FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK"

Transkripsi

1 FORGIVENESS PADA DEWASA AWAL PUTRI YANG MENGALAMI KEKERASAN PADA MASA KANAK-KANAK Nama : Yohana Yosephine NPM : Jurusan : Psikologi Pembimbing : Diana Rohayati, S.Psi., M.Psi

2 PENDAHULUAN Kekerasan yang dialami oleh anak di Indonesia terus meningkat dan menarik perhatian berbagai instansi. KPA mencatat ada laporan kekerasan terhadap anak pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 jumlah ini terus meningkat menjadi kasus kekerasan terhadap anak (Aby, 2013). Penderitaan akibat dampak kekerasan pada masa anak-anak tidak hanya terjadi setelah mengalami tindak kekerasan tapi juga dapat berpengaruh terhadap tugas perkembangan masa dewasa awal, seperti membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, menerima atau mengambil tanggung jawab warga negara, dan menemukan kelompok sosial yang menyenangkan. Dampak ini akan terus berlanjut jika korban tidak mendapatkan pemulihan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah melalui proses rekonsiliasi, pemulihan, dan pemaafan (forgiveness) terhadap pihak-pihak yang telah menimbulkan rasa sakit pada korban (Solihin, 2012). Penelitian ini memfokuskan pada subjek putri karena menurut UU Pasal 1 Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, korban terbanyak adalah wanita. Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah bagaimana gambaran forgiveness pada dewasa awal putri yang pernah mengalami kekerasan pada masa anak anak dan faktor faktor apa saja yang menyebabkan forgiveness pada dewasa awal putri yang pernah mengalami kekerasan pada masa anak anak.

3 LANDASAN TEORI A. Forgiveness Jampolsky (2001) menyebut istilah pemaafan adalah sama dengan rela memaafkan. Dengan rela memaafkan berarti kita bersedia untuk menanggalkan masa lalu yang menyakitkan, ini berarti menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri kita sendiri atas suatu hal yang telah terjadi (Jampolsky, 2001). Dimensi pemaafan terdiri dari beberapa dimensi, Exline & Sommer (dalam Worthington, 1998) mengkategorikan pemaafan dapat terjadi karena adanya dua dimensi yang terbentuk yaitu : Intrapsikis dan Interpersonal. Dimensi intrapsikis dan dimensi interpersonal ini saling berinteraksi yang akan menghasilkan beberapa kombinasi pemaafan: Interpersonal Act + No Intrapsychic State Intrapsychic State + No Interpersonal Act Intrapsychic State + Interpersonal Act Hollow Forgiveness Silent Forgiveness Total Forgiveness No Intrapsychic State + No Interpersonal Act No Forgiveness

4 LANDASAN TEORI Enright dan Coyle (1998) mengembangkan suatu model proses dalam pemaafan yang dibagi kedalam empat fase yaitu: fase membuka kembali (uncovering phase), fase memutuskan (decision phase), fase bekerja (work phase), dan fase pendalaman (deepeningphase). Ada beberapa faktor yang memengaruhi pemaafan pada seseorang. Menurut McCullough (2000), yaitu: proses emosional dan kognitif, kualitas dari suatu hubungan, dan faktor situasi B. Kekerasan Terhadap Anak Kekerasan terhadap anak menurut Andez (2006) adalah segala bentuk tindakan yang melukai dan merugikan fisik, mental, dan seksual termasuk hinaan meliputi: penelantaran dan perlakuan buruk. Lawson (dalam Huraerah, 2007), menyebutkan ada empat macam abuse, yaitu : kekerasan fisik (physical abuse), kekerasan emosional (emotional abuse), kekerasan secara verbal (verbal abuse), dan kekerasan seksual (sexual abuse). Faktor-faktor yang menyebabkan orang tua melakukan kekerasan pada anak yaitu: kondisi anak, sosial persepsi masyarakat,dan kondisi orang tua. Sedangkan dampak kekerasan terhadap anak dapat terlihat pada fisik anak, tumbuh kembang anak, dan perilaku sosial anak di masyarakat

5 LANDASAN TEORI C. Dewasa Awal Putri Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia tahun. Tugas tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havigfrurst (1953), adalah : mulai hidup berkeluarga, mengelola rumah tangga, mulai bekerja dalam suatu jabatan, mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak dan memperoleh kelompok sosial. Kartono (1992) mengatakan bahwa gambaran pribadi wanita dewasa adalah pribadi yang sudah punya bentuk dan relatif stabil. Dengan adanya kestabilan ini dimungkinkan usaha untuk memilih apa yang ia kehendaki. Dalam usia dewasa muda wanita mulai memahami konstitusi diri sendiri. Ia memahami keadaan sendiri dan batas batas kemampuannya. Dengan demikian wanita tersebut mulai merencanakan satu pola hidup bagi masa depan.

6 Forgiveness pada dewasa awal putri yang mengalami kekerasan pada masa anak anak Kekerasan pada anak cenderung terjadi dalam masyarakat yang memandang kekerasan sebagai cara yang tepat untuk mengatasi masalah. Mereka tidak melaporkan atau menceritakan tindak kekerasan yang telah mereka alami karena budaya dan dogma di Indonesia mengharuskan anak sejak kecil patuh dan taat kepada orang tua. Sebagai akibatnya, anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terluka secara fisik tapi juga secara psikis, dan terpendam selama bertahun tahun, hingga akhimya menggangu kejiwaan anak. Dampak ini juga akan berpengaruh terhadap tugas perkembangan pada masa dewasa awal, seperti membentuk keluarga, mengasuh anak, mengelola rumah tangga, menerima atau mengambil tanggung jawab warga negara, dan menemukan kelompok sosial yang menyenangkan. Meski dengan memberi maaf, korban tetap tidak dapat merubah peristiwa yang sudah terjadi. la bisa merubah persepsi, emosi, dan pemahaman akan makna dari peristiwa yang telah dialaminya (Worthington,2003). Forgiveness (pemaafan) dapat menjadi salah satu cara untuk memfasilitasi penyembuhan luka dalam diri seseorang dan antarpribadi yang bermusuhan dan menyakiti. Penulis mengangkat subjek putri karena menurut sumber UU Pasal 1 Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, korban terbanyak adalah wanita, dan menurut Zahn-Waxier dan Smith (dalam Davies, 1999) mengatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku

7 prososial dan empati terhadap orang lain, dibandingkan anak laki-laki. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita lebih empatik dan relasional daripada pria (misalnya, Eisenberg & Lennon, 1983; Lcnnon & Eisenberg, 1987). Dengan kata lain, wanita memiliki kecendrungan untuk pemaafan dibanding laki-laki didasarkan atas tingginya rasa empati yang dimiliki mereka. Penulis mengangkat subjek putri karena menurut sumber UU Pasal 1 Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, korban terbanyak adalah wanita, dan menurut Zahn-Waxier dan Smith (dalam Davies, 1999) mengatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak perempuan lebih banyak menunjukkan perilaku prososial dan empati terhadap orang lain, dibandingkan anak laki-laki. penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa wanita lebih empatik dan relasional daripada pria (misalnya, Eisenberg & Lennon, 1983; Lcnnon & Eisenberg, 1987). Dengan kata lain, wanita memiliki kecendrungan untuk pemaafan dibanding laki-laki didasarkan atas tingginya rasa empati yang dimiliki mereka. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dan subjek yang diteliti adalah seorang dewasa awal putri berusia antara 20 hingga 40 tahun yang pernah mengalami kekerasan pada masa kanak kanak.

8 Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara sebagai metode untuk memperoleh data secara menyeluruh dan memberi kesepakatan kepada subjek penelitian untuk memberi pandangan-pandangannya terhadap masalah yang dihadapi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi sistematik dan observasi non partisipan. Peneliti menggunakan beberapa alat bantu penelitian yang berfungsi untuk mempermudah melakukan penelitian, yaitu : pedoman wawancara, pedoman observasi, alat tulis, dan perekam suara (Tape Recorder). Untuk menjaga keakuratan, peneliti mengacu pada triangulasi data yaitu sumber data diperoleh melalui wawancara dan observasi yang dilakukan ke subjek dengan waktu yang tidak bersamaan. Begitu juga sumber data yang diperoleh melalui significant others, menggunakan waktu yang tidak bersamaan dengan proses wawancara subjek, Adapun proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini akan dianalisa dengan teknik analisa data kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik komunikasi interpersonal orang tua tunggal dalam mendidik KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA TUNGGAL DALAM MENDIDIK ANAK REMAJA AWAL BAB I A. Latar Belakang Komunikasi interpersonal merupakan suatu cara yang dilakukan orang tua tunggal dalam mendidik anak, karena

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 13 Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KEKERASAN TERHADAP ANAK Kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang berat bagi korban yang mengalaminya. Pada umumnya korban perkosaan akan mengalami trauma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi ketika salah satu ataupun kedua pasangan tidak menghormati lagi perjanjian untuk setia.

Lebih terperinci

PROSES DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA BROKEN HOME

PROSES DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA BROKEN HOME 1 PROSES DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMAAFKAN PADA REMAJA BROKEN HOME Aswina Mayang Safitri Intisari Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat

Lebih terperinci

FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm :

FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA. Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm : FORGIVENESS PADA ANAK YANG MENGALAMI KDRT OLEH AYAH TIRINYA Nama : Noveria Yamita Eka Putri Npm : 15510050 PENDAHULUAN Anak memang merupakan golongan yang sangat rentan untuk menjadi korban kekerasan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Definisi Pemaafan Secara terminologis, kata dasar pemaafan adalah maaf dan kata maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- Qur an terulang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing

PENGANTAR. kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing PENGANTAR Konflik dalam Pernikahan Pernikahan melibatkan dua individu yang berbeda dan unik, baik dari kebiasaan, visi hidup, maupun strata pendidikan. Perbedaan dan keunikan masingmasing pasangan menuntut

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL

PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL PENGARUH POLA ASUH OTORITER PADA PERILAKU BELAJAR SISWA SD MENJELANG UJIAN NASIONAL Nama : Intan Permatasari NPM : 10509259 Dosen Pembimbing : Ade Wijaya, S.Psi. M.Si LATAR BELAKANG Menurut Baumrind (1967)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan Pada Remaja Akhir 1. Pengertian Pemaafan McCullough, Worthington, dan Rachal (1997) mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat gambaran dinamika fase forgiveness yang dilalui oleh remaja yang masih memiliki ibu di Panti Asuhan X Bandung. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan hormon pada fase remaja tidak saja menyebabkan perubahan fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan hidup, individu memiliki harapan untuk dapat terus menerus menjadi kekasih, orang kepercayaan, penasihat, orang yang berkarier dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. S dan I telah melewati beberapa unit dalam fase forgiveness.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Definisi Forgiveness Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Seseorang tidak mungkin forgive (memaafkan) kecuali jika unforgive

BAB II LANDASAN TEORI. Seseorang tidak mungkin forgive (memaafkan) kecuali jika unforgive BAB II LANDASAN TEORI II. A FORGIVENESS Seseorang tidak mungkin forgive (memaafkan) kecuali jika unforgive (tidak memaafkan) telah terjadi. Forgiveness memang baru dapat muncul setelah adanya unforgiveness,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan merupakan suatu fenomena yang sering menjadi bahan perbincangan setiap orang. Perempuan sering kali menjadi korban diskriminasi, pelecehan,

Lebih terperinci

Gambaran Proses Mengampuni pada Individu yang Mengalami Pengasuhan Buruk Orangtua

Gambaran Proses Mengampuni pada Individu yang Mengalami Pengasuhan Buruk Orangtua Gambaran Proses Mengampuni pada Individu yang Mengalami Pengasuhan Buruk Orangtua Sri Florina Laurence Zagötö Stefanus Soejanto Sandjaja 1 Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract.This

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses forgiveness pada istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di yayasan Jaringan Relawan Independen kota Bandung. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan child abuse disebut juga child maltreatment merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan merupakan masalah kesehatan masyarakat di samping menjadi masalah hukum dan sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Jordan (2001) dalam Hastuti (2014) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan, periode ini membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, periode ini antara 12-23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mendengar terjadinya sebuah kekerasan dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang asing lagi. Akhir-akhir ini media banyak dihebohkan dengan maraknya pemberitaan

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS. Oleh : Bambang Jarot Suryono

PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS. Oleh : Bambang Jarot Suryono PERAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA MANTAN PECANDU NARKOBA DALAM MENCEGAH RELAPS Oleh : Bambang Jarot Suryono BAB I Latar Belakang Masalah Rehabilitasi merupakan tahapan penting bagi pecandu narkoba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara normal bahkan sejak mereka masih bayi (Papalia, 2004). Kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. secara normal bahkan sejak mereka masih bayi (Papalia, 2004). Kebutuhankebutuhan BAB I PENDAHULUAN I. A Latar Belakang Masalah Anak-anak memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan agar dapat tumbuh secara normal bahkan sejak mereka masih bayi (Papalia, 2004). Kebutuhankebutuhan tersebut

Lebih terperinci

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

2015 KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah fenomena sosial yang memprihatinkan di tengah masyarakat. Abrahams (2007), mengungkapkan bahwa kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

Harga Diri Pada Remaja Akhir yang Mengalami Gangguan Makan (Bulimia) FADILLA PERMATA PUTRI ( ) 5PA03

Harga Diri Pada Remaja Akhir yang Mengalami Gangguan Makan (Bulimia) FADILLA PERMATA PUTRI ( ) 5PA03 Harga Diri Pada Remaja Akhir yang Mengalami Gangguan Makan (Bulimia) FADILLA PERMATA PUTRI (12510484) 5PA03 Latar Belakang Di Indonesia ada 38% orang yang memiliki gangguan pola makan. Dan kebanyakan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda Nama : Rifka Putri Kusuma NPM : 16512337 Jurusan Pembimbing : Psikologi : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, M.psi, Psikolog LATAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program

BAB I PENDAHULUAN. ini dibuktikan oleh pernyataan Amrullah, Child Protection Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk memperoleh pendidikan yang umumnya digunakan para orang tua. Selain memperoleh pengetahuan atau pelajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. utuh sebagai manusia. Melalui pendekatan proses keperawatan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan memepertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Melalui

Lebih terperinci

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya

Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Judul Skripsi : Respons Orang Tua Korban Pembunuhan terhadap Pembunuh Anak Tunggalnya Pembimbing: Dr. Hendro Prabowo, S.Psi Oleh : Monica Lutfy Setyawan 14511602 Latar Belakang Masalah Dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Memaafkan / Forgiveness 1. Pengertian Memaafkan Memaafkan adalah pusat untuk membangun manusia yang sehat dan mungkin salah satu proses yang paling penting dalam pemulihan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kekalutan emosi, instropeksi yang berlebihan, kisah yang besar, dan sensitivitas yang tinggi. Masa remaja adalah masa pemberontakan

Lebih terperinci

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t

(25,5%), di sekolah (10%), tempat umum (22%), tempat kerja (5,8%), dan tempat lainnya (3 6,6%). Sedangkan berdasarkan kategori usia, kekerasan fisik t Dukungan Sosial Terhadap Anak Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Risya Handayani Pendahuluan Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat dimana anak belajar dan menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Forgiveness 2.1.1. Definisi Forgiveness McCullough (2000) bahwa forgiveness didefinisikan sebagai satu set perubahan-perubahan motivasi di mana suatu organisme menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga

BAB I PENDAHULUAN. solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga bagi anak-anak adalah tempat untuk berlindung dan mencari solusi yang membuat anak merasa aman, namun pada kenyataannya ada keluarga yang karena kesulitan

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

FORGIVENESS DAN STRES KERJA TERHADAP PERAWAT. Vita Yustiya Setiyana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

FORGIVENESS DAN STRES KERJA TERHADAP PERAWAT. Vita Yustiya Setiyana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang FORGIVENESS DAN STRES KERJA TERHADAP PERAWAT Vita Yustiya Setiyana Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang yuztya.vita@gmail.com Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara forgiveness

Lebih terperinci

Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati

Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual. Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : Pembimbing : Diana Rohayati Resiliensi pada Remaja Wanita yang Mengalami Kekerasan Seksual Nama : Yudha Ardhiyanto Kelas : 3 PA 01 NPM : 19510348 Pembimbing : Diana Rohayati BAB I Latar Belakang Peningkatan tahun kekerasan seksual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemaafan dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan konsep yang

BAB II LANDASAN TEORI. Pemaafan dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan konsep yang BAB II LANDASAN TEORI II.A. Pemaafan II.A.1. Definisi Pemaafan Pemaafan dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan konsep yang banyak diteliti, dalam bidang psikologi klinis di Barat beberapa teori tentang

Lebih terperinci

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK 1 ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PRIMA NURUL ULUM F. 100 040 011 FAKULTAS

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT JUDUL : Memahami Pengalaman Komunikasi Konselor dan Perempuan Korban KDRT Pada Proses Pendampingan di PPT Seruni Kota Semarang NAMA : Sefti Diona Sari NIM : 14030110151026 Abstraksi Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir

BAB I ABSTRAK. Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir BAB I ABSTRAK Judul Jurnal : Hubungan Antara Kematangan Emosi Dengan Kecenderungan Memaafkan Pada Remaja Akhir Penulis Jurnal : Radhitia Paramitasari & Ilham Nur Alfian (Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling membutuhkan dan saling berinteraksi. Dalam interaksi antar manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan lainnya. Dalam kehidupan rumah tangga, dibutuhkan komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam sistem pranata sosial manusia. Individu akan lebih sering berinteraksi dalam keluarga dibandingkan dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Perilaku Memaafkan A. PERILAKU MEMAAFKAN Menurut McCollough, Worthington dan Rachal (1997:321) perilaku memaafkan merupakan suatu perubahan motivasi dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejatinya bisa memberikan banyak pelajaran bagi hidup. Peristiwa yang mengharukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sejatinya bisa memberikan banyak pelajaran bagi hidup. Peristiwa yang mengharukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini banyak peristiwa yang lepas dari pandangan orang yang sejatinya bisa memberikan banyak pelajaran bagi hidup. Peristiwa yang mengharukan

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH PENERIMAAN DIRI ORANG TUA TERHADAP ANAK YANG HAMIL DI LUAR NIKAH Disusun Oleh Nama : Auliya Karimah NPM : 10507030 Pembimbing : Wahyu Rahardjo, S.Psi., M.si Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. memandang remaja itu sebagai kanak-kanak, tapi tidak juga sebagai orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya (terutama fisik) telah mencapai kematangan. Masa ini menunjukan suatu masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang berkeluarga mendambakan kehidupan yang harmonis dengan rasa cinta dan kasih sayang antar keluarga, namun tidak setiap keluarga dapat menjalani

Lebih terperinci

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Jampolsky (2001) pemaafan adalah merasakan penghayatan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Jampolsky (2001) pemaafan adalah merasakan penghayatan BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pemaafan II. A. 1. Definisi Pemaafan Menurut Jampolsky (2001) pemaafan adalah merasakan penghayatan tentang apa yang dialami orang lain, merasakan kelembutan, kerentanan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rentang kehidupan, individu terlahir ke dunia bersama faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rentang kehidupan, individu terlahir ke dunia bersama faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu terlahir ke dunia bersama faktor keturunan dan sifat lahir yang ia bawa sejak dalam kandungan. Selain faktor bawaan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi, 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap manusia yang hidup memiliki tujuan dalam kehidupan mereka. Tujuan hidup manusia pada umumnya selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA 18-25 TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN Eka Riyanti Purboningsih, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan jenis Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Istilah fenomenologi sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan telah banyak diketahui oleh masyarakat. Itu semua tak lepas dari peran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus penggunaan narkoba pada remaja sudah sering dijumpai di berbagai media. Maraknya remaja yang terlibat dalam masalah ini menunjukkan bahwa pada fase ini

Lebih terperinci