BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Thailand merupakan satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah. Meskipun demikian, negara ini tidak luput dari permasalahan konflik dalam wilayahnya. Konflik yang terjadi adalah konflik antara Pemerintah Thailand dengan kaum minoritas yaitu etnis Muslim Melayu. Konflik yang terjadi telah berlangsung sejak awal tahun 1990-an dan hingga kini masih belum menemukan titik temu ini terjadi karena etnis Muslim Melayu menuntut akan kemerdekaan dan berusaha melepaskan diri dari wilayah dan pemerintahan Thailand. Konflik berawal dari aksi protes yang dilakukan Etnis Muslim Melayu terhadap Pemerintah Thailand. Mereka menganggap kebijakan - kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Thailand tidak memihak dan diskriminatif terhadap mereka. Aksi protes tersebut dilakukan dengan melakukan pemberontakan di sejumlah wilayah. Mobilisasi massa dan pemberontakan yang dilakukan etnis Muslim Melayu terjadi karena adanya kecemasan akan keberlangsungan etnis dan identitas mereka. Pemberontakan yang terjadi 1

2 mulai dari aksi yang kecil hingga aksi yang besar dan terorganisir. Aksi ini mereka lakukan adalah untuk mencari simpati dan dukungan internasional. Mereka berharap dengan adanya dukungan dari dunia internasional, aspirasi mereka dapat lebih didengar dan mendapatkan jaminan perlindungan. Namun seiring waktu berjalan, aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat etnis Muslim Melayu tidak lagi bertujuan untuk mencari simpati dan dukungan internasional, namun berkembang menjadi keinginan untuk mendirikan pemerintahan sendiri. (Yuniarto, 2004;166). Pemberontakan untuk menuntut kemerdekaan etnis Muslim Melayu yang terjadi di Thailand dalam Liow (2006), dilakukan oleh organisasiorganisasi seperti BRN- C (Barisan Revolusi Nasional Coordinate), PULO (Pattani United Liberation Organization), dan GMIP (Gerakan Mujahideen Islam Pattani). Ketiga organisasi ini merupakan kelompok etnonasionalis yang menuntut akan kemerdekaan yang dipayungi dan dikoordinasi satu organisasi besar dalam tiap gerakan dan pemberontakan yang dilakukannya, organisasi tersebut adalah Bersatu. Organisasi ini melakukan aksinya dengan melakukan pengrusakan terhadap pos polisi, militer dan infrastruktur pemerintahan yang lain. Ketegangan terjadi hampir di seluruh wilayah Thailand Selatan. Adanya organisasi-organisasi tersebut berpengaruh besar pada gerakan pemberontakan yang terjadi di Thailand Selatan. Serangan serangan yang 2

3 dilancarkan kepada pemerintah Thailand semakin gencar dilakukan, serangan yang terjadi juga semakin terarah dan terkoordinasi. Di tahun 2004 saja telah terjadi ratusan aksi protes dan pengrusakan yang dilakukan oleh masyarakat etnis Muslim Melayu ini (Thnaprarnsing, 2009:1). Kekerasan yang terjadi di wilayah Thailand Selatan kemudian berkembang dan semakin meluas. Para pemberontak tidak hanya menyerang aparat negara dan sarana pemerintah saja, namun mulai melakukan serangan dan pengeboman di kawasan publik dan mengakibatkan jatuhnya korban dari masyarakat sipil. Serangan yang terjadi meliputi serangan terhadap sekolah sekolah, pasar, maupun stasiun dan terminal. Serangan serangan ini menimbulkan korban jiwa 64 guru dan terbakarnya 72 sekolah (Storey, 2007:4). Serangan yang dilakukan menargetkan kawasan yang ramai penduduk atau merupakan daerah yang ramai dikunjungi seperti pasar dan lain sebagainya. Serangan yang terjadi dilakukan dengan melakukan penembakan secara membabi buta. Hal ini dilakukan untuk menambah korban jiwa dari pihak sipil yang mereka anggap berpihak kepada Pemerintah Thailand. Terhitung serangan dari kaum militan terjadi di 11 lokasi berbeda di Thailand Selatan dan 106 jiwa menjadi korban di awal tahun 2004 dan hingga pertengahan tahun 2005 didaerah konflik seperti Yala, Narathiwat dan Patani telah memakan korban jiwa sebanyak 3500 jiwa (McCargo, 2010:75). 3

4 Aksi pemberontakan yang dilakukan dengan jalan kekerasan oleh etnis Muslim Melayu ini telah menimbulkan keresahan dan teror bagi masyarakat Thailand Selatan yang lain. Sehingga Pemerintah Thailand merasa perlu melakukan tindakan untuk merespon gerakan pemberontakan yang terjadi di wilayahnya. Maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian mengenai tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan tahun karena pada tahun tersebut terjadi eskalasi jumlah kekerasan di Thailand Selatan, dan ribuan jiwa melayang akibat konflik antara Pemerintah Thailand dengan kaum etnonasionalis Muslim Melayu ini (Manmuang, 2013:2). I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah bagaimana tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalisme di Thailand Selatan tahun

5 I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, yaitu membahas mengenai tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalisme di Thailand Selatan tahun I.4. Manfaat Penelitian a) Penelitian ini bermanfaat bagi pengamat konflik, pemerintah maupun institusi non-pemerintah dalam pemahaman lebih lanjut mengenai tindakan suatu negara dalam merespon gerakan etnonasionalis yang terjadi di wilayahnya untuk mempertahankan keamanan nasionalnya. b) Penelitian ini juga bermanfaat bagi kalangan akademisi maupun mahasiswa sebagai referensi tambahan terutama mengenai tindakan suatu negara dalam merespon gerakan etnonasionalis demi mempertahankan keamanan nasionalnya. I.5. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan adalah untuk mengetahui beberapa kajian dan pembahasan maupun penelitian yang pernah dilakukan baik secara umum maupun secara khusus dengan judul penelitian yang dilakukan penulis. Tinjauan pustaka dapat berupa jurnal maupun skripsi. Tinjauan pustaka 5

6 kemudian akan digunakan untuk melengkapi data maupun konsep untuk lebih menyempurnakan penelitian yang dilakukan. Sehingga penelitian-penelitian yang ada akan saling melengkapi dan berkaitan satu sama lain. Konflik yang terjadi di Thailand Selatan yang berlangsung sejak awal tahun 1990-an ini sudah banyak menyita perhatian dari dunia internasional. Banyak peneliti yang menulis mengenai konflik yang terjadi di Thailand ini. Mereka menggali dan memaparkan informasi-informasi hasil penelitian mereka mengenai sebab terjadinya konflik, aktor - aktor yang terlibat dalam konflik hingga alternatif penyelesaian konflik yang terjadi. Berikut merupakan beberapa penelitian mengenai konflik di Thailand Selatan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Penelitian pertama yang digunakan sebagai kajian pustaka adalah penelitian yang dilakukan Paulus Rudolf Yuniarto pada tahun Penelitiannya berjudul "Minoritas Muslim Thailand: Asimilasi, Perlawanan Budaya, dan Akar Gerakan Separatisme" yang dimuat dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume VII No.1 tahun Penelitian ini menjadi salah satu kajian karena Yuniarto (2005) membahas mengenai identitas Muslim Melayu serta faktor - faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik di Thailand Selatan. Yuniarto (2005) secara jelas mendeskripsikan sejarah etnis Muslim Melayu dan masalah yang dialami oleh Muslim Melayu yang menjadi kaum minoritas setelah menjadi bagian dari pemerintahan Thailand. Salah satu masalah yang dialami etnis ini adalah adanya asimilasi 6

7 budaya yang dilakukan oleh Pemerintah Thailand sebagai langkah melakukan kebijakan integrasi nasional. Kebijakan-kebijakan asimilasi Pemerintah Thailand dinilai semakin menyudutkan posisi kaum Muslim Melayu sebagai etnis minoritas. Keadaan ini yang kemudian memaksa Muslim Melayu melakukan gerakan pemberontakan kepada pemerintah untuk menuntut kemerdekaan. Kajian kedua yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan Thnaprarnsing pada tahun 2009 yang berjudul Solving the Conflict in Southern Thailand. Dalam penelitiannya Thnaprarnsing (2009) menulis mengenai identitas etnis Muslim Melayu, serta faktor - faktor yang menjadi melatar belakang etnis ini melakukan gerakan pemberontakan terhadap Pemerintah Thailand. Thnaprarnsing (2009) juga memberikan analisa mengenai resolusi alternatif dan strategi kebijakan yang mungkin mampu menyelesaikan konflik yang terjadi di Thailand Selatan ini. Kajian terakhir yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan oleh Che Mohd Aziz Yacoob pada tahun Penelitiannya berjudul "Isu dan Penyelesaian: Konflik Pemisah di Thailand Selatan" yang terbit pada tahun Penelitian ini menjadi salah satu kajian pustaka yang digunakan penulis karena pada penelitian ini Yacoob (2011) membahas mengenai sebab-sebab terjadinya konflik yang terjadi di Thailand Selatan, membahas etnis Muslim Melayu, dan membahas mengenai pendekatan pendekatan yang dilakukan Pemerintah Thailand dalam upayanya menangani konflik di Thailand Selatan. 7

8 Yacoob (2011) mendeskripsikan bagaimana pendekatan yang dilakukan pemerintah Thailand tidak mengurai masalah namun menimbulkan isu - isu baru. Dari uraian beberapa kajian penelitian diatas, belum ada yang membahas khusus tentang tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan. Adapun penelitian yang dilakukan Che Mohd Aziz Yacoob (2011) terbatas pada timbulnya isu baru akibat kebijakan Pemerintah Thailand tanpa membahas kebijakan apa yang dilakukan. Dengan demikian penelitian yang penulis lakukan akan berbeda. Dalam penelitian ini, penulis akan membahas secara deskriptif mengenai tindakan yang dilakukan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalisyang terjadi di Thailand Selatan tahun 2004 hingga 2006 yang mampu mengancam keamanan nasional negaranya. I.6. Kerangka Konsep Penulis dalam membahas masalah penelitian ini menggunakan beberapa konsep yang mana konsep tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut: 1) Konsep Etnonasioalisme Etnonasionalisme menurut Gurr (1994) dapat didefinisikan sebagai suatu etnis yang memiliki suatu rasa persaudaraan serta solidaritas yang erat 8

9 dan menempati suatu wilayah tertentu secara berkelompok. Etnonasionalisme ini memiliki tujuan untuk memperoleh suatu otonomi atas masa depan kelompok mereka. Biasanya kaum etnonasionalisme ini merupakan suatu etnis yang sebelumnya merupakan suatu etnis yang berdaulat dan karena faktor tertentu, kedaulatan mereka hilang dan terpaksa menjadi bagian dari pemerintahan kelompok lain. Senada dengan pengertian oleh Gurr diatas, etnonasionalisme menurut Leslie dalam Hermaswangi (2008) adalah suatu kebudayaan yang mencakup pencapaian artistik, alat dan gaya dalam menyatakan diri, serta seluruh aspek sistem nilai sosial agama yang mendefinisikan suatu komunitas yang menimbulkan suatu bentuk rasa solidaritas atau rasa komunitas yang merujuk kepada perasaan subyektif untuk memisahkan diri dari kelompok lain atau kelompok tertentu dalam suatu komunitas yang lebih besar. Sedangkan menurut Mardiansyah (2001) etnonasionalisme merupakan paham kebangsaan dengan sentimen etnis, baik itu agama, suku maupun ras sebagai landasannya. Apa yang tadinya bernama etnisitas atau pun semangat etnosentrisme ingin diwujudkan ke dalam suatu entitas politik yang bernama negara bangsa (nation state). Ada usaha homogenisasi pengertian bangsa dalam hal ini, yaitu pengertian bangsa lebih diperkecil kepada ikatan perasaan sesuku yang ditandai dengan kesamaan bahasa, budaya atau kesetiaan pada suatu teritorialitas tertentu. Etnonasionalisme seringkali disebut dengan istilah gerakan nasionalis. Dari sudut pandang etnis yang eksis di suatu negara, 9

10 konsensus gerakan etnonasionalisme ini secara fundamental terletak pada masalah politik dan emosional daripada ekonomi serta dipandang pula gerakan yang melibatkan massa. Dalam etnonasionalisme terdapat suatu keinginan untuk membangun masa depan bersama dengan penduduk yang mendiami suatu wilayah tertentu yang dirasakan memiliki suatu rasa persaudaraan yang erat dalam hal ekonomi, politik serta kultural. Namun yang kemudian menjadi masalah adalah rasa nasionalisme yang timbul tersebut tidak lagi dalam konteks nation state yang lebih luas, walaupun secara yuridis konstitusional wilayah tempat mereka tinggal merupakan bagian dari negara tersebut. Sehingga etnonasionalisme ini dapat pula dipandang sebagai penggambaran dari suatu etnis atau kelompok yang kehilangan loyalitasnya terhadap suatu kesepakatan terhadap ikatan yang lebih besar, atau negara itu sendiri. Penyebab timbulnya keinginan dari suatu etnis ini untuk keluar atau melepaskan diri dari suatu komunitas yang lebih besar yang dalam konteks ini adalah negara, tidak terlepas dari sifat dasar manusia akan suatu keinginan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Manusia secara psikologis, orang atau sekelompok orang memiliki ketertarikan masuk kedalam kelompok lain karena beberapa faktor, pertama yaitu adanya kesamaan. Kedua adanya perasaan memiliki kesamaan nasib. Ketiga adanya kedekatan dalam hal fisik maupun psikologis. Keempat adanya perasaan akan memiliki musuh yang sama. Terakhir adalah motif-motif seperti keuntungan bersama serta memiliki 10

11 tujuan yang sama. Sehingga apabila salah satu dari kelima faktor tersebut tidak terpenuhi, suatu kelompok orang atau etnis memiliki kemungkinan untuk melepaskan diri dari komunitas atau kelompok lain (Mardiansyah, 2001:302). Dalam konteks penelitian ini, etnis Muslim Melayu tergolong dalam kelompok etnonasionalis karena etnis ini merupakan suatu kelompok orang yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi sebagai etnis keturunan Melayu yang mendiami suatu wilayah tertentu dalam wilayah Negara Thailand, yaitu di kawasan Thailand Selatan. Etnis Muslim Melayu ini melakukan pemberontakan terhadap Pemerintah Thailand dan menuntut atas kemerdekaan mereka sendiri. Pemberontakan ini dilakukan etnis Muslim Melayu dengan melakukan mobilisasi massa karena adanya persamaan perasaan akan diskriminasi yang diterima dan ketidak cocokan lagi antara cara hidup etnis mereka dengan etnis Thai sebagai etnis yang berkuasa. Konsep etnonasionalisme ini digunakan dalam penelitian ini adalah untuk membantu penulis untuk menjelaskan dan menganalisa jenis pemberontakan yang dilakukan oleh etnis Muslim Melayu di Thailand. 2) Konsep Tindakan Koersif Tindakan koersif seperti yang dikatakan Byman dan Waxman (2000) adalah digunakannya suatu tekanan atau ancaman serta pemaksaan secara fisik terhadap lawannya berkonflik, sehingga akan bersikap melunak dan 11

12 mengurangi tuntutannya. Senada dengan pernyataan diatas, Bartos dan Wehr dalam Susan (2010) mengatakan bahwa tindakan koersif merupakan suatu tindakan sosial yang bersifat memaksa seseorang yang menjadi lawannya dalam berkonflik untuk melakukan sesuatu sesuai keinginannya. Bartos dan Wehr (2010) membagi tindakan koersif menjadi dua, yaitu actual coercion (koersi nyata) dan threat coercion (koersi ancaman). Koersi nyata adalah suatu tindakan koersi yang dilakukan dengan memberikan dampak langsung pada lawan konfliknya, seperti membunuh dan melukai. Sedangkan koersi ancaman adalah tindakan koersi yang dilakukan dengan memberikan dampak tidak langsung (psikis) pada lawan konfliknya. Tindakan koersif ini biasanya dilakukan oleh pihak yang memiliki kekuatan dominan dalam konflik. Mereka akan melakukan tindakan-tindakan fisik maupun teror untuk memberikan ketakutan dan beban mental bagi lawan konfliknya. Sehingga mereka akan menjadi dan merasa lebih lemah, rapuh dan rentan. Sugeng (2009) mengatakan tindakan koersif merupakan suatu tindakan yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik dengan menggunakan paksaan fisik maupun psikis. Pernyataan Sugeng diatas senada dengan pernyataan Rauf dalam Fatmawati (2011), yang mengatakan tindakan koersif dilakukan adalah untuk mengurangi perbedaan pendapat yang terjadi antara pihak-pihak yang berkonflik karena tekanan-tekanan yang diberikan baik tekanan secara fisik dan mental, yang nantinya akan mempengaruhi tingkah lakunya. 12

13 Jika dalam konteks penelitian ini, menurut Gurr dan Harf (1994) penggunaan tindakan koersif merupakan salah satu cara dari suatu negara dalam mengatasi gerakan pemberontakan yang ada diwilayahnya. Ada dua cara suatu negara merespon gerakan pemberontakan di wilayahnya, pertama adalah dengan cara memberikan tekanan (suppression), dan yang kedua adalah referendum. Tindakan koersif adalah tindakan yang termasuk dalam cara pertama.tindakan koersif dilakukan oleh suatu pemerintahan untuk menekan kaum pemberontak agar tunduk dan mengurangi tuntutan atau bahkan menghilangkan tuntutan itu sama sekali. Konsep tindakan koersif dalam penelitian ini digunakan adalah untuk menjelaskan pengertian mengenai tindakan koersif serta tindakan-tindakan yang dilakukan suatu negara dalam menanggapi ancaman-ancaman terhadap kedaulatan wilayahnya, yang dalam penelitian ini adalah pemberontakan separatisme dari kelompok etnonasionalisme. I.7. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Moelong (2000), penelitian kualitatif deskriptif merupakan suatu penelitian yang nantinya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari narasumber maupun 13

14 perilaku orang-orang yang dapat diamati. Mengambil data dapat dilakukan dengan wawancara ataupun studi dokumen. Data ini kemudian akan diolah dengan teori atau konsep yang digunakan sebagai landasan hingga menghasilkan suatu data baru. Dengan adanya data baru, akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalisme di Thailand Selatan. Penulis memilih konflik di Thailand untuk diteliti karena konflik yang terjadi di antara Pemerintah Thailand dengan etnis Muslim Melayu ini telah berlangsung dari abad ke-19 dan semakin parah pada tahun 2000-an. Konflik yang berkepanjangan ini terjadi karena isu yang melatar belakangi konflik tidak pernah mendapatkan penyelesaian atau jalan tengah. Untuk membatasi ruang lingkup penelitian, penulis mengambil rentang waktu 3 tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2006, karena dalam rentang tahun tersebut konflik semakin meruncing dengan semakin banyaknya kekerasan. Pada tahun - tahun tersebut juga pemerintah Thailand gencar mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam merespon gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalis yang terjadi dalam kisaran tahun 2004 hingga 2006 di Thailand Selatan. Data yang digunakan untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian didapat dari studi dokumen berupa buku, jurnal, 14

15 website-website resmi dan maupun berita-berita dari media elektronik yang berkaitan dengan tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan tahun 2004 sampai I.8. Sistematika Penulisan Dalam Bab I menjelaskan mengenai latar belakang dari judul yang diangkat, permasalahan penelitian yang diangkat, dan tujuan maupun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Tinjauan pustaka yang dipergunakan diperoleh dari penelitian yang telah digunakan sebelumnya dan konsep tentang etnonasionalisme serta konsep mengenai tindakan koersif dijelaskan pada bab ini. Dalam bab I ini juga mencantumkan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat serta sistematika penulisan yang digunakan. Gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan ini dibahas pada Bab II. Bab ini menjelaskan mengenai identitas etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan, faktor faktor yang menjadi latar belakang terjadinya gerakan etnonasionalis oleh etnis Muslim Melayu, dan menjelaskan siapa saja aktor aktor yang terlibat dalam gerakan etonasionalisme yang terjadi di Thailand Selatan. 15

16 Pada bab III menjelaskan mengenai gambaran umum kekerasan dan konflik yang terjadi di Thailand Selatan, serta menjelaskan permasalahan penelitian tentang tindakan Pemerintah Thailand dalam merespon gerakan etnonasionalis di Thailand Selatan tahun 2004 hingga tahun 2006 yang diperoleh dari data-data yang berhasil dikumpulkan. penelitian ini. Pada bab terakhir, bab IV memuat kesimpulan dan saran terkait 16

Tindakan Pemerintah Thailand Dalam Merespons Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Tahun

Tindakan Pemerintah Thailand Dalam Merespons Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Tahun Tindakan Pemerintah Thailand Dalam Merespons Gerakan Etnonasionalisme di Thailand Selatan Tahun 2004 2006. Gede Richard Pramudita, Idin Fasisaka, Putu Titah Kawatri Resen. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan

BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan BAB II GERAKAN ETNONASIONALISME DI THAILAND SELATAN II.1. Sejarah Singkat Etnis Muslim Melayu di Thailand Selatan Thailand merupakan negara dengan penduduk mayoritas etnis Thai. Namun berbeda halnya dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan

PENDAHULUAN. baru dalam dunia internasional. Dewasa ini fenomena-fenomena. maupun yang terjadi dalam negara. Konflik dalam negara dapat dikategorikan 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara negara merupakan hubungan yang paling tua dalam studi hubungan internasional, dimana hubungan internasional terus berkembang seiring berjalannya perubahan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK SEPARATIS DI THAILAND SELATAN

BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK SEPARATIS DI THAILAND SELATAN BAB II SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK SEPARATIS DI THAILAND SELATAN Konflik wilayah selatan Thailand yang dihuni oleh mayoritas etnis melayu disebabkan karena ketidakpuasan dari penduduk lokal dan banyaknya

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pertanyaan penelitian pada Bab I penelitian ini dan dihubungkan dengan kerangka pemikiran yang ada, maka kesimpulan yang diambil dari penelitian ini

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI Disusun Oleh: TRI SARWINI 151070012 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi dan kemajuan teknologi yang terjadi dewasa ini telah menimbulkan dampak yang luas terhadap berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan masyarakat semakin meresahkan. Dalam menyelesaikan suatu konflik atau permasalahan disertai dengan tindakan kekerasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

BAB III TIMBULNYA GERAKAN PEMBEBASAN ISLAM. Pattani Raya. Sementara mereka semua mengejar tujuan akhir yang sama, yakni

BAB III TIMBULNYA GERAKAN PEMBEBASAN ISLAM. Pattani Raya. Sementara mereka semua mengejar tujuan akhir yang sama, yakni 48 BAB III TIMBULNYA GERAKAN PEMBEBASAN ISLAM Dewasa ini terdapat tiga gerakan separatis utama yang beroperasi di daerah Pattani Raya. Sementara mereka semua mengejar tujuan akhir yang sama, yakni pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. satu pemicu konflik. Sebelum Yaman Unifikasi mereka terbelah menjadi dua

BAB V KESIMPULAN. satu pemicu konflik. Sebelum Yaman Unifikasi mereka terbelah menjadi dua BAB V KESIMPULAN Yaman merupakan sebuah negara yang terletak di jazirah arab dengan segala sumberdayanya yang melimpah. Namun hal itu tidak dapat membuat Yaman menjadi negara maju, bahkan melah menjadikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang telah menjadi perhatian serius oleh pemerintah pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. ditentukan. Pemimpin dan kepemimpinan masa depan, erat kaitannya dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan 11 September pada tahun 2001 telah memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana serangan teroris tertentu telah

Lebih terperinci

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA

BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA BAB III PROBLEMATIKA KEMANUSIAAN DI PALESTINA Pada bab ini penulis akan bercerita tentang bagaimana sejarah konflik antara Palestina dan Israel dan dampak yang terjadi pada warga Palestina akibat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks

BAB I PENDAHULUAN. Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG Membangun Nasionalisme kebangsaan tidak bisa dilepas pisaahkan dari konteks wawasan kebangsaan yang merupakan pandangan seorang warga negera tentang negaranya, dan pembentukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pembahasan dari bab ini adalah kesimpulan dan saran yang merujuk pada jawaban-jawaban permasalahan penelitian yang telah dikaji. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya mengenai Kontroversi Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak.

INTISARI. Kata kunci : Organisasi, Kelembagaan, Kapasitas Kelembagaan, Perlindungan Perempuan dan Anak. INTISARI Sebagai respon terhadap tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendirikan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan Anak (P2TPA) Rekso

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu Etnisitas adalah isu yang sangat rentan menjadi komoditi politik pada setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja dimobilisasi dan dimanipulasi

Lebih terperinci

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 4919 DISKRIMINASI.Ras dan Etnis. Penghapusan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 170) PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU)

MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU) MATA KULIAH CIRI UNIVERSITAS (MKCU) MATA KULIAH ETIKA BERWARGA NEGARA BAGIAN 1 NEGARA DAN SISTEM PEMERINTAHAN Oleh: DADAN ANUGRAH, M.Si. UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 BAGIAN 1 NEGARA DAN SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat

BAB I PENDAHULUAN. perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kongres Rakyat Papua III yang baru-baru ini terjadi mendapat perhatian besar oleh media massa. Hal ini karena kasus kekerasan oleh aparat negara kembali terjadi dan

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. digencarkan Amerika Serikat. Begitupula konflik yang terjadi di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan mengenai hak-hak dan perlakuan terhadap tawanan perang telah dimulai lebih dari satu abad yang lalu dan saat ini pun sedang menjadi isu hangat pasca dikobarkannya

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian

Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian Lampiran 1. Denah Lokasi Penelitian 117 118 Tabel 2. Tabel Kebutuhan Data No Kebutuhan Data/ Informasi Sumber Data/Informasi Teknik Pengumpulan Data 1. Profil dan Sejarah lokasi a) Administrasi Geografis

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata. 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah lebih dari satu dasawarsa reformasi dijalani bangsa Indonesia kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara cenderung mengalami kemunduran kualitas, meskipun sistem

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keprihatinan bersama. Sampai dengan saat ini, tercatat beberapa kasus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keprihatinan bersama. Sampai dengan saat ini, tercatat beberapa kasus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Studi ini menjelaskan tentang Nasionalisme Papua dalam bendera Bintang Kejora, Burung Mambruk, dan lagu Hai Tanahku Papua. Berbagai polemik yang berkaitan dengan ideologi

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi

Lebih terperinci

Negara Jangan Cuci Tangan

Negara Jangan Cuci Tangan Negara Jangan Cuci Tangan Ariel Heryanto, CNN Indonesia http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160426085258-21-126499/negara-jangan-cuci-tangan/ Selasa, 26/04/2016 08:53 WIB Ilustrasi. (CNN Indonesia)

Lebih terperinci

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya. BAB V KESIMPULAN Keadaan umum Kebumen pada masa kemerdekaan tidak jauh berbeda dengan wilayah lain di Indonesia. Konflik atau pertempuran yang terjadi selama masa Perang Kemerdekaan, terjadi juga di Kebumen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami skripsi ini, maka secara singkat terlebih dahulu penulis akan menguraikan dan menjelaskan istilah-istilah dari

Lebih terperinci

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun

Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun Peranan hamas dalam konflik palestina israel tahun 1967 1972 Oleh: Ida Fitrianingrum K4400026 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut.

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah saat ini merupakan ruang otonom 1 dimana terdapat tarik-menarik antara berbagai kepentingan yang ada. Undang-Undang Otonomi Daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi ini bertujuan untuk melihat apa yang bisa menjadi penyebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bangsa Skotlandia untuk mendukung tuntutan pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Kasus separatisme di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang mengancam integritas Negara Kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok anak punk oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai kelompok yang meresahkan serta mengganggu ketertiban umum. Di setiap sudut kota sering pula kita

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah 1 BAB I PNDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemerdekaan Indonesia diperoleh dengan perjuangan yang tidak mudah. Perjuangan tersebut lebih dikenal dengan sebutan revolusi nasional Indonesia. Revolusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL

LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL LAPORAN ANALISIS PERDAMAIAN-PEMBANGUNAN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR: PROMOSI PERDAMAIAN BERKESINAMBUNGAN DAN PEMBANGUNAN MANUSIA SECARA ADIL Studi ini bertujuan meneliti penyebab dan dampak konflik antara

Lebih terperinci

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA A. Abstrak Negara Indonesia kian terancam karena efek pemikiran ideologi orang luar yang ditelan mentah-mentah tanpa adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu.

BAB I PENDAHULUAN. harmoni kehidupan umat beragama di Indonesia. 1. Syiah di Sampang pada tahun 2012 yang lalu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tanggal 30 Mei 2013, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendapatkan penghargaan World Statesman Award dari Appeal of Conscience Foundation yang berkedudukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pembahasan mengenai anak merupakan suatu kajian yang sedang banyak dibicarakan, baik di lingkungan masyarakat maupun di berbagai media massa. Pembahasan

Lebih terperinci

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Bahwa elitlah yang menjadi motor utama dalam semua aktivitas politik dibmr adalah benar adanya. Wacana pemekaran untuk kesejahteraan telah membawa masyarakat ikut mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terorisme di dunia bukanlah merupakan hal baru, namun menjadi aktual terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN Disampaikan pada acara Workshop E-Learning. Oleh : Tatik Rohmawati,S.IP. Staf Dosen Prodi Ilmu Pemerintahan 1 15 Desember 2007 GLOBALISASI Kata "globalisasi" diambil dari kata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya

Lebih terperinci

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017 Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017 Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk

4.2.Upaya Penyelesaian Konflik antara Pemerintah dengan Bangsamoro Faktor Pendorong Moro Islamic Liberation Front (MILF) untuk DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Halaman Pernyataan... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi Bab I Pendahuluan... 1 1.1.Latar Belakang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI Antonio Prajasto Roichatul Aswidah Indonesia telah mengalami proses demokrasi lebih dari satu dekade terhitung sejak mundurnya Soeharto pada 1998. Kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

Vonis Ahok, kampanye anti-cina, dan trauma 98

Vonis Ahok, kampanye anti-cina, dan trauma 98 11 May 2017 Vonis Ahok, kampanye anti-cina, dan trauma 98 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39871159 Hak atas fotoafp/bay ISMOYOImage captionseorang warga Indonesia etnis Cina menyatakan simpatinya

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah.

Kaum Muslim Myanmar merupakan 4 persen total populasi 60 juta, menurut sensus pemerintah. Biksu Buddha Saydaw Wirathu, yang dikenal sebagai bin Laden dari Myanmar, telah menyerukan untuk memboikot secara nasional bisnis kaum Muslim di Myanmar Belum kering air mata warga Rohingya yang dianiaya

Lebih terperinci

Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan

Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan Problem Papua dan Rapuhnya Relasi Kebangsaan http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160906163356-21-156465/problem-papua-dan-rapuhnya-relasi-kebangsaan/ Arie Ruhyanto, CNN Indonesia Kamis, 15/09/2016 08:24

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 2 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Alasan paling mengemuka dalam wacana pemekaran

Lebih terperinci

BAB I. di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Replubik Rakyat Cina di. sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di Selatan, dan

BAB I. di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Replubik Rakyat Cina di. sebelah utara, Samudra Pasifik di timur, Samudra Hindia di Selatan, dan 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah Asia Tenggara adalah sebuah kawasan di benua Asia bagian Tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan di sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua

Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Refleksi Akhir Tahun Papua 2010: Meretas Jalan Damai Papua Oleh Dr. Muridan S. Widjojo (Koordinator Tim Kajian Papua LIPI) Ballroom B Hotel Aryaduta Jakarta, Senin,13 Desember 2010 Refleksi: 1. catatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERDAMAIAN DAN PENANGANAN KONFLIK 1 Oleh Herry Darwanto 2 I. PERMASALAHAN Sebagai negara yang masyarakatnya heterogen, potensi konflik di Indonesia cenderung akan tetap

Lebih terperinci

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME A. KONDISI UMUM Gerakan pemisahan diri (separatisme) dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di wilayah Aceh, Papua, dan Maluku merupakan masalah

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015 tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) 1; Rujukan: a; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; b; Undang-Undang

Lebih terperinci