VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI"

Transkripsi

1 103 VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Pemilihan Model Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa model fungsi produksi yang digunakan adalah model stocastic frontier Cobb-Douglas. Untuk menduga parameter dan input-input produksi digunakan metode Ordinary least Squares (OLS). Dalam menduga fungsi produksi, semua variabel input yang diduga berpengaruh terhadap produksi padi sawah dimasukan dalam model. Variabel tersebut terdiri dari luas lahan padi (X 1 ), jumlah penggunaan benih (X 2 ), jumlah penggunaan pupuk N(X 3 ), jumlah penggunaan pupuk P (X 4 ), jumlah penggunaan pupuk K (X 5 ), jumlah penggunaan pestisida (X 6 ) dan jumlah penggunaan tenaga kerja (X 7 ). Semua variabel diatas adalah variabel peubah bebas, sedangkan untuk variabel peubah tidak bebas (Y) adalah produksi padi dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP). Data yang dipakai adalah data lahan aktual, hasil pendugaan yang ditunjukkan pada Lampiran 8, menjelaskan bahwa koefisien determinan (R 2 ) dari masing-masing fungsi produksi rata-rata diperoleh bernilai 0.96 untuk petani peserta Prima Tani dan 0.98 untuk petani bukan peserta Prima Tani. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah dengan tanda positif sesuai yang diharapkan untuk lokasi Prima Tani sebanyak dua variabel input (X1 dan X2). Empat variabel lain (X3, X4, X6 dan X7) ditemukan tidak nyata berpengaruh dengan tanda positif sesuai yang diharapkan sedangkan satu variabel didapatkan tidak berpengaruh nyata dengan tanda negatif (X5) tidak sesuai dengan yang diharapkan.

2 104 Pada model I (Lampiran 7) ditemukan variabel-variabel yang tidak berpengaruh nyata dan nilai estimasi dugaan negatif, tidak sesuai dengan tanda yang diharapkan. Untuk itu maka perlu dilakukan uji multikolinieritas karena adanya multikolinieritas dapat mengakibatkan penaksir-penaksir kuadrat terkecil menjadi tidak efisien, sehingga salah satu akibatnya adalah koefisien determinasi (R 2 ) tinggi, akan tetapi uji statistik t (t-ratio) menunjukkan bahwa parameter dugaan sedikit yang berpengaruh nyata (Gujarati, 1978). Manurung et al. (2005) mengatakan bahwa nilai Variance Inflation Factor (VIF) yang tinggi merupakan indikasi terjadinya multikolonieritas antar variabel independen pada suatu model. Beberapa referensi menyatakan bahwa multikolinieritas yang serius terjadi jika nilai VIF pada model regresi linier berganda lebih besar dari 10 dan multikolinieritas tidak serius jika nilai VIF kurang dari 10. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki atau mengatasi masalah multikolinier antara lain : (1) mengkombinasikan data cross section dengan data deretan waktu, (2) mentransformasikan data, (3) menambahkan data baru atau ukuran observasi, dan (4) mengeluarkan salah satu variabel input dari regresi jika terjadi korelasi kuat antar variabel input dari regresi jika terjadi korelasi kuat antar variabel input. Pada model I terdeteksi adanya multikolinieritas antar variabel input karena nilai VIF yang tinggi pada variabel luas lahan, benih, dan pupuk SP-36 dan baik pada lokasi peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani, dimana nilai VIF tertinggi untuk masing-masing variabel di lokasi peserta Prima Tani adalah dan 12 sedangkan nilai VIF untuk lokasi bukan peserta Prima Tani adalah 21, 13 dan20. Korelasi tertinggi untuk lokasi Prima Tani terjadi pada lahan, benih dan SP-36. Langkah yang dilakukan untuk mengatasi masalah

3 105 multikolinier adalah mengeluarkan variabel luas lahan (X1) dari model. Akan tetapi karena luas lahan merupakan variabel yang pokok dan pada model I ditemukan berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah maka untuk menghindari bias spesifikasi variabel luas lahan (X1) secara emplisit tetap dipertahankan dengan cara mengubah semua variabel baik variabel output maupun variabel input kecuali variabel dummy ke dalam satuan hektar sehingga diperoleh model baru yaitu model II. Pada model I variabel peubah tidak bebas (Y) adalah produksi padi, kemudian pada model II variabel peubah tidak bebas (Y) produksi padi dihilangkan dan diganti dengan variabel peubah tidak bebas (Y) adalah produktivitas. Pada model II masalah multikolinier dapat teratasi dimana pada model II terlihat ada perubahan nilai VIF menjadi lebih kecil hanya berkisar antara 1.72 sampai 8.95 untuk petani peserta Prima Tani dan 1.89 sampai 8.07 untuk petani bukan peserta Prima Tani. Nilai F hitung dan nilai R 2 pada model II jika dibandingkan dengan model I lebih kecil, nilai MSE pada model II lebih besar dibandingkan model I. Artinya bahwa kemampuan peubah bebas untuk menjelaskan variasi yang terdapat pada peubah tidak bebas dalam model II semakin kecil. Hasil analisis fungsi produksi dengan menggunakan model II dapat dilihat pada Tabel 12. Hasil pendugaan parameter fungsi produksi model II seperti terlihat pada Tabel 13, memiliki koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.92 untuk peserta Program Prima Tani dan 0.87 untuk bukan Peserta Prima Tani, artinya keragaman variabel bebas (input benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida dan tenaga kerja) yang dimasukan kedalam model dapat menerangkan keragaman variabel

4 106 terikat (produksi padi sawah) masing-masing sebesar 92 persen untuk peserta Prima Tani dan 87 persen untuk bukan peserta Prima Tani sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor lainnya yang tidak termasuk di dalam model. Produksi padi sawah adalah benih, pupuk urea, pupuk SP-36 dan tenaga kerja sedangkan pupuk KCl dan pestisida tidak berpengaruh nyata dan bertanda positif. Pada petani bukan peserta Prima Tani, variabel yang berpengaruh nyata sama dengan petani bukan peserta Prima Tani. Tabel 13 menunjukkan semua tanda sudah sesuai dengan yang diharapkan. Tabel 13. Pendugaan dan Pengujian Parameter Model Cobb-Douglas untuk Petani Peserta Program Prima Tani dan Petani Bukan Peserta Prima Tani Variabel Input Petani Peserta Prima Tani Petani Bukan Peserta Prima Tani Parameter VIF Parameter VIF Dugaan Dugaan Intersep Benih (X1) Pupuk Urea (X2) Pupuk SP-36 (X3) Pupuk KCl (X4) Pestisida (X5) Tenaga Kerja (X6) *** * ** ** *** ** ** ** ** R-Square (R 2 ) Adj R-Sq MSE F hitung Keterangan : ***.nyata pada α 0.01, **nyata pada α 0.05, *. nyata pada α Analisis Fungsi Produksi Stocastik Frontier Pada Lampiran 8 menunjukkan hasil pendugaan fungsi produksi

5 107 stochasticfrontier dengan menggunakan enam variabel penjelas. Pendugaan dilakukan dengan menggunakan metode MaximumLikelihood Estimation (MLE). Hasil pendugaan menggambarkan kinerja terbaik (best practiced) dari petani responden pada tingkat teknologi yang ada. Variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi batas (frontier) pada petani peserta Prima Tani ditemukan relatif sama dengan fungsi produksi rata-rata yaitu variabel benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pestisida dan tenaga kerja, sedangkan variabel pestisida ditemukan tidak berpengaruh nyata baik pada fungsi produksi rata-rata maupun pada fungsi produksi batas. Elastisitas produksi batas dari variabel benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja yang ditunjukkan dalam Lampiran 8, ditemukan berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah dengan nilai 0.38, 0.83, 0.68, 0.21 dan Hal ini menunjukkan bahwa penambahan benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja masing-masing sebesar 1 persen dengan input lainnya tetap, dapat meningkatkan produksi padi sawah di daerah penelitian dengan tambahan produksi masing-masing 0.38 persen, 0.83 persen, 0.68 persen, 0.21 persen dan 0.28 persen. Hasil pendugaan ini menjelaskan bahwa elastisitas produksi benih, pupuk Urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja pada fungsi produksi stochastic frontier lebih kecil dari elastisitas produksi benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja pada fungsi produksi rata-rata dimana nilainya masing-masing adalah 0.38, 0.83, 0.68, 0.21 dan Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja kurang elastis dibandingkan dengan fungsi produksi rata-rata. Artinya bahwa jumlah benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja masih rasional jika petani mempunyai keinginan untuk

6 108 menambah rata-rata penggunaan input tetapi dalam proporsi yang kecil disesuaikan juga dengan nilai elastisitasnya yang kecil. Pada Lampiran 8, menjelaskan bahwa petani peserta PrimaTani dilokasi penelitian sudah proporsional dalam menggunakan benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani padi sawah sudah efisien secara teknis karena mereka sudah optimal dalam penggunaan input untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Variabel pestisida ditemukan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sawah. Hal ini karena petani dilokasi penelitian menggunakan pestisida hanya untuk tindakan prefentif dan antisipasi terhadap ganguan hama dan penyakit. Pada saat penelitian dilakukan, tanaman jarang terserang hama dan penyakit. Hama yang biasanya menyerang tanaman padi dilokasi penelitian adalah hama tikus, pemberantasannya dilakukan dengan cara gobroyokan dan dilakukan secara serempak oleh petani. Selain itu hama yang biasanya menyerang tanaman padi dilokasi penelitian adalah penggerek batang. Jenis pestisida yang biasanya digunakan petani adalah spontan, dosis yang digunakan biasanya berdasarkan tingkat serangannya sehingga penggunaan pestisida tidak berdampak pada peningkatan produksi baik produksi rata-rata maupun produksi batas. Pada petani bukan peserta Prima Tani berdasarkan Lampiran 8ditemukan variabel yang berpengaruh nyata sama dengan petani peserta Prima Tani yaitu variabel benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja. Benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja berpengaruh pada α = 0.01 persen α = 0.05 persen dan α = 0.10 persen dengan nilai masing-masing elastisitasnya 0.35, 0.50, 0.19, 0.14 dan 0.27, hal ini menunjukkan jika masing-masing variabel input dinaikkan

7 109 sebesar 1 persen sedangkan input lainnya tetap maka produksi padi akan meningkat masing-masing sebesar 3.52 persen, 5.04 persen, 1.87 persen, 1.39 persen dan 2.65 persen. Nilai elastisitas dari benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja pada fungsi produksi stocastik frontier lebih kecil dari elastisitas produksi pada fungsi produksi rata-rata dengan nilainya masing-masing adalah 0.27, 0.18, 0.28, 0.24 dan Hasil analisis menunjukan bahwa variabel-variabel tersebut kurang elastis pada fungsi produksi batas jika dibandingkan dengan fungsi produksi rata-rata. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan jumlah benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja pada fungsi stochastic frontier kurang elastic dibandingkan fungsi produksi rata-rata ini berarti jumlah benih, pupuk urea, SP-36, KCl dan tenaga kerja yang digunakan masih mungkin untuk ditambahkan. Parameter dugaan γ merupakan rasio dari varians efisiensi teknis (U i ) terhadap varians total produksi (ε i ). Nilai γ untuk lokasi Prima Tani adalah artinya persen dari total variasi produksi padi sawah disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis dan sisanya sebesar 0.01 persen disebabkan oleh efek-efek stochastic frontier. Nilai γ untuk lokasi bukan Prima Tani adalah artinya persen dari total variasi produksi padi sawah disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis dan sisanya sebesar 0.01 persen disebabkan oleh efek-efek stochastic frontier. Beberapa hasil penelitian yang menggunakan analisis stochastic frontier memperoleh nilai parameter γ yang mendekati satu. Penelitian Daryanto (2000) terhadap petani di Jawa Barat memperoleh nilai parameter γ yang berkisar antara untuk setiap musim tanam dan jenis irigasi. Demikian juga dengan penelitian Sumaryanto et al. (2003) yang meneliti

8 110 tentang determinan efisiensi teknis usahatani padi di lahan sawah irigasi dengan nilai parameter γ yang diperoleh adalah 0.87 dan pengaruh nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor-faktor inefisiensi yang bisa dikendalikan lebih dominan dibandingkan faktor-faktor yang tidak bisa dikendalikan seperti serangan hama penyakit dan perubahan iklim. Nilai ratio generalized likelihood (LR) dari fungsi produksi stochastic frontier model peserta Prima Tani adalah lebih besar dari pada nilai t-tabel(0.01) = Nilai ratio distribusi X 2 pada Tabel 1 Kodde and Palem (1986). Artinya fungsi produksi stochastic frontier menerangkan keberadaan efisiensi dan inefisiensi teknis petani di dalam proses produksi. Sedangkan nilai ratio generalized likelihood (LR) dari fungsi produksi stochastic frontier model bukan peserta Prima Tani adalah 33.10, lebih besar dari pada nilai t-tabel (0.01) = Berdasarkan model ini, maka elastisitas output terhadap input ditentukan oleh kuantitas variabel input seperti benih, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pestisida dan tenaga kerja. Elastisitas input produksi terhadap variabel benih dilokasi Prima Tani dimana setiap kenaikan penggunaan benih sebesar 1 persen akan mampu meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.38 persen. Untuk lokasi bukan Prima Tani nilai elastisitas input produksi terhadap variabel benih berarti bahwa setiap tambahan penggunaan benih sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.34 persen. Kecilnya pengaruh ini dapat disebabkan karena benih yang digunakan adalah benih padi biasanya, bukan benih padi yang bersertifikat. Penggunaan benih yang bersertifikat sangat berpengaruh dalam peningkatan produksi padi. Dalam penerapan Program Prima

9 111 Tani, salah satu introduksi teknologi yang dianjurkan ke petani adalah penggunaan benih bersertifikat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada kenyataannya, salah satu penyebab rendahnya produksi padi dilokasi Prima Tani dan bukan Prima Tani adalah masih banyak petani yang menggunakan benih padi biasa dan benih padi yang lama. Faktor input pupuk urea dengan nilai elastisitas sebesar 0.83 dilokasi Prima Tani berarti bahwa setiap tambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen, akan meningkatkan produkivitas padi sebesar 0.83 persen. Sedangkan dilokasi bukan Prima Tani nilai elastisitas sebesar Tingginya nilai elastisitas pupuk urea dilokasi Prima Tani dan bukan Prima Tani berarti bahwa pupuk urea berpengaruh dalam usahatani padi. Hal ini seperti dikatakan Indiarto ( 2006) bahwa tanaman pertanian termasuk padi membutuhkan nitrogen paling besar dibandingkan unsur hara lainnya karena nitrogen merupakan bagian integral asam amino yang merupakan bahan utama protein. Protein dalam tanaman bertanggung jawab terhadap reaksi metabolik tanaman. Karena perannya yang penting maka tanaman sangat responsif terhadap ketersediaan unsur nitrogen. Selain itu pupuk urea selalu tersedia dengan harga yang dapat dijangkau oleh petani. Nilai elastisitas produksi SP-36 adalah 0.20 berarti bahwa setiap tambahan penggunaan pupuk SP-36 sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.20 persen. Sedangkan dilokasi bukan Prima Tani nilai elastisitas produksi adalah 0.28 artinya bahwa setiap tambahan penggunaan pupuk SP-36 dilokasi bukan Prima Tani sebesar akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.28 persen. Pupuk SP-36 harganya masih dapat dijangkau oleh petani walaupun keberadaannya masih langka.

10 112 Faktor input pupuk KCl dengan nilai elastisitas sebesar 0.18 berarti bahwa setiap tambahan penggunaan pupuk KCl sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.18 persen dilokasi Prima Tani, sedangkan dilokasi bukan Prima Tani nilai elastisitas pupuk KCl sebesar 0.24 yang berarti bahwa setiap tambahan penggunaan pupuk KCl sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi dilokasi tersebut sebesar 0.24 persen. Pupuk KCl sangat dibutuhkan oleh tanaman padi karena pupuk KCl sangat diperlukan dalam proses pembentukan buah. Namun demikian berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara didapatkan bahwa pupuk KCl sangat langka di pasar, selain itu memiliki harga yang sangat tinggi sehingga sulit dijangkau petani sehingga petani dalam berusahatani padi jarang menggunakan pupuk KCl. Nilai elastisitas produksi pestisida dilokasi Prima Tani adalah berarti bahwa setiap tambahan penggunaan pestisida sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.07 persen. Sedangkan dilokasi bukan Prima Tani 0.1 yang berarti setiap tambahan penggunaan pestisida sebesar 1 persen akan meningkatkan produktivitas padi sebesar 0.1 persen. Kecilnya pengaruh ini disebabkan karena baik dilokasi Prima Tani dan bukan Prima Tani harga pestisida sangat mahal sehingga tidak semua petani mengikuti anjuran. Karena mahalnya harga pestisida dan tidak dapat dijangkau oleh petani maka jika ada serangan hama maka petani ada yang membiarkan tanamannya saja, namun ada juga yang melakukan pemberantasan hama dengan cara tradisional. Faktor input tenaga kerja dengan nilai elastisitas 0.28 dapat diartikan bahwa untuk setiap tambahan penggunaan tenaga kerja sebesar 1 persen akan menaikkan produktivitas sebesar 0.28 persen. Rata-rata petani di desa penelitian

11 113 memiliki lahan garapan yang sempit sehingga tidak selalu mencukupi kebutuhan rumah tangganya sehingga banyak yang bekerja musiman dan cenderung mencari pekerjaan lain ke luar desanya pada saat musim paceklik. Mereka bekerja sebagai tukang bangunan, pedagang dan lain sebagainya. Untuk mengetahui skala ekonominya maka menurut Chambers (1988) dalam Subagyo (2005) nilai skala ekonomi dalam model Cobb Douglas dapat didekati dengan cara menjumlahkan seluruh elastisitas output terhadap input. Skala ekonomi adalah skala elastisitas, yang hampir sama dengan produk marjinal yaitu sama-sama menyatakan tambahan output akibat penambahan input. Perbedaannya, produk marjinal penambahannya hanya diakibatkan oleh tambahan input, sedangkan skala ekonomi menyatakan tambahan semua input secara simultan. Pada Lampiran 9 hasil analisis dengan menggabungkan variabel dummy hubungan masing-masing faktor input terhadap skala ekonomi dilokasi Prima Tani dan bukan Prima Tani bernilai positif, dengan penjumlahan nilai parameter dugaan pada kedua lokasi masing-masing adalah 1.43 untuk lokasi Prima Tani dan 1.19 pada lokasi bukan peserta Prima Tani jadi Σ bi >1. Secara statistik nilai ini perlu diuji, dengan melakukan restriksi pada kedua fungsi produksi dengan hipotesis Σ bi = 1. Hasil analisis pendugaan fungsi produksi OLS yang direstriksi pada petani peserta Prima Tani dan bukan peserta PrimaTani dapat dilihat pada Tabel 14. Statistik uji t dengan restriksi parameter model linier untuk petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani mengandung nilai T value : 0.08 dan Prob>[T] = dan untuk petani bukan peserta Prima Tani mengandung nilai

12 114 T value : 0.13 dan nilai Prob>[T] = 0.904, artinya uji t ini mengindikasikan bahwa restriksi secara statistik tidak berbeda nyata dengan nol. Dari hasil restriksi didapatkan jumlah koefisien (elastisitas) peubah-peubah bebas pada kedua fungsi produksi rata-rata metode OLS (Σβi = 1). Oleh karena itu maka skala usaha petani padi sawah baik pada petani peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani adalah constan return to scale. Setiap penambahan input secara proposional sebesar 1 persen akan meningkatkan jumlah produksi padi sawah sebesar 0.1 persen. Untuk analisis selanjutnya Model II tetap yang dipakai. Tabel 14. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Ordinary Least Squares yang Direstriksi pada Petani Peserta Prima Tani dan Bukan Peserta Prima Tani Variabel Input Petani Peserta Prima Tani Petani Bukan Peserta Prima Tani Parameter Dugaan t- value Prob >[T] Parameter Dugaan t- value Prob >[T] Intersep < <.0001 Benih (X1) Pupuk Urea (X2) Pupuk SP-36 (X3) Pupuk KCl (X4) Pestisida(X5) Tenaga Kerja (X6) Restrict Model yang telah dibangun kemudian dilakukan uji pelanggaran asumsi yaitu dengan melakukan uji heteroskedastisitas. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam varian error term dalam suatu model regresi antara lain : (1) metode grafik, (2) metode Park, (3) metode Glejser, (4) metode Goldfeld-Quant, dan (5) metode Speraman Rank Correlation ( Sitepu dan Sinaga, 2006). Metode yang digunakan dalam mendeteksi heteroskedastisitas pada model dalam penelitian ini adalah metode Park. Menurut Park, varian variabel gangguan yang tidak konstan atau

13 115 masalah heteroskedastisitas muncul karena residual ini tergantung dari variabel independen yang ada dalam model. Keputusan ada tidaknya masalah heteroskedastisitas berdasarkan uji statistik estimator (β). Jika β tidak signifikan melalui uji t maka dapat disimpulkan tidak ada heteroskedastisitas karena varian residualnya tidak tergantung dari variabel independen, sebaliknya jika β signifikan secara statistik maka model mengandung unsur heteroskedastisitas karena besar kecilnya varian residual ditentukan oleh variabel independen. (Widarjono, 2005). Pengecekan heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan program SAS 9.1. Dari hasil pengecekan yang dilakukan, model petani peserta Prima Tani seperti terlihat pada Lampiran 12 dan 13, hasil deteksi menunjukkan bahwa model petani peserta Prima Tani dan Bukan peserta Prima Tani secara statistik tidak signifikan pada level 0.05 atau dengan kata lain tidak berbeda nyata dengan nol pada level Hal ini menunjukkan bahwa dan tidak ada masalah heteroskedastisitas antara variabel dependent dengan seluruh variabel bebasnya Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis Efisiensi Teknis Efisiensi dalam pengelolaan usahatani berkaitan dengan kemampuan manajerial petani. Efisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier. Sebaran efisiensi teknis petani peserta program Prima Tani dan bukan peserta program Prima Tani disajikan pada Tabel 15. Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya bahwa efisiensi teknis dikategorikan cukup efisien jika 0.7. Berdasarkan sebaran nilai Efisiensi Teknis (TE) dapat disimpulkan bahwa, efisiensi teknis yang dicapai petani baik peserta

14 116 Program Prima Tani dan bukan peserta program Prima Tani cukup tinggi. Tingkat efisiensi yang tinggi mencerminkan ketrampilan manajerial petani cukup tinggi. Rata-rata efisiensi teknis yang dicapai petani peserta Program Prima Tani sekitar 85.0 persen dari frontier yakni produktivitas maksimum yang dapat dicapai dengan sistem pengelolaan yang terbaik (the best practiced) dengan nilai terendah 64.2 persen dan nilai tertinggi 99.7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa petani peserta program Prima Tani sudah menggunakan benih, pupuk urea, pupuk SP-36, KCl dan tenaga kerja secara proposional. Bila dilihat dari rata-rata efisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier, petani peserta program Prima Tani masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil potensial yang lebih tinggi hingga mencapai hasil maksimal seperti yang diperoleh petani paling efisien secara teknis. Peluang untuk meningkatkan efisiensi dalam jangka waktu pendek sebesar 15 persen kepada teknik budidaya yang digunakan oleh petani yang paling efisien dan inovasi teknologi dan peningkatan manajemen usahatani sangat dibutuhkan. Di satu sisi, hal ini mencerminkan keberhasilan petani dan program pemberian teknologi di wilayah yang bersangkutan. Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata efisiensi petani peserta Prima Tani lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata efisiensi petani bukan peserta Prima Tani yaitu 75 persen. Peluang untuk meningkatkan produktivitas dalam jangka pendek sebesar 25 persen. Tingginya tingkat efisiensi pada petani peserta program Prima Tani disebabkan oleh tingkat penggunaan input riil yang lebih baik pada petani bukan peserta Program Prima Tani sehingga produktivitas yang dihasilkan juga lebih tinggi. Petani peserta program Prima Tani dapat menggunakan input-input dengan

15 117 baik dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani disebabkan karena beberapa hal: (1) pada program Prima Tani dalam penanaman padi lebih menekankan kepada efisiensi penggunaan benih dengan cara menggunakan larutan Za atau garam sehingga benih yang akan disemai merupakan benih yang terseleksi dengan baik, petani tidak perlu menyemai benih melebihi kebutuhan seperti yang dilakukan oleh petani bukan peserta Prima Tani, bibit yang ditanam adalah bibit muda (10 12 HSS), dengan demikian akar akan lebih kuat di dalam tanah sehingga bibit tidak mudah rebah dan menghasilkan anakan yang banyak, (2) efisiensi penggunaan pupuk urea yang dilakukan dengan cara menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) untuk memastikan dosis pupuk yang tepat sesuai dengan kebutuhan tanaman, penggunaan BWD ini sangat praktis walaupun memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, kebutuhan BWD disesuaikan dengan kebutuhan urea pada masing-masing usahatani padi sawah dilokasi penelitian sehingga jumlah pupuk yang digunakan ditambah atau dikurangi dari yang sudah di rekomendasikan tergantung dari tingkat kebutuhan tanaman, dan (3) faktor lain yang juga menyebabkan petani peserta Prima Tani bisa efisien dibandingkan dengan petani bukan peserta Prima Tani adalah penggunaan sistem tanam jajar legowo, walaupun dilokasi penelitian belum banyak banyak petani yang menggunakan sistem tanam jajar legowo, kelebihan dari sistem tanam jajar legowo adalah dapat mengatasi pemberian pupuk yang tidak merata, pengendalian hama penyakit lebih mudah karena ada baris kosong yang dapat digunakan untuk mengontrol dan melakukan tindakan prefentif terhadap tanaman yang terserang penyakit. Penggunaan pestisida hanya untuk pencegahan. Petani peserta Prima Tani

16 118 maupun bukan peserta PrimaTani sudah mengantisipasi serangan hama penyakit dengan melakukan penanaman serentak, memilih varietas yang tahan hama dan penyakit. Berdasarkan Tabel 15 maka dilakukan Uji kehomogenan ragam dan Uji Beda nilai tengah (rata-rata) antara petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani. Hasil uji kehomogenan dan Uji Beda nilai tengah (rata-rata) dapat dilihat pada Lampiran 15. Tabel 15. Sebaran Efisiensi Teknis Petani Peserta Program Prima Tani Desa Sui Itik dan Petani Bukan Peserta Program Prima Tani Desa Pal IX Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat Indeks efisiensi Petani Peserta Prima Tani Petani Bukan Prima Tani Jumlah Persen Jumlah Persen < < < < < < Total Rata-Rata Minimum Maksimum Berdasarkan Lampiran 15 dengan hipotesa H0 : ζ 1 = ζ 2 adalah homogen 2 dan H1 : ζ 1 ζ 2 2 adalah tidak homogeny. Dari hasil uji Levene, s diperoleh nilai p(0.003) < α 0.05 menolak Ho artinya bahwa keragaman antara peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani tidak berbeda nyata, tidak homogen. Uji Beda nilai tengah (rata-rata) antara petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani dengan hipotesa H0 : µ 1 = µ 2 dan H0 : µ 1 µ 2. Dari hasil uji-t diperoleh nilai-p(0.010)<alpha 5 persen maka tolak H0 artinya kedua nilai tengah efisiensi

17 119 berbeda nyata. Artinya bahwa walaupun keduanya sudah efisien secara teknis namun dari hasil uji menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi teknis petani peserta Prima Tani lebih tinggi dibandingkan rata-rata efisiensi teknis petani bukan peserta Prima Tani. Hal ini dapat terlihat dari pada Tabel 15. Berdasarkan kenyataan di lapangan petani peserta Prima Tani pada saat pelaksaan program Prima Tani sudah efisiensi secara teknis dimana dalam berusahatani, petani sudah menggunakan input produksi dengan baik. Namun hal ini perlu dilaksanakan secara kontinyu agar dapat meningkatkan produksi dan prodiktivitas padi di desa tersebut karena jika tidak demikian bisa tersaingi oleh petani bukan peserta Prima tani Faktor-faktor Inefisiensi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis petani contoh diduga dengan menggunakan model efek inefisiensi teknis dari fungsi produksi stochastic frontier. Hasil pendugaan model efek inefisiensi teknis dapat dilihat pada Tabel 16. Variabel Umur (Z 1 ) dimasukan dalam model untuk mengetahui pengaruh umur terhadap efisiensi usahatani padi sawah. Asumsi yang dibangun semakin tinggi umur semakin tidak efisien petani dalam menjalankan usahataninya. Artinya umur diharapkan mempunyai koefisien regresi bertanda positif. Namun hasil dugaan menunjukkan bahwa umur petani bukan merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani. Tanda yang didapatkan adalah negatif, tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu positif tetapi berpengaruh nyata. Artinya bahwa umur merupakan faktor yang penting

18 120 mempengaruhi tingkat efisiensi yang dicapai oleh petani peserta Prima Tani. Hal ini menjelaskan bahwa semakin tua umur petani maka semakin lemah dalam berusahatani dan kurang tertarik untuk menerima inovasi baru. Hasil penelitian ini sama dengan hasil yang ditemukan Widodo ( 1989) pada petani padi di Jawa Barat dan Jawa Tengah,dimana ditemukan faktor usia petani padi nyata berpengaruh negatif terhadap efisiensi teknis petani pada tingkat 10 persen. Untuk petani bukan peserta Prima Tani umur tidak berpengaruh terhadap efisiensi teknis dengan koefisien regresi bertanda positif sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini menjelaskan bahwa dalam kegiatan usahatani, petani bukan peserta sudah terbiasa dengan kebiasaan bertanam padi sehingga petani yang berusia muda maupun petani yang berusia tua mempunyai peluang yang sama dalam memaksimalkan hasil usahataninya. Sukiyono (2005) dikatakan tingkat umur petani berpengaruh pada produktivitas kerja. Berbagai penelitian menemukan bahwa petani yang berada dibawah umur produktif akan memberikan hasil kerja yang lebih baik dibandingkan dengan petani pada umur yang kurang produktif. Petani pada umur produktif mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum berpengalaman dalamsoal adopsi inovasi tersebut. Umur produktif biasanya berada pada kisaran umur antara tahun. Pendidikan (Z 2 ) digunakan sebagai proaksi dari masukan managemen. Tinggi rendahnya pendidikan petani akan berpengaruh kepada pengambilan keputusan yang cukup penting dalam berusahatani. Keputusan ini termasuk keputusan penting dalam efisiensi penggunaan masukan. Untuk petani peserta

19 121 Prima Tani ditemukan bahwa tingkat pendidikan bertanda positif dan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat inefisiensi teknis. Tidak berpengaruhnya pendidikan disebabkan karena petani memiliki tingkat pendidikan yang relatif sama dan memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berusahatani padi. Demikian halnya untuk petani bukan peserta Prima Tani. Menurut Kebede (2001) dikatakan pendidikan meningkatkan kemampuan petani untuk mencari, memperoleh dan menginterprestasikan informasi yang berguna tentang input-input produksi. Artinya bahwa tingginya tingkat pendidikan akan juga berdampak pada kemauan dan kemampuan petani dalam mencari informasi tentang penggunaan faktor produksi. Tabel 16. Pendugaan Faktor-faktor Inefisiensi Teknis Fungsi Produksi Stochastik Frontier pada Petani Peserta Prima Tani dan Petani Bukan Peserta Prima Tani Variabel Petani Peserta Prima Tani Parameter t-ratio Petani Bukan Peserta Prima Tani Parameter t-ratio Dugaan dugaan Konstanta Umur (Z1) * Pendidikan (Z2) * Pengalaman Bertani (Z3) Dependency Ratio (Z4) Sistem Tanam (Z5) * Partisipasi dlm KT (Z6) Prilaku Petani (Z7) ** * Keterangan : ***.nyata pada α 0.05**. nyata pada α 0.01, * nyata pada α 0.10 Pengalaman (Z 3 ) dimasukan dalam model dengan pengalaman berusahatani berpengaruh terhadap kemampuan atau kemahiran seseorang melakukan usahatani. Petani yang lebih banyak pengalaman akan lebih mudah mengetahui kegunaan teknologi baru yang diperkenalkan sehingga terdorong untuk menguasai dan menerapkan teknologi tersebut. Hasil dugaan menunjukkan

20 122 bahwa pengalaman berusahatani berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap inefisiensi teknis. Artinya, semakin berpengalaman petani semakin efisien dalam berproduksi terutama dalam penggunaan input-input produksi. Hal yang sama diperoleh oleh Kalirajan (1984), Kalirajan dan Shand (1986) dalam Bravo-ureta dan Pinheiro (1993) dinegara Philipina dan India yang menemukan pengalaman berpengaruh positif terhadap efisien teknis produksi padi. Hasil dugaan menunjukkan bahwa pengalaman petani bukan merupakan faktor penting mempengaruhi efisiensi teknis yang dicapai petani, baik untuk petani peserta program Prima Tani yang menerapkan PTT maupun untuk petani bukan peserta program Prima Tani. Hal ini mengindikasikan bahwa petani yang baru berpengalaman dalam usahatani padi sawah akan memperoleh peluang yang sama baik dengan petani yang berpengalaman. Hasil ini sesuai dengan yang dilakukan Siregar (1987) dan Haryani (2009). Usahatani padi adalah usahatani semusim yang paling sedikit dilakukan satu tahun satu kali, sehingga petani yang mempunyai pengalaman sedikit berpeluang untuk dapat menyesuaikan dengan cara-cara bertani yang dilakukan oleh petani yang sudah berpengalaman. Petani di lokasi penelitian umumnya bertani sejak turun temurun, mereka belajar dari orangtuanya sehingga mereka sangat mandiri. Dalam penelitian ini pengalaman bertani diukur dari pengalaman sejak mereka mulai berusahatani secara mandiri, maka variasi pengalaman bertani padi antar petani tidak mempunyai hubungan dengan efisiensi teknis produksi padi. Pengalaman bertani petani peserta Prima Tani cenderung positif dan petani bukan peserta Prima Tani cenderung negatif. Hal ini berkaitan dengan anggapan bahwa semakin lama pengalaman individu dalam sesuatu hal dalam hal ini berusahatani padi sawah, maka orang tersebut

21 123 cenderung untuk mempertahankan kebiasaannya sehingga petani yang berpengalaman bertani lebih lama cenderung kurang responsif pada hal-hal baru. Dependency Ratio (Z 4 ) atau rasio jumlah anggota keluarga yang tidak bekerja dan bekerja. Angka ketergantungan berpengaruh nyata dan negatif terhadap inefisiensi teknis pada petani peserta Prima Tani. Semakin tinggi ratio antara anggota keluarga yang tidak bekerja dan bekerja maka semakin efisien petani dalam mengelola usahataninya. Hasil menunjukkan bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan lebih banyak relatif lebih efisien dibandingkan dengan petani yang memiliki jumlah tanggungan yang sedikit. Hal ini berkaitan dengan pemanfaatan anggota keluarga sebagai tenaga kerja dalam keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Bravo-ureta dan Pinheiro dalam Mariyah (2008) bahwa jumlah anggota keluarga mempengaruhi efisiensi. Pada petani bukan peserta prima Tani ditemukan angka ketergantungan berpengaruh nyata dan positif. Tanda yang diperoleh adalah negatif dan tidak berpengaruh nyata. Sistem tanam (Z 5 ) variabel ini dimasukan dengan pertimbangan dari hasilhasil penelitian yang menemukan adanya perbedaan yang signifikan terhadap produksi padi sawah dengan menggunakan tanam jajar legowo dibandingkan tanam tegal. Hasil dugaan menunjukkan bahwa baik di lokasi peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani memiliki tanda negatif dan berpengaruh nyata. Hal ini mengindikasikan bahwa sistem tanam legowo di lokasi penelitian mempengaruhi efisiensi teknis. Hasil wawancara yang dilakukan dengan petani peserta Prima Tani yang menerapkan sistem tanam legowo dikatakan sistem tanam legowo memudahkan petani dalam melakukan penyiangan, memudahkan kontrol terhadap serangan hama tikus sehingga produksi meningkat.

22 124 Partisipasi petani dalam kelompok tani (Z 6 ) disertakan dalam model dengan dugaan berhubungan negatif dengan tingkat inefisiensi teknis petani padi. Ini berarti bahwa partisipasi dalam kelompok tani akan meningkatkan efisiensi penggunaan inputnya dengan asumsi petani yang aktif dalam kelompok tani akan: (1) meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan non formal, (2) meningkatkan kemampuan manajerialnya, (3) meningkatkan aksesibilitas terhadap teknologi dan inovasi baru, dan (4) meningkatkan aksebilitas terhadap bantuan lainnya karena disalurkan melalui kelompok tani. Petani padi sawah diharapkan lebih aktif dalam kelompok tani sehingga dapat meningkatkan efisiensi usahataninya namun variabel ini tidak berpengaruh nyata pada petani program PTT. Partisipasi aktif pada kelompok tani berdasarkan hasil wawancara dilapangan menyebabkan berkurangnya aktivitas petani dalam berusahatani sehingga tingkat efisiensi petani di dalam usahatani padi mereka. Hal ini menyebabkan petani mulai kurang tertarik untuk mengikuti pertemuan kelompok. Demikian halnya di rasakan juga oleh petani bukan peserta Prima Tani. Parameter dugaan baik untuk lokasi peserta Prima Tani maupun bukan peserta Prima Tani adalah negatif dan tidak berpengaruh nyata. Prilaku petani (Z 7 ) dimasukan dalam model dengan dugaan berhubungan negatif dengan tingkat inefisiensi teknis petani padi. Ini berarti bahwa prilaku petani akan meningkatkan efisiensi penggunaan inputnya dengan asumsi petani yang respon dengan program Prima Tani mau mengadopsi rekomendasi teknologi anjuran dari program Prima Tani yang akhirnya berdampak pada produktivitas dan pendapatan petani peserta Prima Tani. Petani bukan peserta Prima Tani juga diharapkan mengikuti prilaku dari petani peserta Program Prima Tani. Parameter

23 125 dugaan untuk petani peserta Prima Tani adalah negatif dan berpengaruh nyata sedangkan untuk petani bukan peserta Prima Tani adalah negatif dan tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis usahatani petani peserta Prima Tani dan petani bukan peserta Prima Tani menunjukkan bahwa total pendapatan petani dan R/C ratio yang diperoleh petani peserta Prima Tani dan bukan peserta Prima Tani pada Musim Hujan (MH) dan Musim Kemarau (MK) berbeda namun jika dilihat dari faktorfaktor inefisiensi yang mempengaruhi tingkat efisiensi usahatani padi untuk kedua lokasi hampir sama. Hal ini mengindikasikan yang membedakan pendapatan dan R/C ratio di kedua lokasi penelitian yaitu adanya bantuan melalui program Prima Tani pada petani peserta Prima Tani yaitu di Desa Sui Itik tetapi dalam berusahatani padi umumnya kedua petani memiliki perilaku yang sama. Hal ini disebabkan karena petani sudah biasa melakukan usahatani padi, mereka lebih banyak mendapat pengalaman bertani dari orangtua mereka, hanya saja pengetahuan mereka masih terbatas dalam berusahatani, umumnya mereka hanya berusahatani untuk memenuhi kebutuhan pangan, belum beroreantasi bisnis sehingga produksi dan produkstivitas yang dihasilkan masih rendah. Untuk itu perlu adanya terobosan teknologi untuk merubah perilaku dan kebiasaan petani sehingga menjadi lebih baik.

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VIII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 8.1. Analisis Produksi Stochastic Frontier Usahatani Kedelai Edamame Analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Komoditas pertanian erat kaitannya dengan tingkat produktivitas dan efisiensi yang rendah. Kedua ukuran tersebut dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1 Analisis Produksi Stochastic Frontier 7.1.1 Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Pemilihan kecamatan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VI ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 6.1.1 Pengujian Asumsi Klasik Regresi Linier Syarat model regresi linier (fungsi produksi) dikatakan baik jika

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar Ubi jalar telah banyak diteliti dari berbagai bidang disiplin ilmu, akan tetapi penelitian mengenai efisiensi teknis usahatani belum pernah dilakukan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA Penelitian ini membagi responden berdasarkan jenis lahan, yaitu lahan sawah irigasi dan tadah hujan, serta keikutsertaan petani dalam

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian analisis efisiensi teknis dan pendapatan usahatani caisim ini dilakukan di Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang merah adalah bibit. Penggunaan bibit atau varietas unggul akan mampu memberikan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi

2. TINJAUAN PUSTAKA. Keterangan : KV = risiko produksi padi σ y. = standar deviasi = rata rata produksi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Risiko Produktivitas Setiap aktivitas manusia selalu mengandung risiko karena ada keterbatasan dalam memprediksi hal yang akan terjadi di masa yang akan datang. Kejadian yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan 37 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan Semadam dan Kecamatan Lawe Sumur Kabupaten Aceh Tenggara Propinsi Aceh Dimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang analisis pendapatan usahatani padi, peneliti mengambil beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian, dengan mengkaji dan melihat alat analisis yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH PADA PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN BURU

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH PADA PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN BURU Jurnal Agribisnis, Vol. 7, No. 2, Desember 2013, [ 211-234 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH PADA PROGRAM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI KABUPATEN BURU Husen Bahasoan ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Model Fungsi produksi Cobb-Douglas untuk usaha tanaman kedelai diperoleh melalui penyusunan model regresi linier berganda dari variabel-variabel input dan output

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2000-2011. Data sekunder tersebut bersumber dari Lampung dalam Angka (BPS), Badan Penanaman Modal Daerah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil uji itas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante )

KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) KAJIAN ANALISA SKALA USAHATANI TANAMAN JAHE SEBAGAI TANAMAN SELA PADA TANAMAN KELAPA ( Studi Kasus Kecamatan Kewapante ) I. Gunarto, B. de Rosari dan Joko Triastono BPTP NTT ABSTRAK Hasil penelitian menunjukan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota 41 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Provinsi Lampung yang terdiri dari 14 kabupaten/kota meliputi rumah tangga miskin yang dijadikan sampel Susenas di Provinsi Lampung

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE

ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang menjadi penyebab dari produksi padi di Indonesia. Sedangkan yang subjek adalah luas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori produksi Menurut Pindyck and Rubinfeld (1999), produksi adalah perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam kaitannya dengan pertanian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul)

EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI ORGANIK (Kasus Desa Kebonagung dan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul) Rendhila Try Sadhita Drs. Y. Sri Susilo, M.Si. Program Studi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL 7.1 Analisis Perbandingan Penerimaan Usaha Tani Analisis ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian Menurut Winarno Surakhmad dalam Suharsimi Arikunto (1997:8) metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 35 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep dan Pengukuran Efisiensi Asumsi dasar dari efisiensi adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan input tertentu. Perolehan keuntungan maksimum berkaitan erat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DATARAN RENDAH (Kasus Desa Tegal Panjang, Cariu, Bogor) Supena Friyatno dan Sumaryantoo Abstrak Tulisan ini mencoba melihat alokasi masukan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Oleh : Siska Alfiati Dosen PNSD dpk STIPER Sriwigama Palembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usahatani tembakau dinilai memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas tembakau merupakan bahan baku utama pada industri rokok. Usahatani tembakau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki 29 kabupaten dan 6 kota. Dan dalam penelitian ini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut

Lebih terperinci

VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN

VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN VIII ANALISIS HUBUNGAN EFISIENSI TEKNIS DAN PENDAPATAN Analisis hubungan efisiensi dan pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini adalah perbandingan antara nilai efisiensi teknis dengan rasio dari R/C.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Petani Pendapatan yang diterima seorang petani dalam satu musim/satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang petani yang mengusahakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi padi Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci