Backlog. Keterbukaan Informasi Keuangan dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Perpajakan. Kendala Pemenuhan Rumah dalam Mengurangi. p. 03. p.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Backlog. Keterbukaan Informasi Keuangan dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Perpajakan. Kendala Pemenuhan Rumah dalam Mengurangi. p. 03. p."

Transkripsi

1 Edisi X Vol. II. Juni 2017 Keterbukaan Informasi Keuangan dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Perpajakan p. 03 Kendala Pemenuhan Rumah dalam Mengurangi Backlog p. 09 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI ISSN

2 Dewan Redaksi Penanggung Jawab Dr. Asep Ahmad Saefuloh, S.E., M.Si. Pemimpin Redaksi Rastri Paramita, S.E., M.E. Redaktur Jesly Yuriaty Panjaitan, S.E., M.M. Ratna Christianingrum, S.Si., M.Si. Marihot Nasution, S.E., M.Si Adhi Prasetyo S. W., S.M. Editor Dwi Resti Pratiwi, S.T., MPM. Ade Nurul Aida, S.E. Daftar Isi Update APBN...p.02 Keterbukaan Informasi Perpajakan dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Perpajakan...p.03 Kendala Pemenuhan Rumah dalam Rangka Mengurangi Backlog...p.09 Terbitan ini dapat diunduh di halaman website 2

3 Update APBN Neraca Perdagangan per April 2017 Nilai ekspor Indonesia April 2017 mencapai USD juta atau menurun 10,30 persen dibanding ekspor Maret Sementara dibanding April 2016 meningkat 12,63 persen. Ekspor non-migas April 2017 mencapai USD juta, turun 7,43 persen dibanding Maret 2017, sedangkan dibanding ekspor April 2016 naik 12,89 persen. Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari April 2017 mencapai USD juta atau meningkat 18 persen dibanding periode yang sama tahun 2016, sedangkan impor meningkat 13 persen dari USD juta pada periode Januari-April 2016 menjadi USD juta pada periode Januari- April Realisasi Ekspor-Impor per Januari - April 2017 (dalam juta USD) Sumber : Badan Pusat Statistik 1

4 Keterbukaan Informasi Keuangan dalam Rangka Meningkatkan Penerimaan Perpajakan oleh Dewi Restu Mangeswuri * ) Pada laporan survei OECD tahun 2016 dinyatakan bahwa penerimaan perpajakan Indonesia masih rendah. Pada tahun 2015, tax ratio hanya mencapai 10,7 persen, turun dibandingkan tahun 2012 yaitu sebesar 11,4 persen. Tingginya praktik penghindaran pajak dan rendahnya keinginan untuk membayar pajak perlu diperbaiki dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak. Tingkat penerimaan pajak merupakan hal krusial bagi pemerintah agar dapat memainkan peran lebih besar dalam berbagai hal terkait jaring pengaman sosial, pembangunan infrastruktur, dan memperbaiki daya saing warga. Data Kementerian Keuangan pada tahun 2016 menyebutkan bahwa 30,04 juta Wajib Pajak (WP) yang telah terdaftar, dan dari jumlah tersebut hanya 11,44 juta WP yang melaporkan Surat Pemeritahuan (SPT) Tahunan, dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah hanya 1,17 juta WP yang benar-benar bayar 1. Oleh sebab itu, perlunya otoritas pajak untuk memperkuat administrasi perpajakan dan memperbaiki pengumpulan pajak. Kerjasama internasional dilakukan *) Peneliti Muda Ekonomi Terapan, pada Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI. mangeswuri@yahoo.com 1) Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak, diakses pada tanggal 28 Mei ) Global Forum on Transparency and Exchange of Information on Tax Purposes, automaticexchangeofinformation.htm, diakses tanggal 19 Mei dalam bidang pertukaran informasi untuk tujuan perpajakan merupakan salah satu inisiatif global yang tidak lain adalah dalam rangka mengatasi krisis ekonomi dunia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pencegahan kegiatan yang terkait dengan penghindaran dan penggelapan pajak. Sejak adanya isu Panama Papers, pada kesempatan pertemuan the World Bank Spring Meeting di Washington pertengahan bulan April 2016, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dari negara-negara anggota G20, termasuk Indonesia, menyampaikan pentingnya memperkuat kerjasama internasional yaitu pertukaran informasi untuk tujuan perpajakan, dengan memberikan penekanan pada upaya pemberian sanksi bagi yurisdiksi-yurisdiksi yang dianggap tidak kooperatif, atau biasa dikenal dengan sebutan non-cooperative jurisdictions 2. Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan AEOI pada September 2018, dan harus memenuhi komitmen keikutsertaan tersebut karena akan membawa dampak luas bagi sektor finansial dan industri di tanah air. Pemerintah memandang harus segera diterbitkan peraturan perundang-undangan

5 setingkat undang-undang mengenai akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan sebelum tanggal 30 Juni Berangkat dari hal itu, maka pada tanggal 8 Mei 2017, Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan. Sejarah AEOI (Automatic Exchange of Information) AEOI atau pertukaran informasi secara otomatis untuk kepentingan perpajakan mulai mengemuka pada tahun 2010 ketika Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan kebijakan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA). FATCA mewajibkan Foreign Financial Institution (FFI), yaitu lembaga keuangan yang berada di luar AS, untuk melakukan pelaporan kepada pemerintah AS atau entitas lain dimana penduduk AS memegang kepemilikan yang cukup signifikan (substantial ownership interest). Yurisdiksi yang Menyatakan Kesiapan Penerapan di Tahun 2017 Anguilla, Argentina, Belgia, Bermuda, Kepulauan Virgin Inggris, Bulgaria, Kepulauan Cayman, Kolombia, Kroasia, Siprus, Republik Cheska, Denmark, Estonia, Kepulauan Faroe, Finlandia, Prancis, Jerman, Gibraltar, Yunani, Greenland, Guernsey, Hungaria, Islandia, India, Irlandia, Isle of Man, Italia, Jersey, Korea, Latvia, Liechtenstein, Lituania, Luksemburg, Malta, Meksiko, Montserrat, Belanda, Norwegia, Polandia, Portugal, Rumania, San Marino, Seychelles, Slowakia, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Kepulauan Turks dan Caicos, serta Inggris. Sumber: OECD, Era keterbukaan informasi yang dipioniri oleh AS dalam bentuk kebijakan FATCA di atas kemudian direspon oleh negara-negara lain untuk melakukan hal yang serupa. Pada tahun 2013, Menteri Keuangan serta Gubernur Bank Sentral dari neara-negara anggota G20 dan OECD melakukan pertemuan guna memberikan dukungan atas pertukaran informasi secara otomatis sebagai suatu standar pertukaran informasi global untuk tujuan perpajakan. Lebih lanjut, pada tahun 2014 negara anggota G20 dan OECD menyetujui untuk memformulasi kebijakan semacam FATCA melalui Common Reporting Standard (CRS) untuk menjadi dasar dalam pertukaran informasi secara global. Publikasi OECD per tanggal 5 Mei 2017 memberikan informasi bahwa sebanyak 100 yurisdiksi telah memberikan komitmen untuk melaksanakan AEOI melalui penerapan CRS. Berikut jadwal penerapan standar baru tersebut 3. Tabel 1. Yurisdiksi yang Berkomitmen Melaksanakan AEOI Yurisdiksi yang Menyatakan Kesiapan Penerapan di Tahun 2018 Andorra, Antigua dan Barbuda, Aruba, Australia, Austria, Bahama, Bahrain, Barbados, Belize, Brasil, Brunei Darussalam, Kanada, Cile, Cina, Kepulauan Cook, Kosta Rika, Curaçao, Dominika, Ghana, Grenada, Hong Kong (Cina), Indonesia, Israel, Jepang, Kuwait, Lebanon, Kepulauan Marshall, Macao (Cina), Malaysia, Mauritius, Monaco, Nauru, Selandia Baru, Niue, Panama, Qatar, Rusia, Saint Kitts dan Nevis, Samoa, Saint Lucia, Saint Vincent dan Grenadines, Arab Saudi, Singapura, Sint Maarten, Swiss, Trinidad dan Tobago, Turki, Uni Emirat Arab, Uruguay, Vanuatu 3) Status 100 Negara yang Berkomitmen Penerapan AEOI, diakses pada tanggal 19 Mei 2017.

6 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2017 Akses yang lebih mudah terhadap data keuangan pribadi telah dilakukan Pemerintah Indonesia setelah menandatangani FATCA pada September 2016 dan memulai pertukaran informasi secara bertahap dengan Pemerintah AS, sekaligus sebagai persiapan penerapan Automatic Exchange of Information (AEOI) yang akan berlaku September Akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan, meliputi akses untuk menerima dan memperoleh informasi keuangan dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dan pelaksanaan perjanjian internasional di bidang perpajakan. Direktur Jenderal Pajak (DJP) berwenang mendapatkan akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan dari lembaga jasa keuangan yang melaksanakan kegiatan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain yang dikategorikan sebagai lembaga keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan. Lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain sebagaimana dimaksud, tegas 3) Perppu No.1/ 2017, diakses tanggal 18 Mei Perppu ini, wajib menyampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak: 4 1. laporan yang berisi informasi keuangan sesuai standar pertukaran informasi keuangan berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan untuk setiap rekening keuangan yang diidentifikasikan sebagai rekening keuangan yang wajib dilaporkan; dan 2. laporan yang berisi informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan, yang dikelola oleh lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain dimaksud selama satu tahun kalender. Laporan yang berisi informasi keuangan sebagaimana dimaksud, paling sedikit memuat: a. identitas pemegang rekening keuangan; b. nomor rekening keuangan; c. identitas lembaga jasa keuangan; d. saldo atau nilai rekening keuangan; dan e. penghasilan yang terkait dengan rekening keuangan, hal ini tertuang pada Pasal 2 ayat (3). Ditegaskan dalam Perppu ini, lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain, tidak diperbolehkan melayani: a. pembukaan rekening keuangan baru bagi nasabah baru; atau b. transaksi baru terkait rekening keuangan bagi nasabah lama, yang menolak untuk mematuhi ketentuan identifikasi rekening keuangan sebagaimana dimaksud. Menurut Perppu ini, selain menerima laporan sebagaimana dimaksud, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk meminta informasi dan/

7 atau bukti atau keterangan dari lembaga jasa keuangan, lembaga jasa keuangan lainnya, dan/atau entitas lain. Informasi keuangan yang tercantum dalam laporan, dan informasi dan/atau bukti atau keterangan sebagaimana dimaksud, lanjut Perppu ini, digunakan sebagai basis data perpajakan Direktorat Jenderal Pajak. Berdasarkan perjanjian internasional di bidang perpajakan, Menteri Keuangan berwenang melaksanakan pertukaran informasi keuangan dan/ atau informasi dan/atau bukti atau keterangan sebagaimana dimaksud dengan otoritas yang berwenang di negara atau yurisdiksi lain, sebagaimana tertuang pada Pasal 5. Sanksi Perppu ini memberikan ancaman sanksi bagi pimpinan dan/ atau pegawai lembaga jasa keuangan, pimpinan dan/atau pegawai lembaga jasa keuangan lainnya, dan pimpinan dan/atau pegawai entitas yang: a. tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud; b. tidak melaksanakan prosedur identifikasi rekening keuangan secara benar; dan/atau c. tidak memberikan informasi dan/atau bukti atau keterangan sebagaimana dimaksud dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). Demikian halnya dengan lembaga jasa keuangan dan lainnya yang tidak menyampaikan laporan dan melaksanakan prosedur secara benar juga diberikan sanksi berupa denda paling banyak Rp ,00 (satu miliar rupiah). Penerapan AEOI di Beberapa Negara 5 a. Inggris Pemerintah Inggris (bersama dengan Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol) dan dengan dukungan dari Komisi Eropa mengambil bagian dalam diskusi bersama dengan pemerintah AS untuk mengeksplorasi pendekatan antar pemerintah terhadap FATCA, yang mendukung untuk memerangi penghindaran pajak, sekaligus mengurangi risiko dan beban pada lembaga keuangan. Sebuah model kesepakatan antar pemerintah (Inter Governmental Agreement) dikembangkan dan diterbitkan pada bulan Juli Inggris dan Amerika Serikat menandatangani IGA - Kesepakatan Inggris-AS untuk Meningkatkan Kepatuhan Pajak Internasional dan Melaksanakan FATCA - pada bulan September IGA mengurangi beberapa beban administrasi untuk mematuhi peraturan AS, dan menyediakan mekanisme bagi institusi keuangan Inggris untuk mematuhi kewajiban mereka tanpa melanggar undangundang perlindungan data. Inggris sendiri berkomitmen untuk menerapkan AEOI pada tahun 2017 ini. b. Eropa Penghindaran pajak lintas batas harus dicegah dengan bantuan standar global baru untuk pertukaran informasi secara otomatis (AEOI). Standar tersebut membuat ketentuan untuk saling tukar informasi mengenai rekening keuangan antara negara-negara yang telah menyetujui AEOI. Selain Swiss, hampir 100 negara bagian, termasuk semua pusat keuangan utama, telah menyatakan keinginan mereka untuk mengadopsi standar tersebut. Sampai saat ini, Swiss telah menyetujui AEOI. Swiss akan mulai mengumpulkan

8 data pada tanggal 1 Januari 2017 dan menukarkannya untuk pertama kalinya pada tahun Majelis Federal menyetujui kembali undangundang tersebut pada bulan Desember c. Singapura Berdasarkan Standar Pelaporan Umum (Common Reporting Standard - CRS), yang telah berlaku sejak 1 Januari 2017, Lembaga Keuangan Singapura (SGFI) - lembaga penyimpanan seperti bank, perusahaan asuransi tertentu, entitas investasi dan lembaga kustodian - sekarang diminta untuk menetapkan Simpulan 6 status kependudukan pajak semua pemegang rekening mereka, dan melapor ke IRAS (Otoritas Penerimaan Singapura). Singapura berkomitmen akan menerapkan AEOI pada tahun Namun, berdasarkan penuturan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Ken Dwijugiasetiadi, negara yang masih enggan berkomitmen dengan perjanjian tersebut adalah Singapura, Singapura tidak mau bertukar informasi dengan negara Indonesia, hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak aset atau harta warga Indonesia yang disimpan di sana. 5 Negara Indonesia yang telah berkomitmen untuk melakukan pertukaran informasi secara otomatis antar negara untuk kepentingan perpajakan mulai diwujudkan pada September Apabila Indonesia gagal dalam mewujudkan komitmen penerapan standar AEOI, maka Indonesia akan dimasukkan dalam daftar negara tidak kooperatif (Non-Cooperative Jurisdictions). Hal tersebut akan mengakibatkan kerugian yang signifikan bagi Indonesia, antara lain menurunnya kredibilitas Indonesia sebagai anggota G20, menurunnya kepercayaan investor, dan berpotensi terganggunya stabilitas ekonomi nasional, serta dapat menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan penempatan dana ilegal. Bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan, sehingga nasabah adalah pihak yang harus dilindungi dengan pemberian jaminan atau proteksi terhadap data keuangannya. Demikian halnya dengan pihak yang menggunakan informasi keuangan ini juga harus dilakukan pengawasan. Mekanisme kewenangan yang diberikan kepada Dirjen Pajak harus jelas dan ada batasan-batasan. Dampak yang mungkin terjadi adalah memudahkan kinerja aparat perpajakan dalam mencapai target fiskal, serta untuk perbankan yaitu lebih menjunjung nilai-nilai disiplin pasar dalam tata kelola perbankan. Selama ini Indonesia terpaku pada aturan kerahasiaan data perbankan, sehingga tidak dapat ditembus oleh aparat perpajakan. Adanya Perppu ini memberikan akses informasi keuangan guna kepentingan perpajakan, tantangannya yaitu memperbaiki infrastruktur database yang otomatis saling terkait. Faktor sumberdaya manusia yang berintegritas dan berkompeten juga harus dipersiapkan, jangan sampai muncul moral hazard. Perppu tentang Akses Informasi Keuangan harus segera dibuatkan produk hukum turunan serta petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis nya. Perppu ini juga harus disosialisasikan secara luas kepada masyarakat, baik oleh regulator maupun oleh para pelaku industri. 5) Singapura Ogah Berbagi Data Keuangan dengan RI,

9 Daftar Pustaka OECD. Global Forum on Transparency and Exchange of Information on Tax Purposes. Diakses dari automaticexchangeofinformation. htm. Tanggal akses 19 Mei Status 100 Negara yang Berkomitmen Penerapan AEOI. Diakses dari tax/transparency/aeoi-commitments. pdf. Tanggal akses 19 Mei 2017 Republik Indonesia Perppu No.1/ Diakses dari www. hukumonline.com/pusatdata. Tanggal akses 18 Mei 2017 Singapura Ogah Berbagi Data Keuangan dengan RI. Diakses dari bisnis/ singapura-ogahberbagi-data-keuangan-dengan-ri. Tanggal akses 28 Mei Refleksi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak. Diakses dari go.id/content/article/refleksi-tingkatkepatuhan-wajib-pajak. Tanggal akses 28 Mei

10 Kendala Pemenuhan Kebutuhan Rumah dalam Mengurangi Backlog Ade Nurul Aida * ) Abstrak Kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan (backlog) kian meningkat. Sementara usaha pemerintah dalam mengurangi backlog dan penyediaan percepatan pembangunan perumahan selama dua tahun terakhir masih belum sesuai dengan target yang diharapkan. Terdapat beberapa kendala yang menjadikan terhambatnya proses percepatan penyedian rumah tersebut, seperti keterbatasan lahan, kurangnya dukungan perizinan/ regulasi, serta dukungan pembiayaan yang belum optimal. Oleh karena itu dibutuhkan sinergitas yang baik antara pemangku kepentingan meliputi pemanfaatan lahan yang menganggur, pembentukan bank tanah, penguatan perizinan maupun regulasi serta dukungan pembiayaan dari perbankan. Backlog yang Terus Meningkat Rumah merupakan kebutuhan dasar dan mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu Pemerintah harus mampu menjamin rakyatnya dapat memenuhi hak untuk memiliki tempat tinggal sebagaimana tertuang di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, kemudian amanah tersebut diemban oleh Undangundang Nomor 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun yang memperjelas bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi setiap orang. Namun pada kenyataannya kebutuhan akan tempat tinggal/ rumah, masih belum sebanding dengan pasokan ketersediaan rumah tersebut. Kesenjangan antara jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat atau *) Analis APBN, Pusat Kajian Anggaran, Badan Keahlian Dewan DPR RI. dhena_adhe@yahoo.com 8 yang diistilahkan dengan backlog perumahan, diperkirakan mencapai sekitar 17,2 juta unit pada tahun Angka ini diproyeksikan dari angka 13,6 juta unit pada tahun 2010 dan 4,3 juta unit pada tahun 2000 (berdasarkan sensus BPS yang diadakan setiap 10 tahun sekali). Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS, sekitar 82,63 persen dari keluarga di Indonesia yang status kepemilikan rumahnya dimiliki sendiri, sedangkan 8,08 persen berstatus kontrak/sewa, dan lainnya 9,29 persen. Sementara berdasarkan tipe daerah, persentase rumah tangga yang tinggal dibangunan milik sendiri didaerah pedesaan lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Sedangkan yang kontrak/ sewa lebih tinggi di perkotaan dibanding perdesaan. Sebagai contoh, di Jakarta sendiri, persentase rumah tangga yang menempati bangunan milik sendiri sebanyak 51,09 persen dan sisanya hampir separuh masih menempati bangunan bukan milik sendiri. Menurut Direktur Jenderal Pembiayaan Perumahan, Maurin Sitorus, menjelaskan bahwa

11 ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan hunian disebabkan oleh arus urbanisasi dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat (gambar 1). Kebutuhan baru perumahan yang bersumber dari pertumbuhan penduduk dan urbanisasi sekitar ribu unit. Namun, penyediaan rumah yang dapat dipenuhi hanya sekitar ribu unit, sehingga backlog akan terus naik. Gambar 1. Proyeksi Jumlah Penduduk dan Persentase Penduduk Perkotaan Tahun Sumber: BPS. Diolah Target Ketersediaan Rumah yang Belum tercapai Dengan kebutuhan akan perumahan yang kian meningkat, pemerintah terus berupaya mengurangi kekurangan suplai rumah yang telah mencapai 17,2 juta unit. Salah satu langkahnya dengan menargetkan pembangunan satu juta unit pertahun sebagaimana wujud dari butir kedua yang tertuang dalam amanah Nawacita. Program ini tak hanya untuk hunian milik tetapi juga untuk rumah sewa, rumah khusus dan rumah swadaya. Program ini ditujukan tidak hanya untuk MBR. Program ini juga termasuk pembangunan hunian bagian kalangan non MBR atau rumah-rumah komersial yang tak disubsidi. Bagi golongan MBR yang berhak mendapat subsidi, mereka dapat menikmati berbagai fasilitas dari pemerintah yaitu hanya kewajiban uang muka KPR 1 persen. MBR yang ingin mendapatkan rumah dalam program ini juga mendapatkan sejumlah insentif. MBR dapat bantuan subsidi langsung seperti bantuan uang muka Rp4 juta per nasabah dan lainnya. Bunga KPR dipangkas dari 7,25 persen jadi 5 persen untuk periode hingga 20 tahun. Namun sayangnya target pembangunan rumah yang dicanangkan pada April 2015, belum dapat terwujud secara maksimal. Capaian atas program tersebut masih terlampau jauh. Program sejuta rumah selama triwulan I 2017 hanya unit rumah subsidi atau rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Sedangkan rumah komersial sudah terbangun unit. Capaian tersebut masih sangat jauh dari target 700 ribu unit rumah MBR dan 300 ribu unit rumah komersial yang dtargetkan terserap tiap tahun. Bahkan tahun lalu, pemerintah hanya mampu membangun 564 ribu rumah MBR dan 252 ribu rumah komersial (gambar 2). Gambar 2. Realisasi Program 1 Juta Rumah (Unit) Sumber: Kementerian PUPR 9

12 Kendala Proses Pemenuhan Kebutuhan Rumah Masih banyak sejumlah masalah yang menjadi penghambat dalam terwujudnya target pembangunan rumah dan mengurangi backlog perumahan. Beberapa diantaranya terkait lahan, perizinan maupun pembiayaan. Hal ini pula yang sekiranya menyebabkan tidak tercapainya target pembangunan dalam dua tahun terakhir. Terbatasnya Ketersediaan Lahan Ketersediaan lahan merupakan salah satu permasalahan utama dalam penyediaan perumahan terutama dalam rangka menyediakan hunian tempat tingal untuk kalangan MBR. Saat ini, pasokan lahan semakin terbatas, khususnya diperkotaan. Lahan yang terbatas menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand sehingga menyebabkan harga tanah menjadi mahal. Harga tanah yang mahal tidak menjadi masalah jika produk yang dihasilkan adalah rumah bagi masyarakat mampu, tapi akan menjadi masalah jika produk yang dihasilkan adalah rumah murah bagi MBR. Adanya jaminan ketersediaan lahan yang mencukupi akan membuat harga rumah bagi MBR dapat ditekan sehingga mampu diakses oleh masyarakat, karena komponen tanah berkontribusi kurang lebih sekitar 30 persen terhadap harga rumah yang dibangun oleh pengembang perumahan. Berdasarkan survei Indonesia Property Watch (IPW), stok lahan dari pengembangpun hanya bertahan selama 2-3 tahun. Lebih dari itu pengembang pun membeli lahan dengan harga yang tinggi jika tidak dikendalikan pemerintah. Sebenarnya lahan mengganggur milik negara dapat dimanfaatkan dan menjadi salah satu solusi dalam menutupi ketersediaan lahan tersbut. Namun sayangnya lahan menganggur tersebut belum mampu dimanfaatkan secara optimal oleh pemerintah. Selain itu mekanisme land banking (bank tanah) merupakan salah satu Tabel 1. Rekapitulasi BMN Idle Berupa Tanah dan/ atau Bangunan per 31 Desember 2014 Sumber: Badan Pemriksa Keuangan 10

13 alternatif solusi lainnya dalam memenuhi ketersediaan lahan. Prinsip Land Banking sendiri merupakan penyediaan lahan yang akan dialokasikan peggunaannya di kemudian hari yang dapat berfungsi penghimpun tanah dan pencadangan tanah, pengamanan tanah untuk berbagai kebutuhan pembangunan di masa akan datang, pengendali tanah dan pendistribusian tanah untuk berbagai keperluan pembangunan. Kurangnya Dukungan Perizinan/ Regulasi Perizinan/regulasi merupakan salah satu hal yang menjadi kendala penyediaan perumahan. Meskipun Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah dan Surat Edaran Mendagri mengenai penyederhanaan perizinan rumah MBR telah dikeluarkan, dimana tahapan perizinan diperpendek dari 33 perizinan menjadi 11 perizinan dan waktu perizinan pun dipersingkat dari hari menjadi 44 hari serta adanya pemangkasan ongkos hingga 30 persen, pada kenyataannya implementasi kebijakan tersebut belum sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah. Sebagai contoh selain masalah waktu perizinan yang masih panjang dan belum diterapkannya layanan satu pintu, fakta yang terjadi selama ini pengembang daerah kerap dibebani biaya-biaya perizinan yang besarannya seringkali tak sesuai biaya ketentuan meskipun ada tim anti pungli yang telah dibentuk pemerintah. Selain itu bisa saja terjadi rumah murah yang semula disediakan untuk masyarakat MBR malah pembelinya didominasi oleh 11 kalangan mampu. Untuk itu perlu adanya aturan pengawasan termasuk di dalamnya payung hukum yang mengikat bagi pemerintah daerah dalam tataran teknis. Karena tanpa dibarengi dengan tersedianya payung hukum dari pemerintah pusat yang mengikat seluruh pemerintah daerah (pemda) maka kebijakan rumah khususnya untuk MBR akan sulit diwujudkan. Dukungan Pembiayaan yang Belum Optimal Fasilitas pembiayaan menjadi tantangan dalam mewujudkan ketersediaan rumah. Pemerintah belum memiliki modal yang optimal untuk pembangunan tersebut. Saat ini, pemerintah hanya mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan perumahan satu persen dari total belanja negara yang mencapai Rp2.000 triliun dan 0,1 persen dari produk domestik bruto (PDB) atau sekitar Rp20 triliun. Secara total, ketersediaan anggaran untuk pembiayaan perumahan rakyat saat ini adalah sebesar Rp320 triliun, sedangkan kebutuhannya jika di-benchmark 10 persen dari PDB adalah Rp1.000 triliun. Masih ada gap Rp680 triliun yang mesti disediakan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pihak swasta, dan ketersediaan dana ini menjadi salah satu persoalan terkait pembiayaan perumahan (Kompas, 2016). Hal lain terkait permasalahan pembiayaan yaitu keterjangkauan dan aksesibilitas ke perbankan oleh MBR khususnya disektor informal serta dukungan bank daerah yang belum maksimal. Saat ini sebagian besar masyarakat bekerja disektor informal, dimana penghasilan yang dimiliki

14 Gambar 3. Jumlah Tenaga Kerja Formal dan Informal Tahun 2016 (Jiwa) Sumber: BPS. Diolah tidak tetap. Gambar 3 menunjukkan bahwa tenaga kerja informal lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja formal. Sementara fasilitas yang diberikan oleh pemerintah berupa KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) hanya diberikan kepada masyarakat berpenghasilan rendah yang bekerja disektor formal dengan penghasilan tetap. Selain itu rencana pemerintah memberikan bantuan pembiayaan rumah bagi pekerja informal melalui pelaksanaan program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2TB) pun masih belum terealisasi. Dari sisi dukungan bank daerah, bank daerah saat ini masih belum berkontribusi banyak dalam penyaluran dana pembiayaan khususnya bagi masyarakat MBR dengan pembiayaan subsisidi melalui program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. Berdasarkan data yang dimiliki Pusat Pengelola Dana Pembiayaan Perumahan (PPDPP) realisasi penyaluran dana FLPP dari bank daerah sendiri baru mencapai Rp872 miliar atau 13 persen dari total dana yang disalurkan sebesar Rp28,66 triliun. 12 Disisi lain kenaikan harga jual rumah FLPP rata-rata naik 5 persen setiap tahun. Kenaikan tersebut dipicu pertumbuhan ekonomi daerah, harga tanah, laju inflasi, dan kemahalan konstruksi di setiap daerah yang berbeda-beda. Sebagai contoh batasan harga jual rumah FLPP di Provinsi Sumatra Barat pada 2017 adalah sebesar Rp123 juta per unit Harga tersebut tidak realistis diberlakukan di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang lokasinya berada jauh dari daratan Pulau Sumatra. Sehingga biaya konstruksi lebih mahal dibanding kabupaten atau kota lain di Sumatra Barat (kompas, 2017). Untuk itu perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap harga jual rumah FLPP, baik dari sisi besaran maupun tingkat kenaikan berdasarkan kondisi di masing-masing daerah serta dukungan yang diperlukan dari perbankan berupa kemudahan bagi MBR memperoleh fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, (Ribuan), Persentase Penduduk Daerah Perkotaan , Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Dinnata, Regi Berikut Kendala Pelaksanaan Program 1 Juta Rumah. Diakses darihttp://properti.bisnis.com. Tangggal akses 23 Mei 2017 Dirjen Penyediaan Rumah, Kementerian PUPR Progres Program Satu Juta Rumah. Diakses dari

15 ditpnp/. Tanggal akses 18 Mei 2017 Prabowo, Dani Ketua REI: Pasokan dan Permintaan Rumah Murah Tidak Sinkron!. Diakses dari Tanggal akses 22 Mei 2017 PU Capaian-Kinerja Program Pembiayaan Perumahan TA 2016 dan Target TA tanggal akses 22 Mei 2017 Ramadhani, Rahmat Apa Kabar Program 1 Juta Rumah untuk Rakyat?, diakses dari analisadaily.com. Tanggal akses 22 Rekomendasi Mei 2017 Taryana, Yana Bank Daerah diminta Lebih Berkontribusi. Diakses dari com.tanggal akses 23 Mei 2017 Tirto.id Mengukur Nasib Program 1 Juta Rumah Jokowi. Dikses dari Tanggal akses 19 Mei 2017 Triyono, Agus Pembiayaan rumah pekerja informal masih terganjal. Diakses dari co.id. Tanggal akses 23 Mei 2017 Masalah di sektor perumahan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan pemerintah, khususnya untuk mengurangi tingkat kesenjangan antara kebutuhan dengan ketersediaan rumah (backlog). Untuk menghadapi kendala yang menghambat proses percepatan pembangunan perumahan dan tercapainya target pembangunan rumah, perlu upaya pemerintah untuk dapat memanfaatkan lahan yang menganggur dan pembentukan bank tanah dalam memenuhi ketersediaan lahan, kemudian penguatan perizinan dan regulasi dari pemerin tah pusat yang mengikat seluruh peme rin tah daerah (pemda), ketersediaan anggaran pemerintah untuk pembiayaan perumahan, evaluasi menyeluruh terhadap harga jual rumah FLPP, baik dari sisi besaran maupun tingkat kenaikan berdasarkan kondisi di masing-masing daerah, serta dukungan yang diperlukan dari perbankan berupa kemudahan khususnya bagi MBR dalam memperoleh fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Dan yang terpenting adanya dukungan semua para pemangku kepentingan bidang perumahan baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, perbankan, pengembang dan masyarakat agar terwujudnya penyediaan rumah, baik bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) maupun non MBR demi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. 13

16 Buletin APBN Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Telp , Fax

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY

PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY DISAMPAIKAN PADA SEMINAR NASIONAL : PEMERIKSAAN PAJAK PASCA TAX AMNESTY, 27 JULI 2017 Program Studi Akuntansi STIE AMA SALATIGA Disampaikan oleh : SUGENG, M.SI., Ak.,

Lebih terperinci

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan No.190, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. Penetapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6112). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG : PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN. Krisis Global

KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN. Krisis Global 1 KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN Krisis Global tahun 2008 berdampak pada hampir seluruh negara di dunia, sehingga terjadi perlambatan dan ketidakpastian ekonomi dunia. Diperlukan sumber pendanaan

Lebih terperinci

2017, No kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan pajak; c. bahwa Indonesia telah mengikatkan diri

2017, No kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan pajak; c. bahwa Indonesia telah mengikatkan diri No.95, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6051) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6051 KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 95) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

AKSES INFORMASI KEUANGAN

AKSES INFORMASI KEUANGAN AKSES INFORMASI KEUANGAN Untuk Kepentingan Perpajakan Dedie Sugiarta Global Krisis Global tahun 2008 > berdampak pada hampir semua negara di dunia > perlambatan & ketidakpastian ekonomi dunia Diperlukan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN II DAN JANUARI JUNI TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PJ.091/PL/S/02/

PJ.091/PL/S/02/ PJ.091/PL/S/02/2017-00 KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN Krisis Global tahun 2008 berdampak pada hampir seluruh negara di dunia, sehingga terjadi perlambatan dan ketidakpastian ekonomi dunia. Diperlukan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012

Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember Afganistan 3 Desember September Maret 2012 LAMPIRAN Negara-negara yang sudah mendatangani dan meratifikasi konvensi Bom Cluister di Oslo, pada tanggal 03 Desember 2008 Convention on Cluster Munition Negara Penandatangan Meratifikasi Mulai Berlaku

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDELAPAN

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.44, 2016 HUKUM. Keimigrasian. Kunjungan. Bebas Visa. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.03/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MENGENAI AKSES INFORMASI KEUANGAN

Lebih terperinci

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan DAMPAK PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN TERHADAP PENGAWASAN MIKROPRUDENSIAL SEHUBUNGAN KERAHASIAAN BANK Disampaikan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan IV dan Januari Desember Tahun 2017 Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN IV DAN JANUARI - DESEMBER 2017:

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

PJ.091/PL/S/02/

PJ.091/PL/S/02/ PJ.091/PL/S/02/2017-02 KRISIS KEUANGAN GLOBAL & PERPAJAKAN Krisis Global tahun 2008 berdampak pada hampir seluruh negara di dunia, sehingga terjadi perlambatan dan ketidakpastian ekonomi dunia. Diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pajak merupakan sumber penerimaan yang paling dominan, hal tersebut terbukti dari angka yang terdapat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, tidak mengherankan

Lebih terperinci

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti KELAS 9B SMPI AL AZHAR 8 KEMANG PRATAMA TAHUN AJARAN 2009/2010 Kata Pengantar Assalamu alaikun Wr. Wb. Puji

Lebih terperinci

Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak. Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax

Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak. Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax Pertukaran Informasi untuk Tujuan Pajak Darussalam, SE., Ak., CA., M.Si., LL.M Int. Tax Latar Belakang: Situasi Pajak Indonesia 2 Realisasi & Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak (Rp Triliun)

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN III DAN JANUARI SEPTEMBER TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN III DAN JANUARI SEPTEMBER TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI, DAN KEBIJAKAN PUBLIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA

KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI, DAN KEBIJAKAN PUBLIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA KEMENTERIAN KAJIAN, AKSI, DAN KEBIJAKAN PUBLIK BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS UDAYANA MENGHITUNG UNTUNG MAUPUN RUGI PENERAPAN PENGAMPUNAN PAJAK DI INDONESIA Keadilan Sosial

Lebih terperinci

MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 70/PMK.03/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN

PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU PROFIL DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU TA.2017 BIDANG PERUMAHAN Konsep Entitas Objek Bidang Perumahan Rakyat Dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN MENJADI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

Automatic Exchange of Financial Account Information (AEOI)

Automatic Exchange of Financial Account Information (AEOI) Automatic Exchange of Financial Account Information (AEOI) P.M John L. Hutagaol Direktur Perpajakan Internasional Semarang, 15 November 2017 Integritas Profesionalisme Sinergi Pelayanan - Kesempurnaan

Lebih terperinci

Isu dan Masalah Keuangan Negara

Isu dan Masalah Keuangan Negara PUSAT KAJIAN ANGGARAN BADAN KEAHLIAN DPR RI ISSN 2541-5557 Isu dan Masalah Keuangan Negara Vol. 2, No. 2, 2017 Analisis Daya Saing Kopi Indonesia Di Pasar ASEAN Paska Setahun Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.03/2015 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA ATAU YURISDIKSI

Lebih terperinci

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA

PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA PROGRAM KEPENDUDUKAN TETAP UNI EROPA LATAR BELAKANG Pada tahun 2012, pemerintah Hungaria mengembangkan program ini untuk menarik investasi asing ke Hungaria. Hingga kini, lebih dari 2500 pendaftar telah

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jasa telah menjadi bagian yang cukup dominan pengaruhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasa transportasi, jasa pendidikan, jasa reparasi,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti. BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Penelitian Berdasarkan karakterisitik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA

EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA EUROPEAN UNION PERHIMPUNAN MASYARAKAT EROPA SEJARAH DAN TRAKTAT PENDIRIAN Disepakati & ditandatangani di Maastricht, 7 Februari 1992. Perjanjian mulai berlaku 1 November 1993 Terbentuk atas 3 Traktat:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 16/PJ/2017

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 16/PJ/2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 16/PJ/2017 TENTANG PERMINTAAN INFORMASI DAN/ATAU BUKTI ATAU KETERANGAN TERKAIT AKSES INFORMASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak KONDISI EKONOMI GLOBAL MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS YANG NAIK-TURUN RISIKO GEOPOLITIK:

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

FORMULIR SERTIFIKASI DIRI BADAN (FATCA DAN CRS)

FORMULIR SERTIFIKASI DIRI BADAN (FATCA DAN CRS) Manulife Indonesia Sampoerna Strategic Square, South Tower Jl. Jenderal Sudirman Kav. -6, Jakarta 90 T. +6 7777 F. +6 6 0-800--606060 (Bebas Pulsa & khusus wilayah di luar kode area Jakarta) ISI/LENGKAPI/CORET

Lebih terperinci

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya.

Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan eksternal Negara Schengen dan daftar negara yang tidak memerlukannya. A. Daftar negara yang warganya perlu visa untuk melewati perbatasan

Lebih terperinci

Automatic Exchange of Information: The End of Tax Evasion?

Automatic Exchange of Information: The End of Tax Evasion? Automatic Exchange of Information: The End of Tax Evasion? About Tax Evasion? illegal arrangements where liability to tax is hidden or ignored, i.e. the taxpayer pays less tax than he is legally obligated

Lebih terperinci

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19/PMK.03/2018

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19/PMK.03/2018 I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19/PMK.03/2018 Pada tanggal 19 Februari 2018 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 19/PMK.03/2018 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan pemerintahannya. Terlebih lagi pemerintahan yang bersih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang berat. Realisasi APBN tahun 2015 telah mengalami defisit sebesar 318,5 triliun atau sekitar 2,8% dari

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5773 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. OJK. Nasabah Asing. Perpajakan. Negara Mitra. Informasi Penyampaian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 291). PENJELASAN

Lebih terperinci

SALINAN. tujuan untuk menyejahterakan dan memakmurkan. b. bahwa. bahwa dalam melaksanakan pembangunan nasional

SALINAN. tujuan untuk menyejahterakan dan memakmurkan. b. bahwa. bahwa dalam melaksanakan pembangunan nasional SALINAN PRESiOEN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PEMTURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN MENJADI

Lebih terperinci

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan

Lebih terperinci

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud

2015, No c. bahwa dengan beralihnya status Bandar Udara Polonia ke Bandar Udara Internasional Kualanamu dan Bandar Udara Selaparang ke Bandar Ud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.387, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Keenam. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334

Lebih terperinci

Presiden Jokowi Apresiasi 9 Kepala Daerah yang Pangkas Perizinan Pembangunan Rumah

Presiden Jokowi Apresiasi 9 Kepala Daerah yang Pangkas Perizinan Pembangunan Rumah RALAT Rilis PUPR #2 11 Agustus 2017 SP.BIRKOM/VIII/2017/395 Presiden Jokowi Apresiasi 9 Kepala Daerah yang Pangkas Perizinan Pembangunan Rumah Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131 /PMK.01/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter , telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya pemulihan pasca krisis moneter 1997-1998, telah dilakukan restrukturisasi sistem moneter di Indonesia. Salah satu bentuk nyata dalam restrukturisasi sistem

Lebih terperinci

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK -32- DRAFT RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK I. UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Negara (APBN) beberapa tahun belakangan. 1 Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. dan Belanja Negara (APBN) beberapa tahun belakangan. 1 Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pajak merupakan sektor yang paling vital untuk sebuah negara. Hal ini dikarenakan pajak adalah salah satu sumber pendapatan negara. Dalam sejarah perjalanan

Lebih terperinci

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF tribunnews.com Rencana pemerintah untuk membeli obligasi i yang dikeluarkan International Monetary Fund (IMF) ii seharga US$1 miliar ditentang Komisi XI DPR. Komisi

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan

Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan Dua tahun Jokowi-JK dalam atasi kemiskinan Kamis, 20 Oktober 2016 11:40 WIB 2.844 Views Oleh Ahmad Buchori http://www.antaranews.com/berita/591240/dua-tahun-jokowi-jk-dalam-atasi-kemiskinan?utm_source=dua-tahun-jokowi-jk&utm_medium=fokus&utm_campaign=news

Lebih terperinci

2015, No perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Bantuan Uang Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda

2015, No perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Bantuan Uang Muka Bagi Masyarakat Berpenghasilan Renda BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1477, 2015 KEMENPU-PR. Aksesibilitas Kredit. Rumah Subsidi. Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Bantuan. Uang Muka. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana Tim Statistik Sektor Riil Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter BERITA PROPERTI Edisi Perdana KONDISI PROPERTI GLOBAL Posisi pasar properti di Indonesia cukup menjanjikan karena ditopang oleh perekonomian

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133, 2015 HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetian Pemahaman Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemahaman yaitu proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Berarti dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN. Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1 Kebijakan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah Rp LATAR BELAKANG PINJAMAN DAERAH Kebutuhan pendanaan infrastruktur sangat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA GEDUNG DJUANDA I, JALAN DR. WAHIDIN NOMOR I, JAKARTA 10710, KOTAK POS 21 TELEPON (021) 3449230 (20 saluran) FAKSIMILE (021) 3500847; SITUS www.kemenkeu.go.id KETERANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta

BAB I PENDAHULUAN. Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panama papers yang merupakan fenomena bocornya kumpulan 11,5 juta dokumen rahasia yang dibuat oleh penyedia jasa perusahaan (firma) asal Panama, Amerika Latin yang

Lebih terperinci

ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

ASEAN ADB memperkirakan Jepang akan tumbuh 2,2% pada 2012 dan 1,5% pada 2013 atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Ekonomi Global Perkiraan Pertumbuhan Berbagai Kawasan (%, yoy) Negara/Kawasan 2011 2012 2013 April '12 July '12 April '12 July '12 AS 1.7 1.1 1.0 1.7 1.6 Eropa 1.4-0.5-0.7 1.0 0.8 Jepang -0.7 1.9 2.2 1.5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi bank umum; 2. Direksi perusahaan efek; dan 3. Direksi perusahaan asuransi jiwa, yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. SALINAN SURAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012;

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik (Juniarko dkk, 2012; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah merupakan salah satu hak yang mendasar bagi manusia dalam mencapai kehidupan yang lebih layak selain kebutuhan sandang dan pangan. Rumah atau tempat tinggal berfungsi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA

KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA KEBIJAKAN dan STRATEGI PENYEDIAAN PERUMAHAN TA 2015-2019 DIREKTORAT PERENCANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1 LANDASAN

Lebih terperinci