BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
|
|
- Ari Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dingin berakhir, terjadi transformasi pada konflik internasional. Pada tahun 1975, sebagian besar konflik internal berlokasi di Asia sedangkan pada dekade 1990-an, sebagian besar konflik internal tersebut banyak terjadi di kawasan Afrika Sub-Sahara. 1 Terjadi penurunan jumlah perang ireguler antara aktor negara melawan aktor non-negara. Pada saat Perang Dingin masih berlangsung, 66% dari semua konflik internal merupakan perang ireguler, namun setelah Perang Dingin berakhir, presentase tersebut turun menjadi 26%. 2 Hal tersebut dapat terjadi karena pada masa Perang Dingin, dua kekuatan besar dunia saling meningkatkan kapasitas militer baik itu negara maupun pemberontak tergantung pihak mana yang didukung. Banyak konflik yang berakhir karena tidak ada lagi kekuatan besar yang menjadi pendorong utama di belakang berlangsungnya konflik tersebut. Namun, konflik yang terjadi di Angola terus berlanjut setelah Perang Dingin berakhir. Angola menjadi negara yang merdeka pada tahun 1975 setelah sebelumnya berada di bawah pemerintahan kolonial Portugal. Namun, kemerdekaan tersebut belum bisa menjamin Angola untuk sepenuhnya terbebas dari konflik. Angola justru mengalami konflik internal sebagai akibat dari perebutan kekuasaan antara tiga kelompok besar yang sebelumnya berperan dalam upaya kemerdekaan, yaitu Movement for the Liberation of Angola (MPLA), National Union for the Total Independence of Angola (UNITA), dan National Front for the Liberation of Angola (FNLA). 3 Konflik yang dialami oleh Angola tersebut memang merupakan konflik internal. Namun pada kenyataannya, pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik mendapatkan bantuan dari pihak asing. MPLA merupakan kelompok yang berhasil berkuasa (hingga saat ini), namun kemenangan MPLA tersebut tidak bisa diterima oleh kelompok yang lain. Tiga kelompok yang terlibat di dalam konflik menerima bantuan dari berbagai negara. 1 Kalyvas, Stathis N., & Laia Balcells, International system and technologies of rebellion: How the end of the cold war shaped internal conflict, American Political Science Review, vol. 104, no. 03, 2010, p Kalyvas & Balcells, p Guimares, F. A., The Origins of the Angolan Civil War: Foreign Intervention and Domestic Political Conflict, Palgrave Macmillan, 2001, p. 31.
2 Mengingat bahwa pada saat itu sedang terjadi Perang Dingin, kelompok-kelompok tersebut terbagi menjadi dua kubu hingga konfik di Angola tersebut sering kali disebut sebagai proxy war. 4 MPLA menerima bantuan dari Uni Soviet dan Kuba (Blok Timur) sedangkan UNITA menerima bantuan dari Amerika Serikat, Brazil, dan Afrika Selatan (Blok Barat). FNLA juga menerima bantuan asing dari beberapa negara, namun dalam jumlah yang kurang signifikan jika dibandingkan dengan dua kelompok lainnya hingga pada akhirnya, dua kelompok besar yang berkonflik di negara tersebut adalah MPLA dan UNITA. Konflik yang muncul antar kelompok tersebut sebagian disebabkan oleh adanya persaingan antar pemimpin kelompok yang karismatik, yaitu Agostinho Neto (MPLA), Holden Roberto (FNLA), dan Jonas Savimbi (UNITA) yang kemudian turut didorong oleh ikatan etnis yang mendominasi kelompok dan perbedaan ideologi. 5 Angola merupakan negara yang kaya akan produksi minyak dan berlian. Angola merupakan produsen minyak mentah terbesar kedua di Afrika serta kualitas berlian yang berasal dari Angola juga tinggi sehingga harga jualnya pun cukup tinggi. 6 Sayangnya, dua sumber daya besar tersebut berada di bawah kekuasaan pihak-pihak yang berkonflik. Produksi minyak mentah berada di bawah kontrol pemerintah atau MPLA dan produksi berlian berada di bawah kontrol UNITA. Hal tersebut dapat terjadi karena masingmasing pihak berhasil menguasai kota-kota yang menjadi pusat keberadaan sumber daya alam, yaitu minyak dan berlian. Keberadaan sumber daya minyak dan berlian yang melimpah justru memperburuk situasi dan kondisi di Angola karena sumber daya tersebut dimanfaatkan oleh masingmasing pihak, baik itu pemerintah maupun UNITA, untuk mendanai kegiatan militer masing-masing. Secara tidak langsung, produksi minyak dan berlian yang dikuasai oleh pemerintah dan UNITA turut berperan dalam eskalasi konflik internal di Angola. Terlebih setelah Perang Dingin berakhir, pemerintah dan UNITA tidak lagi mendapatkan 4 Guimares, p Anstee, Margaret Joan, Orphan of the Cold War: The inside story of the collapse of the Angolan peace process, , London: Macmillan, 1996, p Le Billon, Philippe, Angola s Political Economy of War: The Role of Oil and Diamonds, , African Affairs, vol. 100, no. 389, 2001, p. 57.
3 bantuan dari negara-negara asing sehingga mereka harus mendanai kegiatan militer mereka dengan berbagai cara. 7 Selain mengalami eskalasi, konflik internal di Angola tersebut juga sempat mengalami deeskalasi. Deeskalasi tersebut terjadi ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimplementasikan beberapa perjanjian perdamaian. Pada akhir tahun 1988, PBB mengimplementasikan United Nations Angolan Verification Mission I (UNAVEM I) yang intinya berisi tentang penarikan pasukan militer Afrika Selatan dan Kuba dari Angola. Setelah Perang Dingin berakhir, PBB mencoba untuk mengimplementasikan perjanjian perdamaian yang lain, yaitu UNAVEM II pada tahun Namun, kemenangan MPLA pada pemilihan umum di tahun 1992 yang tidak bisa diterima oleh UNITA membawa Angola dalam instabilitas dan konflik pun kembali mencuat. 8 Pada tahun 1994, PBB berusaha untuk mengimplementasikan perjanjian perdamaian baru yang dinamakan Lusaka Accords. Angola akhirnya memasuki periode perdamaian tanpa kekerasan walaupun situasi pada saat itu masih cukup tegang. Namun, hal tersebut hanya berlangsung dalam waktu yang singkat. Kurangnya niat baik dan juga krisis kepercayaan antar kedua belah pihak menyebabkan pengimplementasian perjanjian yang kurang efektif. Pada akhirnya konflik kembali tereskalasi pada tahun Baru setelah pemimpin UNITA, Jonas Savimbi, dibunuh, UNITA akhirnya bersedia untuk sepenuhnya tunduk pada perjanjian perdamaian yang ditandatangani pada tahun 2002 dan mengakui pemerintahan MPLA. Tema ini penting untuk diteliti mengingat konflik internal yang terjadi di Angola pasca kemerdekaan merupakan bentuk proxy war karena pihak asing memiliki kepentingan geopolitik dan melihat Angola sebagai salah satu negara yang strategis di Afrika. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut (MPLA dan UNITA) juga menerima bantuan besar dari aktor-aktor yang terlibat dalam Perang Dingin. Namun, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai konflik di negara tersebut setelah Perang Dingin berakhir. Bantuan pihak asing selama Perang Dingin, baik dalam bentuk finansial maupun militer, berperan sangat signifikan dalam konflik tersebut. Oleh karena itu, beberapa pertanyaan kemudian muncul, seperti bagaimana konflik tetap dapat tereskalasi 7 Spears, Ian S., Angola s Elusive Peace: The Collapse of the Lusaka Accord, International Journal, vol. 54, no. 4, 1999, p Badmus, Isiaka, The African Union s Role in Peacekeeping: Building on Lessons Learned from Security Operations, Palgrave Macmillan, 2007, p. 29.
4 ketika pihak-pihak yang terlibat tidak lagi mendapat bantuan dari pihak asing, adakah faktor lain yang turut mendorong eskalasi selain faktor ideologi yang mendominasi pada saat Perang Dingin berlangsung, dan lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Pertanyaan utama yang akan dijawab di dalam tulisan ini adalah, Mengapa konflik internal di Angola tereskalasi setelah berakhirnya Perang Dingin ( )? 1.3 Landasan Konseptual Eskalasi Konflik Sebelum membahas lebih lanjut mengenai proses eskalasi yang terjadi selama konflik tersebut berlangsung, perlu diketahui penyebab-penyebab yang memunculkan konflik tersebut. Dalam Using Conflict Theory (2002), Bartos dan Wehr mendefinisikan konflik sebagai situasi penggunaan perilaku konflik (conflict behavior) oleh para aktor untuk melawan satu sama lain karena adanya tujuan yang tidak kompatibel (incompatible goals) dan atau untuk menunjukkan permusuhan atau kebencian (hostility). 9 Kelompok atau pihak yang terlibat juga dapat tetap bertahan di dalam konflik tersebut jika memiliki solidaritas konflik yang tinggi di dalam kelompok dan juga sumber daya yang besar untuk mendanai kegiatan kelompok selama konflik berlangsung. Dalam kasus Angola, khususnya pada masa setelah Perang Dingin berakhir, penyebab utama yang mendorong terjadinya konflik adalah adanya tujuan yang tidak kompatibel. UNITA tidak mau menerima MPLA sebagai pemerintahan Angola yang sah dan terus melakukan perlawanan untuk mencapai kepentingannya. Masing-masing dari dua kelompok besar yang terlibat di dalam konflik, yaitu MPLA dan UNITA, memiliki basis kelompok etnis yang berbeda sehingga hal tersebut memperkuat solidaritas kelompok. Lalu kelompok-kelompok tersebut juga menguasai sumber daya besar yang berada di Angola, yaitu minyak mentah dan berlian. MPLA menguasai produksi dan perdagangan dari industri minyak mentah sedangkan UNITA menguasai industri berlian. 9 Bartos, Otomar J., & Paul Wehr, Using Conflict Theory, Cambridge University Press, 2002, p. 13.
5 Hal tersebut kemudian dapat dilihat sebagai salah satu faktor yang memperburuk situasi konflik di Angola. Eskalasi konflik merupakan sebuah proses yang menunjukkan bahwa konflik menjadi bertambah pelik, keras, dan rumit seiring dengan berjalannya waktu. Hal tersebut dapat dilihat dari transformasi-transformasi di dalam konflik yang terjadi selama proses eskalasi. Transformasi tersebut dapat dilihat dalam beberapa macam hal. Penggunaan taktik yang ringan menjadi berat, isu-isu konflik mengalami proliferasi dari kecil menjadi besar dengan melibatkan lebih banyak isu dan juga bergeser dari isu spesifik menjadi lebih umum, tujuan yang berubah dari memperjuangkan kepentingan masing-masing menjadi keinginan untuk menyakiti lawan, dan peserta yang terlibat dalam konflik bertambah banyak. 10 Selain itu dijelaskan pula bahwa eskalasi yang dilakukan oleh satu pihak (party s escalation) dapat disebabkan oleh dua kekuatan yang berbeda, yaitu kekuatan yang berasal dari pihak itu sendiri (party) dan kekuatan yang berasal dari lawan (opponent). Kekuatan yang pertama dapat disebut sebagai unilateral escalation dan kekuatan lainnya disebut sebagai reciprocated escalation. 11 Dua jenis kekuatan tersebut dapat memengaruhi intensifikasi dari suatu konflik. Dalam eskalasi unilateral, ada beberapa faktor yang dapat mendorong satu pihak untuk melakukan eskalasi, seperti perasaan kehilangan atau dirampas (deprived) baik secara relatif maupun absolut oleh lawan, memiliki budaya yang suka berperang, memainkan peran yang tidak kompatibel, memiliki nilai-nilai yang berbeda, dendam di masa lalu dan masa kini, perasaan frustasi, dan interaksi yang mempromosikan konflik. Namun, selain faktor-faktor yang sudah disebutkan, satu pihak dapat melakukan eskalasi jika hal tersebut memang dinilai sebagai tindakan yang rasional. Jika satu pihak memiliki kekuatan yang sangat besar (overwhelming), maka tindakan untuk mengeskalasi menjadi rasional dengan tujuan untuk mengalahkan pertahanan lawan. 12 Dalam eskalasi resiprokasi, secara lebih spesifik dijelaskan mengenai retaliation, yaitu tindakan pembalasan dengan menggunakan kekuatan dan melibatkan kekerasan 10 Pruitt, Dean G., & Jeffrey Z. Rubin, Teori Konflik Sosial, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, 2004, pp Bartos & Wehr, p Bartos & Wehr, p. 99.
6 yang lebih besar dari yang digunakan dalam serangan pertama oleh lawan. 13 Tindakan pembasalan tersebut juga dinilai sebagai tindakan yang normal karena merupakan reaksi dari pihak yang diserang. Namun, tindakan pembalasan memiliki dua konsekuensi berbeda yang dapat terjadi. Jika kekuatan yang digunakan cenderung lemah, maka penggunaan kekuatan tersebut akan memprovokasi tindakan pembalasan (retaliation) oleh pihak lain; dan jika kekuatan yang digunakan sangat besar (overpowering), maka serangan tersebut dapat menaklukkan pihak lain. 14 Hal-hal yang kemudian turut memengaruhi tingkatan eskalasi suatu konflik diantaranya solidaritas konflik yang tinggi, conflict resources yang besar, dan eskalasi strategis. 15 Faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi solidaritas suatu kelompok untuk kemudian memutuskan akan melakukan eskalasi secara unilateral, membalas perbuatan lawan, atau bermusuhan (to be hostile). Deeskalasi pun dapat terjadi karena faktor-faktor yang bertentangan dengan faktor yang disebutkan sebelumnya, yaitu berkurangnya solidaritas konflik, conflict resources yang semakin menipis, deeskalasi strategis, dan akomodasi (perjanjian). Faktor pertama yang memengaruhi eskalasi konflik adalah solidaritas konflik. Solidaritas dapat terbentuk dari adanya komunikasi antar anggota yang dilakukan secara terus-menerus, saling menyukai satu sama lain, dan memiliki kepercayaan, nilai, dan norma yang sama. Hal tersebut kemudian menunjukkan bahwa ikatan etnis dapat memunculkan solidaritas di dalam kelompok. Solidaritas dalam kelompok etnis atau suku ini sering kali menjadi penyebab dari berbagai macam konflik, seperti karena munculnya primordialisme. 16 Solidaritas di dalam kelompok menjadi salah satu penyebab eskalasi ketika kelompok tersebut dapat memobilisasi anggota-anggotanya untuk memiliki visi dan misi yang sama terhadap suatu konflik. Setelah memiliki visi dan misi yang sama, anggota kelompok akan digerakkan untuk terlibat di dalam konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Solidaritas dan mobilisasi berdasarkan etnis inilah yang akan dilihat lebih lanjut dalam analisis eskalasi konflik yang terjadi di Angola. 13 Bartos & Wehr, p Bartos & Wehr, p Bartos & Wehr, pp Geertz, Clifford, The Interpretation of Culture, Basic Books: New York, 1973, pp
7 Faktor kedua adalah keberadaan sumber daya konflik. Jika diartikan secara harfiah, sumber daya merupakan segala sesuatu, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, yang digunakan untuk mencapai hasil. 17 Berdasarkan pengertian tersebut, sumber daya konflik kemudian dapat diartikan sebagai hal-hal yang digunakan dan dimanfaatkan untuk dapat menjalankan atau mempertahankan keberlangsungan suatu konflik. Contohnya jika ingin memulai perang, maka dibutuhkan pasukan militer, senjata, dan amunisi. 18 Dalam hal ini, sumber daya alam dimanfaatkan sebagai sumber daya konflik. Sebuah negara dengan sumber daya yang besar biasanya akan menggantungkan pemasukan negaranya pada komoditas ekspor utama mereka. Dalam kasus konflik di Angola, pemerintah mengandalkan ekspor minyak sebagai sumber pemasukan utama keuangan negara sedangkan pemberontak mengandalkan ekspor berlian. Konflik internal disebut dapat bertahan lama jika produk-produk ekspor memiliki nilai berharga sehinga konflik menjadi lebih mudah untuk didanai. 19 Hal itulah yang terjadi di Angola dengan ekspor komoditas minyak dan berlian yang dikuasai masing-masing oleh MPLA dan UNITA. Keberadaan sumber daya alam yang dimanfaatkan sebagai sumber daya konflik kemudian turut memengaruhi faktor ekonomi negara atau wilayah yang bersangkutan. Dalam konflik internal, ada tiga faktor ekonomi yang dapat memperburuk situasi konflik, yaitu pendapatan per kapita yang rendah, pertumbuhan ekonomi negara yang rendah, dan keberadaan sumber daya yang besar. 20 Pendapatan per kapita serta pertumbuhan ekonomi yang rendah menyebabkan tingginya tingkat kemiskinan dan menimbulkan perasaan keputusasaan (hopelessness). Hal tersebut mendorong masyarakat untuk melakukan apapun agar mendapatkan pemasukan. Khususnya bagi para pemuda, salah satu opsi yang ada adalah dengan bergabung dengan kelompok-kelompok pemberontak. Faktor yang terakhir adalah eskalasi strategis. Eskalasi strategis dapat terjadi ketika satu pihak merasa terancam akan kekuatan lawan sehingga tindakan untuk eskalasi dinilai rasional dan menguntungkan secara strategis. Secara garis besar, eskalasi strategis mungkin terjadi jika satu pihak merasa terancam dengan peningkatan sumber daya 17 Kamus Besar Bahasa Indonesia 18 Bartos & Wehr, p Collier, Paul, The Bottom Billion: Why the poorest countries are failing and what can be done about it, Oxford University Press: USA, 2008, p Collier, pp
8 lawan, maka keputusan untuk menjadi pihak yang melakukan serangan pertama dinilai bijak. Kondisi lain yang memungkinkan eskalasi strategis adalah jika sumber daya pihak tersebut mengalami peningkatan, maka pihak tersebut mungkin melakukan eskalasi dengan harapan untuk menang atau menguasai lawan (prevailing). 21 Dalam konflik di Angola, eskalasi strategis yang terjadi dapat dilihat dari tindakan pemerintah (MPLA) yang beberapa kali melakukan eskalasi secara unilateral. Eskalasi unilateral dapat dilihat dari tindakan MPLA yang melakukan serangan terbuka terhadap UNITA setelah diterapkannya Perjanjian Bicesse yang seharusnya membawa kelompok yang terlibat untuk melakukan gencatan senjata bahkan hingga terjadi pembunuhan masal. Selain itu, Perjanjian Lusaka yang ditandatangani pada tahun 1994 juga dilanggar oleh pihak pemerintah dengan menyerang markas-markas UNITA. 22 Konflik pun kembali tereskalasi hingga akhirnya UNITA menyerah setelah pemimpin mereka dibunuh. 1.4 Argumen Utama Ada tiga faktor utama yang mengeskalasi konflik di Angola, yaitu solidaritas konflik yang tinggi, sumber daya konflik yang besar, dan eskalasi strategis secara unilateral. Masa penjajahan banyak memengaruhi kelompok-kelompok etnis di negara tersebut yang kemudian menimbulkan adanya persaingan antar kelompok etnis. MPLA dan UNITA terbentuk dengan basis kelompok etnis tertentu yang kemudian memperkuat solidaritas di dalam kelompok. MPLA memiliki basis kelompok etnis Mbundu sedangkan UNITA berbasis pada kelompok etnis Ovimbundu. Perbedaan etnis tersebut menjadi salah satu faktor penghambat tercapainya perdamaian di Angola dan justru memperburuk situasi konflik. Setelah Perang Dingin berakhir, MPLA dan UNITA tidak lagi menerima bantuan asing sehingga mereka harus memanfaatkan sumber daya yang ada. Keuntungan yang didapat dari eksploitasi sumber daya alam tersebut digunakan oleh masing-masing pihak untuk mendanai konflik. Permasalahan ekonomi yang timbul karena eksploitasi tersebut juga turut memperburuk situasi konflik. Eskalasi strategis juga dilakukan oleh satu pihak ketika kekuatan pihak lawan dinilai dapat mengancam eksistensi pihak tersebut. Eskalasi 21 Bartos & Wehr, p Spears, p. 577.
9 dilakukan oleh MPLA ketika MPLA merasa bahwa kekuatan UNITA berkembang terlalu cepat dan harus segera dibendung. 1.5 Metodologi Penelitian Dalam mengerjakan tulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan berfokus pada studi literatur. Sumber literatur yang digunakan adalah buku, jurnal, dan artikel yang dapat ditemukan secara online, seperti artikel berita dan artikel resmi yang dirilis oleh organisasi-organisasi internasional maupun lembaga swadaya masyarakat. Konsep-konsep yang ditemukan (di dalam buku maupun jurnal) dan relevan terhadap pembahasan akan dijadikan acuan dalam penelitian. Buku dan artikel yang diakses secara online juga digunakan untuk mengetahui data-data mengenai jumlah anggota kelompokkelompok etnis dan persebaran kelompok etnis tersebut di Angola. Tabel dan atau grafik mengenai situasi ekonomi di Angola yang ditemukan secara online dari situs web resmi juga akan dijadikan sebagai salah satu sumber data. Data-data tersebut kemudian akan dilampirkan di dalam tulisan. Artikel yang dirilis oleh organisasi internasional dan lembaga swadaya masyarakat memuat data mengenai perdagangan sumber daya dan efeknya terhadap situasi konflik, seperti fenomena blood diamond. Informasi tersebut akan digunakan untuk menjelaskan pemanfaatan sumber daya yang besar sebagai sumber dana utama dari pihak-pihak yang terlibat konflik. Selain itu, artikel berita juga membantu dalam menjelaskan peristiwaperistiwa tertentu untuk memperjelas kronologi konflik. Tingkat analisis yang digunakan adalah tingkat analisis negara. Tingkatan analisis ini berfokus pada negara sebagai aktor utama dan kepentingannya. Jika ada konflik yang terjadi, maka hal tersebut disebabkan oleh gagalnya institusi negara dalam menjaga stabilitas. 1.6 Sistematika Penulisan Tulisan ini dibagi ke dalam empat bab, yang masing-masing bab akan menjelaskan mengenai hal-hal berikut. BAB I akan terdiri dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, landasan konseptual, argumen utama, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
10 BAB II akan menjelaskan mengenai kemunculan gerakan-gerakan nasionalis di Angola dan kronologi konflik yang terjadi setelah kemerdekaan secara singkat, kelanjutan dari konflik tersebut setelah Perang Dingin berakhir, dan upaya-upaya perdamaian yang dilakukan oleh pihak asing terutama PBB. BAB III akan menjelaskan mengenai transformasi yang terjadi selama proses eskalasi untuk memberikan gambaran mengenai apa itu eskalasi konflik yang kemudian akan diikuti dengan analisis faktor-faktor yang memengaruhi eskalasi konflik di Angola, khususnya setelah berakhirnya Perang Dingin. BAB IV akan menyimpulkan penjelasan dari bab-bab sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciKEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA
KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinci2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemenangan Klan Tokugawa dalam Perang Sekigahara (Sekigahara no Tatakai) pada tahun 1600, menjadikan Tokugawa Ieyasu sebagai shogun 1 dan tanda dimulainya Tokugawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciBAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA
BAB III DINAMIKA KONDISI PARIWISATA SRI LANKA A. Kondisi Pariwisata Sri Lanka Sebelum Konflik Etnis Pariwisata di Sri Lanka sudah ada bahkan sebelum negara ini merdeka pada tahun 1948. (Hospitality.lk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development
BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk
BAB V KESIMPULAN Islamic Relief Worldwide merupakan salah satu organisasi Islam Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk merespon kelaparan yang terjadi di Afrika
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-
Lebih terperinciSTRATEGI ANGOLA DALAM RESOLUSI KONFLIK PERANG SAUDARA ( ) Rizqi A. Nugroho 1 Septyanto Galan Prakoso, S.IP, M.Sc 2
STRATEGI ANGOLA DALAM RESOLUSI KONFLIK PERANG SAUDARA (1975-2002) Rizqi A. Nugroho 1 Septyanto Galan Prakoso, S.IP, M.Sc 2 Abstract Angola immediately entered the period of civil war after independence
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciSILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta
SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta Pengantar Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD) Paramadina adalah lembaga otonom
Lebih terperinciPERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani
PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War Artanti Wardhani Definisi PERANG vs.konflik adanya pengerahan kekuatan dari militer (1000 personel) dan memakai kekuatan bersenjata contention / disputation antara
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI
KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Bagian dari bab ini memaparkan mengenai tulisan ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat berupa jurnal,
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai
Lebih terperinci4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk
DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II ( ) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini sumber-sumber literatur tentang sejarah Perang Dunia II (1939-1945) pada umumnya memiliki sudut pandang Sekutu sentris, dengan kata
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan
BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator
BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan
Lebih terperincicambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan
BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri
Lebih terperinci4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia
iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konflik yang terjadi di Sudan merupakan konflik yang umum terjadi di negara lain, mulai dari konflik agama seperti yang kita ketahui semua agama yang ada di
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut
Lebih terperinciBurma mempunyai catatan tersendiri dalam sejarah Burma karena AFPFL BAB V. Kesimpulan
sistem satu partai atau partai tunggal dalam bidang pemerintahan. Oleh karena itu, semua partai politik termasuk AFPFL dihilangkan. Ne Win menganggap bahwa banyaknya partai politik akan mengacaukan pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperincipenjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.
BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagi berikut. 1. Pandangan Hukum Humaniter Internasional
Lebih terperinciKemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat
Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciSENGKETA INTERNASIONAL
SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH
RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinci3. Dalam memahami konflik di Timur Tengah terdapat faktor ideologi, energi, otoritarianisme, geopolitik, dan lainnya.
Keynote Speech Wakil Menteri Luar Negeri RI: HE. Dr. A.M. Fachir Pada SEMINAR INTERNASIONAL THE ROLE OF SOUTHEAST ASIA COUNTRIES IN FONCLICT RESOLUTION IN THE MIDDLE EAST A. Pendahuluan 1. Konflik dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang India merdeka pada tanggal 15 Agustus 1947. Kemerdekaan India diperjuangkan melalui perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik. Perlawanan fisik di India salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional
Lebih terperinciPERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM
PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada
Lebih terperinciBAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan
BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini
BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Kekalahan Uni Soviet dalam perang dingin membuatnya semakin lemah sehingga berada dalam ujung tanduk kehancuran, momentum yang tepat ini dimanfaatkan oleh negara-negara
Lebih terperinciPERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL NEGARA : STUDI KASUS PERAN PASUKAN PERDAMAIAN PBB DI SIERRA LEONE TAHUN
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL NEGARA : STUDI
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi berjudul Peranan Hjalmar Schacht dalam Membangun Perekonomian Jerman (1933-1939). Kesimpulan ini merujuk
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. perusakan dan pembakaran. Wilayah persebaran aksi perkelahian terkait konflik
BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Konflik TNI-Polri selama periode pasca Reformasi, 80% merupakan aksi perkelahian dalam bentuk penganiayaan, penembakan, pengeroyokan dan bentrokan; dan 20% sisanya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang banyak dialami oleh negara-negara di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah satunya adalah masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
Lebih terperinci