BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding
|
|
- Hadi Pranoto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding in Afghanistan karya Haneef Atmar dan Jonathan Goodhand (2002). Tulisan kedua adalah Post-Conflict Peace-Building in Africa The Challenges of Socio- Economic Recovery and Development karya Chukwuma Obidegwu (2004). Tulisan pertama yang berjudul Aid, Conflict, and Peacebuilding in Afghanistan karya Haneef Atmar dan Jonathan Goodhand (2002) memaparkan tentang proses pemberian bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh aktor-aktor internasional seperti PBB, inter-governmental organization (IGO), dan nongovernmental organization (NGO) kepada AfghanistanAtmar dan Goodhand (2002) memulai penelitiannya dengan menjelaskan proses dan fase-fase konflik yang terjadi di Afghanistan. Atmar dan Goodhand (2002) juga menjelaskan tentang dampak dan kontribusi bantuan-bantuan internasional sebagai upaya untuk mewujudkan peacebuilding.para aktor internasional yang memberikan bantuan kepada Afghanistan memiliki fokus untuk mencegah serta mengurangi dampak-dampak dari konflik dalam pelaksanaan setiap program guna mewujudkan proses peacebuilding dan conflict prevention. Sebagai proses untuk mewujudkan peacebuilding, bantuan-bantuan internasional ditujukan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan menjunjung hak asasi manusia.
2 7 Haneef Atmar dan Jonathan Goodhand (2002) menggunakan konsep humanitarian assistance, konsep organisasi internasional, serta konsep peacebuilding dalam penelitiannya. Konsep organisasi internasional dan konsep peacebuilding tersebut juga digunakan dalam penelitian ini. Tulisan penulis dengan tulisan Atmar dan Goodhand (2002) memiliki konteks yang sama yaitu menjelaskan peran organisasi internasional dalam peacebuilding. Namun, tulisan Atmar dan Goodhand (2002) tidak memfokuskan bagian peacebuilding yang seperti apa yang digunakan dalam penelitian mereka. Sedangkan penulis menggunakansocio-economic recovery sebagai bagian peacebuilding dalam penelitian ini. Tulisan kedua yang berjudul Post-Conflict Peace-Building in Africa The Challenges of Socio-Economic Recovery and Development karya Chukwuma Obidegwu (2004) menjelaskan tentang penyebab-penyebab dari perang sipil, tantangan-tantangan yang dihadapi dalam pemulihan sosial-ekonomi dan pembangunan jangka panjang sebagai suatu proses peacebuilding di negaranegara Sub-Sahara Afrika (SSA). Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan perekonomian pasca perang, proses serta prioritas pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan, dan perbaikan perekonomian pasca perang guna mewujudkan pemulihan sosial-ekonomi juga menjadi bahasan dalam tulisan Obidegwu (2004). Tujuan dari kebijakan-kebijakan serta peran yang dilakukan oleh organisasi-organisasi internasional pasca perang sipil menurut Obidegwu (2004) adalah untuk mengembalikan dan memelihara perdamaian, meningkatkan keamanan, mencegah timbulnya konflik baru, memfasilitasi pemulihan sosialekonomi, serta membangun kerangka institusional baru untuk menopang
3 8 pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud dari proses peacebuilding pasca perang sipil di negara-negara Sub-Sahara Afrika. Tulisan Obidegwu (2004) menggunakan konsep organisasi internasional dan konsep peacebuilding. Kedua konsep tersebut juga digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Tulisan Obidegwu (2014) dan penelitian penulis memiliki konteks yang sama yaitu peran organisasi internasional dalam socio-economic recovery sebagai bagianpeacebuilding yang dilakukan pasca perang sipil.socioeconomic recovery yang dibahas dalam penelitian Obidegwu (2004) meliputi pemberian bantuan kemanusiaan dan pembangunan, reintegrasi, serta perbaikan perekonomian.tulisan Obidegwu (2004) berfokus pada satu kawasan secara umum, sedangkan penelitian penulis memfokuskan pada satu negara saja. II.2 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah serangkaian konsep dan kejelasan hubungan antar konsep yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Konsep merupakan abstraksi yang mewakili suatu obyek, sifat suatu obyek, atau suatu fenomena tertentu (Mas oed, 1990:93). Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep organisasi internasional (sub konsep bantuan luar negeri, sub konsep agensi pembangunan, sub konsep agensi kemanusiaan), dan konsep peacebuilding (sub konsep socio-economic recovery). II.2.1 Konsep Organisasi Internasional Organisasi internasional menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, 2011) adalah organisasi yang dibentuk atas dasar perjanjian atau instrumen lainnya serta diatur oleh suatu hukum internasional dan memiliki
4 9 legalitas secara internasional. Keanggotaan suatu organisasi internasional terdiri atas negara-negara atau entitas lainnya. Organisasi internasional memiliki agenagen resmi yang selanjutnya disebut sebagai agen organisasi internasional. Agenagen tersebut menjalankan peran sesuai dengan fungsi-fungsi yang menjadi bidang kajian organisasi internasional. Suatu organisasi internasional memiliki kedaulatan untuk melaksanakan fungsi serta pemenuhan tujuan-tujuannya di wilayah negara yang menjadi anggota organisasi internasional bersangkutan. Secara umum, organisasi internasional memiliki peran-peran sebagai berikut (Archer, 1983): 1. Instrumen Organisasi internasional berperan sebagai instrumen, yakni organisasi internasional menjadi suatu instrumen yang digunakan oleh para anggotanya untuk mencapai kepentingan atau tujuan-tujuan tertentu. 2. Arena Organisasi internasional berperan sebagai arena, yakni organisasi internasional menjadi suatu forum atau arena bagi para anggotanya untuk melakukan pertemuan dengan tujuan melakukan diskusi, tukar pendapat, kerjasama, atau memberikan ketidaksetujuan. 3. Aktor Organisasi internasional berperan sebagai aktor yang independen, yakni dalam menjalankan fungsi dan perannya, organisasi internasional dapat bertindak sesuai dengan kewenangan yang ada tanpa dipengaruhi oleh pihak-pihak atau kekuatan dari luar.
5 10 Pasal 1 Piagam PBB menyatakan bahwa tujuan PBB sebagai suatu organisasi internasional adalah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional serta mencegah dan mengatasi segala bentuk ancaman, penekanan, agresi terhadap perdamaian. Untuk menciptakan dan memelihara perdamaian, PBB juga melakukan penyesuaian dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional dalam menyelesaikan konflik-konflik internasional yang dapat mengancam perdamaian. Selain itu, menurut pasal tersebut, PBB juga memiliki tujuan untuk mendorong terciptanya kerjasama-kerjasama untuk mengatasi permasalahan ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan dengan tetap menjunjung tinggi penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia serta kebebasan mendasar. Pasal 9 Ayat 55 Piagam PBB menyatakan bahwa PBB harus mendukung perwujudan penghidupan yang layak, ketenagakerjaan, dan pertumbuhan serta pembangunan sosial-ekonomi. Selain itu, pemberian solusisolusi terhadap permasalahan internasional yang mencakup aspek ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan budaya juga menjadi kewajiban PBB dengan tetap menjunjung tinggi rasa hormat terhadap hak-hak asasi manusia serta kebebasan mendasar bagi individu. Hal tersebut dilakukan guna menciptakan situasi stabilitas dan kemakmuran yang diperlukan untuk meuwjudkan perdamaian (United Nations, 2015). Pasal-pasal yang terdapat dalam Piagam PBB tersebut juga diadopsi oleh organisasi-organisasi internasional yang menjadi bagian dari PBB. Salah satunya adalah UNDP. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)(United Nations, 2015), suatu organisasi internasional memiliki peran untuk melakukan proses peacebuilding.
6 11 Organisasi internasional melakukan pemberian bantuan luar negeri serta bertindak sebagai agensi pembangunan dan agensi kemanusiaan dalam proses peacebuilding. II Agensi Pembangunan Agensi pembangunan merupakan peran organisasi internasional dalam memberikan bantuan-bantuan terkait pembangunan dan/atau revitalisasi secara regional dan internasional.agensi pembangunan memiliki fungsi-fungsi seperti economic roles, leadership roles, governance and co-ordination roles, dan implementation roles.economic roles berarti agensi pembangunan menjalankan perannya melalui kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan sektor ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian di suatu negara. Leadership roles berarti agensi pembangunan menjalankan perannya untuk mendorong pelaksanaan rencana pembangunan dan visi jangka panjang serta menetapkan sumber-sumber daya yang dapat mendukung. Governance and co-ordination roles berarti agensi pembangunan menjalankan perannya untuk memfasilitasi koordinasi-koordinasi praktikal serta menjadi penghubung koordinasi dengan sektor privat dan publik untuk mewujudkan strategi-strategi pembangunan. Implementation roles berarti agensi pembangunan menjalankan perannya untuk membentuk team yang terdiri atas para ahli dan spesialis guna berfokus dalam proses implementasi kegiatan-kegiatan dan/atau strategi-strategi pembangunan (OECD, 2009). II Agensi Kemanusiaan
7 12 Agensi kemanusiaan merupakan peran organisasi internasional yang melakukan pemberian bantuan-bantuan logistik dan material bagi orangorang yang tergolong sebagai homeless, pengungsi, korban bencana alam, korban perang, serta korban kelaparan. Tujuan utama dari agensi kemanusiaan adalah untuk menyelamatkan kehidupan, mengurangi penderitaan, serta menjunjung tinggi martabat manusia (United Nations, 2015).Tujuan dari agensi kemanusiaan tersebut juga untuk menjamin perwujudan keamanan manusia (human security). Berdasarkan Human Development Report 1994 yang dikeluarkan oleh UNDP, pengertian keamanan manusia mengandung dua poin penting yaitu: 1) keamanan manusia merupakan keamanan dari ancaman-ancaman kronis, seperti kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan represi; 2) keamanan manusia mengandung makna bahwa adanya perlindungan atas pola-pola kehidupan keseharian seseorang baik itu di dalam rumah, pekerjaan, atau komunitas dari berbagai gangguan yang datang secara tiba-tiba dan menyakitkan (UNDP, 1994).Agensi kemanusiaan juga bertindak dalam pemberian bantuan pembangunan kemanusiaan. Pemberian bantuan pembangunan kemanusiaan ditujukan untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam menyasar isu-isu pembangunan dengan mendorong partisipasi masyarakat lokal. Agensi kemanusiaan yang terlibat dalam pemberian bantuan kemanusiaan seperti agen-agen multilateral atau organisasi internasional, program bantuan bilateral, dan juga organisasi non-pemerintah. Aktor-aktor tersebut melakukan kegiatan guna mendukung perwujudan pembangunan perekonomian jangka panjang serta perubahan sosial. Bantuan pembangunan kemanusiaan terdiri atas dua tipe, yaitu bantuan pembangunan kemanusiaan berupa program-program
8 13 hak asasi manusia (human rights programs) dan berupa program-program penanggulangan bencana (disaster relief efforts) (Tisch dan Wallace, 1994). II.2.2 Konsep Peacebuilding Peran organisasi internasional sebagai agen pembangunan dan agen kemanusiaan sering dikaitkan dengan proses peacebuilding. Hal ini dikarenakan organisasi internasional memberikan bantuan kepada pemerintah negara bersangkutan untuk melakukan pemulihan kembali melalui pemberian bantuan pembangunan dan bantuan kemanusiaan. Menurut Buotros Buotros Ghali, peacebuilding merupakan serangkaian tindakan komprehensif untuk mengidentifikasi dan mendukung struktur-struktur untuk mengkonsolidasi perdamaian serta memajukan rasa percaya diri dan kemakmuran dalam masyarakat (UNPBF, 2015).Istilah peacebuilding kemudian berkembang mencakup pelaksanaan multi-dimensional dari pelucutan faksi-faksi perang menuju pembangunan kembali institusi politik, sosial, ekonomi, dan masyarakat sipil (United Nations, 2010). Peacebuilding memiliki tujuan untuk membantu proses pemulihan pasca konflik serta membangun perdamaian yang self-sustaining. Selain itu, peacebuilding juga bertujuan untuk menciptakan positive peace, suatu keadaan dimana terjadi keseimbangan sosial yang stabil dengan ketiadaan kekerasan dan perang guna mewujudkan perdamaian berkelanjutan. Peacebuildingtidak hanya dilakukan untuk menciptakan stabilitasi dan pemulihan pasca konflik, tetapi juga dengan membangun suatu lingkungan yang kondusif dalam upaya menghilangkan akar permasalahan konflik melalui pembangunan berkelanjutan (Narine, 2004).
9 14 Perwujudan perdamaian berkelanjutan melalui peacebuilding meliputi empat area penting antara lain: 1. Restorasi kemampuan negara dalam memberikan keamanan serta menjaga tatanan publik. 2. Penguatan terhadap penegakan hukum dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. 3. Mendukung perwujudan institusi-institusi politik dan proses partisipatif. 4. Mendukung pemulihan sosial dan ekonomi serta pembangunan, termasuk pemulangan kembali bagi mereka yang menjadi pengungsi akibat konflik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui socio-economic recovery untuk mendukung proses rekonsiliasi serta melibatkan partisipasi komunitas lokal dalam negara yang baru saja terlepas dari konflik guna mewujudkan perdamaian berkelanjutan (United Nations, 2008). II Socio-Economic Recovery Socio-Economic Recovery atau pemulihan sosial-ekonomi merupakan salah satu bentuk peacebuilding yang dilakukan di negara-negara yang baru saja terlepas dari konflik atau perang sipil. Socio-economic recovery menjadi salah satu bagian penting dari peacebuilding karena merupakan salah satu cara berupa proses pemulihan kembali untuk menciptakan penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pasca perang sipil berakhir. Hal ini ditujukan untuk mencegah timbulnya konflik baru dan perwujudan perdamaian berkelanjutan. Socioeconomic recovery juga menjadi salah satu upaya untuk mendukung
10 15 pembangunan sosial-ekonomi. Pembangunan sosial-ekonomi melibatkan penggunaan teknologi untuk meningkatkan produksi serta distribusi barang dan jasa termasuk juga peningkatan kemampuan individu dalam melakukan pengaturan perekonomian berkelanjutan, kualitas lingkungan, dan sistem politik. Tujuannya adalah untuk mendukung pembangunan sumber daya manusia,, memperkuat institusi, dan peningkatan kebijakan sosial serta makro-ekonomi (Tisch dan Wallace, 1994). Socio-economic recovery dan pembangunan menjadi sangat penting dalam perwujudan perdamaian berkelanjutan. Adapun yang termasuk dalam socio-economic recovery antara lain (UNDP, 2008): 1. Ketersediaan lapangan pekerjaan serta penciptaan penghidupan yang layak bagi masyarakat. Ketersediaan lapangan pekerjaan akan membantu dalam mengakomodir para korban perang serta warga sipil untuk mendorong perwujudan proses perdamaian. Ketersediaan lapangan pekerjaan dan penghidupan yang layak menjadi hal yang sangat penting ketika dimulainya proses pemulihan sosial-ekonomi. Kedua hal tersebut menjadi hal mendasar untuk membantu mempermudah warga masyarakat pasca perang sipil untuk memperbaiki kehidupan mereka. 2. Pemulihan perekonomian dan pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan perlu untuk dilakukan dengan tetap meminimalisasi kemungkinan munculnya konfik baru. 3. Manajemen sumber daya alam dilakukan untuk mewujudkan penggunaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan serta mendukung stabilitas, penghidupan yang layak, dan
11 16 pembangunan jangka panjang dalam suatu negara yang baru saja terlepas dari konflik atau perang sipil. Konsep peacebuilding digunakan oleh penulis dalam penelitian ini karena fokus penelitian adalah pasca perang sipil di Liberia. Pasca perang sipil merupakan suatu momentum untuk melakukan pembangunan bina damai (peacebuilding) di suatu negara. Sedangkan konsep socio-economic recovery digunakan oleh penulis untuk memfokuskan cakupan peacebuilding agar tidak terlalu luas. Selain itu, kondisi serta situasi di Liberia pasca perang sipil mendukung socio-economic recovery untuk dilakukan dalam melakukan pemulihan kembali bagi masyarakat.
PERAN UNDP DALAM SOCIO-ECONOMIC RECOVERY SEBAGAI BAGIAN PEACEBUILDING PASCA PERANG SIPIL DI LIBERIA TAHUN
PERAN UNDP DALAM SOCIO-ECONOMIC RECOVERY SEBAGAI BAGIAN PEACEBUILDING PASCA PERANG SIPIL DI LIBERIA TAHUN 2005-2011 Putu Odika Bayu Pratama, D.A. Wiwik Dharmiasih, Putu Titah Kawitri Resen Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan
BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan
Lebih terperincinegara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk
BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang serangan bom di kawasan Legian, Badung dan Renon, Denpasar. Peristiwa ledakan pertama kali terjadi di kawasan padat wisata,
Lebih terperinciBAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL
BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh: Putu Odika Bayu Pratama NIM:
PERAN UNITED NATIONS DEVELOPMENT PROGRAMME (UNDP) DALAM SOCIO-ECONOMIC RECOVERY SEBAGAI BAGIAN PEACEBUILDING PASCA PERANG SIPIL DI LIBERIA TAHUN 2005-2011 SKRIPSI Disusun Oleh: Putu Odika Bayu Pratama
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA ANTI KORUPSI, 2003) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciOutline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs
Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan
Lebih terperinciKesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan
Kesimpulan Diskusi Oleh: [Kelompok 3] Aspek-Aspek Sosial Konflik dan Kerentanan Latar Belakang Masalah Implementasi kebijakan tidak pro rakyat Kerentanan terhadap pluralisme budaya dan sentimen agama Penguasaan
Lebih terperinciinternasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan
BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciPembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB)
Pembangunan dan Perdamaian Berkelanjutan (PPB) Menuju Dialog Pembangunan untuk Perdamaian 1 Proses PPB: Tinjauan (1) Prakarsa bersama Pemerintah Indonesia, UNDP dan Pemerintah Inggris (DFiD). Dilaksanakan
Lebih terperinciSTATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN
STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciPresented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian
Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
Lebih terperinciKepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act
Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciPendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian
Pendekatan Peka Konflik (Conflict Sensitive Approach) Pendekatan Pembangunan Peka Konflik (Conflict Sensitive Development) Pengarusutamaan Perdamaian (Peace Mainstreaming) Dinamika Pembangunan di Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NON PEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas
Lebih terperinciBidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi
Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju
Lebih terperinciSAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN LOKAKARYA KLASTER NASIONAL KESEHATAN Jakarta, 2 Oktober 2014
SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN LOKAKARYA KLASTER NASIONAL KESEHATAN Jakarta, 2 Oktober 2014 Yang terhormat, 1. Para Pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, 2. Para Pejabat di lingkup
Lebih terperinciJURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA
UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciKETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN
KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PERAN SERTA LEMBAGA INTERNASIONAL DAN LEMBAGA ASING NONPEMERINTAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciDEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA
DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multilateral yang mempunyai peran dalam mendukung negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah United Nations Development Programme (UNDP) merupakan organisasi multilateral yang mempunyai peran dalam mendukung negara-negara berkembang mengembangkan kapasitas
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN TUGAS BANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BENCANA ALAM, PENGUNGSIAN DAN BANTUAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
Lebih terperinciPROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA
PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang rawan terjadi bencana alam. Bencana gempa bumi dan Tsunami Aceh pada tahun 2004 merupakan salah satu bencana terbesar yang terjadi di Indonesia.
Lebih terperinciPidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN
Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN Rabu, 05 Oktober 2011 PIDATO PENUTUPAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DR. R.M.
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN MASYARAKAT DAN PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KESRA. Pekerja Migran. Pelindungan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 242) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciSejarah AusAID di Indonesia
Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciPRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21, yang dideklarasikan pada Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, atau KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil; merupakan cetak biru
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun 2000. Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciDiadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH
Deklarasi Hak dan Kewajiban Individu, Kelompok dan Badan-badan Masyarakat untuk Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Dasar yang Diakui secara Universal Diadopsi oleh resolusi Majelis
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional,
BAB IV KESIMPULAN Jepang sudah lama memiliki peran penting di dalam masyarakat internasional, khususnya dalam pembangunan negara-negara berkembang melalui pemberian ODA. Kebijakan ODA Jepang ini sangat
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 33 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinciPengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni
Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam
Lebih terperinciBONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK. Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013
BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI ANCAMAN KONFLIK Disusun sebagai Karya Esai Kritis Limas 2015 Oleh: Elsa Safira Hestriana Ilmu Hubungan Internasional 2013 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU PUITIK UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA
Lebih terperinciBercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia
Dipresentasikan pada The Indonesian Forum seri 3 The Indonesian Institute. Kamis, 3 Maret 2011 Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia Ir.
Lebih terperinciPekerjaan Sosial PB :
Pekerjaan Sosial PB : Suatu bidang praktik profesi pekerjaan sosial dimana Peksos menggunakan keahlian khusus untuk membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melaksanakan peran sosial mereka
Lebih terperinciMENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL
MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta.
No.1602, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Masyarakat. Penanggulangan Bencana. Peran Serta. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT
Lebih terperinciKERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN
LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA
PENERAPAN KERANGKA KERJA BERSAMA SEKOLAH AMAN ASEAN UNTUK PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ida Ngurah Plan International Indonesia Ida.Ngurah@plan-international.org Konteks Bencana dan Dampak Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL
PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL 1 tahun ~ pemberian izin masuk kembali bagi pemegang izin tinggal terbatas pemberian izin masuk kembali untuk beberapa kali perjalanan bagi pemegang izin tinggal
Lebih terperinciPROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf
PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL Oleh: Al Araf WHAT IS SECURITY? 1. Security = Securus (Latin) = terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan, terbebas dari ancaman. 2. Dua Pendekatan: a) Traditional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, kejadian bencana di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun waktu 1 abad (1900-2012), tercatat lebih dari 212,000 orang meninggal, lebih
Lebih terperinciPost Conflict Need Assessment (PCNA)
Post Conflict Need Assessment (PCNA) ABDUL CHARIS Direktorat Penanganan Daerah Paska Konflik Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Yogyakarta, 20 Juli 2017 Pengantar Penanganan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI
Lebih terperinciMENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015)
MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015) Oleh: Sudirman (Rektor UHT) KATA KUNCI: 1.NEGARA KEPULAUAN
Lebih terperinciPress Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda
Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL Jakarta, 16 Oktober 2012 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEAMANAN NASIONAL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development
BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara
Lebih terperinciSAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017
SAMBUTAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI CEO FORUM 2017 SHARING OF SUCCESS STORIES: EXPERIENCES & BEST PRACTISES JAKARTA, 28 SEPTEMBER 2017 Yth. Dirjen Kerja Sama ASEAN selaku Koordinator Sekretariat Nasional
Lebih terperinciMobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita
Mobilisasi Sumber Daya untuk Transformasi Sosial: Tantangan Kita Kamala Chandrakirana Seminar Nasional Program Studi Kajian Gender UI Depok, 11 Februari 2015 Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciKOMENTAR UMUM 4 Hak atas Tempat Tinggal yang Layak (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya)
1 KOMENTAR UMUM 4 Hak atas Tempat Tinggal yang Layak (Pasal 11 [1] Perjanjian Internasional atas Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) 1. Menurut pasal 11 (1) Perjanjian, Negara "mengenali hak setiap orang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. OKI dan Kawasan Afrika sub-sahara Sumber : www.sesric.org (Economic Cooperation and Development Review, 2014) Gambar 4.1 Peta Negara Anggota OKI Organisasi Kerjasama Islam (OKI)
Lebih terperinciPidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011
Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.
Lebih terperinciMAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa International Committee of the Red Cross (ICRC) dalam usahanya menegakkan Hukum Humaniter
Lebih terperinciRESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO
RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO Membangun kembali fundamental ekonomi yang sehat dan mantap demi meningkatkan pertumbuhan, memperluas pemerataan,
Lebih terperinciKERENTANAN (VULNERABILITY)
DISASTER TERMS BENCANA (DISASTER) BAHAYA (HAZARD) KERENTANAN (VULNERABILITY) KAPASITAS (CAPACITY) RISIKO (RISK) PENGKAJIAN RISIKO (RISK ASSESSMENT) PENGURANGAN RISIKO BENCANA (DISASTER RISK REDUCTION)
Lebih terperinciPENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA
PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam
Lebih terperinci