BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan (Forgiveness) menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencaricari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan (Forgiveness) menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencaricari"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan (Forgiveness) 1. Definisi Pemaafan (Forgiveness) Forgiveness memiliki arti terminologis dengan dua hal, yaitu meminta maaf dan memaafkan. Pemaafan merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencaricari nilai dalam amarah dan kebencian, serta menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri. Pendapat senada dikemukakan oleh McCullough dkk, (1997) yang mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Snyder (2002) mengemukakan definisi pemaafan (forgiveness) sebagai penyusunan transgresi yang dialami, dimana individu dihadapkan pada transgressor, transgresi, dan sekuel dari transgresi, sehingga terjadi transformasi terhadap efek negatif menjadi netral atau positif. Sumber transgresi, atau objek dari pemaafan bisa diri sendiri, orang lain atau situasi dimana pandangan seseorang berada pada kendali seseorang atau sesuatu (misalnya: penyakit, takdir atau bencana alam). Enright, (dalam Schimmel, 2002) melihat pemaafan sebagai suatu bentuk kesiapan melepaskan hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan, dan membalas dendam terhadap pelaku yang telah bertindak 11

2 12 tidak benar terhadapnya, dan di waktu yang bersamaan mengembangkan kasih sayang, kemurahan hati, bahkan cinta terhadapnya. Pemafaan adalah upaya membuang semua keinginan pembalasan dendam dan sakit hati yang bersifat pribadi terhadap pihak yang bersalah atau orang yang menyakiti dan mempunyai keinginan untuk membina hubungan kembali (McCullough, 1997). Proses pemaafan dapat terjadi jika orang yang disakiti menghilangkan perasaan negatif seperti kekecewaan, benci atau marah terhadap pelaku tentang peristiwa yang terjadi dan pelaku dibebaskan secara lebih lanjut dari perasaan bersalah dan kewajibannya. Kemudian hubungan antara orang yang disakiti dengan pelaku kembali menjadi baik seperti sebelum peristiwa yang menyakitkan terjadi. Seseorang yang memaafkan kesalahan pihak lain dapat dilandasi oleh komitmen yang tinggi pada relasi mereka. McCullough dkk, (1997) mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. Nashori (2008) juga menjelaskan pemaafan adalah menghapus luka atau bekas-bekas luka dalam hati. Boleh jadi ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi kejadian yang menyakitkan hati telah terhapuskan. Sedangkan menurut Ken Hart (dalam Munthe, 2013) menyatakan pemaafan adalah kesembuhan dari ingatan yang terluka, bukan

3 13 menghapuskan dan pemaafan sebagai cara mengatasi hubungan yang rusak dengan dasar prososial. Dari beberapa definisi yang dijelaskan beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pemaafan adalah upaya membuang semua rasa sakit hati dan dendam yang ada di dalam hati agar tercipta kembali hubungan yang baik. 2. Dimensi-Dimensi Pemaafan Nashori (2012) menjelaskan pemaafan dalam tiga dimensi, antara lain: a. Dimensi Emosi Pemaafan Dimensi emosi pemaafan berkaitan dengan orang-orang yang menjadi korban terhadap orang-orang yang menjadi pelaku. Pada dimensi ini dengan merunut pendapat para ahli, Nashori (2012) mengambil kesimpulan untuk indikator dimensi emosi pemaafan adalah sebagai berikut: 1) Meninggalkan perasaan marah, sakit hati, benci 2) Tetap mampu mengontrol emosi saat diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain 3) Merasa iba dan kasih sayang terhadap pelaku 4) Merasa nyaman ketika berinteraksi dengan pelaku b. Dimensi Kognisi Pemaafan Dimensi kognisi pemaafan berkaitan pemikiran seseorang atas peristiwa yang tidak menyenangkan yang dialaminya. Pada dimensi ini dengan merunut pendapat para ahli, Nashori (2012) mengambil

4 14 kesimpulan untuk indikator dimensi kognisi pemaafan adalah sebagai berikut: 1) Memiliki penjelasan nalar terhadap sikap orang lain yang menyakiti mereka 2) Meninggalkan penilaian negatif terhadap orang lain ketika hubungannya dengan orang lain tidak sebagaimana diharapkan 3) Memiliki pandangan yang berimbang terhadap pelaku c. Dimensi Interpersonal Pemaafan Dimensi interpersonal pemaafan berkaitan dengan dorongan dan perilaku antar pribadi seseorang untuk memberi pemaafan terhadap orang lain. Pada dimensi ini dengan merunut pendapat para ahli, Nashori (2012) mengambil kesimpulan untuk indicator dimensi kognisi pemaafan adalah sebagai berikut: 1) Meninggalkan perilaku atau perkataan yang menyakitkan terhadap pelaku 2) Meninggalkan perilaku acuh tak acuh 3) Meninggalkan keinginan balas dendam 4) Meninggalkan perilaku menghindar 5) Meningkatkan upaya konsiliasi/rekonsiliasi hubungan 6) Motivasi kebaikan atau kemurahan hati 7) Musyawarah dengan pihak yang pernah jadi pelaku

5 15 3. Faktor yang Mempengaruhi Pemaafan Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian maaf, antara lain: a. Empati Empati adalah kemampuan orang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain. Melalui empati terhadap pihak yang menyakiti, seseorang dapat memahami perasaan pihak yang menyakiti merasa bersalah dan tertekan akibat perilakunya yang menyakitkan. Dengan alasan itulah beberapa penelitian menunjukkan bahwa empati berpengaruh terhadap proses pemaafan (McCullough dkk, 1997, ; Zechmeister dan Romero, 2002; Macaskil dkk, 2002; Takaku, 2001). b. Atribusi Terhadap Pelaku dan Kesalahannya Penilaian akan mempengaruhi setiap perilaku individu. Artinya, setiap perilaku itu ada penyebabnya dan penilaian dapat mengubah perilaku individu (termasuk pemaafan) dimasa yang akan datang. Pemaaf pada umumnya menyimpulkan bahwa pelaku telah merasa bersalah dan tidak bermaksud menyakiti sehingga ia mencari penyebab lain dari peristiwa yang menyakitkan itu. c. Tingkat Kelukaan Beberapa orang menyangkal sakit hati yang mereka rasakan untuk mengakuinya sebagai sesuatu yang sangat menyakitkan. Mereka merasa takut mengakui sakit hatinya karena dapat mengakibatkan mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun melukai. Disisi lain,

6 16 banyak orang yang merasa sakit hati ketika mendapatkan bukti bahwa hubungan interpersonal yang mereka kira akan bertahan lama ternyata hanya bersifat sementara. Hal ini sering menimbulkan kesedihan yang mendalam yang akhirnya ketika hal ini terjadi, maka pemaafan akan sulit terwujud. d. Karakteristik Kepribadian Sikap untuk pemaafan merupakan trait yang ada dalam diri seseorang. Oleh karena itu, sikap pemaafan pada tiap individu dipengaruhi oleh tipe kepribadian. Ciri kepribadian tertentu seperti ekstrovert seringkali dihubungkan dengan tipe yang lebih mudah memaafkan. Kecenderungan ekstrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan ekspresi, dan asertif. Karakter ekstrovert diasosiasikan dengan sikap yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri sendiri, menyenangkan, jujur dan fleksibel juga cenderung menjadi empatik dan bersahabat. Sebaliknya kepribadian introvert menggambarkan kepribadian orang yang pendiam dan kurang terbuka sehingga lebih sulit untuk memaafkan (McCulloough dalam Wardhati & Faturochman, 2006). e. Kualitas Hubungan Seseorang yang memaafkan kesalahan pihak lain yang dilandasi oleh komitmen yang tinggi pada relasi mereka. Ada empat alasan mengapa kualitas hubungan berpengaruh terhadap perilaku memaafkan dalam hubungan interpersonal. Pertama, pasangan yang mau memaafkan pada dasarnya mempunyai motivasi tinggi untuk menjaga hubungan. Kedua,

7 17 dalam hubungan yang erat ada orientasi jangka panjang dalam menjalin hubungan diantara mereka. Ketiga, dalam kualitas hubungan yang tinggi satu orang dan kepentingan pasangannya menyatu. Keempat, kualitas hubungan mempunyai orientasi kolektivitas yang menginginkan pihakpihak yang terlibat untuk berperilaku yang memberikan keuntungan diantara mereka (McCullough dkk, 1998). 4. Proses Pemaafan Smedes (1984) dalam bukunya Forgive and Forget: Healing The Hurts We Don t Deserve membagi empat tahap pemberian maaf. Pertama adalah membalut sakit hati. Sakit hati yang dibiarkan berarti merasakan sakit tanpa mengobatinya sehingga lambat laun akan menggerogoti kebahagiaan dan ketentraman. Kedua yaitu meredakan kebencian. Kebencian adalah respon alami seseorang terhadap sakit hati yang mendalam dan kebencian yang memerlukan penyembuhan. Dengan berusaha memahami alasan orang lain menyakiti atau mencari dalih baginya atau instropeksi sehingga ia dapat menerima perlakuan yang menyakitkan maka akan berkurang atau hilanglah kebencian tersebut. Ketiga adalah upaya penyembuhan diri sendiri. Seseorang tidak mudah melepaskan kesalahan yang dilakukan orang lain. Akan lebih mudah melepaskan orang itu dari kesalahannya dalam ingatannya. Memaafkan adalah pelepasan yang jujur walaupun hal itu dilakukan di dalam hati. Pemberi maaf sejati tidak berpura-pura bahwa mereka tidak menderita dan tidak berpura-

8 18 pura bahwa orang yang bersalah tidak begitu penting. Asumsinya, memaafkan adalah melepaskan orang yang serta berdamai dengan diri sendiri dan orang lain. Keempat yaitu berjalan bersama. Bagi dua orang yang berjalan bersama setelah bermusuhan memerlukan ketulusan. Pihak yang menyakiti harus tulus menyatakan kepada pihak yang disakiti dengan tidak menyakitinya lagi. Pihak yang disakiti perlu percaya bahwa pihak yang menyakiti menepati janji yang dibuatnya. Proses memaafkan adalah proses yang berjalan perlahan dan memerlukan waktu (Smedes, 1984). Semakin parah rasa sakit semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan. Proses juga dapat terjadi ketika pihak yang disakiti mencoba mengerti kenapa hal itu terjadi bersama-sama dengan upaya meredakan kemarahan. 5. Manfaat Pemaafan Worthington & Wade (dalam Munthe, 2013) pemaafan secara kesehatan memberikan keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang membebaskan seseorang dari kemarahannya dan rasa bersalah. Selain itu juga dapat mengurangi rasa marah, depresi dan cemas. Sedangkan menurut Fincham (2002) pemaafan dalam hubungan interpersonal yang erat memberikan pengaruh terhadap kebahagiaan dan kepuasan hubungan.

9 19 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan manfaat pemaafan secara kesehatan memberikan keuntungan secara psikologis dan merupakan terapi yang efektif dalam intervensi yang membebaskan individu dari rasa marah dan bersalah, mengurangi depresi, cemas serta memberikan kebahagiaan dan kepuasan hubungan interpersonal. 6. Pemaafan Ditinjau dari Perspektif Islam Agama-agama dan nilai-nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat manusia umumnya meletakkan pemaafan atau pemberian maaf (forgiveness) ini sebagai salah satu pilar ajarannya. Pemaafan atau pemberian maaf sendiri berarti menghapuskan luka atau bekas-bekas luka dalam hati (Shihab dalam Nashori, 2008). Dalam agama islam misalnya, Allah azza wa jalla memerintah manusia untuk memberikan maaf kepada orang lain: Apabila kamu memaafkan, dan melapangkan dada serta melindungi, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang (QS. At- Taghabun 64: 14). Tidak sedikit dalil naqli baik dari Al-Qur an maupun Al-Hadits yang menganjurkan kepada manusia untuk memberikan maaf kepada sesame baik secara lahir maupun batin karna dalam ajaran islam, Allah SWT dilukiskan sebagai Sang Maha Pemaaf (Maha Pengampun). Al-Qur an menggunakan tiga kata untuk melukiskan bentuk-bentuk pemaafan; taubat, al- awf (maaf) dan al- Shaf (lapang dada). Kata al- awf dan yang seakar dengannya terulang dalam Al-Qur an sebanyak 34 kali yang berarti memaafkan dosa dan tidak menghukum.

10 20 Menurut Al-Asfahani (dalam Septeria, 2012), al- awf berarti menjauhkan diri dari dosa. Terkadang memberi maaf dipandang sebagai perilaku yang memberi keuntungan untuk orang lain. Dari penjelasan sebelumnya diketahui bahwa ternyata yang beruntung adalah diri sendiri. Allah SWT pun menjajikan pahala untuk orang yang suka memaafkan. Balasan terhadap kejahatan adalah pembalasan yang setimpal, tetapi siapa yang memaafkan dan berbuat baik, ganjarannya ditanggung oleh Allah SWT (QS. Asy-Syuura 42:40). Al- awf biasa diartikan dengan pemaaf dan mengampuni. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah SWT: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkankan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. Dan (juga) orang yang apabila melakukan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahuinya. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya, dan itulah sebaik-baiknya pahala orang yang beramal (QS. Ali Imran 3: ). Untuk memberikan dorongan kepada manusia agar mau memaafkan, Allah SWT berulang kali memerintahkannya di dalam Al-Qur an, antara lain dalam surat al-a raf;199, al-hijr;85, dan asy-syuura;43. Sementara itu Rasulullah SAW juga menjelaskan keuntungan orang-orang yang mau memaafkan kesalahan orang lain, diantaranya:

11 21 Barang siapa memberi maaf ketika dia mampu membalas, maka Allah akan mengampuninya saat ia kesukaran. Islam adalah agama yang indah, yang mengajarkan pada setiap ummatnya untuk selalu menjaga tali silaturahim. Apabila terjadi konflik, Islam memberikan toleransi yang tertuang dalam hadits yang berbunyi: Tidak halal seorang muslim menjauhi kawannya lebih dari tiga hari. Jika telah lewat waktu tiga hari itu, maka berbicaralah dengan dia dan berilah salam, jika dia telah menjawab salam, maka keduanya bersama-sama mendapat pahala, dan jika dia tidak membalasnya, maka sesungguhnya dia kembali dengan membawa dosa, sedang orang yang memberi salam telah keluar dari dosa karena menjauhi itu. (HR. Abu Daud). Hal tersebut diperjelas dalam Al-Qur an surat al-hujurat 49; 10-12, yaitu: Sesungguhnya orang-orang mu min adalah bersaudara, oleh karena itu adakanlah perdamaian di antara saudara-saudaramu, dan takutlah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman! Jangan ada satupun kaum merendahkan kaum lain, sebab barangkali mereka (yang direndahkan) itu justru lebih baik dari mereka (yang merendahkan); dan janganlah ada perempuan merendahkan perempuan lainnya, sebab barangkali mereka (yang direndahkan) itu lebih baik dari mereka (yang merendahkan);dan jangan kamu mencela diri-diri kamu; dan jangan kamu memberi gelar dengan gelar-gelar (yang tidak baik) - misalnya fasik- sebab seburukburuknya nama ialah fasik sesudah dia itu beriman, dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak sangka, karena sesungguhnya sebagiaan sangkaan itu berdosa; dan jangan kamu mengintai (menyelidiki cacat orang lain); dan jangan sebagian kamu mengumpat sebagiannya, apakah salah seorang diantara kamu suka makan daging bangkai saudaramu padahal kamu tidak menyukainya? Takutlah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah maha penerima taubat dan belas kasih. (al-hujurat: 10-12). Nampaknya, ilmu pengetahuan modern semakin menegaskan pentingnya pemaafan sebagaimana diajarkan dalam agama. Di dalam Al- Qur an, Hadits maupun teladan Nabi Muhammad SAW, memaafkan dan

12 22 berbuat baik kepada orang yang menyakiti merupakan perintah yang sangat kuat dianjurkan. Salah satu ayat berkenaan dengan pemaafan berbunyi: Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh. (QS. Al-A raaf 7:199). Dalam ayat lain Allah SWT berfirman: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nuur 24:22). Mereka yang tidak mengikuti ajaran mulia Al-Qur an akan merasa sulit memaafkan orang lain. Sebab, mereka mudah marah terhadap kesalahan apapun yang diperbuat. Memaafkan di sisi lain, meskipun terasa berat juga terasa membahagiakan. Satu bagian dari akhlak terpuji yang menghilangkan segala dampak merusak dari kemarahan dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat baik secara lahir maupun batin. Kenyataan bahwa sifat-sifat akhlak seperti ini manfaatnya telah dibuktikan secara ilmiah, telah dinyatakan banyak dalam ayat Al-Qur an adalah satu saja dari banyak sumber kearifan yang dikandungnya. B. Kepribadian Ekstrovert 1. Pengertian Kepribadian Ekstrovert Penggolongan tipe kepribadian ekstrovert-introvert didasarkan pada perbedaan respon, kebiasaan, dan sifat-sifat yang ditampilkan oleh individu

13 23 dalam melakukan hubungan interpersonal, selain itu tipe kepribadian juga menjelaskan posisi kecenderungan individu yang berhubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya (Suryabrata, 2002). Jung menggolongkan kepribadian menjadi dua yaitu tipe kepribadian ekstrovert dan introvert (Suryabrata, 2002). Jung (dalam Schultz & Schultz, 1993) membedakan dua sikap atau orientasi utama kepribadian, yaitu sikap introvert dan ekstrovert. Sikap introvert mengarahkan individu ke dunia dalam, dunia subjektif dan sikap ekstrovert mengarahkan individu ke dunia luar yaitu dunia objektif. Jung (dalam Suryabrata, 1998) mengatakan bahwa seseorang terletak pada salah satu tipe kepribadian. Individu yang introvert memiliki orientasi ke dalam, ke dunia sendiri; bertipe ragu-ragu, berhati-hati dan suka termenung. Sedangkan seorang ekstrovert memiliki orientasi ke luar, bertipe aktif, menarik dalam pergaulan dan suka berpetualang. Setiap kedua sifat tersebut memang ada pada diri setiap individu. Hanya saja ada yang dominan dan ada yang tidak pada diri seorang individu. Eysenck (dalam Zulkarnain & Danta, 2003) mengatakan bahwa tipe ekstrovert bercirikan suka bergaul, memiliki banyak teman, membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, suka mengambil kesempatan, selalu ingin tahu, senang lelucon dan umumnya suka perubahan. Selain itu cenderung agresif dan gampang kehilangan kesabaran, sekaligus perasaannya tidak tersimpan dengan baik serta tidak selalu dapat dipercaya. Feist dan Feist (dalam Wibowo, 2007) mengartikan ekstrovert sebagai sebuah sikap yang menjelaskan aliran psikis ke arah luar sehingga orang yang

14 24 bersangkutan akan memiliki orientasi objektif dan menjauh dari subjektif. Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka dunia luar. Orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert akan lebih menyukai kegiatan yang berurusan dengan orang lain, atau kegiatan sosial. Orang-orang ekstrovert lebih memikirkan orang lain dari pada memikirkan diri sendiri. konsekuensinya, lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan sendiri. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa seorang yang ekstrovert akan berfikir objektif dan tidak terlalu mementingkan perasaan subjektifnya. Orang ekstrovert akan lebih memperhatikan fakta-fakta di sekeliling mereka untuk bersikap dan bertingkah laku (Wibowo, 2007). Pribadi seseorang yang ekstrovert ataupun introvert memiliki ciri-ciri yang dapat dilihat. Menurut Eysenck (dalam Hjelle & Ziegler, 1992) sesuai yang dikutip oleh Lidya Carunada bahwa ciri-ciri kepribadian introvert antara lain yaitu tenang atau kalem, mempunyai temperamen yang mantap, dapat dipercaya, terkontrol, merasa damai, penuh perhatian, pasif, murung, mudah cemas, kaku, bijaksana, pesimis, hati-hati, sulit berpartisipasi sosial, dan diam. Sedangkan ciri-ciri kepribadian ekstrovert antara lain mempunyai jiwa pemimpin, periang, lincah, bebas, responsif, aktif bicara, mudah berpartisipasi sosial, agresif, mudah menerima rangsangan, menyukai perubahan, optimis, dan aktif (Catrunada, 2012). Pribadi yang ekstrovert dapat dilihat dari sikapnya yang hangat, ramah, penuh kasih sayang. Pribadi yang ekstrovert juga tegas dalam mengambil keputusan, bersedia menjadi pemimpin, aktif, dan periang.

15 25 Seseorang yang berkepribadian ektrovert akan lebih suka bersama dengan orang lain sehingga keterampilan sosial mereka menjadi meningkat sehingga mereka dapat diterima oleh lingkungan. Dengan ini individu akan tumbuh menjadi pribadi yang positif karena mereka memilki kemampuan interpersonal yang baik (Burleson dkk, 1994). Dengan kompetensi interpersonal yang baik maka individu akan merasa nyaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Masrun (dalam Wibowo 2007) seseorang yang memiliki kepribadian ektrovert hidupnya akan gembira, optimis dan ramah dalam pergaulan, sehingga hubungan dengan sesama lancar, tidak suka sendirian dan suka melakukan hal-hal yang mengandung risiko. Seseorang yang berkepribadian ektrovert akan memiliki kecendrungan perhatian dan empati terhadap orang lain, memelihara hubungan interpersonal, mudah bergaul dan menyukai tantangan, mereka juga akan dapat mengendalikan konflik yang mereka hadapi dan konflik dengan orang lain (Wibowo, 2007) Menurut Sunaryo (dalam Budi, 2010) orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert memiliki ciri-ciri antara lain orientasinya lebih banyak tertuju ke luar (lahiriah). Pikiran, perasaan dan tindakan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert terutama ditentukan oleh lingkungan sosial maupun non sosial di luar dirinya. Sifatnya positif terhadap masyarakat, cepat beradaptasi dengan lingkungan, tindakan cepat dan tegas, hatinya terbuka, mudah bergaul dan hubungan dengan orang lain lancar.

16 26 Kelemahan orang-orang dengan tipe kepribadian ekstrovert adalah perhatian terhadap dunia luar terlalu kuat yang akan membuatnya tenggelam dalam dunia objektifnya, sehingga akan mengalami kehilangan dirinya atau asing terhadap dunia subjektifnya. Di samping itu, mereka cenderung cepat melakukan tindakan tanpa pertimbangan yang matang (Sunaryo, dalam Budi, 2010). Orang dengan tipe kepribadian ekstrovert lebih efektif belajar melalui pengalaman yang konkret, kontak dengan dunia luar dan berhubungan dengan orang lain. Mereka akan merasa lebih bersemangat ketika bersama orang lain dan berinterakasi dengan mereka, serta sering dapat mengungkapkan ide terbaik mereka jika dapat mengungkapkannya pada orang lain. Mereka tergantung pada stimulasi dari luar dan interaksi dengan orang lain (Sunaryo, dalam Budi, 2010). Berdasarkan beberapa definisi yang telah di uraikan, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian ektrovert adalah kecendrungan seseorang untuk mengarahkan dirinya pada dunia diluar dirinya dan cenderung mengarahkan segala pikiran dan perasaan maupun tindakan pada lingkungan sosialnya. 2. Ciri-ciri Kepribadian Ektrovert Ciri-ciri kepribadian ektrovert menurut Jung (dalam Wibowo, 2007), yaitu : a. Pandai Bergaul

17 27 Kepribadian ektrovert cenderung memiliki kemampuan bergaul dana suka berkumpul dengan individu lain dalam kelompok, memiliki kepercayaan diri yang tinggi ketika dihadapkan dengan banyak orang. b. Mudah Beradaptasi Kepribadian ektrovert cenderung memiliki kemampuan yang baik untuk menyesuaikan diri pada lingkungan dengan baik. c. Berani Mengambil Resiko Kepribadian ektrovert cenderung menyukai tantangan dan suka pada halhal yang mengandung resiko. d. Aktif Kepribadian ektrovert cenderung memiliki kemampuan untuk melakukan suatu aktifitas yang aktif, bersemangat, kerja keras, bergerak dengan cepat, dan memiliki minat terhadap banyak hal. e. Tidak Menekankan Kerja Pikir Kepribadian ektrovert cenderung melakukan sesuatu dengan tidak menekankan kerja pikiran. Eysenck (dalam Abidin dan Suyasa, 2003) mengemukakan bahwa seseorang yang ektrovet akan memiliki karakteristik yaitu, tergolong orang yang ramah, suka bergaul, membuka diri, banyak teman, selalu membutuhkan orang lain untuk bicara. Mereka juga tidak segan mengambil kesempatan, suka menonjolkan diri, dan sering bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu, optimis dan ceria, cenderung agresif, dan terkadang tidak dapat dipercaya.

18 28 Sejalan dengan itu Steward (dalam Wibowo, 2007) mengatakan ciriciri kepribadian ektrovert yaitu : a. Suka Bergaul b. Penuh semangat c. Terbuka d. Menyukai petualangan Ciri-ciri kepribadian ektrovert menurut Budiraharjo (dalam Wibowo, 2007) adalah : a. Mudah Bergaul Ramah, mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, bekerjasama, mau membuka pembicaraan dengan orang lain, memiliki daya tarik interpersonal, tertarik melakukan interaksi sosial. b. Mau Membuka Diri Mudah untuk menampilkan bentuk-bentuk perasaan dan pemikiran. c. Keberanian Mengambil Resiko Rasa percaya diri yang tinggi, sering melakukan hal-hal yang membahayakan. d. Aktif Individu yang aktif dan mempunyai pemikiran yang cerdas. Lester D. Crow dan Alice Crow (1958) dalam bukunya Educational Psychology juga memaparkan mengenai ciri-ciri kepribadian ekstrovert, yaitu sebagai berikut: a. Fasih dalam berbicara

19 29 b. Bebas dari rasa khawatir c. Tidak mudah malu d. Konservatif e. Tertarik pada atletik f. Dikuasai oleh data yang objektif g. Ramah h. Menyukai bekerja secara kelompok i. Tidak mementingkan diri sendiri j. Mudah menyesuaikan diri dan beradaptasi 3. Dimensi Kepribadian Ekstrovert Untuk lebih memahami dimensi ekstrovert, maka dimensi tersebut akan ditinjau melalui empat macam fungsi, yaitu thinking, feeling, sensing, dan intuiting. Thinking membuat seseorang mengerti arti sesuatu, feeling membuat seseorang mengerti nilai sesuatu, sensing membuat seseorang dapat menjelaskan bahwa sesuatu itu benar-benar ada, dan intuiting dapat membuat seseorang mengetahui sesuatu tanpa mengetahui bagaimana caranya (R. Craig Hogan and David W. Champagne, 1980) a. Thinking Cara berpikir pribadi yang ekstrovert berbeda dengan cara berfikir pribadi yang introvert. Orang dengan kepribadian ekstrovert cenderung bergantung pada pemikiran yang nyata, namun mereka juga menggunakan ide-ide abstrak bila ide-ide tersebut dapat ditransmisikan secara langsung, misalnya dari guru atau orang tua. Orang dengan kepribadian ekstrovert

20 30 berpikir secara objektif, sehingga matematikawan ataupun insinyur akan sesuai dengan cara berfikir ekstrovert ini. b. Feeling Penggunaan kata feeling ini digunakan untuk mendeskripsikan proses evaluasi sebuah kejadian atau ide, atau bisa juga menggunakan kata valuing (pemberian nilai). Orang-orang dengan perasaan yang ekstrovert menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Mereka lebih dipandu oleh nilai eksternal dan penilaian yang diterima luas. Sedangkan orang-orang dengan perasaan introvert cenderung mendasarkan penilaian mereka pada persepsi subjektif dibandingkan dengan fakta objektif. c. Sensing Sensing merupakan fungsi yang memungkinkan manusia untuk menerima rangsangan fisik dan merubahnya ke dalam sebuah keadaan perseptual yang desebut dengan sensasi. Orang-orang dengan sensing ekstrovert menerima rangsangan eksternal secara objektif, sebagai sebuah kenyataan yang nyata. Sedangkan orang-orang dengan sensing introvert cenderung dipengaruhi oleh sensasi subjektif akan penglihatan, pendengaran, rasa, sentuhan, dan lainnya. d. Intuiting Intuisi meliputi persepsi yang berada jauh di luar kesadaran. Contoh orang yang menggunakan intuisi adalah ketika seseorang mengatakan saya merasa hari ini merupakan hari keberuntungan saya. Ia merasakan, jauh di luar kesadarannya, bahwa pada hari ini ia akan memperoleh keuntungan tanpa mengetahui bagaimana itu dapat terjadi.

21 31 Orang-orang dengan intuisi ekstrovert selalu berorientasi pada fakta dalam dunia eksternal. C. Kerangka Berpikir Mahasiswa sebagai makhluk sosial tentunya melakukan interaksi dengan mahasiswa yang lainnya. Dalam proses interaksi tersebut tidak menutup kemungkinan dapat terjadi hal-hal yang bersifat konflik sehingga membuat individu menjadi merasa sakit hati yang berdampak pada hubungan interpersonal yang menjadi renggang atau bahkan menjadi tidak baik. Dalam menghadapi konflik yang terjadi, mahasiswa memiliki sudut pandang tersendiri dalam memaknai konflik yang tengah terjadi. Terdapat mahasiswa yang menanggapinya dengan positif dan ada pula yang menanggapinya dengan negatif. Hal ini dikarenakan individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang mencerminkan tipe kepribadiannya. Pada masa terjadinya konflik ini, diperlukan alternatif yang dilakukan untuk memperbaiki dan menyelesaikan konflik dalam hubungan tersebut salah satunya dengan memaafkan. Nashori (2008) menjelaskan pemaafan adalah menghapus luka atau bekasbekas luka dalam hati. Boleh jadi ingatan kejadian yang memilukan di masa lalu masih ada, tetapi persepsi kejadian yang menyakitkan hati telah terhapuskan. Individu yang memilih untuk memaafkan kesalahan orang lain, ia tidak di haruskan melupakan semua kejadian yang menyakitkan yang pernah ia rasakan atau alami, cukup dengan membebaskan hati dan pikiran dari rasa marah dan benci yang selama ini menjadi beban di kesehariannya.

22 32 Ada tiga dimensi dalam pemaafan menurut Nashori (2012) yaitu yang pertama dimensi emosi pemaafan di mana pada dimensi ini individu di harapkan mampu meninggalkan perasaan-perasaan negatif, mampu mengontrol emosi, merasa iba dan kasih sayang, serta merasa nyaman ketika berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang yang telah menyakitinya. Kedua, dimensi kognisi pemaafan yang berkaitan dengan pemikiran seseorang tentang peristiwa yang menyakitkan. Individu harus memiliki penjelasan nalar terhadap sikap orang lain yang menyakiti mereka. Ketiga, dimensi interpersonal pemaafan yang mana berkaitan dengan dorongan dan perilaku antar individu untuk memberikan pemaafan kepada orang lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemaafan adalah faktor karakteristik kepribadian (McCullough, 2001), ciri kepribadian tertentu seperti ekstrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan ekspresi, dan asertif. Karakter yang hangat, kooperatif, tidak mementingkan diri, menyenangkan, jujur, dermawan, sopan dan fleksibel juga cenderung menjadi empatik dan bersahabat. Karakter lain yang diduga berperan adalah cerdas, analitis, imajinatif, kreatif, bersahaja, dan sopan (McCullough, 2001). McCullough (1997) juga mengatakan ada beberapa faktor tipe kepribadian yang mempengaruhi pemaafan diantaranya sifat pemaaf, extrovert menggambarkan beberapa karakter seperti bersifat sosial, keterbukaan, ekspresi dan asertif merupakan faktor pemicu terjadinya pemaafan. Seseorang yang berkepribadian ektrovert akan memiliki kecenderungan perhatian dan empati terhadap orang lain, memelihara hubungan interpersonal,

23 33 mudah bergaul dan menyukai tantangan, mereka juga akan dapat mengendalikan konflik yang mereka hadapi dan konflik dengan orang lain (Wibowo, 2007). Individu dengan kepribadian ekstrovert diasumsikan dapat lebih mudah melakukan pemaafan pada individu yang telah menyakitinya karena individu yang berkepribadian ekstrovert cenderung dapat mengendalikan konflik dengan orang lain. Hal ini disebabkan adanya sifat perhatian dan empati dalam diri serta keinginan untuk selalu memelihara hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain. Dengan landasan prososial itu, individu yang cenderung berkepribadian ekstrovert tentu ia akan lebih mudah memaafkan. D. Hipotesis Penulis dapat mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini, yaitu ada hubungan antara kepribadian ektrovert terhadap pemaafan pada mahasiswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Definisi Pemaafan Secara terminologis, kata dasar pemaafan adalah maaf dan kata maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- Qur an terulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. inidikarenakanadanyakonsepbahwamanusiamerupakanmakhluksosial.sehi

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. inidikarenakanadanyakonsepbahwamanusiamerupakanmakhluksosial.sehi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Interaksi dengan sesama individu merupakan sesuatu hal sangat penting dalam kehidupan manusia, inidikarenakanadanyakonsepbahwamanusiamerupakanmakhluksosial.sehi nggadalamsetiaptahapperkembangankehidupanmanusiadarimasaanakanak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun perempuan (Knoers dkk, 2001: 261). Begitu pula dalam hubungan interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana setiap anak ingin untuk mempunyai banyak teman dan relasi dalam hidupnya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Mercu Buana, Universitas memberikan banyak wadah kegiatan untuk melengkapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah agen perubahan yang akan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Sebagai kaum intelektual, mahasiswa ditantang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama Kristen Protestan merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Pada Agama Kristen biasanya memiliki suatu organisasi di gereja yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengalaman Memaafkan. kebanyakan berfokus pada memaafkan sebagai proses dengan individu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Memaafkan 1. Definisi Pengalaman Memaafkan Memaafkan merupakan sebuah konsep dimana terdapat pelaku dan korban yang berada dalam sebuah konflik dan sedang berusaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Pengertian forgiveness Menurut McCullough, forgiveness merupakan sikap seseorang yang telah disakiti untuk tidak melakukan perbuatan balas dendam terhadap pelaku,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan Pada Remaja Akhir. konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan Pada Remaja Akhir 1. Pengertian Pemaafan McCullough, Worthington, dan Rachal (1997) mengemukakan bahwa pemaafan merupakan seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu konflik/masalah (Nashori, 2008). Sebagian orang mungkin ada yang merasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan orang lain, disaat berinteraksi dengan orang lain tidak menutup kemungkinan akan terjadinya suatu

Lebih terperinci

7 Sikap Agar Mudah Memaafkan

7 Sikap Agar Mudah Memaafkan 7 Sikap Agar Mudah Memaafkan Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????...????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB VI PERILAKU TERCELA

BAB VI PERILAKU TERCELA BAB VI PERILAKU TERCELA Standar Kompetensi (Akhlak) Kompetensi Dasar 4. Menghindari perilaku tercela 4.1 Menjelaskan pengertian ananiyah, ghadhab, hasad, ghibah,dan namimah 4.2 Menyebutkan contoh-contoh

Lebih terperinci

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Urgensi Menjaga Lisan Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist & Feist, 2006), remaja

Lebih terperinci

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Kesalehan Sosial Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

Doa Hari ke 1. Doa Hari ke 2

Doa Hari ke 1. Doa Hari ke 2 Doa Hari ke 1 1. Ya Allah, jadikanlah puasaku sebagaimana puasanya orang-orang yang benar-benar berpuasa, dan jadikanlah salatku sebagaimana salatnya orang-orang yang benar-benar salat, dan jadikanlah

Lebih terperinci

dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa dr Gunawan Setiadi, MPH Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial. Perlu punya sahabat di dunia nyata (bukan hanya sahabat dari dunia maya) Orang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample Kolmogorov- Smirnov

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada diantara tahapan kanak-kanak dan tahapan dewasa. Peralihan ini melibatkan lebih dari

Lebih terperinci

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid c Menghormati Kemanusiaan d SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Sidang Jumat yang terhormat Mungkin terdengar tidak biasa, bila dikatakan bahwa kita mengucapkan salam kepada Tuhan. Tetapi itulah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dihabiskan untuk berhubungan atau bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting dalam rentang kehidupan, periode ini membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya, periode ini antara 12-23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas perkembangan pada remaja salah satunya adalah mencapai kematangan hubungan sosial dengan teman sebaya baik pria, wanita, orang tua atau masyarakat. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari

Lebih terperinci

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat Al Qur an merupakan petunjuk dari Allah Swt bagi makhluknya, jin dan manusia, yang harus diikuti sebagai pedoman dalam

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET)

KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) KISI KISI SOAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS UTS GENAP KELAS VII (TUJUH) (untuk memperkaya wawasan WAJIB BACA BUKU PAKET) SEJARAH NABI MUHAMMAD DI MAKKAH BACA DI BUKU PAKET HALAMAN 109 126 (lebih lengkap)

Lebih terperinci

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas

Lebih terperinci

E٤٢ J٣٣ W F : :

E٤٢ J٣٣ W F : : [ ] E٤٢ J٣٣ W F : : Masyarakat yang bersih, yang tidak dipenuhi berbagai berita adalah masyarakat yang selamat serta terjaga, dan yang melakukan maksiat tetap tertutup dengan tutupan Allah atasnya hingga

Lebih terperinci

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????. Bahaya Menggunjing Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai.

1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 1 2 3 4 1. Siapa berjalan pada jalannya sampai. 2. Siapa bersungguh-sungguh, mendapat. 3. Siapa yang sabar beruntung. 4. Siapa sedikit kejujurannya, sedikit temannya. 5. Pergaulilah orang yang punya kejujuran

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

Meraih Kebahagiaan Hakiki dengan Syukur, Sabar, dan Istighfar

Meraih Kebahagiaan Hakiki dengan Syukur, Sabar, dan Istighfar Meraih Kebahagiaan Hakiki dengan Syukur, Sabar, dan Istighfar Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1 Bersama Dakwah 1 KHUTBAH PERTAMA.. * Hari ini kita hampir berada di pertengahan bulan Sya'ban. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan bulan Ramadhan yang mulia. Ini merupakan bagian dari nikmat Allah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterbukaan diri atau sering disebut Self disclosure adalah pemberian informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Informasi yang diberikan dapat mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Praktek bullying sudah merambah ke dalam dunia pendidikan, hal ini sangat memprihatinkan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat. Komnas Perlindungan Anak (PA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 menjelaskan bahwa Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bagi manusia merupakan sesuatu yang penting, karena melalui sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu berbeda antara satu sama lain, karena pada dasarnya setiap orang memiliki jalan dan cara masing-masing dalam menjalani, menyesuaikan diri, dan mengatasi

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Gatot

Lebih terperinci

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

AKHLAK PRIBADI ISLAMI AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke: 06Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor

Lebih terperinci

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti

Lebih terperinci

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI REVIEW Modul ke: Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas EKONOMI Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Akhlak Sosial Islami Manusia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Karakteristik Guru sebagai Pembimbing di Taman Kanak-kanak 127 KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Guru adalah pembimbing bagi anak taman kanak-kanak. Proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan

BAB V PENUTUP. metode kualitatif dengan pendekatan metode study kasus yang menyajikan 135 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian yang telah dilakukan peneliti. Penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Wikipedia (2013) forgiveness (memaafkan) adalah proses menghentikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Wikipedia (2013) forgiveness (memaafkan) adalah proses menghentikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Memaafkan 2.1.1 Pengertian Memaafkan Wikipedia (2013) forgiveness (memaafkan) adalah proses menghentikan atau menolak kebencian, kemarahan akibat perselisihan, pelanggaran yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kepribadian dan psikologi sosial selama beberapa tahun terakhir. Salah satu alasan

BAB II KAJIAN TEORI. kepribadian dan psikologi sosial selama beberapa tahun terakhir. Salah satu alasan BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Memaafkan 2.1.1. Definisi Memaafkan Konsep "forgiveness" telah menarik perhatian para peneliti dalam konsep kepribadian dan psikologi sosial selama beberapa tahun terakhir. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak Aspek Akhlak 4 Qana ah dan Tasamuh Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, siswa akan mengetahui tentang pengertian qanaah dan tasamuh, menampilkan contoh perilaku qanaah dan tasamuh serta dapat

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

SHAKINA DEARASSATI PA07

SHAKINA DEARASSATI PA07 SHAKINA DEARASSATI 16510496 3PA07 Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia jumlah umat muslim di Indonesia memiliki persentase sebanyak 85 persen pada tahun 2012. Wanita muslim adalah perempuan yang beragama

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

[ Indonesia Indonesian

[ Indonesia Indonesian SUAMI TIDAK SHALAT : [ Indonesia Indonesian ] Penyusun : Misy'al al-utaibi Terjemah : Muh. Iqbal Ahmad Gazali Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430 : : : : 2009 1430 2 Suami Tidak Shalat Segala puji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU MEMAAFKAN. semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Perilaku Memaafkan A. PERILAKU MEMAAFKAN Menurut McCollough, Worthington dan Rachal (1997:321) perilaku memaafkan merupakan suatu perubahan motivasi dimana individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama suatu bangsa sebagai proses membantu manusia menghadapi perkembangan, perubahan, dan permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di

BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM. Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di BAB IV ANALISIS PENANGANAN KLEPTOMANIA DENGAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM Dalam kehidupan, yang namanya masalah besar maupun kecil harus di selesaikan, sebab setiap permasalahan akan berdampak pada psikis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM Kecerdasan emosional mengajarkan seseorang untuk mengarahkan emosi pada tempatnya, dengan kadar

Lebih terperinci

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK

KUMPULAN KATA-KATA BIJAK KUMPULAN KATA-KATA BIJAK Sesuatu yang baik, belum tentu benar. Sesuatu yang benar, belum tentu baik. Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga. Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus. Pikiran

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji.

Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Standar Kompetensi : 4. Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar: 4.1 Menjelaskan pengertian persatuan dan maksud persatuan umat Islam 4.2 Menjelaskan pengertian dan maksud kerukunan antar umat beragama

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji.

Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji. Standar Kompetensi : 3. Membiasakan perilaku terpuji. Kompetensi Dasar: 3.1. Menjelaskan pengertian adil, perintah berbuat adil, dan pentingnya berbuat adil 3.2. Menjelaskan pengertian ridha, perintah

Lebih terperinci

Tipologi Kepribadian

Tipologi Kepribadian Tipologi Kepribadian Hippocrates - Galenus PsikologiZone.com Zona Ilmu dan Artikel Psikologi Online Seperti penjelasan yang sudah dibahas pada situs psikologizone.com mengenai pengertian tipologi kepribadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan manusia yang dimulai

Lebih terperinci

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Akhlak Rasulullah Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????:???????????????????????

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Forgiveness 1. Definisi Forgiveness Enright (2001), mengatakan bahwa forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tipe-tipe Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Manusia Tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id 98 LAMPIRAN 99 Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi/siang/malam Dengan hormat, perkenalkan saya Karenya Eynel Andjani, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung yang sedang melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cadar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kain penutup kepala

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cadar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kain penutup kepala BAB II TINJAUAN TEORITIS II.A Cadar II.A.1 Pengertian Cadar Cadar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kain penutup kepala.النقاب atau muka (bagi perempuan). Dalam bahasa Arab cadar disebut dengan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Akhlak Sosial Islami Fakultas Tehnik Ust. H. Lathif Hakim, Lc. Dipl. DNP. MIE... Program Studi Tehnik Mesin www.mercubuana.ac.id TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS A. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu keluarga kehadiran anak adalah kebahagiaan tersendiri bagi orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah amanah, titipan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Pendidikan Agama Islam Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akhlak Sosial Islam Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen Akhlak Sosial Islami Terkait dengan hidup sosial bersama orang lain,

Lebih terperinci

IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS

IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS IMPROVING PERSONAL, INTERPERSONAL, & ORGANIZATIONAL COMMUNICATIONS Part 6 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma Pokok Bahasan Understanding your communication style Building high self esteem (self esteem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH Ust. H. Ahmad Yani, MA Kondisi Manusia Menghadapi Musibah Setiap manusia di Dunia ini pasti pernah melewati masa-masa ujian dari Allah SWT. Beragam ujian yang dialami manusia

Lebih terperinci

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( ) Kelompok 5 1. Azizatul Mar ati (14144600200) 2. Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) 3. Nurul Fitria Febrianti (14144600175) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci