UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NURLISA DWI NOVIANTI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker NURLISA DWI NOVIANTI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur Periode Maret Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Pada penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Dra. Dyan Sulistyorini, Apt., selaku pembimbing PKPA dan Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman, Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudinkes Jaktim yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 2. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi dan ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 3. Dr. Safaruddin, MARS., selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA. 4. drg. Margaretha S.D.W., selaku Koordinator Tenaga Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 5. drg. Roselyne Tobing, selaku Koordinator Standarisasi Mutu Kesehatan yang telah memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. 6. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi. 7. Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA. v

6 8. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi. 9. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 10. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan LXXVI yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Penulis 2013 v

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL.... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR Instansi Kesehatan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN Seksi Sumber Daya Kesehatan Dasar Hukum Ruang Lingkup HASIL DAN PEMBAHASAN Bagian Tenaga Kesehatan Bagian Standarisasi Mutu Kesehatan Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN...75 vi Univeritas Indonesia

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P- IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung Tabel 4.2. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Matraman Tabel 4.3. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Makasar Tabel 4.4. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di KecamatanDuren Sawit Tabel 4.5. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Ciracas Tabel 4.6. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Cakung Tabel 4.7. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Cipayung Tabel 4.8. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Jatinegara Table 4.9. Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Kramat Jati Tabel Data rekapan puskesmas kecamatan dan kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo Tabel Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur Tabel Data jumlah apotek di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan Tabel Data jumlah apotek rakyat di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur berdasarkan kecamatan Tabel Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah Sudinkes Jakarta Timur Tabel Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret Tabel Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret Tabel Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P- IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret vii

10 Tabel Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret Tabel Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun Tabel Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur ix vii

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.. 78 Lampiran 3. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Lampiran 4. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) Lampiran 5. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Lampiran 6. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat Lampiran 7. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Obat Lampiran 8. Formulir Permohonan Surat Izin Pedagang Eceran Obat Lampiran 9. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga x Univeritas Indonesia

12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial; ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil dan merata; serta ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah juga bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan; ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien dan terjangkau bagi masyarakat untuk mencapai, meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, 2009). Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yaitu Suku Dinas Kesehatan. 1

13 2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Apoteker merupakana salah satu sumber daya kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan, salah satunya di Suku Dinas Kesehatan. Peran tersebut berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman dan aplikasi cara perizinan, serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari pelayanan kesehatan, termasuk sarana dan tenaga kesehatan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA). Kegiatan PKPA dilaksanakan pada tanggal Maret 2013dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran profesi apoteker di Suku Dinas Kesehatan serta memberikan pengalaman. 1.2 Tujuan Pelaksanaan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur bertujuan agar mahasiswa calon Apoteker : a. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur b. Mengetahui dan memahami tugas pokok dan fungsi seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur c. Mengetahui dan memahami tata cara perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana pelayanan kesehatan farmasi, makanan dan minuman.

14 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR 2.1 Instansi Kesehatan Terdapat beberapa instansi pemerintah yang secarakhusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki, instansi tersebut dapat dibagi menjadi: Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian Kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Suku Dinas Kesehatan Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009). 3

15 Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Jumlah Puskesmas yang tercatat sampai saat ini sekitar unit Puskesmas Kecamatan dengan unit diantaranya mempunyai fasilitas ruang rawat inap, unit Puskesmas kelurahan dan unit Puskesmas keliling untuk wilayah Jakarta Timur terdapat 10 Puskesmas Kecamatan dan 78 Puskesmas Kelurahan. 2.2 Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya, dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu, yakni Suku Dinas Kesehatan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi merupakan Unit Kerja Dinas Kesehatan pada Kota Administrasi dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan

16 5 pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian. g. Pelaksanaan surveilans kesehatan. h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Sudin. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan

17 6 lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Visi dan Misi (Sudinkes Jaktim, 2009) Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur yaitu Jakarta Timur Sehat, Mandiri dan Bermutu untuk semua. Untuk mewujudkan visi tersebut, Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur memiliki misi sebagai berikut : a. Meningkatkan kemampuan manajerial dan profesionalisme Sumber Daya Manusia (SDM). b. Meningkatkan kinerja organisasi dengan pendekatan tim. c. Mengembangkan sistem informasi kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi. d. Menggalang kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi terkait. e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat Sasaran Mutu (Sudinkes Jaktim, 2009) Sasaran mutu yang ingin dicapai oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur adalah : a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100 % terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja.

18 7 d. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti. e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik Struktur Organisasi (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas b. Subbagian Tata Usaha c. Seksi Kesehatan Masyarakat d. Seksi Pelayanan Kesehatan e. Seksi Sumber Daya Kesehatan f. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan g. Sub kelompok Jabatan Fungsional Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas antara lain sebagai berikut : a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. b. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional. c. Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. d. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas.

19 Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas : a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pengkoordinasian penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. d. Pelakasanaan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas. e. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Suku Dinas. f. Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. g. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. h. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor. i. Pelaksanaan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas. j. Pelaksanaan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas. k. Penerimaan, pencatatan, pembukuan, penyetoran dan pelaporan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. l. Penyiapan bahan laporan Sudin yang terkait dengan tugas Subbagian TU. m. Pengkoordinasian penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas. n. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi

20 9 yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. d. Pengkoordinasian sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. e. Pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan dan informasi f. Pelaksanaan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatann masyarakat. g. Pelaksanaan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi. h. Pelaksanaan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. i. Pelaksanaan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. j. Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). k. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. l. Pelaporan dan pertanggunjawaban pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas:

21 10 a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. d. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharan, pengembangan, pemanfaatan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan f. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. g. Pemberian rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. h. Pemberian tanda daftar kepada pengobat tradisional. i. Pelaksanaan siaga 24 jam atau Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). j. Pelakuan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. k. Peyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. l. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya.

22 11 b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. d. Pemberian rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. e. Pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan f. Penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. g. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. h. Pelaksanaan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. i. Pelaksanaan survey kepuasan pelanggan kesehatan. j. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. k. Pelaksanaan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. l. Pelaksanaan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan. m. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, subpenyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo obat dan industri makanan minuman rumah tangga. n. Pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. o. Pelaksanaan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. p. Pelaksanaan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan.

23 Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: a. Penyusunan bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. c. Pelaksanaan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. d. Pelaksanaan kegiatan pembinan pelaksanaan kesehatan haji. e. Penyiapan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. f. Pelaksanaan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. g. Pelaksanaan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Dearah (UKPD) dan atau instansi pemerinta, swasta atau masyarakat. h. Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi. i. Penghimpunan, pengolahan, penyajian, pemeliharaan, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi. j. Pelaksanaan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan.

24 13 k. Peningkatan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. l. Pelaksanaan kegiatan pengendalian surveilans kematian. m. Pelaksanaan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. n. Pelaksanaan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum atau air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempattempat umum, tempat kerja, tempat pengelolaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan atau upaya pemantauan lingkungan. o. Pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. p. Penyiapan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. q. Penyiapan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. r. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan.

25 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1 Seksi Sumber Daya Kesehatan (UU No.25 Tahun 2009, 2009) Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a. Menyusun rencana kerja program : Standarisasi Mutu Kesehatan; Tenaga Kesehatan; dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun. b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan. c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan. d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan Minuman. e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur. f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan. 3.2 Dasar Hukum Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut : a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. d. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian f. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. 14

26 15 h. Peraturan Pemerintah No.28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. i. Kepmenkes No.1331/MenKes/SK/X/2002 tentang Pedagang Eceran Obat. j. Kepmenkes No.246/MenKes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. k. Permenkes No.1191/MenKes/Per/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan l. Kepmenkes No.1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. m. Kepmenkes No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. n. Kepmenkes No.149/MenKes/Per/II/1998 tentang Perubahan Atas PerMenKes No.184/MenKes/Per/II/1995 Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. o. Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.970 tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur tentang perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. Permenkes No.1796/Menkes/Per/ VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. b. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktik dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian. c. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 Tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. d. Kepmenkes No.H.K02.02/Menkes/148/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktik Perawat. e. Kepmenkes No.1392/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. f. Kepmenkes No.H.K02.02/Menkes/149/ I/2001 Tentang Registrasi dan Praktek Bidan.

27 16 g. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. h. Kepmenkes No.544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan Izin Kerja Refraksionis Optisien. i. Kepmenkes No.1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapis. j. Kepmenkes No.867/Menkes/Per/VIII/2004 Tentang Registrasi dan Praktik Terapis Wicara Dasar Hukum Mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut Undang- Undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat dan harta benda warga negara. b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.

28 17 Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lag ioleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkulaitas bagi seluruh masyarakat. 3.3 Ruang Lingkup Seksi Sumber Daya Kesehatan membawahi tiga bagian, yaitu : a. Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman b. Koordinator Tenaga Kesehatan c. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan Koordinator Farmasi, Makanan dan Minuman Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah : a. Apotek (apotek kerjasama, apotek profesi, apotek rakyat dari toko obat dan depo obat atau farmasi) b. Toko Obat c. Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) sejak Januari 2013 d. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002, 2002) Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian maka nantinya semua persyaratan untuk melakukan pekerjaan kefarmasiaan pada sarana farmasi akan mengacu pada Peraturan Pemerintah tersebut. Akan tetapi, fungsi Peraturan

29 18 Pemerintah tersebut belum dapat digunakan karena masih menunggu aturan dari Menteri Kesehatan RI yang hingga kini belum diterbitkan. Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu: a. Apotek Kerjasama adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT dan lain-lain). b. Apotek Profesi adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA). c. Depo Farmasi atau Depo Obat adalah apotek yang berada di klinik dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian di mana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan serta tidak menjual obat golongan narkotika dan psikotropika, di mana terhitung sejak ditetapkannya Permenkes RI No. 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat. Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Izin Kerja (SIK)/Surat Penugasan (SP) dan Surat Izin Apotek (SIA). SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan non fisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola saranaapotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi dan atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik,

30 19 yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet atau WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta, sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan dan ketentuan perundang-undangan yang lain.

31 20 e. Surat izin kerja APA dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. Secara umum persyaratan perizinan apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak tiga rangkap, satu rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan atau terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. c. Fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK) atau Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah : Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal dua tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak atau sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi atau obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00.

32 21 n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker atau D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat. s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Secara umum persyaratan perizinan apotek praktek profesi adalah : a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket dan lain-lain. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta.

33 22 Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi: a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku. c. Fotokopiakte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum. d. Fotokopi KTP DKI APA. e. Ijasah atau SIK atau SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat depo farmasi. g. Proposal untuk mendirikan depo obat atau farmasi. h. Ijazah atau SIK asisten apoteker. i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup. j. Nomer Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan. k. Undang-Undang Gangguan (UUG). l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun. m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan. Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti atau supervisor dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus maka harus menunjuk

34 23 apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1-3 bulan maka harus menunjuk apoteker supervisor (Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MenKes/SK/X/2002, 2002) Apotek Rakyat (Dinkes Provinsi, 2002; Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, 2007) Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah: a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik. b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas, obat bebas dan perbekalan kesehatan rumah tangga. c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar.

35 24 d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin. f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat. Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) : a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak tiga rangkap, satu rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT. c. Salinan atau fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi izin domisili dari lurah. e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, fotokopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun. f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp 6000,00. g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas materai Rp 6000,00. h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar. i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp 6000,00. j. Peta lokasi dan denah bangunan. k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp 6000,00.

36 25 l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai Rp 6000,00. m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp 6000,00. n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja atau tata laksana. o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut diatas materai Rp 6000,00. p. Surat Izin Kerja atau Surat Penugasan apoteker. q. Surat Izin Kerja Asisten Apoteker atau D3 Farmasi. r. Rencana jadwal buka apotek. s. Daftar peralatan lainnya. t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi. u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp 6000, Toko Obat (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002) Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama dua tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain :

37 26 a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat. c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan e. Ijazah dan SIK Asisten Apoteker, foto 2x3 sebanyak 2 lembar. f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai Asisten Apoteker penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp 6000,00. g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. h. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). i. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik tersebut meliput : a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik meliputi : a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat.

38 27 Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT) (Permenkes No.006 Tahun 2012) Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional menjelaskan Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan. UMOT hanya dapat diselenggarakan oleh badan usaha perorangan yang memiliki izin usaha sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap industri dan usaha di bidang obat tradisional wajib memiliki izin dari Menteri Kesehatan, kecuali untuk usaha jamu gendong dan usaha jamu racikan. Dalam memberikan izin obat tradisional, Menteri Kesehatan mendelegasikan kewenangan pemberian izin UMOT kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Selain wajib memiliki izin, industri dan usaha obat tradisional juga wajib memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh izin UMOT terdiri dari : a. Surat Permohonan b. Fotokopi akta pendirian badan usaha perorangan yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan c. Susunan Direksi/Pengurus dan Komisaris atau Badan Pengawas dalam hal permohonan bukan perseorangan d. Fotokopi KTP atau identitas pemohon dan atau Direksi atau Pengurus dan Komisaris atau Badan Pengawas e. Pernyataan pemohon dan atau Direksi Pengurus dan Komisaris atau Badan Pengawas tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang farmasi f. Fotokopi bukti penguasaan tanah dan bangunan

39 28 g. Surat Tanda Daftar Perusahaan dalam hal permohonan bukan perseorangan h. Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dalam hal permohonan bukan perseorangan i. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan j. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Permohonan izin UMOT diajukan oleh pemohon kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan menggunakan contoh sebagaimnana tercantum dalam Formulir 18. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak menerima permohonan untuk izin UMOT, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menunjuk tim untuk melakukan pemeriksaan setempat. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima penugasan, tim melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan administrasi dan teknis dan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 19. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima hasil pemeriksaan, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyetujui, menunda atau menolak permohonan izin UMOT dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai setempat, dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 20a, 20b atau 20c. Apabila dalam 30 (tiga puluh) hari kerja setelah surat permohonan diterima oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tidak dilakukan pemeriksaan atau verifikasi, pemohon dapat membuat surat pernyataan siap berproduksi Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan menggunakan contoh sebagaimana tercantum dalam Formulir 21. Izin UMOT diberikan kepada pemohon yang telah memenuhi persyaratan. Permohonan izin UMOT ditunda atau ditolak apabila ternyata belum memenuhi persyaratan. Dalam hal pemberian izin UMOT ditunda, kepada pemohon diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya Surat Penundaan. Setiap industri dan usaha obat tradisional berkewajiban: a. Menjamin keamanan, khasiat/manfaat dan mutu produk obat tradisional yang dihasilkan.

40 29 b. Melakukan penarikan produk obat tradisional yang tidak memenuhi ketentuan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu dari peredaran. c. Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan CPOTB wajib melapor dan mendapat persetujuan dari Kepala Badan. Setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang membuat: a. Segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang berkhasiat obat. b. Obat tradisional dalam bentuk intravaginal, tetes mata, sediaan parenteral, supositoria kecuali untuk wasir dan/atau c. Obat tradisional dalam bentuk cairan obat dalam yang mengandung etanol dengan kadar lebih dari 1% (satu persen). d. UMOT yang telah mendapat izin, yang melakukan perubahan nama, alamat, atau Tenaga Teknis Kefarmasian penanggung jawab wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat. Industri dan usaha obat tradisional yang akan melakukan perubahan kapasitas dan atau fasilitas produksi wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan. UMOT wajib menyampaikan laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan meliputi jenis dan jumlah bahan baku yang digunakan serta jenis, jumlah dan nilai hasil produksi. Laporan UMOT disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun.

41 30 Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen atau produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materairp 6000,00. b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp 6000,00. c. Fotokopi izin Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK). d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. e. Denah bangunan/ruangan dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan. f. Peta lokasi Cabang Penyalur Alat Kesehatan. g. SIUP Cabang Penyalur Alat Kesehatan. h. NPWP Cabang Penyalur Alat Kesehatan. i. Undang-Undang Gangguan (UUG). j. Domisili perusahaan. k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan). Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya) b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK

42 31 c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak Sedangkan perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi Izin Toko Alat Kesehatan (Kemenkes/No.1191/MenKes/Per/VIII/2010) Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut : a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun. Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar. b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan. c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota.

43 Pangan Industri Rumah Tangga (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) maka SPP-IRT bertujuan untuk : a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu fotokopi KTP, pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar dan permohonan di atas materai Rp 6000,00. Sedangkan syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain : a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp 6000,00. b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya. c. Peta lokasi, IMB. d. Denah ruangan produksi. e. Rancangan etiket. f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta). g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. h. Surat izin perindustrian dari Dinas atau Suku Dinas Perindustrian. i. Data produk makanan yang akan diproduksi. j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk.

44 33 k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik. Tata cara penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) yaitu : a. Pengajuan permohonan 1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa susu dan hasil olahan; daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku; pangan kaleng; pangan bayi; minuman beralkohol; air minum dalam kemasan; langan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL, coklat bubuk, garam yodium, AMDK dan tepung); pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. 3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes Kotamadya. b. Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi: 1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. 2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga. 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). 4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya: 1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga.

45 34 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk etika bisnis. c. Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Sudinkes Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi IRTP dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. a. Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua IRTP harus mempunyai minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila IRTP tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan. 2) Sertifikasi produksi pangan Sertifikat ini diberikan pada IRTP yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan produk IRTP. IRTP berlaku untuk selamanya selama IRTP tersebut masih tetap beroperasi. b. Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan IRTP yang selambatlambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat.

46 Koordinator Tenaga Kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi antara lain : a. Surat Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian b. Surat Izin Praktik Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dandokter gigi spesialis) Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Keputusan Menteri Kesehatan No.889/Menkes/Per/V/2011, 2011) Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi atau Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja atau praktik. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap tenaga kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki

47 36 SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, di mana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi atau Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian; d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA atau pimpinan institusi pendidikan lulusan atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm dua lembar dan 2x3 cm dua lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak

48 37 tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisisr oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi atau penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm dua lembar dan 3x4 cm dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a. Fotokopi STRTTK b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian dan d. Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm dua lembar dan 3 x 4 cm dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap Surat Izin Praktik Dokter (Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011, 2011) Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan

49 38 dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktik kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktik (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktik kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi : a. Fotokopi Surat TandaRegistrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktik atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat praktiknya c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktik dan e. Pas foto berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak tiga lembar dan 3x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut : a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung dan c. Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas

50 39 Administrasi Kota Administrasi Jakarta Timur dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktik. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktik, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta maupun praktik perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktik pertama, kedua atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan (Sudinkes, 2009) Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Orientasi pada kepuasan pelanggan. b. Perbaikan atau peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and sustainable improvement). c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut. a. Binwasdal (Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian) SDM Sudinkes 100% terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. b. Binwasdal Program 100% terlaksana dengan baik, benar dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan 12 hari kerja, kecuali sarana kesehatan lingkungan 25 hari kerja. d. Keluhan pelanggan 100% ditindaklanjuti. e. Kepuasan pelanggan dengan nilai IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) minimal 2,51 atau dalam kategori baik.

51 40 Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jakarta Timur sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakarta Timur. a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jaktim. b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jaktim dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi/subbagian saja. c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut. d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu. Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jaktim. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jaktim adalah sebagai berikut. a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jaktim b. Profil Organisasi Sudin c. Sistem Manajemen Mutu Sudin d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu e. Komitmen Mutu f. Manjemen Sumber Daya g. Realisasi Pelayanan h. Pengukuran, Analisa dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu

52 41 Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakarta Timur adalah sebagai berikut : a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh Sudinkes Jaktim. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun. b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jaktim, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun. c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jaktim guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim sehingga dapat dilakukan langkahlangkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali. d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan. e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jaktim.

53 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Suku Dinas Kesehatan baru dibentuk pada bulan Januari Suku Dinas Kesehatan ini merupakan gabungan dari Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat, di mana sebelumnya ke dua suku dinas ini dipisah. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun Di daerah DKI Jakarta saat ini terdapat enam Suku Dinas yang terdapat di enam wilayah, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Pulau Seribu. Masingmasing Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan, serta mempunyai tugas pokok melaksanakan perizinan, pengendalian dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat. Salah satu seksi dalam Suku Dinas Kesehatan di Jakarta Timur, yaitu Sumber Daya Kesehatan. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai hasil pelaksanaan tugas dari seksi Sumber Daya Kesehatan. 4.1 Bagian Tenaga Kesehatan Bagian Tenaga Kesehatan dipimpin oleh seorang koordinator. Bagian ini bertugas antara lain: a. Memberikan rekomendasi atau perizinan praktek tenaga kesehatan. b. Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan c. Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan d. Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan e. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga kesehatan. Analisis ketersediaan tenaga kesehatan di puskesmas dilakukan berdasarkan jumlah minimal tenaga kesehatan yang harus tersedia di puskesmas tingkat kecamatan dan kelurahan. Perhitungan rasio dilakukan untuk melihat kecukupan dan penyebaran tenaga kesehatan di masing-masing kecamatan dan kelurahan dilihat dari jumlah penduduk di setiap kecamatan dan kelurahan. Terdapat dua jenis izin yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan, yaitu izin kewenangan dan izin kerja atau praktek. Dengan adanya otonomi daerah ada 42

54 43 beberapa izin kerja yang menjadi wewenang sudinkes, yaitu Surat Izin Kerja Asisten Apoteker, Surat atau Sertifikat Penanggung Jawab Industri Rumah Tangga Pangan, dan Surat izin praktek tenaga medis (SIPTM), seperti Surat Izin Praktek Dokter Umum, Surat Izin Praktek Dokter Gigi, Surat Izin Praktek Bidan, Surat Izin Praktek Perawat dan Surat Izin Praktek Refraksi Optisian. Analisis distribusi dan pemetaan tenaga kesehatan pada Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan untuk melihat ketersediaan tenaga kesehatan di Puskemas. Berdasarkan data kepegawaian dari Tata Usaha (TU) dari 10 Puskesmas Kecamatan di Jakarta Timur didapatkan distribusi dan jumlah dari tenaga kesehatan yang tersedia di masing-masing Puskesmas. Tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga medis (dokter dan dokter gigi), keperawatan, bidan, kefarmasian, ahli gizi, sanitarian dan keteknisan medis. Tenaga non-kesehatan juga turut di hitung jumlah dan ketersediaannya. Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pulo Gadung terdapat pada Tabel 4.1. Jumlah total dokter umum yaitu 11 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 2 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi dan sanitarian sama sekali, ahli gizi 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 19 orang. Tabel 4.1. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Pulo Gadung Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Pulo Gadung PKL Jati I PKL Jati II PKL Pisangan Timur I PKL Pisangan Timur II PKL Rawamangun PKL Kayu Putih PKL Jatinegara Kaum Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan medis Staf Non-kesehatan PKL Cipinang Jumlah

55 44 Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 6 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Matraman terdapat pada Tabel 4.2. Jumlah total dokter umum yaitu 15 orang, dokter gigi 11 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 1 orang, bidan 13 orang, perawat 18 orang, perawat gigi 5 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan nonmedis 16 orang. Tabel 4.2. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Matraman Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Matraman PKL Utan Kayu Selatan I PKL Utan Kayu Selatan II PKL Utan Kayu Utara PKL Pisangan Baru PKL Palmeriem PKL Kayu Manis Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf Non-kesehatan Jumlah Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 6 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Makasar terdapat pada Tabel 4.3. Jumlah total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 9 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 5 orang, bidan 13 orang, perawat 31 orang, tidak ada perawat gigi sama sekali, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 1 orang dan staf non-kesehatan 12 orang.

56 45 Tabel 4.3. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Makasar Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Makasar PKL Makasar PKL Pinang Ranti PKL Cipinang Melayu PKL Kebon pala PKL Halim I PKL Halim II Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf Non-kesehatan Jumlah Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Duren Sawit terdapat pada Tabel 4.4. Jumlah total dokter umum yaitu 16 orang, dokter gigi 20 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 7 orang, bidan 22 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 1 orang, sanitarian 4 orang, keteknisan medis 4 orang dan staf nonkesehatan 17 orang. Tabel 4.4. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Duren Sawit Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Duren Sawit PKL Duren Sawit PKL Klender I PKL Klender II PKL Klender III PKL Malaka Jaya PKL Malaka Sari PKL Pd. Bambu I PKL Pd. Bambu II PKL Pd. Kelapa PKL Pd. Kopi I PKL Pd. Kopi II Jumlah Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf nonkesehatan

57 46 Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 5 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Ciracas terdapat pada Tabel 4.5. Jumlah total dokter umum yaitu 12 orang, dokter gigi 10 orang, Apoteker 2 orang, asisten apoteker 5 orang, bidan 20 orang, perawat 35 orang, perawat gigi 5 orang, ahli gizi 3 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf non-kesehatan 23 orang. Tabel 4.5. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Ciracas Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Ciracas PKL Cibubur PKL Ciracas PKL Kelapa Dua Wetan PKL Rambutan PKL Susukan Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Gizi Sanitarian Keteknisan Medis Staf non-kesehatan Jumlah Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cakung terdapat pada Tabel 4.6. Jumlah total dokter umum yaitu 9 orang, dokter gigi 12 orang, Apoteker 2 orang, tidak ada asisten apoteker, bidan 14 orang, perawat 24 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 4 orang, tidak ada tenaga keteknisan medis dan staf nonkesehatan 22 orang.

58 47 Tabel 4.6. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Cakung Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Cakung PKL Jatinegara PKL Penggilingan PKL Cakung Timur PKL Rawa Terate PKL Cakung Barat PKL Ujung Menteng PKL Penggilingan PKL Pulo Gebang Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan Jumlah Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 10 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Cipayung terdapat pada Tabel 4.7. Jumlah total dokter umum yaitu 5 orang, dokter gigi 10 orang, tidak ada tenaga Apoteker, asisten apoteker hanya 2 orang, bidan 22 orang, perawat 38 orang, perawat gigi 3 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 1 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 27 orang. Tabel 4.7. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Cipayung Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Cipayung PKL P.Rangon I PKL P.Rangon II PKL Bambu Apus I PKL Bambu Apus II PKL Munjul PKL Setu PKL Lubang Buaya PKL Cilangkap Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan PKL Ceger PKL Cipayung Jumlah

59 48 Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 11 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Jatinegara terdapat pada Tabel 4.8. Jumlah total dokter umum yaitu 17 orang, dokter gigi 18 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 3 orang, bidan 19 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 3 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf non-kesehatan 21 orang. Tabel 4.8. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Jatinegara Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Jatinegara PKL Balimester PKL Bidaracina I PKL Bidaracina II PKL Bidaracina III PKL Cip Besar Selatan I PKL Cip Besar Selatan II PKL Cip Besar Utara PKL Cip Cempedak PKL Cip Muara PKL Kampung Melayu PKL Rawa Bunga Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan Jumlah Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 8 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Kramat Jati terdapat pada Tabel 4.9. Jumlah total dokter umum yaitu 8 orang, dokter gigi 14 orang, Apoteker hanya 1 orang, asisten apoteker 3 orang, bidan 27 orang, perawat 27 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 1 orang, sanitarian 3 orang, keteknisan medis 2 orang dan staf nonkesehatan 47 orang.

60 49 Tabel 4.9. Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Kramat Jati Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Kramat Jati PKL Kramat Jati 1 PKL Kramat Jati 2 PKL Cililitan PKL Tengah PKL Dukuh PKL Cawang PKL Batu Ampar PKL Bale Kambang Jumlah Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan Jumlah total tenaga kesehatan yang berada di 1 Puskesmas Kecamatan dan 5 Puskesmas Kelurahan di kecamatan Pasar Rebo terdapat pada Tabel Jumlah total dokter umum yaitu 10 orang, dokter gigi 7 orang, Apoteker 1 orang, asisten apoteker 1 orang, bidan 15 orang, perawat 32 orang, perawat gigi 4 orang, ahli gizi 2 orang, sanitarian 2 orang, keteknisan medis 3 orang dan staf nonkesehatan 30 orang. Tabel Data rekapan Puskesmas Kecamatan dan Kelurahan di Kecamatan Pasar Rebo Puskesmas Kecamatan / Kelurahan PKC Pasar Rebo PKL Baru PKL Cijantung PKL Gedong PKL Kalisari PKL Pekayon Dokter Dokter Gigi Apoteker Asisten Apoteker Bidan Perawat Perawat Gigi Sanitarian Gizi Keteknisan medis Staf non-kesehatan Jumlah

61 50 Dari analisis data tenaga kesehatan di 10 Puskesmas Kecamatan, dapat dilihat jumlah tenaga kesehatan yang tidak merata antara tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan dengan Puskesmas Kelurahan. Masih banyak tenaga kesehatan yang harus tersedia di puskesmas kelurahan seperti dokter, dokter gigi, asisten apoteker, perawat dan sanitarian untuk memberikan pelayanan kesehatan. 4.2 Bagian Standardisasi Mutu Kesehatan Sistem Manajemen Mutu yang dilaksanakan berdasarkan ISO 9001:2008 telah dan terus menerus dijalankan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk menjamin kualitas pelayanan publik dalam bidang kesehatan yang diselenggarakan oleh Sudinkes Jaktim. Pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jaktim dilakukan lewat pelaksanaan audit internal dan surveilans, survei kepuasan pelanggan dan tinjauan manajemen serta berbagai pelatihan seperti pelatihan lead auditor dan pelatihan manajemen kepuasan pelanggan. Instruksi Kerja dan Quality Procedure tentang pelayanan perizinan dan sertifikasi mengalami revisi terkait proses perizinan yang masih ditangani oleh Seksi Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan salah satu aspek mendasar Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mengenai dokumentasi. Sampai saat ini penyelenggaraan PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Sejak 9 Agustus 2011, diberlakukan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 74 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Kota Administrasi yang menerangkan bahwa kegiatan pelayanan perizinan dan non perizinan yang proses pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat melalui satu pintu, yaitu di kantor walikota. Dengan perubahan ini maka terjadi perubahan pula terhadap alur perizinan untuk sarana dan tenaga kesehatan yang

62 51 dialihkan ke Kantor Walikota. Telah disebutkan sebelumnya mengenai sistem pelayanan satu pintu, Pemerintah kota Jakarta Timur sedang dalam peralihan atau percobaan menuju sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 114 tahun 2011 tentang Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (PTSP). PTSP ini merupakan sistem di mana seluruh berkas permohonan perizinan masuk melalui customer service yang berada di walikota, kemudian diteruskan ke seksi atau bagian yang bersangkutan. Sistem PTSP ini menjadikan seluruh proses perizinan terpusat di satu tempat dan diharapkan dapat mengurangi lamanya proses perizinan. Dengan perubahan sistem perizinan ini maka alur perizinan dan sertifikasi mengalami perubahan juga yang sebelumnya mengacu pada sistem satu atap menjadi satu pintu. Dengan perubahan ini, maka instruksi kerja dan prosedur mutu perlu mengalami perubahan atau dilakukan revisi. Namun, sampai saat ini penyelenggaraan PTSP pada pelayanan perizinan masih belum sepenuhnya dilakukan. Khusus untuk perizinan tenaga kesehatan bidan dan sarana farmasi, makanan dan minuman, berkas pemohon yang dilakukan melalui customer service unit PTSP kantor walikota, berkas permohonan selanjutnya diserahkan ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk diproses lebih lanjut sampai surat izin disahkan atau diterbitkan. Surat izin yang telah diterbitkan akan diserahkan ke kantor walikota untuk selanjutnya dapat diambil oleh pemohon. Salah satu tugas bagian Standarisasi Mutu Kesehatan adalah evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan dengan cara mengevaluasi pelayanan perizinan yang dilakukan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur berdasarkan standar 12 hari kerja terhitung dari lengkapnya berkas yang diperlukan untuk mendapatkan surat izin. Dengan adanya alur perizinan ini dapat memberikan informasi tambahan mengenai tata cara perizinan tenaga dan sarana kesehatan dan jika pelayanan alur perizinan lebih dari 12 hari dapat diketahui penyebab dari keterlambatan tersebut dengan melihat pada alur perizinan. Revisi instruksi kerja perizinan dilakukan terhadap referensi yang digunakan dengan membandingkan peraturan yang sudah ada dan menambahkan peraturan baru yang belum ada ke dalam instruksi kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada instruksi kerja juga ditambahkan persyaratan yang harus

63 52 dipenuhi untuk melakukan perizinan baik untuk tenaga kesehatan maupun sarana kesehatan. Revisi quality procedure pelayanan perizinan dan sertifikasi dilakukan terhadap referensi yang digunakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini dengan cara menambahkan peraturan baru yang belum tercantum serta mengganti peraturan yang lama dengan peraturan baru ke dalam quality procedure tersebut. Peraturan-peraturan baru tersebut melengkapi peraturan lama yang telah ada pada referensi sebelumnya. Selain itu, revisi juga dilakukan terhadap definisi, rincian prosedur, dan alur pelayanan perizinan yang mengacu pada prosedur manual. Pembuatan bagan alur perizinan menggunakan program Microsoft Office Visio 2007 berdasarkan proses dari tiap tahap dan bentuk diagram yang ada di program tersebut. Proses revisi Instruksi Kerja dan Quality Procedure melibatkan bagian terkait hingga diperoleh persetujuan dari bagian tersebut atas revisi yang dilakukan. 4.3 Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat Sistem penyerahan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) di Puskesmas kecamatan wilayah Jakarta Timur kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan setiap sebulan sekali sebagai pengawasan terhadap penggunaan obat di Puskesmas sebab puskesmas Kecamatan merencanakan sendiri kebutuhan obatnya untuk pemakaian satu tahun.. Hal ini dilakukan karena Puskesmas Kecamatan di wilayah DKI Jakarta mendapat subsidi langsung dari pemerintahan DKI Jakarta dan dianggap mampu melakukan pengelolaan obat sendiri. Selain itu, sistem tersebut dilakukan supaya persediaan atau pengadaan obat di setiap Puskesmas Kecamatan sesuai dengan yang diperlukan sehingga pengobatan dapat memenuhi sasaran. Puskesmas Kecamatan merencanakan pengadaan obat tiap tahunnya berdasarkan jumlah pemakaian obat selama setahun, jumlah resep atau kunjungan pasien, dan pola penyakit yang berkembang. Puskesmas Kelurahan mendapat distribusi obat dari Puskesmas Kecamatan tiap tiga bulan sekali namun apabila terjadi kekosongan obat Puskesmas Kelurahan dapat langsung melakukan permintaan obat ke Puskesmas Kecamatan. Hal ini untuk menghindari pemakaian

64 53 obat yang berlebihan di Puskesmas Kelurahan. Dari data LPLPO dapat dilihat jumlah pemakaian obat setiap bulan, sisa stok dan pola penyakit yang berkembang sehingga dapat dimanfaatkan oleh penanggung jawab Puskesmas untuk analisis pengelolaan obat, penggunaan obat, perencanaan kebutuhan obat dan pengendalian persediaan. Alur pelaporan LPLPO dimulai dari penyerahan LPLPO Puskesmas Kelurahan ke Puskesmas Kecamatan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya. Selanjutnya, Puskesmas Kecamatan mengirimkan LPLPO ke Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya. Hasil rekapitulasi LPLPO dari Suku Dinas Kesehatan Kotamadya/Kabupaten dikirim kepada Dinas Kesehatan Provinsi setiap 3 bulan. Kemudian, setiap 6 bulan sekali hasil kompilasi LPLPO dari Dinas Kesehatan Provinsi dilaporkan ke Departemen Kesehatan RI. Saat ini, sistem pengiriman LPLPO dari masing-masing Puskesmas Kecamatan kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dilakukan secara komputerisasi dalam bentuk softcopy menggunakan program Microsoft Excel yang telah ditentukan formatnya oleh Kemenkes kemudian dikirim melalui surat elektronik. Pada format ini terdapat 144 macam obat, tetapi tidak mencakup semua obat yang ada di Puskesmas, sehingga setiap Puskesmas perlu menambahkan obat yang tidak terdapat dalam format. Selain itu, Puskesmas juga perlu melaporkan data kunjungan pasien dalam pelaporan. Sistem ini dirasa sangat memudahkan dalam melakukan rekapitulasi. Perlu diketahi bahwa pelaporan LPLPO sebelumnya (hingga 2012) dilakukan secara manual dalam bentuk hardcopy dengan format yang berbeda-beda tiap Puskesmas. Selain itu juga, beberapa LPLPO Puskesmas Kecamatan ada yang mencantumkan obat yang tidak terdapat di Puskesmas Kecamatan lainnya sehingga pada akhirnya Kemenkes melalui Suku Dinas Kesehatan membuat format standar LPLPO yang berlaku untuk setiap Puskesmas Kecamatan. Format standar yang dibuat diharapkan dapat memudahkan rekapitulasi LPLPO di Suku Dinas Kesehatan, menghemat waktu pengerjaan dan tenaga dari staf Suku Dinas Kesehatan.

65 54 Rekapitulasi LPLPO diharapkan dapat membantu pihak Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk merencanakan pengadaan obat-obat buffer stock bagi Puskesmas maupun obat-obat program pemerintah dari Kementerian Kesehatan. Rekapitulasi LPLPO juga digunakan dalam pengambilan l kebijakan maupun keputusan dalam pendistribusian obat buffer stock (obat essensial generik) ke tiap-tiap Puskesmas kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Timur sehingga pembagiannya dapat merata sesuai dengan kebutuhan tiap Puskesmas. Hal ini dapat terlihat pada data Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat di Jakarta Timur periode Desember 2012 Februari 2013, dua puluh jenis obat terbanyak yang dipakai secara berurutan dari yang terbesar adalah sebagai berikut: Tabel Jenis obat terbanyak dipakai di Puskesmas wilayah Jakarta Timur No Nama Obat Satuan Total Ratarata/Bulan 1 Paracetamol 500 mg Tablet 1,503, ,321 2 Khlorfeniramin Maleat Tablet 1,399, ,338 3 Gliseril Guaiakolat 100 mg Tablet 1,272, ,165 4 Amoxylin 500 mg Tablet 1,080, ,192 5 Vitamin B Kompleks Tablet 999, ,029 6 Vitamin C 50 mg Tablet 825, ,099 7 Vitamin B6 10 mg Tablet 757, ,566 8 Deksametason 0,5 mg Tablet 652, ,487 9 Vitamin B1 50 mg Tablet 598, , Antasida DOEN Tablet 593, , Kalsium Laktat 500 mg Tablet 429, , Amoxylin 250 mg Kapsul 323, , Kaptopril 12.5 & 25 mg Tablet 310, , Prednison Tablet 305, , Antalgin 500 mg Tablet 260,334 86, Vitamin B12 50 mcg Tablet 260,032 86, Dekstrometorfan HBr Tablet 195,308 65, Tablet Tambah Darah Tablet 190,275 63, Kotrimoksazol (Dewasa) Tablet 176,147 58, Ibuprofen 200 mg Tablet 153,530 51, Sitem pelaporan Narkotika dan Psikotropika Unit pelayanan kesehatan wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika dan

66 55 psikotropika sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Sistem pelaporan Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika di DKI Jakarta dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Data penggunaan narkotika dan psikotropika di Puskesmas juga dapat terlihat pada Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) Puskesmas Kecamatan. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan program SIPNAP sejak tahun Program SIPNAP ini mengalami perkembangan dan pembaharuan pada tahun Pada akhir tahun 2012 program ini sudah diperkenalkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi. Program terbaru ini sudah mulai diberlakukan pada tahun Sistem pada program ini memiliki bagianbagian yang terintegrasi, yaitu unit pelayanan kesehatan, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan propinsi dan pusat, serta web server (Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Pada program SIPNAP baru ini sistem dapat langsung melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika masing-masing unit pelayanan kesehatan ke Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi, dan Kementerian Kesehatan. Masing-masing unit pelayanan kesehatan dapat langsung memasukkan laporan penggunaan narkotika dan psikotropikanya ke program SIPNAP. Rekapitulasi data pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang baru. Pada data laporan penggunaan narkotik di Apotek bulan Desember 2012, tidak ditemukan data. Hanya ada data stok awal dan stok akhir narkotika dengan jumlah yang sama, artinya tidak ada penggunaan narkotika pada bulan tersebut. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan Januari tahun 2013 adalah Codein tablet 20 mg sejumlah tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Apotek bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah mg. Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Desember tahun 2012 dan bulan Januari tahun 2013 berturut-turut adalah Codein tablet 20 mg

67 56 sejumlah 938 tablet dan tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di rumah sakit bulan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 15 mg sejumlah 591 tablet. Narkotika yang paling banyak digunakan di Puskesmas bulan Desember tahun 2012, Januari tahun 2013 dan Februari tahun 2013 adalah Codein tablet 10 mg sejumlah tablet, tablet dan 685 tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka narkotika yang paling banyak digunakan pada bulan-bulan tersebut adalah Codein tablet 20 mg. Data penggunaaan psikotropika bulan Desember Februari 2013 di unit pelayanan apotek tidak dapat direkapitulasi karena data tersebut tidak bisa diambil atau diunduh dari situs SIPNAP. Hal ini disebabkan karena jaringan internet yang kurang memadai dan program SIPNAP yang masih dalam tahap pengembangan. Oleh karena itu data yang dapat disajikan hanya dari unit pelayan puskesmas kecamatan dan rumah sakit. Namun, pada bulan Februari 2013 semua rumah sakit belum mengumpulkan laporannya. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh Puskesmas Kecamatan pada bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari adalah Phenobarbital tablet 30 mg dengan jumlah berturut-turut adalah tablet, tablet dan tablet. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Desember 2012 adalah Phenobarbital tablet 30 mg sejumlah tablet. Psikotropika yang paling banyak digunakan oleh rumah sakit pada bulan Januari 2013 adalah Alprazolam 0,5 mg sejumlah tablet. Berdasarkan hasil rekapitulasi bulan Desember 2012, Januari 2013 dan Februari 2013 maka psikotropika yang paling banyak digunakan bulan-bulan tersebut Phenobarbital 30 mg sejumlah tablet Perizinan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002 dan Keputusan kepala Dinkes Propinsi DKI Jakrta no ; Permenkes , perizinan sarana apotek telah didelegasikan proses perizinannya ke sudinkes kota/kabupaten, sehingga Sudinkes memiliki tugas mengatur dan mengawasi keberadaan sarana, fasilitas, pelayanan dan jumlah tenaga kerja apotek. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 1332 tahun 2002, Sudinkes kota

68 57 wajib melaporkan pemberian, pembekuan, pencairan dan pencabutan izin sekali setahun kepada Menteri kesehatan, sehingga setiap tahun dilakukan pemutakhiran data sarana apotek, baik apotek maupun apotek rakyat. Berdasarkan hasil pemutakhiran data apotek dan apotek rakyat di wilayah Suku Dinas Kesehatan kota jakarta Timur hingga Maret 2013, diketahui bahwa jumlah total sarana apotek yang berada di wilayah Sudinkes Jakarta Timur hingga Maret 2013 adalah sebanyak 508 sarana dengan jumlah apotek sebanyak 358 sarana dan jumlah apotek rakyat sebanyak 150 sarana. Data jumlah apotek di wilayah Sudinkes jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 4.13, sedangkan data jumlah apotek rakyat dapat dilihat pada Tabel Tabel Data jumlah apotek di wilayah kota administrasi Jakarta Timur No Kecamatan Jumlah Apotek aktif Jumlah Apotek tutup 1 Duren Sawit Kramat Jati Pasar Rebo Cipayung Ciracas Jatinegara Matraman Makasar Cakung Pulo gadung Jumlah Tabel Data jumlah apotek rakyat di wilayah kota administrasi Jakarta Timur No Kecamatan Jumlah Apotek aktif Jumlah Apotek tutup 1 Duren Sawit 4-2 Kramat Jati 8-3 Pasar Rebo 1-4 Cipayung 1-5 Ciracas 3-6 Jatinegara Matraman Makasar 1-9 Cakung 1-10 Pulo gadung 3 - Jumlah

69 58 Sedangkan jumlah total perizinan apotek yang diterbitkan pada periode tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah sebanyak 257 sarana dengan rincian sebagai berikut. jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2010 adalah sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 44 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 31 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada tahun 2012 adalah sebanyak 52 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 23 sarana; jumlah perizinan apotek yang diterbitkan pada Januari Maret 2013 adalah sebanyak 13 sarana, sedangkan apotek rakyat adalah sebanyak 4 sarana. Sedangkan jumlah total perizinan apotek, baitk apotek maupun apotek rakyat yang diterbitkan pada periode tahun 2010 hingga Maret 2013 adalah sebanyak 257 sarana. Untuk apotek, jumlah perizinan yang dikeluarkan pada tahun 2010 sebanyak 45 perizinan, dengan rincian sebagai berikut : 30 perizinan baru, 12 perizinan apotek karena pergantian APA dan 3 perizinan karena perubahan nama sarana apotek; jumlah perizinan apotek yang dikeluarkan pada tahun 2011 adalah sebanyak 45 perizinan dengan rincian sebagai berikut : 37 perizinan baru, 7 perizinan apotek karena pergantian APA dan 1 perizinan karena perubahan pemilik sarana; jumlah total perizinan apotek pada tahun 2012 adalah sebanyak 52 perizinan dengan rincian sebagai berikut: 31 perizinan baru, 18 perizinan apotek karena pergantian APA, 1 perizinan karena perubahan nama apotek dan 2 perizinan karena perubahan alamat; sedangkan jumlah total perizinan apotek pada periode Januari hingga Maret 2013 adalah sebanyak 13 perizinan meliputi 9 perizinan baru dan 4 perizinan karena pergantian APA. Untuk apotek rakyat, jumlah total perizinan sarana apotek rakyat pada tahun 2010 sebanyak 44 perizinan, dengan rincian sebagai berikut : 38 perizinan baru, 3 perizinan sarana apotek rakyat karena perubahan APA, 1 perizinan karena perubahan nama sarana dan 2 perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada tahun 2011 jumlah total perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 31 perizinan dengan rincian sebagai berikut : 20 perizinan baru, 8 perizinan sarana karena perubahan APA, 1 perizinan karena perubahan nama sarana dan 2 perizinan karena perubahan lokasi sarana. Pada tahun 2012, jumlah total

70 59 perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 23 perizinan dengan rincian sebagai berikut : 20 perizinan baru dan 3 perizinan sarana karena perubahan APA, sedangkan pada periode Januari hingga Maret 2013, jumlah total perizinan sarana apotek rakyat adalah sebanyak 4 perizinan meliputi 1 perizinan baru dan 3 perizinan karena perubahan APA. Jumlah total apoteker yang terdaftar bekerja di apotek dan apotek rakyat, baik sebagai apoteker pengelola maupun apoteker pendamping adalah sebanyak 531 apoteker dengan rincian sebagai berikut : pada apotek terdapat 359 apoteker sebagai apoteker pengelola apotek dan 22 apoteker sebagai apoteker pendamping, sedangkan pada apotek rakyat terdapat 150 apoteker sebagai apoteker penanggung jawab (APA). Jumlahapoteker pendamping tersebut lebih sedikit dibandangkan jumlah apotek yang memiliki apoteker pendamping, yaitu 31 apotek. Hal ini disebabkan karena tidak semua apotek tersebut mencantumkan nama dan nomor surat penugasan atau SIK/SIPA dari apoteker pendamping saat mengajukan permohonan izin apotek. Sehingga perlu dilakukan pendatan kembali untuk memperoleh data yang lebih akurat dan valid. Data jumlah apoteker dapat dilihat pada Tabel Tabel Data jumlah apoteker penanggung jawab apotek dan apoteker pendamping berdasarkan data sarana dan prasarana di wilayah Sudinkes jakarta Timur. No Apoteker Sarana/Prasarana Apotek Apotek Rakyat Total 1 APA Apoteker Pendamping Total Kegiatan pemutakhiran data IRTP dilakukan oleh Sudinkes sebagai program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut : Tahun, Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Pemilik, Penanggung Jawab, Kelamin, Sertifikat PKP, Sertifikat IRT Jenis Produk, Keterangan dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data Perizinan

71 60 IRTP di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai format tersebut hingga bulan Maret 2013 yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Data jumlah sarana IRTP yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan data jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada Tabel Sedangkan data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan rekapitulasi jumlah Nomor P-IRT dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan grafiknya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tabel Data jumlah sarana IRTP di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Kecamatan Tahun Jatinegara Duren Sawit Matraman Pulogadung Cakung Makasar Kramat Jati Pasar Rebo Ciracas Cipayung Jumlah (Maret) Tabel Data jumlah Nomor P-IRT di berbagai kecamatan dalam wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 Kecamatan Tahun Jatinegara Duren Sawit Matraman Pulogadung Cakung Makasar Kramat Jati Pasar Rebo Ciracas Cipayung Jumlah (Maret)

72 61 Tabel Data rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 Tahun Jumlah sarana IRTP Jumlah Nomor P-IRT Keterangan IRTP Baru IRTP Baru IRTP Baru + 1 IRTP Lama (Penambahan Produk) IRTP Baru 2013 (Maret) IRTP Baru + 3 IRTP Lama (2 Penambahan Produk dan 1 Penyesuaian No. SPP-IRT) Gambar 4.1.Grafik rekapitulasi jumlah sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 Dari Tabel 4.17 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya 232 sarana IRTP dan 813 SPP-IRT dengan penambahan 82 sarana IRTP dan 460 Nomor P-IRT dari tahun 2010 hingga Maret 2013 dimana: a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 26 sarana IRTP baru dengan 172 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4.18.

73 62 Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2010 No Nama IRTP Keterang Banyaknya izin No an P-IRT 1 GSR SARI RASA Izin Baru 2 2 SUMBER ROSO Izin Baru 17 3 THE COOKIES LADY (TCL ) Izin Baru 3 4 SUKA HATI Izin Baru 22 5 Saboga Izin Baru 7 6 YORYA COOKIES Izin Baru 8 7 RATU CERIA BAKERY Izin Baru 5 8 JAKARTA ART CULTUTE Izin Baru 1 (JAC) 9 TABHO Izin Baru 1 10 IVA CAKE BAKERY Izin Baru 6 11 PARAHYANGAN Izin Baru TRI DARA Izin Baru 7 13 CIPTA BINA KARYA Izin Baru 1 14 RAFLESIA BAKERY Izin Baru 2 15 EEL SHOP WIYONO Izin Baru 5 16 CV.56 BINTANG UTAMA Izin Baru 3 17 AYA SNACK Izin Baru 8 18 MEMORI Izin Baru 2 19 RATIH JAYA Izin Baru 9 20 WADI BIN ALI Izin Baru MELATI PUTIH Izin Baru AMANAH Izin Baru 5 23 SARI JAYA Izin Baru 1 24 CV. GEMILANG KARYA Izin Baru 3 BERSAMA 25 GEMBIRA Izin Baru 1 26 KIRANI JAYATAMA Izin Baru 8 Jumlah 26 IRTP Semuanya izin baru 172 No. P-IRT Baru b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 30 sarana IRTP baru dengan 183 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4.19.

74 63 Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2011 No Nama IRTP Keterangan Banyaknya produk/no P-IRT 1 KENANGA Izin Baru 4 2 FRESH HJ. LELA Izin Baru 3 3 ZAFA FOOD Izin Baru 5 4 LAPAS KLAS II A Izin Baru 7 NARKOTIKA 5 Tjik Oneh Izin Baru 3 6 PRIMA TALENT UTAMA Izin Baru 2 MANDIRI 7 SIHAR PANGIHUTAN Izin Baru 2 HAMONANGAN SITORUS 8 RAFA HARUM JAYA Izin Baru 3 9 SRIKANDI JAYA Izin Baru 4 10 TUNAS MEKAR Izin Baru 9 11 AMNUR JB HERBAL Izin Baru 3 12 LESTARI FOOD INDUSTRI Izin Baru DAPUR ACI Izin Baru PD. LARIS MANIS Izin Baru 9 15 SALAMAH FOOD Izin Baru Shofi Cookies Penambahan 13 Produk 17 WILMAS MANDIRI Izin Baru 2 18 HARUM LEGIT Izin Baru 1 19 Aneka Kriuk Izin Baru 2 20 Wawat Suprabawati Izin Baru 1 21 Sedap Sari Izin Baru 1 22 MEI PASTEL Izin Baru 1 23 KEMANGI 3 FOODS Izin Baru 1 24 CV. JAYA TUNGGAL Izin Baru 6 25 INNA Izin Baru 4 26 CITRA INDOBOGA Izin Baru 5 27 RAYA FOOD Izin Baru 6 28 UD. LESTARI MAKMUR Izin Baru Usaha Mandiri Segar Alami Izin Baru 2 30 CV. Mora Sentosa Izin Baru CLARISHA Izin Baru 7 Jumlah 31 IRTP 30 izin baru + 1 lama 183 No. P-IRT Baru

75 64 c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 20 sarana IRTP baru dengan 68 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT pada tahun 2012 No Nama IRTP Keterangan Banyaknya produk/no P-IRT 1 UD. SUMBER TANI Izin Baru 2 MAKMUR 2 UD. SYIFA ALAMI TURKI Izin Baru 5 3 MAHARAJA Izin Baru 1 4 CV MENATA KREASI Izin Baru 2 5 INDRI RASA Izin Baru 8 6 CV HUSEN'S PRIMA Izin Baru 2 MANDIRI 7 MAJU SEKAWAN SEJATI Izin Baru 1 8 POPY POPS MAKARONI Izin Baru 1 9 BROTIE BAKERY Izin Baru 6 10 CV BUMI PANGAN Izin Baru 5 11 TIGA PUTRI Izin Baru 4 12 FELISYA ENTERPRISE Izin Baru IKONARASAKI Izin Baru 2 14 RANI INDAH PERMATA Izin Baru 1 SARI 15 HANDAYANI Izin Baru 1 16 HERBAL HOLISTIK Izin Baru 4 17 SYAFARA Izin Baru 1 18 ORIENTASI NUSANTARA Izin Baru 1 19 LITO BINTANG ABADI Izin Baru 4 20 NA JAYA Izin Baru 6 Jumlah 20 IRTP Semuanya izin baru 68 No. P-IRT Baru d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 6 IRTP baru dengan 37 Nomor P-IRT baru yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4.21.

76 65 Tabel Data sarana IRTP dan jumlah Nomor P-IRT hingga bulan Maret 2013 No Nama IRTP Keterangan Banyaknya produk/no P-IRT 1 JAYA ABADI PACKAGING Izin Baru 4 2 MAHARAJA Penambahan 4 produk 3 SANGKU RATU Izin Baru 2 4 CV AZ ZAHRA Izin Baru 1 5 Shofi Cookies Penambahan 1 produk 6 CV. JAYA TUNGGAL Penyesuaian 6 No. PIRT 7 DAPUR KUE MAMA Izin Baru 10 8 CEMILAN Izin Baru 5 9 INDOVERA BIOTECH Izin Baru 4 Jumlah 9 IRTP 6 izin baru + 3 lama 37 No. P-IRT Baru Menurut Peraturan Kepala BPOM RI No. HK tahun 2012 tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga tertera bahwa SPP-IRT berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan sehingga untuk IRTP yang memiliki SPP-IRT yang terdaftar sebelum tahun 2012 seharusnya didaftar ulang dan disesuaikan untuk mendapatkan SPP-IRT yang baru sedangkan hingga bulan Maret 2013 hanya ada 1 sarana IRTP lama yang melakukan penyesuaian No P-IRT sesuai SPP-IRT yang baru. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana IRTP lainnya belum mengetahui adanya peraturan tersebut sehingga seharusnya diberikan sosialisasi atau pemberitahuan yang bisa dilakukan melalui media massa seperti radio, koran dan sebagainya kepada para pemilik tentang adanya peraturan tersebut. Kegiatan pemutakhiran data toko obat dilakukan oleh Sudinkes sebagai program dari Depkes dibawah perintah Menkes. Format penyusunan pemutakhiran data IRTP sesuai dengan petunjuk adalah sebagai berikut: Tahun, Propinsi, Kabupaten/Kota, Nama Toko Obat, Nomor Izin, Alamat Kantor, Telepon Kantor, Penanggung-Jawab, Kelamin, SIK Penanggung-Jawab dan Tutup. Berdasarkan data yang tersedia, diperoleh data perizinan toko obat di

77 66 wilayah Suku Dinas Kesehatan kota administrasi Jakarta Timur yang disusun sesuai format tersebut hingga Maret 2013 yang dapat dilihat pada Lampiran 4. Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.22 dan data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Tabel 4.23 sedangkan grafik data rekapitulasi jumlah sarana toko obat dapat dilihat pada Gambar 4.24 Tabel Data jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Tahun Duren Sawit Pulogadung Kramat Jati Cipayung Kecamatan (Maret) Ciracas Jatinegara Matraman Cakung Pasar Rebo Makasar Jumlah sarana toko obat Tabel Data rekapitulasi sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur sampai bulan Maret 2013 Tahun Jumlah Toko Obat Keterangan Perizinan hingga tahun TO Baru, 2 jadi Apotek Rakyat, 4 Perpanjangan Izin TO Baru, 1 jadi Apotek Rakyat, 3 Perpanjangan Izin TO Baru, 5 Perpanjangan Izin 2013 (Maret) TO Baru, 3 Perpanjangan Izin

78 67 Gambar 4.2 Grafik rekapitulasi jumlah sarana toko obat yang berada di wilayah Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur hingga bulan Maret 2013 Dari Tabel 4.23 terlihat bahwa hingga bulan Maret 2013 teradapat adanya 143 sarana toko obat dengan penambahan izin dari tahun 2010 hingga Maret 2013 sebanyak 24 perizinan dimana: a. Pada tahun 2010 terdapat adanya 1 izin toko obat baru, 2 toko obat yang menjadi Apotek Rakyat dan 4 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2010 Toko Obat Keterangan ANUGERAH Menjadi Apotek Rakyat MERLIN Izin Baru PT.LION SUPER INDO Perpanjangan CAHAYA BARU II Perpanjangan LOTTE SHOPPING INDONESIA Perpanjangan & Ganti Nama INTI CAKRAWALA CITRA Perpanjangan & Ganti Nama (INDOGROSIR CIPINANG) SINAR MAKMUR II Menjadi Apotek Rakyat b. Pada tahun 2011 terdapat adanya 2 izin toko obat baru, 1 menjadi apotek rakyat dan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 4.25.

79 68 Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2011 Toko Obat Keterangan A & G Izin Baru SEHAT CIJANTUNG Perpanjangan JAYA AGUNG Jadi Apotek Rakyat TIGA A (3A) Perpanjangan PERMATA BIRU Perpanjangan HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Izin Baru c. Pada tahun 2012 terdapat adanya 1 izin toko obat baru dan 5 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2012 Toko Obat Keterangan CAHAYA BARU II Perpanjangan FOODMART Izin Baru GURYANA Perpanjangan HADI MAKMUR Perpanjangan LOTTE SHOPPING INDONESIA Perpanjangan INDOGROSIR CIPINANG Perpanjangan d. Hingga bulan Maret 2013 terdapat adanya 5 izin toko obat baru dengan 3 perpanjangan izin yang dapat dilihat selengkapnya pada Tabel Tabel Data sarana Toko Obat P-IRT pada tahun 2013 Toko Obat Keterangan FARHANAH Perpanjangan HYPERMART CIBUBUR JUNCTION Perpanjangan PERMATA BIRU Perpanjangan SUPER INDO PASAR REBO Izin Baru SUPER INDO ARION Izin Baru SUPER INDO CAKUNG Izin Baru SUPER INDO PULOMAS Izin Baru SUPER INDO PONDOK BAMBU Izin Baru Dari peraturan tertera bahwa izin usaha pedagang eceran obat (toko obat) berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung mulai tanggal ditetapkan sedangkan dari data yang didapatkan masih ada sarana toko obat yang izinnya dibawah tahun

80 yang belum memperpanjang izinnya dan masih terdaftar data sarana toko obat tersebut di Sudinkes kota administrasi Jakarta Timur. Hal tersebut mungkin disebabkan karena pemilik sarana yang tidak mengetahui atau tidak menyadari bahwa izin sarana yang dimiliki telah berakhir sehingga seharusnya pihak pemilik diberikan sosialisasi atau pemberitahuan misalnya melalui media massa seperti koran tentang batas izin toko obat tersebut Harga Eceran Tertinggi Monitoring harga obat generik di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur periode Januari Maret 2013 dilakukan pada 10 sarana pelayanan farmasi, di antaranya satu Instalasi Farmasi Rumah Sakit yaitu Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, delapan apotek yang terdiri dari Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Pondok Kopi, Apotek K24 Matraman, Apotek K24 Haji Ten, Apotek Sehati Farma, Apotek Dewa Medika, Apotek Kimia Farma No. 4 Rawamangun dan Apotek Golden Libra, serta satu apotek rakyat yaitu Apotek Rakyat Aisyah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 092/MENKES/SK/II/2012, terdapat 498 item Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik yang diperbarui. Dari 498 item tersebut, dibuat daftar sebanyak 30 item obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat sesuai program kerja bersama dengan pemantauan pada sarana pelayanan farmasi, di antaranya Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Apotek dan Apotek rakyat di wilayah Jakarta Timur. Hal ini dilakukan untuk mengawasi seberapa banyak sarana pelayanan kesehatan dan item obat generik yang melebihi harga eceran tertinggi. Sarana pelayanan farmasi yang memenuhi dan yang tidak memenuhi persyaratan harga obat generik di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 dapat dilihat pada Tabel 4.28.

81 70 Tabel Hasil monitoring harga obat generik pada sarana pelayanan kesehatan di wilayah Jakarta Timur N o Sarana Harga generik tidak melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Harga generik melebihi HET sesuai Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/ 2012 Jumlah % Jumlah % 1 IFRSUD Rasar Rebo Apotek Kimia Farma , ,28 3 Apotek K-24 Pondok Kopi 26 96,29 1 3,70 4 Apotek K-24 Matraman 26 92,86 2 7,14 5 Apotek K -24 Haji Ten 29 96,67 1 3,33 6 Apotek Sehati Farma 29 96,67 1 3,33 7 Apotek Dewa Medika 6 23, ,92 8 Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun 27 96,43 1 3,57 9 Apotek Rakyat Aisyah Apotek Golden Libra Rata rata persentase 86,78 13,22 Dari Tabel 4.28, dapat dilihat masing-masing sarana memiliki perbedaan pada total jumlah obat generik. Apotek K24 Haji Ten dan Apotek Sehati Farma memiliki semua item obat generik yang diisi dalam kuesioner yaitu 30 item. Namun dari 30 item obat generik dalam kuisioner, Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo, Apotek Kimia Farma 48, Apotek K24 Matraman dan Apotek Kimia Farma No.4 Rawamangun memiliki 28 item; Apotek K24 Pondok Kopi memiliki 27 item; Apotek Dewa Medika memiliki 26 item; Apotek Rakyat Aisyah dan Apotek Golden Libra memiliki 25 item obat generik. Hal tersebut karena adanya perbedaan kelengkapan tersedianya obat generik di masing-masing sarana. Dari hasil perhitungan kenaikan per item harga obat generik terhadap Harga Eceran Tertinggi, harga obat generik yang paling banyak melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Dari delapan sarana pelayanan farmasi, terdapat empat sarana pelayanan farmasi memberikan harga amoksisilin (golongan antibiotik) melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Penyebab sarana pelayanan farmasi menjual obat generik melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) masih belum bisa dipastikan karena ada beberapa kemungkinan. Pertama, kemungkinan tidak teliti dalam memberi harga obat

82 71 generik dengan kemasan yang mirip tetapi jumlah tabletnya berbeda. Kedua, Apoteker penaggung jawab sarana pelayanan farmasi tidak mengetahui adanya Kepmenkes RI No. 092/Menkes/SK/II/2012 yang mengatur pemberian harga generik tidak boleh melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET). Ketiga, kemungkinan harga pembelian obat generik dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang tinggi sehingga sarana pelayanan farmasi menjual obat generik tersebut lebih tinggi dari harga beli. Kemungkinan terakhir yaitu sarana pelayanan farmasi yang memang memberikan harga obat generik lebih mahal untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian Kegiatan binwasdal periode Januari-Maret 2013 telah dilakukan oleh Bagian Farmasi, Makanan dan Minuman ke beberapa unit pelayanan kesehatan, yaitu 14 apotek, 2 puskesmas, dan 2 rumah sakit. Kriteria yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sarana, administrasi, sumber daya manusia (SDM) dan pelayanan informasi obat (PIO). Dari hasil binwasdal ini ditemukan bahwa masih ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Dari segi sarana di apotek, tera timbangan harus terus diawasi agar timbangan ditera pada waktunya, kebersihan harus ditingkatkan, alat-alat yang belum ada harus segera diadakan seperti termometer lemari es dan penyimpanan obat hendaknya sesuai dengan tempatnya. Sarana di puskesmas sudah cukup baik dan lengkap. Hal yang perlu dilakukan adalah perluasan gudang puskesmas kecamatan (PKC Matraman) agar memudahkan pekerjaan di gudang, obat-obat tersimpan dengan baik dan aliran udara terjaga. Sarana di rumah sakit sudah cukup baik dan lengkap. Tera timbangan tetap harus dilaksanakan pada waktunya. Dari segi administrasi di apotek, hal-hal yang harus diperbaiki adalah kartu stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa, pengeluaran obat antibiotik harus dengan resep dan resep-resep diarsipkan dengan baik. Kegiatan administrasi di rumah sakit juga harus diperbaiki, yaitu kartu stok harus dilengkapi dengan nomor batch dan tanggal kadaluarsa. Kegiatan administrasi di puskesmas sudah cukup baik, kartu stok sudah dilengkapi dengan nomor batch

83 72 dan tanggal kadaluarsa sehingga sistem FIFO berjalan. Sistem pendokumentasian di apotek puskesmas juga sudah berjalan dengan baik. Selain itu, berkaitan dengan adanya Sistem Pelaporan Narkotik dan Psikotropik (SIPNAP) yang baru maka diperlukan sosialisasi mengenai SIPNAP ini ke unit-unit pelayanan kesehatan. Dari segi SDM dibutuhkan tambahan SDM terutama di apotek dan puskemas agar pelayanan informasi obat dapat berjalan dengan baik. Sejauh ini, pelayanan informasi obat (PIO) baik di apotek, puskemas maupun rumah sakit belum berjalan dengan aktif dan terdokumentasi. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi mengenai pentingnya PIO dan pendokumentasiannya kepada saranasarana kesehatan.

84 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Suku Dinas Kesehatan memiliki tugas dan fungsi pokok dalam pelaksanakan pelayanan perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana kesehatan dan tenaga kesehatan serta melaksanakan perencanaan, pengendalian dan penilaian program kesehatan masyarakat di kota administrasi yang bersangkutan. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur telah melaksanakan tugas dan fungsi tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun b. Seksi Sumber Daya Kesehatan memiliki tugas dan fungsi pokok dalam memberikan pelayanan dalam pengelolaan sumber daya kesehatan dalam perizinan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap sarana apotek, pedagang eceran obat, usaha mikro obat tradisional (UMOT) dan industri rumah tangga pangan (IRTP) serta perizinan tenaga kesehatan antara lain apoteker, asisten apoteker, dokter, perawat, bidan dan lain-lain. Seksi Sumber Daya Kesehatan Sudinkes Jaktim telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu: 1. Koordinator Farmasi Makanan dan Minuman bertugas melayani perizinan sarana farmasi, makanan dan minuman, pelaporan narkotika psikotropika dan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat yang menggunakan format baru 2. Koordinator Tenaga Kesehatan bertugas melayani perizinan tenaga kesehatan serta memantau ketersediaan tenaga kesehatan di seluruh Puskesmas di Jakarta Timur 3. Koordinator Standardisasi Mutu Kesehatan bertugas menilai pencapaian sasaran mutu di Sudinkes Jakarta Timur 73

85 c. Pelayanan Perizinan telah berjalan sesuai sasaran mutu dan kegiatan pembinaan, pengawasan serta pengendalian oleh seksi Sumber Daya Kesehatan juga telah berjalan dengan baik. 5.2 Saran a. Kegiatan pelayanan, pembinaan dan pengawasan terhadap sarana farmasi, makanan dan minuman yang telah dilakukan perlu ditingkatkan dalam rangka sosialisasi informasi dan untuk meningkatkan tanggung jawab maupun pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan. b. Sistem pelaporan narkotika psikotropika dan laporan pemakaian dan LPLPO menggunakan sistem yang baru sehingga perlu diadakan sosialisasi menyeluruh terhadap APA di seluruh Jakarta Timur serta perlu didukung penambahan sarana dan prasarana, seperti komputer dan internet. c. Perlu dilakukan pemutakhiran format LPLPO yang sesuai dengan jenis obat di Puskesmas serta pemutakhiran data sarana farmasi makanan dan minuman di lapangan

86 DAFTAR ACUAN Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2009). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2012) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2011). KeputusanMenteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perizinan Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

87 76 Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden Republik Indonesia. (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. (2009). Dokumen Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Kodya Jakarta Timur Tahun 2009;Deskripsi Kerja Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur. Jakarta: Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur.

88 77 Lampiran 1. Bagan Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

89 78 Lampiran 2. Bagan Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur

90 79 Lampiran 3. Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA)

91 80 Lampiran 4. Formulir Permohonan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK)

92 81 Lampiran 5. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek (SIA)

93 82 Lampiran 5. (lanjutan)

94 83 Lampiran 6. Formulir Permohonan Surat Izin Apotek Rakyat

95 84 Lampiran 6. (lanjutan)

96 85 Lampiran 7. Formulir Permohonan Surat Izin Depo Farmasi

97 86 Lampiran 7. (lanjutan)

98 87 Lampiran 8. Formulir Permohonan Surat Izin Pedagang Eceran Obat

99 88 Lampiran 9. Formulir Permohonan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga

100 89

101 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE MARET 2013 REKAPITULASI LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE DESEMBER 2012 FEBRUARI 2013 NURLISA DWI NOVIANTI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

102 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE MARET 2013 REKAPITULASI LAPORAN PEMAKAIAN DAN LEMBAR PERMINTAAN OBAT (LPLPO) PUSKESMAS DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE DESEMBER 2012 FEBRUARI 2013 NURLISA DWI NOVIANTI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 7 JANUARI - 28 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 11-28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JALAN MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI 2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 13 FEBRUARI - 2 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO.218 PERIODE 15 MEI 1 JUNI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 16 JANUARI-2 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 4-29 JULI 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI RAHMAWATI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 3 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 DEBIE PUSPA TARI, S. Farm 1206329455

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 21 OKTOBER 1 NOVEMBER 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Benny Ismayandi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE AGUSTUS 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 19-30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YODIFTA ASTRININGRUM,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 5 30 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LUCKY, S.Farm. 1306343776

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 08 MARET 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PERMATA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA PUSAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MEGA DEWI SURYANI, S. Farm. 1106047171

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 6-30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 24 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MARITA KURNIATI, S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRI WULANDAH

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 11 MARET - 22 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER VANY PRISKILA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN JAKARTA TIMUR DI APOTEK SAFA DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICAL LS LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ERLI SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 16 JANUARI - 3 FEBRUARI 2012 LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA . UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SANNY SUSANTI,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR PERIODE 17 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER EMMA RACHMANISA S, S.Farm.

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURBALINGGA

Lebih terperinci

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (

2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ( No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 54 TAHUN 2016 Menimbang TENTANG TUGAS POKOK DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 6-30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN SALINAN NOMOR 26/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ASVINASTUTI

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NISA YULIANTI SUPRAHMAN,

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN TIPE A KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WAHYU KURNIANTO, S.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO NO. 27-29 PERIODE 7 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 7 JANUARI 30 JANUARI 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ULINAFIAH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63

Lebih terperinci

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt.

PENDIRIAN APOTEK. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENDIRIAN APOTEK Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. PENGERTIAN ISTILAH Apotek (kepmenkes 1027 standar pelayanan kefarmasian di apotek) adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 6 MEI 24 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WARDAH, S. Farm. 1206313841

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORANPRAKTEK KERJAPROFESIAPOTEKER DISUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR JL. MATRAMAN RAYA NO. 218 PERIODE 17-28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN KOORDINATOR FARMASI MAKANAN DAN MINUMAN PERIODE 7 JANUARI 25 JANUARI 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL

UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL UNIVERSITAS INDONESIA HALAMAN SAMPUL LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 8 SEPTEMBER 26 SEPTEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 12 MARET 5 APRIL 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ANASTASIA BANGUN,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 11 MARET 2013 29 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LIDIA ROMITO

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 6 MEI 28 MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER NITA KARTIKA, S.

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENJABARAN TUGAS DINAS KESEHATAN, PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta

Bagian Kedua Kepala Dinas Pasal 159 (1) Kepala Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 huruf a, mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerinta BAB IX DINAS KESEHATAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 158 Susunan Organisasi Dinas Kesehatan, terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; 2. Sub

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DEVINA LIRETHA,

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 84 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT NOMOR 25 TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, SERI

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 103 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran :

SKPD Penanggungjawab : DINAS KESEHATAN DAERAH. PERSYARATAN sebagai lampiran : Jenis Perijinan : IJIN PELAYANAN KESEHATAN a. BP/RB/BKIA b. Pendirian / Penutupan Apotik c. Pedagang Eceran Obat d. Laboratoriun klinik e. Praktek Berkelompok Dokter Umum / Gigi / Spesialis f. Praktek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA APOTEK DAN IZIN USAHA PEDAGANG ECERAN OBAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No.

Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No. 00/Form-37/KP2T/2016 Blitar,... Nomor :... Kepada : Lampiran : 1 ( satu ) berkas Yth. Kepala KP2T Kota Blitar Perihal : Permohonan SIA Jl. Jawa No. 64b di - Blitar Bersama ini kami mengajukan permohonan

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS DAERAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 3 MARET-28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FEBRIANI, S.Far

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 63 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE 17 JUNI - 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DEVI ASRIRANI,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN

PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN PERATURAN WALIKOTA BALIKPAPAN NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN WALIKOTA BALIKPAPAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 60 ayat (6),

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA PERIODE 16 JANUARI - 10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SONYA APRIANI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BLITAR A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas

Lebih terperinci

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993

Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI NOMOR. 922/MENKES/PER/X/1993 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA, WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KLATEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 NOMOR 26 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 93 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN KOTA PEKANBARU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 26 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

4. Izin lokasi, persyaratan bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan dan ketenagaan.

4. Izin lokasi, persyaratan bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan dan ketenagaan. IZIN OPERASIONAL KLINIK PRATAMA/UTAMA/RAWAT INAP PERSYARATAN 1. Surat Permohonan izin klinik 2. Fotokopi pendirian badan usaha bagi klinik utama dan klinik pratama yang menyelenggarakan rawat inap. 3.

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 15 TAHUN 2003 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS UNIT DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Perusahaan Penulis dalam menyususn skripsi ini melakukan penelitian pada Kantor Suku Dinas Jakarta Barat sebagai objek penelitian yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN PERIODE 17 JUNI 28 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WULAN PANDUWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINSTRASI JAKARTA BARAT 4-28 MARET 2014 Disusun oleh : Trie Gusti Lingling, S. Farm (1306344343)

Lebih terperinci