; f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00; g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik; h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya); b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat;

37 28 c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi; d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya); e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat; b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat. Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi, baik berupa sanksi administratif, maupun sanksi pidana. Sanksi administratif, yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2002 ; Peraturan Menteri Kesehatan No. 246 / MENKES / PER / V / 1990) Menurut PerMenKes No. 246 / MENKES / Per / V / 1990, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp ,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur / pimpinan perusahaan / perorangan, ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Rencana denah bangunan industri IKOT. c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi. d. UUG, dengan melihat lokasi yang sesuai denah industri. e. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

38 29 Izin Prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan mewajibkan sebagai penanggung jawab teknis satu orang Asisten Apoteker yang bekerja penuh. Tujuan prinsip IKOT agar pemohon dapat langsung melakukan persiapanpersiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui, sedangkan izin IKOT berlaku selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Permohonan izin prinsip / izin tetap dari direktur / pimpinan perusahaan / perorangan, ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak tiga rangkap beserta lampirannya dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM. c. Ijazah apoteker penanggung jawab teknis. d. KTP DKI Jakarta dari penanggung jawab teknis. e. Surat perjanjian kerja sama antara apoteker dengan pihak perusahaan di atas materai Rp. 6000,00. f. Undang-Undang Gangguan. g. Peta lokasi, IMB. h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, dan gudang produk jadi. i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi. j. Peralatan dan pengolahan, serta pengemasan. k. Peralatan laboratorium. l. Sumber daya / energi yang dipakai. m. Jumlah tenaga kerja. n. Nilai investasi. o. Rencana pemasaran. p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain. q. Status gedung (sewa/ milik sendiri): lampirkan fotokopi sertifikat bila milik sendiri; bila sewa, lampirkan surat sewa minimal lima tahun beserta fotokopi KTP pemilik. r. Analisis dampak lingkungan / Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL).

39 30 s. Peralatan pengendalian pencemaran. Perubahan fisik maupun non fisik juga dapat terjadi pada Industri Kecil Obat Tradisional. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan seksi SDK yang membawahi bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman setempat. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian direktur / pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya); b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT; c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi; d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya); e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi : a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT; b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT; c. Terjadi perluasan atau penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK), di mana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen / produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis

40 31 penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a. Surat permohonan dari direktur / pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materairp. 6000,00; b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp ,00; c. Fotokopi izin UPAK; d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM; e. Denah bangunan / ruangan dari CPAK; f. Peta lokasi CPAK; g. SIUP CPAK; h. NPWP CPAK; i. UUG; j. Domisili perusahaan; k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik; l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan). Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya); b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK; c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi; d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak.

41 32 Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK; b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK. Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi Izin Toko Alat Kesehatan (KepMenKes / No / MENKES / Per / VIII / 2010, 2010) Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut: a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun. Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar; b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan; c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota.

42 Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2002) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan; b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen; c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00; b. Fotokopi KTP; c. Foto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar. Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur / pimpinan perusahaan / perorangan yang ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00; b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya; c. Peta lokasi, IMB; d. Denah ruangan produksi; e. Rancangan etiket; f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta);

43 34 g. Foto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar; h. Surat izin perindustrian dari Dinas / Suku Dinas Perindustrian; i. Data produk makanan yang akan diproduksi; j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk; k. Status bangunan (sewa/ milik sendiri): lampirkan fotokopi sertifikat bila milik sendiri, dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik. Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a. Pengajuan permohonan 1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: a) Susu dan hasil olahan; b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku; c) Pangan kaleng; d) Pangan bayi; e) Minuman beralkohol; f) Air minum dalam kemasan; g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh: coklat bubuk, garam yodium, dan tepung); h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. 3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Suku Dinas Kesehatan Kotamadya. b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara

44 35 bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi: 1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya, serta pengawetan pangan; 2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga; 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB); 4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label, dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya: 1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga; 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga, termasuk etika bisnis. c. Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. d. Sertifikasi produksi pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan.

45 36 2) Sertifikasi produksi pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, di mana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP tersebut masih tetap beroperasi. e. Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat melaporkan kepada Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambat-lambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat Koordinator Tenaga Kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah, antara lain: a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian; b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi) Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri Kesehatan No. 889 / MENKES / Per / V / 2011, 2011) Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi / Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja / praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang

46 37 melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan PerMenKes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA / SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan / atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Propinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, di mana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi / Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian;

47 38 d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; e. Foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm dua lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi / penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten / Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi / penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus menerbitkan

48 39 SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a. Fotokopi STRTTK; b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian; c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; d. Foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/MENKES/Per/X/2011, 2011) Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi:

49 40 a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik, atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya; c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi / fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu; d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik; e. Foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut: a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki; b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; c. Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta, maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.

50 Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009) Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Orientasi pada kepuasan pelanggan; b. Perbaikan / peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continuous and sustainable improvement), c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku; d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar, dan tepat waktu; b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu; c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja; d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti; e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik. Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jakarta Timur sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakarta Timur. a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim. b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi / subbagian saja.

51 42 c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut. d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu. Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut: a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim; b. Profil Organisasi Sudin; c. Sistem Manajemen Mutu Sudin; d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu; e. Komitmen Mutu; f. Manjemen Sumber Daya; g. Realisasi Pelayanan; h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu. Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan / audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun. b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan / audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun.

52 43 c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkahlangkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali. d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan. e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

53 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari Suku Dinas Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, di mana sebelumnya ke dua suku dinas ini dipisah. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Pulau Seribu. Masingmasing Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, serta mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta Timur, yaitu Sumber Daya Kesehatan. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai hasil pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Tenaga Kesehatan Analisis profil tenaga medis pada rumah sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan tingkat pendidikan dilakukan untuk menjamin pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Profil tenaga medis berdasarkan tingkat pendidikannya diperlukan dalam pemenuhan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Berdasarkan hasil rekapitulasi surat izin praktek tenaga medis di rumah sakit wilayah kota administrasi Jakarta Timur yang diterbitkan tahun 2012, dapat diketahui jumlah dokter yang telah terdaftar dan telah diterbitkan surat izin praktik di rumah sakit di wilayah kota administrasi Jakarta Timur. Jumlah dokter umum terdaftar tahun 2012 sebanyak 108, pendaftar terbanyak berasal dari RS Persahabatan, Kecamatan Pulo Gadung. Jumlah dokter gigi terdaftar tahun 2012 sebanyak 33, terbanyak berasal dari RS Admir kecamatan Pulo Gadung dan RS Polri Sukanto Kecamatan Kramat Jati. Spesialis dasar terdaftar sebanyak 216, terbanyak berasal dari RS Hermina Kecamatan 44

54 45 Jatinegara. Spesialis Penunjang terdaftar tahun 2012 sebanayk 53, terbanyak berasal dari RS Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit. Spesialis lain terdaftar tahun 2012 sebanyak 221, terbanyak berasal dari RS Premier Kecamatan Jatinegara. Spesialis Gigi terdaftar tahun 2012 sebanyak 35, terbanyak dari RS Hermina Kecamatan Jatinegara. Analisa dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga medis yang ada di Rumah Sakit dengan jumlah standar minimum yang ditetapkan berdasarkan Permenkes No. 340 / MENKES / PER / III / 2010 dan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / X / 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Bagian Standardisasi Mutu Kesehatan Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008 telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen, serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan. Instruksi Kerja dan Quality Procedure tentang pelayanan perizinan dan sertifikasi mengalami revisi terkait proses perizinan yang masih ditangani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan salah satu aspek mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai dokumentasi. Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Sejak 9 Agustus 2011, diberlakukan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 74 tentang Penyelenggaraan

55 46 Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada Kota Administrasi yang menerangkan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Dengan perubahan ini, maka terjadi perubahan pula terhadap alur perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang dialihkan ke Kantor Walikota. Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu, Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP). PTSP ini merupakan sistem di mana seluruh berkas permohonan perizinan masuk melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya proses perizinan. Dengan perubahan sistem perizinan ini maka alur perizinan dan sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini, maka instruksi kerja dan prosedur mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi. Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan, dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Salah satu tugas bagian Standarisasi Mutu Kesehatan adalah evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya alur perizinan ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara perizinan tenaga dan sarana kesehatan dan

56 47 jika pelayanan alur perizinan lebih dari 12 hari dapat diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat pada alur perizinan. Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan. Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum tercantum, serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang mengacu pada prosedur manual. Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan program Microsoft Office Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan bentuk diagram yang ada di program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan Quality Procedure melibatkan bagian terkait hingga diperoleh persetujuan dari bagian tersebut atas revisi yang dilakukan Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan. Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur ada sepuluh, yaitu Puskesmas Kecamatan Makasar, Matraman, Jatinegara, Cakung, Duren Sawit, Kramat Jati, Pulo Gadung, Pasar Rebo, Ciracas, dan Cipayung. Suku Dinas Kesehatan hanya menerima laporan pemakaian obat di puskesmas setiap bulannya sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas. Puskesmas Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obat untuk pemakaian satu tahun. Pemakaian obat tersebut untuk Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas

57 48 Kelurahan. Puskesmas Kecamatan di wilayah Jakarta Timur merencanakan pengadaan obat berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep, dan pola penyakit yang berkembang. Unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan / atau pengeluaran narkotika dan psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program SIPNAP. Program ini telah dikembangkan sejak tahun 2008 dan mengalami pembaharuan pada tahun Program ini rencananya akan mulai diberlakukan pada tahun Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota / Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Adanya program SIPNAP ini akan lebih mempermudah pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Dengan adanya program ini diharapkan pula unit pelayanan kesehatan lebih patuh dalam melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika. Pada saat ini masih banyak unit pelayanan kesehatan yang terlambat mengirimkan laporan penggunaan setiap bulannya. Keterlambatan ini tidak hanya menghambat proses rekapitulasi, tetapi juga dapat mengakibatkan tercampurnya laporan yang satu dengan yang lain, serta ada resiko kehilangan laporan tersebut. Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek pada bulan Oktober tahun 2012 adalah Codein tablet 20 mg sejumlah tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan November tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 9065 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Rumah sakit bulan

58 49 Oktober tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 9861 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Rumah sakit bulan November tahun 2012 adalah Codein 20 mg sejumlah 7563 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah kodein 10 mg sejumlah 4283 tablet dan 4238 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Oktober dan November maka narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan Oktober dan November adalah Codein tablet 20 mg. Apotek yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah Apotek Rini dengan jumlah masing-masing 9313 item dan 7977 item. Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November tahun 2012 adalah Rumah Sakit Ketergantungan Obat dengan jumlah penggunaan narkotika masing-masingnya sejumlah 8170 item dan 5975 item. Puskesmas yang paling banyak menggunakan narkotika pada bulan Oktober dan November adalah Puskesmas Pulo Gadung dengan jumlah penggunaan narkotika masing-masingnya 2500 tablet kodein. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah diazepam tablet 2 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit adalah alprazolam tablet 1 mg pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah 6150 buah dan phenobarbital tablet 30 mg pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. Unit pelayanan kesehatan yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika adalah PKC Cipayung pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah 5480 buah dan PKC Ciracas pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. Rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah RS Persahabatan, yaitu sejumlah buah dan buah. Apotek yang paling banyak menggunakan

59 50 psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. Harga obat generik di pasaran juga perlu dimonitoring. Berdasarkan hasil monitoring harga obat generik tahun 2012 pada 2 Apotek rakyat dan 17 Apotek diperoleh data : a. Dua apotek rakyat menjual obat generik dengan harga tidak melebihi HET berdasarkan KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1. b. Tiga belas apotek menjual obat generik dengan harga melebihi HET berdasarkan KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan (dengan pergantian apoteker) di wilayah Jakarta Timur tahun 2012 No Sarana Total Sarana Sarana yang memenuhi Jumlah Sarana yang tidak memenuhi Jumlah 1 Apotek Apotek Rakyat Jumlah % Sarana 31,5% 68,4% Pemenuhan persyaratan Harga Obat Generik berdasarkan HET KepMenKes RI Nomor 092 / MENKES / SK / II / 2012 pada sarana apotek rakyat dan apotek di wilayah Jakarta Timur tahun 2012 diperoleh data: a. Persentase dari 2 apotek rakyat sebanyak 100% item obat generik yang dijual dengan harga memenuhi HET dapat dilihat pada Tabel 4.2.

60 51 Tabel 4.2. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur No Sarana Item obat yang sesuai HET Item obat yang tidak sesuai HET Jumlah % Jumlah % 1 Apotek Rakyat Zuhra Farma Apotik Rakyat Berkat Sehat 2 Jaya Jumlah 54 0 Rata-rata b. Pada 9 apotek diperoleh persentase sebanyak 76,4% item obat generik yang dijual memenuhi HET dan 11,84 % item obat generik dijual tidak memenuhi HET dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Persentase per item hasil monitoring obat generik periode tahun 2012 pada sarana apotek di wilayah Jakarta Timur No Sarana Item obat yang sesuai HET Item obat yang tidak sesuai HET Jumlah % Jumlah % 1 Apotek K-24 Cililitan Besar 27 93,1 2 6,9 2 Apotek K24 Haji Ten 29 96,7 1 3,3 3 Apotek Sehati Farma 29 96,7 1 3,3 4 Apotek KF No ,4 1 3,6 5 Instalasi Farmasi RSGM AU Apotek K24 Wisma Kentjana 28 96,6 1 3,4 7 Apotek Damai Apotek KSC 6 37, ,5 9 Apotek Dianindra Apotek Century Farma Kayu 10 Manis Apotek Sahabat Sehat Apotek Marga Bhakti Husada 27 96,4 1 3,57 13 Apotek Medicor Clinik 8 88,9 1 11,1 14 Apotek Generik Hj Hasan 22 84,6 4 15,4 15 Apotek Kimia Farma Apotek Kimia Farma, Jl.Duren 16 Sawit Raya B-3/ ,4 1 0,4 17 Apotek Century Pondok Kelapa 23 82,1 5 17,9 Jumlah Rata-rata 76,40 11,84

61 52 Tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman, di antaranya adalah melaksanakan kegiatan pengelolaan dan pengawasan persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Kota Administrasi Jakarta Timur. Persediaan yang dimaksud juga termasuk narkotika dan psikotropika. Selanjutnya, di antara tupoksi Bagian Farmakmin berdasarkan Peraturan Gubernur No. 150 tahun 2009, yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) pelayanan sarana kesehatan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, dan industri makanan dan minuman rumah tangga, dan juga melaksanakan kegiatan pemantauan dan monitoring harga obat generik dan persediaan cadangan obat essensial. Dari hasil binwasdal yang dilakukan Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman masih terdapat beberapa sarana kesehatan, yaitu instalasi farmasi rumah sakit, dan apotek yang masih terdapat kekurangan. Kegiatan tupoksi Bagian Farmakmin lainnya, yaitu monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur, hal ini bertujuan dapat dipantau seberapa besar dan banyaknya sarana pelayanan kesehatan khususnya sarana pelayanan farmasi yang harga jual obat generiknya melebihi harga eceran tertinggi yang tidak sesuai dengan KepMenKes RI No. 092 / Menkes / SK / II / 2012 dalam penjualan obat generik. Monitoring obat generik berdasarkan daftar sebanyak 30 item obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat dilakukan sesuai program kerja bersamaan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, diantaranya apotek dan apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Pada periode 2012 terdapat 19 sarana pelayanan farmasi yang dipantau, yaitu 2 diantaranya adalah apotek rakyat dan 17 Apotek. Dari ke-19 sarana tersebut terdapat 6 sarana yang menjual obat generik sesuai dengan HET, sedangkan 13 sarana lainnya menjual obat generik melebihi HET dari 30 obat generik yang dipantau. Untuk mengatasi hal tersebut monitoring harga obat generik sarana pelayanan kesehatan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur sebaiknya dilakukan secara rutin dan terhadap sarana pelayanan kesehatan yang menjual obat generik melebihi HET perlu ditindak lanjuti dengan memberikan surat peringatan.

62 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah: a. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur mempunyai fungsi : 1) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; 2) Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas; 3) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional, dan keahlian; 4) Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana, dan Kejadian Luar Biasa (KLB); 5) Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular; 6) Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian; 7) Pelaksanaan surveilans kesehatan; 8) Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan; 9) Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta; 10) Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas; 11) Pemberian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan; 53

63 54 12) Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; 13) Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat; 14) Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi; 15) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas; 16) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang; 17) Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan; 18) Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas; 19) Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan dan Kota Administrasi yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas; 20) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. b. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu: 1) Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman 2) Koordinator Tenaga Kesehatan 3) Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Tugas dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu sesuai dengan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun Seksi Sumber Daya Kesehatan melaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai fungsi: 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;

64 55 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman; 4) Memberikan rekomendasi atau perizinan praktik tenaga kesehatan; 5) Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan; 6) Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 7) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan; 8) Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu; 9) Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan; 10) Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas; 11) Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; 12) Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan; 13) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga; 14) Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial; 15) Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; 16) Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan; 17) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan; 18) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.

65 Saran Saran yang dapat diberikan adalah: a. Peningkatan kompetensi petugas melalui pengikutsertaaan pada seminar atau pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya masing-masing. b. Penambahan sarana dan prasarana, seperti komputer dan printer. c. Implementasi sistem manajemen mutu berdasarkan ISO 9001:2008 yang telah dijalankan saat ini harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan lagi di masa yang akan datang.

66 DAFTAR REFERENSI Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. (2009). Undang- Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. (2009). Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. (1999). Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. (1997). Undang- Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 092 / MENKES / SK / II / 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi. (2012). Keputusan Menteri Kesehatan No. 092 / MENKES / SK / II / 2012 tentang Harga Eceran Tertinggi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889 / MENKES / Per / V / 2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / Per / X / 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / Per / X / 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 57

67 58 Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / Per / VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / Per / VIII / 2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No 284 / MENKES / PER / III / 2007 tentang Apotek Rakyat. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No. 284 / MENKES / PER / III / 2007 tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / VIII / 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / VIII / 2003 tentang Indikator Indonesia Sehat Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK / X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No / MENKES / SK /X / 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 142 / MENKES / PER / III / 1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142 / MENKES / PER / III / 1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246 / MENKES / PER / V / 1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246 / MENKES / PER / V / 1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap. (2011). Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 114 Tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap. Jakarta : Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. (2009). Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.

68 59 Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi, Makanan, dan Minuman Propinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

69 60 Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

70 61 Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

71 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 UJI COBA SOFTWARE SIPNAP TERBARU UNTUK PELAPORAN PSIKOTROPIKA DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR BULAN OKTOBER DAN NOVEMBER 2012 MERRIE NATALIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013

72 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 UJI COBA SOFTWARE SIPNAP TERBARU UNTUK PELAPORAN PSIKOTROPIKA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BULAN OKTOBER DAN NOVEMBER 2012 MERRIE NATALIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2013 ii

73 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. Mawardinur, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 2. Dr. Fadlina Chany Saputri, M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 3. Dr. Safaruddin, MARS selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 4. Dra. Dian Sulistyowati, Apt., selaku Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 5. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 7. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi. iii

74 8. Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 9. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. 10. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi. 11. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 12. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2013 iv

75 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Tugas Sumber Daya Kesehatan Psikotropika Definisi dan Penggolongan Psikotropika Peredaran dan Pelaporan Penggunaan Psikotropika Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)... 7 BAB 3. METODOLOGI PENGKAJIAN SISTEM PELAPORAN DAN DATA LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengumpulan, Pengolahan, serta Pengkajian Data dan Sistem BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika Laporan Penggunaan Psikotropika BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI...33 v

76 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Tampilan awal website SIPNAP... 8 Gambar 2.2. Tampilan saat akan memasukkan laporan penggunaan psikotropika pada website SIPNAP... 9 Gambar 2.3. Tampilan saat akan menyetujui pendaftaran unit pelayanan kesehatan vi

77 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel 4.2. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel 4.3. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel 4.4. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel 4.5. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel 4.6. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel 4.7. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel 4.8. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel 4.9. Sepuluh dari sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel Sepuluh dari sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel Sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel Sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober Tabel Sepuluh dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober vii

78 Tabel Sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel Sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel Sepuluh dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November Tabel Tingkat kepatuhan unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Desember viii

79 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek yang data laporan penggunaan psikotropikanya dijadikan sampel data Lampiran 2. Data Jumlah Penggunaan Psikotropika pada Bulan Oktober dan November 2012 di 10 puskesmas tingkat kecamatan, 10 rumah sakit, dan 25 apotek Lampiran 3. Format laporan psikotropika dari program SIPNAP Lampiran 4. Absensi unit layanan dari program SIPNAP ix

80 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika sangat bermanfaat serta dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, ketersediaan psikotropika perlu dijamin oleh pemerintah. Akan tetapi, penggunaan psikotropika ini sering disalahgunakan oleh kelompok tertentu. Penggunaan psikotropika tanpa pengawasan dan petunjuk tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan tertentu dapat menyebabkan sindroma ketergantungan. Penyalahgunaan ini tidak hanya merugikan masyarakat, tetapi juga berdampak pada bangsa dan negara. Penyalahgunaan ini juga mendorong adanya peredaran gelap. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya pengendalian dan pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran psikotropika (Pemerintah Republik Indonesia, 1997). Pengendalian dan pengawasan terhadap penggunaan dan peredaran psikotropika dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam hal ini, Kementrian Kesehatan dibantu oleh Dinas Kesehatan Propinsi dan Dinas Kesehatan Propinsi dibantu oleh Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kabupaten/Kota masing-masing. Salah satunya adalah Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Timur yang didirikan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 150 Tahun 2009 (Gubernur Propinsi DKI Jakarta, 2009). Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Timur ini terdiri dari beberapa seksi, salah satunya adalah Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) yang memiliki Subseksi Farmasi, Makanan, dan Minuman yang melakukan pengawasan terhadap penggunaan psikotropika unit-unit pelayanan kesehatan. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah 1

81 2 sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian, dan/atau lembaga pendidikan, wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masingmasing yang berhubungan dengan psikotropika. Unit-unit tersebut wajib melaporkan catatan kepada Menteri secara berkala. Menteri melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan catatan tersebut (Pemerintah Republik Indonesia, 1997). Kementerian Kesehatan mengembangkan sistem pelaporan narkotika dan psikotropika secara online menggunakan fasilitas internet melalui program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2008 (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian). Tujuannya ialah untuk membangun sistem yang dapat terintegrasi dalam melakukan pengawasan secara menyeluruh dari penyediaan hingga penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika sehingga dapat meminimalkan bahaya penyalahgunaan, serta peredaran gelap narkotika dan psikotropika. Pelaporan melalui program SIPNAP ini juga bertujuan untuk menjamin ketersediaan narkotika dan psikotropika jenis tertentu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Program ini kemudian mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun 2012 dan rencananya akan mulai diberlakukan pada tahun Berdasarkan hal tersebut, mahasiswa yang melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) perlu mengetahui dan mengerti tentang program SIPNAP terbaru ini, serta mengetahui jumlah penggunaan psikotropika dan unit pelayanan kesehatan yang banyak menggunakan psikotropika di wilayah Jakarta Timur. Oleh karena itu, penulis mendapatkan tugas khusus untuk mempelajari program SIPNAP dan melakukan rekapitulasi data laporan psikotropika unit pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur, bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker: a. Memahami penggunaan program SIPNAP.

82 3 b. Mengetahui pemakaian psikotropika terbanyak di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November c. Mengetahui unit pelayanan kesehatan dengan pemakaian psikotropika terbanyak di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November d. Mengetahui tingkat kepatuhan unit pelayanan kesehatan dalam melaporkan penggunaan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

83 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tugas Sumber Daya Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No 150 Tahun 2009, Pasal 39, tentang : a. Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. b. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. c. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; 3) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan, dan minuman; 4) Memberikan rekomendasi perizinan praktik tenaga kesehatan; 5) Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan; 6) Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan; 7) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan; 8) Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu; 9) Melaksanakan survei kepuasan pelanggan kesehatan; 10) Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi, dan pendampingan penerapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas; 11) Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator; 12) Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assesor, dan auditor mutu pelayanan kesehatan; 4

84 5 13) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat, dan industri makanan minuman rumah tangga; 14) Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persedian cadangan obat esenssial; 15) Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi; 16) Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan; 17) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan; 18) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan Psikotropika Definisi dan Penggolongan Psikotropika Obat golongan psikotropika diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun1997. Ruang lingkup pengaturan di bidang psikotropika dalam undang-undang ini adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan psikotropika yang mempunyai potensi mengakibatkan sindroma ketergantungan. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Pengaturan di bidang psikotropika ini adalah untuk beberapa tujuan, yaitu: a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan. b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika. c. Memberantas peredaran gelap psikotropika (Pemerintah Republik Indonesia, 1997).

85 6 Psikotropika dibagi menjadi beberapa golongan, yaitu: a. Psikotropika golongan I Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. b. Psikotropika golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. c. Psikotropika golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan. d. Psikotropika golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Pemerintah Republik Indonesia, 1997). Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, lampiran mengenai jenis Psikotropika golongan I dan golongan II sebagaimana tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671) telah dipindahkan menjadi Narkotika Golongan I (Pemerintah Republik Indonesia, 2009) Peredaran dan Pelaporan Penggunaan Psikotropika (Pemerintah Republik Indonesia, 1997) Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 psikotropika yang berupa obat hanya dapat diedarkan setelah terdaftar pada departemen yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Penyaluran psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh pihak-pihak sebagai berikut.

86 7 a. Pabrik obat kepada pedagang besar farmasi, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan. b. Pedagang besar farmasi kepada pedagang besar farmasi lainnya, apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, rumah sakit, dan lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan. c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah kepada rumah sakit pemerintah, puskesmas, dan balai pengobatan pemerintah. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan. Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, puskesmas, dan balai pengobatan berdasarkan resep dokter. Penyerahan psikotropika oleh dokter dilaksanakan dalam hal: a. Menjalankan praktik terapi dan diberikan melalui suntikan. b. Menolong orang sakit dalam keadaan darurat. c. Menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek. Pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masing-masing yang berhubungan dengan psikotropika. Unitunit tersebut wajib melaporkan catatan kepada Menteri secara berkala. Menteri melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas pelaksanaan pembuatan dan penyimpanan catatan tersebut Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan secara terintegrasi melalui program yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, yaitu program SIPNAP. Sistem pada program ini memiliki bagian-bagian yang terintegrasi, yaitu

87 8 unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Program ini kemudian mengalami perkembangan dari program SIPNAP sebelumnya yang telah disusun dan digunakan sejak tahun 2008 (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian). Tujuan dari program ini adalah: a. Pembangunan sistem pelaporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan psikotropika nasional yang terintegrasi mulai dari unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat. b. Tersedianya pelaporan narkotika dan psikotropika sesuai target. c. Pemanfaatan hasil pelaporan yang mudah diakses dan didistribusikan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2012). Program SIPNAP ini dapat diakses melalui komputer yang telah terhubung internet dengan memasuki website Tampilan website akan muncul seperti gambar 2.1. Unit pelayanan kesehatan dapat melakukan registrasi sehingga terdaftar dan dapat menjadi user. Unit pelayanan kesehatan ini akan mendapat usename dan password melalui yang dapat digunakan untuk login setelah dilakukan konfirmasi (approval) oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. [Sumber: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian] Gambar 2.1. Tampilan awal website SIPNAP

88 9 Unit pelayanan kesehatan dapat mengunduh terlebih dahulu format laporan penggunaan narkotika atau psikotropika melalui menu import narkotika atau import psikotropika setelah login. Unit pelayanan kesehatan melakukan pengisian laporan tersebut, kemudian memasukkannya ke program SIPNAP melalui menu import, submenu import narkotika atau import psikotropika. Tampilan akan muncul seperti gambar 2.2. Apabila ada perubahan pada data-data yang telah dimasukkan sebelumnya dapat diajukan ke pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota untuk ditindaklanjuti (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian). [Sumber: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian] Gambar 2.2. Tampilan saat akan memasukkan laporan penggunaan psikotropika pada website SIPNAP Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota akan mendapatkan username dan password dari pusat untuk dapat login ke dalam program ini. Pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melihat data-data unit pelayanan kesehatan yang telah mendaftar pada menu data unit layanan, submenu data unit layanan. Selain itu, pada menu ini pihak pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota juga dapat mengubah apabila ada perubahan data atau kesalahan pada data yang telah diisi oleh unit-unit tersebut pada saat mendaftar atau menghapus data-data tersebut. Pada menu import, submenu import narkotika atau import psikotropika juga dapat dilakukan pengubahan atau penghapusan data. Persetujuan registrasi/pendaftaran unit pelayanan kesehatan dapat dilakukan pada menu approval unit layanan, kemudian pilih unit layanan yang akan disetujui. Tampilan akan muncul seperti gambar 2.3.

89 10 [Sumber: Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian] Gambar 2.3. Tampilan saat akan menyetujui pendaftaran unit pelayanan kesehatan Pada menu laporan terdapat 4 submenu, yaitu: a. Submenu absen unit layanan Submenu ini untuk menampilkan absensi unit layanan yang telah melakukan pelaporan SIPNAP dan secara otomatis akan tampil menu print untuk melakukan cetak absensi pelaporan SIPNAP. b. Submenu rekap Submenu ini untuk menampilkan rekap laporan narkotika atau psikotropika dari data-data yang dilaporkan oleh unit pelayanan kesehatan dan secara otomatis akan tampil menu print untuk melakukan cetak rekap pelaporan narkotika atau psikotropika. c. Submenu penggunaan Submenu ini untuk menampilkan laporan penggunaan narkotika atau psikotropika dari data-data yang dilaporkan oleh unit pelayanan kesehatan dan secara otomatis akan tampil menu print untuk melakukan cetak laporan penggunaan narkotika atau psikotropika. d. Submenu grafik Submenu ini untuk menampilkan grafik penggunaan narkotika atau psikotropika terbanyak atau laporan trend penggunaan dari data-data yang dilaporkan oleh unit pelayanan kesehatan.

90 11 Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat membantu unit pelayanan kesehatan yang kesulitan untuk melakukan sistem pelaporan SIPNAP melalui menu administrator. Pengelola SIPNAP dinas kesehatan kabupaten/kota dapat melakukan pendaftaran dan melaksanakan pelaporan SIPNAP dengan berperan sebagai unit layanan. Data laporan sesuai dengan data yang diberikan oleh pihak unit layanan yang bersangkutan (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian).

91 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN SISTEM PELAPORAN DAN DATA LAPORAN PENGGUNAAN PSIKOTROPIKA 3.1. Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian sistem pelaporan dan data laporan penggunaan psikotropika dilakukan di Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Timur Seksi Sumber Daya Kesehatan Subseksi Farmasi, Makanan, dan Minuman. Pengkajian ini dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 7 Januari Januari Metode Pengumpulan, Pengolahan, serta Pengkajian Data dan Sistem Data yang dikumpulkan berupa data laporan penggunaan psikotropika Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) tingkat kecamatan, Rumah Sakit, dan Apotek yang ada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Laporan penggunaan psikotropika yang digunakan berupa data hardcopy dan softcopy. Data hardcopy dikirimkan oleh masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan Subseksi Farmasi, Makanan, dan Minuman, sedangkan data softcopy diperoleh dari farmakmintimur@yahoo.co.id. Data yang digunakan dalam laporan ini adalah data laporan penggunaan psikotropika dari 10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, dan 25 Apotek yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Data-data tersebut diolah menggunakan program Microsoft Excel dan program SIPNAP. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel untuk mendapatkan gambaran deskriptif mengenai: a. Pemakaian sepuluh psikotropika terbanyak yang digunakan oleh semua sampel unit pelayanan kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November b. Pemakaian sepuluh psikotropika terbanyak yang digunakan oleh masingmasing sampel unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November

92 13 c. Sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November d. Sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari masing-masing sampel unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober dan November e. Tingkat kepatuhan sampel unit pelayanan kesehatan dalam melaporkan penggunaan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Desember Pengkajian sistem pelaporan SIPNAP dilakukan dengan metode pembelajaran dan uji coba program tersebut.

93 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikoropika (SIPNAP) Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program SIPNAP sejak tahun 2008 (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian). Program SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun Pada akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Program terbaru ini rencananya akan mulai diberlakukan pada tahun Perkembangan dan pembaharuan program SIPNAP ini didasarkan pada adanya kelemahan-kelemahan pada program SIPNAP sebelumnya. Kelemahankelemahan tersebut, antara lain program belum dapat menampung data dalam jumlah besar sehingga error, serta program tidak menyediakan menu absensi unit layanan dan menu rekap laporan penggunaan. Oleh karena itu, pihak Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang ingin mengetahui unit pelayanan kesehatan yang sudah melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika, serta jumlah penggunaannya harus merekapitulasinya secara manual. Selain itu, pada program SIPNAP sebelumnya unit pelayanan kesehatan tidak dapat mengisi data penggunaan narkotika dan psikotropika langsung ke dalam program. Unit pelayanan kesehatan harus mengirimkan data bentuk hardcopy ke Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota masing-masing, kemudian pihak Suku Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang akan memasukkan data-data tersebut ke program SIPNAP. Program SIPNAP ini secara umum memiliki beberapa hambatan, seperti keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang mengerti dan mampu menggunakan teknologi tersebut; sarana dan prasarana yang menunjang, termasuk koneksi internet; serta kekurangan-kekurangan program SIPNAP yang telah disebutkan sebelumnya. Hambatan-hambatan tersebut dapat diatasi dengan adanya pelatihan, sosialisasi, dan forum konsultasi; penyediaan sarana dan prasarana yang menunjang, serta pembentukan tim pengelola SIPNAP; serta 14

94 15 pengembangan program SIPNAP (Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian, 2012). Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Program juga memiliki menu absensi unit layanan dan menu rekap laporan penggunaan sehingga lebih memudahkan pemerintah dalam melakukan pengawasan. Pada kenyataannya program SIPNAP baru yang telah mengalami perkembangan dan pembaharuan ini masih memiliki kekurangan-kekurangan. Program ini sudah pasti sangat tergantung pada kecepatan koneksi internet yang ada. Oleh karena itu, saat pihak dinas kesehatan kabupaten/kota ingin melihat laporan rekap atau laporan penggunaan psikotropika dari data-data yang dilaporkan oleh unit-unit pelayanan kesehatan sangat lama sekali, bahkan tidak terbuka. Hal ini tentu saja berdampak pada kinerja pihak dinas kesehatan. Selain itu, pendaftaran/registrasi satu unit pelayanan kesehatan pada program ini dapat terjadi dua kali atau lebih dengan satu unit pelayanan dapat memperoleh dua atau lebih nomor unit layanan. Hal ini dikarenakan program ini tidak dapat mendeteksi unit-unit pelayananan kesehatan yang telah melakukan pendaftaran sehingga dapat terjadi pendaftaran ganda. Program SIPNAP yang terlalu sibuk juga dapat mengakibatkan suatu unit pelayanan kesehatan tidak memperoleh username dan password untuk login, walaupun unit pelayanan kesehatan tersebut telah disetujui oleh pihak dinas kesehatan kabupaten/kota. Pihak pengelola unit pelayanan kesehatan harus memperhatikan bahwa pada program ini data jumlah psikotropika, baik stok awal, penggunaan, maupun stok akhir, tidak bisa dalam bentuk koma desimal. Program akan secara otomatis membulatkan angka tersebut ke atas atau ke bawah, tergantung dari angka koma desimalnya, pada saat import data bulan pertama telah dilakukan. Program ini juga akan menolak data pelaporan yang jumlah stok awal saat ini tidak sama dengan jumlah stok akhir data yang telah dimasukkan bulan sebelumnya. Program

95 16 juga tidak dapat digunakan untuk memasukkan data pelaporan bulan sebelumnya apabila data pelaporan bulan ini sudah dimasukkan terlebih dahulu. Contohnya ialah data pelaporan penggunaan psikotropika bulan Oktober 2012 tidak dapat dimasukkan apabila data pelaporan penggunaan psikotropika bulan November 2012 sudah dimasukkan terlebih dahulu. Hal ini baik untuk pemerintah karena menuntut pihak unit pelayanan kesehatan untuk membuat data pelaporan yang benar. Akan tetapi, hal ini menuntut ketelitian yang lebih dari pihak unit pelayanan kesehatan dalam pengisian format laporan penggunaan. Format laporan penggunaan pada program SIPNAP baru ini sudah cukup baik karena sudah terstandarisasi. Pada format laporan penggunaan psikotropika terdapat 163 jenis psikotropika. Pada format laporan penggunaan narkotika terdapat 39 jenis narkotika. Adanya program SIPNAP ini akan lebih mempermudah pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Hal ini akan lebih baik lagi apabila ditunjang program yang lebih bermutu dalam hal kapasitas penggunaan dan kecepatan akses sehingga kinerja dapat lebih optimal. Dengan adanya program ini diharapkan pula unit pelayanan kesehatan lebih patuh dalam melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika. Pada saat ini masih banyak unit pelayanan kesehatan yang terlambat mengirimkan laporan penggunaan setiap bulannya. Keterlambatan ini tidak hanya menghambat proses rekapitulasi, tetapi juga dapat mengakibatkan tercampurnya laporan yang satu dengan yang lain, serta ada resiko kehilangan laporan tersebut. Program SIPNAP baru ini sampai bulan Januari 2013 belum disosialisasikan ke unit-unit pelayanan kesehatan. Hal ini dikarenakan belum adanya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari Dinas Kesehatan Propinsi. Adanya bencana banjir dan belum adanya dana atau anggaran mungkin memicu hal tersebut Laporan Penggunaan Psikotropika Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 pabrik obat, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga penelitian dan/atau lembaga

96 17 pendidikan wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan masingmasing yang berhubungan dengan psikotropika. Unit-unit tersebut wajib melaporkan catatan kepada Menteri secara berkala (Pemerintah Republik Indonesia, 1997). Menteri dibantu oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Salah satunya adalah Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Kota Administrasi Jakarta Timur. Data yang direkapitulasi adalah data pelaporan psikotropika pada bulan Oktober dan November 2012 dari 10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, dan 25 Apotek yang berada di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur. Keterbatasan waktu dan keterbatasan koneksi internet yang dimiliki penulis membuat penulis tidak dapat merekapitulasi data semua unit pelayanan kesehatan dan data bulan Desember Keterbatasan sumber daya manusia dan banyaknya unit pelayanan kesehatan yang belum mengirimkan laporan penggunaan juga berperan dalam hal ini. Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Phenobarbital 30 mg tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Alprazolam 1 mg tablet tablet Braxidin tablet tablet Danalgin tablet 500 mg tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Analsik tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet Esilgan tablet 2 mg tablet Librax tablet tablet 2899

97 18 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Phenobarbital 30 mg tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Alprazolam 0,5 mg tablet tablet Braxidin tablet tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet Analsik tablet tablet Esilgan tablet 2 mg tablet Alprazolam 1 mg tablet tablet Librax tablet tablet 2520 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.3.

98 19 Tabel 4.3. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Diazepam tablet 2 mg tablet Phenobarbital 30 mg tablet tablet Decazepam tablet 2 mg tablet Bellaphen tablet tablet Alprazolam 0,25 mg tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet 56 7 Diazepam tablet 5 mg tablet 48 8 Phenobarbital 50 mg tablet tablet 16 9 Stesolid Rektal 5 mg/2,5 ml tube 4 10 Stesolid Rektal 10 mg/2,5 ml tube 1 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Alprazolam 1 mg tablet tablet Phenobarbital 30 mg tablet tablet Braxidin tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Danalgin tablet 500 mg tablet Atarax tablet 0,5 mg tablet Clobazam 10 mg tablet tablet Xanax tablet 0,25 mg tablet Spasmium 5 mg tablet tablet 769

99 20 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.5. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Phenobarbital 30 mg tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Braxidin tablet tablet Danalgin tablet 500 mg tablet Neurodial kaplet kaplet Analsik tablet tablet Librax tablet tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Esilgan tablet 2 mg tablet Clobazam 10 mg tablet tablet 2244 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.6.

100 21 Tabel 4.6. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 Puskesmas tingkat kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Diazepam tablet 2 mg tablet Phenobarbital 30 mg tablet tablet Diazepam tablet 5 mg tablet Bellaphen tablet tablet Decazepam tablet 2 mg tablet Alprazolam 0,25 mg tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet 20 8 Stesolid Rektal 5 mg/2,5 ml tube 5 9 Stesolid Rektal 10 mg/2,5 ml tube 3 10 Diazepam 5 mg/ml ampul 3 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 10 sampel Rumah Sakit di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Phenobarbital 30 mg tablet tablet Alprazolam 0,5 mg tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Braxidin tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet Danalgin tablet 500 mg tablet Esilgan tablet 2 mg tablet Spasmium 5 mg tablet tablet Analsik tablet tablet 707

101 22 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8. Sepuluh psikotropika yang paling banyak digunakan pada 25 sampel Apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Produk Satuan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Phenobarbital 30 mg tablet tablet Diazepam tablet 2 mg tablet Braxidin tablet tablet Neurodial kaplet kaplet Analsik tablet tablet Valizanbe 5 mg tablet tablet Clobazam 10 mg tablet tablet Esilgan tablet 2 mg tablet Librax tablet tablet Merlopam 2 mg tablet tablet 2013 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.9.

102 23 Tabel 4.9. Sepuluh dari sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Unit Pelayanan Kesehatan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Apotek Rini RS Persahabatan Apotek Djatinegara Apotek Kimia Farma PKC Cipayung PKC Pasar Rebo PKC Makasar Apotek Sukma Sakti PKC Duren Sawit RS Omni Medical Center 4578 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.10.

103 24 Tabel Sepuluh dari sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Unit Pelayanan Kesehatan Jumlah Penggunaan (buah) 1 Apotek Rini RS Persahabatan PKC Ciracas PKC Cipayung Apotek Djatinegara Apotek Kimia Farma PKC Duren Sawit Apotek Sukma Sakti RS Omni Medical Center PKC Makasar 4301 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel Tabel Sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Puskesmas Jumlah Penggunaan (buah) 1 PKC Cipayung PKC Pasar Rebo PKC Makasar PKC Duren Sawit PKC Ciracas PKC Jatinegara PKC Cakung PKC Matraman PKC Pulo Gadung PKC Kramat Jati 981

104 25 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel Tabel Sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Rumah Sakit Jumlah Penggunaan (buah) 1 RS Persahabatan RS Omni Medical Center RS Hermina RS Harapan Bunda RS Harapan Jayakarta RS Rawamangun RS Yadika RS Kartika Pulomas RS Ketergantungan Obat RS Polri Sukanto 1140 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada tabel 4.13.

105 26 Tabel Sepuluh dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Oktober 2012 No. Nama Apotek Jumlah Penggunaan (buah) 1 Rini Djatinegara Kimia Farma Sukma Sakti Kimia Farma Rawamangun Kimia Farma K24 Rawamangun Asta Nugraha Kimia Farma Jatiwaringin K24 Pondok Bambu 904 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel Tabel Sepuluh Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Puskesmas Jumlah Penggunaan (buah) 1 PKC Ciracas PKC Cipayung PKC Duren Sawit PKC Makasar PKC Pasar Rebo PKC Cakung PKC Jatinegara PKC Matraman PKC Kramat Jati PKC Pulo Gadung 0

106 27 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel Tabel Sepuluh dari 10 sampel Rumah Sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama Rumah Sakit Jumlah Penggunaan (buah) 1 RS Persahabatan RS Omni Medical Center RS Hermina RS Harapan Bunda RS Yadika RS Harapan Jayakarta RS Ketergantungan Obat RS Kartika Pulomas RS Rawamangun RS Polri Sukanto 50 Hasil pengolahan data mengenai sepuluh nama unit pelayanan kesehatan dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 dapat dilihat pada tabel 4.16.

107 28 Tabel Sepuluh dari 25 sampel Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan November 2012 No. Nama apotek Jumlah Penggunaan (buah) 1 Rini Djatinegara Kimia Farma Sukma Sakti Kimia Farma Kimia Farma Rawamangun K24 Rawamangun Asta Nugraha Kimia Farma Jatiwaringin K24 Pondok Bambu 770 Hasil pengolahan data mengenai tingkat kepatuhan unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Desember 2012 dapat dilihat pada tabel Tabel Tingkat kepatuhan unit pelayanan kesehatan dari semua sampel unit pelayanan kesehatan (10 Puskesmas tingkat kecamatan, 10 Rumah Sakit, 25 Apotek) yang menggunakan psikotropika di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur pada bulan Desember 2012 Unit Pelayanan Kesehatan Jumlah Sampel (unit) Jumlah Pelapor (unit) Persentase Pelapor (%) Puskesmas Rumah Sakit Apotek

108 29 Berdasarkan data-data di atas terlihat bahwa psikotropika yang paling banyak digunakan oleh sampel unit pelayanan kesehatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. Phenobarbital merupakan obat turunan barbiturat yang umum digunakan sebagai antikonvulsi. Phenobarbital merupakan obat pilihan utama untuk terapi kejang dan kejang demam pada anak. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh puskesmas tingkat kecamatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah diazepam tablet 2 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. Diazepam merupakan obat turunan benzodiazepin yang umum digunakan sebagai antiansietas dan antikonvulsi. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh 10 sampel rumah sakit adalah alprazolam tablet 1 mg pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah buah dan phenobarbital tablet 30 mg pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. Alprazolam juga merupakan obat turunan benzodiazepin yang umum digunakan sebagai antiansietas. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh 25 sampel apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. Unit pelayanan kesehatan yang paling banyak menggunakan psikotropika dari semua sampel pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika adalah PKC Cipayung pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah buah dan PKC Ciracas pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. Rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika dari 10 sampel rumah sakit pada bulan Oktober dan November 2012 adalah RS Persahabatan, yaitu sejumlah buah dan buah. Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika dari 25 sampel apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. Tingkat kepatuhan sampel unit pelayanan kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dalam melaporkan penggunaan psikotropika cukup baik. Puskesmas tingkat kecamatan yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 10 puskesmas sebesar 60%, yaitu

109 30 PKC Cipayung, PKC Ciracas, PKC Jatinegara, PKC Kramat Jati, PKC Makasar, dan PKC Pasar Rebo. Rumah sakit yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 10 sampel rumah sakit sebesar 60%, yaitu RS Harapan Bunda, RS Harapan Jayakarta, RS Hermina, RS Kartika Pulomas, RS Omni Medical Center, dan RS Rawamangun. Apotek yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 25 sampel apotek sebesar 52%, yaitu Century Pharma SPBU I Pasar Rebo, Djatinegara, K24 Condet, K24 Curug Kalimalang, K24 Haji Ten, K24 Otista, K24 Pondok Gede, K24 Pondok Kelapa, K24 Pondok Kopi, K24 Rawamangun, K24 Wisma Kentjana, Sanafarma Cililitan, dan Sukma Sakti.

110 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari laporan ini adalah: a. Program SIPNAP yang digunakan untuk pelaporan narkotika dan psikotropika akan mempermudah pemerintah dalam melakukan pengawasan penggunaan narkotika dan psikotropika. Program SIPNAP baru ini baik, walaupun masih memiliki beberapa kekurangan. Program SIPNAP baru ini belum disosialisasikan ke unit-unit pelayanan kesehatan dikarenakan belum adanya petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) dari Dinas Kesehatan Propinsi. Adanya bencana banjir dan belum adanya dana atau anggaran mungkin memicu hal tersebut. b. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh sampel unit pelayanan kesehatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. 1) Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh puskesmas tingkat kecamatan pada bulan Oktober dan November 2012 adalah diazepam tablet 2 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. 2) Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh 10 sampel rumah sakit adalah alprazolam tablet 1 mg pada bulan Oktober 2012, yaitu sejumlah buah dan phenobarbital tablet 30 mg pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. 3) Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh 25 sampel apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah phenobarbital tablet 30 mg, yaitu sejumlah buah dan buah. c. Unit pelayanan kesehatan yang paling banyak menggunakan psikotropika dari semua sampel pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. 1) Puskesmas tingkat kecamatan yang paling banyak menggunakan psikotropika adalah PKC Cipayung pada bulan Oktober 2012, yaitu 31

111 32 sejumlah buah dan PKC Ciracas pada bulan November 2012, yaitu sejumlah buah. 2) Rumah sakit yang paling banyak menggunakan psikotropika dari 10 sampel rumah sakit pada bulan Oktober dan November 2012 adalah RS Persahabatan, yaitu sejumlah buah dan buah. 3) Apotek yang paling banyak menggunakan psikotropika dari 25 sampel apotek pada bulan Oktober dan November 2012 adalah Apotek Rini, yaitu sejumlah buah dan buah. d. Tingkat kepatuhan sampel unit pelayanan kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dalam melaporkan penggunaan psikotropika cukup baik. 1) Puskesmas tingkat kecamatan yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 10 puskesmas sebesar 60%. 2) Rumah sakit yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 10 sampel rumah sakit sebesar 60%. 3) Apotek yang mengirimkan laporan penggunaan psikotropika pada bulan Desember 2012 dari 25 sampel apotek sebesar 52% Saran Saran yang dapat saya berikan adalah: a. Program SIPNAP ini perlu pengembangan lebih lanjut untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada program yang sekarang sehingga kinerja dapat lebih optimal. b. Perlunya sumber daya manusia dan sarana penunjang yang lebih baik, serta sosialisasi dan pelatihan agar program ini dapat dikelola secara baik.

112 DAFTAR REFERENSI Pemerintah Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Pemerintah Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. Gubernur Propinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. Manual Book Software SIPNAP. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian. (2012). Implementasi Kegiatan Prioritas Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Kefarmasian Tahun Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Panduan SIPNAP Versi Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 33

113 34 Lampiran 1. Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotek yang data laporan penggunaan psikotropikanya dijadikan sampel data. PKC Cakung PKC Cipayung PKC Ciracas PKC Duren Sawit PKC Jatinegara Puskesmas PKC Kramat Jati PKC Makasar PKC Matraman PKC Pasar Rebo PKC Pulo Gadung RS Harapan Bunda RS Harapan Jayakarta RS Hermina RS Kartika Pulomas RS Ketergantungan Obat Rumah Sakit RS Omni Medical Center RS Persahabatan RS Polri Sukanto RS Rawamangun RS Yadika Asta Nugraha Century Pharma SPBU I Pasar Rebo Century Pharma Taman Pulo Gebang Djatinegara K24 Condet K24 Curug Kalimalang K24 Haji Ten K24 Klender K24 Otista K24 Pondok Bambu K24 Pondok Gede K24 Pondok Kelapa Apotek K24 Pondok Kopi K24 Rawamangun K24 Wisma Kentjana Kimia Farma 193 Kimia Farma 48 Kimia Farma 49 Kimia Farma Jatiwaringin Kimia Farma Otista Kimia Farma Pondok Kelapa Kimia Farma Rawamangun Rini Sanafarma Cililitan Sukma Sakti

114 Lampiran 2. Data Jumlah Penggunaan Psikotropika pada Bulan Oktober dan November 2012 di 10 puskesmas tingkat kecamatan, 10 rumah sakit, dan 25 apotek Puskesmas Rumah Sakit Apotek No. Nama Produk Satuan Oktober 2012 November 2012 Oktober 2012 November 2012 Oktober 2012 November ACTAZOLAM 1 MG TABLET Tablet ACTAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet ALGANAX DOS 2X20 TABLET 0.25 MG Tablet ALGANAX DOS 2X20 TABLET 1 MG Tablet ALGANAX DOS 2X20 TABLET 0.5 MG Tablet ALPRAZOLAM 0,25 MG TABLET Tablet ALPRAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet ALPRAZOLAM 1 MG TABLET Tablet ALVIZ 0,25 MG - TABLET Tablet ALVIZ 0,5 MG - TABLET Tablet ALVIZ 1 MG - TABLET Tablet ANALSIK TABLET Tablet ANESFAR 5MG/ 5 ML INJ Ampul ANXIBLOC TAB Tablet APAZOL 0.5 MG TABLET Tablet APAZOL 1 MG TABLET Tablet APAZOL 0,25 MG TABLET Tablet APISATE DOS 5 X 6 TABLET Tablet ASABIUM TABLET 10 MG Tablet

115 20 ATARAX TABLET 0,5 MG Tablet ATIVAN TABLET 0,5 MG Tablet ATIVAN TABLET 1 MG Tablet ATIVAN TABLET 2 MG Tablet BELLAPHEN TABLET Tablet BRAXIDIN TABLET Tablet CALMLET 0,25 MG - TABLET Tablet CALMLET 0,5 MG - TABLET Tablet CALMLET 1 MG - TABLET Tablet CALMLET 2 MG - TABLET Tablet CETABRIUM TABLET 10 MG Tablet CETABRIUM TABLET 5 MG Tablet CETALGIN DOS 10 X 10 TABLET Tablet CETALGIN-T DOS 100 KAPLET Kaplet CLIAD TABLET Tablet CLOBAZAM 10 MG TABLET Tablet CLOBIUM TABLET Tablet CLOFRITIS 10 MG Tablet CONCERTA 30 KAPLET 18 MG Tablet CONCERTA 30 KAPLET 36 MG Tablet DALMADORM TABLET Tablet DANALGIN TABLET 500 MG Tablet DECAZEPAM TABLET 2 MG Tablet DECAZEPAM TABLET 5 MG Tablet DIAZEPAM TABLET 2 MG Tablet

116 45 DIAZEPAM TABLET 5 MG Tablet DIAZEPAM INJ 10 MG/ML Ampul DIAZEPAM INJ 5 MG/ML Ampul DITALIN DOS 4X15 TABLET Tablet DORMICUM 5 MG/INJEKSI Ampul DORMICUM 15 MG/INJEKSI Ampul DUMOLID TABLET 5 MG Tablet ESILGAN TABLET 1 MG Tablet ESILGAN TABLET 2 MG Tablet ESTALIN 1MG Tablet ESTALIN 2MG Tablet FEPRAX TAB 0,25 MG Tablet FEPRAX TAB 0,5 MG Tablet FEPRAX TAB 1 MG Tablet FORTANEST 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul FORTANEST 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul FRISIUM TABLET 10 MG Tablet FRIXITAS 0,25 MG Tablet FRIXITAS 1 MG TABLET Tablet GRAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet GRAZOLAM 1 MG TABLET Tablet HEDIX TABLET Tablet HIPNOZ 15MG/3ML INJEKSI Ampul HIPNOZ 5MG/5ML INJEKSI Ampul KLIDIBRAX TABLET Tablet

117 70 LEXOTAN TABLET 1,5 MG Tablet LEXOTAN TABLET 3 MG Tablet LEXOTAN TABLET 6 MG Tablet LEXZEPAM 3 MG TABLET Tablet LIBRAX TABLET Tablet LIBRIUM TABLET 10 MG Tablet LIBRIUM TABLET 5 MG Tablet LIMBRITOL TABLET Tablet LOREX 1 MG Tablet LOREX 2 MG Tablet LOXIPAZ 1 MG TABLET Tablet LOXIPAZ 2 MG TABLET Tablet MELIDOX TABLET Tablet MENTALIUM TABLET 2 MG Tablet MENTALIUM TABLET 10 MG Tablet MENTALIUM TABLET 5 MG Tablet MERLOPAM TABLET 0,5 MG Tablet MERLOPAM TABLET 1 MG Tablet MERLOPAM 2 MG TABLET Tablet METANEURON TABLET Tablet MIDACUM 5 MG/5 ML Ampul MIDACUM 15 MG/ 3 ML Ampul MIDAZOLAM 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul MIDAZOLAM 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul MILOZ AMP 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul

118 95 MILOZ 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul NEO PROTAL TABLET Tablet NEURINDO KAPLET Tablet NEURODIAL KAPLET Kaplet NEUROGEN TABLET 100 Tablet NEUROPYRON TABLET Tablet NEUROVAL KAPLET Tablet OMEGASTRI DOS Tablet OPINEURON Tablet OPIZOLAM 0,5 MG Tablet OPIZOLAM 1 MG Tablet PHENOBARBITAL 30 MG TAB Tablet PHENOBARBITAL 50 MG TAB Tablet PHENOBARBITAL 100 MG TAB Tablet PHENOBARBITAL INJEKSI Tablet PHENTAL 100 MG/ML Ampul PIPTAL DROPS Botol POTENSIK KAPLET Kaplet PROCLOZAM 10 MG TABLET Tablet PROHIPER 10 MG TABLET Tablet PRONEURON TABLET Tablet RENAGAS TABLET Tablet RENAQUIL TABLET 1 MG Tablet RIKLONA 2 MG TABLET Tablet RITALIN TABLET 10 MG Tablet

119 120 RITALIN SR TABLET 20 MG Tablet RIVOTRIL TABLET 2 MG Tablet SANMAG TABLET Tablet SEDACUM 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul SEDACUM 5 MG/ML INJEKSI Ampul SIBITAL 50 MG TABLET Tablet SIBITAL INJ 200 MG/2 ML Ampul SOXIETAS TABLET 0.5 MG Tablet SOXIETAS TABLET 1 MG Tablet SOXIETAS TABLET 0.25 MG Tablet SPASMIUM 5 MG TABLET Tablet STESOLID 2 MG TABLET Tablet STESOLID 5 MG TABLET Tablet STESOLID SYRUP 2 MG/5 ML. 60 ML Botol STESOLID REKTAL 10 MG/2,5 ML Tube STESOLID REKTAL 5 MG/2,5 ML Tube STESOLID 10 MG/2 ML INJEKSI Ampul STILNOX TABLET 10 MG X 10 Tablet TERONAC TABLET Tablet TRAZEP TUBE ENEMA 5 MG/ 2,5 ML Tube TRAZEP TUBE ENEMA 10 MG/2,5 ML Tube VALDIMEX 10 MG TABLET Tablet VALDIMEX INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul VALDIMEX 5 MG/ML Ampul VALIUM 10 MG TABLET Tablet

120 145 VALIUM 5 MG TABLET Tablet VALIUM 2 MG TABLET Tablet VALIUM INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul VALIZANBE 2 MG TABLET Tablet VALIZANBE 5 MG TABLET Tablet VALIZANBE INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul XANAX TABLET 0,25 MG Tablet XANAX TABLET 0,5 MG Tablet XANAX TABLET 1 MG Tablet XANAX XR 0,5 MG TABLET Tablet XANAX XR 1 MG TABLET Tablet YEKALGIN KAPLET Tablet ZOLASTIN TABLET 1 MG Tablet ZOLASTIN TABLET 0.5 MG Tablet ZOLMIA TABLET Tablet ZYPARON TABLET Tablet ZYPRAZ 0.25 MG TABLET Tablet ZYPRAZ 0,5 MG TABLET Tablet ZYPRAZ 1 MG TABLET Tablet

121 Lampiran 3. Format laporan psikotropika dari program SIPNAP No Kode_UL Nama_UL Tahun Bulan Kode_Produk Nama_Produk Satuan Stok_Awal jumlah_pemasukkan_pbf Jumlah_Pemasukkan_Sarana Jumlah_Pengeluaran_resep Jumlah_pengeluaran_sarana Jumlah_Pemusnahan No_dan_Tgl_BAP Stok_Akhir 1 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ACTAZOLAM 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ACTAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALGANAX DOS 2X20 TABLET 0.25 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALGANAX DOS 2X20 TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALGANAX DOS 2X20 TABLET 0.5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALPRAZOLAM 0,25 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALPRAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALPRAZOLAM 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALVIZ 0,25 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALVIZ 0,5 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ALVIZ 1 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ANALSIK TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ANESFAR 5MG/ 5 ML INJ Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ANXIBLOC TAB Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) APAZOL 0.5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) APAZOL 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) APAZOL 0,25 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) APISATE DOS 5 X 6 TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ASABIUM TABLET 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ATARAX TABLET 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ATIVAN TABLET 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ATIVAN TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ATIVAN TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) BELLAPHEN TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) BRAXIDIN TABLET Tablet

122 26 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CALMLET 0,25 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CALMLET 0,5 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CALMLET 1 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CALMLET 2 MG - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CETABRIUM TABLET 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CETABRIUM TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CETALGIN DOS 10 X 10 TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CETALGIN-T DOS 100 KAPLET Kaplet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CLIAD TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CLOBAZAM 10 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CLOBIUM TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CLOFRITIS 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CONCERTA 30 KAPLET 18 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) CONCERTA 30 KAPLET 36 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DALMADORM TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DANALGIN TABLET 500 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DECAZEPAM TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DECAZEPAM TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DIAZEPAM TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DIAZEPAM TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DIAZEPAM INJ 10 MG/ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DIAZEPAM INJ 5 MG/ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DITALIN DOS 4X15 TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DORMICUM 5 MG/INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DORMICUM 15 MG/INJEKSI Ampul

123 51 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) DUMOLID TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ESILGAN TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ESILGAN TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ESTALIN 1MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ESTALIN 2MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FEPRAX TAB 0,25 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FEPRAX TAB 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FEPRAX TAB 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FORTANEST 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FORTANEST 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FRISIUM TABLET 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FRIXITAS 0,25 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) FRIXITAS 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) GRAZOLAM 0,5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) GRAZOLAM 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) HEDIX TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) HIPNOZ 15MG/3ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) HIPNOZ 5MG/5ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) KLIDIBRAX TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LEXOTAN TABLET 1,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LEXOTAN TABLET 3 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LEXOTAN TABLET 6 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LEXZEPAM 3 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LIBRAX TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LIBRIUM TABLET 10 MG Tablet

124 76 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LIBRIUM TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LIMBRITOL TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LOREX 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LOREX 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LOXIPAZ 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) LOXIPAZ 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MELIDOX - TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MENTALIUM TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MENTALIUM TABLET 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MENTALIUM TABLET 5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MERLOPAM TABLET 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MERLOPAM TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MERLOPAM 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) METANEURON TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MIDACUM 5 MG/5 ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MIDACUM 15 MG/ 3 ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MIDAZOLAM 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MIDAZOLAM 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MILOZ AMP 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) MILOZ 5 MG/5 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEO PROTAL TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEURINDO KAPLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEURODIAL KAPLET Kaplet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEUROGEN TABLET 100 Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEUROPYRON TABLET Tablet

125 101 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) NEUROVAL KAPLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) OMEGASTRI DOS Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) OPINEURON Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) OPIZOLAM 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) OPIZOLAM 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PHENOBARBITAL 30 MG TAB Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PHENOBARBITAL 50 MG TAB Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PHENOBARBITAL 100 MG TAB Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PHENOBARBITAL INJEKSI Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PHENTAL 100 MG/ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PIPTAL DROPS Botol UL- (Tulis Nama Unit Layanan) POTENSIK KAPLET Kaplet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PROCLOZAM 10 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PROHIPER 10 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) PRONEURON TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RENAGAS TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RENAQUIL TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RIKLONA 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RITALIN TABLET 10 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RITALIN SR TABLET 20 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) RIVOTRIL TABLET 2 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SANMAG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SEDACUM 15 MG/3 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SEDACUM 5 MG/ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SIBITAL 50 MG TABLET Tablet

126 126 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SIBITAL INJ 200 MG/2 ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SOXIETAS TABLET 0.5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SOXIETAS TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SOXIETAS TABLET 0.25 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) SPASMIUM 5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID 5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID SYRUP 2 MG/5 ML. 60 ML Botol UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID REKTAL 10 MG/2,5 ML Tube UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID REKTAL 5 MG/2,5 ML Tube UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STESOLID 10 MG/2 ML INJEKSI Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) STILNOX TABLET 10 MG X 10 Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) TERONAC TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) TRAZEP TUBE ENEMA 5 MG/ 2,5 ML Tube UL- (Tulis Nama Unit Layanan) TRAZEP TUBE ENEMA 10 MG/2,5 ML Tube UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALDIMEX 10 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALDIMEX INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALDIMEX 5 MG/ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIUM 10 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIUM 5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIUM 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIUM INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIZANBE 2 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIZANBE 5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) VALIZANBE INJEKSI 10 MG/2 ML Ampul

127 151 UL- (Tulis Nama Unit Layanan) XANAX TABLET 0,25 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) XANAX TABLET 0,5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) XANAX TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) XANAX XR 0,5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) XANAX XR 1 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) YEKALGIN KAPLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZOLASTIN TABLET 1 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZOLASTIN TABLET 0.5 MG Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZOLMIA TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZYPARON TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZYPRAZ 0.25 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZYPRAZ 0,5 MG TABLET Tablet UL- (Tulis Nama Unit Layanan) ZYPRAZ 1 MG TABLET Tablet

128 Lampiran 4. Absensi unit layanan dari program SIPNAP 49 49

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 19-30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ERLI SUSANTI,

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran : Jenis Perijinan : IJIN PELAYANAN KESEHATAN a. BP/RB/BKIA b. Pendirian / Penutupan Apotik c. Pedagang Eceran Obat d. Laboratoriun klinik e. Praktek Berkelompok Dokter Umum / Gigi / Spesialis f. Praktek

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT NOMOR 25 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANASTASIA BANGUN,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 71 Peraturan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ULINAFIAH,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 6-30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 11 MARET 2013 29 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LIDIA ROMITO

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN

STANDAR PELAYANAN PUBLIK GERAI PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN STANDAR PUBLIK GERAI PERIZINAN TERPADU SEKTOR KESEHATAN NO 1 2 3 4 5 6 IZIN 9 hari kerja Tdak dipungut 1 Surat Izin Bidan (SIB) Surat Izin Bidan (SIB) kepada Kepala Dinas Kesehatan Pemohon datang sendiri

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

4. Izin lokasi, persyaratan bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan dan ketenagaan.

4. Izin lokasi, persyaratan bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan dan ketenagaan. IZIN OPERASIONAL KLINIK PRATAMA/UTAMA/RAWAT INAP PERSYARATAN 1. Surat Permohonan izin klinik 2. Fotokopi pendirian badan usaha bagi klinik utama dan klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap. 3.

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WARDAH, S. Farm. 1206313841

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

Kepala Dinas mempunyai tugas :

Kepala Dinas mempunyai tugas : Kepala Dinas mempunyai tugas : a. menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Dinas; d. menyelenggarakan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan; e. menyelenggarakan urusan pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 79 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS KESEHATAN JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG : bahwa sebagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG -1- BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 BERITA DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 27 TAHUN 2007 PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Subang telah dibentuk dengan Peraturan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci