BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tesis ini akan membahas tentang peran Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses peacebuilding. Peran yang dimaksud adalah penerapan strategi tertentu oleh komunitas internasional sehingga OMS dapat hadir di Bosnia dalam jumlah yang tidak sedikit serta memiliki peran yang positif pada proses peacebuilding. Selain itu, tesis ini juga akan menjelaskan peran yang dijalankan oleh Organisasi Masyarakat Sipil di Bosnia dalam proses peacebuilding, khususnya dalam upaya memperbaiki hubungan sosial antar kelompok etnis. Pasca perang dingin terdapat beberapa perang sipil yang terjadi di belahan dunia. Sebagai lembaga internasional yang telah mapan, PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) terdorong untuk ikut campur dalam beberapa perang sipil sebagai penjaga perdamaian dan untuk operasi kemanusiaan. Operasi perdamaian yang dilakukan oleh PBB tersebut dinamakan dengan peacekeeping operation. Dalam melakukan operasi perdamaian di negara-negara yang sedang berkoflik, PBB melakukan pembaharuan misi pada awal tahun 1990 an. Hal ini membuat operasi perdamaian pada masa perang dingin disebut dengan traditional peacekeeping, sedangkan pasca perang dingin disebut dengan postconflict peacebuilding. 1 Perubahan pada misi tersebut dilakukan bukan tanpa tujuan. Selain demi membantu krisis kemanusiaan dan berusaha menciptakan perdamaian, misi PBB pada postconflict peacebuilding bertujuan untuk menyebarkan ideologi liberal dalam membangun perdamaian di negara-negara yang mengalami perang sipil. 1 Roland. Paris, At War s End. Building Peace After Civic Conflict, Cambridge University Press, Cambridge, 2004, hal. 18

2 Pada traditional peacekeeping, PBB merupakan lembaga yang memonopoli kegiatan operasi perdamaian. Akan tetapi terdapat perubahan pada operasi perdamaian yang kontemporer. Dalam operasi perdamaian peacebuilding, yang telah memiliki fungsi yang beragam, terdapat pembagian tugas antara PBB dengan komunitas internasional yang beragam. Contohnya pada suatu misi, tugas militer di delegasikan kepada NATO (North Atlantic Treaty Organization), sedangkan rekonstruksi perekonomian di delegasikan kepada IMF (International Monetary Fund) dan Bank Dunia. Selain itu juga terdapat lembaga internasional lain seperti Uni Eropa, OSCE (Organization for Security and Cooperation in Europe), INGO (International Nongovernmental Organizations), dll. Jadi dapat dikatakan bahwa operasi peacebuilding tidak hanya dijalankan oleh PBB sendiri, melainkan dijalankan secara bersama sama sesuai dengan fokus dari masing masing Komunitas Internasional. Operasi peacebuilding oleh komunitas internasional ke Bosnia dimulai pada tahun 1995, pasca ditandatanganinya perjanjian perdamaian Dayton. Dalam penandatanganan perjanjian perdamaian, tiga kelompok etnis yang saling berperang di Bosnia, yaitu etnis Serb, Bosniak dan Croat ikut serta diundang dengan Amerika Serikat sebagai mediator. Selanjutnya terdapat beberapa komunitas internasional yang masuk ke Bosnia dengan tujuan untuk membangun Bosnia dan menciptakan perdamaian, diantaranya adalah NATO, OSCE, Uni Eropa, dll. Bosnia merupakan negara yang memiliki banyak permasalahan. Oleh karenanya dalam proses peacebuilding dibutuhkan perbaikan pada semua dimensi. Banyaknya permasalahan di Bosnia dipengaruhi oleh masa lalu Bosnia yang tidak menganut sistem demokrasi dan adanya peperangan antara kelompok etnis yang terjadi selama bertahun tahun. Hal ini merupakan tantangan bagi komunitas internasional yang masuk ke Bosnia dan berperan dalam melakukan perbaikan kondisi di Bosnia.

3 Perjanjian perdamaian Dayton yang juga melibatkan tiga kelompok etnis yang saling berkonflik, tidak serta merta menghentikan permusuhan antara tiga kelompok etnis. Perang sipil yang terjadi selama bertahun tahun, menanamkan permusuhan yang tidak mudah untuk dihilangkan. Berbagai insiden saat perang sipil seperti pemusnahan etnis, dan banyaknya kejahatan perang, membuat masing masing kelompok etnis tidak bisa dengan mudahnya berdamai, walaupun telah menandatangani perjanjian perdamaian. Akibatnya hubungan antara kelompok etnis di Bosnia pasca ditandatangani perjanian perdamaian, masih tidak berjalan dengan harmonis. Peacebuilding merupakan suatu proses yang dilalui oleh negara paska konflik dengan tujuan akhir menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Maksud dari perdamaian yang berkelanjutan adalah hilangnya permusuhan antara kelompok yang bertikai, yang mana juga akan menciptakan suatu tatanan sosial yang baru, yang memungkinkan semua individu untuk menggunakan potensi mereka tanpa khawatir kelompok yang lain akan memulai peperangan kembali. 2 Melihat kondisi sosial masyarakat Bosnia yang masih terpecah berdasarkan perbedaan etnis, maka perdamaian yang berkelanjutan akan sulit terwujud apabila dalam proses peacebuilding tidak mengatasi akar permasalahan mendasar yaitu permusuhan antara kelompok etnis. Peran negara (dengan dibantu oleh komunitas internasional) dalam menjembatani interaksi antara kelompok etnis dan mendamaikan kelompok etnis di Bosnia masih rendah. Bahkan politisi yang berada di lembaga negara, sering berkonflik dalam merumuskan suatu kebijakan. Memang dalam perjanjian perdamaian Dayton, diatur bahwa pemerintahan di Bosnia terdiri dari tiga golongan kelompok etnis. Hal ini nyatanya semakin mempersulit jalannya pemerintahan di Bosnia karena politisi masih sering berkonflik satu sama lain berdasarkan pada perbedaan latar belakang kelompok etnis. Dikarenakan peran negara lemah dalam mempersatukan kelompok etnis, maka diperlukan aktor lain 2 Martina. Fischer. Peacebuilding and civil society in Bosnia Herzegovina : Ten years after Dayton, Berlin, Lit, 2006, hal. 4

4 yang mampu berperan dalam menjembatani hubungan antara kelompok etnis. Aktor yang dimaksud adalah organisasi masyarakat sipil (OMS). Organisasi masyarakat sipil merupakan aktor non state yang diyakini oleh Komunitas Internasional bisa berperan dengan baik dalam proses peacebuilding. Selain perannya berusaha mewujudkan integrasi sosial, terdapat peran peran yang lain yang dapat dilakukan oleh OMS untuk berkontrubusi secara posistif di dalam proses peacebuilding. Berkaitan dengan peran OMS untuk mewujudkan integrasi sosial, hal tersebut berdasarkan pada asumsi dari komunitas internasional yang meyakini bahwa perubahan sosial tidak seharusnya di atur oleh negara, melainkan melalui interaksi para anggota masyarakat sipil dengan bantuan peran dari organisasi masyarakat sipil. Keberadaan pihak ketiga yang kuat di dalam masyarakat sipil di Bosnia, akan secara berangsur angsur menciptakan masyarakat yang plural dan demokratis. Dalam melihat kondisi di Bosnia, banyak pendapat yang menyatakan bahwa, pembangunan masyarakat sipil merupakan prasarat bagi demokratisasi di Bosnia. Hal ini karena perang di Bosnia merupakan akibat dari perpecahan etnis dan menggambarkan lemahnya masyarakat sipil di Bosnia. Oleh karena itu menghadirkan organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam proses peacebuilding di Bosnia menjadi sesuatu yang penting Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, penulis mengajukan rumusan masalah : 1. Bagaimana Komunitas Internasional berperan dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia Herzegovina pada proses peacebuilding? 2. Bagaimana Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) berperan dalam proses peacebuilding di Bosnia Herzegovina, khususnya dalam upaya memperbaiki hubungan sosial antar kelompok etnis?

5 1.3. Tujuan Penelitian 1. Menjelaskan peran yang dilakukan oleh Komunitas Internasional dalam menghadirkan dan mendukung organisasi masyarakat sipil di Bosnia. Peran ini menekankan pada pemilihan strategi tertentu oleh Komunitas Internasional, dan diimplementasikan ke Bosnia, sehingga berdampak pada hadirnya dan berkembangnya organisasi masyarakat sipil di Bosnia. 2. Memberikan pemaparan tentang peran yang dijalankan oleh Komunitas Internasional dalam rangka menghadirkan dan mendukung organisasi masyarakat sipil, beserta contoh kongkrit (studi kasus) berupa program program yang dijalankan oleh beberapa komunitas internasional. 3. Menjelaskan peran yang dijalankan oleh organisasi masyarakat sipil di Bosnia, khususnya melihat pada peran memperbaiki hubungan sosial dan menjembatani interaksi antar kelompok etnis Tinjauan Pustaka Literatur pertama yang penulis gunakan dalam tesis ini adalah tulisan dari Dragana Bodruzic yang berjudul Civil Society in a Post-Conflict Multiethnic Setting : A Case Study of Bosnia. Tulisan tersebut menjelaskan tentang organisasi masyarakat sipil di Bosnia dan permasalahan yang dihadapi dalam proses peacebuilding. Argumen dari tulisan Bodruzic adalah terdapat beberapa rintangan dalam mendukung perkembangan organisasi masyarakat sipil. Rintangan rintangan ini yang membuat perkembangan organisasi masyarakat sipil menjadi terganggu. Rintangan yang paling utama terletak di dalam perjanjian Dayton itu sendiri. Perjanjian Dayton di satu sisi berhasil menghentikan perang sipil pada tahun 1995, namun di sisi lain membawa permasalahan dengan melanggengkan perpecahan kelompok etnis. Dalam perjanjian Dayton masih menekankan pada identitas sebagai kelompok etnis tertentu, bukan identitas sebagai masyarakat Bosnia. Selain itu di dalam perjanjian Dayton terdapat pembagian wilayah untuk

6 dipimpin oleh masing masing kelompok etnis. Hal ini menghasilkan struktur pemerintahan yang kompleks yang terbukti tidak praktis serta menghambat integrasi sosial. Selain itu juga terdapat rintangan-rintangan yang lain yaitu hubungan antara organisasi masyarakat sipil dengan pemerintah yang tidak dekat. Hal ini juga disebabkan karena pemerintah sulit membuka diri terhadap pengaruh organisasi masyarakat sipil. Rintangan selanjutnya adalah komunitas internasional yang membuat organisasi masyarakat sipil memiliki ketergantungan dalam hal mendapatkan bantuan finansial, dan rintangan yang terakhir yaitu partisipasi masyarakat yang lemah. Tulisan dari Bodruzic membahas tentang organisasi masyarakat sipil dan peacebuilding di Bosnia. Akan tetapi memiliki fokus pembahasan yang berbeda dengan tulisan penulis. Bodruzic hanya memaparkan rintangan yang dihadapi oleh organisasi masyarakat sipil sehingga membuat organisasi masyarakat sipil terhambat untuk berkembang. Sedangkan dalam tulisan ini berusaha menjelaskan tentang organisasi masyarakat sipil dengan skala yang lebih luas. Dimaksud dengan skala yang lebih luas karena dalam tulisan ini akan menjelaskan awal mula hadir dan tumbuhnya organisasi masyarakat sipil beserta peran peran yang bisa dijalankan dalam proses peacebuilding. Penjelasan tentang kehadiran organisasi masyarakat sipil dikaitkan dengan keberadaan komunitas internasional yang menerapkan strategi tertentu guna mendukung eksistensi dan berkembangnya organisasi masyarakat sipil. Sedangkan dalam menjelaskan tentang peran-peran organisasi masyarakat sipil, tulisan ini akan menfokuskan pada peran NGO dalam memperbaiki hubungan sosial antar kelompok etnis di Bosnia. Literatur yang kedua dalam tinjauan pustaka ini adalah tulisan dari Jan Klusacek yang berjudul NGO s involvement in peacebuilding activities : lessons from Bosnia. Dalam tulisannya, Klusacek melakukan overview terhadap aktivitas NGO di dalam proses peacebuilding. Pemaparan Klusacek dimulai dari

7 menceritakan tentang perubahan operasi perdamaian PBB dari operasi perdamaian yang tradisional, ke operasi perdamaian peacebuilding. Generasi kedua operasi perdamaian (peacebuilding), dijelaskan dapat menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di suatu negara paska konflik. Pada tahapan peacebuilding inilah, muncul NGO yang selanjutnya dikenal sebagai agen yang penting dalam memperkuat masyarakat sipil dengan kemampuannya untuk menjembatani komunitas yang terpecah. Selain itu keberadaan NGO memiliki peran yang positif di dalam proses peacebuilding. NGO dinilai oleh komunitas internasional akan memberikan kontribusi yang positif karena kemampuan NGO untuk bekerja diluar struktur formal politik, dimana dalam kasus Bosnia, proses politik sering terjadi deadlok akibat dari pertentangan berdasarkan latar belakang etnis yang berbeda. NGO selanjutnya diyakini dapat berperan secara fleksibel, mampu untuk menyediakan keahlian teknis dan pengetahuan tertentu pada suatu topik tertentu. Tulisan Klusacek menjadi acuan penulis dalam melihat sejarah kemunculan NGO dan urgensi NGO di Bosnia. Akan tetapi pembahasan dalam tesis ini memiliki perbedaan dengan tulisan Klusacek. Klusacek dalam tulisannya, hanya memberikan pemaparan secara umum mengenai lahirnya dan berperannya NGO di dalam peacebuilding Bosnia. Klusacek tidak terlalu menjelaskan tentang kehadiran komunitas internasional dalam mendorong kemunculan NGO. Sedangkan dalam tesis penulis, akan memberikan penjelasan tentang kehadiran NGO yang di dukung oleh peran dari Komunitas Internasional. Selain itu tesis penulis akan memberikan studi kasus contoh peran Komunitas Internasional dengan memaparkan program program dari komunitas internasional dalam menghadirkan dan mendukung NGO. Dalam pembahasan tentang peran NGO, tulisan Klusacek hanya memberikan penjelasan yang singkat tentang peran NGO. Sedangkan tulisan penulis akan menjelaskan peran 3 NGO dalam proses peacebuilding khususnya dalam kemampuan menjembatani interaksi antar kelompok etnis.

8 1.5. Kerangka Konseptual Konsep Peacebuilding Istilah Peacebuilding pertama kali digunakan oleh Johan Galtung di dalam essay nya pada tahun Galtung memasukan istilah peacebuilding, kedalam tiga pendekatan tentang damai yaitu peacemaking, peacekeeping, dan peacebuilding. Pemahaman Galtung tentang peacebuilding berdasarkan pada perbedaan konsep antara perdamaian negatif dan perdamaian positif yang juga diperkenalkan oleh Galtung. 3 Maksud dari perdamaian negatif adalah tidak adanya kekerasan fisik. Sedangkan perdamaian positif lebih menekankan pada ketiadaan kekerasan struktural. Perdamaian negatif sama dengan peacemaking, yang mana dalam resolusi konflik bertujuan untuk menghilangkan ketegangan antara pihak yang berkonflik. Sedangkan dalam peacebuilding, yang ingin diwujudkan adalah perdamaian positif dengan menciptakan struktur dan institusi perdamaian berdasarkan pada keadilan, dan kerjasama, serta secara permanen mengatasi penyebab konflik dan menghindari berulangnya konflik. Penggunaan istilah peacebuilding selanjutnya lebih dikenal lagi pada tahun 1992, pada saat sekjen PBB Boutros Ghali menyampaikan An Agenda for Peace. Dalam An Agenda for Peace, Boutros Ghali mengklasifikasikan aktivitas operasi perdamaian, meliputi peacekeeping, peace enforcement, dan postconflic peacebuilding. 4 Selain itu Agenda for Peace juga merupakan tonggak perubahan operasi perdamaian yang dilaksanakan oleh PBB. 3 Edward Newman, Roland Paris, Oliver P Richmond (ed), New Perspectives on Liberal Peacebuilding United Nation University Press, New York, Perbedaan ketiganya adalah sebagai berikut. Peacekeeping : meliputi penyebaran pasukan militer PBB ke negara dengan mandat seperti pada operasi perdamaian yang tradisional (yang terjadi pada era perang dingin). Peace enforcement : mengacu pada sesuatu yang baru dimana penyebaran pasukan yang mana menyerupai operasi perdamaian tradisional melainkan dengan pasukan yang lebih dipersenjatai dan diperbolehkan untuk menggunakan kekuatan militer untuk tujuan tertentu, tidak hanya untuk melindungi diri. Postconflic peacebuilding : mengidentifikasi dan mendukung dibentuknya struktur yang mana dapat memperkuat dan mengokohkan

9 Dalam Agenda for Peace memperkenalkan konsep post-conflict peacebuilding sebagai tahapan yang penting dalam rangkaian operasi perdamaian PBB. Konsep tersebut menjadi komponen yang melekat dalam usaha PBB untuk mengatasi konflik, mencegah terjadinya peperangan kembali serta menciptakan perdamaian di dunia. Proses peacebuilding merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensional dibandingkan dengan operasi perdamaian sebelumnya. Kofi Annan menjelaskan bahwa proses post-conflict peacebuilding mencakup beberapa dimensi yaitu keamanan, politik, sosial, ekonomi, dan psycho-social dimana tujuannya adalah mencapai perdamaian secara negatif dan positif. Pondasi teoritis dari peacebuilding adalah the liberal peace (perdamaian liberal) yaitu gagasan bahwa dengan menerapkan sistem liberal, maka masyarakat akan cenderung untuk menjadi lebih damai, baik dalam urusan dalam negeri mereka dan dalam hubungan internasional, dibandingkan dengan negara negara yang tidak liberal. Selain itu juga terdapat teoritis democratic peace yang mana meyakini bahwa negara bersistem demokrasi tidak akan pergi berperang dengan satu sama lain karena demokrasi memiliki hambatan institusional yang membuat terjadinya konflik dengan negara lain akan lebih sulit. Disamping itu, sesama negara demokrasi akan bergantung satu sama lain secara perekonomian, sehingga apabila terjadi perang maka akan mengganggu hubungan perekonomian/ hubungan perdagangan. 5 Sejalan dengan pondasi teoritis the liberal peace dan democratic peace, dalam proses peacebuilding mencerminkan sebuah proyek liberal yang mana tidak hanya mengelola instabilitas suatu negara tetapi juga berusaha untuk perdamaian. Aktivitasnya antara lain : pelucutan senjata pihak yang berkonflik dan pemulihan ke kondisi yang tenteram, penjagaan dan apabila memungkinkan penghancuran senjata, mengamankan pengungsi, memberi pelatihan dalam keamanan personal, mengawasi pemilu, berusaha secara keras untuk melindungi HAM, memperkuat atau mereformasi istitusi pemerintahan, dan memajukan proses yang formal dan informal untuk partisipati politik. Dari Roland Paris, At Wars End- Building Peace After Civil Conflict, Cambridge University Press, New York, 2004, hal Jeff. Pugh, Democratic Peace Theory : a review and evaluation, CEMPROC working paper series in peace, 2005,

10 membangun perdamaian di dalam negara serta antar negara atas dasar demokrasi liberal dan ekonomi pasar. Selain itu juga dilaksanakan pembenahan di beberapa lembaga untuk membangun negara yang lebih moderen dan kuat guna menciptakan perdamaian. Jadi di dalam proses peacebuilding menekankan pelaksanaan pendekatan yang multidimensional, dengan memperhatikan kebutuhan sosial, ekonomi, dan institusional Argumen Pokok Peran komunitas internasional dalam menghadirkan dan mendukung Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) di Bosnia dilakukan melalui penerapan strategi pembangunan masyarakat sipil. Strategi ini menggantikan strategi terdahulu yaitu top-down. Pada strategi terdahulu fokus kepada state-building yaitu memperkuat struktur dan institusi negara. Sedangkan penekanan dari strategi pembangunan masyarakat sipil adalah mementingkan dialog antar etnis dan pemberdayaan sosial. Komunitas Internasional selanjutnya mengeluarkan program-program yang ditujukan memberikan bantuan finansial dan non-finansial ke Bosnia yang ditujukan untuk menghadirkan dan mendukung perkembangan Organisasi Masyarakat Sipil Metode Penelitian Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan melalui studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur. Selanjutnya melakukan pengolahan data sesuai dengan hukum logika. Literatur yang digunakan tidak terbatas hanya pada buku, melainkan juga menggunakan data yang terdapat di dalam jurnal, artikel yang di dapat melalui internet. Data dan informasi yang didapat dari literatur, dipergunakan oleh penulis

11 untuk membantu menguraikan gagasan, menganalisa dan menjawab pertanyaan penelitian dalam tulisan ini Teknik Analisa data Teknik analisa dalam penelitian ini, terdiri dari langkah langkah pengumpulan data, penilaian/ pemilihan data, penafsiran /interpretasi data dan penyimpulan data. Agar bisa mendapatkan data yang komprehensif, sesuai dengan yang diperlukan untuk menjawab rumusan masalah, diperlukan adanya pemilihan data. Hal ini dikarenakan semua data yang tersedia, tidak selalu relevan dengan informasi yang dibutuhkan. Pemilihan data penting untuk memudahkan pengolahan, agar bisa memperoleh kesimpulan dan penafsiran data yang sesuai dengan konsep yang digunakan Jangkauan Penelitian Penelitian ini menjelaskan tentang peran komunitas internasional dalam menghadirkan dan mendukung organisasi masyarakat sipil di Bosnia pada proses peacebuilding. Oleh karena itu batasan waktu dalam tulisan ini adalah dimulainya proses peacebuilding di Bosnia yaitu tahun Tulisan ini juga menjelaskan tentang organisasi masyarakat sipil, dan tulisan ini akan fokus pada organisasi masyarakat sipil dalam bentuk NGO (Non-Governmental Organization). Hal ini dikarenakan usaha Komunitas Internasional dalam menghadirkan OMS di Bosnia, fokus dalam bentuk NGO. Sehingga NGO merupakan organisasi masyarakat sipil yang tumbuh dan berkembang dengan jumlah yang banyak di Bosnia Organisasi Penulisan Setelah Bab I Pendahuluan, tulisan ini akan dilanjutkan dengan Bab II yang menjelaskan tentang peacebuilding dan organisasi masyarakat sipil di Bosnia. Pada bagian pertama akan menjelaskan tentang latar belakang Peacebuilding di Bosnia Herzegovina yang terdiri dari penjelasan tentang sejarah konflik, operasi perdamaian PBB, dan proses peacebuilding di Bosnia. Sedangkan pada bagian kedua dalam Bab ini akan membahas tentang Organisasi Masyarakat

12 Sipil di Bosnia yang terdiri dari penjelasan tentang pengertian organisasi masyarakat sipil, sejarah organisasi masyarakat sipil di Bosnia, dan pentingnya keberadaan organisasi masyarakat sipil di dalam proses peacebuilding. Tujuan dari Bab ini untuk memberi gambaran umum tentang kondisi konflik di Bosnia, dan proses peacebuilding di Bosnia serta tentang konsep masyarakat sipil dalam kerangka peacebuilding. Pada Bab III akan menjelaskan tentang peran komunitas internasional dalam menghadirkan dan mendukung organisasi masyarakat sipil di Bosnia. Pada bagian awal akan memaparkan tentang peran yang dilakukan oleh komunitas internasional sehingga berimbas pada hadir dan berkembangnya organisasi masyarakat sipil di Bosnia. Selanjutnya akan memaparkan contoh kasus peran dari beberapa komunitas internasional, yaitu program program yang ditujukan untuk menghadirkan dan mendukung organisasi masyarakat sipil di Bosnia. Dua Komunitas internasional yang akan dijelaskan dalam tulisan ini adalah Uni Eropa dan OSCE. Pada Bab IV akan menjelaskan peran dari organisasi masyarakat sipil di dalam proses peacebuilding, khususnya pada usaha memperbaiki hubungan sosial dan menjembatani interaksi antar kelompok etnis. Terdapat 3 NGO yang akan dijadikan studi kasus dalam tulisan ini yaitu SARA, Youth Council dan CDO (Centre drama on education). Pada bagian akhir dari Bab 4 akan menjelaskan tentang pengaruh interaksi yang positif terhadap perbaikan hubungan sosial masyarakat Bosnia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kawasan yang memiliki jumlah perang sipil yang cukup banyak. Bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konflik atau perang sipil merupakan salah satu fenomena yang terjadi di negara-negara yang memiliki tatanan pemerintahan yang belum stabil. Afrika adalah kawasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM)

BAB V PENUTUP. Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Skripsi ini meneliti mengenai peran Aceh Monitoring Mission (AMM) dalam proses peacebuilding di Aceh paska konflik GAM dengan Pemerintah Indonesia. Paska konflik GAM dengan

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Johan Galtung, seorang peneliti perdamaian membagi perdamaian menjadi dua jenis, yaitu perdamaian negatif dan perdamaian positif. 1 Perdamaian negatif diartikan sebagai

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pecahnya Uni Soviet telah meninggalkan berbagai permasalahan dibekas wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi pasca jatuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Bagian dari bab ini memaparkan mengenai tulisan ilmiah yang digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Tulisan ilmiah tersebut dapat berupa jurnal,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN 2006-2009 RESUME Oleh: Angling Taufeni 151 040 132 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tuhana Andrianto, Mengapa Papua Bergolak, (Yogyakarta: Gama Global Media, 2001), Hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai beberapa konflik yang mewujud ke dalam bentuk separatisme. Salah satunya adalah gerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM) di tanah Papua. Tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping,

BAB I PENDAHULUAN. Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pasukan Perdamaian PBB, atau yang dikenal sebagai pasukan peacekeeping, merupakan suatu pasukan yang berada di bawah komando Dewan Keamanan PBB melalui Department

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Studi Hubungan Internasional memiliki beberapa perspektif dalam melihat berbagai permasalahan internasional, yaitu realisme, liberalisme dan globalisme. Pada

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat

BAB I PENDAHULUAN. PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun Saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PBB adalah organisasi internasional yang didirikan pada tahun 1945. Saat ini terdiri dari 193 negara anggota. PBB dipandu oleh tujuan dan prinsip yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tesis ini membahas tentang proses reintegrasi di Aceh pasca pendandatanagan MoU Helsinki pada tahun 2005. Beberapa badan terlibat dalam proses reintegrasi di Aceh. Reintegrasi di Aceh

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut. BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi internasional yang paling terkenal saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi internasional yang paling terkenal saat ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebuah organisasi internasional yang paling terkenal saat ini adalah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat ini PBB memiliki anggota hampir seluruh negara di dunia.

Lebih terperinci

PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL NEGARA : STUDI KASUS PERAN PASUKAN PERDAMAIAN PBB DI SIERRA LEONE TAHUN

PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL NEGARA : STUDI KASUS PERAN PASUKAN PERDAMAIAN PBB DI SIERRA LEONE TAHUN UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL PROGRAM PASCASARJANA PERAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INTERNAL NEGARA : STUDI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian pertama yang menjadi tinjauan pustaka bagi penulis adalah tulisan Philista Sang (2013) yang berjudul The Role of NGOs in Conflict Transformation:

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

Eropa Pasca Perang Dingin.

Eropa Pasca Perang Dingin. Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling

Lebih terperinci

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY

TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY l Edisi 048, Februari 2012 P r o j e c t TURKEY, EUROPE, AND PARADOXES OF IDENTITY i t a i g k a a n D Ziya Onis Terkatung-katungnya Nasib Turki di Eropa Review Paper oleh Ihsan Ali-Fauzi 1 Edisi 048,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008

BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 BAB IV KONTRIBUSI UNI EROPA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK GEORGIA DAN RUSIA TAHUN 2008 Dalam bab IV penulis akan membahas tentang beberapa hal yang menjadi alasan organisasi internasional Uni Eropa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti konflik kekerasan sangat terbatas. Diplomasi dan persetujuan

BAB I PENDAHULUAN. menindaklanjuti konflik kekerasan sangat terbatas. Diplomasi dan persetujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang sejarah sistem negara modern, mekanisme utama untuk menindaklanjuti konflik kekerasan sangat terbatas. Diplomasi dan persetujuan hasil negosiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan peace building atau pembangunan damai pasca konflik menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional. Persoalan ini menjadi sangat signifikan

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN

PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN (Review Kuliah Umum Bpk Edy Prasetyono, Ph.D.) 2 Desember 2006 Pasca Perang Dunia II, keadaan Eropa mengalami kehancuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti akan menyajikan terkait dengan latar balakang masalah yang ada dilapangan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan rumusan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah BAB IV PENUTUP Berdasarkan analisis-analisis Penulis yang dipaparkan pada Bab III setelah melalui bukti-bukti dari beberapa blue print, pidato dan peryataan-peryataan maupun penjelasan-penjelasan maka

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret

Bab I Pendahuluan. Justice. 9 Maret 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan Burundi merupakan salah satu negara di Afrika bagian Timur. Berbatasan dengan Rwanda di bagian utara dan Tanzania di Bagian selatan. Terdapat 3 etnis yang bermukim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta

SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta SILABUS INTENSIVE COURSE IN PEACE RESEARCH (ICPR) Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta Pengantar Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD) Paramadina adalah lembaga otonom

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang lingkup internal maupun eksternal. Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam ruang lingkup internal maupun eksternal. Indonesia merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini konflik merupakan hal yang sangat lazim terjadi, baik konflik yang terjadi dalam ruang lingkup internal maupun eksternal. Indonesia merupakan salah

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar

Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar OPINI-JAWA POS Negara dalam Arus Pendisiplinan Pasar Oleh Adde M Wirasenjaya PADA tahun 1954, seorang antropolog muda dari Amerika ke tanah Jawa. Sang antropolog diberikan tugas meneliti mengapa Jawa tidak

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI dalam Presidential Lecture oleh Mantan PM Polandia, Lech Walesa, 12 Mei 2010 Rabu, 12 Mei 2010

Sambutan Presiden RI dalam Presidential Lecture oleh Mantan PM Polandia, Lech Walesa, 12 Mei 2010 Rabu, 12 Mei 2010 Sambutan Presiden RI dalam Presidential Lecture oleh Mantan PM Polandia, Lech Walesa, 12 Mei 2010 Rabu, 12 Mei 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DALAM PRESIDENTIAL LECTURE OLEH MANTAN PRESIDEN

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai bangsa yang multikultur ternyata belum berhasil melakukan internalisasi nilai kedamaian yang terlihat dari masih mengemukanya berbagai

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Bagian ini merupakan pemaparan tentang hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya. Untuk mengarahkan deskripsi kepada kesimpulan penelitian terhadap respon

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bertolak dari pemaparan hasil penelitian dan penggkajian dengan menggunakan prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME

BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN RESUME BISNIS MILITER DI THAILAND PASKA KRISIS EKONOMI ASIA TAHUN 1998-2004 RESUME Disusun oleh : Budi Septiawan (151040062) JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI KERJASAMA INTERNASIONAL Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si Teori Aliansi Teori Integrasi Teori Kerjasama Teori Peranan TEORI ALIANSI TEORI ALIANSI

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

BAB III PEACEKEEPING OPERATION PBB DAN HAMBATAN-HAMBATANNYA

BAB III PEACEKEEPING OPERATION PBB DAN HAMBATAN-HAMBATANNYA BAB III PEACEKEEPING OPERATION PBB DAN HAMBATAN-HAMBATANNYA Dengan berkembangnya ilmu hubungan internasional pasca Perang Dunia II, ditambah dengan banyaknya tindakan dekolonisasi dan negara-negara yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut

BAB I PENDAHULUAN. Perancis 19,5%, Italia 6,6%, dan Romans 0,4% ), Do not meddle in foreign disputes!, 5 yang artinya jangan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Swiss adalah negara berbentuk konfederasi yang terletak di jantung Eropa antara Perancis, Jerman, Austria, Italia dan Liechtenstein, dengan total luas wilayah hanya

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1 Handoko Soetomo 2 Peran organisasi masyarakat sipil (OMS) di Indonesia tak dapat dilepaskan dari konteks dan tantangan

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dan interaksi internasional berbagai bangsa memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain, baik berupa kepentingan ekonomi, politik dan berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua.

BAB V KESIMPULAN. B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. BAB V KESIMPULAN Pemberian Referendum terhadap Timor-Timur yang dikeluarkan Presiden B.J. Habibie merupakan suatu keputusan yang seperti pedang bermata dua. Dimana satu sisi mendapat pertentangan dari

Lebih terperinci