MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XIII/2015

Transkripsi

1 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) J A K A R T A SELASA, 9 JUNI 2015

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran [Pasal 158 ayat (2) huruf c] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Ucok Samuel Bonaparte Hutapea ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 9 Juni 2015, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) I Dewa Gede Palguna (Ketua) 2) Wahiduddin Adams (Anggota) 3) Manahan MP Sitompul (Anggota) Saiful Anwar Panitera Pengganti i

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Ucok Samuel Bonaparte Hutapea ii

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sidang Pemeriksaan Pendahuluan untuk Permohonan Nomor 64/PUU-XIII/2015 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK PALU 3X Saudara Pemohon, silakan Saudara memperkenalkan diri terlebih dahulu. 2. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Selamat sore. Terima kasih, saya ucapkan kepada Majelis Hakim Yang Mulia. Nama saya Capt. Samuel Bonaparte Hutapea. Saya seorang Warga Negara Indonesia, Ahli Hukum Maritim, Konsultan Maritim, dengan ini mengajukan uji materiil terhadap Undang-Undang Pelayaran, secara khususnya Pasal 158 terkait komposisi saham perusahaan pelayaran nasional terhadap Undang-Undang Dasar, terkait kepastian hukum. Dalam Undang-Undang Pelayaran ( ) 3. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, baik, ya oke, itu perkenalan dulu. Nah, sekarang silakan Saudara menyampaikan pokok-pokok permohonan Saudara, tidak perlu semuanya dibacakan karena dokumennya sudah ada pada kami. Jadi cukup Saudara sampaikan halhal yang berkenaan dengan pokok-pokok permohonan ini, yaitu kedudukan hukum. Saudara sebagai perorangan Warga Negara Indonesia mungkin atau sebagai apa dalam mengajukan permohonan ini? Kemudian alasan pengajuan permohonan ini? Dan kemudian yang terakhir tentu saja, apa yang Anda minta dari Mahkamah, yaitu dari petitum dari permohonan ini? Saya kira demikian, ya. Silakan. 4. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Saya mengajukan permohonan ini atas nama pribadi sebagai Warga Negara Indonesia dan sebagai pemerhati Hukum Maritim di Indonesia dan organisasi atau bisnis maritim di Indonesia yang terkait dengan efek yang ditimbulkan atas pasal undang-undang yang saya uji materiilkan tersebut. 1

5 Efek dari undang-undang tersebut menimbulkan kepemilikan asing terhadap perusahaan pelayaran Indonesia dapat lebih dari 40% 49% atau dapat menjadi mayoritas pada perusahaan pelayaran nasional. Hal mana bertentangan dengan asas cabotage. Asas cabotage adalah asas yang diintruksikan oleh Presiden untuk melindungi pelayaran nasional dan perusahaan-perusahaan pelayaran nasional. Sebagai pribadi, tentu suatu saat karena bidang saya adalah bidang maritim, amat sangat dimungkinkan, saya berencana membuka perusahaan pelayaran di hari depan. Dengan kondisi yang ada saat ini, di mana adanya asing yang memiliki komposisi saham lebih dari 49% atau mayoritas, tentu saja perusahaan yang akan saya dirikan ataupun perusahaan pelayaran nasional yang sekarang berdiri tidak akan mampu bersaing dengan baik. Asas cabotage sendiri memang dibuat untuk melindungi perusahaan nasional. Hal mana juga dilakukan hampir di semua negara yang berkembang untuk melindungi bisnis di negaranya. Karena jika tidak dibatasi, tentu negara lain yang lebih maju dengan kemampuan modal yang lebih besar akan akan menguasai prospek bisnis dalam negara tersebut. Asas cabotage tidak hanya diberlakukan di Indonesia, tetapi negara lain juga memberlakukannya. Di Indonesia atas undang-undang tersebut, dengan redaksi yang demikian, menimbulkan perusahaan pelayaran yang didirikan setelah undang-undang tersebut dilahirkan, harus mengikuti komposisi saham sesuai dengan aturan undang-undang tersebut, yaitu mayoritas harus nasional. Artinya, 51% minimum dimiliki lokal, tetapi undang-undang tersebut tidak memberikan aturan peralihan tentang perusahaan-perusahaan pelayaran yang telah didirikan sebelum undang-undang tersebut ditetapkan. Di mana masih banyak perusahaan pelayaran asing di Indonesia dengan kepemilikan saham lebih dari 49%. Oleh karenanya, ketidakpastian hukum tersebut menimbulkan sampai saat ini perusahaan-perusahaan tersebut, tidak juga mengubah komposisi sahamnya. Karena tidak juga diatur oleh undang-undang tersebut tentang divestasi sahamnya. Dalam pasal yang lain, tentang asas cabotage. Dalam undangundang tersebut mengatur tentang penggunaan kapal di dalam negeri, angkutan di dalam negeri harus digunakan oleh harus dilakukan oleh perusahaan Indonesia dengan kapal berbendera Indonesia diawaki oleh awak Indonesia. Untuk hal tersebut, diatur masa peralihan. Bahwa tiga tahun setelah undang-undang ini dibuat, harus sudah dipenuhi oleh seluruh pelayaran, seluruh perusahaan pelayaran yang ada di Indonesia. Akan tetapi, terkait komposisi saham tidak diatur bahwa perusahaan yang tidak sesuai dengan ketentuan undang-undang tersebut, kapan dia harus mengalihkan sahamnya. Sehingga sampai saat ini, perusahaan-perusahaan pelayaran tersebut, merasa tidak diwajibkan untuk mengubah komposisi sahamnya. Hal mana bertentangan dengan norma Undang-Undang Pelayaran itu sendiri, bertentangan dengan nafas 2

6 dari asas cabotage sendiri. Karena memang tujuan asas cabotage adalah kalau saya boleh gunakan secara bebas, miniatur dari nasionalisasi. Kalau nasionalisasi secara umum, asas cabotage adalah nasionalisasi dalam bidang pelayaran. Kerugian yang diderita adalah karena perusahaan-perusahaan pelayaran asing yang saat ini memiliki komposisi saham mayoritas di dalam Indonesia, tentu adalah perusahaan-perusahaan lama yang modalnya sangat kuat, yang kemampuan tonase kapalnya sangat kuat, sehingga tidak mungkin sanggup disaingi oleh pengusaha-pengusaha baru ataupun pengusaha-pengusaha lama karena keterbatasan modal dan lain-lain. Di dalam bisnis maritim, modal yang dibutuhkan luar biasa besar $ hanya akan bisa membeli satu kapal pengeboran. Sementara, mungkin dalam bisnis lain, $ dapat membuka bisnis yang menengah atau besar. Tetapi dalam bisnis maritim, $ hampir dapat dikatakan tidak ada artinya. Perlu dana yang luar biasa, tanpa pembatasan, maka asing yang akan menjadi mayoritas, maka bertentangan dengan nafas yang dari asas cabotage itu sendiri, bertentangan dengan norma dari undang-undang itu sendiri, bertentangan dengan tujuan dari adanya perlindungan terhadap perusahaan pelayaran nasional itu sendiri. Demikian, Yang Mulia. 5. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Lalu petitum Saudara bagaimana? Tolong dijelaskan dulu. 6. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Petitumnya yang saya harapkan, agar Mahkamah memutuskan bahwa ketentuan peralihan yang berlaku dalam pasal lain terkait penggunaan kapal, berlaku juga terkait komposisi saham, peralihannya disamakan. Bahwa maksimum 3 tahun setelah undang-undang tersebut ditetapkan, semua perusahaan pelayaran di Indonesia komposisi sahamnya harus mengikuti aturan yang dalam undang-undang tersebut. Demikian, Yang Mulia. 7. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik. Terima kasih, Saudara. Kami bisa memahami apa yang Anda sampaikan. Tetapi begini, ini adalah sidang terbuka. Dan dengan demikian, publik juga sebenarnya akan mengikuti persidangan ini. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang mau saya sampaikan terlebih dahulu karena 3

7 menurut ketentuan undang-undang, kami diwajibkan untuk memberikan nasihat pada Saudara sebelum nanti Yang Mulia Para Hakim yang lain. Yang pertama, perlu saya sampaikan yang mungkin berkaitan dengan struktur dari permohonan sendiri ya, tentu dari permohonan sendiri. Ya, Anda sudah menjelaskan kewenangan Mahkamah sudah pasti bahwa kewenangan Mahkamah itu adalah ini, ini, ini, sedangkan yang Saudara ajukan adalah pengujian undang-undang. Dengan demikian, maka itu adalah kewenangan Mahkamah, oke. Nah, biasanya memang di persoalan legal standing itu yang banyak menimbulkan apa yang banyak memerlukan perhatian, sehingga orang bisa memahami. Karena di situ ada dua hal yang perlu dijelaskan. Pasal 51 Undang-undang Mahkamah Konstitusi, itu kan menegaskan siapa yang dapat mengajukan permohonan dan mengapa? Gitu, kan? Siapanya itu adalah pihak yang hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh yang menganggap, gitu ya, hak dan/atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakuknya ketentuan undang-undang ini, kan gitu. Siapa saja dia? Satu, ada perseorangan Warga Negara Indonesia, dalam hal ini termasuk kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama. Yang kedua, ada badan hukum, publik, maupun privat, dan lembaga negara, gitu kan. Kesatuan masyarakat hukum adat dengan persyaratan tertentu. Nah, di situlah pentingnya Anda harus menjelaskan terlebih dahulu, gitu kan. Anda Pemohon adalah dalam hal ini sebagai perorangan Warga Negara Indonesia, kan? Perorangan Warga Negara Indonesia. Nah, dalam kedudukan sebagai perorangan Warga Negara Indonesia itu, hak konstitusional apa yang Anda dirugikan oleh berlakunya undang-undang ini? Ini persoalan yang kedua. Tentu itu akan bercermin dari ketentuan undang-undang yang akan Anda uji, ya. Di situlah orang kemudian akan melihat, apa hak konstitusional Anda yang dirugikan? Nah, masih berupa anggapan terlebih dahulu. Nah, Mahkamah kemudian sudah mempunyai yurisprudensi, untuk bisa disebut ada kerugian itu apa saja syaratnya? Itu ada. Anda sudah tahu itu, kan? Adanya hak atau nah itu. Nah, itulah yang mesti yang dirumuskan secara sistematis terlebih dahulu, sehingga orang dengan mudah akan bisa memahami sebenarnya bahwa Anda memang mempunyai legal standing. Nah, ini tentu akan menjadi persoalan karena legal standing itu ibaratnya pintu. Kalau Anda memasuki rumah, itulah yang harus terbuka terlebih dahulu sebelum bisa masuk ke rumah. Nah, di sini yang perlu di kita perhatikan baikbaik. Nah, di sini ada satu hal yang nah, Anda menyampaikan dulu uraian dari kerugian itu satu sampai okelah sebagai perorangan Warga Negara Indonesia Anda maju, ya. Nah, dari perorangan itu ada hak-hak konstitusional, itu dirinci, sehingga menurut anggapan Anda ada 4

8 kerugian, 1, 2 3, 4, 5 itu. Ada bahwa hak konstitusional itu Anda memiliki hak konstitusional. Yang kedua, itu harus bersifat spesifik, gitu kan. Yang secara aktual ataupun potensial, yang menurut penalaran yang wajar itu dapat dipastikan akan terjadi kerugian itu, nah itu. Itu seterusnya mesti diuraikan. Berkaitan dengan itu, maka di angka di halaman 5 dari permohonan ini, di iii itu (suara tidak terdengar jelas), Saudara mengatakan kan ya Saudara akan berencana untuk mendirikan satu perusahaan yang bergerak di bidang pelayaran suatu saat kelak, semoga dalam waktu dekat katanya. Pernyataan ini perlu didukung oleh bukti, apakah Saudara ada bukti permulaan kira-kira yang menunjukkan bahwa Saudara memang bisa melihat, sehingga kami bisa menilai bahwa Saudara potensial untuk mengalami kerugian yang menurut penalaran yang wajar memang dapat dipastikan akan terjadi kalau pasal ini masih ada. Nah, ini tentu memerlukan bukti. Kalau soal punya niat, semua orang bisa mengatakan begitu. Misalnya orang mau menjadi calon kepala daerah umpamanya, bagaimana buktinya? Dia sudah mendaftar di KPU misalnya, ternyata ditolak karena dia tidak memenuhi persyaratan ini. Itu bukti. Sama juga ini, ini penting. Kalau ada bukti permulaan yang ya tidak perlu banyak misalnya, entah apalah yang Anda punya misalnya, sebagai pendukung dari pernyataan Anda di angka 3 ini. Nah, itu akan lebih menjelaskan karena nanti itu akan ada kaitannya kan ketika kita menilai hubungan kausal antara yang kerugian itu. Baiklah, walaupun secara argumen memang menarik permohonan ini. Tetapi kalau legal standing-nya tidak bisa dijelaskan, kan nanti susah juga kita akan menerima, itu satu. Nah, kemudian yang kedua ya, jadi kalau argumen yang sepanjang saya dengar tadi secara lisan dan di secara tertulis juga sudah ada yang lebih lengkapnya, sudah kami pahami. Yang jadi persoalan kemudian adalah seolah-olah di dalam diktum dari petitum ini, Anda meminta kami atau Mahkamah menjadi positif legislator di sini karena harus apa namanya menyatakan Pasal 158 ayat (2) huruf c Undang-Undang Pelayaran ini bertentangan ya dengan Undang-Undang Dasar 1945 sepanjang tidak dimaknai frasa perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal harus menyesuaikan komposisi usahanya sesuai dengan undang-undang ini paling lambat tiga tahun sejak undang-undang ini berlaku. Itu bagaimana menyelipkan itu di dalam Pasal 158 yang ketentuan yang Anda uji ini kan? Pasal 158 itu kan duduk bunyinya, Kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia, itu bunyinya seperti itu, ya kan? Kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh badan hukum Indonesia. 5

9 Nah, itu kalau dihubungkan dengan petitum Anda, maksudnya bagaimana? Apakah bagian kalimat itu mau Anda ganti maksudnya Anda meminta Mahkamah untuk mengganti dengan kalimat yang ada di petitum ini? Apa itu maksudnya? 8. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Bisa ditambahkan disisipkan, Yang Mulia? 9. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, nanti nanti itu bagian yang lain nanti. Jelaskan saja dulu, Anda mempunyai waktu untuk melakukan perbaikan nanti. Itu maksudnya apa? Jelaskan dulu, biar kami paham. 10. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ya, maksudnya agar komposisi saham sebagaimana diatur dalam Pasal 158 tersebut dilaksanakan oleh semua perusahaan pelayaran nasional pemilik kapal, baik yang telah berdiri sebelum undang-undang ini diundangkan, maupun yang setelah. 11. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, tapi kalau begitu bunyinya, itu kan gimana? Berarti Anda seolah-olah membuat Mahkamah ini membuat merumuskan merumuskan ketentuan, gitu jadinya kan? 12. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Akan tetapi, di ketentuan yang lain, hal peraturan peralihan tersebut sudah ada, Yang Mulia. 13. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Betul, tapi kan bukan itu yang diuji kan? Tapi Anda mau memindahkan seolah-olah begitulah, memindahkan ketentuan itu untuk berlaku juga dalam hal soal kepemilikan saham, itu maksudnya kan? 14. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Bukan ( ) 6

10 15. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Yang berkaitan dengan ke soal kepemilikan saham? 16. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Karena kalau redaksinya begini, kan tidak kan ada ketidakpastian hukum bahwa kapan diikuti bagi yang sudah sudah terlanjur memiliki komposisi saham lebih dari yang diaturkan, apakah harus mengikuti atau tidak? Kan jadi tidak jadi ada ketidakpastian hukum. Jadi, ada kondisi yang ada sekarang ini. Jadi, ada saat ini Dephub beberapa kali atau berkali-kali menolak pendaftaran kapal karena yang mengajukan adalah perusahaan pelayaran. 17. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Ya, ya, maksud saya, itulah. Kami mengerti dengan apa yang Anda persoalkan, cuma yang ini kan kaitannya soal apakah Mahkamah berwenang untuk mengubah teks, kan itu yang menjadi persoalan sekarang, tapi Anda kan meminta untuk memaknai, begitu kan? Jadi, ini. Jadi, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar sepanjang tidak dimaknai frasa ini. Coba, coba, Anda rumuskan misalnya ininya, sepanjang tidak dimaknai yang yang mananya yang di yang harus dimaknai begitu? Kan Pasal 158 ayat (2) itu coba Anda ini, coba Anda bunyikan dulu Pasal 158 itu, kemudian nanti coba kita hubungkan dengan petitum ini. Coba. 18. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA 158 huruf c, Kapal milik Badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan ( ) 19. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Enggak, dari induknya dari dari induknya baca dulu ya. 20. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Dari induknya. Kapal yang telah diukur dan mendapat surat ukur dapat didaftarkan di Indonesia oleh pejabat sori, oleh pemilik kepada pejabat pendaftar dan pencatat balik nama kapal yang ditetapkan oleh menteri. Ayat 2, Kapal yang dapat didaftar di Indonesia, yaitu (a) kapal dengan ukuran tonase kotor ( ) 7

11 21. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, langsung c. 22. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA (c) kapal milik Badan Hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. 23. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, itu kan. Lalu, coba sekarang dengan petitum Anda. Berarti kan pasal itu induknya masih bunyinya gimana, yang dapat ditambahkan, kapal? 24. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ya, milik perusahaan... milik Badan Hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. 25. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, sekarang Anda minta di petitumnya supaya dimaknai bagaimana? 26. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Dimaknai bahwa perusahaan pelayaran perusahaan pelayaran di Indonesia harus mengikuti komposisi saham, sebagaimana diatur dalam Pasal 158 ayat (2) huruf c, paling lambat 3 tahun setelah undangundang ini berlaku. 27. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, itu yang saya maksud, jadi mengganti jadinya, kan? Itu yang saya maksud. Ya, tapi karena itu sebagai satu permohonan, okelah. Jadi, kami menyarankan itu yang dipertegas. Gimana? Karena itu kan jadi enggak nyambung dengan bunyi yang di yang di atasnya, yang induk pasalnya itu kan lain ininya. Nah, tapi, itu terserah Andalah nanti. Tapi kalau buat perbaikan... kalau supaya lebih gampang dipahami, nanti supaya permohonannya tidak dianggap kabur, gitu. 8

12 28. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Baik. 29. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Positanya jelas, yang kita... yang kami anu... yang Saudara jelaskan tadi di posita jelas, kami bisa menangkap itu. Tapi begitu sampai di petitum, kok, kenapa jadi kacau gitu kan? Nah ini. Dan nanti ketika membuat pernyataan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tidak disebutkan... tidak perlu disebutkan lagi pasalnya, cukup dengan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kemudian yang kedua tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Nah, kalau Anda mau ada sesuatu yang sifatnya bersyarat di situ atau conditional, entah conditionally constitutional (konstitusional bersyarat), entah conditionally unconstitutional, nah itu di situ yang harus Anda jelaskan. Di bagian di petitum itu. Nah, kan ini... itu yang nanti coba Saudara lebih jelaskan lagi, ya, supaya tidak menimbulkan kebingungan nanti yang membaca. Itu dari saya. Dari Yang Mulia, siapa yang dulu, Pak Sitompul? Oh, Yang Mulia Pak Wahid. 30. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Ketua... Yang Mulia Ketua, ini saya ingin penajaman, nanti untuk dapat bahan masukan, apakah akan menjadi bahan perbaikan. Ini Pemohon menyebut, ya, ada empat alasan pengujian ini, Pasal 158 ayat (2) ya huruf c Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran itu menimbulkan ketidakpastian hukum, sehingga pelaksanaan bertentangan dengan semangat yang termuat dalam terutama Pasal 8 dan penjelasannya ya, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 mengenai Asas Cabotage. Ini asas cabotage ini memang semacam ruh dari undang-undang ini, dimana dimaksudkan dengan asas ini kita menunjukkan sebagai negara yang berdaulat ya, kemudian kita dapat mewujudkan prinsip wawasan nusantara dan kemudian dimaksudkan bahwa angkutan laut kita ini dapat pangsa muatan yang luas, yang besar. Saya pernah ingat, kalau enggak salah, di Pasal 8 ini pernah ada Perppu? Coba saya ingat-ingat dulu, pernah, nanti tetapi nanti. Saya pernah ini apa sempat keluar apa kalau enggak salah ini, asas cabotage ini masanya kira-kira 2 atau 3 tahun yang lalu pernah masalah besar kan ini ya. Nah, tapi okelah coba lihat. Yang dimohonkan ini, tadi sudah dipertajam oleh Pak Palguna tadi, Pasal 158 ayat (2). Nah, kalau sepanjang tidak dimaknai frasa, jadi perusahaan pelayaran nasional (suara tidak terdengar jelas) harus dapat 9

13 menyesuaikan komposisi itu menggantikan pengertian c, ya. Pasal 158 ayat (2) huruf c yang tadinya, Kapal milik badan hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia, dimaknai atau kalau lebih luas, sebagai positif legislator. Ini diubah katanya... kata-katanya, Perusahaan nasional... pelayaran nasional, pemilik kapal harus menyesuaikan komposisi sahamnya sesuai dengan undang-undang ini, paling lambat 3 tahun sejak undang-undang ini berlaku. Nah, kalau kita baca itu menjadi tidak konteks, jadi Pasal 158 ayat (2), Kapal yang dapat didaftarkan. Kapal, ininya ini subjeknya kapal yang dapat didaftarkan. a. Kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya. b. Kapal milik Warga Indonesia. c. Kapal milik badan hukum. Nah, lalu kita langsung keluar ini, bukan kapal, tapi perusahaan pelayaran nasional, pemilik kapal, lalu ada norma juga, harus. Nah, di huruf itu lalu ada norma, padahal dia ada menguraikan kapal yang dapat di daftarkan, lalu mau dimaknai atau lebih tegas lagi, mau diganti frasa ini dengan perusahaan pelayaran nasional, lalu di sana dia ada keharusan lagi. Nah ini, pasal ini normanya menjadi tidak konsisten dengan kan ayat (2) huruf c ini kan adalah penjabaran dari angka 2, jadi seolah-olah ini ayat sendiri sebetulnya. Ya, kalau mau ini, ayat sendiri. Tapi, ya... di ketentuan peralihan ini nanti coba lihat. Karena Pasal 158 ini bicara tentang kapal, bukan perusahaan pelayarannya. Nah, coba lihat. Kemudian yang kedua, kalaupun memang komposisi sahamnya itu diinginkan berlaku sejak paling lambat 3 tahun sejak undang-undang ini berlaku, sudah lama ini berlaku. Undang-undang ini tahun 2008, berarti 2011 yang lalu sudah berlaku sebetulnya atau Pemohon maksud berlaku surut. Karena sejak undang-undang ini berlaku... ini tahun 2008 sudah berlaku, paling lambat 3 tahun, gitu. Ya, sudah berlaku tahun 2011 tadi, andai kata ada kata-kata paling lambat 3 tahunnya ini atau punya konsekuensi, ya bahwa kalau misalnya ini dikabulkan, ketentuan ini berlaku surut. Nah, ini satu hal yang tidak di sini, tentu apa... pengaturan di Pasal 158. Coba diinikan nanti. Kemudian, petitum ini ada alternatif juga, ya, atau yang empat... yang empat itu menyatakan, Ketentuan peralihan, sebagaimana dimaksud pasal... berlaku. Nah, ini 341 itu kapal asing yang saat ini masih melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri tetap dapat melakukan kegiatannya paling lama 3 tahun sejak undang-undang ini berlaku. Nah, kalau ini juga berlaku untuk itu, sama persis tadi, 3 tahun sejak tahun 2008, tahun 2011, sudah lewat. Artinya, norma 3 tahun ini pun sudah tidak valid lagi. Karena, ya, tahun 2008 berlaku paling lambat 3 tahun, ya, tahun 2011 sudah berlaku, punya konsekuensi tidak, kalau 10

14 memang ini misalnya nanti dikabulkan misalnya, ya, lalu berlaku surut. Nah, ini ketentuan peralihan seperti ini, jadi hal-hal seperti ini. Coba lihat dulu, kalau enggak salah 3-4 tahun lalu itu pernah semacam perppu atau dikaitkan dengan undang-undang lain, Pasal 8 ini adalah masalah memang, masalah cabotage itu. Waktu itu kan ramai, ya, 3 tahun yang lalu masalah cabotage itu kan, ya, perusahaan... ternyata kan apa... perusahaan dalam negeri itu, ya, perusahaan luar, tapi memakai Bendera Indonesia masuk ke wilayah kita, gitu kan, ya. Ya, mereka, ya, mendapat pangsa muatan cukup apa... luas, sementara perusahaan kita, ya, tetap gigit jari, gitu kan. Nah, tapi mereka masuk tidak kapal asing, tapi Bendera Indonesia dipakai gitu kan, ya. Coba ingat hal... saya agak sedikit lupa 3 tahun yang lalu begitu, tapi terkait dengan permohonan ini, itu tadi, letak misalnya memaknai ini bicara soal kapal, kok, bicara pelayaran nasional. Kemudian 3 tahun itu tadi, ini sudah lewat cukup jauh tahun 2008, tahun 2011, ya. Atau mau diubah sekian tahun kalau seandainya misalnya dikabulkan, ya, mulai berlaku sekarang. Kan punya implikasi kalau dianggap 3 tahun yang lalu sudah berlaku tahun 2011 berarti, punya konsekuensi terhadap, ya, pelaksanaan asas cabotage ini. Ya, terima kasih, Pak. 31. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, itu ya. Jadi begini, akan masuk akal kalau Saudara misalnya meminta di dalam petitum itu umpamanya karena kalau Pasal 158 tetap yang Saudara mau uji itu. Karena bunyinya kan Pasal 158 ayat (2) itu, Kapal yang dapat didaftar di Indonesia, yaitu (c) kapal milik Badan Hukum Indonesia yang merupakan usaha patungan, yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Seandainya misalnya, seandainya, yang Saudara minta adalah bahwa dalam petitum bahwa Pasal 158 ayat (2) dianggap tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, kecuali dimaknai bahwa yang dimaksud mayoritas saham itu adalah minimal misalnya 55%, misalnya gitu. Sepanjang misalnya dimaknai begitu atau minimal 60% misalnya gitu karena ini kan enggak jelas mayoritas itu berapa, gitu, umpamanya. Itu masuk akal, tapi ini Saudara memindahkan ketentuan... satu, memindahkan ketentuan, sehingga kalimatnya menjadi tidak bunyi kalimat ini. Kemudian yang kedua, itu juga mengenai satu soal sesungguhnya materi itu adalah materi yang di ketentuan peralihan. Itu kan dua hal yang ini kan, ketentuan untuk peralihan. Sehingga kalau tetap demikian yang Saudara minta, ini sebenarnya permohonan lebih tepat permohonan legislatif review bukan judicial review jadinya, gitu. Itu yang perlu Saudara pertimbangkan nanti, ya, itu. Kemudian yang kedua, nanti Anda mempunyai kesempatan untuk melakukan perbaikan permohonan, tapi sebelum itu saya mau 11

15 sampaikan, undang-undang yang dijadikan alat bukti itu tolong lengkapi sajalah, ya, semua yang lengkap sampai ke penjelasannya. Kan karena semua kita perlu, walaupun kami dapat mengunduh, ya, dapat mengunduh dari... ini kan... tapi ini kan alat bukti Saudara, alat bukti Saudara. Jadi, dilengkapi semuanya sampai ke penjelasan karena nanti kan kita untuk mengetahui logika dari undang-undang itu, jangan cuma difotokopi Pasal 1 sampai sekian, sehingga nanti ketika kita berdebat tentang konteksnya, gitu, orang nyari-nyari ke mana ini, gitu, ya itu. Nah, di samping itu tadi. Kalau Saudara juga mempertahankan yang 3 tahun ini, kan syarat kerugian konstitusionalnya itu yang terakhir itu kan itu... kerugian itu akan apabila permohonan dikabulkan, maka kerugian itu tidak akan atau tidak lagi terjadi. Ini kan keburu sudah terjadi, enggak akan menyelesaikan masalah nanti kalau demikian. I Nah, itu terlepas dari... dari persoalan yang ini ya, dari rumusan hitung Saudara. Jadi, itu tolong diperhatikan tadi, apa yang sudah disampaikan oleh kami, Hakim Panel. Ada yang mau ditanyakan lagi Saudara? 32. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ada, Yang Mulia. 33. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya? 34. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ya, ada, Yang Mulia. 35. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, apa itu? Silakan. 36. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Karena 158 itu dipilih karena memang tidak ada aturan lain yang mengatur tentang komposisinya di dalam undang-undang ini karenanya hanya pasal itu yang bisa disentuh terkait komposisi saham, tidak ada definisi perusahaan pelayaran nasional adalah perusahaan yang demikian, hanya di sini saja dasarnya untuk Dephub atau dalam praktik pembatasan komposisi saham asing itu hanya di pasal ini. Itu sebabnya saya enggak saya tidak dapati pasal lain untuk disentuh terkait komposisinya, saya ada kesulitan di situ memang. 12

16 37. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya okelah, okelah. Kalaupun memang yang Saudara maksudkan itu adalah demikian, maka tentu perumusan petitumnya tidak akan menjadi seperti itu, harus ya itu... kami tentu tidak boleh mengajari terlalu jauh, bagaimana Anda akan hal itu. Itu pintar-pintarnya Saudaralah sebagai Pemohon nanti merumuskan itu kan, supaya sesuai dengan keinginan Anda, tapi kalau begini kan, jadi anu... nanti anakanak muda bilang ini Jaka Sembung naik ojek nanti ini kan, Enggak nyambung, Jek, katanya dia bilang. Karena antara yang Anda maksudkan dengan apa yang mau diini. 38. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Baik. 39. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Nah, itu tolong diperbaiki ya. 40. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Izin lagi, Yang Mulia. Kalau boleh. 41. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, silakan. 42. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Sebetulnya, dalam undang-undang ini ada ada pasal lain yang hendak Pemohon ujikan, apakah sebaiknya digabung, apakah itu dimungkinkan atau tidak? 43. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Dimungkinkan kalau Saudara mau melakukan perbaikan, nanti kan kami akan berikan tenggang waktu. Saudara memiliki waktu dua minggu nanti untuk melakukan perbaikan. 14 hari, ya, 14 hari untuk melakukan perbaikan dan itu silakan. Jangankan untuk itu, untuk menarik permohonan pun boleh, kalau ini atau mengubah pikiran misalnya, bukan itu yang menjadi penting misalnya, supaya sesuai dengan maksud Saudara dan lebih menggambarkan kerugian hak konstitusional Anda, silakan, tapi ini kan... anu... itu hak Saudara, ya. 13

17 44. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ya, Yang Mulia. Akan tetapi, pasal yang lain ini, ini tidak berhubungan materinya dengan komposisi saham. 45. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya Anda harus membuat argumen tersendiri kalau begitu, kan bukan... bukan (...) 46. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Ya, apa lebih baik dipisah atau (...) 47. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Enggak, satu permohonan pasal ini, pasal ini, tapi nanti kan argumennya berbeda. Tapi yang terpenting, manapun yang Saudara hendak ajukan sebagai permohonan, yang terpenting adalah Anda di uraian tentang legal standingnya itu mesti clear dulu. Sebab kalau enggak begitu, ini kan, kalau Anda... sekali lagi, kalau pintu itu belum terbuka kan, kami tidak bisa masuk ke pokok permohonan karena itu nanti akan menentukan apakah permohonan ini terus atau tidak, gitu. Itu jadi, itu yang penting ya. 48. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Baik, terkait legal standing, Yang Mulia, kan saya menyampaikan beberapa lapis. Jikalau yang satu (...) 49. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Yang penting Anda masuk saja dulu, yang bagian kerugian hak konstitusional yang mana yang berhasil Anda gunakan untuk masuk ke pintu itu, ya selanjutnya Anda masuk ke materi tidak masalah. Yang penting, Mahkamah melihat bahwa kedudukan Saudara sebagai perorangan Warga Negara Indonesia terlihat bahwa dirugikan oleh ininya dengan ukuran lima kerugian yang sebenarnya sudah Saudara sebutkan juga dalam permohonan. Kami bisa melihat itu dengan logic, sudah, berarti kan bisa lewat, baru kami akan masuk ke permohonan. Nah, kalau permohonan nanti apa yang Saudara persoalkan, silakan di situ. 14

18 50. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Baik. 51. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Kira-kira paham, ya? 52. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Paham, Yang Mulia. Kerugian ekonomi juga termasuk, betul kan, Yang Mulia? 53. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Enggak ada. Kalau itu, di kerugian hak konstitusionalnya, Anda kembali ke pengertian apa yang dimaksud dengan hak konstitusional. Di Undang-Undang MK kan disebutkan, itu hak yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 itu kan. Ya, nanti dari sana Anda drive bagaimana... anunya... bagaimana Anda mengonstruksikan itu. Kira-kira begitu. Demikian ya. Saudara sekali lagi. Ada? Cukup? Ada lagi, Yang Mulia? 54. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Dicari. Karena seingat saya, itu ketika menjelang masa peralihan ini berlaku, tiga tahun 2011 itu ada kebijakan apa, begitu ya? Coba cari, saya lupa, waktu itu cukup ramai ya, menjelang 341 itu kan... apa... berarti menjelang ya berlakunya batas waktu tiga tahun 2011, ketentuan mengenai kapal asing masih melayani kegiatan angkutan (suara tidak terdengar jelas) dan angkutan paling lama tiga tahun menjelang berakhir itu terkait dengan asas cabotage itu, pernah ada kebijakan, coba lupa. Apa perppu apa apa? 55. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Itu IPKA, Yang Mulia. Jadi, waktu berakhir masa tiga tahun, itu kapal Indonesia jumlahnya tidak cukup untuk melayani di Indonesia. Jadi ada permintaan dari Oil & Gas dan market bahwa kewajiban untuk menggunakan kapal Bendera Indonesia, tetapi sekarang kapal berbendera Indonesia sudah habis tersewa, kami enggak bisa operasi, kami minta diberikan izin pakai kapal lain, akhirnya diberikan IPKA (Izin Penggunaan Kapal Asing) selama (...) 15

19 56. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Itu pakai PP ya? Peraturan pemerintah ya kalau enggak salah? Atau perpres? 57. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Permen waktu itu dari Dephub. 58. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Permen itu, ya, ya. Oke. 59. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Jadi ada pengecualian. 60. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL Ya, ya saya ingat, agak (...) 61. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Boleh pakai kapal asing jika memang kapal Indonesia untuk itu sudah habis, sudah memang tidak ada. Itu pengecualian itu, tetapi bukan di komposisi saham, Yang Mulia. 62. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya, kalau itu ada kaitannya dengan argumentasi Saudara, tentu penting untuk disampaikan. Ya, kalau tidak, ya baiklah itu kita terima sebagai pengetahuan kita, kan. Demikian, ya, Saudara, ya? 63. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Baik, Yang Mulia. 64. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Anda mempunyai waktu untuk melakukan perbaikan sampai dengan hari Senin, 22 Juni 2015 tolong dicatat, ya, hari Senin, 22 Juni 2015, paling lambat pukul WIB harus sudah kami terima perbaikan itu. 16

20 65. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Siap, Yang Mulia. 66. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Tentu tidak harus menunggu sampai tanggal itu, kalau sebelumnya Anda sudah bisa melakukan perbaikan dan sudah selesai, dikirimkan langsung ke Mahkamah Konstitusi, sehingga kami akan lihat, gitu ya. 67. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Siap, Yang Mulia. 68. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Tetapi kalau sampai tanggal itu, 22 Juni 2015, pukul WIB belum kami terima perbaikan itu, maka permohonan yang ini yang akan kami teruskan untuk kami laporkan ke Pleno Mahkamah Konstitusi. 69. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Siap, Yang Mulia. 70. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Clear, ya? 71. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Siap. 72. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik. Demikian, tidak ada lagi yang ditanyakan? 73. PEMOHON: UCOK SAMUEL BONAPARTE HUTAPEA Tidak ada. Terima kasih banyak, Yang Mulia. 17

21 74. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya. Baik, terima kasih. Dengan demikian, maka sidang pemeriksaan pendahuluan ini sudah selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 10 Juni 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t..t.d. Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya. 18