BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia internasional, semakin banyak kepentingan internasional Cina yang harus dipenuhi dengan berbagai cara. Misalnya, Cina secara agresif pernah mengintimidasi negara-negara tetangganya dengan mengirimkan kapal-kapal ke daerah konflik Laut Cina Selatan pada tahun Cina juga pernah memberikan bantuan ekonomi saat terjadi krisis finansial Asia. Dari dua pengalaman tersebut saja, terlihat bahwa hard power Cina cenderung kurang efektif karena mengakibatkan negara-negara lain berseberangan dengannya, sementara dengan memberikan bantuan ekonomi (menggunakan soft power), Cina mendapatkan teman. Dari sini, muncul pemahaman bahwa yang seharusnya menjadi fokus Cina adalah bagaimana membangun dan mengembangkan soft power-nya. 1 Cina juga dihadapkan dengan kenyataan bahwa perkembangannya menimbulkan kekhawatiran di dunia internasional. Cina dipandang sebagai kekuatan baru yang mengancam, utamanya oleh negara-negara Barat, karena pemerintah maupun pebisnis Barat khawatir akan jatuhnya industri dan lapangan pekerjaan ke tangan Cina yang membuat mereka harus berurusan dengan defisit perdagangan. 2 Sebutan-sebutan seperti ancaman Cina marak bermunculan, yang tentunya tidak akan mempermudah situasi bagi Cina apabila pandangan tersebut juga muncul di negara-negara yang potensial bagi perkembangan ekonominya. Hal ini membuat Cina menyadari pentingnya memperhatikan bagaimana ia dilihat oleh publik internasional: citra yang positif akan membuat negaranegara lain mau bekerja sama sehingga dapat membantu Cina memenuhi kepentingankepentingan terkait pertumbuhan ekonominya. Bentuk nyata dari kesadaran Cina akan pentingnya hubungan baik dengan negara-negara lain kemudian diwujudkan dengan konsep peaceful development, yang pertama kali dicetuskan oleh Presiden Hu Jintao pada tahun Lewat konsep ini, Cina ingin 1 J. Kurlantzick, Charm Offensive: How China s Soft Power is Transforming the World, Yale University, New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.), Soft Power in China: Public Diplomacy through Communication, Palgrave Macmillan, New York, 2011, p Wang, Y., Public Diplomacy and the Rise of Chinese Soft Power, Public Diplomacy in a Changing World, vol. 616, 2008, pp

2 menyampaikan bahwa kebangkitan Cina tidak akan merugikan, tidak mengalangi, dan tidak akan menimbulkan ancaman terhadap negara lain. 4 Hal terpenting dari prinsip ini adalah bahwa ia ingin membentuk lingkungan yang kondusif bagi perkembangan domestik Cina. Harapannya, kondisi yang damai dapat membantu meningkatkan kemakmuran, mempermudah perusahaan Cina untuk mencari sumber daya dari luar, dan memungkinkan sumber daya keluar dan masuk Cina dengan leluasa hal-hal ini dapat memenuhi kepentingan Cina untuk mendapatkan sumber-sumber daya ekonominya. 5 Yang harus dilakukan oleh Cina selanjutnya adalah mempromosikan prinsip peaceful development tersebut sebagai karakter sepak terjangnya di dunia internasional. Cina tidak bisa hanya melakukan komunikasi satu arah dalam mempromosikan prinsip peaceful development mereka. Cina membutuhkan interaksi secara langsung dan dua arah dengan publik internasional untuk memperkenalkan konsep ini. Cina harus berdiplomasi kepada dunia untuk mempromosikan prinsipnya ini tidak hanya melalui media atau propaganda sejenis, tetapi ia juga harus menetapkan kebijakan luar negeri yang tepat untuk menciptakan tindakan pengadopsian prinsip ini secara nyata. Salah satu destinasi diplomasi publik Cina adalah Afrika. Afrika merupakan wilayah penting bagi Cina, baik secara ekonomi maupun politik. Secara ekonomi, Afrika menjadi pasar bagi produk ekspor Cina dan penting bagi keamanan pangan Cina. 6 Yang lebih utama dari itu adalah bahwa Afrika memiliki minyak dan sumber daya lainnya yang dapat menopang kebutuhan energi Cina. Kebutuhan energi Cina mulai naik sejak reformasi ekonomi dimulai pada akhir tahun 1978, yang kelak membuat Cina menjadi salah satu negara dengan perkembangan yang pesat, antara lain ditunjukkan dengan rasio pertumbuhan yang mencapai 9,4% pada tahun Pertumbuhan ekonomi yang pesat bersesuaian dengan meningkatnya jumlah konsumsi energi; jumlah penduduk yang sangat besar dan kebutuhan pertumbuhan ekonomi menjadi dasar proyeksi bahwa Cina tidak mampu memenuhi kebutuhan energinya secara mandiri. Untuk memastikan kelangsungan pertumbuhan ekonominya, Cina harus mencari alternatif sumber kebutuhan energinya dari luar wilayah, salah satunya adalah Afrika. Memilih Afrika sebagai tujuan promosi prinsip peaceful development adalah tepat karena Cina dapat memanfaatkan banyak sumber daya dari Afrika untuk memenuhi kebutuhan perkembangan ekonominya. 4 Kurlantzick, p Kurlantzick, pp L. Jakobson, China s Diplomacy Toward Africa: Drivers and Constraints, International Relations of the Asia-Pacific, vol. 9, no. 3, 2009, p J.N. Anyu & J-P.A. Ifedi, China s Venture in Africa: Patterns, Prospects, and Implications for Africa s Development, Mediterranean Quarterly, vol. 19, no. 4, 2008, p

3 Secara politik, Afrika telah menjadi destinasi perluasan pengaruh dan kebijakan luar negeri Cina. Cina tercatat telah melakukan diplomasi publik di Afrika untuk menciptakan citra positif, mendapatkan dukungan, maupun melancarkan kebijakan-kebijakannya. Hal ini dilakukan Cina dengan memberikan bantuan dan asistensi pembangunan yang terusmenerus, dengan kepentingan yang berubah seiring dengan berjalannya waktu. Bantuan Cina ke Afrika pertama kali diberikan pada tahun 1950, pada saat itu didasari kepentingan ideologi. 8 Pada tahun 1989, ketika peristiwa Tiananmen membuat Cina dipojokkan oleh dunia internasional, Cina mencari dukungan dari negara-negara di Afrika. Dalam masa berikutnya, kepentingan utama Cina berubah menjadi pengakuan akan One China Policy, yaitu mengakui Republik Rakyat Cina sebagai satu-satunya Cina dan Taiwan hanya merupakan provinsi Cina. Dalam konteks ini, Afrika menjadi sangat penting karena sebagian besar negara di benua ini mendukung kebijakan tersebut; hanya empat negara Afrika saja yang tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan. 9 Diplomasi publik Cina di Afrika dapat dibilang berhasil karena Afrika kemudian menerima Cina dengan tangan terbuka, bahkan cenderung lebih terbuka daripada Afrika menerima Barat. Di saat Barat melihat Afrika sebagai beban, Cina justru melihat Afrika sebagai potensi, sementara Afrika melihat Cina sebagai harapan baru untuk pembangunan. 10 Dilihat dari sini, memulai promosi peaceful development di Afrika sangat logis dan seharusnya bukan hal sulit. Bermula dari Afrika, Cina tidak saja dapat mempromosikan prinsip peaceful development, namun juga menunjukkan komitmen ia terhadap prinsip itu kepada dunia internasional. Secara khusus, penulis akan melihat bagaimana Cina mempromosikan prinsip ini lewat pembentukan New Strategic Partnership FOCAC (Forum on China-Africa Cooperation) di tahun 2006, yang merupakan pembaharuan kerja sama strategis antara Cina dan Afrika. Pembaharuan ini esensial bagi promosi peaceful development karena menerapkan poin-poin penting yang terdapat dalam prinsip tersebut, berupa semangat kesetaraan politik, keuntungan bersama, pembangunan bersama, serta menciptakan sebuah dunia yang harmonis. Penulis melihat bahwa pembentukan New Strategic Partnership ini merupakan langkah penting Cina untuk menunjukkan kepada dunia bahwa ia berkomitmen dalam menjalankan prinsip peaceful development. 8 E.N. Ubi, Foreign Aid and Development in Sino-African Relations, Journal of Developing Societies, vol. 30, no. 3, 2014, p Jakobson, p F. M. Edoho, Globalization and Marginalization of Africa: Contextualization of China-Africa Relations, Africa Today, vol. 58, no. 1, 2011, p

4 1.2 Pertanyaan Penelitian Bagaimana Cina melakukan diplomasi publik untuk mempromosikan prinsip peaceful development di Afrika lewat pembentukan New Strategic Partnership FOCAC di tahun 2006? Juga, bagaimana pencapaian diplomasi publik tersebut? 1.3 Landasan Konseptual a. Soft use of power 11 Joseph Nye mengklasifikasikan kekuatan atau power sebuah negara ke dalam dua kelompok besar, yaitu hard power, dimana negara menggunakan kekuatannya dengan cara keras dan cenderung memaksa, dan soft power, dimana negara membuat pihak lain menginginkan apa yang dia inginkan. Nye kemudian mengidentifikasi sumber dari kedua power tersebut, dengan hard power didapat dari kekuatan militer dan ekonomi, dan soft power didapat dari kultur, nilai-nilai politik, dan politik luar negeri. Praktik penggunaan hard power kemudian dapat kita temukan melalui tindakan yang bersifat memaksa dengan menggunakan sumber-sumbernya, seperti operasi militer, atau pemberlakuan sanksi ekonomi, untuk mencapai kepentingannya. Sementara soft power identik dengan hal yang bersifat mempengaruhi seperti diplomasi budaya, dan lain sebagainya, dengan harapan seorang aktor dapat membuat pihak lain menginginkan apa yang dia inginkan tanpa harus memaksa pihak tersebut. Akan tetapi, klasifikasi yang demikian terasa kaku dan dalam beberapa kasus tidak mampu menjelaskan situasi nyata dalam politik internasional. Hal ini disadari oleh Li Minjiang, yang secara khusus menjelaskan praktik penggunaan kekuatan oleh Cina, dalam buku yang dieditorinya, Soft Power: China s Emerging Strategy in International Politics. Mulanya, Li menyadari bahwa seringkali penggunaan kekuatan yang keras atau halus tidak selalu berkaitan dengan sumber kekuatan yang disebutkan oleh Nye, artinya, sebuah negara mungkin saja menggunakan kekuatan ekonominya dengan cara yang halus, seperti memberikan bantuan kepada negara lain, dan dapat saja menggunakan budayanya secara agresif dan memaksa, misalnya revolusi budaya yang agresif. Sehingga, menurut Li, penggunaan konsep hard power dan soft power perlu dipertanyakan kembali, karena bisa saja sumber-sumber hard power digunakan secara halus yang membuat negara tersebut diterima dengan baik oleh negara lain, dan 11 Mingjiang Li, Soft Power: Nurture Not Nature, dalam Mingjiang Li (ed.), Soft Power: China s Emerging Strategy in International Politics, Lexington Books, Plymouth, 2009, pp

5 mungkin saja sumber-sumber soft power digunakan dengan cara agresif yang justru menimbulkan rasa curiga, takut, dan tidak aman terhadap negara tersebut. Oleh sebab itu, sebutan hard power ataupun soft power, menurut Li, tidak seharusnya dikaitkan dengan apa sumbernya, tetapi dengan bagaimana sebuah negara menggunakan kekuatannya untuk mencapai apa yang ia inginkan. Sehingga, Li kemudian mengabaikan klasifikasi power berdasarkan sumber dan fokus kepada penggunaan kekuatan saja. Hard power berarti sebuah negara mencapai kepentingannya dengan cara yang memaksa menggunakan apapun yang ia miliki, dan soft power dengan cara yang halus. Sehingga, ketika sebuah negara menggunakan ekonominya untuk membantu negara lain, maka hal itu disebut soft power. Pun ketika sebuah negara menggunakan budayanya untuk menekan orang lain, maka hal itu disebut hard power. Pendekatan ini digunakan sebagai dasar pemahaman mengenai digunakannya kekuatan ekonomi, yang oleh Nye digolongkan sebagai hard power yang sifatnya memaksa, oleh Cina secara halus untuk memenuhi kepentingan, menyebarkan pengaruh, dan menciptakan citra positif terhadapnya. Ini dapat dilihat dari bantuan pembangunan yang diberikan oleh Cina kepada negara-negara berkembang, khususnya Afrika. Tidak seperti bantuan-bantuan dari Barat yang seringkali menetapkan syarat yang berat dan keharusan mengadaptasi beberapa nilai tertentu, Cina memberikan bantuan pembangunan dengan tujuan pembangunan bersama, keuntungan bersama, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Negara penerima dapat membangun dan Cina mendapat keuntungan dari perdagangan yang dilakukan kedua pihak, termasuk memenuhi kebutuhan energi dan mengekspor banyak produk ke pasar Afrika. Soft use of power ini akan digunakan oleh penulis untuk menjelaskan pembentukan New Strategic Partnership FOCAC di tahun 2006, di mana Cina lagi-lagi menggunakan kekuatan ekonominya secara halus demi kepentingan mempromosikan prinsip peaceful development. Hal ini dilakukan oleh Cina dengan lebih meningkatkan bantuan pembangunannya di Afrika, yang kemudian dikemas dalam prinsip kesetaraan politik, pembangunan, keuntungan bersama, dan sebuah dunia yang harmonis. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka kita akan dapat mengatakan bahwa tindakan Cina di Afrika merupakan salah satu bentuk wujud soft power yang dimiliki oleh Cina. 5

6 b. Diplomasi publik Diplomasi publik dalam konteks penelitian ini adalah usaha sebuah negara untuk merangkul dan berkomunikasi dengan publik asing (foreign publics). Tujuan dari diplomasi publik adalah untuk mempromosikan kebijakan dan target negara, mengkomunikasikan ide dan nilai-nilai negara tersebut, dan membangun pemahaman bersama. 12 Diplomasi publik adalah pembangunan relasi, penyampaian cara pandang tertentu, memperbaiki mispersepsi, serta mencari area di mana common cause dapat ditemukan. 13 Pada dasarnya, terdapat hierarki dampak terhadap publik yang dapat dicapai oleh diplomasi publik suatu negara. Diplomasi publik meningkatkan pengetahuan publik tetang sebuah negara; ia membuat publik berpikir, memperbaharui citra, dan menampik opini-opini negatif tentang negara tersebut. Ia juga meningkatkan apresiasi publik: menciptakan persepsi positif, membuat orang lain melihat isu-isu global dari perspektif yang sama. Diplomasi publik kemudian berupaya merangkul publik dengan meningkatkan kerja sama di berbagai bidang, mendorong publik untuk mengenal suatu negara lebih jauh lewat pariwisata dan pendidikan, membuat publik membeli produkproduk negara bersangkutan, serta membuat publik mengerti dan mengikuti nilai-nilai negara tersebut. Akhirnya, diplomasi publik juga bertujuan mempengaruhi dengan merangkul perusahaan-perusahaan untuk berinvestasi, membuat publik berada di pihak negara pelaku diplomasi, dan membuat negara tersebut sebagai mitra. 14 Publik dalam konsep ini mengacu kepada publik internasional, sekalipun aktivitas yang dilakukan oleh Cina berlangsung di daerah Afrika. Hal ini dikarenakan tujuan diplomasi publik Cina yang ingin memperkenalkan peaceful development sebagai prinsip luar negeri Cina yang diharapkan dapat menampik pandangan ancaman Cina yang berkembang di dunia internasional, khususnya di negara-negara Barat. Meskipun, yang akan secara langsung merasakan aktivitas diplomasi publik Cina melalui pembentukan New Strategic Partnership ini adalah publik Afrika, namun penulis mengidentifikasi adanya kepentingan Cina yang lebih besar untuk menyampaikan pesan kepada publik internasional tentang prinsip barunya yang mengutamakan perdamaian. Cina ingin menunjukkan kepada dunia, lewat Afrika, bahwa dirinya bukanlah pihak yang harus ditakuti, akan tetapi sebuah pihak yang ikut bertanggung 12 J. Wang, Introduction: China s Search of Soft Power, dalam Wang, J. (ed.), Soft Power in China: Public Diplomacy through Communication, Palgrave Macmillan, New York, 2011, p M. Leonard, C. Stead & C. Smewing, Public Diplomacy, The Foreign Policy Centre, London, 2002, p Leonard, Stead & Sweming, pp

7 jawab dalam pertumbuhan dunia. Oleh sebab itu, respon publik yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah respon publik internasional, secara spesifik mengenai apakah citra Cina tetap dipandang negatif atau menjadi dipandang positif setelah diperkenalkannya prinsip peaceful development. Diplomasi publik mempunyai tiga dimensi aktivitas, yaitu manajemen berita, komunikasi strategis, serta pembangunan relasi. Manajemen berita merupakan manajemen isu sehari-hari untuk membantu membentuk citra suatu negara melalui media-media komunikasi lokal yang cakupan audiens yang luas (global). Manajemen berita juga dilakukan untuk membenarkan aksi-aksi suatu negara yang disesuaikan dengan citra yang ingin ia bentuk. 15 Komunikasi strategis serupa dengan kumpulan aktivitas yang menyerupai kampanye politik. Dalam melakukan komunikasi strategis, aktor harus mempunyai satu pesan yang ingin disampaikan kepada publik dan merencanakan sejumlah aktivitas yang akan dilakukan untuk menyampaikan pesan tersebut kepada target. Pesan yang ingin disampaikan dipegang oleh aktor untuk kemudian terus-menerus disampaikan kepada publik hingga publik terpengaruh oleh pesan tersebut. 16 Sementara itu, pembangunan relasi dengan individu-individu penting dijalankan melalui beasiswa, pertukaran, pelatihan, seminar, konferensi, pembangunan jaringan, dan sebagainya. Tujuan dari pembangunan relasi ini adalah menciptakan pemahaman bersama untuk memahami motivasi dan faktor dari setiap aksi yang dilakukan sehingga ketika tiba saatnya untuk mendiskusikan isu yang lebih spesifik, masing-masing pihak sudah mengerti cara pandang satu sama lain. 17 Berkaitan dengan publik, kita akan menemukan perbedaan direct audiens yang terdapat pada aspek komunikasi strategis pembangunan relasi, dan manajemen berita. Pada dasarnya, diplomasi publik ini dilakukan untuk menciptakan citra internasional melalui daerah lokal yang spesifik. Maka, yang dilakukan adalah membangun sebuah produk pada daerah lokal tersebut guna kemudian dipertunjukkan kepada dunia internasional. Pembangunan produk ini, akan dilihat dari aspek komunikasi strategis dan pembangunan relasi dengan direct audiens yang adalah publik Afrika: Cina merancang bentuk bantuan dan pola relasi dengan Afrika yang akan ia tunjukkan ke dunia bahwa Cina bukan ancaman, bahwa bentuk dan pola Cina di Afrika adalah cara kerja Cina. Baru kemudian pada aspek manajemen berita, produk yang sudah dibuat 15 Leonard, Stead & Sweming, pp Leonard, Stead & Sweming, pp Leonard, Stead & Sweming, pp

8 oleh Cina ini ditunjukkan kepada publik internasional. Pada aspek ini, direct audiens sudah merupakan publik internasional. Sehingga, urutannya adalah membangun pada publik lokal yang kemudian dipertunjukkan kepada publik internasional. Dalam aspek pesan yang ingin disampaikan sendiri, konsep ini akan digunakan untuk memahami promosi prinsip peaceful development sebagai bentuk dari diplomasi publik Cina. Ini penting karena tujuan diplomasi publik, yaitu membuat publik berada di pihak negara pelaku diplomasi dan membuat suatu negara sebagai mitra yang setara, sangat terkait dengan poin penting peaceful development, yaitu mengusahakan pembangunan bersama, keuntungan bersama, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Dengan menggunakan prinsip ini sebagai dasar kerja sama, Cina secara tidak langsung mempromosikan kepada Afrika dan dunia komitmennya untuk menjalankan prinsip tersebut. Cina juga memperlihatkan bagaimana ia bekerja di dunia internasional dengan berpegangan pada prinsip tersebut. Di samping itu, menarik juga untuk memahami bagaimana diplomasi publik itu dilakukan. Dengan fokus analisis pada pembentukan New Strategic Partnership, penulis akan melihat proses manajemen berita, komunikasi strategis, dan pembangunan relasi yang dilakukan Cina untuk mempromosikan prinsip peaceful development. 1.4 Argumen Utama Cina melakukan diplomasi publik di Afrika untuk mempromosikan prinsip peaceful development. Promosi tersebut dilakukan dengan secara langsung menerapkan poin-poin penting dari prinsip tersebut ke dalam New Strategic Partnership yang dibentuk pada tahun Poin-poin penting itu antara lain mengenai kesetaraan politik, menjalankan kerja sama yang saling menguntungkan, mengedepankan pembangunan bersama, serta ingin menciptakan sebuah dunia yang harmonis. Sementara itu, diplomasi publik tersebut mendapatkan respon yang beragam dari dunia internasional. Sebagian mulai melihat Cina secara positif, akan tetapi Barat cenderung tetap pesimis terhadap Cina bahkan setelah mengenal prinsip peaceful development. Namun, disisi lain, Cina diterima dengan tangan terbuka oleh Afrika dan hal tersebut berhasil membantu Cina mengamankan sumber daya yang penting bagi pertumbuhan ekonominya di Afrika. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini akan terdiri atas empat bab. Setelah Bab Pertama ini, Bab Kedua akan menguraikan prinsip peaceful development secara singkat, khususnya tentang tujuan dan 8

9 poin-poin pentingnya. Di akhir bab ini, penulis akan menjelaskan mengapa pembentukan New Strategic Partnership FOCAC pada tahun 2006 adalah salah satu contoh yang tepat untuk melihat bentuk promosi prinsip politik luar negeri Cina tersebut. Bab Ketiga akan membahas praktik diplomasi publik Cina dalam mempromosikan prinsip peaceful development lewat pembentukan New Strategic Partnership dalam FOCAC tahun Dalam bab ini, penulis akan menunjukkan bagaimana peaceful development dipromosikan dan diperkenalkan kepada Afrika maupun dunia sebagai prinsip perilaku Cina di dunia internasional, juga bagaimana promosi prinsip tersebut berhasil mencapai tujuannya. Skripsi akan ditutup dengan Bab Keempat, yang berisikan kesimpulan dan inferens yang diperoleh dari temuan penelitian. 9

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Cina menjadi salah satu negara yang aktif dalam mengembangkan sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Cina menjadi salah satu negara yang aktif dalam mengembangkan sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cina menjadi salah satu negara yang aktif dalam mengembangkan sektor minyak. Sejak melakukan reformasi dan keterbukaan pada 1978, sektor minyak Cina mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Amerika Serikat merupakan negara adikuasa yang memiliki pengaruh sangat besar bagi ekonomi dunia. Secara politik, Amerika Serikat merupakan negara demokrasi

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages

C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages B. Rumusan Masalah Bagaimana peran pemerintah India dalam mendorong peningkatan daya saing global industri otomotif domestik? C. Peran Negara dalam Pemaksimalan Competitive Advantages Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

Komunikasi Politik

Komunikasi Politik Komunikasi Politik Definisi Steven H. Chaffee (1975) Political Communication...peran komunikasi dalam proses politik Brian McNair (1995) Introduction to Political Communication Setiap buku tentang komunikasi

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH

RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA. Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH RESUME SKRIPSI PENINGKATAN PERSAINGAN CINA AS DALAM MEMPEREBUTKAN PASAR DI AFRIKA Oleh : ELFA FARID SYAILILLAH 151070247 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diaspora India adalah sekelompok orang yang bermigrasi dari wilayah teritori negara India menuju luar batas negara India. Migrasi yang dilakukan juga berlaku

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan perusahaan adalah sumber daya manusia nya. Keberhasilan perusahaan diukur oleh kemampuan perusahaan mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi yang semakin maju ini ada banyak isu-isu yang berkembang. Bukan hanya isu mengenai hard power yang menjadi perhatian dunia, tetapi isu soft

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar.

BAB II PERKEMBANGAN BRIC. signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. BAB II PERKEMBANGAN BRIC BRIC merupakan organisasi yang mengalami perkembangan yang signifikan pasca krisis ekonomi besar yang melanda beberapa Negara-negara besar. Sejak saat itu BRIC mulai dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

STAKEHOLDER RELATIONS

STAKEHOLDER RELATIONS Modul ke: STAKEHOLDER RELATIONS Government Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi PUBLIC RELATIONS www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Pada intinya public relations merupakan

Lebih terperinci

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan yang kemudian menimbulkan masalah yang harus dihadapi pemerintah yaitu permasalahan gizi. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era global saat ini, sistem internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Era globalisasi yang muncul bukan hanya memudarkan batas-batas negara

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high BAB V KESIMPULAN Dari keseluruhan uraian skripsi maka dapat diambil kesimpulan yang merupakan gambaran menyeluruh dari hasil pembahasan yang dapat dikemukakan sebagai berikut : Hubungan luar negeri antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politik luar negeri Korea Selatan dari masa ke masa banyak diwarnai dengan berbagai macam perubahan. Perubahan ini terjadi dari setiap pemerintahan yang berkuasa memiliki

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak terlampau pesat di Indonesia. Tetapi secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan pada

Lebih terperinci

Konferensi Asia Afrika: Pentingnya Diplomasi dalam Menggalang Ingatan Dunia

Konferensi Asia Afrika: Pentingnya Diplomasi dalam Menggalang Ingatan Dunia Konferensi Asia Afrika: Pentingnya Diplomasi dalam Menggalang Ingatan Dunia Kamapradipta Isnomo Direktur Sosial Budaya Organisasi Internasional Negara Berkembang Kementerian Luar Negeri 17 April 2018 Konferensi

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah

BAB V PENUTUP. diplomasi yang dibawa oleh TNI yang bergabung dalam Kontingen Garuda adalah BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tugas pokok TNI tidak hanya sebagai pasukan perang, tetapi juga menjadi pasukan pemelihara perdamaian dalam menjalani

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh BAB V KESIMPULAN Laut memiliki peranan penting baik itu dari sudut pandang politik, keamanan maupun ekonomi bagi setiap negara. Segala ketentuan mengenai batas wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sarana dalam membangun suatu hubungan interpersonal dengan orang adalah dengan melakukan komunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

DEMOKRATISASI DIPLOMASI

DEMOKRATISASI DIPLOMASI DEMOKRATISASI DIPLOMASI Bima Arya Sugiarto icholson, seorang pakar diplomasi modern, pernah menyatakan bahwa diplomasi merupakan alat untuk mencapai kebutuhan nasional. Jika kebijakan luar negeri merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya komunikasi di dalam kehidupan ini sangatlah penting. Dengan komunikasi kita bisa membentuk sebuah relasi dengan individu maupun kelompok lainnya. Dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH...

TINJAUAN MATA KULIAH... iii Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... xi MODUL 1: HAKEKAT KOMUNIKASI POLITIK TINJAUAN FILOSOFIS, TEORITIS, EMPIRIS DAN HAKEKAT FEEDBACK ATAU RESPONS 1.1 Komunikasi Politik: Tinjauan Filosofis... 1.3 Latihan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Komunikasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Komunikasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah organisasi atau perusahaan, komunikasi merupakan kunci untuk menjalankan berbagai aktivitas di dalamnya. Komunikasi tersebut digunakan untuk menjalin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA DAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejatinya tak dapat dipungkiri bahwa setiap negara menghadapi berbagai macam polemik terutama dari segi ekonomi. Hal ini mengharuskan pemahaman lebih mendalam secara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA)

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SEJARAH DAN DIPLOMASI BUDAYA CHINA) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2014/2015 Dosen Pengampu : Indrawati, M.A A. Deskripsi Mata kuliah ini dirancang agar mahasiswa dapat mengetahui

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menakutkan bagi dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena masalah pangan

BAB I PENDAHULUAN. menakutkan bagi dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena masalah pangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketahanan Pangan merupakan isu yang sangat krusial di Indonesia maupun di dunia internasional. Masalah ketahanan pangan telah menjadi ancaman yang menakutkan bagi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sebagai bagian dari alat perputaran informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencari dan menyampaikan informasi kepada publik. Setiap perusahaan memiliki

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. agar kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menghadiri KTT Asia Afrika Kedua dan Peringatan 50 tahun KAA, PM India Manmohan Singh berkunjung ke Indonesia dan mengadakan pembicaraan dengan Presiden

Lebih terperinci

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Perdagangan internasional diatur dalam sebuah rejim yang bernama WTO. Di dalam institusi ini terdapat berbagai unsur dari suatu rejim, yaitu prinsip, norma, peraturan, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terdiri dari bangsa yang multikultural disatukan oleh satu bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang terdiri dari bangsa yang multikultural disatukan oleh satu bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara maju di kawasan Eropa masih belum sepenuhnya mereda. Permasalahan mendasar seperti tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak Arab Saudi didirikan pada tahun 1932, kebijakan luar negeri Arab Saudi pada dasarnya berfokus pada kawasan Timur Tengah yang dapat dianggap penting dalam kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika

Lebih terperinci

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA

KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA KOMUNIKASI POLITIK DALAM MEDIA MASSA Dari berbagai pendapat para pakar, komunikasi massa didefenisikan jenis komunikasi yang ditujukan pada sejumlah besar khalayak yang heterogen dan anonim melalui media

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri merupakan sikap dan komitmen suatu Negara terhadap lingkungan eksternal, strategi dasar untuk mencapai tujuan kepentingan nasional yang harus

Lebih terperinci