BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kelompok progresif
|
|
- Hengki Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman Perang Korea turut memengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Korea Selatan, salah satunya adalah kemunculan Kebijakan Reunifikasi. Lahir dari kepentingan Korea Selatan yang ingin menyatukan kedua Korea, kebijakan ini menjadi kebijakan kunci dari Presiden Pertama, Rhee Syngman ( ), hingga Presiden saat ini, Park Geun Hye ( ). Tujuan utama kebijakan ini ialah untuk mengurangi pengaruh komunis yang ada di Korea Utara (Yang & Mas'oed, 2004, hal. 31). Faktor kepemimpinan dan perubahan politik domestik memengaruhi perumusan Kebijakan Reunifikasi Korea Selatan. Salah satu bentuk Kebijakan Reunifikasi pasca demokratisasi ialah Sunshine Policy yang dirintis pada masa Presiden Kim Dae Jung ( ). Berangkat dari kata sunshine atau sinar matahari, menunjukkan bahwa Presiden Kim berusaha mengatasi konflik antar Korea melalui hubungan yang hangat dengan Korea Utara dan pada akhirnya menyatukan dua Korea dengan cara-cara damai daripada konfrontasi secara militer (Chang, 2009, hal. 175). Salah satu momen penting dari implementasi Sunshine Policy ialah kedua Pemimpin Negara bertemu untuk pertama kali sepanjang sejarah pada Juni 2000 di Pyongnyang, guna menyepakati kerjasama pelbagai bidang. Keberhasilan kebijakan ini bahkan membuat Presiden Kim Dae Jung meraih penghargaan perdamaian internasional Nobel Peace Prize pada 13 Oktober Sekaligus mengangkat nama Korea Selatan di dunia internasional. Meski di permukaan kebijakan ini tampak berhasil, pada kenyataannya terjadi pergolakan di dalam Korea Selatan. Perdebatan keras terjadi di kalangan masyarakat dan elit politik. Pertentangan terjadi antar kelompok politik di dalam parlemen, inter dan intra partai politik, media massa, serta masyarakat dengan pemerintah (Levin & Han, 2002; Kim, 2011). Para pendukung Sunshine Policy sering disebut sebagai kelompok progresif (sayap kiri atau reformis), sementara 1
2 mereka yang mengkritik dan menentang dianggap kelompok konservatif (sayap kanan). Secara umum pergolakan dilatarbelakangi oleh perbedaan pandangan terhadap Korea Utara yang menimbulkan perselisihan mengenai bagaimana seharusnya sikap dan kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap Korea Utara. Fenomena ini biasa disebut dengan istilah South South Conflict. Kim Dae Jung sendiri merupakan Presiden terpilih yang pertama kali berasal dari kelompok progresif. Meski sebagai ruling party, jumlah kursi partai Kim dan koalisinya di parlemen lebih sedikit daripada kelompok oposisi. Dengan model pemerintahan minority coalition government seperti ini proses pembuatan hingga implementasi kebijakan luar negeri Korea Selatan, khususnya Sunshine Policy, mengalami tantangan dan hambatan. Hal ini diperburuk dengan konflik antara Kim dengan koalisinya, partai ultra sayap kanan, selama pemerintahannya berlangsung. Serta pergantian pemerintahan Amerika Serikat dari Bill Clinton menjadi George W. Bush berkontribusi terhadap tekanan yang datang dari luar. Mesikupn begitu, Sunshine Policy dapat terus berlanjut hingga akhir kepemimpinan Kim Dae Jung. Bahkan dilanjutkan oleh Presiden sesudahnya, Roh Moo Hyun yang sama-sama berasal dari kelompok progresif. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk menilik mengapa pertentangan kepentingan dari dua kelompok tersebut dapat terjadi padahal kebijakan tersebut dapat terus berlangsung dan bahkan diteruskan oleh Presiden sesudahnya. B. Rumusan Masalah Penelitian ini akan membahas mengenai Sunshine Policy dan konteks politik domestic dari kebijakan tersebut dengan menjawab pertanyaan: Mengapa South-South conflict terhadap Sunshine Policy terjadi di Korea Selatan selama masa pemerintahan Kim Dae Jung? 2
3 C. Kerangka Konseptual Skripsi ini menggunakan kebijakan luar negeri dan konteks politik domestic sebagai kerangka konseptual, di mana state/domestic level (2 nd image) menjadi tingkat analisanya. Bahwa setiap proses pembuatan kebijakan luar negeri erat kaitannya dengan konteks atau kondisi pemerintahan dan politik domestik. Karakteristik suatu negara dalam proses pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh cakupan isu politik yang menjadi input perumusan kebijakan, aktor-aktor domestik yang terlibat (partai politik, parlemen, Presiden, dan media), serta faktor lingkungan yang melingkupi (aktor dan lingkungan eksternal, opini public dan budaya politik masyarakat). Sebagaimana tercermin dalam diagram berikut. Gambar 1. Diagram Proses Pembuatan Kebijakan Luar Negeri dalam Konteks Politik Domestik Sumber: Dugis, V. (2009). Domestic Political Structure and Public Infulence on Foreign Policy, A Basic Model. Jurnal Global dan Strategis, 3 (2), hal.182 dengan sedikit perubahan. Setiap kebijakan luar negeri memiliki dua aspek utama yang memungkinkan terjadinya polarisasi opini public terhadap kebijakan tersebut, yakni sumber-sumber kebijakan dan bagaimana proses memproduksi sumber tersebut menjadi sebuah kebijakan. Melalui dua hal tersebut dapat diketahui mengapa South-South Conflict terjadi terhadap Sunshine Policy. 3
4 Pertama, sumber-sumber atau komponen utama kebijakan luar negeri. Suatu kebijakan luar negeri memiliki empat komponen utama (Holsti, 1983) 1. Yakni orientasi, national roles, tujuan, dan aksi. Tiga komponen pertama dapat dikatakan merupakan sumber-sumber dari suatu kebijakan; kemudian dirumuskan melalui proses tertentu hingga terwujud menjadi komponen keempat, yaitu aksiaksi yang dilakukan pemerintah. Tiga sumber tersebut biasanya merupakan input yang berasal dari public berupa aspirasi atau opini publik, cerminan budaya politik masyarakat suatu negara, atau pandangan personal dari para pembuat kebijakan. Publik dalam proses pembuatan kebijakan berperan memberi input berupa isu-isu politik tertentu maupun pandangan terhadap suatu permasalahan. Kemudian setelah kebijakan dibuat dan diimplementasikan, public dapat memberi feedback dan opini. Dalam memberi opini, publik dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya politik yang melingkupi. Budaya politik ialah seperangkat sistem nilai yang terdiri dari ideology politik, norma dan aturan, serta symbol politik yang memengaruhi pembentukan sistem politik dan kebiasaan individu (Ahn, 2003, hal. 17). Faktor budaya politik ini pula yang kemudian memengaruhi proses politik domestic dalam memberi input terhadap pembuatan kebijakan luar negeri. Sebab pandangan individu elit politik dapat terinstitusi menjadi pandangan kelompok yang diartikulasikan melalui politik domestic, hingga pada akhirnya memengaruhi seluruh masyarakat. Ketika kebijakan yang ditetapkan pemerintah memiliki perbedaan pandangan, perangkat nilai, ideology, maupun norma sebagian masyarakat dapat menimbulkan perdebatan dan pertentangan. Sehingga masyarakat kemudian terpolarisasi dalam memandang kebijakan tersebut. Hal inilah yang terjadi pada South-South Conflict terhadap Sunshine Policy. Kedua, proses pembuatan kebijakan. Hal ini erat kaitannya dengan bagaimana proses kebijakan tersebut dibuat beserta aspek-aspek politisnya. Bahwa setiap kebijakan merupakan hasil dari proses politik. Dalam proses pembuatan kebijakan, actor-aktor yang terlibat di dalamnya berperilaku dengan 1 Dikutip dari Dugis (2009), hal
5 cara-cara yang merefleksikan bargain sesuai dengan rancangan kebijakan dan tujuan masing-masing (Catatan Mata Kuliah Teori Politik Luar Negeri HI UGM, 2011; Allison, 1971). Sehingga terjadi dinamika politik domestic tersendiri yang berimplikasi terhadap output dan perubahan dari suatu kebijakan luar negeri. Politik domestik digambarkan sebagai gesekan kepentingan para aktor dalam lingkungan nasional. Aktor-aktor domestik terbagi menjadi actor affirmative dan oposisi yang saling berkompetisi untuk mendapatkan dukungan atas usulan kebijakan (atau kepentingan) mereka. Secara umum, dapat dikatakan bahwa politik domestic merupakan gambaran dari tekanan dan konflik kepentingan di lingkungan domestic suatu negera dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri. Pada kasus Sunshine Policy, gesekan kepentingan atau tujuan terjadi antara dua kelompok ideologis, yaitu kelompok progresif dan konservatif. Kelompok progresif sebagai kelompok penguasa yang merancang kebijakan tersebut mendapati conflict of interest dengan kelompok konservatif selaku oposisi. Perdebatan dan pertentangan ini terjadi di kalangan masyarakat dan elit politik Doktrin anti-komunisme dan sosiologi politik masyarakat yang berkembang seiring perubahan situasi politik Korea Selatan menjadi factor mendasar perbedaan pandangan masyarakat terhadap Korea Utara. Perbedaan ini kemudian menimbulkan perbedaan pandangan masing-masing kelompok terhadap empat komponen atau sumber-sumber dari Sunshine Policy, yaitu seputar orientasi, national roles, tujuan, dan aksi/implementasinya.. Bahwa Sunshine Policy dianggap mengusung ide baru dan berbeda dengan kebijakan-kebijakan pendahulunya. Perubahan kebijakan luar negeri umumnya disebabkan oleh dua factor domestik; (1) pergantian rezim atau transformasi negara, (2) pemerintahan yang berjalan mendorong perubahan haluan kebijakan luar negeri (Holsti, 1982). 2 Demokratisasi merupakan salah satu contoh dari factor utama terjadinya perubahan kebijakan luar negeri suatu negara. Sebab pada negara-negara yang 2 Ibid. 5
6 baru membentuk demokrasi memungkinan terjadinya beberapa penyesuaian (Held, 1988). Muncul peran-peran baru dalam sistem politik seperti fungsi legislative yang lebih kuat, Pemilu, dan lain sebagainya. Pemilu membuka ruang partisipasi masyarakat melalui partai-partai politik dan kelompok kepentingan, sehingga masyarakat semakin mengenal makna ruling party (partai berkuasa) dan oposisi. Ini memunculkan serangkaian kompetisi atau saling bersaing antar elit politik dan partai, termasuk dalam urusan power dan kepemimpinan politik. Konsep dan kondisi ini oleh Held dinamakan kompetisi elit (competitive elitism). Di Korea Selatan, demokratisasi pada tahun 1987 menjadi salah satu factor pendorong sekaligus penyebab terjadinya perubahan dalam kebijakan luar negeri terhadap Korea Utara. Demokratisasi berkontribusi besar terhadap transformasi bertahap terkait penempatan posisi dan peran Korea Utara dalam perpolitikan Korea Selatan (Snyder, 2004, hal. 24). Hal ini disepakati Carl J. Saxer (2013) yang juga menambahkan bahwa respon positif Korea Selatan terhadap globalisasi melalui kebijakan segyehwa pada tahun 1994 semakin berkontribusi terhadap perubahan yang terjadi sejak akhir 1990-an hingga saat ini. Lebih rinci lagi, Tong Whun Park, Dae-Won Ko, dan Kyu-Ryoon Kim (1994) berpendapat bahwa demokratisasi merubah relasi power antara negara dan masyarakat, kepentingan politik rezim dan persepsi tentang keamanaan, serta sistem nilai dan legitimasi ideology negara; yang itu semua mengubah struktur dan proses pembuatan kebijakan luar negeri. 3 Masyarakat mulai diberi ruang untuk mengartikulasikan ide, aspirasi, dan opininya. Ideologi yang dilarang sebelum demokratisasi pun mulai mendapat legitimasi dan pengaruh terhadap publik. Ini kemudian menuntut kemampuan dari para elit dalam membuat keputusan atau kebijakan penting kaitannya dengan urusan legislative dan administratif. Selama masa pra-demokrasi, parlemen dan partai politik Korea Selatan hanya kelompok sayap kanan dan tengah kanan yang melarang segala bentuk komunisme sebagai kedok mempertahankan kuasa. Mereka yang oposisi, pro 3 Dikutip dari Chung (2003), hal
7 demokrasi, dan memiliki ide menjalin hubungan lebih baik dengan Korea Utara dianggap kiri atau progresif. Pasca demokratisasi ide dan aspirasi dari kelompok yang sebelumnya terepresi mendapat ruang dan sedikit demi sedikit terakomodasi. Isu mengenai kebijakan luar negeri, khususnya perbaikan hubungan dengan Korea Utara, mulai mendapat perhatian lebih dari public. Sementara itu, demokrasi yang dimiliki Korea Selatan merupakan demokrasi modifikasi. Yaitu demokratis secara prosedural, di mana prosedur domestic dikombinasikan dengan konsep-konsep tradisional mengenai kekuasaan dan otoritas (Steinberg & Shin, 2006, hal. 522). Pemerintahan Roh Tae Woo, Kim Young Sam, dan Kim Dae Jung mengeluarkan beragam strategi yang bertujuan meredam ketegangan di Semenanjung Korea dan memperbaiki hubungan dengan Korea Utara. Namun, opini publik yang terbagi terhadap hubungan antar Korea bukanlah faktor utama perubahan kebijakan tersebut. Itu semua lebih disebabkan oleh perbedaan latar belakang sejarah politik masing-masing pemimpin dan koalisi yang mendukungnya (Chung, 2003, hal. 13). Sebab kuasa pembuatan kebijakan, khususnya kebijakan luar negeri di Korea Selatan, sejak lama berada di tangan Presiden. (Hoon, 2005). Sehingga demokratisasi terjadi di Korea Selatan, namun kebijakan luar negeri masih menjadi prerogratif Presiden (Kihl, 2005). Hal ini dipengaruhi oleh budaya dan perilaku politik para politisi. Seperti nilai-nilai konfusianisme yang memengaruhi pola interaksi yang terjadi di dalam partai politik dan legislative. Bagi masyarakat Korea, power ( 대권 ; daekwon) merupakan hal penting (Steinberg & Shin, 2006, hal. 525). Sehingga aspek sesungguhnya yang paling menonjol dari South-South Conflict ialah perselisihan mengenai distribusi kekuasaan dan perebutan kekuasaan politik (Lee J. W., 2005). Hal ini disepakati Kim Young Mi yang menilai South-South Conflict sebenarnya bukanlah konflik ideologis antara dua kelompok ideologi, melainkan lebih berhubungan dengan pemerintahan Kim Dae Jung dan pertarungan politik partai politik terhadap Sunshine Policy dan penghapusan Undang-Undang Keamanan Nasional (2011, hal. 135). Meskipun Kim Dae Jung dapat menarik massa dan mencetuskan program yang modern dan inovatif, gaya Kim tetaplah seorang politisi tradisional yang 7
8 menjalankan gaya berpolitik yang sangat tradisional, dan diperlakukan oleh pengikut dekatnya sebagai pemimpin rombongan (Steinberg & Shin, 2006, hal. 532). Presiden Kim Dae Jung melakukan serangkaian manuever untuk tetap memperkuat bargaining pemerintahannya. Sehingga kebijakan Sunshine Policy tetap berlanjut hingga akhir kepemimpinan Presiden Kim, sekalipun mendapat banyak reaksi pro dan kontra. Artinya, perilaku politik para actor di dalamnya dipengaruhi oleh nilainilai dan sistem yang masih berlaku di Korea Selatan, sekalipun sudah berkembang mengikuti perkembangan zaman. Serangkaian nilai dan sistem yang mengakar inilah yang disebut budaya politik. Sehingga budaya politik memengaruhi pula pada bagaimana proses politik dan pembuatan kebijakan Sunshine Policy yang memicu terjadinya South-South Conflict. D. Argumen Utama Skripsi ini berangkat dengan asumsi dasar bahwa setiap kebijakan luar negeri memiliki dua aspek utama yang memungkinkan terjadinya polarisasi opini public terhadap kebijakan tersebut, yakni sumber-sumber kebijakan dan bagaimana proses memproduksi sumber tersebut menjadi sebuah kebijakan. Melalui dua hal tersebut dapat diketahui mengapa South-South Conflict terjadi terhadap Sunshine Policy. Dalam dinamika politik domestic Korea Selatan diyakini terjadi South- South Conflict selama proses pembuatan, implikasi, dan reaksi terhadap Sunshine Policy. Terdapat perbedaan pandangan masyarakat terhadap Korea Utara dan Sunshine Policy, yang meruncing menjadi gesekan-gesekan kepentingan maupun tujuan antara kelompok progresif sebagai ruling party yang merancang kebijakan Sunshine Policy dengan konservatif selaku oposisi. Hal ini dilatarbelakangi oleh dua factor budaya politik masyarakat Korea Selatan dalam merespon perubahan politik yang ada. Pertama, doktrin anti-komunisme dan sosiologi politik masyarakat yang berkembang seiring perubahan situasi politik Korea Selatan menjadi factor mendasar perbedaan pandangan masyarakat terhadap Korea Utara. Sehingga 8
9 menimbulkan perbedaan pandangan masing-masing kelompok terhadap empat komponen atau sumber-sumber dari Sunshine Policy. Yakni seputar orientasi dan tujuan kebijakan tersebut, posisi atau penempatan peran negara terhadap Korea Utara, serta aksi atau implementasinya. Kedua, seputar nilai dan sistem yang berlaku di Korea Selatan pada saat itu. Perbedaan opini publik mengenai hubungan antar Korea dan Sunshine Policy bukan factor tunggal penyebab terjadinya South-South Conflict. Sebab, sebagaimana pendapat Chung (2003), ini lebih disebabkan oleh perbedaan latar belakang sejarah politik masing-masing pemimpin dan koalisi yang mendukungnya dalam memutuskan suatu kebijakan. Sehingga perselisihan mengenai distribusi kekuasaan dan perebutan kekuasaan politik, serta pertarungan politik partai politik terhadap Sunshine Policy merupakan South-South Conflict sesungguhnya. Sebagaimana disebutkan Tong Whun Park, Dae-Won Ko, dan Kyu-Ryoon Kim (1994) bahwa pasca demokratisasi terjadi perubahan relasi power antara negara dan masyarakat, kepentingan politik rezim dan persepsi tentang keamanaan, serta sistem nilai dan legitimasi ideology negara; yang itu semua mengubah struktur dan proses pembuatan kebijakan luar negeri. Sehingga memengaruhi perilaku politik para elit politik. Para elit mementingkan daekwon dalam sistem demokrasi modifikasi Korea Selatan sehingga memungkinkan terjadinya perseteruan politik. Terlebih pada masa pemerintahan Kim Dae Jung sebagai Presiden terpilih yang pertama kali berasal dari kelompok progresif dan menjalankan tipe pemerintahan koalisi namun minoritas di parlemen. Meskipun begitu urusan kebijakan luar negeri secara tradisional masih menjadi prerogatif Presiden, yang memperkuat bargaining Kim Dae Jung. Melalui serangkaian manuever-nya Sunshine Policy terus berlanjut hingga akhir kepemimpinannya. E. Metode Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian deskriptif dengan metode studi pustaka. Data diperoleh dari beragam buku cetak dan elektronik, jurnal dan publikasi penelitian, artikel online, surat kabar, serta publikasi dari situs 9
10 pemerintah Korea Selatan. Adapun sumber surat kabar elektronik sebagian besar merupakan data sekunder, sebab sebagian besar telah hilang dari situs aslinya sehingga menggunakan hasil olahan para peneliti yang tercantum di dalam buku, artikel, jurnal, paper, dan disertasi. Data yang diperoleh kemudian diolah secara kualitatif untuk dianalisa dengan konsep dan teori yang relevan sebagaimana disebutkan pada bagian landasan konseptual. Diharapkan data tersebut dapat mendukung argumen utama penulis. F. Jangkauan Penelitian Jangkauan penelitian ini ialah serangkaian peristiwa dan fenomena terkait Sunshine Policy dan perdebatan yang melingkupinya pada masa pemerintahan Kim Dae Jung selama tahun 1998 hingga G. Sistematika Penulisan Skripsi dengan judul South-South Conflict dalam Sunshine Policy ( ) ini akan terbagi menjadi lima bab. 1. Bab I merupakan pengantar yang berisi latar belakang, rumusan masalah, kerangka konseptual, argumen utama, metode dan jangkauan penelitian, serta sistematika penulisan. 2. Bab II menjabarkan kontroversi Sunshine Policy. 3. Bab III pengantar mengenai South-South Conflict, yakni pembahasan seputar polarisasi masyarakat dan elit politik terhadap Sunshine Policy, 4. Bab IV berisi analisa kontribusi budaya politik terhadap terjadinya South- South Conflict. 5. Bab V berisi kesimpulan penulis terhadap studi kasus yang dianalisa. 10
BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia
101 BAB 5 KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya. Fokus utama dari bab ini adalah menjawab pertanyaan penelitian. Bab ini berisi jawaban yang dapat ditarik dari pembahasan dan
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepanjang tahun 2013, media-media internasional gencar memberitakan dinamika yang terjadi berkaitan dengan situasi politik dan keamanan di Semenanjung Korea.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kontemporer, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, hal
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Konflik yang berkepanjangan antara Korea Selatan dan Korea Utara di Semenanjung Korea membawa pengaruh pada perkembangan kebijakan luar negeri Korea Selatan terhadap Korea
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem demokrasi, eksistensi Partai Golkar merupakan sebuah keniscayaan. Upaya demokratisasi membutuhkan sarana atau saluran politik dengan kebutuhan masyarakat
Lebih terperinciSISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017
SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter
Lebih terperinciMEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI
Publikasi Hasil Riset Indeks Demokrasi Asia: Kasus Indonesia Tahun 2015 MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)
Lebih terperinciZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira
Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA ZULHEFI 55215120049 Program Studi Magister www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinci2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi oleh investor, yakni risiko sistematis dan risiko tak sistematis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah keputusan investasi pada umumnya didasarkan pada pertimbangan besaran return yang akan diperoleh serta risiko yang harus diambil untuk memperoleh return tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia
BAB V KESIMPULAN Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia berubah dari super power state menjadi middle-power state (negara dengan kekuatan menengah). Kebijakan luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media massa dalam menyuguhkan informasi yang akurat dan faktual semakin dibutuhkan di tengah-tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut diiringi dengan semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperincisebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.
BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik
Lebih terperinciPERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME
PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan
201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. diajukan dalam penelitian. Sedangkan yang menjadi rumusan masalah dalam
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini penulis menguraikan data yang diperoleh dari wawancara dengan beberapa orang informan key dari anggota BEM yang merupakan pengurus dari bagian sosial politik, untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Analisis Percakapan Online atas Diskusi Politik Online tentang pembentukan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan dari hasil dan pembahasan kajian kritis tentang media sosial, pola komunikasi politik dan relasi kuasa dalam masyarakat kesukuan Flores dengan
Lebih terperinciDEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI
Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciTEORI-TEORI POLITIK. P. Anthonius Sitepu. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012
TEORI-TEORI POLITIK Penulis: P. Anthonius Sitepu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
Lebih terperinciRESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.
RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,
Lebih terperinciPARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah
PARTAI POLITIK Oleh : Nur Hidayah A. ASAL USUL PARTAI POLITIK 1. Teori Kelembagaan : partai politik dibentuk oleh kalangan legislative (dan eksekutif) karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai
BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. proses pengambilan keputusan antara lain dengan melalui kampanye politik sebagai
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sejak reformasi tahun 1998 merupakan langkah awal sistem demokrasi di indonesia yang membawa pada sistem politk yang sifatnya terbuka. Hal tersebut memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Kesimpulan
BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai
Lebih terperinciBAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar
BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita
Lebih terperinciisu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah
4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menyelenggarakan pemerintahan, setiap Negara senantiasa menggunakan Partai Politik yang didukung dengan sistim politik suatu Negara, yang tidak akan dapat dilepaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan informasi yang terjadi setiap harinya, sudah menjadi kebutuhan penting di setiap harinya. Media massa merupakan wadah bagi semua informasi
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan media massa di Indonesia yang berkembang pesat terutama sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam menyajikan beragam
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang
Lebih terperinciMateri Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.
Demokrasi Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Konsep Demokrasi. Cakupan Demokrasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap
Lebih terperinciPERDAMAIAN DI SEMENANJUNG KOREA PASCA-PERTEMUAN MOON JAE-IN DAN KIM JONG UN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah organisasi masyarakat yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan terhadap kedudukan di pemerintahan dengan cara melakukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Elite Lokal 1. Pengertian Elite Politik Lokal Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Elite Lokal untuk melihat dan menganalisis peran organisasi pencak silat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinciPengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia
Ciptahadi Nugraha 10/296341/SP/23828 Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia Seperti yang kita ketahui, dalam politik pemerintahan Australia terdapat dua partai yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai
9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejumlah perubahan di Indonesia, tercatat peran signifikan gerakan mahasiswa di dalamnya. Gerakan mahasiswa (student movement) merupakan salah satu bentuk dari
Lebih terperinciSosialisme Indonesia
Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial
BAB V Kesimpulan Berdasarkan tulisan diatas, dapat diambil argumen bahwa Media memiliki peranan yang sangat penting dalam isu politik dan hubungan internasional. Di kawasan Mesir dan Suriah bisa dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disatukan kembali. Namun upaya reunifikasi terus berlanjut dari kedua belah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Reunifikasi merupakan proses penyatuan kembali yang dilakukan 2 Negara atau lebih yang sebelumnya terpisah karena peristiwa sejarah. Upaya reunifikasi ini dilakukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. yang diperlukan bergantung pada keberhasilan kegiatan mitigasi. Masyarakat
BAB V KESIMPULAN Perubahan iklim telah berdampak pada ekosistem dan manusia di seluruh bagian benua dan samudera di dunia. Perubahan iklim dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, keamanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,
Lebih terperinciBAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan
BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. kebutuhan untuk menghasilkan rekomendasi yang lebih spesifik bagi para aktor
BAB 5 KESIMPULAN Sebagaimana dirumuskan pada Bab 1, tesis ini bertugas untuk memberikan jawaban atas dua pertanyaan pokok. Pertanyaan pertama mengenai kemungkinan adanya variasi karakter kapasitas politik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik
Lebih terperinciSISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.
SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian sistem Politik 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi. 2. Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa
Lebih terperinciMUHAMMAD ARIF SYUHADA Program Studi Magister
Modul ke: Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun 2002 Josiane Cotrim-Macieira Fakultas PASCASARJANA MUHAMMAD ARIF SYUHADA 55215120063 Program Studi
Lebih terperincipublik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.
BAB VI. KESIMPULAN Perubahan-perubahan kebijakan sektor beras ditentukan oleh interaksi politik antara oligarki politik peninggalan rezim Orde Baru dengan oligarki politik reformis pendatang baru. Tarik
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciRESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
RESUME Australia adalah sebuah negara yang terdapat di belahan bumi bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) merupakan proses perekrutan pejabat politik di daerah yang berkedudukan sebagai pemimpin daerah yang bersangkutan yang dipilih langsung
Lebih terperinciSEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI
, Edisi 003, Oktober 2011 i g i t a l l i m e m o k r a t i s m o k r a t i s. c o m SEKULARISME, ISLAM AN EMOKRASI I TURKI Ihsan Ali-Fauzi 1 Informasi Buku: Hakan Yavuz, Secularism and Muslim emocracy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam
Lebih terperinci2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciKomunikasi Politik dalam Sistem Politik 1
Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1 Beberapa ilmuan melihat komunikasi politik sebagai suatu pendekatan dalam pembangunan politik. Oleh karena itu komunikasi politik dianggap memiliki fungsi yang
Lebih terperinciRealitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Realitas di balik konflik Amerika Serikat-Irak : analisis terhadap invasi AS ke Irak Azman Ridha Zain Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=93120&lokasi=lokal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skripsi ini mendiskusikan tentang politisasi kawasan konservasi Tasmanian Wilderness oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott. Tasmanian Wilderness merupakan salah
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah biasanya menimbulkan berbagai permasalahan yang berawal dari ketidakpuasan suatu golongan masyarakat, misalnya
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Pertama
BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dimana sistem pemerintahan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam negara
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciMarketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta
Marketing Politik; Media dan Pencitraan di Era Multipartai, oleh Roni Tabroni Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan
BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka, bebas dan jujur.tetapi pemilihan umum 1955 menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia setiap 5 tahun sekali mempunyai agenda besar dalam pesta demokrasinya dan agenda besar tersebut tak lain adalah Pemilu. Terhitung sejak tahun 2004
Lebih terperinciPERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1
PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Lebih terperinciGLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES
PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan global yang begitu cepat terjadi di masa sekarang disebabkan oleh bertambah tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, arus informasi serta
Lebih terperinciPenelitian, Evaluasi dan Kebijakan
Sesi 9 Mata Kuliah: KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN Penelitian, Evaluasi dan Kebijakan 1 Penelitian kesehatan terdiri dari penelitian dasar (misalnya, berbasis laboratorium) dan penelitian terapan (misalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yang tidak lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin
BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada
Lebih terperinciPerjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus
Perjuangan Front dan Perjuangan Demokratisasi Kampus Ditulis oleh Toni Triyanto Dalam setiap fase pergolakan politik di tanah air ini sebenarnya tidak lepas dari peran kaum pemuda dan Mahasiswa, sepanjang
Lebih terperinci