BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut data CIA (2013), merupakan salah satu target utama dari sindikat internasional penyelundupan narkoba. Jika dilihat dari sisi geografis, letak Amerika Serikat berdekatan dengan Amerika Selatan dan mayoritas dari negara-negara di kawasan tersebut merupakan produsen bahan baku dalam pembuatan narkoba. Salah satu contohnya adalah Kolombia. Negara ini memproduksi tanaman koka, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan narkoba 1) jenis kokain, bahkan Kolombia termasuk negara produsen kokain terbesar di dunia. Hasil pengolahan tanaman koka yang telah diproses menjadi kokain kemudian didistribusikan oleh para kartel narkoba Kolombia ke Amerika Serikat, bahkan Amerika Serikat termasuk sebagai negara tujuan utama bagi kartel-kartel narkoba Kolombia. Pada tahun 1999, tercatat bahwa Amerika Serikat menjadi pasar kokain terbesar di dunia. Penyitaan narkoba jenis kokain terus ditingkatkan di Amerika Serikat, dan mayoritas hasil sitaan kokain 1) Untuk selanjutnya dalam penelitian ini istilah narkoba akan mengacu pada narkoba jenis kokain. 1

2 2 tersebut berasal dari Kolombia (World Drugs Report, 2001). Kondisi bahwa Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama penyelundupan narkoba dari Kolombia membuat Amerika Serikat memutuskan untuk menjalin sebuah kerjasama untuk memberantas penyelundupan tersebut. Kerjasama ini meliputi pemberian bantuan oleh Amerika Serikat dalam mendukung sebuah program pembangunan Kolombia yang bernama Plan Colombia. Menurut Acevedo et al., (2008), Plan Colombia yang bertujuan untuk mengakhiri adanya konflik bersenjata berkepanjangan, menghentikan aksi kartel-kartel narkoba, serta mempromosikan pembangunan sosial dan ekonomi di Kolombia, memiliki 10 elemen dalam pelaksanaannya, yaitu: 1. Strategi Ekonomi 2. Strategi Ekonomi dan Fiskal 3. Strategi Militer 4. Strategi Hukum dan HAM 5. Strategi Perlawanan Terhadap Narkoba 6. Strategi Pembangunan Alternatif 7. Strategi Partisipasi Sosial 8. Strategi Pengembangan SDM 9. Strategi Perdamaian 10. Strategi Internasional

3 3 Justin Delacour (2000) dalam Plan Colombia: Rhetoric, Reality, and the Press menjelaskan bahwa selain bertujuan untuk mendukung program pembangunan Kolombia, bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat bertujuan untuk memaksimalkan aksi pemberantasan terhadap penyelundupan narkoba Kolombia. Amerika Serikat berharap dengan memberikan bantuan terhadap Kolombia, implementasi Plan Colombia dapat dimaksimalkan sehingga berdampak pada penurunan intensitas penyelundupan kokain dari Kolombia ke Amerika Serikat. I.2. Rumusan Masalah Peneliti melihat suatu permasalahan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut dari penjabaran singkat pada latar belakang. Permasalahan ini berkaitan dengan adanya keterlibatan Amerika Serikat dalam implementasi Plan Colombia yang berlangsung dari tahun 1999 hingga tahun Kemudian peneliti menetapkan sebuah research question, atau pertanyaan penelitian berupa apakah bentuk kerjasama Amerika Serikat dalam implementasi Plan Colombia dari tahun 1999 hingga tahun 2005.

4 4 I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk kerjasama yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Kolombia. Kerjasama ini berkaitan dengan upaya kedua negara dalam memaksimalkan pemberantasan kejahatan transnasional berupa penyelundupan narkoba. Kemudian melalui sebuah program pembangunan bernama Plan Colombia, kerjasama antara Amerika Serikat dengan Kolombia berlangsung selama enam tahun, yaitu dari tahun 1999 hingga tahun I.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memahami bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua negara dalam menangani kejahatan lintas negara. Pada penelitian ini kejahatan lintas negara terfokus pada penyelundupan narkoba. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan bahan kajian lebih lanjut bagi civitas akademika yang sedang mendalami studi politik luar negeri, khususnya politik luar negeri Amerika Serikat. I.5. Tinjauan Pustaka Adanya keterlibatan Amerika Serikat dengan memberikan bantuan terhadap negara-negara di kawasan Amerika Selatan dalam memberantas penyelundupan

5 5 narkoba sebagai salah satu dari implementasi kebijakan luar negeri War on Drugs, merupakan sebuah isu yang cukup menarik perhatian para akademisi. Hal ini menyebabkan beberapa akademisi tertarik untuk mengkaji lebih dalam terkait pemberian bantuan oleh Amerika Serikat terhadap negara-negara di kawasan Amerika Selatan dari berbagai macam perspektif. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Rilis Dwiantari pada tahun Dwiantari menjabarkan latar belakang Amerika Serikat menerapkan kebijakan luar negeri War on Drugs terhadap Kolombia yang juga disertai dengan pemberian dana bantuan terhadap Kolombia. Dwiantari (2010) melihat bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi pemberian dana bantuan oleh Amerika Serikat tersebut, yaitu adanya faktor internal dan faktor eksternal. Secara umum jika dilihat dari faktor internal, Amerika Serikat merasa keamanan nasional negara terancam akibat adanya pasokan narkoba dari Kolombia yang berakibat pada rusaknya generasi penerus bangsa. Sedangkan dari faktor eksternal, Kolombia merupakan salah satu negara produsen narkoba terbesar di dunia yang, secara geografis, dekat dengan Amerika Serikat. Dwiantari (2010) menekankan penelitiannya dengan konsep keamanan nasional pada bidang pertahanan dan keamanan Amerika Serikat. Penelitian yang dilakukan oleh Dwiantari (2010) memiliki kemiripan dengan peneliti terkait bentuk kerjasama Amerika Serikat. Kemiripan tersebut terletak pada penjabaran bahwa Amerika Serikat melakukan kerjasama dengan Kolombia, khususnya dalam hal pemberantasan tindak kejahatan transnasional berupa penyelundupan narkoba. Kemudian kemiripan juga ada pada pembahasan Amerika

6 6 Serikat yang memberikan bantuan terhadap Kolombia demi memaksimalkan pemberantasan narkoba Kolombia. Dwiantari (2010) memiliki fokus penelitian pada latar belakang mengapa Amerika Serikat turut berkontribusi dalam implementasi Plan Colombia dengan konsep keamanan nasional. Sementara dalam penelitian ini membahas tentang adanya keterlibatan Amerika Serikat dalam implementasi Plan Colombia dengan fokus pembahasannya terletak pada bentuk kerjasama Amerika Serikat dengan Kolombia dalam Plan Colombia. Kerangka dasar pemikiran dalam penelitian ini adalah teori kerjasama internasional sebagai pisau analisis utama dan didukung dengan konsep kejahatan transnasional serta keamanan nasional Amerika Serikat. Seorang akademisi lainnya, yaitu Pradiazty Ayu Inayah Putri pada tahun 2011 juga mengkaji tentang kebijakan luar negeri Amerika Serikat, War on Drugs, yang diterapkan pada Meksiko melalui program Merida Initiative. Program ini merupakan wujud kerjasama keamanan antara Amerika Serikat dengan Meksiko dalam upaya kedua negara dalam memberantas penyelundupan narkoba. Kerjasama tersebut meliputi pelatihan militer, intelejensi, serta pemberian peralatan perang untuk menghadapi kartel-kartel narkoba Meksiko. Namun dengan adanya kerjasama tersebut timbul suatu permasalahan baru yaitu, keamanan masyarakat Meksiko terancam oleh meningkatnya intensitas perang, baik antar kartel narkoba maupun antara kartel narkoba dengan pasukan militer Meksiko. Penelitian Putri (2011) difokuskan pada keamanan nasional Meksiko yang banyak dipengaruhi oleh kerjasama berikut bantuan yang diberikan oleh Amerika Serikat pada tahun 2008.

7 7 Selain menggambarkan serangkaian implikasi yang diterima oleh Meksiko akibat menjalani kerjasama keamanan dengan Amerika Serikat, penelitian Putri (2011) juga menjelaskan bentuk-bentuk perlawanan Pemerintah Meksiko terhadap kartel-kartel narkoba yang semakin meluas, serta dijelaskan pula mengenai berbagai faktor yang menjadikan para mafia kartel narkoba aktor siginifikan di Meksiko. Hasil penelitian Putri (2011) ini menunjukkan bahwa sejak Merida Initiative berlangsung, masyarakat Meksiko justru mendapat ancaman tambahan akibat intensifnya perang yang terjadi dalam menghadapi kartel-kartel narkoba. Tingginya intensitas perang untuk melawan kartel-kartel narkoba menyebabkan alokasi dana dari pemerintah lebih terfokus kepada pengadaan sarana dan prasarana perang tersebut, sehingga sektor-sektor lainnya menjadi terbengkalai. Selanjutnya, Putri (2011) mendapatkan fakta ironis dalam penelitiannya bahwa terdapat kartel narkoba yang bernama La Familia yang dengan tegas menyatakan bahwa mereka melakukan perdagangan narkoba dengan salah satu tujuannya adalah untuk membiayai perlawanan terhadap Pemerintah Meksiko sebagai wujud pembelaan terhadap petani ganja di salah satu wilayah Meksiko. Tindakan ini bahkan mendapat dukungan dari sebagian masyarakat Meksiko. Terdapat kemiripan dalam penelitian oleh Putri (2011) dengan apa yang dibahas pada penelitian tentang keterlibatan Amerika Serikat dalam Plan Colombia pada tahun 1999 hingga 2005 ini, yaitu Amerika Serikat melakukan kerjasama dengan salah satu negara di kawasan Amerika Selatan demi memaksimalkan

8 8 kebijakan luar negeri War on Drugs, yang dalam penelitian Putri (2011) adalah Meksiko. Namun fokus pada penelitian Putri (2011) terletak pada implikasi dari kerjasama keamanan antara Amerika Serikat dengan Meksiko terhadap masyarakat Meksiko. Kemudian bentuk kerjasama yang dijabarkan adalah cenderung pada kerjasama keamanan yang mengedepankan militer sebagai instrumen utama. Demikian juga dengan kerangka pemikiran yang digunakan, Putri (2011) menggunakan konsep keamanan nasional sebagai pisau utama analisis. Sementara, peneliti membahas kerjasama antara Amerika Serikat dengan Kolombia yang juga menggunakan militer sebagai salah satu instrumen penting dalam kerjasama namun tidak terlepas dari kerjasama sosial dan ekonomi. Kemudian, berbeda dengan penelitian Putri (2011), penelitian ini menggunakan teori kerjasama internasional dengan didukung konsep kejahatan transnasional dan keamanan nasional Amerika Serikat. I.6. Kerangka Dasar Pemikiran Penelitian ini dilanjutkan dengan tinjauan berdasarkan konsep transnational crime atau kejahatan transnasional. Kejahatan transnasional pada dasarnya adalah tindak kejahatan dengan jangkauan hingga melewati batas negara (Simanungkalit, 2011). Menurut data UNODC (2006) Terdapat delapan bentuk dari kejahatan transnasional, yaitu:

9 9 1. Perdagangan narkoba 2. Perdagangan manusia 3. Penyelundupan imigran 4. Penyelundupan senjata ilegal 5. Perdagangan sumber daya alam 6. Perdagangan satwa liar 7. Penjualan obat-obatan palsu 8. Kejahatan melalui jaringan komputer Pada penelitian ini kejahatan transnasional terfokus pada bentuk perdagangan narkoba. Aksi perdagangan narkoba dari Kolombia ke Amerika Serikat merupakan tindak kejahatan transnasional dengan intensitas tinggi. Sebagai target utama penyelundupan narkoba jenis kokain dari Kolombia, Amerika Serikat menetapkan epidemi tersebut sebagai musuh utama bagi masyarakat (Bagley, 2008). Selain menggunakan konsep kejahatan transnasional, penelitian ini dikaji dengan menggunakan teori kerjasama internasional. Salah satunya adalah yang dipaparkan oleh Kalevi J. Holsti. Kerjasama menurut Holsti (1995) pada bukunya yang berjudul Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis, adalah sejumlah pemerintah negara saling mendiskusikan penyelesaian suatu masalah terkait masalah

10 10 nasional, regional, maupun global yang kemudian diakhiri dengan adanya persetujuan atas sebuah perjanjian atau pemahaman tertentu. Hal tersebut adalah sebuah hasil yang diasumsikan saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat. Selanjutnya, kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai persepsi bahwa terbentuknya sebuah produk kebijakan dari suatu negara, yang oleh negara lain diasumsikan sejalan dengan kepentingan maupun nilai-nilai tertentu dalam negaranya, dapat menjembatani kesepakatan atas serangkaian perjanjian dari negara-negara yang memiliki kesamaan tersebut, dan tentunya terkait dengan pemanfaatan keselarasan kepentingan masing-masing negara (Holsti, 1995: ). Kerjasama internasional, menurut Barret (1998), dapat diwujudkan ketika serangkaian perencanaan kerjasama antara negara-negara yang terlibat telah memenuhi rasionalitas secara individu dan kolektif. Rasionalitas individu mengacu pada kesukarelaan negara untuk terlibat dalam suatu proses pembentukan kerjasama, dan rasionalitas kolektif mengacu pada upaya aktor masing-masing negara dalam memaksimalkan keuntungan serta potensi yang didapat dari pelaksanaan kerjasama tersebut. Kemudian terdapat dua pilar kerjasama internasional, yaitu keseimbangan kerjasama internasional dapat bertahan dengan adanya strategi resiprositas yang terjadi secara berkelanjutan dan efisiensi kerjasama internasional terjadi ketika jumlah negara yang terlibat ada pada jumlah minimal. Kerjasama yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Kolombia terkait upaya kedua negara dalam memberantas sindikat internasional perdagangan narkoba sesuai dengan teori kerjasama

11 11 internasional yang dipaparkan oleh Holsti (1995) dan Barret (1998). Amerika Serikat dan Kolombia memiliki tujuan untuk memberantas kokain, persamaan tujuan tersebut menjadi rasionalitas kolektif dari kedua negara. Kemudian Amerika Serikat melihat adanya peluang untuk meminimalisir penyelundupan kokain melalui Plan Colombia, peluang tersebut merupakan rasionalitas Amerika Serikat. Pada sisi lainnya, Kolombia memerlukan bantuan dari Amerika Serikat untuk menjalankan Plan Colombia secara maksimal, hal tersebut merupakan rasionalitas Kolombia untuk menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat. Pada kerjasama internasional ini Amerika Serikat berperan sebagai negara pemberi bantuan dan Kolombia berada pada posisi negara penerima bantuan. Adanya perbadaan posisi tersebut menandakan bahwa terdapat hubungan patron-client dari kerjasama internasional antara Amerika Serikat dengan Kolombia. Patron-client adalah sebuah kerangka kerjasama yang melibatkan adanya asas resiprokal antara aktor yang berperan sebagai patron dan aktor yang berperan sebagai client. Kemudian dalam hubungan patron-client terdapat kewajiban antara patron sebagai aktor yang memiliki otoritas berdasarkan kekuasaan pada beberapa aspek seperti aspek ekonomi dan sosial dengan client sebagai aktor yang diuntungkan dari tindakan mendukung serta mematuhi patron (Gonzales-Acosta, 2007). Sebagai negara yang memberikan bantuan, Amerika Serikat merupakan negara patron atau induk, sedangkan sebagai negara penerima bantuan, Kolombia berada di posisi client atau relasi. Selanjutnya kerjasama internasional antara Pemerintah Amerika Serikat

12 12 dengan Pemerintah Kolombia akan dijabarkan secara lebih mendalam dengan melihat hubungan patron-client dalam kerjasama tersebut. Menurut Soherwordi (2011) terdapat lima jenis hubungan patron-client, yaitu: A. Progressive decline, ikatan patron-client antara kedua negara yang melakukan kerjasama semakin melemah karena adanya perubahan kepentingan dan kemudian menjadi saling berbeda persepsi satu sama lain. B. Sudden cessation, ikatan patron-client antara kedua negara dapat seketika berakhir karena adanya perbedaan kepentingan. C. Estranged client, ikatan patron-client antara kedua negara berlangsung dengan baik, dengan situasi bahwa negara yang berperan sebagai patron pada kerjasama tersebut tidak otoriter terhadap rekan negaranya yang menjadi client. D. Role reversal, hubungan patron-client perlahan mengalami pertukaran posisi, dengan kata lain negara yang semula berperan sebagai patron bergeser menjadi client dan sebaliknya. Pada jenis ini hubungan kerjasama antara kedua negara pada umumnya berlangsung dalam jangka relatif pendek. E. Sustainable equality, hubungan patron-client mengalami fenomena melemahnya negara yang semula berperan sebagai patron dan menguatnya negara yang berperan sebagai menjadi client, namun kondisi kerjasama tetap seimbang antar kedua negara. Kedua negara akan tetap menjalankan

13 13 kerjasama jika kepentingan masing-masing negara tetap sejalan dan hubungan ini berlangsung secara berkelanjutan. Terdapat beberapa karakteristik dalam hubungan kerjasama berupa patronclient. Menurut Carney dalam Soherwordi (2011) hubungan kerjasama patron-client memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: 1. Perbedaan kapabilitas militer antara negara-negara yang terlibat dalam kerjasama 2. Negara yang bertindak sebagai relasi dalam kerjasama memiliki peranan penting bagi negara yang bertindak sebagai induk kerjasama 3. Aspek penting dari hubungan patron-client melibatkan persepsi mengenai hubungan tersebut oleh berbagai pihak lain Ketiga karakterisitik tersebut menandakan adanya perbedaan kekuasaan antara dua negara serta dominasi bangsa yang lebih kuat terhadap bangsa yang dianggap lebih lemah (Soherwordi, 2011). Hal tersebut sesuai dengan kerjasama internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat dengan Kolombia. Sesuai dengan karakteristik pertama dalam hubungan patron-client, kekuatan militer Amerika Serikat berbeda dengan kekuatan militer Kolombia. Perbedaan ini dapat dilihat dari kemampuan Amerika Serikat dalam memberikan bantuan militer kepada Kolombia sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pelaksanaan Plan Colombia, dan

14 14 bantuan militer yang diberikan antara lain seperti pelatihan militer serta penyediaan persenjataan (Plan Colombia Progress Report, 2006). Sementara di sisi lain, sebelum Plan Colombia mulai dilaksanakan, kondisi militer Kolombia dapat dikategorikan sebagai militer yang lemah dan pasukan militer Kolombia tidak sanggup menghadapi ancaman dari kelompok radikal seperti Fuerzas Armadas Revolucionarias de Colombia (FARC) serta kartel-kartel narkoba (CRS Report for Congress, 2001). Kondisi tersebut membuat Kolombia sangat membutuhkan bantuan militer dari Amerika Serikat sebagai induk kerjasama dalam pelaksanaan Plan Colombia. Kolombia yang merupakan negara client tentunya, sesuai dengan karakteristik kedua dalam hubungan patron-client, turut memiliki peranan penting bagi Amerika Serikat. Kolombia, dengan kondisi bahwa Kolombia merupakan salah satu negara produsen kokain, mengalami kendala dalam melakukan pemberantasan permasalahan narkoba dan kendala yang dihadapi oleh Kolombia memiliki kerterkaitan dengan lemahnya pertahanan Kolombia dalam menghadapi kartel-kartel narkoba, (UNODC, 2006). Amerika Serikat melihat bahwa kendala yang dialami oleh Kolombia dapat diatasi melalui pemberian bantuan asing, sehingga menjadi penting bagi Amerika untuk melakukan kerjasama internasional dengan Kolombia. Melalui kerjasama internasional tersebut, maka upaya Kolombia akan lebih maksimal dalam memberantas narkoba, dan akan berdampak pada penurunan tingkat penyelundupan narkoba ke Amerika Serikat.

15 15 Kerjasama internasional yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Kolombia turut menimbulkan persepsi dari pihak lain diluar negara pelaku kerjasama. Adanya reaksi dari pihak selain kedua negara tersebut sesuai dengan karakteristik ketiga dalam hubungan patron-client. Scott (2003) menjelaskan bahwa persepsi ini berasal dari negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa, negara-negara tersebut mengkritik bahwa adanya keterlibatan Amerika Serikat dalam Plan Colombia adalah untuk melancarkan kepentingan Amerika Serikat atas Kolombia dengan menggunakan pendekatan militer. Kritik dari Uni Eropa tersebut muncul ketika fokus utama Plan Colombia yang pada awalnya adalah mempromosikan perdamaian Kolombia mulai bergeser menjadi pemberantasan narkoba. Penelitian ini kemudian dilanjutkan dengan konsep national security atau keamanan nasional. Keamanan nasional pada penelitian ini difokuskan pada konsep keamanan nasional Amerika Serikat. Keamanan nasional Amerika Serikat menurut Sarkesian et al., (2008) adalah kemampuan institusi-institusi nasional Amerika Serikat dalam melakukan tindakan pencegahan terhadap gangguan bagi masyarakat. Pada kaitannya dengan penelitian ini adalah keamanan nasional Amerika Serikat mendapat ancaman dari bahaya narkoba yang diselundupkan dari Kolombia.

16 16 I.7. Metode Penelitian Penulisan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut John T. Ishiyama dan Marijke Breuning (2013), metode penelitian deskriptif kualitatif merupakan proses penelitian yang disertai dengan adanya konstruksi gambaran kompleks dan menyeluruh terkait suatu fenomena tertentu. Penelitian dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman secara komprehensif tentang isu-isu sosial dari berbagai sudut pandang. Bentuk keterlibatan Amerika Serikat dalam Plan Colombia dijabarkan secara spesifik berdasarkan data yang dikumpulkan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2012), data sekunder adalah sekumpulan data yang didapatkan oleh peneliti berdasarkan hasil pengolahan pihak lain. Selanjutnya data-data untuk penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen resmi terkait dengan bahasan pada penelitian yang didapatkan oleh peneliti melalui metode studi dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan serangkaian data resmi dari dokumen yang ada, khususnya adalah yang berhubungan dengan pemaparan teori kerjasama internasional, hubungan patron-client, kejahatan transnasional, keamanan nasional Amerika Serikat, dan Plan Colombia. Data-data tersebut dikumpulkan melalui media cetak maupun elektronik serta portal resmi, seperti portal resmi milik CIA dan UNODC. Dalam studi dokumentasi ini data-data tersebut digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan gambaran situasi yang terjadi antara Amerika Serikat dan Kolombia sehubungan dengan upaya kedua negara untuk

17 17 meminimalisir peredaran narkoba. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data lengkap mengenai keterlibatan Amerika Serikat dalam Plan Colombia pada tahun 1999 hingga tahun Data-data yang telah terkumpul dianalisis lebih mendalam oleh peneliti untuk kemudian disusun secara sistematis dalam penelitian ini agar mendapatkan jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. Unit analisis dalam penelitian ini ada pada peranan Pemerintah Amerika Serikat terkait keterlibatannya dalam Plan Colombia. Pemerintah Amerika Serikat melakukan kerjasama internasional dengan Pemerintah Kolombia melalui implementasi Plan Colombia. Penelitian ini menjabarkan secara spesifik mengenai bentuk kerjasama internasional antara Pemerintah Amerika Serikat dan Pemerintah Kolombia dalam implementasi Plan Colombia sejak tahun 1999 hingga tahun I.8. Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini, secara sistematis dibagi dalam empat bab yaitu: BAB I. Pendahuluan Pada BAB I peneliti menjelaskan mengenai latar belakang judul penelitian, rumusan permasalahan yang dijawab pada rangkaian bab selanjutnya, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran tinjauan pustaka dari hasil penelitian oleh para peneliti terdahulu terkait dengan topik yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini. Selanjutnya adalah penjelasan umum mengenai teori dan konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisa keterlibatan

18 18 Amerika Serikat dalam Plan Colombia. Penjelasan umum tersebut bertujuan untuk mendapatkan sebuah gambaran umum penelitian, kemudian bab ini ditutup dengan penjelasan metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II. EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT Pada BAB II peneliti menjelaskan tentang penyelundupan narkoba khususnya dari Kolombia ke Amerika Serikat dibahas secara spesifik. Kemudian dilanjutkan dengan dampak yang dialami Amerika Serikat akibat penyelundupan tersebut. Penjabaran ini dilengkapi dengan grafik-grafik untuk mempermudah pemahaman terhadap bagaimana narkoba menjadi masalah yang krusial bagi Amerika Serikat. Kemudian dijelaskan juga bagaimana epidemi narkoba dari Kolombia berdampak negatif sehingga Amerika Serikat berupaya untuk melakukan kerjasama dengan Kolombia demi memberantas penyelundupan narkoba. Pada bagian akhir dalam bab ini dibahas bagaimana demi memaksimalkan upaya pemberantasan narkoba, Amerika Serikat memutuskan untuk melakukan kerjasama internasional dengan Kolombia melalui implementasi Plan Colombia.

19 19 BAB III. KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN Pada BAB III dijelaskan jawaban dari pertanyaan penelitian ini, yaitu bentuk kerjasama Amerika Serikat yang terjadi dalam implementasi Plan Colombia dari tahun 1999 hingga tahun Sebelum masuk pada jawaban dari pertanyaan penelitian, bab ini diawali dengan keseluruhan tentang Plan Colombia. Kemudian dilanjutkan dengan rincian bentuk kerjasama Amerika Serikat dalam Plan Colombia pada tahun 1999 hingga tahun Pemaparan dalam bab ini dijelaskan dengan spesifik mengenai segala upaya yang dilakukan oleh Amerika Serikat dalam membantu implementasi Plan Colombia. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tentang keterkaitan antara teori dan konsep-konsep yang digunakan oleh peneliti dengan jawaban pertanyaan penelitian. Fokusnya terletak pada penjabaran bentuk kerjasama internasional dengan melihat hubungan patron-client antara Amerika dengan Kolombia. BAB IV. Penutup Sebagai penutup, BAB IV diisi dengan penulisan kesimpulan dari apa yang sudah dijabarkan oleh peneliti pada ketiga bab sebelumnya. Kemudian kesimpulan dalam bab ini memenuhi manfaat penelitian yang telah disebutkan dalam penulisan BAB I. Dalam penulisan kesimpulan, peneliti tidak mencetuskan hal baru selain apa

20 20 yang sudah dibahas pada ketigabab sebelumnya, namun pada bab ini dapat memberikan gambaran, atau ide, atau gagasan baru yang mungkin dapat memberi inspirasi dalam penelitian berikutnya.

BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT. Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di

BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT. Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di 21 BAB II EPIDEMI KOKAIN DARI KOLOMBIA KE AMERIKA SERIKAT Kolombia merupakan negara penghasil sebagian besar kokain di dunia.sebanyak 70% kokain yang beredar di dunia berasal dari negara tersebut (Global

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN

KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DALAM PLAN COLOMBIA SEBAGAI BENTUK PEMBERANTASAN PERDAGANGAN NARKOBA KOLOMBIA TAHUN 1999 2005 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas

Lebih terperinci

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA Penyunting Humphrey Wangke Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun

Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun Pola Patronasi Amerika Serikat Studi Kasus: Plan Colombia Tahun 1999 2005 Putu Ayu Laksmi Gowindha Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana E-mail:

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA Jakarta, 22 Desember 2016 Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan kejahatan luar biasa (extraordinary crime) yang mengancam dunia

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL

BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL BAB IV KEBIJAKAN SEKURITISASI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI PERMASALAHAN IMIGRAN ILEGAL Isu imigran ilegal yang terus mengalami kenaikan jumlah di Indonesia yang juga turut menimbulkan dampak tersendiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017

PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 Dalam perkembangan pergaulan internasional saat ini, tidak mungkin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. literatur ilmu politik diantaranya adalah untuk menyelesaikan masalah atau

BAB I PENDAHULUAN. literatur ilmu politik diantaranya adalah untuk menyelesaikan masalah atau BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Peran organisasi internasional yang banyak dibahas dalam berbagai literatur ilmu politik diantaranya adalah untuk menyelesaikan masalah atau konflik yang terjadi

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

Grafik 1. Area Bencana

Grafik 1. Area Bencana Untuk mendapatkan gambaran awal sejauh mana masyarakat Indonesia sadar akan isuisu lingkungan dan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dalam jangka panjang, pada penghujung tahun 2013, WWF-Indonesia

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Proses alih fungsi lahan dapat dipandang sebagai suatu bentuk konsekuensi logis dari adanya pertumbuhan dan transformasi serta perubahan struktur sosial ekonomi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007

KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007 KEBIJAKAN AS-MEKSIKO DALAM UPAYA MEMBERANTAS DRUGS DI TAHUN 2007 Ni Luh Damaitri Nusa Bangsa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email: may.pooh8@gmail.com ABSTRAK Meksiko merupakan

Lebih terperinci

Assalamu'alaikum wr wb. dan salam sejahtera untuk kita semua

Assalamu'alaikum wr wb. dan salam sejahtera untuk kita semua PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Jl. A.Yani 242-244, Surabaya, Telp 031 3522636 e-mail: kominfo@jatimprov.go.id SURABAYA SAMBUTAN KEPALA DINAS KOMINFO PROV. JATIM PADA PERTEMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih

BAB I PENDAHULUAN. selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang permasalahan Kolombia merupakan negara dengan populasi ketiga terbesar di bagian selatan benua Amerika setelah Brasil dan Meksiko dengan jumlah penduduk lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil dan makmur, sejahtera, tertib dan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narkotika pada hakekatnya sangat bermanfaat untuk keperluan medis dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada umumnya mengatur secara

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI

KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI KERJASAMA PEMERINTAH AMERIKA SERIKAT DALAM UPAYA PENANGGULANGAN SINDIKAT NARKOBA DI NIGERIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH Strategi pembangun daerah adalah kebijakan dalam mengimplementasikan program kepala daerah, sebagai payung pada perumusan program dan kegiatan pembangunan di dalam mewujdkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. lipat pada tahun Upaya pencapaian terget membutuhkan dukungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prediksi peningkatan populasi di Asia pada tahun 2025 sekitar 4,2 milyar. Menurut International Policy Research Institute, prediksi tersebut berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK)

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA SEHUBUNGAN DENGAN PERDAGANGAN MANUSIA (ANAK) Disusun oleh : NAMA : ELI JOY AMANDOW NRS : 084 MATA KULIAH : HAM PENDIDIKAN KHUSUS KEIMIGRASIAN ANGKATAN II 2013

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Globalisasi itu seperti dua sisi koin yang berbeda. Bukan hanya memberikan dampak

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini modus kejahatan semakin berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Dalam perkembangannya kita dihadapkan untuk bisa lebih maju dan lebih siap dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi sebagai polisi mempunyai nilai penting dalam menentukan tegaknya hukum dalam masyarakat oleh aparat penegak hukum. Sebagai anggota polisi harus mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ateh (2016) dalam artikelnya mengungkapkan, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan bahwa ada yang salah dengan sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah, sehingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor konstruksi mempunyai potensi dalam memberikan kontribusi terhadap perekonominan nasional, serta mempunyai peran penting bagi pencapaian sasaran pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya penggunaan narkotika ditujukan untuk kepentingan umat manusia, khususnya di bidang pengobatan. Namun sekarang ini, selain penggunaan secara legal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA

VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA 114 VIII. PRIORITAS KEBIJAKAN PEMBERANTASAN ILLEGAL LOGGING DI INDONESIA 8.1. Pendahuluan Upaya pemberantasan IL yang dilakukan selama ini belum memberikan efek jera terhadap pelaku IL dan jaringannya

Lebih terperinci

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik

Executive Summary. PKAI Strategi Penanganan Korupsi di Negara-negara Asia Pasifik Executive Summary P emberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat dekade silam. Sejumlah perangkat hukum sebagai instrumen legal yang menjadi dasar proses pemberantasan korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingkat dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan, kesehatan diartikan sebagai keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alasan pembentukan Undang - Undang ini adalah, sudah tidak sesuai dengan penyelenggara pemerintah daerah sehingga perlu diganti. Tujuan pembentukan Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dewasa ini sedang berlangsung proses pembaharuan hukum pidana. Pembaharuan hukum pidana meliputi pembaharuan terhadap hukum pidana formal, hukum pidana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme.

Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017. Kata kunci: Tindak Pidana, Pendanaan, Terorisme. TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2013 SEBAGAI TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL YANG TERORGANISASI (TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME) 1 Oleh: Edwin Fernando Rantung 2 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

Advokasi : What and How?

Advokasi : What and How? Advokasi : What and How? disusun oleh : Irfan Kurnia Pratama Universitas Indonesia Pengurus Harian Wilayah ISMKI Wilayah 2 Advokasi 1. Pengertian advokasi Advokasi merupakan sebuah istilah yang mungkin

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan eksternal dan lingkungan internal

BAB I LATAR BELAKANG. bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan eksternal dan lingkungan internal BAB I LATAR BELAKANG Laporan penelitian ini membahas tentang perencanaan bisnis pemasaran produk alat kecantikan berupa rambut palsu merek INDOWIG. Perencanaan bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan

Lebih terperinci