VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI LIDAH BUAYA

Transkripsi

1 VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI LIDAH BUAYA 7.1. Pendugaan dan Pemilihan Model Model fungsi produksi yang diynakan dalam analisis produksi adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas yang aplikasikan pada kasus usahatani dilokasi penelitian. Pemilihan peubah-peubah yang digunakan dalam model didasarkan teori produksi dan hasil-hasil penelitian terdal~ulu. Model fungsi yang diajukan rnelalui pertimbangan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya. Untuk menduga fungsi produksi pada persamaan (4.4) digunakan metode OLS. Hasil pendugaannya disajikan pada Tabel 13 dibawah ini. Tabel 13. Hasil pendugean fungsi produksi Cobb-Douglas usahatani lidall buaya, Pontianak, 2001 Intercep Peubah Perijelas Tenaga Kerja (LnX,) Pupuk Orzanik (LnX2) Pupuk Buatan (LnX;) Luas Garapan (LnX4) Jumlah Tanaman (LnZ,) Umur Tanaman (LnZ2) Tingkat Pendidikan (Dl) Kemiiraan (Dz) ~'=0.87, Fj,i,,,,= 34.97" Parameter Dugaan ~eteran~an : Probabilitas untuk uji satu sisi a=ilyata pada taraf 1% Peluang (a) Tolsk 1x

2 Dari hasil tersebut terlihat nilai koefisien determinasi (R~) sebesar 0.87, artinya keragaman produksi lidah buaya dapat dijelaskan oleh keragaman input sebesar 87%. Nilai F hitung sebesar dan nyata pada taraf 0.01%. Dari I ;~bc.l 13 juga teslihat bahwa jumlah tanarnan dan umur tanaman nyata pada a= 10% atau kurarig. Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh adanya multikolinier antara peubah tersebut dengan luas lahan. Untuk menguji adanya multikolinier dilakukan dengan membandingan antara koefisien determinasi (R~) dengan koefisien korelasi antar peubah bebas. Hasil pengujian menunjukkan adanya koefisien korelasi parsial antar peubah bebas yang lebih besar daripada koefisien determinasi fungsi produksi Cobb-Douglas yang tligullalia~~. Hal ini rnenunjukkan bahwa model fungsi produksi tersebut terdapat multikolinier yang sellus (Lampiran 13). Untuk mengatasi adanya multikolinier dilakukan dengan mengeluarkan peubah yang diduga menyebabkan multikolinier, yaitu peubah jumlah tanaman dan urnur tanaman. setelah kedua peubah tersebut dihilangkan maka model fungsi produksi disajikan pada Tabel 14. Dari Tabel 14 tersebut terlihat bahwa koefisien korelasi antar peubah yang masuk dalam model lebih kecil dai R~. Hal ini mengindikasikan tidak adanya multikolinier yang serius.

3 Tabel 14. Hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk analisis ekonomi skala usaha Peubah Penjelas lntercep Tenaga Kerja (LnXl) Pupuk Organik (LnX2) Pupuk Buatan (LnX;) Luas Garapan (LnX4) Tingkat Pendidikan (Dl) Parameter Dugaan Peluaug (a) Tolak Ho Kemitraan (D2) R'= 0.86, Fl,il.,,= 46.73" Ketcrangall : Probabilitas untuk uji satu sisi a=nyata pada taraf 1% Analisis selanjutnya adalah untuk mengetahui apakah produksi tersebut "constant retzirn to scale" atau tidak yaitu dengan cma merestriksi jumlah koefisien (elastisitas) peubah-peubah bebas (tenaga kerja, pupuk organik, pupuk buatan dan luas garapan) sama dengan satu yang hasilnya disajikan dalam Tabel 15. Dari Tabel 15 terlihat $@&arrestriksinya tidak nyata pada ~ ~ 1 atau 0 % kurang. Ini beral-ti bahwi fungsi produksi yang terdapat pada Tabel 15 tersebut tidak terdapat - perbedaan dengan&oefisiqi fungsi produksi.. yang terdapat pada Tabel 14. Dengan dernikian dapat diatikan bahwa produksi dalam kondisi "conslant retzlrn to scale " Untuk analisis selanjutnya digunakan produksi "constant return to scale"(tabe1 15). Nilai koefisien determinasi (R') fungsi produksi sebesm

4 0.861, a~tinya variasi peubah bebas yang dapat menjelaskan model tersebut va~iasi produksi lidah buaya sebesar 86.1%. Tabel 15. Analisis hasil pendugaan fungsi produksi Cobb-Douglas pada kondisi per hektar untuk analisis ekonomi skala usaha Intercep Peubah Penjelas Tenaga Kerja (LnXI) Pupuk Organik (LnX2) Pupuk Buatan (LAX;) Luas Garapan (LnX4) Dummy Tingkat Pendidikan (Dl) Dummy Kemitraan Swasta (Dz) Restrict R~= 0.86, F~,itUn~57.09" Keterangal~ : Probabilitas untuk uji satu sisi a.= nyata pada taraf 1% Parameter Dugaan Peluang (a) Tolak Nilai R~ cukup besar sehingga dapat menggambarkan pengaruh variabel- variabel terhadap produksinya. Dari enam vaiabel yang masuk dalam model, satu variabel ymg tidak nyata pada a=10% atau kurang. Diduga penggunaan pupuk organik selama beltahun-tahun sehingga terjadi akumnlasi yang mengakibatkan produksi lidah buaya tidak respon terhadap penggunaan input tersebut. Tingkat pendidikan berpengaruh negatif terhadap produksi lidah buaya yang berarti jika pendidikan makin tinggi maka produksi akan turun. Keadaan ini bisa disebabkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan maka waktu kerja

5 mereka banyak digunakan di luar sektor pertanian. usahatani lidah buaya menjadi agak terabaikan. Sehingga pengelolaan Hal ini juga didukung kenyataan bahwa luas lahan yang diusaliakan tanaman lidah buaya relatif sempit. Koefisien fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diartikan sebagai elastisitas. Sebagai co~itoh koefisien fungsi produksi untuk tenaga keja sebesar 0.317, yang berarti jika input tenaga keja meningkat 10% rnaka produksi lidali buaya aka11 rneningkat sebesar 3.17%. Dari hasil pendugaan parameter fungsi produksi dapat diketahui peranan masing-masing input pada model. Nilai elastisitas input lahan adalall paling tinggi, kemudian diikuti oleli tenaga kelja, pupuk buatan dan pupuk orga~iik. Hal ini bera~ti bahwa peranan lahan dalam usahatani lidah buaya relatif besar, yaitu sekitar 43%, yang kemudia~i diikuti oleli tenaga keja sebesar 3 1.7% Etisiensi Harga Suatu penggunaan input dikatakan efisien bila rasio produk marjinal terhadap harga input riel sama dengan satu. Berdasarkan nilai rasio produk ~narjinal terhadap harga input riel menu~~jukkan bahwa semua input belum digunakan secara optimal atau tingkat penggunaan input belum efisien. Hal tersebut terlihat dari rasio produk marjinal terhadap harga input riel tidak sama dengan satu (Tabel 16).

6 Tabel 16. Nilai efisiensi produksi lidah buaya, Pontianak, 2001* Uraian Rata-rata input (hkp, kdha) Parameter dugaan Input Tidak Tetap Tenaga Kerja Pupuk Pupuk Buatan Organik Produk ~narjinal Harga input (Rp) Harga input ~iil (r) Nilai Rasio (PMJr) Kelerangan :* Produksi tala-rata 51 19Gk@ha dengan l~arga jual Rp 903.7kg Da~i Tabel 16 terlihat bahwa penggunaan tenaga kerja perlu ditingkatkan karena tingkat penggunaan tenaga kerja belum optimal. Dalam satu tahun rata-rata penggunaan tenaga kerja per total sebesar 612 hkp. Sedangkan pupuk organik perlu dilakukan upaya rnengurangi dosis pupuk organik tersebut. Hal ini karena penggunaan pupuk organik per hektar sudah mencapai kg dan lahan garapan merupakan tanah gambut yang kaya tanah organik. Penggunaan pupuk buatan perlu ditingkatkan karena tingkat penggunaan sebesar 951 k@ektar/tahun sedang dosis anjuran Dinas Umsan Pangan Kota Pontianak sebesar k@ektar/tahun. Untuk itu perlu upaya menambah dosis pupuk buatan pada dosis optimal sehingga produksi lidah buaya diharapkan meningkat pula.

7 Nilai rasio produk marjinal terhadap harga input terbesar adalah pupuk buatan, kemudian diikuti tenaga kerja dan pupuk organik. Dengan demikian input pupuk buatan merupakan input yang paling tidak efisien dalam usahatani lidah buaya di Pontianak. Rasio produk marjinal terhadap harga input riel pupuk buatan lebih besar daripada tenaga kerja, artinya apabila jumlah penggunaan kedua penggunaan kedua input ditambah, maka penambahan pupuk buatan akan memberikan tambahan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan input tenaga kerja. Selain itu, perlu diperhatikan cara dan waktu pemberian pupuk buatan sehingga penggunaanya lebih efektif. Pemberian pupuk dilakukan selama ini %dak dibenamkan, sehi~lgga tidak efisien. Oleh karena itu, perilaku sepe~ti ini perlu dirubah dengan cara pemberian informasi yang benar oleh petugas penyuluh dari Dinas Urusan Pangan Kota Pontianak.