BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada periode tahun 2000-an Amerika Serikat mulai meningkatkan peran dan keterlibatanya di kawasan Afrika. Amerika Serikat mulai melihat kawasan Afrika sebagai kepentingan strategis di beberapa sektor, yakni ekonomi, politik, dan keamanan. Khususnya pada sektor keamanan, tepatnya setelah peristiwa 9/11, Amerika Serikat memiliki komitmen besar untuk menumpas terorisme di seluruh dunia melalui doktrin Global War On Terror (GWOT) khususnya di beberapa kawasan yang berpotensi memelihara terorisme. Salah satunya adalah kawasan Afrika yang dianggap Amerika Serikat cukup banyak terdapat kelompok teroris dan ekstrimis. Selanjutnya, penulis menggunakan studi kasus keterlibatan Amerika Serikat dalam melumpuhkan kelompok teroris Lord s Resistance Army dalam melihat penguatan keterlibatan Amerika Serikat di Afrika. The Lord s Resistance Army (LRA) adalah organisasi bersenjata dari Uganda Utara yang dipimpin oleh Joseph Kony. Kemunculan LRA di Uganda pada tahun 1987, tepat satu tahun setelah Yoweri Museveni naik menjadi presiden Uganda. Yoweri Museveni merupakan pemimpin pemberontak yang bernama NRM (National Resistance Movement) dari bagian selatan Uganda yang mengakhiri satu dekade pemimpin Uganda pada saat itu, Lakwena, yang berasal dari Uganda Utara. Dalam kasus ini, Joseph Kony bersama LRA meyakini bahwa Lakwena yang berasal dari suku Acholi lebih berhak untuk memimpin Uganda. Naiknya Musevini menjadi presiden Uganda, membawa dampak buruk kepada suku Acholi yaitu terjadinya diskriminasi. Maka dari itu munculnya LRA ini pada awalnya bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan Museveni yang telah memerintah Uganda hingga sekarang. Aktivitas LRA di Afrika bagian tengah ini tengah mendapat perhatian internasional, sebab tindakan-tindakan LRA dinilai sudah sangat membahayakan dan telah mengganggu keamanan dan perdamaian di wilayah Afrika bagian tengah. Tak jarang, aktivitas LRA menyebabkan penderitaan manusia dan ketidakstabilan di Afrika bagian tengah. Target utama 1

2 LRA yaitu penduduk sipil, khususnya anak-anak kecil dan perempuan. 1 Pada Januari dan Februari 2009, dilaporkan bahwa LRA menculik 700 orang, 500 diantaranya adalah anakanak. Operasi LRA pun semakin luas, saat ini wilayah operasinya sebesar operasi negara Perancis. Beberapa wilayah yang disambangi LRA sebagai tempat operasi militernya yakni, Republik Afrika tengah, Republik Demokrasi Kongo, Sudan Selatan, dan dikabarkan juga sudah mulai menyebar ke Sudan. 2 Aksi LRA di Afrika Tengah ini ternyata ditanggapi cukup serius oleh Amerika Serikat. Meskipun saat ini serangan LRA belum memberikan ancaman secara langsung kepada Amerika Serikat (penduduk Amerika Serikat, perusahaan Amerika Serikat, atau atribut-atribut Amerika Serikat), Amerika Serikat telah memberikan label The Lord s Resistance Army (LRA) sebagai Terrorist Exclusion List pada tahun 2001 dan telah menetapkan Joseph Kony pemimpin LRA, merupakan salah satu dari Specially Designated Global Terrorist pada tahun Selain itu, sejak tahun 2008 Amerika Serikat mulai menyediakan dukungan berupa bantuan operasi militer ke pemerintah Uganda dalam menumpas LRA, yang dinamai Lightening Thunder Operation. 4 Kemudian Kongres bahkan merespon aktivitas LRA dengan mengesahkan undang-undang The Lord s Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act 5, yang mana menyatakan bahwa Amerika Serikat bekerjasama dengan pemerintah regional dalam sebuah resolusi komprehensif dalam menyelesaikan konflik dan memberikan otoritas dan panggilan kepada Amerika Serikat sebagai bentuk respon humanitarian, keamanan, dan pembangunan 6 dan sebuah kebutuhan untuk secara regular melaporkan kepada kongres tentang bagaimana perlawanan terhadap LRA. Setelah dikeluarkannya aturan tersebut, pada pemerintahan Obama, Amerika Serikat semakin intensif menunjukkan keterlibatannya, Presiden Obama mengirimkan 100 pasukan militer Amerika 1 T. Dagne, Uganda : Current Condition the Crisis in North Uganda, Congressional Research Service, 8 Juni 2011, p.12 2 A.Arieff dan L. Ploch, The Lord s Resistance Army : The U.S. Response, Congressional Research Service, USA, 2014, p.1 3 A. Arieff and L. Ploch, Lord s Resistance Army: The U.S. Responses, p.2 4 Mareike Schomerus, Tim Allen and Koen Vlassenroot, Obama Take on the LRA, Foreign Affairs, daring November , diakses melalui tanggal 1 Desember A. Arieff and L. Ploch, The Lord s Resistance Army : The U.S. Response p Office of the Spokesperson, U.S. Support to Regional Efforts To Counter the Lord s Resistance Army, U.S Department of State (daring), 23 Maret 2012< diakses 22 Maret

3 Serikat lewat AFRICOM untuk menumpas LRA pada tahun Pasukan militer Amerika Serikat tersebut disebar ke beberapa negara yang diindikasikan sebagai markas LRA. Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam membantu menumpas LRA cukup menarik, karena LRA sendiri bukanlah sebuah kelompok ekstrimis dengan basis ideologi Islam yang mana semenjak War On Terror selalu diindentikkan oleh Amerika Serikat sebagai kelompok teroris, seperti Al Qaeda, dan saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa LRA memberikan ancaman kepada warga Amerika atau menyerang kepentingan Amerika di Uganda. Selain itu, semenjak tahun 2008 aktivitas LRA cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat masih bermarkas di Uganda Utara. Aktivitas LRA sendiri lebih menyebar dan berkurang dan kini hanya memiliki jumlah personil yang semakin sedikit, yakni sekitar personil dewasa dan ditambah ratusan tentara anak. 7 Hal yang menarik selanjutnya yaitu, latar belakang lahirnya LRA yaitu berupaya untuk menjatuhkan rezim Museveni yang sudah memerintah di Uganda selama 28 tahun. Adanya fakta ini, menandakan bahwa tidak terjadi perubahan kepemimpinan secara berkala di Uganda sebagai implementasi pemerintahan demokratis Padahal nilai-nilai pemerintahan yang demokratis sangatlah dijunjung tinggi oleh Amerika Serikat dan menjadi prinsip dalam politik luar negerinya. Selain itu, pemerintah Museveni ini juga dalam beberapa hal telah melakukan pelanggaran kemanusiaan, antara lain menolak akan adanya kelompok penyuka sesama jenis melalui Anti-gay Law Selain itu berdasarkan Palang Merah Internasional, rezim Museveni bertanggung jawab atas 1,5 juta etnis Acholi dan setidaknya ribu orang, ketika mengambil alih kepemimpinan tahun Walaupun adanya fakta-fakta diatas, Amerika Serikat justru berkomitmen untuk memberikan lebih banyak personil militer dan bantuan militer untuk menangkap atau membunuh Kony. Berdasarkan hal diatas penulis dalam riset ini ingin mengetahui pengaruh-pengaruh yang menyebabkan diputuskan kebijakan keterlibatan Amerika Serikat dalam mengatasi Lord s Resistance Army di Uganda. 7 Human Right Watch, Q & A, Joseph Kony and Lord ss Resistance Army, Human Rights Watch, daring, 12 Maret 2012, diakses melalui < ss-resistancearmy> 12 Desember Nile Bowie, USAFRICOM and The Militarization of the African Continent L Combating China s Economic Encroachment.Global Research (daring), march , diakses melalui < 18 Desember

4 Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menfokuskan kepada Faktor internal yang mana berasal dari politik domestik Amerika Serikat menjadi fokus penulis. Dimana penulis menjelaskan tentang bagaimana politik domestik (yang dikategorikan sebagai faktor internal) Amerika Serikat dalam mempengaruhi diputuskannya kebijakan keterlibatan Amerika Serikat di Afrika. Terutama melalui disahkannya oleh konggres undang-undang The Lord s Resistance Army and Northern Uganda Recovery Act yang kemudian diikuti dengan penurunan militer Amerika Serikat di Afrika Tengah. I.2 Rumusan Masalah Apa faktor internal yang melatarbelakangi ketelibatan Amerika Serikat dalam membatu mengatasi Lord s Resistance Army? I.3 Landasan Konseptual a. Liberal Theory of International Relations Menurut Michael Doyle liberalisme berkontribusi dalam menjelaskan politik luar negeri dengan menekankan pengaruh dari faktor-faktor domestik - antara lain seperti bagaimana individu-individu, ide, nilai-nilai ideal (hak asasi manusia, kemerdekaan, dan demokrasi), dan tekanan sosial ( capitalism, markets), dan intitusi politik (demokrasi, representasi) - terhadap pembentukan politik luar negeri suatu negara. 9 Pada penjelasan politik luar negeri, liberal merupakan sebuah teori internal (domestik), yang mana menekankan akan urgensitas hak-hak individu, private property, representative government, persepsi internasional dalam pembentukan kebijakan. 10 Kaitannya dengan politik luar negeri Amerika Serikat, pada dasarnya ideide liberal telah mendasari politik luar negeri Amerika Serikat dimana politik luar negeri Amerika Serikat merupakan refleksi dan bentuk promosi dari nilai-nilai liberal dan demokrasi dalam institusi domestik di Amerika Serikat. 11 Selain itu ada varian teori liberal yang diperkenalkan oleh Andrew Moravscik, sebagai bentuk pendekatan baru dalam melihat Hubungan Internasional dan Politik 9 Michael.W.Doyle, Liberalism and Foreign Policy, dalam S.Smith, A.Hadfield, dan T.Dunnan, Foreign Policy : Theories, Actors, Cases 2 nd Edition, Oxford, Oxford University Press, 2011, pp Michael.W.Doyle, Liberalism and Foreign Policy,pp Hang Thi Thuy Nguyen, Theories of US Foreign Policy : An Overview, World Journal of Social Science, Vol.1 No.1, 2014, p. 23 4

5 Luar Negeri di era kontemporer. 12 Pendekatan ini dalam menjelaskan politik luar negeri lmenekankan pada peran dari aktor-aktor sosial yang kemudian mempengaruhi sikap suatu negara dan kurang begitu menfokuskan pada peran individu-individu yang ditujuk secara politik (pemerintah) dalam pembentukan politik luar negeri suatu negara. New liberalism atau liberal theory of international relations memiliki central insight/fundamental premise yaitu negara terdiri dari sebuah kelompok masyarakat domestik dan transnasional yang memiliki kepentingan bagi anggotanya untuk terlibat dalam interaksi ekonomi, sosial, politik dan budaya diluar batas negaranya. Selanjutnya tuntutan dari individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut diwujudkan melalui institusi perwakilan dalam negeri (pemerintah), yang kemudian hal ini disebut state preference. Teori liberal juga percaya bahwa apabila negara ingin terlibat dalam konflik, kerjasama, dan atau tindakan-tindakan luar negeri yang lain yangmana membutuhkan biaya, negara harus menyesuaikan dengan state preference dan memperhatikan keadaan internal negara, karena tanpa adanya perhatian pada internal yang melampaui batas-batas, negara dianggap tidak memiliki tujuan yang rasional terlibat dalam world politics namun lebih kepada upaya penggunaan sumber daya dari keadaan yang otoriter. 13 Dengan kata lain bahwa pendekatan ini melihat peran penting dari aktor-aktor sosial dalam negara yang dapat membentuk politik luar negeri. Selanjutnya menurut Moravcsik, liberal international relations theory s fundamental premise- state preferences derived from the domestic and transnational social pressure critically influence state behavior- can be restated in terms of three core assumptions. 14 Tiga asumsi dasar dari teori liberal berdasarkan Adrew Moravscik, pertama Nature of Societal Actor, yang menyatakan bahwa Globalization generates differentiated demands from societal individuals and group regard to international affairs. Asumsi pertama ini menyatakan keistimewaan dari aktor-aktor sosial dibandingakan institusi-institusi politik, hal ini tidak terlepas liberal international 12 Walter Carlsnaes, Actors, Structures, and foreign policy analysis, dalam S.Smith, A.Hadfield, dan T.Dunnan, Foreign Policy : Theories, Actors, Cases 2 nd Edition, Oxford, Oxford University Press, 2011, p Andrew Moravcsik, The New Liberalism, dalam C. Reus-Smit dan D, Snidal, The Oxford Handbook : International Relations Theory, Oxford University Press, p Andrew Moravcsik, Taking Preference Serously ; A Liberal Theory of International Politics, International Organization, pp

6 relations theory merupakan teori yang menggunakan proses bottom-up atau pendekatan pluralistik dalam penjelasan sistem politik. Individu dan kelompok sosial memiliki peran penting dalam politik karena mereka memiliki kepentingan yang mandiri yang kemudian berupaya mewujudkan kepentingan tersebut melalui political exchange dan collective action. Asumsi kedua, The Nature of State, State represent the demand of a subset of domestic individuals and social groups, on the basis of whose interest they define state preferences and act instrumentally to manage globalization. Pada asumsi kedua ini, negara bertindak sebagai alat yang mengatasnamakan perwakilan dari individu-individu, yang mana apabila individu tersebut secara bertindak secara sendirian sulit mencapai kepentingan secara efisian. Asumsi ketiga yaitu, The Nature of the International System, the pattern of interdependence among state preferences shape state behavior. Dengan kata lain bahwa dalam sistem internasional negara akan saling tergantung dengan negara lain, adanya sifat dasar ini.- saling ketergantungan antar negara- berpengaruh dalam membentuk perilaku suatu negara. b. Kelompok Kepentingan dan Social movement Social Movement dan Kelompok kepentingan memiliki latar belakang dalam yang berbeda dalam proses pembentukknya namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengarahkan aksi atau sikap dari pemerintah sesuai dengan keinginan anggota, partisipan dari kelompok-kelompok ini. 15 Pemimpin negara (Amerika Serikat) mungkin bisa menolak dari hasil dari survei sebagai bentuk opini publik atau pemberintaan di media, namun mereka sulit untuk menghindari tekanan yang konstan dari kelompok-kelompok vokal dan terorganisir, hal ini kemudian menyebabkan kedua kelompok ini menjadi salah satu aktor penting dalam perumusan dan implementasi kebijakan pemerintah yang demokratis. Kelompok kepentingan didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu dan atau institusi yang bergabung dengan saling membagi opini atau kepentingan dan kelompok tersebut terorganisir untuk mempengaruhi kebijakan politik pemerintah. 16 Berbeda dengan partai politik kelompok kepentingan tidak 15 S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA pp E. Grigsby, Analyzing Politcs The Forth Edition, Wadsworth Cengage Learning, United State Of America, 2009, p

7 bermaksud mengambil posisi dalam pemerintahan. Kelompok kepentingan terkadang mencoba memberikan tekanan pemerintah secara langsung, dan terkadang cenderung untuk menjaga jarak dari pemerinah untuk dapat membentuk opini dan perilaku publik. Sedangakan Social Movement dilihat sebagai aksi kolektif yang besar dilakukan oleh masyarakat dan kelompok untuk menyelesaikan permasalahan sosial melalyi reformasi kebijakan domestik atau kebijakan luar negeri. 17 Konsep kelompok kepentingan dan social movement digunakan untuk melihat pengaruh dari munculnya beberapa kelompok-kelompok sosial di Amerika Serikat yang memiliki tujuan untuk mengarahkan sikap pemerintah untuk terlibat dalam mengatasi Lord s Resistance Army. Pada kasusnya dalam sistem politik Amerika Serikat, kelompok kepentingan dan sosial movement cukup memiliki pengaruh kuat dalam mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah. Kelompok private telah menjadi backbone dalam sistem demokrasi di Amerika Serikat yang mana kelompok ini hadir sebagai alternative yang dapat memberikan perlawanan atas tindakan atau kebijakan pemerintah dengan menawarkan cara atau solusi lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 18 Dimana seperti negara-negara demokrasi lainnya pemerintah Amerika Serikat menyediakan kesempatan bagi masyarakat dan kelompok-kelompok untuk berpartisipasi, dalam perkembangannya berbagai kelompok-kelompok masyarakat berupaya untuk mempengaruhi pemerintah mengadopsi kepentingan mereka. Berbagai cara dilakukan kelompok kepentingan di Amerika Serikat dalam mempengaruhi pemerintah antara lain 19 : a. Consciousness raising Pada cara ini kelompok kepentingan berusaha untuk membuat pemerintah sadar atas permasalahan tertentu dan berupa untuk meminta aksi atau tanggapan dari pemerintah atas suatu masalah. b. Political Pressure and Lobbying Sebuah cara dengan menyampaikan pesan langsung ke kantor parlemen dan gedung putih untuk meminta dukungan atas masalah yang sedang perhatikan 17 S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA p S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA p S. W.Hook, U.S. Foreign Policy : The Paradox of World Order, pp

8 atau tujuan dari kelompok kepentingan. Perwakilan dari kelompok kepentingan juga datang ke parlemen (konggres) dan pemerintah (pemerintah eksekutif) dengan membawa hadiah atau potential reward apabila pemerintah mendukung argument mereka, termasuk pula membawa potential punishment jika tidak ada dukungan. c. Policy and Program implementation Dengan mengimplementasikan kebijakan atau program dari pemerintah yang mana tindakan dari kelompok kepentingan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah. d. Influencing public opinion Kelompok kepetingan berupaya untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri dari luar konggres ataupun pemerintah, dengan cara memobilisasi protes dan melalui demonstrasi untuk menunjukkan bahwa masyarakat mendukung tujuan kelompok ini. 20 e. Direct Action Kelompok non-pemerintah melakukan tindakan langsung misalnya menyediakan bantuan humaniter, monitoring pengimplementasian hak-hak asasi manusia, menjadi pengontrol dalam pemilu. I.4 Argumentasi Utama Penulis berargumen bahwa faktor yang melatarbelakangi kebijakan Amerika Serikat untuk terlibat dalam upaya pelumpuhan Lord s Resistance Army (LRA) dengan menggunakan cara berpikir liberal yaitu faktor domestik atau faktor internal memberi pengaruh sangat signifikan pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam kasus LRA. Dalam hal ini penulis tidak menafikkan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti faktor eksternal, namun demikian penulis percaya bahwa faktor domestik merupakan pendorong utama. Faktor internal tersebut antara lain, munculnya kelompok-kelompok non-pemerintah yang mendorong Pemerintah Amerika Serikat untuk terlibat dalam mengatasi Lord s Resistance Army dan upaya Amerika Serikat mempromosikan nilai-nilai di Afrika Tengah. Kedua faktor 20 B.W. Jentlenson, America Foreign Policy, The Dynamic of Choice in the 21 st Century Forth Edition, W.W.Norton & Company,InC, USA,2010, p. 54 8

9 internal tersebut diatas melatar-belakangi sikap Amerika Serikat untuk terlibat dalam mengatasi LRA di Afrika Tengah. 1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini akan berupa studi literatur yang berhubungan dengan teori dan konsep serta berita mengenai peristiwa yang relevan dengan topik penelitian, sehingga mengandalkan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal, dan artikel surat kabar, baik cetak maupun elektronik. Data yang akan dibutuhkan di sini adalah gambaran gambaran aktivitas Lord s Resistance Army di Afrika, pemaparan keterlibatan Amerika Serikat dalam upaya melumpuhkan Lord s Resistance Army. pemaparan aktor-aktor sosial yang memberika pengaruh terhadap kebijakan keterliabatn Amerika Serikat dalam mengatasi Lord s resistance Army, seperti Invisible Children, The Resolve, dan Enough Project. Analisis data akan bersifat deskriptif, sehingga data akan diolah dalam bentuk narasi. Selain itu, penelitian akan menggunakan pendekatan induktif, yaitu mengumpulkan data yang relevan untuk menarik kesimpulan di akhir penelitian. 1.6 Sistematika Penulisan Tulisan ini akan terdiri dari lima bagian, yakni : Bab I akan berisi abstraksi penelitian dan pendahuluan mengenai latar belakang masalah, yaitu penjabaran mengapa topik ini penting untuk dibahas; pertanyaan penelitian yang akan menjadi kunci pembahasan dari skripsi ini; landasan konseptual yang akan menjadi instrumen analisa; argumen utama; metode penelitian yang di dalamnya termasuk pula jangkauan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Pada bab ini ada tiga sub bab utama. Pertama, akan dijelaskan tentang pentingnya konteks politik domestik Amerika Serikat dalam membentuk politik luar negeri. Kedua, gambaran konflik antara Pemerintah Uganda dengan Lord s Resistance Army, disertai dengan penjabaran aktivitas Lord s Resistance Army yang telah menyebar di Afrika Bagian Tengah. Kedua dijelaskan tentang bentuk dan upaya keterlibatan Amerika Serikat dalam mengatasi Lord s Resistance Army yang diawali dengan penjabaran singkat hubungan antara Amerika Serikat dengan Uganda. 9

10 Bab III mengkolaborasikan data dari BAB II dengan landasan konspetual yang telah dipaparkan pada BAB I untuk menjelaskan tentang faktor internal yang mempengaruhi keterlibatan Amerika Serikat dalam melumpuhkan Lord s Resistance Army di Afrika bagian Tengah. Bab IV merupakan bagian terakhir atau penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan 10

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act

Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan. Recovery Act Kepentingan Amerika Serikat Membantu Uganda Memerangi LRA Dengan Terlibat Dalam Lord's Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act Lord s Resistance Army (LRA) suatu kelompok pemberontak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lord s Resistance Army (LRA) adalah salah satu kelompok militan pemberontak yang

BAB I PENDAHULUAN. Lord s Resistance Army (LRA) adalah salah satu kelompok militan pemberontak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Lord s Resistance Army (LRA) adalah salah satu kelompok militan pemberontak yang beroperasi di wilayah Afrika. Kelompok militan LRA mulai muncul pada tahun 1987. 1

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator BAB V KESIMPULAN Amerika serikat adalah sebagai negara adidaya dan sangat berpengaruh di dunia internasional dalam kebijakan luar negerinya banyak melakukan berbagai intervensi bahkan invasi dikawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 United Nations Development Programme, Human Development Report 2013 (online), 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1 United Nations Development Programme, Human Development Report 2013 (online), 2013, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat perekonomian yang kuat, Amerika Serikat (AS) tercatat menempati urutan ketiga dalam Human Development Index (HDI) pada tahun 2013, dengan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi

kembali melalui pemeriksaan latar belakang dan serangkaian langkah lainnya, namun di saat yang bersamaan tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi menugaskan Biden dalam memimpin tim kerja yang bertanggung jawab mengumpulkan rekomendasi kebijakan dari berbagai pihak dapat dilihat sebagai penyatuan aliran-aliran tersebut dan menjadikan Obama-Biden

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan

Lebih terperinci

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi, BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dengan berbagai aspek yang telah dinilai oleh pembuat kebijakan di Montenegro untuk bergabung dalam NATO, terdapat polemik internal dan eksternal yang diakibatkan oleh kebijakan

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

PENDAHULUAN. alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bantuan luar negeri (foreign aid) digunakan saat suatu kawasan sedang dilanda bencana alam atau krisis kemanusiaan yang diakibatkan oleh benturan kepentingan antara para aktor

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Negara Myanmar telah diperintah oleh junta militer sejak tahun 1962 melalui sebuah kudeta yang menggeser sistem demokrasi parlemen yang telah diterapkan sejak awal kemerdekaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar pada bentuk konflik yang terjadi. Konflik antar negara (inter-state conflict) yang banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (narkoba) merupakan salah satu bentuk tindak kejahatan transnasional. Amerika Serikat, menurut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

POLITIK & SISTEM POLITIK

POLITIK & SISTEM POLITIK POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara

Lebih terperinci

UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI KELOMPOK TERORIS AL-QAEDA DI YAMAN (PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN BARRACK OBAMA PERIODE 1)

UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI KELOMPOK TERORIS AL-QAEDA DI YAMAN (PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN BARRACK OBAMA PERIODE 1) UPAYA AMERIKA SERIKAT DALAM MEMERANGI KELOMPOK TERORIS AL-QAEDA DI YAMAN (PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN BARRACK OBAMA PERIODE 1) ( USA EFFORT TO WAR ON AL QAEDA TERRORIST GROUP IN YEMEN (AT FIRST PERIOD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja Lampiran Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Maret 2011 Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja membuat graffiti politik, puluhan orang tewas ketika pasukan keamanan menindak Demonstran Mei

Lebih terperinci

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA)

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Dosen Pengampu : Indrawati, M.A A. Deskripsi Mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA

KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME. Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA KEGAGALAN INTERNATIONAL CRIMINAL COURT (ICC) DALAM PENYELESAIAN KONFLIK SUDAN RESUME Disusun oleh : PETRUS CORNELIS DEPA 151060046 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani

PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War. Artanti Wardhani PERANG & DAMAI Pengantar: Causes of War Artanti Wardhani Definisi PERANG vs.konflik adanya pengerahan kekuatan dari militer (1000 personel) dan memakai kekuatan bersenjata contention / disputation antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard

BAB V KESIMPULAN. menolak Islamophobia karena adanya citra buruk yang ditimbulkan oleh hard BAB V KESIMPULAN Riset ini membahas salah satu isu yang berkaitan dengan fenomena Islamophobia yang berkembang di Amerika Serikat pasca 9/11 dikarenakan kebijakan hard diplomacy George W.Bush dan motivasi

Lebih terperinci

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks

Lebih terperinci

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan)

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan) The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan) Tujuan utama buku ini adalah untuk menjawab tentang peran teori terkait permasalahan administrasi publik. Sebagaimana diketahui, tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini. BAB V KESIMPULAN Melalui perjalanan panjang bertahun-tahun, Majelis Umum PBB berhasil mengadopsi Perjanjian Perdagangan Senjata (Arms Trade Treaty/ATT), perjanjian internasional pertama yang menetapkan

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS. : Pengantar Ilmu Politik Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Politik Kode Mata Kuliah : FSP-616101 Jumlah Satuan Kredit Semester : 3 sks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan politik demokratik berjalan semenjak reformasi tahun 1998. Perkembangan tersebut dapat dilihat melalui sejumlah agenda; penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan BAB IV KESIMPULAN Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan kebijakan politik luar negeri Rusia terhadap keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human

BAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil

Lebih terperinci

PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA

PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA PERAN PBB DALAM MENANGGULANGI PERMASALAHAN HAM TERKAIT KONFLIK BERSENJATA LRA (LORD S RESISTANCE ARMY) DI UGANDA Oleh : M. Radhina Rahman SPW 0801155637 (ucl_blast@yahoo.co.id) Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Lebih terperinci

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.

Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008.

BAB V KESIMPULAN. Benturan intervensi..., Rina Dewi Ratih, FISIP UI, 2008. BAB V KESIMPULAN Krisis kemanusiaan yang terjadi di Darfur, Sudan telah menarik perhatian masyarakat internasional untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi tersebut dilakukan dengan pemberian bantuan kemanusiaan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention

BAB I PENDAHULUAN. asasi perempuan dan anak diantaranya dengan meratifikasi Konferensi CEDAW (Convention BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang masalah Negara mempunyai tugas untuk melindungi segenap warga negaranya, hal itu tercantum pada pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, ditambah dengan isi Pancasila pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI PEMERINTAH KOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TRANSPARANSI DAN PARTISIPASI DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP)

KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP) KELOMPOK KEPENTINGAN (INTEREST GROUP) ndonesia merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari jumlah masyarakat terbanyak ke-4 di dunia dan merupakan daerah kepulauan yang terbentang di khatulistiwa. Faktor

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA Pada bab ini akan membahas tentang faktor pendorong dibuatnya

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Keamanan pangan merupakan kebutuhan paling mendasar bagi setiap negara. World Trade Organization (WTO) adalah organisasi internasional yang sejak tahun 1995 memiliki peran sentral

Lebih terperinci

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA Era Reformasi&Berakhirnya Era Orde Baru Proses disahkannya undang-undang penyiaran tersebut terjadi pada era pemerintahan Presiden Megawati. Tujuannya untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai

BAB V PENUTUP. Tibet yang berusaha melawan Tiongkok. Setelah diasingkan ke Dharamsala, Dalai BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Tenzin Gyatso merupakan Dalai Lama ke-14 adalah seorang pemimpin spiritual Tibet sekaligus pemimpin pemerintahan Tibet yang dipilih secara turun temurun. Dalam konflik yang

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca serangan kelompok teroris Al Qaeda di pusat perdagangan dunia yaitu gedung WTC (World Trade Centre) pada 11 September 2001 lalu, George Walker Bush sebagai Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama, BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dalam sejarah terorisme di abad ke-20, dikenal sebuah kelompok teroris yang cukup fenomenal dengan nama Al Qaeda. Kelompok yang didirikan Osama bin Laden dengan beberapa rekannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Islamic Relief Worldwide adalah salah satu organisasi Islam Internasional yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan pada tahun

Lebih terperinci

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu:

FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: FIF 2315: FILSAFAT POLITIK SEMESTER GENAP 2014/2015 (18 Februari-18 Mei 2015) Kelas A: Senin. R.: B101, Waktu: 07.30-09.10 Agus Wahyudi Kantor : R. 508, FISIPOL UGM Telepun : 901198 Email : awahyudi@ugm.ac.id

Lebih terperinci

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1 Tinjauan Buku MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS Djoko Walujo 1 Penulis : Muis, A. Judul Buku : Indonesia di Era Dunia Maya Teknologi Informasi dalam Dunia Tanpa Batas Penerbit : Remaja Rosdakarya,

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas tentang kebijakan pemerintah Malaysia dalam memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and Syiria) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  kelompok progresif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos.

Partisipasi LSM..., Firsty Husbani, FISIP UI, 2009 Universitas Indonesia. Mundurnya Demokrasi di Indonesia. Demos. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah hasil penelitian menyebutkan bahwa setelah jatuhnya rejim Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998, Indonesia kemudian menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci