MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XII/2014

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan [Pasal 23 ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. PT Cotrans Asia ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Jumat, 11 Juli 2014, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Aswanto (Ketua) 2) Muhammad Alim (Anggota) 3) Wahiduddin Adams (Anggota) Sunardi Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Kuasa Hukum Pemohon: 1. Marulam J. Hutauruk 2. Sabarudin Yasin 3. Bertinus

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: ASWANTO Sidang Pemeriksaan Perkara Nomor 47/PUU-XII/2014, kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum. Saudara Pemohon, silakan diperkenalkan siapa yang hadir pada kesempatan ini? 2. KUASA HUKUM PEMOHON: MARULAM J. HUTAURUK Baik, terima kasih, Yang Mulia. Beberapa kuasa hukum yang ada di permohonan tidak semuanya hadir, tapi saya dapat perkenalkan bahwa saya adalah Marulam J. Hutauruk. Kalau di permohonan itu di nomor 7. Kemudian... sori, nomor 5, Pak, Marulam J. Hutauruk, nomor 5. Kemudian sebelah kanan saya Bapak Sabarudin Yasin, ada di nomor 4, dan kuasa hukum kami yang lain adalah Bapak Bertinus. Demikian, terima kasih. 3. KETUA: ASWANTO KETUK PALU 3X Baik. Jadi prinsipalnya enggak hadir, ya? Enggak hadir. Saudara Pemohon atau Kuasa Pemohon, sidang kita pada saat ini adalah sidang pemeriksaan pendahuluan, di mana Saudara saya yakin sudah paham bahwa pemeriksaan pendahuluan itu adalah kesempatan bagi Majelis atau bagi Panel untuk memberikan masukan terhadap permohonan Saudara. Saya persilakan, Bapak. 4. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Saudara Pemohon, ini permohonan Saudara cukup panjang, cukup padat lah. Cuma ketika Saudara mengemukakan bahwa suatu peraturan tentang pajak itu harus dengan undang-undang, lalu ini dengan undang-undang, lalu apanya yang jadi masalah lagi? Oke itu satu. Kedua, menurut Saudara ini peraturan yang Saudara uji ini, pasal yang Saudara uji materiil ini, itu tidak adil, di mana tidak adilnya menurut Saudara? Itu dielaborasi sedemikian rupa. Karena begini, kalau diperlakukan terhadap semua orang, itu adil. Itu satu. Kalau diberlakukan terhadap semua orang adil, kecuali kalau ada perbedaan itu

5 diskriminatif. Nah, ada enggak yang diperlakukan berlain-lainan menurut Saudara? Itu satu. Kedua, apakah menurut Pemohon ada satu undang-undang yang demikian detailnya sampai tidak perlu lagi diberikan kewenangan kepada pelaksana untuk menerapkannya. Lalu di dalam apa... di dalam uraian Saudara, ada sedikit berbau... memang pintu masuk sih boleh ke sana, tapi ada sedikit latar belakangnya itu kasus konkret, ya. Ketika diterapkan ketentuan tersebut, ada teguran dari pajak di Kalimantan bahwa ada yang tidak cukup terbayar kan, gitu. Ada yang kurang bayar, sehingga dilakukan pengujian. Ini, aturan ini tahun 2008 saya lihat itu, undang-undang ini, sehingga Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 itu kok baru sekarang, ya, baru sekarang dirasakan atau baru sekarang diterapkan terhadap perusahaannya. Itu nanti Saudara kemukakan nanti dalam... kemudian begini, rupanya juga Para Pemohon ini di dalam permohonannya itu kons... ini mengemukakan konstitusional bersyarat. Artinya kalau dimaknai begini tidak kena, kan gitu. Kecuali begini, kan begitu. Ini saya lihat di petitum angka 2, bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945, sepanjang (suara tidak terdengar jelas) selain dimaknai tanpa memperhatikan undang-undang, kan gitu. Jadi konstitusional bersyarat ini... cuma begini, yang di ayat (1) apa... angka 1 itu beberapa kali saya lihat ini, mohon maaf. Petitum itu enggak usah... enggak usahlah menerima ya, mengabulkan saja. Karena saya sudah katakan menerima itu belum tentu mengabulkan, tapi kalau dikabulkan sudah pasti diterima juga. Nanti dikabul... terima saja. Ini yang kedua juga demikian... apa... petitum ketiga juga begitu, jadi tidak mempunyai kekuatan hukum itu secara bersyarat ini. Jadi mungkin dijelaskan lagi lebih lebih tentang ini. Dalam hubungan dengan legal standing ini harus sedemikian rupa supaya kelihatan bahwa memang Anda mempunyai kerugian konstitusional dengan berlakunya undang-undang ini. Harus diterangkan sejelas-jelasnya karena di sini kata jasa lain yang Anda keberatani, kan gitu? Karena jasa lain itu dalam hal ini angkutan yang tiga persoalan asing itu, yang mengangkut dari tongkang ke kapal induk ke kapal apa kapal ya kapal induklah begitu, kan akan mengangkut barang itu, batu bara itu. Itu kan yang Saudara keberatani. Nah ketidakadilan yang Saudara maksudkan itu di halaman 20 permohonan Saudara, Saudara jelaskan sedemikian rupa karena keadilan itu dan keadilan dan (suara tidak terdengar jelas ) itu, jadi kalau hal yang sama diperlakukan sama, itu adil. Kalau hal yang sama diperlakukan berbeda, itu tidak adil. Demikian pula hal yang berbeda yang diperlakukan sama, itu juga tidak adil. Jadi kalau semua persoalan karena itu itu adil, persoalannya begitu, bagaimana Anda merasa tidak adil? Jangan dengan definisi saja. Barangkali, saya sementara, Pak Ketua.

6 5. KETUA: ASWANTO Baik, terima kasih, Yang Mulia. Selanjutnya saya persilakan Yang Mulia Bapak Dr. Wahiddudin Adams, silakan. 6. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Terima kasih, Yang Mulia Ketua Panel. Kuasa dari Pemohon sudah menyampaikan permohonannya dan tadi disampaikan oleh Yang Mulia Pak Dr. Muhammad Alim bahwa ini kesempatan untuk perbaikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, sistematika dari permohonan ini saya yakin bahwa kuasa ini sudah tidak baru pertama kali pada kesempatan ini ya, jadi ada hal-hal yang sudah dinasihatkan di dalam perbaikan permohonan itu misalnya sistematika dimulai dengan identitas dari Pemohon, kewenangan Mahkamah, ini juga sebagian. Kemudian legal standing dan kerugian konstitusionalnya itu dijelaskan di sana. Rujukan sudah cukup banyak, dari Undang-Undang MK, kemudian putusan MK yang sudah ada, apa yang dimaksud dengan kerugian konstitusional, lalu posita itu berisi pasal yang dimohonkan pengujian ya, di posita itu, beserta batu uji dan alasan atau argumentasi konstitusionalitasnya. Kemudian petitum, ya. Objek permohonan itu sebaiknya dimasukkan ke dalam posita dan pendahuluan atau latar belakang sebaiknya cukup singkat saja atau dapat dimasukkan ke dalam posita di bagian awal, ya. Di posita di sini lebih banyak menguraikan implementasi dan pendapat para ahli, jadi ini karena ada kasus lalu pendapat ahli ya ekonom terkemuka, Adam Smith, Wirjono Prodjodikoro, Sujatmiko, ini juga baik. Tapi yang sebetulnya difokuskan pada pertentangan normanya, begitu. Di posita itu lebih mempertajam argumentasi pertentangan normanya, misalnya juga terkait batu uji ya, ini ada batu uji Pasal 22A Undang-Undang Dasar Tahun Coba dilihat Pasal 22A itu berisi ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pemebentukan undang-undang diatur dengan undang-undang. Ini hanya sekali yang sudah dijadikan dasar hukum mengingat, ini pembentukan undangundang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Dulu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun Jadi ini ketentuan norma di Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan itu harus diatur dengan undang-undang dan itu sudah ada undang-undangnya. Dulu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, sekarang Undang-Undang Nomor 12 Tahun Nah di sana, pertentangan norma apa yang dari dua Pasal 23 ayat (2) terkait 22A ini? Itu harus diperhatikan. Karena Undang-Undang

7 Nomor 12 Tahun 2011 justru apa yang Saudara ajukan untuk diuji, dimana delegasian dari Undang-Undang tentang Pajak Penghasilan ini mendelegasikan untuk jenis lain itu diatur dengan peraturan menteri keuangan, apakah pertanyaan, peraturan menteri keuangan itu jenis peraturan perundang-undangan? Ya, dilihat nanti di Undang-Undang Nomor 12 Tahun Waktu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 memang agak rancu, apakah peraturan menteri itu termasuk jenis peraturan perundang-undangan? Tapi kalau di Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tegas jenis peraturan lain itu selain Undang-Undang Dasar Tahun 1945, undang-undang/perpu, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah provinsi, peraturan daerah kabupaten/kota, lalu jenis lainnya yang ditetapkan oleh BPK, KY, MK, dan menteri. Jadi, peraturan menteri salah satu jenis peraturan perundang-undangan. Jadi, seperti yang dikatakan Yang Mulia Pak Dr. Muhammad Alim tadi, dapat didelegasikan oleh undang-undang karena tidak semua dapat dimuat di dalam undang-undang untuk mengantisipasi perkembangan, dinamika, dan juga tidak semua dapat dimuat dalam norma undang-undang. Di peraturan menteri itu juga jenis peraturan perundangundangan, kalau Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 dahulu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 memang ada kekurangpastian pengertian dari peraturan menteri itu. Kalau di undang-undang sekarang jelas, peraturan menteri itu dapat dibentuk, pertama, apabila didelegasikan dan yang kedua walaupun tidak didelegasikan pun menteri itu dapat membentuk peraturan itu sepanjang menyangkut penyelenggaraan urusan karena tidak ada kita undang-undang tentang kementerian negara, ya, tahun 2008 itu ada Undang-Undang Kementerian Negara kita. Jadi bahwa dapat memang didelegasikan kepada peraturan menteri. Nah, oleh sebab itu yang terkait Pasal 22A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mencoba mencermati untuk sebagai batu uji. Karena Pasal 22A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 ini, ya sudah dilaksanakan, ini hanya menegaskan bahwa pembentukan peraturan perundangundangan itu harus diatur dengan undang-undang. Dulu memang cukup dengan instruksi presiden, tapi sekarang dengan undang-undang. Di sana ditegaskan posisi dari sebuah peraturan menteri itu. Nah, ini apakah masih layak sebagai batu uji dari Pasal 23 ayat (2) undangundang a quo yang dimohonkan itu, ya? Kemudian, di posita ini lebih banyak menguraikan masalah tadi seperti Yang Mulia Pak Dr. Alim, penerapan yang menurut Pemohon merugikan hak konstitusionalnya. Sementara ini kan MK ini kewenangannya menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun Artinya, pertentangan norma apa? Di sini lebih banyak diuraikan Pemohon keberatan dengan dirjen pajak sebagai pihak yang menetapkan sendiri jasa transhipment-nya yang dilakukan

8 Pemohon dan ketiga (suara tidak terdengar jelas) yang jasanya digunakan oleh Pemohon. Coba di ini memang di dalam beberapa latar belakang ya disebutkan keterkaitannya dengan undang-undang lain yang mengatur bidang pelayaran, ya. Sekali lagi, pertama sistematikanya, yang kedua ini terkait batu uji Pasal 22A itu, sepanjang selama ini belum pernah Pasal 22A ini dijadikan batu uji karena dia memang sudah selesai dengan terbentuknya Undang- Undang trakhir 12 Tahun 2011 ini. Dan apa dasar mengingatnya merupakan yang memberikan kewenangan dan perintah bahwa pembentukan undang-undang itu pengaturannya harus dengan undangundang. Sudah selesai sebetulnya, ya. Saya kira itu, Pak Ketua Yang Mulia. Terima kasih. 7. KETUA: ASWANTO Baik, terima kasih, Yang Mulia. Saudara Pemohon, sebenarnya ada kesempatan Saudara tadi untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan, ya. Tapi karena kami sudah membaca secara seksama dan sidang ini adalah sidang pemeriksaan pendahuluan yang sebenarnya salah satu agendanya adalah pemberian nasihat, sehingga tadi kita meloncati saja kesempatan Saudara untuk menyampaikan pokokpokoknya karena Panel sudah membaca secara seksama. Tapi kalau Saudara ingin menyampaikan lagi, merespons apa yang disampaikan oleh kedua Yang Mulia, silakan. Silakan kalau ada yang mau disampaikan lagi. 8. KUASA HUKUM PEMOHON: MARULAM J. HUTAURUK Terima kasih, Yang Mulia. Sekali lagi kami bersyukur, terima kasih, hari ini kami mendapatkan masukan yang begitu banyak untuk permohonan kami ini. Dapat saya jelaskan secara singkat bahwa tadi disebutkan bahwa memang benar undang-undang... bertentangan antara undang-undang dengan undang-undang. Yang kami maksud objek... objek yang kami mintakan untuk di-review adalah Pasal 23 ayat (2) karena ada satu frasa yang menyebutkan sepanjang... jadi, ada Undang-Undang Pajak Penghasilan yang menentukan di situ penentuan jasa lain diatur... kalau dulu kenapa tadi dibilang, Kenapa baru sekarang? Ini undangundangnya tahun 2008, sedangkan ini ada beberapa kejadian yang merugikan hak konstitusi klien kami itu di tahun-tahun sebelumnya. Di tahun 1998 sudah ada Undang-Undang Pajak Penghasilan yang saat itu memberikan kewenangan penentuan jasa lain bukan kepada menteri, tapi kepada dirjen. Kemudian ada perubahan sampai di undangundang tahun 2008 itu memberikan kewenangan untuk penentuan jasa lain ini kepada Menteri Keuangan, itu satu.

9 Kemudian, klien kami adalah sebuah perusahaan pengangkutan di laut... perusahaan pengangkutan di laut yang sebenarnya sejak tahun 1857 juga seperti kita ketahui 1847 itu KUHD sudah menentukan bahwa bidang jasa yang seperti klien kami ini adalah bidang usaha di pengangkutan di laut. Jadi, sangat berbeda dengan yang spesifik... lebih spesifik daripada yang di KUH Perdata. Bagi kami ada perlakuan yang tidak adil. Di mana tidak adilnya? Bahwa seharusnya ini sebagaimana yang sudah pernah dilakukan sebelumnya bahwa kita dikenakan Pasal 15, bukan di Pasal 23 Undang- Undang Pajak Penghasilan. Kenapa tiba-tiba ada Pasal 23 memberikan beban kepada kami untuk membayar... klien kami untuk membayar sesuai dengan Pasal 23? Karena tadi itu, ada kewenangan yang begitu berlebihan kepada... dulunya kepada dirjen pajak. Kemudian sekarang Menteri Keuangan bahwa jasa lain ditentukan oleh... oleh pihak-pihak yang tadi saya sebutkan, dirjen dan sekarang adalah Menteri Keuangan. Padahal ada undang-undang lain yang sudah mengatur, memisahkan antara pengangkutan di laut dengan pengangkutan yang ada di darat. Yaitu KUHD, dulu ada KUHD, sekarang sudah ada hukum tentang kelautan... pelayaran, begitu. Itu kira-kira intinya, Pak. Jadi, kami menganggap ada sesuatu yang tidak adil di sini dan ada ketidakpastian hukum. Jadi, yang mana yang mesti harus kita tanggung sebagai perusahaan pengangkutan di laut? Apakah kita menggunakan Pasal 15 atau Pasal 23? Jadi, kewenangan itu begitu besar diberikan sekarang ini kepada menteri, untuk menentukan jasa lain itu Menteri Keuangan yang akan menentukan. Dan itu sudah ada peraturan Menteri Keuangan juga di... disebutkan di bahwa... bahwa jenis jasa lain yang penunjang minyak dan gas bumi itu ditentukan oleh Menteri Keuangan. Mungkin sekilas itu kami sampaikan. Mungkin ada tambahan dari rekan kami. Terima kasih. 9. KUASA HUKUM PEMOHON: SABARUDIN YASIN Yang Mulia, ini sebagai tambahan, Pak. Untuk lebih konkretnya tentang jasa lain itu, di halaman 7 kita kutip lengkap. Di sana disebutkan bahwa jenis jasa lain dimaksud... sebagaimana dimaksud termasuk jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas. Nah, ini konstelasi berpikir kami itu seperti ini, Pak, kalau jasa penambangan melengkapi... yang maksudnya rekan kami tadi, jasa penambangan itu kan jelas dilakukan di... untuk penambangan selain migas ini, khususnya, Pak, yang dikenakan kepada PT Cotrans ini, jasa penambangan itu kan jelas tempatnya pasti di daratan. Sedangkan kalau sampai stok lain boleh... boleh jadi masih dibilang seperti itu.

10 Tapi selanjutnya setelah barang itu dipindah ke kapal, jasa lain ini menurut kami yang dikeberatan ini sudah tidak seperti itunya karena kan ada Undang-Undang tentang Pelayaran. Dan tentang jasa pelayaran itu sendiri sudah ada peraturannya, yakni Pasal 15 itu. Kenapa kok harus ke Pasal 23, gitu lho, Pak. Itu sebagai kelengkapan saja, Pak (...) 10. KETUA: ASWANTO Baik. 11. KUASA HUKUM PEMOHON: SABARUDIN YASIN Dari apa yang (...) 12. KETUA: ASWANTO Baik. Memang kalau mencermati ini permohonan Saudara kan cukup panjang, ya? 13. KUASA HUKUM PEMOHON: SABARUDIN YASIN Inggih, Pak. 14. KETUA: ASWANTO Mencermati permohonan Saudara yang diminta sebenarnya untuk ditafsir itu adalah frasa jenis jasa lain ya yang terdapat dalam ketentuan Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan. Nah, frasa ini telah ditafsir oleh Menteri Keuangan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan sebagaimana yang Saudara sebutkan, ya. Atas dikenai pajak atas kegiatan transhipment yang Pemohon lakukan yang pengenaan pajaknya lebih dari 2,64%. Nah, sebagai tarif PPH final atas usaha pelayaran berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Nah, dari uraian Pemohon ini Saudara Pemohon harus hati-hati mengkontruksi sebab jangan sampai persoalannya bukan pada undang-undang, tapi pada peraturan Menteri Keuangan yang menerjemahkan frasa. Tadi Yang Mulia Dr. Wahiduddin Adams sudah menyampaikan bahwa kalau persoalannya ada pada peraturan menteri apakah itu menjadi objek yang bisa diajukan judicial atau pengujian materi. Nah, itu yang mungkin Saudara harus melakukan kecermatan dalam mengkontruksi sehingga yang dipersoalankan bukan peraturan menteri, tapi undang-undangnya yang dipersoalkan, ya. Nah, ini walaupun panjang permohonan Saudara, tapi yang kami tangkap seperti itu, mudah-mudahan tidak salah, gitu ya. Dan sesuai dengan Saudara Pemohon jelaskan tadi kelihatannya seperti itu

11 bahwa sebenarnya yang dipersoalkan itu adalah frasa antara lain, gitu ya. Saya kira masih ada Yang Mulia tambahan? Silakan. 15. HAKIM ANGGOTA: WAHIDUDDIN ADAMS Untuk supaya mempertajam tadi Ketua Panel sudah menyampaikan. Tolong sangat dicermati apakah ini frasa jenis jasa lain yang Pasal 23 ayat (2) Undang -Undang 36/2008 terhadap Undang- Undang Dasar, tolong dicermati memang di MK tempatnya. Tapi kalau tadi dan di bahan yang disampaikan itu nampaknya peraturan Menteri Keuangan karena bertentangan dengan... atau tidak memperhatikan undang-undang ini berarti bisa kita katakan uji materi peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang, berarti tidak di sini. Supaya cermat, ya dan memang dulu dianut paham bahwa undangundang itu tidak dapat mendelegasikan... dulu dapat bahkan ke peraturan dirjen, makanya banyak peraturan dirjen pajak itu banyak sekali dari undang-undang terkait dengan perpajakan itu dari undangundang langsung ke peraturan dirjen, tapi setelah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 itu paling rendah delegasian dari sebuah undangundang itu adalah peraturan menteri, peraturan menteri baru boleh mendelegasikan lagi. Jadi itu perubahannya, kalau dulu bisa ke dirjen, tapi sejak Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 ya menganut paham bahwa delegasian paling rendah itu dari undang-undang sampai kepada peraturan menteri dan dipertegas lagi bahwa peraturan menteri itu kalau dia diperintahkan peraturan lebih tinggi, misalnya peraturan presiden, pemerintah, atau undang-undang, atau tanpa perintah itupun dia dapat mengatur sepanjang menyangkut penyelenggaraan urusannya, sekarang istilahnya urusan, ya. Jadi Undang-Undang 39 Tahun 2009 tentang Kementerian Negara, jadi jelas jangan sampai nanti heavy-nya ini peraturan Menteri Keuangan itu tidak mengindahkan undang-undang yang terkait di bidang usaha penyediaan angkutan laut, perusahaan pelayaran atau tadi Pasal 23 ayat (2) terhadap Undang -Undang Dasar, tapi kalau batu ujinya Pasal 22A itu tidak ada, selama ini tidak pernah ini jadi batu uji karena memang ini hanya delegasian tentang pembentukkan itu, ya. Jadi Pak Yang Mulia Ketua tadi menegaskan, coba dicermati betul jangan sampai nanti kita mengatakan nanti bukan kewenangan kita kalau nanti peraturan Menteri Keuangan terhadap peraturan di atasnya atau undang-undang, ya. Demikian Pak, Yang Mulia, terima kasih. 16. HAKIM ANGGOTA: MUHAMMAD ALIM Saudara Pemohon, ya. Sedikit saya mengingatkan, sekedar mengingatkan bahwa dalam hal dua undang-undang itu harus dua yang Saudara... dua undang-undang yang mengatur hal yang sama, katakan

12 begitu, itu ada dua hal yang musti Saudara perhatikan. Pertama, apakah undang-undang yang baru mengesampingkan undang-undang yang lama (lex posterior derogat legi inferiori)? Itu satu. Kedua, apakah undang-undang yang satu merupakan lex specialis terhadap undang-undang yang lain? Karena itu kan sama-sama derajatnya. Kalau dianut asas lex specialis berarti undang-undang khusus itu yang diberlakukan sedangkan yang bersifat umum itu tidak. Nah, itu kalau itu yang dianut. Jadi kapan pun dia keluar, tapi kalau dianut asas lex posterior derogat legi inferiori yang baru mengesampingkan yang lama berarti yang baru kan lebih dipakai. Nah, itu hati-hati ya, berikan penjelasan supaya kita paham karena yang anda kutip itu adalah KUHD misalnya, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang atau yang selanjutnya itu kan lebih lama, ini kan lebih baru. Jadi hati-hati dengan dua itu. Nah, ada kemungkinan itu lex specialis yang masih berlaku itu. Atau mungkin itu aturan yang lama di samping oleh yang baru. Ya, terima kasih. 17. KETUA: ASWANTO Terima kasih, Yang Mulia. Saya ingin menegaskan kembali bahwa pemeriksaan kita pada hari ini, itu adalah pemberian masukkan dari Panel kepada Saudara-Saudara. Tinggal Saudara nanti apakah Pemohon mau melakukan perbaikan atau menganggap bahwa permohonan awal yang sudah kami terima ini sudah cukup. Itu sepenuhnya menjadi hak Pemohon. Dan kalau Saudara Pemohon ingin melakukan perbaikan, maka waktu yang diberikan untuk perbaikan itu adalah 14 hari paling lama ya. Paling lama 14 hari, hari kalender, bukan hari kerja. Jadi 14 hari ke depan kalau memang Pemohon mau melakukan perbaikan, silakan. Tapi kalau dalam tempo 14 hari ke depan tidak ada perbaikan yang masuk, kami menggap bahwa perbaikan awal inilah yang kita akan periksa. Dan kalau sudah melakukan perbaikan, nanti perbaikannya langsung dimasukkan ke Kepaniteraannya ya, Panitera. Masih ada yang Saudara akan sampaikan? 18. KUASA HUKUM PEMOHON: MARULAM J. HUTAURUK Ya, terima kasih, Yang Mulia. Jadi intinya kami akan melakukan perbaikan, terima kasih atas masukannya tadi. Dapat juga saya sampaikan untuk sekedar saya sharing tentang permohonan keberatan kami. Memang ini bukan tentang peraturan Menteri Keuangan yang kami maksud. Yaitu memang ditentang undang-undang yang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Ada tadi disebutkan bahwa mengenai apakah ini lex specialis atau dua asas itu. Ini undang-undang... menurut kami Undang-Undang Pajak Penghasilan ini memang bertentangan dengan yang sudah spesialis yang

13 ada di KUHD, itu satu. Dan kemudian mengenai tata... tadi pasal... tata pembentukan undang-undang itu memang menurut kami Undang- Undang Pajak Penghasilan Pasal 23 ayat (2) ini memang sudah melanggar asas, Pak. Jadi yang ada di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang asas... perlu pengaturan karena apa... ini... ini menimbulkan ketidakpastian hukum. Jadi itu intinya. Kemudian ada asas konsensus. Bahwa ada kesepakatan bahwa mengenai bidang usaha seperti ini, itu jelas diatur dalam rezim Undang- Undang Hukum Pengangkutan Di Laut. Jadi ada ketidakpastian hukum menurut kami dan juga ada asas konsensus yang dilanggar di sini. Tapi kami akan memperbaiki permohonan keberatan kami. 19. KETUA: ASWANTO Baik, saya kira sekedar mengingatkan juga. Tolong nanti Saudara cermati betul Pasal 51 ya, ayat (1) Undang -Undang MK. Bahwa yang bisa atau dasar untuk mengajukan pengujian undang-undang adalah ketika ada norma yang diberlakukan dan Pemohon menganggap bahwa dengan diberlakukannya norma itu ada kerugian yang timbul atau mungkin dialami oleh Pemohon. Itu yang Saudara harus elaborasi secara konkret. Apa kerugian Saudara dengan berlakunya norma yang Saudara akan uji itu, yang Saudara mohonkan untuk diuji. Nah, di dalam permohonan Saudara, permohonan Saudara cukup panjang. Itu belum terlihat secara konkret kerugian yang dialami atau akan dialami oleh Pemohon ketika norma itu dilakukan ya. Cukup Saudara? Baik, untuk sidang berikutnya untuk sidang berikutnya Saudara menunggu saja pemberitahuan ya. Kapan kita sidang berikutnya, nanti Saudara akan diberitahukan. Baik, untuk hari ini sidang kita selesai dan dinyatakan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 14 Juli 2014 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d Rudy Heryanto NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.