BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan
|
|
- Leony Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah menyakitinya dengan tidak adil. Di sisi lain dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan menimbulkan rasa kasihan, iba dan cinta pada pihak yang menyakiti (Enright, 2001). Pemaafan sebagai upaya untuk menempatkan peristiwa pelanggaran yang dirasakan sedemikian rupa hingga respon seseorang terhadap perilaku, peristiwa, dan akibat pelanggaran tersebut diubah dari negatif menjadi netral atau positif (Thompson, Laura, Lesa, Scott, Michael, Heather, Rasmussen, Laura, Billings, Laura, Jason, Neufeld, Shorey, Roberts, dan Roberts, 2005). McCullough dkk, (1998) mengemukakan bahwa pemaafan adalah seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk konsiliasi dengan pihak yang menyakiti. Pemaafan merupakan perubahan serangkaian perilaku dengan jalan menurunkan motivasi untuk membalas dendam, menjauhkan diri atau menghindar dari perilaku kekerasan dan meningkatkan motivasi ataupun keinginan untuk berdamai dengan perilaku. Menurut Gani (2011), pemaafan merupakan proses melepaskan rasa nyeri, kemarahan, dan dendam yang 14
2 15 disebabkan oleh pelaku. Lebih lanjut, memaafkan diartikan sebagai sebuah tindakan melepaskan belenggu dari pikiran dan perasaan yang mengikat seorang pelaku yang telah melanggar hak individu tersebut. Memaafkan merupakan pengalaman perpindahan dari suatu momen ke momen lain. Maafkan juga dapat diartikan sebagai keputusan untuk mengalirkan rasa dendam dan hasrat melakukan pembalasan. Worthington (2005) menyatakan bahwa memaafkan mengurangi atau membatasi kebencian serta dendam yang mengarah pada pembalasan. Kegiatan memaafkan tersebut tidak hanya membuang emosi negatif, tetapi juga menggerakkan individu pada perasaan positif. Nashori (2014) mendefinisikan pemaafan dengan kesediaan untuk meninggalkan hal-hal tidak menyenangkan yang bersumber dari hubungan interpersonal dengan menumbuhkan dan mengembangkan perasaan, pikiran, dan hubungan yang lebih positif dengan orang yang telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemaafan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah perasaan negatif atau tidak menyenangkan yang dirasakan akbiat perilaku, tindakan, peristiwa dan stuasi yang dialaminya menjadi perasaan positif dengan menerima dan mengambangkan menjadi rasa kasih, iba dan cinta.
3 16 2. Aspek-aspek Pemaafan Menurut Nashori (2014) pemaafan dibagi atas tiga dimensi yaitu: a. Dimensi Emosi Beberapa indikator pemaafan dari dimensi emosi adalah (i) meninggalkan perasaan marah, benci, sakit hati. (ii) Mampu mengontrol emosi saat diperlakukan tak menyenangkan. (iii) Merasa iba dan kasih sayang terhadap pelaku. (iv) Merasa nyaman ketika berinteraksi dengan pelaku. b. Dimensi Kognisi Beberapa indikator pemaafan dari dimensi kognisi adalah (i) meninggalkan penilaian negatif terhadap pelaku. (ii) Punya penjelasan nalar atas perlakuan yang menyakitkan. (iii) Memiliki pandangan yang berimbang terhadap pelaku. c. Dimensi Interpersonal Beberapa indikator pemaafan dari dimensi Interpersonal adalah (i) meninggalakan perilaku atau perkataan yang menyakitkan. (ii) Meninggalkan keinginan balas dendam. (iii) Meninggalkan perilaku acuh tak acuh. (iv) Meninggalkan perilaku menghindar. (v) Meningkatkan upaya konsiliasi/rekonsiliasi hubungan. (vi) Motivasi kebaikan atau kemurahan hati. (vii) Musyawarah dengan pihak yang pernah menjadi pelaku.
4 17 Sementara itu menurut Baumeister, Exline, dan Somer (1998), mengemukakan pemaafan terbagi atas dua aspek, yaitu: a. Intrapsikis Dimensi intrapsikis melibatkan keadaan dan proses yang terjadi di dalam diri orang yang disakiti secara emosional maupun pikiran dan perilaku yang menyakitinya. b. Interpersonal Dimensi interpersonal lebih melihat bahwa memaafkan orang lain merupakan tindakan sosial antara sesama manusia. McCullough, Rachal, Steven, Sandage, Everett, Wortington, Brown, dan Hight (1998) menyatakan aspek penentu pemaafan dapat dikelompokan menjadi tiga kategori konseptual, antara lain (i) avoidance motivation, yaitu semakin menurun motivasi untuk menghindari pelaku, membuang keinginan untuk menjaga kerenggangan (jarak) dengan orang yang telah menyakitinya. (ii) Revenge Motivation, yaitu semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap suatu hubungan mitra, membuang keinginan untuk membalas dendam terhadap orang yang telah menyakiti. (iii) Benevolence Motivation, semakin termotivasi oleh niat baik dan keinginan untuk berdamai dengan pelaku meskipun pelanggarannya termasuk tindakan berbahaya, keinginan untuk berdamai atau melihat well being orang yang menyakitinya.
5 18 3. Faktor-faktor Pemaafan Menurut McCullough, dkk (1998) faktor penentu (determinan) pemaafan dapat dikelompokan menjadi empat kategori konseptual, antara lain: a. Sosial Kognitif Merupakan suatu proses yang melibatkan persepsi, evaluasi, dan mengkategorikan orang lain. Variasi dari variabel sosial-kognitif dengan hubungan spesifik pemaafan. Perasaan empati terhadap orang yang bersalah menjadi penting sekali pada aspek sosial-kognitif. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain, kemampuan empati erat kaitannya dengan pengambilan peran. b. Tingkat kelukaan atau serangan Persepsi tentang keparahan luka (serangan) dan akibat dari luka itu sendiri pada sebuah hubungan akan sangat mempengaruhi pemaafan, luka (serangan) yang lebih dalam akan menjadi lebih sulit dimaafkan. Di sisi lain, jika pelaku meminta maaf atas kesalahannya maka ini akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi sang korban. c. Hubungan interpersonal Hubungan antar individu yang berinteraksi satu sama lain, dalam hal ini terdapat kedekatan, kepuasan, dan komitmen. Menurut Rusbult dan Lange (2003) terdapat empat hubungan analisis keadaan saling tergantung dari pertolongan dan kesediaan untuk berkorban. Pertama,
6 19 pasangan dalam sebuah hubungan akan lebih bersedia memaafkan karena mereka memiliki motivasi lebih tinggi untuk memelihara hubungan yang telah mereka jalin dengan sungguh-sungguh. Kedua, pasangan dengan kualitas hubungan tinggi memiliki orientasi jangka panjang pada kekuatan motivasi mereka untuk melupakan luka agar memaksimalkan kemungkinan menjaga hubungan. Ketiga, hubungan kualitas tinggi tertarik pada diri sendiri dan pasangan yang mungkin akan bergabung. Keempat, kualitas hubungan barang kali akan menghasilkan sebuah orientasi bersama bahwa mempertimbangkan sebuah kesediaan bertindak berdasarkan cara tertentu agar dapat bermanfaat bagi pasangan, tetap jika mereka melibatkan beberapa kerugian untuk dirinya. d. Kepribadian Sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Kepribadian ekstrovert menunjukkan karakter seperti berjiwa sosial, terbuka, asertif, hangat kooperatif, tidak mementingkan diri sendiri, jujur, sopan, fleksibel, empatik, dan bersahabat. Sedangkan kepribadian introvert menunjukkan kecenderungan seseorang bersikap tertutup, tidak asertif, suka menyembunyikan perasaan, cenderung terbenam dalam sensasi jiwanya sendiri, serta memandang dunia sebagai sesuatu yang tidak menarik (Alwisol, 2009). Kepribadian ekstrovert dan introvert akan cenderung mempengengaruhi seseorang untuk melakukan pemaafan.
7 20 Pendapat lain tentang faktor pemaafan juga diungkapakan oleh Nashori (2014). Menurut Nashori (2014), pemaafan dipengaruhi oleh dua kelompok besar. a. Faktor internal yang terdiri dari (karakteristik kepribadian, religiositas, jenis kelamin dan usia). Faktor internal sangat kuat kaitannya didalamnya terdapat empat sub faktor: 1) Seperti pendapat McCullough sebelumnya kepribadian sangat menentukan pemaafan. 2) Religiositas, individu yang religiositasnya tinggi akan mudah memaafkan hal ini terkait nilai dan ajaran agama yang dianutnya. 3) Jenis kelamin pada dasarnya hampir sama namun berdasarkan hasil penelitian ditemukan jika laki-laki lebih mudah memaafkan daripada perempuan. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki ekspektasi atau pengharapan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada suatu hal. 4) Usia, usia mempengaruhi pemaafan berdasarkan pengalaman dan kematangan emosi seseorang. b. Pemaafan dipengaruhi faktor eksternal (keterikatan interpersonal, dan pendidikan), 1) Keterikatan interpersonal bisa diartikan juga kedekatan interpersonal, semakin dekat dan semakin lekat tingkat hubungan maka semakin mudah memaafkan, karena kedua pihak lebih mementingkan kedekatan yang sudah terjalin.
8 21 2) Pendidikan, tingkat pendidikan ternyata berpengaruh terhadap pemaafan. Pada dasarnya individu dengan pendidikan tinggi lebih mudah memaafkan karena banyaknya ilmu dan pelajaran serta pengalaman yang mengajarinya manfaat dan dampak memaafkan. 1. Pengertian Kerendahhatian B. Kerendahhatian Khalid (2006) mengatakan kerendahhatian mempunyai dua makna, yaitu menerima kebenaran yang datangnya dari siapa saja dan mampu menjalin interaksi dengan semua manusia. Makna pertama artinya adalah orang yang rendah hati mampu dan mau menerima kebenran dari siapapun, baik orang miskin atau kaya, terhormat maupun sederhana, baik teman sendiri atau bahkan msuuhnya. Sedangkan makna kedua berarti orang yang rendah hati mampu bersikap lemah lembut, kasih sayang dan menghormati siapapun orangnya tanpa memandang kedudukan dan status sosialnya. Tidak membedakan orang miskin dan kaya, terhormat atau sederhana, orang yang rendah hati mampu berlaku adil dalam bersikap lemah lembut kepada semua golongan. Templeton (1997) menyampaikan bahwa kerendahhatian merupakan kebalikan dari arogansi. Kerendahan hati yang sejati mempromosikan keterbukaan untuk belajar dari orang lain dan membangun komunitas. Sedangkan Elliot (2010) menyatakan humility (kerendahhatian) adalah kemampuan untuk mengakui kesalahan diri, ketidaksempurnaan,
9 22 kesenjangan/keterbatasan diri dan keterbukaan untuk menerima ide-ide baru, informasi, dan saran. Dapat juga dikatakan sebagai penilaian yang akurat dari kemampuan seseorang dan prestasi dirinya. Selain itu menurut Elliot (2010) dalam hubungan interpersonal, kerendahan hati dan empati menyediakan cara untuk menyelesaikan konflik dengan membuat masalah lebih mudah dipahami untuk mendapatkan pengampunan dan rekonsiliasi. Menurut Chittister (1991) kerendahhatian adalah karakteristik kematangan secara rohani. Kebalikan dari kebanggaan (sombong) dan keegoisan sifat yang tidak dianjurkan dalam berbagai agama, sementara kerendahan hati adalah atribut yang dianggap sangat berharga. Kerendahhatian mengatur individu tentang bagaimana berhubungan dengan Tuhan, serta bagaimana berhubungan dengan manusia, rendah hati memberikan kerangka pemahaman diri dan kontrol diri yang dapat memberikan kerangka kerja untuk kehidupan yang lebih baik. Jadi dapat disimpulkan kerendahhatian merupakan karakterisitik kepribadian yang matang secara rohani, dimana seseorang mampu mengakui keterbatasan dan kekurangannya, menerima kebenaran yang datangnya dari siapapun, mampu menghargai setiap orang, dan memberikan kerangka kerja hubungan yang baik dengan Tuhan dan manusia. 2. Aspek-aspek Kerendahhatian Elliot (2010) menyatakan kerendahahatian terbagi atas empat aspek, aspek tersebut adalah : (1) Openness, yaitu membuka diri pada segala hal yang bersifat positif tanpa mempertimbangkan siapa dan di mana diperoleh.
10 23 (2) Self forgetfulness, yaitu memahami kekurangan dan intropeksi diri. (3) Modest self-assessment, yaitu penilaian diri yang sederhana tidak melebihlebihkan tidak sombong dan berbesar diri. (4) Focus on others, yaitu memperhatikan orang lain memahami orang lain serta menghargai orang lain. Tangney (2000) mendefinisikan kerendahhatian dalam beberapa aspek sebagai berikut: (1) Sebuah penilaian yang akurat tentang kemampuan dan prestasi diri dan orang lain. (2) Kemampuan untuk mengakui kesalahan diri dan orang lain, kemampuan untuk mengakui ketidaksempurnaan, kesenjangan dalam pengetahuan, dan keterbatasan. (3) Sebuah keterbukaan terhadap ideide baru, informasi, dan saran. (4) Kemampuan menjaga presepsi pada seseorang dan tempat dalam perspektif umum. (5) A self-focus yang relatif rendah, "melupakan kebesaran diri", mengakui bahwa sesuatu hanyalah salah satu bagian dari alam semesta yang lebih besar. (6) Sebuah apresiasi atau cara yang dapat dilakukan dalam berkontribusi untuk kehidupan. C. Hubungan Antara Kerendahhatian dan Pemaafan pada Mahasiswa Penelitian ini merujuk kepada pandangan Elliot (2010) dengan pertimbangan Nashori (2014). Aspek pertama dari pemaafan adalah dimensi emosi yang indikatornya (a) meninggalkan perasaan marah, benci, sakit hati, (b) mampu mengontrol emosi saat diperlakukan tak menyenangkan, (c) merasa iba dan kasih sayang terhadap pelaku, (d) merasa nyaman ketika berinteraksi dengan pelaku. Seseorang yang mudah memafkan akan mudah nyaman, merasa iba dan menumbuhkan kasih sayang saat berinteraksi dengan orang yang pernah berbuat
11 24 menyakitan padanya. Hal ini terjadi karena orang yang mudah memaafkan mampu mengontrol emosi saat menghadapi peristiwa tidak menyenangkan yang dialami, aspek pemaafan ini sejalan dengan aspek kerendahahatian, berfokus pada orang lain dan terbuka untuk menerima berbagai hal yang positif dari orang lain (Elliot, 2010). Orang yang rendah hati tidak akan mudah menyalahkan orang lain. Kerendahhatiannya akan membuatnya introspeksi diri dan mempertimbangkan kejadian yang menimpanya dengan matang. Selain itu, orang yang rendah hati mampu mengakui kesalahan diri, kemampuan untuk mengakui ketidaksempurnaan, kesenjangan dalam pengetahuan, keterbatasan, dan menilai orang lain secara positif (Tangney, 2000). Aspek yang kedua adalah dimensi kognisi dengan indikator (a) meninggalkan penilaian negatif terhadap pelaku, (b) punya penjelasan nalar atas perlakuan yang menyakitkan dan (c) memiliki pandangan yang berimbang terhadap pelaku. Seseorang yang memiliki rendah hati memiliki sifat terbuka dan peduli serta mampu berfokus atau mengeanailisis kelebihan orang lain, hal ini sesuai dengan aspek pemaafan di mana individu mampu menganalisis kelebihan dan alasan orang tersebut melakukan kejahatan atau hal yang menyakitkan, dan mampu dijelaskan secara nalar. Orang yang rendah hati memiliki modest selfassessment, penilaian diri yang sederhana tidak melebih-lebihkan tidak sombong dan berbesar diri sehingga mampu memberikan pandangan berimbang pada orang lain. Selain itu orang yang rendah hati juga memiliki self-forgetfulness yaitu merasa diri memiliki kekurangan, sadar akan kekurangan diri, sadar jika semua
12 25 orang termasuk dirinya memiliki kemungkinan untuk melakukan kesalahan, sehingga akan mudah memandang segala sesuatu secara berimbang (Elliot, 2010). Aspek yang ketiga adalah dimensi interpersonal dengan indikator (a) meninggalkan perilaku atau perkataan yang menyakitkan, (b) Meninggalkan keinginan balas dendam, (c) Meninggalkan perilaku acuh tak acuh, (d) Meninggalkan perilaku menghindar, (e) Meningkatkan upaya konsiliasi/rekonsiliasi hubungan, (f) Motivasi kebaikan atau kemurahan hati, dan (g) Musyawarah dengan pihak yang pernah menjadi pelaku. Seseorang yang memiliki kerendahhatian mampu peduli terhadap orang lain, tidak menghindar dan acuh tak acuh pada orang lain. Seseorang yang rendah hati memberikan kepedulian dan kasih sayang pada orang lain tanpa memilih-milih teman atau lawan, miskin atau kaya, terhormat atau sederhana (Khalid, 2006). Selain itu Elliot (2010) menerangkan bahwa seseorang yang yang rendah hati memiliki karakter peduli, empati, dan menghargai orang lain, hal ini sesuai dengan dimensi interpersonal pemaafan dimana seseorang akan tetap peduli dan beriteraksi dengan orang lain, sekalipun dengan orang yang berbuat tidak adil padanya (focus on other). Penjelasan di atas dapat disimpulkan dengan pendapat Elliot (2010) menyatakan dalam hubungan interpersonal, kerendahan hati dan empati menyediakan cara yang baik untuk menyelesaikan konflik. Dengan cara membuat masalah lebih mudah untuk difahami. Ketika masalah dapat dipahami maka selanjutnya akan mudah mendapatkan pengampunan (pemaaafan) dan rekonsiliasi (perbaikan hubungan).
13 26 D. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya korelasi positif antara kerendahhatian dan pemaafan. Semakin tinggi kerendahhatian maka semakin tinggi pula pemaafan seseorang.
BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi variabel-variabel Penelitian. kerendahahtian dan pemaafan pada mahasiswa, untuk membuktikan hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi variabel-variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan positif antara kerendahahtian dan pemaafan pada mahasiswa, untuk membuktikan
Lebih terperinciUmmu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Pengertian forgiveness Menurut McCullough, forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Definisi Pemaafan Secara terminologis, kata dasar pemaafan adalah maaf dan kata maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- Qur an terulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah agen perubahan yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa ditantang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an
Lebih terperinciHUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN
HUBUNGAN FORGIVENESS TERHADAP PERISTIWA PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Disusun Oleh Nama : Pandu Perdana NPM : 15512631 Kelas : 4PA05 Keluarga Perceraian
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. antara satu dengan yang lainnya. Manusia bertinteraksi sosial untuk dapat saling
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial merupakan tahapan dimana manusia memulai hubungan antara satu dengan yang lainnya. Manusia bertinteraksi sosial untuk dapat saling mengenal, memahami
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif korelasional. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan Pada Remaja Akhir 1. Pengertian Pemaafan McCullough, Worthington, dan Rachal (1997) mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Perilaku Memaafkan A. PERILAKU MEMAAFKAN Menurut McCollough, Worthington dan Rachal (1997:321) perilaku memaafkan merupakan suatu perubahan motivasi dimana individu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih
Lebih terperinci: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog
Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciKerendahhatian dan Pemaafan pada Mahasiswa
PSIKOHUMANIORA: Jurnal Penelitian Psikologi Volume 1 No. 1, November 2016, 12-29 Kerendahhatian dan Pemaafan pada Mahasiswa Yogi Kusprayogi, 1 Fuad Nashori 2 Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Definisi Forgiveness Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan
Lebih terperinciFORGIVENESS DAN STRES KERJA TERHADAP PERAWAT. Vita Yustiya Setiyana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
FORGIVENESS DAN STRES KERJA TERHADAP PERAWAT Vita Yustiya Setiyana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang yuztya.vita@gmail.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara forgiveness
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. tidaknya sebaran skor variable serta linier atau tidaknya hubungan. antara variabel bebas dengan variabel tergantungnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi dilaksanakan terlebih dahulu sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini menyangkut normalitas dan linieritas yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan (Forgiveness) menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencaricari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan (Forgiveness) 1. Definisi Pemaafan (Forgiveness) Forgiveness memiliki arti terminologis dengan dua hal, yaitu meminta maaf dan memaafkan. Pemaafan merupakan kesediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang berat bagi korban yang mengalaminya. Pada umumnya korban perkosaan akan mengalami trauma
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan, periode ini membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, periode ini antara 12-23
Lebih terperinci3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?
Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan
Lebih terperinciFORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK
FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK Nama : Yohana Yosephine NPM : 10507259 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Diana Rohayati, S.Psi., M.Psi PENDAHULUAN Kekerasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciSHAKINA DEARASSATI PA07
SHAKINA DEARASSATI 16510496 3PA07 Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia jumlah umat muslim di Indonesia memiliki persentase sebanyak 85 persen pada tahun 2012. Wanita muslim adalah perempuan yang beragama
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. S dan I telah melewati beberapa unit dalam fase forgiveness.
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press
56 DAFTAR PUSTAKA Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian edisi revisi. Malang: UMM Press Arif, T. A. (2013). Komitmen dengan Pemaafan dalam Hubungan Persahabatan. Jurnal Online Psikologi, 01 (02), 414-429.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. inidikarenakanadanyakonsepbahwamanusiamerupakanmakhluksosial.sehi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Interaksi dengan sesama individu merupakan sesuatu hal sangat penting dalam kehidupan manusia, inidikarenakanadanyakonsepbahwamanusiamerupakanmakhluksosial.sehi nggadalamsetiaptahapperkembangankehidupanmanusiadarimasaanakanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.
Lebih terperinciBAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING
BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif korelasional. Carmies dan Zeller (dalam Sangadji dan Sopiah, 2010, h.26) mengemukakan metode kuantitatif
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Wikipedia (2013) forgiveness (memaafkan) adalah proses menghentikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Memaafkan 2.1.1 Pengertian Memaafkan Wikipedia (2013) forgiveness (memaafkan) adalah proses menghentikan atau menolak kebencian, kemarahan akibat perselisihan, pelanggaran yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi
19 BAB II LANDASAN TEORI A. Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi ketika salah satu ataupun kedua pasangan tidak menghormati lagi perjanjian untuk setia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhuk sosial. Berkaitan dengan itu, manusia tidak akan bisa hidup tanpa berhubungan dengan sesamanya. Ketika berhubungan dengan orang lain
Lebih terperinciPerbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah
Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah Davin Aristyo Rahadiyan Lumadyo 1 Stefanus Soejanto Sandjaja Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Abstract.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang
Lebih terperinciSeni Menata Hati Dalam Bergaul
Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai
1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Komitmen organisasi 1. Pengertian Komitmen merupakan perilaku seseorang terhadap organisasi atau perusahaan dimana individu tersebut bisa bersikap tegas dan berpegang teguh pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah respon diri sendiri, terutama untuk membawa diri mereka kepada standar yang sudah ditetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara
Lebih terperinciKewirausahaan. Etika Bisnis. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur.
Kewirausahaan Modul ke: Etika Bisnis Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Etika Suatu kegiatan usaha haruslah dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu
BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Subjective Well-Being A. Subjective Well-Being Kebahagiaan bisa merujuk ke banyak arti seperti rasa senang ( pleasure), kepuasan hidup, emosi positif, hidup bermakna,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.
BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke sebuah Perguruan Tinggi, salah satu tujuan yang ingin dicapainya adalah memiliki prestasi akademik yang memuaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kompetensi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kompetensi Interpersonal Kompetensi interpersonal yaitu kemampuan melakukan komunikasi secara efektif (DeVito, 1989). Keefektifan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan menolong ini berarti memberikan sesuatu yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah
Lebih terperinciABSTRAK
STIMULUS KESANTUNAN BERBAHASA MEMBENTUK KARAKTER PADA ANAK Octaria Putri Nurharyani Roch Widjatini Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Email: octariaputri97@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir
BAB I ABSTRAK Judul Jurnal : Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir Penulis Jurnal : Radhitia Paramitasari & Ilham Nur Alfian (Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN AGREEABLENESS (KEBAIKAN HATI) DAN FORGIVENESS (PEMAAFAN) PADA MAHASISWA SKRIPSI
HUBUNGAN AGREEABLENESS (KEBAIKAN HATI) DAN FORGIVENESS (PEMAAFAN) PADA MAHASISWA SKRIPSI Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia Untuk
Lebih terperinciBAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA. 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka
BAB III MAKNA FILOSOFI BUSHIDOU DI DALAM SIKAP AIKIDOUKA 3.1 Filosofi Gi (Kebenaran) di dalam Sikap Aikidouka Prinsip utama aikidou adalah gi. Gi terdapat dalam diri aikidouka yaitu jasmani dan jiwa. Jiwa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan
13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berpacaran Pada tinjauan pustaka ini akan dibicarakan terlebih dahulu definisi dari intensi, yang menjadi konsep dasar dari variabel penelitian ini. Setelah membahas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus menerus menjadi kekasih, orang kepercayaan, penasihat, orang yang berkarier dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara
BAB II LANDASAN TEORI A. KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP ORGANISASI 1. Defenisi Komitmen Karyawan terhadap Organisasi Komitmen karyawan terhadap organisasi merupakan suatu hubungan antara individu karyawan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Definisi Komunikasi Terapeutik Menurut Machfoedz, (2009) Komunikasi terapeutik ialah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Forgiveness. pemaafan sebagai pembatalan dari utang piutang oleh orang yang telah melukai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Pengertian Forgiveness Exline dan Baumeister, 2000 (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 190) mendefinisikan forgiveness, yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
Lebih terperinci