Modul 1 Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia. Laksono Trisnantoro Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Modul 1 Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia. Laksono Trisnantoro Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada"

Transkripsi

1 Modul 1 Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia Laksono Trisnantoro Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

2 Workshop PELATIHAN PENGGALANGAN DANA KEMANUSIAAN Untuk jaringan pelayanan kesehatan PELKESI Kaliurang, 7 sd 9 Juli 2010

3 Tujuan Workshop: Memahami perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia Memahami posisi dana kemanusiaan dalam sumber pembiayaan RS non-profit dari aspek ekonomi dan pencitraan Memahami Donor dan tipologinya Memahami proposal penggalian dana kemanusiaan. Merencanakan kegiatan untuk memadukan keinginan donor dan kebutuhan rumahsakit

4 Isi Kegiatan: Diskusi mengenai dinamika manajemen dan pembiayaan rumahsakit di Indonesia Diskusi mengenai konsep Manajemen Dana Kemanusiaan bagi Rumahsakit Latihan mengidentifikasi kelompok donor dan jenis dana yang dapat diperoleh. Latihan menyusun struktur unit/lembaga penggalangan dana rumahsakit. Latihan mengembangkan proposal penggalangan dana kemanusiaan; memperhitungkan biaya dan harapan pendapatan..

5 Modul 1. Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia Tujuan Instruksional: Memahami perkembangan mutakhir situasi RS di Indonesia dalam perspektif sejarah Memahami indikator rumahsakit keagamaan berbasis Balanced Score Card

6 Modul 2. Posisi dana kemanusiaan dalam sumber pembiayaan RS non-profit dari aspek ekonomi dan pencitraan Tujuan Instruksional: Peserta memahami mengenai konsep penggalangan dana untuk RS keagamaan Peserta memahami kebijakan perpajakan dan Corporate Social Responsibility. Peserta memahami aspek pencitraan dari penggalangan dana

7 Modul 3. Donor dan tipologinya Tujuan Instruksional: Peserta mampu melakukan pemetaan penggalangan dana dan tempatnya dalam Rencana Bisnis RS Peserta mampu melakukan identifikasi pemberi dana dalam konsep pemasaran.

8 Modul 4. Menyusun proposal penggalian dana kemanusiaan. Tujuan Instruksional: Peserta memahami berbagai cara penggalangan dana dan teknik komunikasinya Peserta memahami etika dan evaluasi penggalangan dana

9 Modul 5. Penyusunan rencana kegiatan untuk memadukan keinginan donor dan kebutuhan rumahsakit Tujuan Instruksional: Peserta melakukan perencanaan kegiatan untuk mengembangkan dana kemanusiaan dalam waktu 5 tahun ke depan Peserta menyusun anggaran kegiatan penggalian dana kemanusiaan.

10 HASIL YANG DI HARAPKAN Perubahan cara pandang peserta tentang posisi peran RS non-profit dan peran dana kemanusiaan Strategi RS untuk menggalang dana kemanusiaan Draft proposal untuk mencari dana kemanusiaan

11 Tujuan Instruksional: Memahami perkembangan mutakhir situasi RS di Indonesia dalam perspektif sejarah Memahami indikator rumahsakit keagamaan berbasis Balanced Score Card

12 Bagian 1: Memahami rumahsakit sebagai sektor yang berdasarkan mekanisme pasar Sejarah RS di Indonesia Jenis RS Menurut UU RS tahun 2009 RS Publik: RS non-profit/nirlaba (RS Pemerintah dan RS Swasta Yayasan/Perkumpulan) RS Private: RS for profit ( RS Swasta berbentuk PT)

13 Sejarah RS di Indonesia Masa Kolonial: Dari Militer dan Perkebunan ke Misi dan Politik Etis Pasca kemerdekaan: Berkurangnya bantuan luar negeri Orde Baru;Pendekatan pasar dan peran negara yang sedikit. Pasca Reformasi 1997: RS menjadi isu politik, termasuk pendanaan masyarakat. 2009: UU RS menjanjikan adanya insentif pajak

14 Situasi segmentasi pasar RS saat ini Masyarakat Sosial Ekonomi Tinggi Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Teknologi Tinggi RS Luar negeri RS Luar Negeri RS Pendidikan RS Swasta (tertentu, sedikit) Teknologi menengah RS Luar Negeri RS Swasta RS Luar Negeri RS Pendidikan pemerintah dan non pendidikan RS Swasta Teknologi Sederhana RS Luar Negeri RS Swasta RS Pendidikan pemerintah dan non pendidikan RS Swasta Masyarakat Sosial Ekonomi Rendah RS Pendidikan RS Pendidikan pemerintah dan non pendidikan RS Swasta (terutama rs nirlaba) RS Pendidikan pemerintah dan non pendidikan RS Swasta (terutama rs nirlaba)

15 RS-RS di Singapura, Bangkok, Malaysia,

16 RS di Indonesia: Dari yang paling mewah, sampai yang paling sederhana Dari mutu yang sangat tinggi, sampai ke yang paling buruk Dari pengguna masyarakat atas sampai masyarakat bawah Sebagian besar berada di daerah yang sulit

17

18

19

20

21 Dinamika RS RS Pemerintah: termasuk RS BUMN dan Militer. RS Swasta: Perseroan Terbatas (PT), Yayasan dan Perkumpulan Ada fakta mekanisme pasar di sektor kesehatan.

22 Perkembangan RS Pemerintah dan RS Swasta: Jumlah Rumah Sakit Pemerintah Swasta

23 Perkembangan Jumlah TT RS Jumlah Tempat Tidur 100, ,000 80,000 70,000 60,000 50, ,000 30,000 20,000 10, Pemerintah Swasta

24 RS berbentuk PT Meningkat sangat pesat. Dari 34 di tahun 1998 menjadi 85 di tahun Cenderung berada di kelompok pasar menengah atas Sebagian berasal dari bentuk Yayasan. Antara tahun 2002 sd 2008, ada penambahan 25 RS PT dari bentuk Yayasan. Sebaliknya hanya 5 PT menjadi Yayasan Berbasis UU PT yang cukup rinci dan mampu memperkuat governance (tata-kelola) rumahsakit.

25 Perkembangan RS Swasta berbentuk PT Jumlah Rumah Sakit Perusahaan Yayasan Perkumpulan

26 Lokasi RS Swasta berbentuk PT

27 RS Yayasan dan Perkumpulan Dari berkembang pesat dari 434 menjadi 538 Dalam 5 tahun terakhir tidak mempunyai banyak perkembangan Sebagian rumahsakit Yayasan berubah menjadi PT (25) Semakin berat aspek ekonominya karena segmen yang dilayani harus sampai ke masyarakat ekonomi bawah. Melayani Jamkesmas yang tarif DRGnya mungkin di bawah unit-cost Sebagian kurang efisien karena mempunyai overhead yang besar dan beban historis. Selama bertahun-tahun tidak mempunyai insentif pajak. Perlakukan pajak dan retribusi hampir sama dengan RS forprofit

28 Perkembangan RS Swasta Yayasan Jumlah Rumah Sakit Perusahaan Yayasan Perkumpulan

29 Lokasi RS berbentuk Yayasan/Perkumpulan

30 Ringkasan dinamika RS RS Swasta berkembang dengan TT yang lebih kecil, berbentuk PT untuk sasaran menengah ke atas RS Yayasan melambat perkembangannya Beberapa RS Keagamaan dalam posisi menurun RS Pemerintah meningkat jumlah TTnya. Ada kemungkinan pengaruh Jamkesmas. RS militer, BUMN cenderung statis Pemaknaan: Peran mekanisme pasar menguat. RS-RS swasta cenderung ke PT Peran subsidi pemerintah pusat dan daerah juga menguat Dinamika RS berada dalam suasana pasar namun ada intervensi pemerintah, walaupun sedikit.

31 Bagian 2 Intervensi Pemerintah

32 Mengapa ada intervensi pemerintah? Risiko apabila pasar RS dilepaskan bebas tanpa intervensi Pemerintah Bagi Masyarakat pengguna Masyarakat miskin tidak dapat memperoleh manfaat atau memperoleh dengan mutu rendah Rumahsakit hanya digunakan oleh yang mampu Bagi Rumahsakit: - RS Pemerintah dapat tidak berjalan dengan baik. - RS Swasta Yayasan dapat terbebani misi sosial kemanusiaan jika tanpa dukungan pemerintah - RS Swasta PT menjadi tanpa support/proteksi untuk bersaing dengan RS luar negeri.

33 Intervensi pemerintah untuk pasar rumahsakit berdasar konsep Circular Flow

34 Model Circular Flow dalam kehidupan Pengeluaran rupiah oleh rumah tangga Pasar Produksi Barang dan jasa yang dibutuhkan Pasokan Barang Penerimaan Rumah tangga Firma Pemasukan rupiah dari produksi Pasokan input dari rumahtangga Input yang dibutuhkan firma Pasar Faktor-faktor Produksi Biaya Produksi yang dibayar firma

35 Intervensi Pemerintah dalam pasar RS saat ini Subsidi bagi rumahtangga Pengeluaran rupiah oleh rumah tangga Pasar Produksi Barang dan jasa yang dibutuhkan Pasokan Barang Penerimaan Rumah tangga Pemasukan rupiah dari produksi Pasokan input dari rumahtangga Input yang dibutuhkan firma Pasar Faktor-faktor Produksi Rumah Firma Sakit Biaya Produksi yang dibayar firma Subsidi bagi RS

36 Subsidi Untuk masyarakat Pelayanan digratiskan bagi masyarakat miskin Setelah Krisis di tahun 1997 Jaring Pengaman Sosial Askeskin Jaminan Kesehatan Masyarakat Pusat dan Daerah Untuk Rumahsakit Subsidi Gaji Subsidi biaya operasional Subsidi biaya modal......

37 Catatan penting (1): Dengan adanya kebijakan JPS BK sampai Jamkesmas/Jamkesda: isu subsidi silang di RS hilang. Pasien VIP tidak membiayai pasien miskin. Jamkesmas/Jamkesda dapat dipergunakan di RS Swasta Kesempatan bagi RS swasta

38 Catatan penting (2) RS-RS Keagamaan selama 40 tahun terakhir cenderung berperilaku seperti RS for-profit Dana kemanusiaan dari masyarakat dan gereja menurun Pendapatan dari RS bahkan ada yang masuk ke pemilik (subsidi dari orang sakit ke orang sehat) RS menjadi tempat mencari uang bukan untuk menolong orang miskin SDM (terutama dokter) ada yang berperilaku seperti bekerja di lembaga for-profit.

39 Apa akibat intervensi pemerintah untuk sektor RS? Pasien meningkat karena program Jamkesmas Jumlah dokter masih relatif kurang, terutama di daerah yang miskin. Terjadi antrean untuk dilayani dokter (waktu tunggu) Mengakibatkan: Masalah mutu pelayanan. Ketidak adilan geografis.

40 Kebijakan pemerintah saat ini Harus dipergunakan sebagai momentum untuk merubah situasi di RS keagamaan RS Keagamaan mempunyai kesempatan lebih baik untuk berkembang sebagai pelayanan masyarakat miskin Mengembalikan RS sebagai tempat pelayanan sosial namun mempunyai aspek business yang baik

41 Intervensi Pemerintah yang diperkirakan akan ada di masa mendatang

42 Intervensi lebih lanjut Pengeluaran rupiah oleh rumah tangga Pasar Produksi Barang dan jasa yang dibutuhkan Pasokan Barang Penerimaan Menambah jumlah dokter spesialis/sub tertentu Pajak Dr Progressif Rumah tangga Pemasukan rupiah dari produksi Pasokan input dari rumahtangga Input yang dibutuhkan firma Pasar Faktor-faktor Produksi Rumah Firma Sakit Biaya Produksi yang dibayar firma Pengurangan Bea Masuk Subsidi bagi RS Insentif Pajak

43 Dua isu kunci dalam intervensi pemerintah di aspek faktor-faktor produksi: - Aspek pajak dan bea (sudah mulai ditangani) - Aspek ketersediaan tenaga spesialis (belum ditangani dengan penuh)

44 Bagian 3: Peluang Usaha RS

45 Bahan renungan: Pernyataan diungkapkan seorang direktur: Masyarakat mengira di rumah sakit banyak uang melimpah dan bahkan yang minta banyak sekali, selain dari perguruan tinggi, atau dari organisasi, gereja-gereja pun malah terbalik gitu lho mestinya dia berpikir juga bagaimana mestinya gereja ikut memikirkan kita, umpamanya gereja minta bantuan nyumbang untuk ini Memang sekarang itu ya itu tadi dari luar mengira dengan bangunan gini itu sudah wajib dimintai bantuan

46 Peluang Usaha berdasarkan segmen pasar dan teknologi Masyarakat Sosial Ekonomi Tinggi Teknologi Tinggi Teknologi menengah Teknologi Sederhana Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Masyarakat Sosial Ekonomi Rendah 7 8 9

47 Kemana RS Keagamaan akan menuju? Masyarakat Sosial Ekonomi Tinggi Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Teknologi Tinggi Teknologi menengah Teknologi Sederhana Masyarakat Sosial Ekonomi Rendah 7 8 9

48 Kemana RS Keagamaan akan menuju? Masyarakat Sosial Ekonomi Tinggi Masyarakat Sosial Ekonomi Menengah Masyarakat Sosial Ekonomi Rendah Teknologi Tinggi Teknologi menengah Teknologi Sederhana Apakah RS Keagamaan akan menghindari beroperasi di daerah ini karena merugikan atau justru masuk lebih dalam?

49 Latihan: Para peserta dibagi menjadi kelompok Wilayah Pelkesi (1-5), yang mempunyai anggota RS dan Pengurus Pusat Melakukan identifikasi segmen masyarakat yang dilayani selama 20 tahun terakhir. Melakukan identifikasi sumber pendanaan yang ada selama 10 tahun terakhir Melakukan proyeksi ke masa depan dalam sumber pendanaan RS.

50 Harapan tentang arah strategi usaha RS Keagamaan Tidak boleh meninggalkan misi untuk melayani kaum miskin Tetap mengedepankan misi sosial Harus mempunyai kegiatan yang memberikan survival yang tinggi Berani masuk ke daerah baru yang sulit.

51 Ada kemungkinan strategi untuk melayani masyarakat atas Mengembangkan Bangsal VIP lebih banyak lagi RS keagamaan bekerja sama dengan lembaga lain atau bekerja sendiri mendirikan RS berbentuk PT Catatan: Bila RS Keagamaan berada di segmen ini dengan mencolok pertanyaannya adalah: Dimana letak keagamaannya? Khusus untuk RS Kristiani, dimana pengaruh Nabi Jesus sebagai Nabi dengan mukzizat penyembuh?

52 Posisi mana yang anda pilih sebagai RS Kristen? A B RS Swasta Kristen Masyarakat kaya RS P RS Swasta Kristen RS Pemerintah Masyarakat miskin

53 Untuk melayani masyarakat miskin secara sehat Membutuhkan dana kemanusiaan dari Pemerintah Masyarakat Perusahaan yang menyumbang

54 Bagaimana Indikator RS Non-Profit?

55 Apa indikator RS yang menjalankan misi sosial namun sehat keuangannya?

56 Balanced Score Card Status Keuangan RS dan Menjalankan misi Memuaskan Pasien yang membeli Memuaskan Pemberi Subsidi Memuaskan Pemberi Donor Kemanusiaan Proses Pelayanan Yang bermutu Sumber Daya Manusia

57 Modul 2. Posisi dana kemanusiaan dalam sumber pembiayaan RS non-profit dari aspek ekonomi dan pencitraan

58 Tujuan Instruksional: Peserta memahami mengenai konsep penggalangan dana untuk RS keagamaan Peserta memahami kebijakan perpajakan dan Corporate Social Responsibility. Peserta memahami aspek pencitraan dari penggalangan dana

59 Diskusi awal: Rumahsakit Keagamaan termasuk lembaga apa? komersial (misal PT) atau lembaga sosial murni (misal gereja, masjid, panti asuhan). Atau yang lainnya?

60 Motivasi. Metode, dan Tujuan Stakeholders kunci Pihak yang diuntungka n Modal Tenaga Kerja Pasokan bahan Murni Kemanusiaan Demi Kebaikan Dipandu oleh misi Nilai-nilai Sosial Tidak membayar sama sekali Sumbangan dana kemanusian dan hibah Sukarela Diberikan pasokan bahan berdasarkan sumbangan kemanusiaan Motivasi campuran Dipandu oleh misi dan nilai-nilai pasar Nilai-nilai sosial dan ekonomi Mempunyai subsidi berdasarkan kemampuan dan mereka yang tidak membayar sama sekali Campuran antara sumbangan dana kemanusiaan dan modal yang dinilai berdasarkan pasar Di bayar di bawah nilai pasar, atau campuran antara sukarela dengan yang dibayar penuh Ada potongan khusus, atau campuran antara sumbangan dengan pasokan yang fullprice. Murni Komersial Terkesan untuk maksud sendiri Dipandu oleh nilai pasar Nilai-nilai ekonomi Membayar tarif berdasarkan nilai pasar Modal yang berdasarkan nilai pasar Kompensasi berdasar nilai pasar Pasokan bahan dibayar berdasarkan nilai pasar

61 Motivasi. Metode, dan Tujuan Stakeholders kunci Pihak yang diuntungka n Modal Tenaga Kerja Pasokan bahan Murni Kemanusiaan Demi Kebaikan Dipandu oleh misi Nilai-nilai Sosial Tidak membayar sama sekali Sumbangan dana kemanusian dan hibah Sukarela Diberikan pasokan bahan berdasarkan sumbangan kemanusiaan Motivasi campuran Dipandu oleh misi dan nilai-nilai pasar Nilai-nilai sosial dan ekonomi Mempunyai subsidi berdasarkan kemampuan dan mereka yang tidak membayar sama sekali Campuran antara sumbangan dana kemanusiaan dan modal yang dinilai berdasarkan pasar Di bayar di bawah nilai pasar, atau campuran antara sukarela dengan yang dibayar penuh Ada potongan khusus, atau campuran antara sumbangan dengan pasokan yang fullprice. Murni Komersial Terkesan untuk maksud sendiri Dipandu oleh nilai pasar Nilai-nilai ekonomi Membayar tarif berdasarkan nilai pasar Modal yang berdasarkan nilai pasar Kompensasi berdasar nilai pasar Pasokan bahan dibayar berdasarkan nilai pasar

62 Sebagai lembaga campuran: Mempunyai kesempatan bagus untuk melakukan strategi pembiayaan khususnya bagi masyarakat miskin

63 Indikator RS Status Keuangan RS dan Menjalankan misi Memuaskan Pasien yang membeli Memuaskan Pemberi Subsidi Memuaskan Pemberi Donor Kemanusiaan Proses Pelayanan Yang bermutu Sumber Daya Manusia

64 Mengapa ada kesempatan besar untuk melayani masyarakat miskin dengan lebih baik? Sifat RS keagamaan sebagai lembaga yang tidak murni komersial Adanya Jamkesmas dan Jamkesda Adanya gerakan masyarakat untuk menolong sesama Akan didukung oleh pemerintah dengan memberikan insentif pajak

65 Terobosan untuk pembiayaan bagi kelompok miskin: Kombinasi sumber dana Pemerintah dan Swasta

66 Pola hubungan Pelaksana Pemerintah Private Budget Sources Pemerintah 1 2 Private 3 4

67 Pola hubungan Pelaksana Pemerintah Private Budget Sources Pemerintah 1 Dana Jamkesmas + Private 3 Dana Kemanusiaan

68 Isu-isu Kunci: A. Sistem manajemen harus tegas sebagai lembaga non-profit dan menggunakan costleadership B. Aspek Perpajakan C. Corporate Social Responsibility

69 A Sistem manajemen harus tegas sebagai lembaga non-profit dan menggunakan strategi cost-leadership Sifa non-profit ini harus dihayati oleh seluruh SDM RS, termasuk pemilik dan dokter

70 Cost Leader- Ship Strategy Subsidi dan dana-dana kemanusiaan Pendapatan dari pasien yang membeli Pengembangan Jaringan RS Kristen termasuk public relation bersama

71 Catatan penting tentang strategi: Strategi Cost-Leadership: berupaya semaksimal mungkin mengungguli pesaing melalui: 1. Pemberian jasa pelayanan yang lebih murah dari rumah sakit lain. 2. Mutunya sama atau lebih baik. Strategi ini penting untuk menarik pemberi donor kemanusiaan dan pemberi subsidi.

72 Catatan: Walaupun untuk masyarakat miskin, tetap RS Keagamaan mempunyai market masyarakat menengah atas Harus hati-hati, termasuk perencanaan arsitekturnya Strategi bagi masyarakat menengah atas adalah diferensiasi Diferensiansi: Memberikan nilai sesuai dengan harapan pengguna yang mungkin mau membayarnya

73 B. Aspek Perpajakan Mendapat Insentif Pajak Sedang diusahakan Proses masih sulit dan Panjang Menyangkut misi sosial RS : Butuh PP untuk definisi misi sosial Perlu untuk merubah berbagai pasal di dalam UU Pajak Mendapat hibah dari pihak lain UU Pajak belum memberi insentif bagi penyumbang untuk memberikan ke RS Perlu perubahan

74 C. Corporate Social Responsibility Saat ini ada aturan pemerintah yang mewajibkan CSR Rumahsakit belum memanfaatkan dengan baik Ada masalah pencitraan RS dianggap sudah kaya

75 Pencitraan RS Keagamaan: sebuah perenungan Rumahsakit dianggap masyarakat tidak perlu disumbang Rumahsakit dianggap sudah kaya (terpengaruh oleh citra dokter) Rumahsakit justru dimintai sumbangan Rumahsakit menjadi andalan pemilik untuk mendapat dana. Apakah hal tersebut benar untuk RS anda?

76 Latihan Peserta melakukan analisis mengenai pandangan terhadap dana kemanusiaan. Dalam latihan ini akan dilihat bagaimana pandangan dukungan stakeholders terhadap dana kemanusiaan.

77 Modul 3. Donor dan tipologinya Tujuan Instruksional: Peserta mampu melakukan pemetaan penggalangan dana dan tempatnya dalam Rencana Bisnis RS Peserta mampu melakukan identifikasi pemberi dana dalam konsep pemasaran.

78 Business Plan Komponen Business Plan RS: a) Misi dan Visi b) Analisis Lingkungan c) Analsis SWOT d) Alternatif Stratejik e) Program Klinik dan Non Klinik f) Rencana Keuangan

79 Misi dan Visi Upaya penggalian dana harus sejalan dengan misi organisasi dan visinya. Misi organisasi menjadi dasar untuk menetapkan goal penggalian dana kemanusiaan, yang akan mengarah ke: identifikasi kegiatan atau program yang akan didanai; dan identifikasi berapa banyak dana yang perlu dikumpulkan

80 Analisis Lingkungan & Analisis SWOT Setiap lembaga penggalang dana memiliki kekuatan tangible dan intangible masingmasing dalam hal menggalang dana kemanusiaan. Aset-aset yang dimiliki perlu diidentifikasi sebagai kekuatan dan merupakan bagian dari keseluruhan rencana penggalangan dana.

81 Langkah-langkahnya: 1. Identifikasi kekuatan yang merupakan aset anda a. Identifikasi aset yang terlihat maupun tidak terlihat (misalnya komitmen staf) dan gunakan utk menarik donor b. Sesuaikan tipe aset yg dimiliki dengan jenis kegiatan penggalangan dana yg dilakukan 2. Hadapi & terima kenyataan ttg kelemahan lembaga anda, misalnya anggota board yg kontroversial, banyak anggota/volunteer tapi pendidikan rendah, dll. 3. Buat list aset

82 Misi lembaga Program lembaga Contoh Fundrising Worksheet: Kekuatan untuk melakukan fundraising Tipe aset Deskripsi aset Kemungkinan pemanfaatan aset Reputasi atau sejarah lembaga khususnya terkait dengan kegiatan kemanusiaan Akses lembaga ke kelompok penyumbang potensial Fasilitas fisik atau sumber daya yg dapat diakses oleh board, staff atau relawan

83 Direktur eksekutif Contoh Fundrising Worksheet: Kekuatan untuk melakukan fundraising (lanjutan) Tipe aset Deskripsi aset Kemungkinan pemanfaatan aset Direktur pengembangan Asisten pengembangan Staf pengembangan lainnya Anggota board Komite fundraising board Relawan aktif Relawan program secara umum Koneksi lembaga lainnya

84 Strategi dan Program Setelah memahami kekuatan dan kelemahan organisasi, dan mengetahui perkiraan kebutuhan dana, saatnya memikirkan cara bagaimana mengumpulkan dana tersebut Drafting rencana Gunakan worksheet sebelumnya utk menyusun worksheet rencana, lakukan bersama dengan staf, volunteer, board member, etc (group) Menyusun strategi bersama grup yang lebih besar Draft awal disajikan dihadapan board dan staf pada rapat terpisah. Jika ada relawan eksternal kunci, undang juga pada rapat terpisah.

85 Rencana Keuangan Kaitkan rencana (program) yang telah dibuat dengan kondisi keuangan: Identifikasi berapa kebutuhan biaya untuk melakukan program penggalangan dana Targetkan berapa dana yang akan dikumpulkan dari setiap program tersebut

86 Contoh Fundraising Worksheet : Rencana Tahunan Penggalian Dana Aktivitas atau sumber daya Proposal penggalian dana Jumlah yang harus dikumpulkan Pengeluaran baru atau yg tidak biasa Rp 100 juta Rp 10 juta Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jumlah total (kolom 2 kurang kolom 3) Jumlah total Rp Kolom 1: kegiatan yg akan dilakukan Kolom 2: jumlah dana yang ditargetkan terkumpul dari kegiatan tsb Kolom 3: pengeluaran tambahan yg mungkin terjadi diluar biaya rutin Jumlah total: perkiraan total dana terkumpul dalam setahun

87 Identifikasi pemberi dana dalam konsep pemasaran. Apa saja kegiatan RS yang dapat ditawarkan ke donor? Mengapa kita menggunakan konsep pemasaran? Siapa saja yang potensial menjadi donor?

88 Kegiatan yang dapat didanai donor Kegiatan Investasi: Pembangunan/renovasi Gedung Pembangunan/renovasi prasarana Pembelian alat medik Pembelian fasilitas RS Pendidikan dan Pelatihan SDM......

89 Kegiatan Operasional: Mendanai kekurangan Jamkesmas Mendanai kebutuhan pasien miskin Pembayaran Listrik Pembayaran air Pemeliharaan taman......

90 Mengapa Kita menggunakan konsep pemasaran untuk mengembangkan donor kemanusiaan?

91 Organisasi keagamaan mengumpulkan dana melalui 3 kemungkinan tahap pemikiran: 1. Tahap produk, sikap yang ditunjukkan dalam tahap ini adalah "kita mempunyai hal yang bagus, orang-orang harus mendukung". Mentalitas pengemis 91

92 2. Tahap penjualan. Sikap yang ditunjukkan "Ada banyak orang disana yang mungkin mau memberi uang dan kita harus mendapatkan mereka". Mentalitas Pedagang asongan 92

93 3. Tahap pemasaran. Sikap yang ditunjukkan : "Kita harus menganalisa posisi RS kita dalam pasar donor. Kita harus berkonsentrasi pada sumber dana yang minatnya sama dengan kita. Program permohonan dana harus dirancang untuk memuaskan atau memenuhi kebutuhan tiap kelompok donor". Mentalitas: pemasar 93

94 Analisis Pasar Donor Ada empat pasar donor yang utama, yaitu : individual atau perseorangan yayasan perusahaan dan pemerintah 94

95 Penyumbang Perseorangan Motif Memberi Perseorangan 1. Kebutuhan akan harga diri. 2. Kebutuhan untuk dikenang atau diingat orang lain. 3. Ketakutan akan kejangkitan penyakit. 4. Kebiasaan memberi. 5. Nuisana Giver. 6. Harus memberi. 7. Orang-orang ini ikut merasa sedih atas orang yang telah kejangkitan penyakit. 8. Dari orang untuk orang (People to people givers) 9. Pemerhati masalah kemanusiaan 95

96 2 kelompok Individu penyumbang: Jumlah banyak, menyumbang Rp yang kecil dengan frekuensi sering. (tipe para jamaah masjid atau gereja). Jumlah orangnya sedikit, namun menyumbang banyak Rp (tipe orang-orang kaya) 96

97 Adakah potensi ini? Siapa mereka?. 97

98 Biasanya para pencari dana menggunakan 5 langkah pendekatan : Identifikasi, pengenalan, pengusahaan ( Multivation ), Pengumpulan ( Solicitation ) dan penghargaan ( Appreciation ). 98

99 Penyumbang di gereja Identifikasi, Pengenalan manfaat Untuk Gereja pengusahaan ( Multivation ), Para pendeta dan pemuka agama mendorong. Pengumpulan ( Solicitation ) di Gereja tiap Minggu penghargaan ( Appreciation ) setiap Minggu berikutnya. Untuk masyarakat miskin yang sakit 99

100 Orang kaya yang menyumbang Identifikasi: Siapa mereka. Pengenalan: apa yang diinginkan mereka. Menyumbang investasi atau operasional pengusahaan ( Multivation ): Bagaimana mendekati mereka Pengumpulan ( Solicitation ): Bagaimana mengumpulkannya? dan Penghargaan ( Appreciation ): Bagaimana menghargai mereka?

101 Sumbangan Yayasan 1. Yayasan Keluarga, dibentuk oleh orang-orang kaya, untuk mendukung sejumlah aktivitas yang disukai pendiri yayasan. Adakah potensi ini? Di dalam atau di luar negeri? 101

102 2. Yayasan Umum. Dibentuk untuk mendukung berbagai aktivitas keagamaan dan biasanya yayasan ini dikelola oleh staff profesional. Adakah potensi ini? Di dalam atau di luar negeri? Apakah ada Yayasan Kristen di Indonesia atau di LN? 102

103 3. Yayasan Perusahaan. Dibentuk oleh berbagai perusahaan dan biasanya menyumbang sampai sejumlah 5% dari pendapatan perusahaan yang terkena pajak. Adakah yayasan ini?

104 4. Community Trust, terbentuk di kota-kota atau daerah dan terdiri dari yayasan-yayasan kecil yang dananya dikumpulkan untuk mendapat pengaruh lebih besar. 104

105 Yayasan biasanya membutuhkan Proposal 105

106 Tiap proposal bantuan harus mencakup minimal beberapa elemen berikut : 1. Cover letter 2. Proposal 3. Budget 4. Personal 106

107 Beberapa kriteria pemberian yang digunakan yayasan antara lain: 1. Kepentingan dan kualitas proyek yang diajukan 2. Reputasi RS yang mengajukan proposal 3. Kemampuan RS menggunakan dana secara efektif dan efisien 4. Tingkat manfaat yang diperoleh yayasan dari kegiatan 107

108 Sumbangan Perusahaan Pertama, perusahaan menganggap sumbangan sebagai aktivitas kecil Kedua, perusahaan biasanya lebih memperhatikan manfaat yang akan mereka dapat dari memberi sumbangan Hanya sedikit perusahaan yang bersikap dermawan dan membantu orang yang membutuhkan uang, seakan-akan perusahaan adalah seorang paman yang berkedudukan tinggi yang harus memberi keuntungan pada keluarganya tanpa ada imbalan apapun. 108

109 Sebagian besar perusahaan memberi uang karena hak itu memuaskan minat atau dampak memuaskan minat atau kepentingan mereka sendiri. 109

110 Ciri beberapa perusahaan yang dapat menjadi penyumbang dana yang efektif 1. Perusahaan setempat. 2. Aktivitas yang sama. 3. Mengumumkan sumbangannya 4. Ada Hubungan atau kontak personal Dapat dipicu oleh kebijakan pajak dan Corporate Social Responsibility. 110

111 Dana Pemda Pemerintah Sumber dana lain yang dapat dimintai bantuan dana adalah kantor-kantor pemerintah. Dana Bagian Sosial 111

112 Catatan: Sebagai kegiatan pemasaran maka perlu dana untuk menjalankannya Pengeluaran dana perlu dilihat efektifitasnya

113 Evaluasi Efektifitas Pencarian Dana Pengeluaran SDM yang mengusahakan sumbangan Keperluan administrasi Biaya lain-lain Rasio Pengeluaran/Sumbangan: Sebaiknya tidak lebih dari 20% Penerimaan Komposisi sumbangan: dari mereka yang banyak orang menyumbang sedikit2, dan sedikit pihak yang menyumbangkan banyak. Jumlah donor: Jumlah Rata-rata Sumbangan: 113

114 Catatan Penutup (1): Apa manfaat lain dari usaha ini? Untuk melengkapi kebutuhan apabila Jamkesmas tidak mencukupi Untuk meningkatkan citra bahwa rumahsakit masih membutuhkan sumbangan. Minimal mengurangi permintaan sumbangan Untuk meyajinkan Mahkamah Konstitusi agar UU pajak perlu di amandemen

115 Catatan Penutup (2): Apa peran Pelkesi Pusat? Dalam hal manajemen dana kemanusiaan perlu didiskusikan fungsi Pelkesi Pusat: Dapat berfungsi sebagai pusat manajemen penggalian dana secara nasional dan internasional Apakah usaha untuk mendapatkan penyumbang dikelola oleh Pelkesi Apakah Pelkesi mendistribusikan ke berbagai RS yang membutuhkan

116 Catatan Penutup (3): Bagaimana memobilisasi Penyumbang? Tipe jemaah gereja: Jumlah Rp yang disumbang kecil, namun jumlah penyumbang banyak Tipe konglomerat: Jumlah Rp yang disumbang banyak, namun jumlah penyumbang kecil Membutuhkan dukungan tokoh-tokoh nasional dan internasional Kristen, pendeta, dan kesadaran masyarakat Kristen. Membutuhkan perubahan cara pandang terhadap RS

117 Latihan Peserta melakukan identifikasi donor berdasarkan tipe dan sifatnya. Kegiatankegiatan apa yang dapat dilakukan donor? Apakah kegiatan investasi ataukah operasional?

118 Diskusi lebih lanjut: Peserta melakukan diskusi untuk yang disebut sebagai donor lokal, donor nasional, dan donor internasional. Bagaimana cara melakukan pembagian wilayah agar tidak terjadi tumpang tindih. Perlu ada diskusi antara tingkat Pelkesi pusat dan wilayah..

Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia: Mengapa RS Non-Profit membutuhkan dana kemanusiaan

Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia: Mengapa RS Non-Profit membutuhkan dana kemanusiaan Perkembangan mutakhir sektor rumahsakit di Indonesia: Mengapa RS Non-Profit membutuhkan dana kemanusiaan Laksono Trisnantoro Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Tujuan Instruksional: 1. Memahami

Lebih terperinci

Plan of Action: Menggalang Dana Kemanusiaan. Laksono Trisnantoro

Plan of Action: Menggalang Dana Kemanusiaan. Laksono Trisnantoro Plan of Action: Menggalang Dana Kemanusiaan Laksono Trisnantoro Kegiatan Hari ini Pembukaan: 08.30 09.00 - Konsep Dasar - Mengapa kita menggunakan konsep pemasaran? Latihan 1. Identifikasi kebutuhan RS

Lebih terperinci

Perkembangan RS. Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia

Perkembangan RS. Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia Perkembangan RS Sektor RS dan Ideologinya di Indonesia 1 Apa arti ideologi? 1. The body of ideas reflecting the social needs and aspirations of an individual, group, class, or culture. 2. A set of doctrines

Lebih terperinci

Diskusi Kebijakan Publik untuk RS swasta di Indonesia: Kontroversi UU RS

Diskusi Kebijakan Publik untuk RS swasta di Indonesia: Kontroversi UU RS Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK) Fakultas Kedokteran UGM Diskusi Kebijakan Publik untuk RS swasta di Indonesia: Kontroversi UU RS Kamis, 10 Desember 2009 pkl. 18.00 21.00 WIB Hotel Parklane,

Lebih terperinci

Outlook Dalam konteks ideologi pemerintah

Outlook Dalam konteks ideologi pemerintah Reformasi Pelayanan Kesehatan di Indonesia Outlook 2011 2015 Dalam konteks ideologi pemerintah Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Isi Pengantar 1. Konsep Reformasi sektor Kesehatan 2. Perkembangan

Lebih terperinci

PMPK Fakultas Kedokteran UGM menyelenggarakan seri pertemuan hasil penelitian tentang. Perkembangan RS Swasta Non- Profit dan tantangan masa depannya

PMPK Fakultas Kedokteran UGM menyelenggarakan seri pertemuan hasil penelitian tentang. Perkembangan RS Swasta Non- Profit dan tantangan masa depannya PMPK Fakultas Kedokteran UGM menyelenggarakan seri pertemuan hasil penelitian tentang Perkembangan RS Swasta Non- Profit dan tantangan masa depannya 3 Kegiatan Seminar 1 (1 hari): Kriteria Pelayanan sosial

Lebih terperinci

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit

Modul. Blok II 1. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM. Prinsip Ekonomi Manajerial dan Penerapannya Dalam Manajemen Rumah Sakit 1 Modul Minat Utama Manajemen Rumahsakit Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran UGM Gedung IKM Lt. 2 Jln Farmako, Sekip Utara, Jogjakarta 55281 Telp. (0274) 581679, 551408 Fax. (0274)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... PRAKATA...

DAFTAR ISI... PRAKATA... DAFTAR ISI PRAKATA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... v xvii xxii DAFTAR GAMBAR... xxiv BAGIAN I PERKEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN RUMAH SA- KIT DAN REFORMASI PELAYANAN KESEHATAN... 1 Pengantar... 1 Bab I Sistem

Lebih terperinci

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT Koordinator: Laksono Trisnantoro Review Block 1: Analisis perubahan lingkungan usaha rumah sakit dan sense making di organisasi PENGANTAR

Lebih terperinci

Tarif Pelayanan Kesehatan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Tarif Pelayanan Kesehatan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tarif Pelayanan Kesehatan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep tarif pelayanan kesehatan Tujuan penetapan tarif Faktor yang mempengaruhi tarif pelayanan kesehatan Upaya

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN: Apa dan Bagaimana? Ni Luh Putu Eka

BUSINESS PLAN: Apa dan Bagaimana? Ni Luh Putu Eka BUSINESS PLAN: Apa dan Bagaimana? Ni Luh Putu Eka (triandyn@yahoo.com) Pengenalan business plan: Bagian 1: Pengantar Bagian 2: Konsep-konsep yang Perlu Dipahami dalam Menyusun Business Plan Bagian 3: Rencana

Lebih terperinci

Perencanaan Strategis dan Perubahan Budaya Organisasi

Perencanaan Strategis dan Perubahan Budaya Organisasi Perencanaan Strategis dan Perubahan Budaya Organisasi Isi: Pelajaran dari RS yang melakukan Perubahan Perubahan Budaya di RS Tabanan Dimana peran Perencanaan Strategis pada perubahan? Pelajaran dari berbagai

Lebih terperinci

Skenario RS menghadapi era

Skenario RS menghadapi era Skenario RS menghadapi era BPJS: dalam konteks spesialis dan kebijakan industri Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK UGM Ob servasi 15 tahun terakhir: Masyarakat miskin yang dulu

Lebih terperinci

Professional Development

Professional Development Professional Development untuk Peningkatan Mutu Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK- UGM/Magister Manajemen Rumahsakit/Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan UGM 1

Lebih terperinci

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro

BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT. Koordinator: Laksono Trisnantoro BLOCK 4 CORPORATE-CLINICAL GOVERNANCE AND BUSINESS ENVIRONMENT Koordinator: Laksono Trisnantoro Review Block 1: Analisis perubahan lingkungan usaha rumah sakit dan sense making di organisasi PENGANTAR

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH MARIA YOSEFINA SARINA BIMA 10.001.068 Semester/Kelas : III/C AKADEMI PEREKAM MEDIS DAN INFORMATIKA KESEHATAN YAYASAN BINA ADMINISTRASI BANDUNG

Lebih terperinci

Respon terhadap kebutuhan lingkungan, Struktur Lembaga Penelitian, dan cara mendapatkan Client. Laksono Trisnantoro

Respon terhadap kebutuhan lingkungan, Struktur Lembaga Penelitian, dan cara mendapatkan Client. Laksono Trisnantoro Respon terhadap kebutuhan lingkungan, Struktur Lembaga Penelitian, dan cara mendapatkan Client Laksono Trisnantoro Kebutuhan dari Lingkungan Riset, konsultasi, dan pelatihan dalam: Manajemen dan Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

Harapan dan Kekhawatiran RS Publik swasta. Daniel Budi Wibowo. Kongres XII PERSI Jakarta, 7 November 2012

Harapan dan Kekhawatiran RS Publik swasta. Daniel Budi Wibowo. Kongres XII PERSI Jakarta, 7 November 2012 Harapan dan Kekhawatiran RS Publik swasta terhadap UU SJSN / BPJS Daniel Budi Wibowo Kongres XII PERSI Jakarta, 7 November 2012 Rumah Sakit NOT FOR PROFIT Yang dimaksud dengan rumah sakit not for profit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. sosial, ekonomi, politik, kesehatan, dan lingkungan makin banyak. Kemajuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motivasi utama setiap perusahaan atau industri atau bisnis adalah meningkatkan keuntungan. Logika ekonomi neoklasik adalah bahwa dengan meningkatnya keuntungan dan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko

BAB I PENDAHULUAN. strategi untuk tetap survive dan tetap memenangkan persaingan. Mengelola kinerja dengan mempertimbangkan faktor strategi dan risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua perusahaan memiliki strategi dalam perencanaannya dan implementasi dari strategi tersebut memiliki beragam alat ukur dalam mengevaluasinya sehingga apakah sudah

Lebih terperinci

ASPEK STRATEGIS MANAJEMEN RUMAH SAKIT

ASPEK STRATEGIS MANAJEMEN RUMAH SAKIT Pengantar R umah sakit merupakan sebuah lembaga yang melakukan kegiatan tidak di ruang hampa. Dalam sejarah perkembangan rumah sakit terdapat interaksi antara lingkungan dengan keadaan dalam rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional sebagai rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI

KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI 146 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi BAB X KONSEP PENETAPAN TARIF DAN INVESTASI 10.1 Konsep Penetapan Tarif dalam Manajemen Rumah Sakit Tarif adalah nilai suatu jasa pelayanan yang ditetapkan dengan ukuran

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini.

BAB I PENDAHULUAN. disahkan 20 Juli 2007 menandai babak baru pengaturan CSR di negeri ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikemukakan H. R. Bowen (1953), muncul sebagai akibat karakter perusahaan yang

Lebih terperinci

viii Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi

viii Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi PRAKATA Aplikasi ekonomi dalam manajemen rumah sakit merupakan suatu topik menarik untuk dibahas. Buku ini bertujuan membahas berbagai aspek aplikasi ekonomi, khususnya ekonomi mikro dalam manajemen rumah

Lebih terperinci

Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising. Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010

Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising. Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010 Pengalaman Perdhaki dalam Fund-Raising Yogyakarta, 6 7 Agustus 2010 Pendahuluan Perdhaki : Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia Berdiri : 24 Juli 1972 Kantor Pusat : Jl. Kramat VI no 7 Jakarta Pusat

Lebih terperinci

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK Disampaikan oleh : Drs. H. S. Eko Prijono, MM pada Seminar 1 hari Kriteria Pelayanan sosial RS dan Konsesi Pajak untuk RS non-profit

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Teknologi telah menjadi unsur yang terdapat dalam kehidupan manusia, bahkan hampir di semua aspek kehidupan. Hampir semua

Lebih terperinci

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007

Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007 Kesimpulan Umum Hasil Self Assessment Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara Tahun 2007 a. Pengungkapan Pelaksanaan Good Corporate Governance 1. Pelaksanaan tugas

Lebih terperinci

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada

BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK. hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi tergantung pada 11 BAB II KINERJA SEKTOR PUBLIK 2.1. SEKTOR PUBLIK 2.1.1. Organisasi Sektor Publik Setiap organisasi pasti mempunyai tujuan spesifik dan unik yang hendak dicapai. Tujuan tiap-tiap organisasi sangat bervariasi

Lebih terperinci

viii Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi

viii Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi PRAKATA Aplikasi ekonomi dalam manajemen rumah sakit merupakan suatu topik menarik untuk dibahas. Buku ini bertujuan membahas berbagai aspek aplikasi ekonomi, khususnya ekonomi mikro dalam manajemen rumah

Lebih terperinci

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit

Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit Contoh topik penelitian manajemen rumahsakit Adi Utarini Penelitian di bidang manajemen rumah sakit merupakan penelitian terapan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan manajemen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang telah terjadi pada tahun 1998 yang lalu telah berdampak pada berbagai aktivitas kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Krisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

Perubahan Lingkungan Usaha RS: Skenario Sistem Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Good Governance, Corporate Governance dan Clinical Governance

Perubahan Lingkungan Usaha RS: Skenario Sistem Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Good Governance, Corporate Governance dan Clinical Governance Block 4 Sesi1 Perubahan Lingkungan Usaha RS: Skenario Sistem Pelayanan Kesehatan dalam Konteks Good Governance, Corporate Governance dan Clinical Governance Tujuan Memahami perkembangan Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TANGGAL : 22 Mei 2009 CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH Bentuk /model kerja sama daerah dapat dilaksanakan sebagai berikut : A. Bentuk/Model

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

Sesi 5 Memahami Renstra dan Business Plan untuk Lembaga Penelitian. Fasilitator: Laksono Trisnantoro Putu Eka Andayani Yos Hendra

Sesi 5 Memahami Renstra dan Business Plan untuk Lembaga Penelitian. Fasilitator: Laksono Trisnantoro Putu Eka Andayani Yos Hendra Sesi 5 Memahami Renstra dan Business Plan untuk Lembaga Penelitian. Fasilitator: Laksono Trisnantoro Putu Eka Andayani Yos Hendra Deskripsi Sesi Unit Penelitian merupakan sebuah kegiatan serius yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perusahaan-perusahaan di Indonesia, idealnya disertai dengan peningkatan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada millennium keempat ini Indonesia memasuki era baru dalam sistem pemerintahannya. Otonomi Daerah, sebagai salah satu pilihan yang bermula pada awal 2001 bertepatan

Lebih terperinci

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem .BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT. Henni Djuhaeni

MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT. Henni Djuhaeni 1 MANAJEMEN PELAYANAN MEDIK DI RUMAH SAKIT Henni Djuhaeni I. Pendahuluan Pelayanan medik khususnya medik spesialistik merupakan salah satu Ciri dari Rumah Sakit yang membedakan antara Rumah Sakit dengan

Lebih terperinci

SIFAT LEMBAGA RUMAH SAKIT

SIFAT LEMBAGA RUMAH SAKIT BAB 4 SIFAT LEMBAGA RUMAH SAKIT S ifat rumah sakit sebagai suatu lembaga diperlukan untuk menyusun rencana. Proses perencanaan rumah sakit berbentuk PT dengan rumah sakit daerah tentunya berbeda, termasuk

Lebih terperinci

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision)

SKOR Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) ASPEK KAJI BANDING I KEPEMIMPINAN 1.1. Visi dipahami oleh anggota organisasi rumah sakit (sharedvision) 1.2. Misi-misi rumah sakit dioperasionalkan 1.3. Budaya Organisasi diterapkan dalam semua aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset.

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan masalah pengelolaan perusahaan dalam pengawasan aset. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis, perusahaan perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur yang telah berkembang dengan pesat akan selalu berhadapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan menuju bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan bukan merupakan suatu proses yang mudah dilalui. Banyak tantangan dan agenda pembangunan yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT Bagian I 51 BAB IV KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT 4.1 Globalisasi dan Otonomi Rumah Sakit Di Indonesia problem keuangan menyebabkan kemampuan pemerintah pusat untuk membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk mendukung kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi

Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Deskripsi Mata Kuliah Kebijakan dan Manajemen Kesehatan KUI 661 Sesi 1: Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD 1 Deskripsi Matakuliah ini membahas mengenai ilmu kebijakan k dan manajemen yang diterapkan di sektor

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT

PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT PERENCANAAN STRATEGIS UNTUK ORGANISASI NON-PROFIT DR. Johannes Buku : Manajemen Stratejik - bab 11 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti BAB ini diharapkan menjelaskan hal-hal berikut. anda dapat 1.Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada perubahan lingkungan yang menyebabkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia industri. Makin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat yaitu melalui pembangunan yang dilaksanakan secara merata. Pembangunan di Indonesia

Lebih terperinci

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes

SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes SISTEMATIKA BUSINESS PLAN (RENCANA BISNIS) Dr. FX. Suharto, M. Kes Hasil yg diharapkan Setiap Kelompok terdiri dari 5-6 orang Setiap Kelompok membuat 1 (satu) Rencana Bisnis Bidang usaha yang dipilih harus

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan BAB 6 PENUTUP A. Simpulan Kebijakan pengembangan kawasan industri merupakan kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Karawang dalam menciptakan pusat-pusat pertumbuah ekonomi daerah yang menyediakan lahan

Lebih terperinci

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI 0 PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI Dewan Komisaris dan Direksi sebagai organ utama Perseroan dalam melaksanakan tugasnya memiliki peran yang sangat penting,

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan beasiswa bagi pelajar atau pekerja yang berprestasi, disebabkan oleh aktifitas dari kegiatan produksi perusahaan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, perusahaan merupakan lembaga yang paling berpengaruh dan yang paling diharapkan bagi masyarakat luas seperti memberikan lapangan pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA

BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA LAPORAN PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TAHUN 2008 BANK PEMBANGUNAN DAERAH SULAWESI TENGGARA Jl. Mayjend Sutoyo Nomor 95 Kendari Telp. 0401 321526 Fax. 0401 321568 1 a. Pengungkapan Pelaksanaan Good

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang berlimpah, yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari hasil tambang batubara. Keberadaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/2018 LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.05/08 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA - - Penilaian Sendiri (Self Assessment) atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Sejalan dengan fungsi utama yang diinginkan dalam peraturan perpajakan yaitu fungsi anggaran

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan A. Sejarah Perusahaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958

Lebih terperinci

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

konsil lsm indonesia

konsil lsm indonesia Penulis: Lily Pulu, Lusi Herlina, Catherine Nielson Penerbit: konsil lsm indonesia Jl Kerinci XII No 11, Kebayoran Baru Jakarta 12120. Email : sekretariat@konsillsm.or.id http://konsillsm.or.id ISBN :

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN. Ridwan Iskandar, SE

PERENCANAAN PEMASARAN. Ridwan Iskandar, SE PERENCANAAN PEMASARAN Ridwan Iskandar, SE Gagalnya calon pengusaha atau pengusaha di awal usaha mereka adalah akibat tidak mampu merancang perencanaan bisnis (business plan) yang baik. Maka, begitu memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ekonomi, pemerintah merupakan agen, dimana peran pemerintah adalah menghasilkan barang publik. Barang publik harus dihasilkan pemerintah, terutama karena tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perumahsakitan di Indonesia akhir-akhir ini sedang mengalami perkembangan pesat. Fenomena ini berpengaruh terhadap tingkat persaingan antar rumah sakit yang semakin

Lebih terperinci

Analisis Lingkungan Internal RS: Pendekatan Analisis dengan Kerangka Rantai Nilai. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM

Analisis Lingkungan Internal RS: Pendekatan Analisis dengan Kerangka Rantai Nilai. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM Analisis Lingkungan Internal RS: Pendekatan Analisis dengan Kerangka Rantai Nilai Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan FK UGM Tujuan Instruksional Khusus: Memahami tujuan melakukan analisis lingkungan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/07 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN MODAL VENTURA Penilaian Sendiri (Self Assessment) atas Penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat dan masing-masing perusahaan beradu strategi dan inovasi untuk menarik konsumen. Persaingan ketat yang ini

Lebih terperinci

17 BAB 1 PENDAHULUAN

17 BAB 1 PENDAHULUAN 17 BAB 1 PENDAHULUAN 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakikatnya setiap orang maupun organisasi memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya. Pada konteks perusahaan, tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan sekarang ini, perusahaan tidak lagi berhadapan pada tanggung jawab pada aspek keuntungan secara ekonomis saja, yaitu nilai perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk eksistensi

Lebih terperinci

Sambutan Komisaris Utama

Sambutan Komisaris Utama Sambutan Komisaris Utama Bank Danamon mempertahankan posisinya sebagai salah satu bank dengan profitabilitas tertinggi di Indonesia pada tahun 2005. Sim Kee Boon, Komisaris Utama Pemegang Saham yang terhormat,

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS di rumahsakit: dengan pendekatan klinik

PERENCANAAN STRATEGIS di rumahsakit: dengan pendekatan klinik PERENCANAAN STRATEGIS di rumahsakit: dengan pendekatan klinik Disampaikan oleh: Laksono Trisnantoro Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM STRATEGIC THINKING Orientasi eksternal Analisis

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. Sesuai dengan objek penelitian, yaitu website perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk

BAB II DESKRIPSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK. Sesuai dengan objek penelitian, yaitu website perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk BAB II DESKRIPSI PT BANK MANDIRI (PERSERO) TBK Dalam bab II ini berisi paparan tentang deskripsi PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sesuai dengan objek penelitian, yaitu website perusahaan PT Bank Mandiri

Lebih terperinci

Konsep dan Prinsip-Prinsip Analisa Biaya Pelayanan Kesehatan (Sebuah Pendekatan untuk Rumahsakit )

Konsep dan Prinsip-Prinsip Analisa Biaya Pelayanan Kesehatan (Sebuah Pendekatan untuk Rumahsakit ) Konsep dan Prinsip-Prinsip Analisa Biaya Pelayanan Kesehatan (Sebuah Pendekatan untuk Rumahsakit ) Oleh: Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, MM Adaptasi dari Atik Heru (PMPK-UGM) ISI: Latar belakang Permendagri 61/2007

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan

Lebih terperinci

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono

Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT. PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Monitoring Pelaksanaan Kebijakan BOK dan Jampersal Di DIY, Papua dan NTT PMPK UGM dan UNFPA Laksono Trisnantoro Sigit Riyarto Tudiono Pengantar Mengapa melakukan Monitoring Kebijakan Proses Kebijakan Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja. hidup perusahaan. Robin & Coutler (2005) menjelaskan bahwa kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja digunakan perusahaan sebagai alat pantau dari suatu rencana. Perusahaan dapat melakukan pantauan dan evaluasi pada kinerja organisasi untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU) MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh: Putri Mareta Hertika 122310101014 Amanda Putri Anugrah 122310101065 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

Pelayanan Antidiskriminasi

Pelayanan Antidiskriminasi Pelayanan Antidiskriminasi 07 Jan 2015 Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Memperkenalkan Pendekatan Baru Meningkatkan Efisiensi Keadilan dan Kemudahan akses pelayanan bagi kelompok rentan

Lebih terperinci

PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT

PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT 98 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi BAB VII PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT 7.1 Masalah Manajemen dan Ekonomi Perubahan disadari telah terjadi dalam rumah sakit. Fakta di lapangan dan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah melakukan reformasi di bidang Pemerintah Daerah dan Pengelolaan Keuangan pada tahun 1999. Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Penelitian Salah satu isu penting yang masih terus menjadi perhatian dalam dunia usaha hingga saat ini yaitu terkait tentang tanggung jawab sosial perusahaan

Lebih terperinci

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Seiring dengan perkembangan industri perbankan

Lebih terperinci

Deskripsi Good Corporate Governance

Deskripsi Good Corporate Governance Deskripsi Sebagai lembaga usaha yang mempunyai fungsi sosial, sebuah BLU diharapkan mempunyai tata kelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan. Bab ini memhas pola tata kelola dengan menggunakan konsep

Lebih terperinci