Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah"

Transkripsi

1 Perbedaan Forgiveness pada Lansia yang Tinggal di Panti Wredha dan di Rumah Davin Aristyo Rahadiyan Lumadyo 1 Stefanus Soejanto Sandjaja Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Abstract. This research aimed to determine whether there is a difference between forgiveness of the elders who live in nursing home and in home. This study used a quantitative methods approach and used t-test statistic technique. The forgiveness were measured by TRIM 18 scale. The subjects were elderly aged 65 years old or above with random sampling (n=89). The result showed that there are differences between forgiveness the elders who live in nursing home and in home. Elders who live in nursing home have a fair score in forgiveness category and elders who live in home have a low score in forgiveness category. The result of data analysis showed the value of t is with probability (p) < If viewed from the mean value, there is a significant difference, in which the highest value of mean obtained by the elders who live in nursing home = and the elders who live in home = Keywords: elderly, forgiveness, nursing home Pendahuluan Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik diamati. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) tahun 1998 melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun. Kondisi yang baik dialami oleh seorang lansia di masa tuanya adalah ketika seorang lansia merasakan kebahagiaan masa tuanya, di mana mereka dapat mengalami masa-masa berbagi kebahagiaan dengan anak dan menantu juga dengan cucu mereka. Bermain bersama dengan cucu setiap hari, pergi bersama dengan anggota keluarga dengan anak, menantu, dan cucu untuk berlibur ataupun 1 Korespondensi artikel ini dapat menghubungi:davinlumadyo@gmail.com

2 Bermain bersama dengan cucu setiap hari, pergi bersama dengan anggota keluarga dengan anak, menantu, dan cucu untuk berlibur ataupun berbelanja. Lansia dengan anggota keluarga juga dapat berbagi bersama dalam setiap kondisi, pada saat sedih, senang, menangis, semua perasaan yang ada dalam diri manusia dapat bersama sama dirasakan, inilah yang seharusnya dialami oleh seorang lansia pada masa tuanya. Pada kondisi nyatanya, masa tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Usia enam puluh lima sampai awal tujuh puluhan digunakan sebagai patokan usia pensiun, serta tanda dimulainya usia lanjut. Seseorang merasa dirinya tua, selain dipengaruhi kondisi real kesehatan tubuhnya juga ditentukan oleh usia mental (tingkat kecerdasan), penghayatan mengenai dirinya sendiri (konsep diri), pandangan orang lain dan norma masyarakat (sosial-budaya) terhadap dirinya. Pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya adanya interaksi sosial. Kebutuhan akan orang lain itu terlihat dari hubungan yang terjalin antar manusia, yang dapat berupa saling melengkapi dan memenuhi kebutuhan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, suatu hubungan tidak selamanya berjalan sesuai dengan keinginan kita karena manusia tidak dapat menghindari segala masalah atau konflik yang terjadi dengan orang lain. Menurut Davis, Keith, dan Newstorm (1996), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang dapat berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada munculnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan. Menurut Rowe dan Kahn dalam berhubungan dengan orang lain, lansia mengalami kesulitan dalam mencari teman baru yang dapat menggantikan peran orang-orang yang sudah sering kali berada dalam hidupnya, seperti teman yang meninggal, berpindah tempat, dan sebagainya. Hal-hal tersebut menyebabkan lansia lebih memilih untuk menetap dengan keluarga di rumah dibandingkan berpindah ke tempat lain atau menetap sendirian. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada akhirnya banyak lansia yang mengalami kesepian dan terisolasi secara sosial (dalam Santrock, 2007). Salah satu hal positif yang dapat menjadi solusi bagi masalah ini adalah forgiveness. Enright (dalam McCullough dkk., 2003) mendefinisikan forgiveness sebagai sikap untuk mengatasi hal-hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba dan cinta kepada pihak yang menyakiti. Dengan sikap forgiveness

3 seseorang akan merasakan hal yang berbeda, entah solusi yang didapatkan menghasilkan perasaan yang memuaskan atau tidak, hal itu tidaklah menjadi suatu masalah. McCullough, Worthington, dan Rachal (1997) mendefinisikan memaafkan sebagai serangkaian perubahan motivasional di dalam diri seseorang, di mana motivasinya untuk membalas perbuatan pelaku menurun, motivasinya untuk memelihara hubungan yang renggang dengan pelaku menurun, dan motivasinya untuk berdamai pada pelaku transgresi (pihak yang telah menimbulkan rasa sakit) meningkat. Kontak sosial merupakan salah satu hal yang penting dalam mendapatkan dukungan pada seorang lansia. Keluarga memberikan keamanan dan dukungan emosional, sedangkan teman juga merupakan sumber penting untuk mendapatkan kesenangan dengan cepat (Papalia, Olds & Feldman, 2004). Menurut Genevay, hal tersebut disebabkan karena teman dapat menjadi tempat untuk menceritakan pikiran, perasaan, kekhawatiran, dan kesedihan yang dapat membantu menghadapi perubahan dan krisis penuaan (dalam Papalia, Olds & Feldmans, 2004). Tidak semua lansia tinggal bersama keluarganya di rumah, ada juga lansia yang tinggal di rumah perawatan usia lanjut atau yang lebih dikenal dengan istilah Panti Wredha. Panti Wredha merupakan unit pelaksanaan teknis kegiatan pelayanan sosial kepada lansia untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak, melalui pemberian penampungan berupa tempat tinggal, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir dan batin (Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial & Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2004). Tinggal di Panti Wredha berarti lansia diharuskan berpisah dari keluarga, baik anak maupun cucu mereka. Hal ini dapat memberikan dampak kondisi tertekan bagi para lansia. Kemungkinan terjadinya efek negatif pada diri lansia sangat mungkin terjadi karena adanya perasaan terabaikan, tidak dipedulikan, tidak lagi bermakna bagi orang lain terutama bagi anak-anaknya yang dewasa dan mandiri, serta kebersamaannya dengan orang lain hanya bersifat sementara yang ada kalanya hanya berupa formalitas (Setiadarma, 2004). Keputusan untuk menetap di Panti Wredha seringkali bukanlah keputusan dari para lansia sendiri, tetapi keputusan orang lain yaitu keluarga. Keberadaan seorang lansia di Panti Wredha cenderung dikaitkan dengan tingkat ketergantungan yang

4 tinggi dan penekanan lebih besar untuk mengikuti program yang telah ditentukan oleh Panti Wredha, daripada rencana atau proyek yang diajukan oleh lansia itu sendiri (Newman & Newman, 2006). Penelitian Cahyawati (2009) mengungkapkan bahwa lansia yang tinggal di Panti Wredha memiliki kebebasan yang terbatas dan tidak merasakan kehangatan keluarga meskipun terdapat pengurus yang memperhatikannya. Beberapa lansia yang tinggal di Panti Wredha juga disebabkan keluarga yang tidak memperhatikan dan memperdulikannya. Hal yang telah disebutkan sejak awal juga dinyatakan oleh penelitian yang dilakukan oleh Cahyawati, bahwa lansia yang tinggal di Panti Wredha merasa bahwa mereka tidak dapat bertindak sesuai keinginannya sendiri dan merasakan terkekang. Berbeda dengan lansia yang tinggal di rumah, mereka lebih merasa bebas melakukan keinginannya dan merasakan kebutuhan mereka terpenuhi. Untuk itu, peneliti memiliki argumen bahwa lansia yang tinggal di Panti Wredha memiliki forgiveness yang lebih rendah daripada lansia yang tinggal di rumah. Peneliti melaksanakan studi pendahuluan untuk melihat adakah perbedaan forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha dan di rumah. Penelitian awal ini dilakukan di dua panti yang berbeda di daerah Jakarta Selatan dan Tangerang, serta lansia yang berada di rumah yang berdomisili di daerah Jakarta selatan dan Tangerang, melalui pengujian yang dilakukan pada 40 orang lansia diperoleh adanya perbedaan forgiveness pada lansia yang berada di panti dan di rumah, di mana secara rata-rata pengampunan lansia yang berada di panti jauh lebih tinggi dibandingkan lansia yang tinggal di rumah. Hal ini bertolak belakang dengan pandangan peneliti yang menganggap bahwa lansia yang berada di rumahlah yang memiliki forgiveness lebih tinggi dibandingkan dengan di Panti Wredha. Dari hasil analisis ini terlihat perbedaan antara hasil analisis peneliti dengan hasil penelitian awal. Hasil penelitian awal menyatakan adanya perbedaan pada forgiveness pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dengan di rumah, karena hasil skala pengampunan yang didapatkan menyatakan bahwa forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha sebesar tergolong cukup, sedangkan forgiveness pada lansia yang berada di rumah tergolong rendah. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang forgiveness pada lansia. Apakah Panti Wredha ataukah rumah yang membuat seorang lansia mempunyai pemaafan yang tinggi dan faktor-faktor apakah yang mendukung seorang lansia untuk melakukan forgiveness.

5 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti membuat suatu rumusan masalah yaitu apakah ada perbedaan forgiveness pada lansia yang tinggal di panti jompo dengan di rumah. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan forgiveness pada lansia yang tinggal di panti jompo dengan di rumah. Forgiveness Snyder (dalam Agustinus, 2012) mendefinisikan forgiveness sebagai penyusunan suatu transgresi yang dialami seorang individu saat berhadapan dengan transgressor (orang yang melakukan kesalahan), transgresi (orang yang disakiti), dan sekuel (kelanjutan dari sebuah cerita) dari transgresi. Hal itu yang akan memunculkan suatu perubahan terhadap suatu efek yang negatif menjadi efek yang netral dan positif. Transgresi itu sendiri juga dapat berasal dari dirinya sendiri, dari orang lain, ataupun dari situasi yang berada di luar kendali dirinya, seperti bencana alam, penyakit, dan lain-lain. Jadi, metode yang digambarkan oleh Snyder itu adalah sebuah metode dimana dapat mengubah pengaruh yang negatif tersebut dari suatu peristiwa distress yang dialaminya menjadi sebuah pemikiran atau emosi yang positif yang dikeluarkan oleh trangresi. Worthington dan Wade (1999) menambahkan dampak positif lainnya dari memaafkan, bahwa secara kesehatan memaafkan memberikan keuntungan psikologis, dan memaafkan merupakan terapi yang efektif dalam intervesi yang membebaskan seseorang dari kemarahannya. Dengan demikian hal ini berpengaruh pada perasaan forgiveness seorang lansia, ketika memaafkan, lansia bisa memulihkan kembali hubungan dengan keluarganya, lansia tidak lagi menjadi seorang yang cepat tersinggung, mudah marah, dan secara mental tidak lagi menjadi stres karena memaafkan dapat mengurangi stres (Worthington, 2005).

6 Baumeister (1998) menemukan hambatan dari forgiveness berdasarkan penelitian yang telah dilakukannya. Ia mengatakan bahwa paling tidak terdapat dua hambatan terbesar dalam diri seseorang dalam melaksanakan proses forgiveness. Pertama,seseorang yang memiliki kepribadian narsisistik akan sulit dalam melakukan forgiveness, hal itu dikarenakan orang yang narsisistik ingin mendapatkan hal yang lebih dan merasa dirinya benar. Kedua, seseorang akan sulit melakukan proses forgiveness karena ia takut mengalami peristiwa yang menyakitkan kembali. Kesempatan untuk disakiti kembali pada diri seorang individu menjadi penghambat yang membuat seseorang untuk menjalani proses forgiveness. Hal itu yang mengakibatkan ketidakmampuan seseorang dalam melihat potensi dalam dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal yang tidak semestinya pada orang lain. McCullough, Worthington, dan Rachal (1997) mendefinisikan forgiveness sebagai perubahan motivasi ketika individu mengganti respon destruktif terhadap transgressor, dengan respon yang konstruktif. Forgiveness merupakan kesediaan untuk menanggalkan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan, tidak lagi mencaricari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri. Enright (dalam McCullough, Fincham, & Tsang, 2003) mendefinisikan forgiveness sebagai sikap untuk mengatasi hal-hal yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit itu sendiri tetapi dengan rasa kasihan, iba, dan cinta kepada pihak yang menyakiti. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa forgiveness adalah sebagai serangkaian perubahan motivasional pada seseorang di mana terjadi penurunan motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku pelanggaran. Menurunnya motivasi ini untuk dapat mempertahankan kerenggangan hubungan dengan pelaku pelanggaran, dan dapat meningkatkan motivasi untuk berdamai dan berbuat baik terhadap pelaku pelanggran. Tanpa adanya forgiveness, konflik yang akan terjadi di dalam diri seseorang akan semakin bertambah bahkan akan membuat semakin besar. Maka dari itu, seseorang dituntut untuk mempunyai sikap memaafkan untuk membuat hidupnya jauh lebih aman dan nyaman. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemaafan Menurut McCullough, Sandage, Brown, Rachal, Worthington, dan Hight (1997), ada empat faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memaafkan yaitu:

7 1. Variabel sosial kognitif atau afektif Faktor ini adalah faktor yang sangat berpengaruh dan berhubungan pada bagaimana seorang korban mempunyai cara berfikir dan mempunyai perasaan tentang perilaku yang dialami olehnya. Forgiveness juga ditentukan oleh beberapa variabel atribusi penilaian terhadap tanggung jawab dan kesalahan, niat, penderitaan yang dipersepsikan oleh korban dan penghindaran terhadap serangan. 2. Karakteristik serangan Faktor ini memengaruhi seseorang untuk dapat memberikan forgiveness pada seseorang yang telah membuat luka dan penderitaan bagi korban. Semakin menyakitkan serangan yang diberikan oleh peluka hati maka akan semakin sulit forgiveness diberikan pada pelaku. Kebesaran hati dari pelaku untuk meminta maaf atas serangan yang diberikan pada korban, juga dapat menjadi pengaruh dalam korban memberikan forgiveness. 3. Kualitas hubungan interpersonal Salah satu faktor penentu dalam forgiveness adalah kualitas dari hubungan interpersonal. Forgiveness merupakan sebuah perubahan motivasional yang mengarah kepada hubungan yang konstruktif, maka tingkat keintiman atau kedekatan berhubungan positif dengan forgiveness. McCullough mengatakan bahwa terdapat tiga bentuk kualitas hubungan yang berkaitan dengan forgiveness, yaitu: (a) adanya pengalaman atau sejarah yang dialami bersama yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan motivasi, (b) kemampuan korban untuk memaknai transgresi atau peristiwa menyakitkan terjadi untuk kebaikan dirinya, dan (c) peluka hati mampu meminta maaf atau mengkomunikasikan penjelasan baik secara verbal maupun non verbal. 4. Faktor kepribadian Proses forgiveness memiliki hubungan yang kuat dengan keramahan dengan stabilitas emosional seseorang. Faktor keagamaan juga mempunyai peran yang tidak kecil dalam memberikan dorongan seseorang untuk dapat forgiveness.

8 Dimensi Pemaafan Dimensi forgiveness yang dikemukakan di sini merupakan penjelasan lebih jauh mengenai definisi McCullough, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Forgiveness merupakan proses perubahan tiga dorongan dalam diri individu terhadap transgressor. Pada TRIM 18 (McCullough, Root, & Cohen, 2006), terdapat tiga dimensi forgiveness yaitu, membalas dendam (revenge), menghindar (avoidance), dan mendekat (benevolence). Berikut ini akan dijabarkan mengenai ketiga dimensi tersebut: 1. Membalas dendam (revenge) Dimensi ini merefleksikan kecenderungan seseorang untuk membalas dendam. Setelah terjadi transgresi, korban yang memiliki kecenderungan tinggi untuk membalas dendam akan berusaha menyakiti pelaku transgresi dengan tujuan agar pelaku merasa sakit seperti apa yang korban rasakan. 2. Menghindar (avoidance) Dimensi ini merefleksikan kecenderungan seseorang untuk menghindar pelaku transgresi. Bentuk penghindaran ini dilakukan dengan cara yang berbedabeda, antara lain tidak mau melakukan kontak personal maupun psikologis dengan pelaku, tidak mau berdekatan dengan pelaku, mengabaikan keberadaan pelaku, tidak mau menunjukan keramahan terhadap pelaku dan yang lebih ekstrim yaitu memutuskan hubungan yang selama ini terjalin dengan pelaku. 3. Mendekat (benevolence) Dimensi ini ditandai dengan dorongan untuk berbuat baik terhadap pelaku, dengan kehadiran benevolence, berarti menghilangkan kedua dimensi sebelumnya. Oleh karena itu individu yang memaafkan, memilki benevolence motivation yang tinggi, namun disisi lain memilki revenge motivation dan avoidance motivation yang rendah. Lansia Lansia adalah lanjut usia, sebutan untuk seseorang yang memang sudah masuk dalam periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Late adulthood adalah kategori lanjut usia yang dimana mereka berusia 65 tahun ke atas (Papalia, Olds, & Feldman, 2004). Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu

9 periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih definisi lansia yang dikemukakan dalam konstitusi negara Indonesia yaitu Undang- Undang No.13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (dikutip Siftriani, 2009). Dalam Hurlock (2001), diungkapkan tiga kelompok older adult, yaitu: Young adult, yang pada umumnya adalah yang umurnya berkisar antara 65 sampai 74 tahun, yang umumnya masih aktif, penuh perhatian dan bersemangat; Old old, yang pada umumnya adalah umur antara tahun; dan Oldest old, yang pada umumnya adalah yang berumur 85 tahun ke atas, yang umumnya lemah dan sulit untuk mengatur aktivitas sehari-hari. Batasan usia lansia yang dipakai dalam penelitian ini adalah menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2004), yaitu pada kelompok penduduk lansia berusia 65 tahun keatas, baik yang berada di rumah maupun di Panti Wredha. Penggolongan yang dipakai peneliti berdasarkan pada penggolongan organisasi kesehatan dunia. Lansia di Panti Wredha Lansia pada saat ini sering kali dihadapkan pada situasi yang tidak mudah, dan berbeda dengan sebelum mereka tinggal di panti. Hal ini akan mendorong mereka untuk dapat dan mampu melakukan penyesuaian diri agar mereka mampu hidup berdampingan selaras dan berjalan baik dengan sesama mereka yang berada di panti. Jika mereka mampu hidup berdampingan menyesuaikan diri dengan tepat akan membuat lansia merasa nyaman untuk tinggal di panti berdampingan dengan sesama mereka. Menurut Kadir (2007), terdapat beberapa alasan yang menyebabkan lansia tinggal di Panti Wredha, yaitu: (a) Perubahan tipe keluarga, (b) berubahnya peran ibu, dan (c) kebutuhan sosialisasi. Hawari (dalam Cahyawati, 2009), menyebutkan bahwa peningkatan jumlah lansia yang terdaftar dalam Panti Wredha adalah karena adanya pergeseran struktur keluarga menjadi keluarga inti (nuclear family) yang tidak menyediakan tempat bagi para lansia. Sehingga para lansia hidup hanya ditemani oleh binatang peliharaan dalam kesepian, isolasi sosial, dan tidak tahu apa yang harus diperbuatnya di hari tua. Hal inilah yang menjadi pemicu depresi pada lansia, sehingga mereka memutuskan untuk lebih memilih Panti Wredha sebagai tempat mereka singgah.

10 Selain dari itu, Wijayanti (dalam Sulandari, 2009) menyebutkan bahwa lansia di Panti Wredha terdapat fenomena, yaitu diantaranya tidak ada yang perduli, perhatian, kurang kasih sayang dari keluarga, kosongnya kehidupan mereka, rasa tidak lagi dibutuhkan, dan kesepian. Lansia di Rumah Lansia yang tinggal di rumah, baik hidup sendiri ataupun hidup dengan keluarganya akan cenderung memiliki cara perawatan berbeda. Menurut Versayanti (2011), ketika seseorang sudah mencapai usia tua di mana fungsi-fungsi tubuhnya tidak dapat lagi berfungsi dengan baik maka lansia membutuhkan banyak bantuan dalam menjalani aktivitas-aktivitas kehidupannya. Belum lagi berbagai penyakit degeneratif yang menyertai keadaan lansia membuat mereka memerlukan perhatian ekstra dari orang-orang disekitarnya, terutama keluarga yang merawat mereka di rumah (Versayanti, 2011). Merawat lansia tidak hanya terbatas pada perawatan kesehatan fisik saja, namun juga pada aspek psikologis dan sosiologis. Menurut Versayanti (2011), nilai kekeluargaan yang sangat dipegang erat oleh sebagian besar masyarakat Indonesia mungkin menjadi salah satu alasan mengapa rumah jompo bukan dianggap sebagai suatu pilihan dalam merawat lansia. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan ekstra lansia tersebut mereka memperkerjakan seorang perawat untuk merawat orangtua di rumah. Menurut Versayanti (2011), melalui cara menggunakan perawat di rumah, akan terdapat beberapa kerugian dan keuntungan. Lansia dapat tetap tinggal di rumah sehingga ia mendapatkan rasa nyaman dan aman. Namun juga banyak hal yang harus diperhatikan secara seksama. Perlu diingat bahwa lansia memerlukan banyak hal-hal lain untuk dapat mempertahankan kualitas hidupnya seperti latihan-latihan yang dapat melatih tubuhnya agar tidak terus menurun, ataupun untuk bagaimana mempertahankan fungsi kognitifnya (Versayanti, 2011). Tak lupa juga lansia juga membutuhkan sosialisasi. Hal ini sesuai seperti yang dikatakan oleh Versayanti (2011), yaitu bahwa lansia yang membutuhkan sosialisasi akan menuntut perhatian khusus dari keluarga yang menjaga lansia tersebut. Jangan sampai lansia merasa sendirian yang akan berdampak pada depresi walaupun tinggal di rumahnya sendiri.

11 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bekerja dengan angka, dan teknik analisis data dilakukan menggunakan statistik t-test. Desain penelitian ini adalah non-eksperimental dimana peneliti tidak melakukan manipulasi pada variabel yang akan diukur. Penelitian ini mengambil sampel lansia yang tinggal di rumah dan lansia yang tinggal di Panti Wredha. Adapun kriteria subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Lansia yang berusia lebih dari 65 tahun atau kriteria seseorang dikatakan sebagai lansia; b) Khusus subyek Panti Wredha merupakan penghuni dari Panti Wredha yang telah tinggal selama lebih dari satu bulan dimaksudkan agar subyek telah melakukan adaptasi dengan lingkungan barunya; c) Subyek tidak mengalami gangguan komunikasi verbal dan gangguan kognitif yang berat. Alat ukur sudah diadaptasi dan sudah diuji validitas dalam penelitian Sandjaja (2011) dengan skor 0,36 sampai dengan 0,627 dan reliabilitas skor 0,889. Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukan bahwa penelitian ini memiliki data yang berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien Kolmogorov-Smirnov 1,018 dengan p > 0,05, yang artinya tidak ada perbedaan distribusi data yang signifikan antara sampel dengan populasinya. Distribusi data populasi adalah normal, jadi distribusi data sampel penelitian ini juga normal. Angka F test yang mengasumsikan kedua varians sama adalah 6,481 dengan probabilitas (p) sebesar 0,013. Oleh karena angka probabilitas 0,013 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya ada perbedaan varians antara forgiveness lansia di Panti Wredha maupun di rumah dengan forgiveness lansia di populasi. Varians forgiveness lansia di populasi itu homogen, berarti varians forgiveness dalam sampel penelitian ini tidak homogen sebab berbeda secara signifikan dengan populasinya. Tabel 1 Hasil uji normalitas

12 Total N 89 Normal Parameters a,b Mean 40,67 Std. Deviation 11,347 Most Extreme Differences Absolute Positive 0,108 Negative -0,088 Kolmogorov-Smirnov Z 1,018 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,251 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Tabel 2 Hasil Uji Group Statistics Tempat tinggal N Pemaafan penelitian utama dimension1 Mean Std. Deviation Std. Error Mean Panti 53 43,75 11,770 1,617 Rumah 36 36,14 9,075 1,512 Tabel 3 Hasil Uji Beda Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means Pemaafan penelitian utama Equal variances assumed Equal variances not assumed F 6,481 Sig. 0,013 T 3,275 3,440 Df 87 85,524 Sig. (2-tailed) 0,002 0,001 Mean Difference 7,616 7,616 Std. Error Difference 2,325 2,214 95% Confidence Lower 2,994 3,214 Interval of the Upper Difference 12,238 12,017 Hasil analisis data menunjukan nilai t adalah sebesar 3,440 dengan probabilitas (sig) sebesar 0,001 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, ada perbedaan yang signifikan antara forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha dengan lansia di rumah. Tabel 5 Norma Forgiveness pada Lansia No. Skor Total Penjelasan

13 1. > 60 Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah 5. < 35 Sangat Rendah Hasil penelitian ini menyatakan adanya perbedaan pada forgiveness pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dengan di rumah, karena hasil skala pengampunan yang didapatkan menyatakan bahwa forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha sebesar 43,75 tergolong cukup, sedangkan forgiveness pada lansia yang berada di rumah 36,14 tergolong rendah. Pembahasan Ada beberapa faktor yang memengaruhi forgiveness pada lansia. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkisar pada tempat tinggal lansia saja (di Panti Wredha atau di rumah). Menurut McCullough et al. (dalam Kustianti, 2005), ada empat faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk memaafkan yaitu faktor sosial-kognitif, faktor karakteristik, faktor kepribadian, faktor karakteristik serangan. Akan tetapi, ada juga faktor lain yang memengaruhi, yaitu faktor jenis kelamin, faktor usia, faktor empati, dan faktor hubungan interpersonal. Pada penelitian ini, jumlah subyek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subyek yang berjenis kelamin laki-laki. Sosial kognitif merupakan faktor yang pertama, di mana proses berpikir seorang lansia berpengaruh pada seorang lansia untuk mengambil keputusan, apakah lansia akan melakukan forgiveness atau sebaliknya. Contoh kasus yang dialami oleh lansia di panti adalah seorang lansia mempunyai konflik dengan anaknya, dimana anak dari lansia dengan sengaja memasukkan lansia ke Panti Wredha dengan tujuan agar lansia ada yang mengurus di masa tuanya, dan terdapat konflik pribadi dari lansia terhadap menantu yaitu faktor kebiasaan menantu yang tidak sesuai dengan kebiasaan lansia, sehingga sering kali lansia dan menantu melakukan perdebatan yang tidak ada jalan keluarnya, seperti dalam hal masakan kesuakaan anak atau suami, yang pada akhirnya anak dan menantu berkeputusan untuk memasukkan lansia ke panti. Lansia yang merasa dirinya tidak lagi mempunyai kekuatan untuk melawan ataupun mengurus dirinya sendiri, maka

14 Kepribadian seorang lansia mempengaruhi apakah lansia merupakan seseorang yang mudah untuk melakukan forgiveness. Contohnya, seorang yang memiliki kepribadian extrovert akan lebih mudah untuk bergaul dan bersosialisasi dibandingkan dengan orang yang memiliki kepribadian introvert. Tetapi bukan berarti seorang yang memiliki kepribadian introvert sulit untuk melakukan pemaafan, hal tersebut bergantung dari bagaimana kepribadian seorang lansia dapat memahami sebuah masalah sehingga lansia tau apa yang harus dilakukan dalam proses forgiveness-nya. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut untuk melihat pengaruh kepribadian seseorang untuk melakukan forgiveness. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa subyek, dapat disimpulkan bahwa terkadang rasa sakit membuat mereka berfikir negatif, takut seperti orang yang dikhianati dan diperlakukan secara kejam. Mereka merasa takut mengakui sakit hatinya dan sulit terbuka karena dapat mengakibatkan mereka membenci orang yang sangat dicintainya, meskipun melukai. Mereka pun menggunakan berbagai cara untuk menyangkal rasa sakit hati mereka atau bisa disebut mekanisme pertahanan dirri. Hal ini kerap kali dilakukan oleh para lansia yang berada di rumah, sehingga membuat lansia yang berada di rumah memiliki pemaafan yang rendah dibandingkan dengan lansia yang beradi di panti. Lansia yang berada di rumah lebih sering berhadapan dengan orang orang terdekat di sekitarnya, baik itu keluarga, teman sebaya, teman di lingkungan sekitar, ataupun di komunitasnya. Sedangkan lansia yang berada di panti hanya berhadapan dengan sesama mereka di lingkungannya. Proses memaafkan adalah proses yang berjalan perlahan dan memerlukan waktu (Smedes, 1984). Semakin parah rasa sakit hati semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk memaafkan. Kadang-kadang seseorang melakukannya dengan perlahan-lahan sehingga melewati garis batas tanpa menyadari bahwa dia sudah melewatinya. Proses juga dapat terjadi ketika pihak yang disakiti mencoba mengerti mengapa hal itu terjadi bersama-sama dengan upaya meredakan kemarahan. Faktor-faktor itu yang membantu lansia untuk dapat menentukan apakah forgiveness dapat dilakukan oleh para lansia. Penelitian ini melihat apakah ada perbedaan dari tempat tinggal dimana lansia berada, peneliti juga akan sedikit membahas beberapa variabel yang nantinya dapat diteliti lebih lanjut

15 Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada perbedaan forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha dengan di rumah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan forgiveness pada lansia yang berada di Panti Wredha dan di rumah. Lansia yang berada di panti lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang berada di rumah. Lansia yang berada di Panti Wredha mempunyai kategori forgivenessnya dengan skor yang cukup dan lansia yang berada di rumah dengan kategori forgivenessnya dengan skor yang rendah. Daftar Pustaka Agustinus, S. (2012). Pengaruh inner healing pada forgiveness etnis Batak. (Manuskrip tidak dipublikasikan). Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Baumeister, R. E., Exline, J. J., & Sommer, K. L. (1998). The victim role, grudge theory and two dimensions of forgiveness. Dalam E.L. Worthington, Jr (Ed.), Dimensions of forgiveness: Psychological research and technological perspectives. Philadelphia: Templeton Foundation Press. Cahyawati, R. (2009). Perbedaan makna hidup pada lansia yang tinggal di Panti Wredha dengan yang tinggal bersama keluarga. (Manuskrip tidak dipublikasikan). Universitas Muhamadiyah Surakarta, Surakarta. Davis., Keith., & Newstorm. (1996). Perilaku dalam organisasi. (ed.7). Jakarta: Erlangga. Direktorat Jendral Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial & Direkorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia (2004). Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Departemen Sosial RI. Diunduh dari Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hurlock, E. B. (2001). Developmental psychology. New York: McGraw Hill. Kadir & Mariani. (2007). Panti werdha sebuah pilihan. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2012, dari McCullough, M. E., Fincham, F. D., & Tsang, J. (2003). Forgiveness, forbearance and time: The temporal unfolding of transgression-related interpersonal motivations. Journal of Personality and Social Psychology, 84(3), McCullough, M. E., Root, L. M., & Cohen, A. D. (2006). Writing about the benefits of an interpersonal transgression facilitates forgiveness. Journal of Counseling and Clinical Psychology, 74(5), McCullough, M. E., Wortington, E. L., & Rachal, K. C. (1997). Interpersonal forgiving in close relationships. Journal of Personality and Social Psychology, 73(2), McCullough, M.E., Sandage, S. J., Brown, S. W., Rachal. K. C., Worthington, E. L., & Hight, T. L. (1998). Interpersonal Forgiving in Close Relationship: II. Theoritical Elaboration and Measurement. Journal of Personality and Social Psychology,75(6), Newman, B. M., & Newman, P. R. (2006). Development through life: A psychosocial approach (9th ed.). Stamford: Thomson Wadsworth.

16 Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development (2th ed.). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Sandjaja, S. S. (2011). Analisa faktor pengampunan: Laporan penelitian (Research report). Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana. Sandjaja, S. S. (2011). Pendidikan karakter berbasis pembelajaran eksperiensial. Buletin Ilmiah Psikologi, 5(19), Santrock, J. W. (2007). Life-span development (8th ed.). New York: McGraw Hill Companies, Inc. Setiadarma, M. P. (2004). Sindrom sarang hampa ancaman bagi manula. Bunga rampai psikologi perkembangan dari anak sampai usia lanjut. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Siftriani. (6 Agustus 2009). Lansia dan optimum aging. Diunduh pada tanggal 6 Maret 2012, dari Versayanti, S. (2011). Merawat lansia: Di sendiri atau di rumah jompo? Diunduh pada tanggal 6 Maret 2012, dari: kesehatan/2011/10/ merawat-lansia-di- rumah-sendiri- atau-rumah-jompo Worthington, E. L., & Wade, N. G. (1999). The psychological of unforgiveness and forgiveness and implications for clinical practice. Journal of Social and Clinical Psychology, 18(4),

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog

: Rifdaturahmi NPM : Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Nama : Rifdaturahmi NPM : 16512334 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Dr. Muhammad Fakhrurrozi, Psikolog Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Pengertian Pemaafan Pemaafan sebagai kesediaan seseorang untuk meninggalkan kemarahan, penilaian negatif, dan perilaku acuh tidak acuh terhadap orang lain yang telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sumogawe 03 dan SD negeri Sumogawe 04 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolahan yaitu SD Negeri 02 Salatiga dan SD Negeri Dukuh 01. SD Negeri 02 Salatiga beralamatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian Stres Kerja

LAMPIRAN A. Skala Penelitian Stres Kerja LAMPIRAN 62 63 LAMPIRAN A Skala Penelitian Stres Kerja 64 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016 SKRIPSI Oleh : Margaretha Zella Cinintya NIM : 10.40.0072 Kepada Yth: Bpk/

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Deskripsi dari pelaksanaan pembelajaran menggunakan model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Kristen Satya Wacana Salatiga yang berada di Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, dan penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Mangunsari 07 Salatiga, yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD N Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012, yang dijadikan subyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Kristen Satya Wacana yang terletak di Jl. Yos Sudarso 1 Salatiga. Sekolah ini mempunyai luas

Lebih terperinci

A. Skala Penelitian A-1. Skala Kecerdasan Emosional SMA Seminari A-2. Skala Kecerdasan Emosional SMA Don Bosco Semarang

A. Skala Penelitian A-1. Skala Kecerdasan Emosional SMA Seminari A-2. Skala Kecerdasan Emosional SMA Don Bosco Semarang LAMPIRAN 62 A. Skala Penelitian A-1. Skala Kecerdasan Emosional SMA Seminari A-2. Skala Kecerdasan Emosional SMA Don Bosco Semarang 63 A-1. Skala Kecerdasan Emosional SMA Seminari 64 QUESTIONAIRE SKRIPSI

Lebih terperinci

Validitas & Reliabilitas (Sert)

Validitas & Reliabilitas (Sert) Validitas & Reliabilitas (Sert) Case Processing Summary N % Cases Valid 40 100.0 Excluded a 0.0 Total 40 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Penilitian ini diadakan di SD Negeri Mangunsari 03 yang terletak di Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti Kota Madya Salatiga Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini diadakan di SD Negeri Gedong 02 kecamatan Banyubiru dan SD Negeri Gedong 03 kecamatan Banyubiru kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, SMP Negeri 7 adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Salatiga yang terletak dijalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui empat tahap prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 56 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Pair Checks Berbasis Masalah Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III semester II SD Kristen Satya Wacana. Kelas III dibagi menjadi dua kelas paralel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah golongan intelektual yang sedang menjalani pendidikan di perguruan tinggi dan diharapkan nantinya mampu bertindak sebagai pemimpin yang terampil,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN SKALA PENELITIAN A SKALA KEPUASAN NASABAH Usia : Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan (lingkari huruf yang sesuai) PETUNJUK PENGISIAN 1. Kami memohon bantuan Bapak/Ibu untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri)

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Analisis Bagi Hasil di BSM (Bank Syariah Mandiri) 1. Musyarakah Data mentah dari penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan bulanan publikasi Bank Syariah Mandiri. Laporan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel dimensi, indicator behavior, dan item yang digunakan dalam uji keterbacaan

LAMPIRAN A. Tabel dimensi, indicator behavior, dan item yang digunakan dalam uji keterbacaan LAMPIRAN A Tabel dimensi, indicator behavior, dan item yang digunakan dalam uji keterbacaan Dimensi Indikator Item No. Saya berusaha untuk membuat jarak sejauh mungkin dengan dia 2 Saya menjalani hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Gugus Jayabaya yang berada di Desa Gemawang. Gugus Jayabaya terdiri dari SD Negeri

Lebih terperinci

Lampiran. Lampiran 1. Kuesioner. meluangkan waktunya untuk membaca dan mengisi kuesioner di bawah ini. mengenai skenario yang sudah kami persiapkan.

Lampiran. Lampiran 1. Kuesioner. meluangkan waktunya untuk membaca dan mengisi kuesioner di bawah ini. mengenai skenario yang sudah kami persiapkan. Lampiran Lampiran 1. Kuesioner NO : Pertama-tama kami ucapkan terima kasih kepada para partisipan yang bersedia meluangkan waktunya untuk membaca dan mengisi kuesioner di bawah ini. Pada kesempatan ini,

Lebih terperinci

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata

Total Aktiva Perusahaan Perbankan (dalam rupiah) NAMA PERUSAHAAAN Rata-rata Lampiran 1 Total Aktiva Perusahaan Perbankan 2009-2013 (dalam rupiah) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 316,547,02 9 225,541,32 8 404,285,60 2 469,899,284 551,336,790

Lebih terperinci

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Ummu Rifa atin Mahmudah_ Jurusan Psikologi-Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PERBEDAAN TINGKAT MEMAAFKAN (FORGIVENESS) ANTARA SANTRI YANG HAFAL AL-QUR AN DENGAN SANTRI YANG TIDAK HAFAL AL-QUR AN DI MA HAD SUNAN AMPEL AL- ALY MALANG Ummu Rifa atin Mahmudah_11410009 Jurusan Psikologi-Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 01 Sumogawe Kecamatan Getasan yang berjumlah 38 siswa yang dibagi menjadi 2 kelompok,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Nampu dan Sekolah Dasar Negeri 01 Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di SMK SORE Tulungagung. Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya. sedangkan di kelas kontrol tidak diberi perlakuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN. untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe tutor sebaya. sedangkan di kelas kontrol tidak diberi perlakuan. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dimulai pada tanggal 25 Januari sampai 04 Pebruari 2017 di SMKN 1 Boyolangu. Kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian adalah kelas XI TKJ 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini di laksanakan pada tanggal 15 Februari sampai 25 Februari 2016 dengan jumlah pertemuan sebanyak dua kali. Dalam pelaksanaan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Berdasarkan data item yang valid yang ada, maka selanjutnya akan dibuat kategorisasi untuk menentukan tinggi rendahnya harga diri dalam penelitian ini akan dibuat 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah dengan memaafkan. Memaafkan adalah salah satu cara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar dari individu pernah terluka dan memerlukan cara untuk mengatasi luka tersebut. Cara untuk mengatasi luka salah satunya adalah dengan memaafkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 01 Jetis Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan merupakan Sekolah Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbasis portofolio terhadap hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode eksperimen untuk membandingkan akibat dari suatu perlakuan. Tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dan suami, ibu dan ayah, anak perempuan dan anak laki-laki, saudara perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga ialah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN LAMPIRAN - LAMPIRAN Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini Nama : Jenis kelamin : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bahwa saya telah diberikan

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

Lainnya 5. Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa TNI/POLRI Pegawai Swasta

Lainnya 5. Pekerjaan : Pelajar/mahasiswa TNI/POLRI Pegawai Swasta LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo sedang mengerjakan penyusunan skripsi yang berjudul, analisis perbedaan kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen pada pengguna

Lebih terperinci

DATA MASTER PENELITIAN TEMPAT: PUSKESMAS PABELAN (Kelompok Kontrol) VAS JENIS KELAMIN PEKERJAAN BERAT TINGGI BADAN TOTAL VAS NO NAMA UMUR

DATA MASTER PENELITIAN TEMPAT: PUSKESMAS PABELAN (Kelompok Kontrol) VAS JENIS KELAMIN PEKERJAAN BERAT TINGGI BADAN TOTAL VAS NO NAMA UMUR DATA MASTER PENELITIAN TEMPAT: PUSKESMAS PABELAN (Kelompok Kontrol) JENIS KELAMIN PEKERJAAN BERAT BADAN TINGGI BADAN NO NAMA UMUR JENIS TENS 0 2 3 4 5 Tri Astuk 5 L Petani 69 60 Konvensional 80 70 70 60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luar keluarga seperti teman-teman atau sahabat. Santrock (2007) yang tinggi atas perbuatan yang mereka lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, sehingga hubungan yang dijalin tidak lagi hanya dengan orangtua, tapi sudah merambah ke hubungan luar keluarga seperti

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan

BAB 4 ANALISIS PENELITIAN Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan BAB 4 ANALISIS PENELITIAN 4.1. Profil Partisipan Pada pengambilan data di lapangan, peneliti memperoleh partisipan sebanyak 150 remaja dengan rentang usia 15-18 tahun dan berjenis kelamin laki-laki dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA KEMATANGAN EMOSI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK

LAMPIRAN A SKALA KEMATANGAN EMOSI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK DATA LAMPIRAN 60 61 LAMPIRAN A SKALA KEMATANGAN EMOSI DAN PENYESUAIAN AKADEMIK 62 Selamat Pagi Saya mahasiswi Fakultas Psikologi yang saat ini sedang melakukan penelitian sebagai tugas akhir guna merampungkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada dua SD Negeri yang terletak di Desa Balesari dan Desa Campuranom, Kecamatan Bansari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden Jumlah karyawan dibagian Weaving PT.Timatex berjumlah 247 orang. Gambaran responden di tinjau dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, dari bulan Februari sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD paralel yaitu SD Kristen Satya Wacana Salatiga semester 2 di kelas VA sebagai kelas eksperimen 1

Lebih terperinci

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b.

: Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert. Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a, 6b, 7b, 8b. LAMPIRAN 80 Lampiran 2 : Item dan Norma Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Introvert Tabel 4.13 Penjelasan Item-Item Alat Ukur Personal Style Inventory Tipe Kepribadian No item Introvert 1b, 2a, 3a, 4a, 5a,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pra Penelitian a. Sampel Penelitian Penelitian terkait dengan perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MI Walisongo 1. Tinjauan Historis Berdasarkan sumber yang didapatkan, MI Walisongo Semarang sudah berumur kurang lebih 29 tahun sejak berdirinya, terhitung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek penelitiannya adalah 57 siswa kelas 4 SD Kristen Satya Wacana Salatiga yang dibagi menjadi 2 kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Nglinduk yang beralamatkan di dusun Kandangan Desa Nglinduk Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN DIRI. Corrected Item-Total Correlation

KEPERCAYAAN DIRI. Corrected Item-Total Correlation LAMPIRAN 61 KEPERCAYAAN DIRI PUTARAN 1 N % Cases Valid 60 100.0 Excluded( a) 0.0 Total 60 100.0 a Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Alpha N of Items.756

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN 52 LAMPIRAN 1 ب س م للا الر ح م ن الر ح ي م LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Dengan ini saya Nama : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Pendidikan terakhir : Tanggal Pengambilan Data : Menyatakan

Lebih terperinci

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50

an SDN Giyanti Kelompok Kontrol SDN 01 Mungseng Kelompok Eksperimen Jumlah sampel penelitaian 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Unit Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Mungseng dan SDN Giyanti Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung. Dalam penelitian ini subyek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Subjek Penelitian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan merupakan salah satu fakultas yang ada di Universitas Kristen Satya Wacana. Dimana FKIP merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada Bab ini, akan dibahas mengenai hipotesis penelitian, variabel penelitian, responden penelitian, alat ukur penelitian, prosedur pilot study dan penelitian, serta metode analisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data 1. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan data-data yang yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Pada penelitian eksperimen, terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Subyek Penelitian Penelitian adalah jenis penelitian quasi eksperimen atau eksperimen semu dimana ada dua kelompok yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang berlokasi di Desa Karangjati. Kelas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek dan Tempat Penelitian 4.1.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas III SDN Jambangan 3 dan SDN Jambangan 4. Jumlah subjek penelitiannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode korelasi untuk mengetahui hubungan suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENELITIAN PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1 PENELITIAN PENDAHULUAN LAMPIRAN 1 PENELITIAN PENDAHULUAN Latar Belakang: Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kaolin atau metakaolin yang dapat dijadikan bahan abrasif dan mengetahui metode pengabrasifan yang tepat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung. Tujuan dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dan besarnya model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui Pengaruh Brain Gym dan seberapa besar pengaruhnya terhadap hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pemaafan. maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemaafan 1. Definisi Pemaafan Secara terminologis, kata dasar pemaafan adalah maaf dan kata maaf adalah kata saduran dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al- Qur an terulang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 03 Salatiga, yang dijadikan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD pararel yaitu SD N 01 Maduretno semester II Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo

Lebih terperinci

LAMPIRAN A: TRY OUT SKALA REGULASI DIRI DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI

LAMPIRAN A: TRY OUT SKALA REGULASI DIRI DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LAMPIRAN A: TRY OUT SKALA REGULASI DIRI DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Jenis kelamin : Fakultas : Status : Laki-laki/Perempuan (coret yang salah) B. PETUNJUK PENGISIAN 1. Jawablah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami stres kerja, namun demikian gejala stres kerja tidak muncul dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami stres kerja, namun demikian gejala stres kerja tidak muncul dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa macam gejala yang ditunjukkan ketika seseorang mengalami stres kerja, namun demikian gejala stres kerja tidak muncul dalam waktu yang bersamaan. Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, remaja akan selalu mengadakan kontak denganorang lain. Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan dalam lingkup teman sebaya. Sullivan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV ini berisi tentang analisis instrumen penelitian, uji keseimbangan pretest dan uji beda rerata posttest, deskripsi data amatan, normalitas data amatan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Bhinneka Karya 2 Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013. Siswa yang menjadi

Lebih terperinci

Saya sering bermimpi buruk SS S TS STS

Saya sering bermimpi buruk SS S TS STS 64 Pernyataan Dengan hormat, Di tengah-tengah kesibukan Anda saat ini, perkenankanlah saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu sejenak untuk mengisi dua macam skala yang telah disediakan.tujuan skala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 06 yang terletak di Kota Salatiga yang merupakan salah satu SD Negeri di Gugus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Bandung dengan mengambil populasi seluruh kelas VII. Dengan sampel yang digunakan ada dua kelas yaitu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) BAB IV HASIL PENELITIAN A. Penyajian Data Tujuan dari dilaksakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) berbantuan LKS terhadap hasil

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Tengaran sebagai SMP Regular dan SMP Terbuka Tengaran yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jumlah Siswa Laki-laki Perempuan Eksperimen Kontrol Jumlah Seluruhnya 59 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Mulyoharjo dan SD Negeri 5 Mulyoharjo Jepara Kecamatan Jepara Semester 2 Tahun Ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V semester II SD Negeri Klero 01. Kelas V dibagi menjadi dua kelas paralel yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini diadakan di SD Negeri Watuagung 01 dan SD Negeri Watuagung 02 yang terletak di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN DENGAN KEMATANGAN DIRI PADA REMAJA AKHIR

HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN DENGAN KEMATANGAN DIRI PADA REMAJA AKHIR HUBUNGAN ANTARA MEMAAFKAN DENGAN KEMATANGAN DIRI PADA REMAJA AKHIR Ilsan Sumiati 1 Stefanus Soejanto Sandjaja Fakultas Psikologi Universitas Kristen Krida Wacana Abstract. This study aimed to determine

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Bandung Tulungagung dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Bandung Tulungagung dengan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Bandung Tulungagung dengan mengambil populasi seluruh siswa kelas X TEI yang meliputi kelas X TEI-1 dan X TEI-2. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. lingkaran, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini: siswa, setiap siswa mendapatkan 1 kartu.

BAB IV HASIL PENELITIAN. lingkaran, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini: siswa, setiap siswa mendapatkan 1 kartu. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Pembelajaran Make a Match Proses berjalannya model pembelajaran Make a Match dalam penelitian ini diawali dengan guru menjelaskan sekilas materi tentang keliling dan

Lebih terperinci

SKALA I NO PERNYATAAN SS S TS STS. mempermudah saya dalam merencanakan pekerjaan yang. dengan saya dapat diperoleh baik dari orang tua, teman, dan

SKALA I NO PERNYATAAN SS S TS STS. mempermudah saya dalam merencanakan pekerjaan yang. dengan saya dapat diperoleh baik dari orang tua, teman, dan SKALA I NO PERNYATAAN 1. Saya yakin dengan kemampuan saya sehingga akan mempermudah saya dalam merencanakan pekerjaan yang sesuai dengan saya 2. Saya ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl. KH. Tb Ismail Kav Blok F Kota Cilegon.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sidorejo Lor 2 dan SD Negeri Sidorejo Lor 6. Kelas yang digunakan untuk penelitian yaitu

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: LAILAFIL FITRIANA NPM: Dibimbing Oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Santy Andrianie, M.Pd.

JURNAL. Oleh: LAILAFIL FITRIANA NPM: Dibimbing Oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Santy Andrianie, M.Pd. JURNAL PERBEDAAN KENAKALAN REMAJA ANAK YANG ORANG TUANYA BERCERAI DENGAN ANAK YANG ORANG TUANYA TIDAK BERCERAI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 PAGERWOJO TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DIFFERENCES IN JUVENILE

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan menggunakan dua subyek penelitian yaitu pertama sebagai kelompok eksperimen atau

Lebih terperinci

Daftar Lampiran. Lampiran 1 Reliabilitas Skala Kecemasan Komunikasi. Lampiran 2 Data Mentah Skala Kecemasan Komunikasi

Daftar Lampiran. Lampiran 1 Reliabilitas Skala Kecemasan Komunikasi. Lampiran 2 Data Mentah Skala Kecemasan Komunikasi Daftar Lampiran Lampiran 1 Reliabilitas Skala Kecemasan Komunikasi Lampiran 2 Data Mentah Skala Kecemasan Komunikasi Lampiran 3 Output SPSS Lampiran 4 Contoh Item Skala Kecemasan Komunikasi LAMPIRAN 1

Lebih terperinci