BAB I PENGANTAR. wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR. wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain"

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Mataram Kuna merupakan kerajaan yang pernah berpusat di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY dengan peninggalannya antara lain candi. Kerajaan Mataram dapat ditelusuri melalui Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi. Dari prasasti tersebut diketahui bahwa pada tahun 732 Masehi, Raja Sanjaya mendirikan bangunan suci di atas bukit (Gunung Wukir) dengan objek ritual berupa Lingga. Pembangunan candi dan Lingga sebagai tanda keberhasilan membangun kembali kerajaan dan bertahta dengan aman setelah menaklukan musuh-musuhnya. Dalam prasasti Mantiyasih (907 Masehi) disebutkan Sanjaya disebut raja yang pertama yang bertahta di Medang. Prasasti Canggal ditemukan di halaman candi di puncakbukit (Gunung Wukir), Kecamatan Salam (Kabupaten Magelang), yang kemudian dikenal dengan Candi Gunung Wukir. Lingkungan Candi Gunung Wukir merupakan salah satu candi di perbukitan yang diklasifikasikan sebagai situs seremonial. Lebih lengkap penelitian Subroto (1995) membedakan situs-situs purbakala berdasarkan fungsi dan aktivitasnya di antaranya situs habitasi, situs perdagangan, situs penambangan, dan situs seremonial. Mengenai candi sebagai situs seremonial dipertegas oleh Soekmono (1974) dalam 1

2 2 disertasinya fungsi candi sebagai kuil dan bukan makam. Sebagai situs seremonial, candi dibangun dekat dengan lingkungan permukiman masyarakat pendukungnya, meskipun data permukiman kuna belum banyak memberikan informasi. Selanjutnya dalam tulisan ini digunakan Mataram Kuna untuk membedakan dengan pengertian Mataram (periode Islam abad 17 Masehi). Saat ini sebutan candi untuk menyebut bangunan sakral abad IV-XV Masehi di Indonesia yang mendapat pengaruh budaya dari India. Candi juga untuk menyebut bangunan baik yang berlatar belakang agama Hindu ataupun agama Buddha (Liebert, 1976 Soekmono, 1974., Krom 1923). Sejumlah penelitian menyimpulkan meskipun candi menunjukkan adanya pengaruh budaya dari India, tetapi tidak ada candi di Indonesia yang persis sama dengan kuil di India. Ketidaksamaan itu terjadi karena pengaruh budaya dari India tidak sepenuhnya ditiru, tetapi budaya dari India telah memperkaya budaya lokal (Soekmono, 1974., Sulaiman, 1986., Anom, 1997). Pengaruh budaya dari India yang diyakini mempengaruhi budaya lokal di antaranya persyaratan dalam pemilihan lokasi dan prosedur dalam membangun candi. Masalah lokasi, menurut naskah Tantra Samuccaya disebutkan lokasi yang baik untuk mendirikan kuil adalah puncak bukit, di lereng gunungapi, di hutan, di lembah (Kramrich, 1946., Santiko, 1995., Mundarjito, 1993). Berdasarkan naskah Manasara (Vastusastra) disebutkan bahwa candi sebaiknya ditempatkan di dekat air, baik air sungai (terutama pertemuan dua buah sungai), maupun mataair, tepi pantai atau danau, dan apabila jauh dari

3 3 sumber air dapat dibuatkan kolam buatan di halaman kuil, atau menempatkan sebuah jambangan berisi air di dekat candi. Penjelasan tersebut di atas menunjukkan sumberdaya alam menjadi pertimbangan untuk mendirikan candi. Meski demikian terdapat candi dibangun dengan sumberdaya alam rendah, dan hal ini menjadi petunjuk bahwa selain sumberdaya alam, masalah kepercayaan agama menjadi pertimbangan. Artinya candi dan lingkungan dirancang berlandaskan kepercayaan yang mengacu pada konsep kosmologi yaitu kepercayaan adanya keserasian antara dunia manusia (mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos). Menurut kepercayaan ini manusia selalu berada di bawah pengaruh kekuatan-kekuatan yang terpancar dari bintang-bintang dan planet. Kekuatan itu dapat membawa kebahagiaan, kesejahteraan, atau bencana tergantung dari atau tidaknya masyarakat, atau kerajaan menyerasikan hidup dan semua kegiatannya dengan gerak alam semesta. Kelompok-kelompok masyarakat atau kerajaan dapat memperoleh keserasian dengan alam semesta jika kerajaan juga bangunan candi disusun sebagai bayangannya, sebagai kosmos dalam bentuk kecil (Geldern, 1942., Poesponegoro, 2009). Kosmos dalam pandangan doktrin Hindu ataupun Buddha pada prinsipnya sama. Pusat alam semesta adalah Gunung Meru yang dikelilingi oleh tujuh samudra dan daratan. Di sekitar Gunung Meru atau gunung kosmis beredarlah matahari, bulan, dan bintang. Pada puncaknya berdirilah tempat tinggal para dewa yang dikelilingi tempat tinggal delapan loka pala sebagai

4 4 penjaga mataangin. Alam di sekitar Gunung Meru secara vertikal dibagi menjadi tiga bagian, alam bawah atau Bhumi (bhurloka atau kamadatu), alam tengah atau atmosfir (bhuvarloka atau rupadattu ), dan di atasnya adalah svarloka atau arupadatu, alam dewa (Geldern, 1942, Anom, 1997., Poesponegoro, 2009). Desain lingkungan candi dengan tata ruang halaman ditata berundak-undak dan candi terletak di pusat halaman sama posisinya dengan Gunung Meru yang dikelilingi samudra, daratan dan masyarakat menjadi bagian dari alam semesta tersebut. Dengan kata lain gambaran makromosmos mewujud pada beragam wujud candi dan lingkungan menjadi kompleks candi yang luasa, atau skala yang lebih kecil. Terkait dengan hal itu, maka menarik untuk menelusuri adanya konsepsi kosmologis yang melandasi desain tata ruang candi dan lingkungannya, yang merepesentasikan gambaran sebuah kosmos. Untuk mengetahui candi dan lingkungannya sebagai representasi gambaran sebuah kosmos, maka lingkungan candi harus dilihat sebagai sistem tanda. Hal yang dirujuk oleh tanda menurut kajian semiotika ada dua jenis (Danesi 2010., Hoed, 2011) yaitu : 1) merujuk yang kongkrit artinya sesuatu yang nyata, seperti candi yang merujuk pada sebuah bangunan, 2) merujuk pada yang abstrak artinya merujuk pada gagasan, konsep Gunung (Meru). Dalam mengkaji tanda, penting untuk mengamati tanda-tanda sumberdaya alam di sekeliling lingkungan candi seperti tanah, batuan, sumber air, dan tanaman yang dimaknai masyarakat sebagai sesuatu yang sakral. Selain komponen-komponen lingkungan tersebut bangunan candi

5 5 juga memiliki seperangkat tanda bermakna seperti tata ruang halaman, candi dan objek ritual : Lingga-Yoni, arca, dan stupa. Tanda-tanda bermakna dari lingkungan terhubung dengan tanda-tanda bermakna dari candi menjadi satu kesatuan sistem tanda dan sistem simbol yang merepresentasikan ruang sakral sebuah kosmos. Jadi, lokasi, tanah, batuan, sumber air, dan candi adalah seperangkat tanda yang dapat menjadi panduan untuk merekonstruksi perihal pengetahuan dan cara masyarakat pada waktu itu dalam mewujudkan gagasan tentang kosmos dalam mendirikan candi. Disinilah muncul istilah bahwa manusia adalah makhluk pencari tanda. Artinya aktivitas manusia memanfaatkan lingkungan dimulai dengan mengenal tanda-tanda di lingkungan sekitarnya dan pengetahuan tersebut terus berlanjut antargenerasi sehingga membentuk tradisi yang menjadi cirikhas suatu masyarakat. Tatacara membangun candi di lingkungan lahan yang subur, dekat dengan sumber air rupanya merupakan tradisi yang berlaku umum bagi masyarakat pada waktu itu. Lingkungan candi yang merefleksikan ruang sakral tidak hanya menampilkan ekspresi bangunan yang menjulang tinggi dan megah, namun juga beragam ekspresi candi dengan ukuran bangunan yang lebih kecil dan sederhana. Lingkungan candi di wilayah penelitian merupakan ekosistem bentanglahan yang ditandai dengan sederetan gunungapi yang berjajar sepanjang lajur tengah Pulau Jawa yang sering disebut sebagai lajur vulkanik. Material vulkanik yang dikeluarkan dari gunungapi menyumbang tingkat kesuburan lahan di lereng gunungapi hingga dataran. Selain itu sejumlah

6 6 mataair dan sungai dengan anak sungainyaikut berperan meningkatkan kesuburan lahan untuk bercocok tanam. Deretan pegunungan dan gunungapi yang berjajar melingkar di wilayah penelitian di antaranya Pegunungan Vulkanik Menoreh, Gunung Giyanti, Gunungapi Andong, Gunungapi Telomoyo, Gunungapi Merbabu, dan Gunungapi Merapi. Di antara jajaran gunungapi terdapat perbukitan, dan menghampar dataran kaki gunungapi yang cukup luas, dengan sumberdaya alam yang memadai sehingga memungkinkan terbentuknya permukiman masyarakat abad IX-M Masehi yang dekat dengan lingkungan candi (Gambar 1.1). G. Sumbing G. Giyanti G.Telomoyo G. Andong G. Merbabu G. Merapi Borobudur Pegunungan Vulkanik Menoreh Prambanan Perbukitan Baturagung Gambar 1.1: Ekosistem Bentanglahan Wilayah Penelitian Perbesaran skala vertical (vertical exaggeration/ ve) = 1,2 (Digambar oleh : Rahmat Fitri Adhi, 2015)

7 7 Masyarakat memilih ruang dan menentukan lokasi candi untuk tempat peribadatan adalah fenomena budaya yang menurut Hoed (2011) mencerminkan bahwa ruang dapat dibedakan antara ruang sakral, ruang profan atau ruang publik yang fungsinya berbeda-beda. Memilih ruangdi lereng gunungapi, dataran, dan perbukitan untuk mendirikan candi yang gagasannya merujuk pada simbol kosmos menunjukkan bahwapara pendirinya memiliki kemampuan mengenal tanda-tanda sakral lingkungan. Pengetahuan mewujudkan candi dan lingkungannya sebagai simbol kosmos menujukkan keteraturan dalam menggunakan tanda-tanda sakral, misalnya candi dibangun dekat dengan sumberair, halaman ditata berudak-undak dengan tingkatan paling tinggi sebagai ruang paling sakral dengan objek ritual berupa arca,lingga-yoni, atau stupa. Namun simbol kosmos yang mewujud pada candi dan lingkungannya dapat dimakani secara beragam oleh masyarakat pada waktu itu, dibuktikan dengan tulisan dari sumber prasasti dan naskah. Jadi tanda-tanda yang membentuk sistem tanda ruang sakral akan memiliki makna yang beragam apabila konteksnya berbeda. Hal itu tampak dari Candi Mendut Candi Pawon Candi Borobudur merupakan candi yang didirikan di lokasi yang berbeda-beda, namun ketiganya terhubung menjadi satu kesatuan (garis imajiner). Ketiga candi sebagai ruang sakral dapat diamati dari tanda-tanda lingkungan yang mengelilingi candi meliputi : Candi Mendut dan Candi Pawon di dataran dan Candi Borobudur di puncak bukit, lingkungan tanah subur, dekat dengan sungai dan danau, sumber bahan bangunan (batu, bata, kayu) melimpah.

8 Permasalahan Penelitian Daerah penelitian yakni poros Kedu Selatan-Prambanan. Digunakan istilah poros mengacu pada pengertian garis yang bersifat khayal yang menghubungkan Kedu Selatan mengarah ke kawasan Prambanan. Wilayah ini diyakini menjadi pusat kerajaan Mataram Kuna abad IX-X Masehi dengan penanda Candi Borobudur di Kedu Selatan dan Prambanan di Kawasan Prambanan. Istilah pusat ditafsirkan sebagai tempat bertemunya budaya lokal dan budaya dari India yang kemudian dikenal dengan tradisi besar, dan di luar pusat dikenal dengan tradisi kecil. Wilayah penelitian itu merupakan wilayah yang sebagian daerahnya berupa ekosistem bentanglahan asal vulkanik, mulai dari deretan melingkar mulai dari Pegunungan Vulkanik Menoreh, lereng Gunungapi Sundoro, lereng Gunungapi Giyanti, lereng Gunungapi Telomoyo, lereng Gunungapi Andong, Gunungapi Merbabu, Gunungapi Merapi. Deretan gunungapi hingga dataran kaki gunungapi sebagian terletak di Kabupaten Magelang Kabupaten Klaten (Jawa Tengah), dan Kabupaten Sleman (DIY). Sebagian wilayah merupakan ekosistem bentanglahan perbukitan, misalnya ditandai dengan satuan bentuklahan asal denudasional yaitu kompleks Perbukitan Gendol (Muntilan),dan satuan bentuklahan asal struktural yaitu Perbukitan Baturagung (Prambanan-Klaten). Area di antara lereng gunungapi dan perbukitan terdapat dataran dengan lahan relatif subur dengan lahan pertanian (sawah dan tegalan) yang mendukung kehidupan masyarakat Mataram Kuna pada waktu itu. Alasan

9 9 dipilihnya wilayah penelitian di poros Kedu Selatan-Prambanan dengan pertimbangan : 1) wilayah Kedu Selatan-Prambanan memiliki konsentrasi peninggalan candi yang padat dengan ukuran dan bahan bangunan candi bervariasi, juga latar belakang agama baik agama Hindu ataupun Buddha, 2) karakteristik candi berbeda-beda dan tersebar di lereng gunungapi, dataran, dan perbukitan, 3) sumberdaya alam yang beragam meliputi jenis tanah, keanekaragaman flora dan fauna, bahan batuan, dan beragam wujud sumber air. Permasalahan yang menarik untuk dikaji adalah : 1. Candi di lingkungan lereng gunungapi, dataran, ataupun di perbukitan dirancang dengan cara khas hingga membentuk ruang sakral yang merepresentasikan simbol kosmos. 2. Di suatu lingkungan, candi tampil dengan desain tata ruang halaman dan ekspresi candi yang berbeda-beda. 3. Fenomena keletakan Candi Mendut yang terletak pada garis dengan Candi Pawon dan Candi Borobudur mengindikasikan sebuah relasi tanda dengan sebuah makna Rumusan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian tersebut di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana simbol kosmos mewujud pada candi di lingkungan lereng gunungapi, lingkungan dataran dan di lingkungan perbukitan?

10 10 2. Mengapa candi dan lingkungan tampil dengan tanda yang sama namun maknanya dapat berlainan? 3. Bagaimana struktur makna dari tiga serangkai Candi Mendut-Candi Pawon-Candi Borobudur yang terhubung dalam satu garis (imajiner) Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran desain candi dan lingkungannya abad IX-X Masehi sebagai representasi kosmos. Secara rinci penelitian ini bertujuan : 1. mengenali rangkaian tanda-tanda bermakna dari lingkungan candi yang memperlihatkan sifat struktural sekaligus menemukan konsepkonsep pemikiran dalam mendirikan ruang sakral sebuah candi,. 2. menjelaskan gagasan dan pemikiran masyarakat abad IX-X Masehi dalam mewujudkan lingkungan candi sebagai ruang sakral yang ekspresinya berbeda-beda di suatu lokasi, 3. menafsirkan makna relasi tiga serangkai Candi Mendut Candi Pawon Candi Borobudur yang didirikan dalam satu garis (imajiner) Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dapat dibedakan antara manfaat teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis untuk ilmu pengetahuan:

11 11 1. Mengkaji sistem pertandaan candi dan lingkungannya yang kemudian disebut semiotika lingkungan masih membuka banyak peluang untuk dilakukan penelitian. 2. Dengan pendekatan semiotika dapat ditelusuri prosedur dalam menganalisis sistem tanda untuk menjelaskan makna simbolis lingkungan candi yang ekspresinya beragam di berbagai lokasi. Manfaat praktis berkaitan dengan kepentingan masyarakat : 1. Dalam era otonomi daerah, setiap daerah berupaya untuk mengelola potensi sumberdaya budaya berupa candi. Pengelolaan candi harus menyatu dengan lingkungan di sekelilingnya, sehingga pemanfaatan sebagai objek wisata budaya akan lengkap dan menyeluruh. 2. Memberikan apresiasi kepada masyarakat pentingnya melestarikan candi dan menjaga lingkungan sekeliling candi. Candi dan lingkungan sebagai warisan budaya bukan hanya bermanfaat bagi kalangan akademis saja namun juga bagi masyarakat. Kelestarian candi dan lingkungannya dapat menjadi aset dan identitas suatu daerah Keaslian Penelitian Penelitian tentang bangunan candi, khususnya Masa Mataram Kuna sudah sering dilakukan, apalagi yang berorientasi mikro, misalnya tentang seni hias, dan kajian tentang arsitektur. Penelitian yang berorientasi meso maupun makro juga cukup banyak dilakukan di antaranya oleh Mundarjito

12 12 (1993). Namun demikian hasil kajian yang dilakukan cenderung berhenti sampai tahapan menyimpulkan hubungan erat antara potensi sumberdaya alam dengan candi. Kajian belum banyak mengarahkan perhatiannya tentang makna dari relasi-relasi antara tanda satu dengan tanda lain dari lingkungan candi. Untuk menunjukkan keaslian penelitian, berikut disajikan penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya (Tabel 1.1)

13 Tabel 1.1. Penelitian-Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Tulisan Tujuan Penelitian Metode/Pen dekatan Soekmono Candi Fungsi dan Mengungkap fungsi candi Historis, analogi 1974 Pengertiannya etnografi (disertasi) Ossenbrugen, FDE van, 1975 (buku) Terj:Asal-Usul Konsep Jawa tentang Moncopat, dalam Hubungan dengan Sistem- Sistem Klasifikasi Primitif Tujuan menganalisis latar belakang dari sistem moncopat yang ada dalam susunan masyarakat pedesaan di Jawa Mengungkap semua data artefaktual yang ada di sekitar candi Mendapatkan gambaran data geografi dari perjalanan Bujangga Manik Interpretasi data prasasti, naskah, data etnografi Hasil Penelitian 1. Candi tidak pernah sebagai makam, tetapi candi adalah kuil. 2. Candi sebagai mata rantai dalam perkembangan kebudayaan indonesia sejak jaman prasejarah sampai saat ini 3. Menjadi landasan perkembangan jaman prasejarah adalah kebudayaan megalitikum Pembagian ruang menjadi empat atau delapan dikenal di berbagai pusat kebudayaan kuna, termasuk di Jawa Boechari, 1977 (artikel) Candi dan Lingkungannya Penafsiran prasasti berbaha sa Jawa Kuna Masyarakat Jawa Kuna mengenal suatu sistem percandian seperti halnya masyarakat Bali sekarang. Noordyn, Bujangga Manik Journeys Naskah dan Bujangga Manik melakukan perjalanannya 1982 Through Java: Topographical toponimi menuju tempat-tempat pertapaan dan (artikel) Data From and Old Sundanese padepokkan di lereng-lereng gunungapi Source (Mandargeni- Merapi) mulai dari Pajajaran hingga Mojopahit. Subroto, 1984 Peninggalan Arkeologis Dieng: Mengkaji lingkungan candi Observasi dan 1. Dieng termasuk situs pemujaan dan (laporan Tipe Situs dan Kronologinya untuk menentukan tipe situs metode seriasi sekaligus situs permukiman penelitian) dan kronologi 2. candi-candi tidak dibangun dalam satu nya periode pembangunan, tetapi antara abad VIII- abad XIII Masehi. Soediman Makna dan Fungsi Candi dari Melihat arti arsitektur candi Tekstual naskah Bangunan candi mempunyai makna serta 13

14 Peneliti Judul Tulisan Tujuan Penelitian 1985 (artikel) Nina Setiani, 1987 (artikel) Nurhadi Rangkuti, 1988, (artikel) Kusen, 1991, laporan penelitian Mundarjito 1993 (disertasi) Kartika Setyawati, 1995 (artikel) Baskoro Daru Tjahyono, 1997 (artikel) Sudut Pandang Keagamaan Ragam Hias Kala pada Candi- Candi di Indonesia Candi & Konteksnya : Tinjauan Arkeologi Ruang Identifikasi Toponim dalam Prasasti Jawa Kuna Abad IX-X Dari Prambanan dan Sekitarnya dengan Toponimi Masa Kini Pertimbangan Ekologi pada Penempatan Situs Masa Hindu Budha di Yogyakarta kajian Arkeologi Skala Meso Naskah-Naskah Merapi Merbabu Koleksi Perpustakaan Nasional Indonesia : Tinjauan Awal Proses Transformasi Budaya dalam perkembangan Arsitektur Bangunan Suci Indonesia Klasik dari sudut pandang keagamaan Mengkaji penggambaran motif ragam hias kala di Jawa, Sumatra, Bali Menafsirkan arti, fungsi dan simbol candi Banyaknya toponim yang disebut dalam prasasti dan mencari kesamaan dengan toponim sekarang Mencari hubungan keletakan situs dengan sumberdaya alam Mendapatkan gambaran khasanah Jawa klasik melalui naskah Merapi-Merbabu Mengkaji perbedaan gaya bangunan candi periode Jawa Tengah dan Jawa Timur. Metode/Pen dekatan Deskriptif analitis Arkeologi ruang Penafsiran prasasti dan menggunakan peta Pendekatan ekologi Kritik sumber, teks naskah Deskriptif analitis Hasil Penelitian fungsi majemuk sebagai lambang gunung kosmis, poros dunia, dan penghubung antara bumi dan langit. Perbedaan gaya seni motif kala karena adanya faktor perbedaan nilai tradisi budaya setempat, fungsinya sama terkait dengan keagamaan Pola keruangan dari situs- situs arkeologi dapat mencerminkan polaan aktivitas manusia masa lalu 11 prasasti menyebut 69 nama watak, dan 175 nama wanua. 62 toponim dapat dibandingkan dengan toponim masa kini. Terdapat 4 macam pola hubungan antara keletakan candi dengan variasi sumberdaya lingkungan. Masih terdapat 400 naskah belum terbaca sebagian menyebut adanya padepokan/pusat keagamaan di lereng gunungapi Mandargeni (Merapi) Perubahan gaya seni bangunan candi berkaitan dengn perubahan alam pikir masyarakatnya yang tidak lagi mengacu budaya India. 14

15 Peneliti Judul Tulisan Tujuan Penelitian Edy Sedyawati, 1999 (artikel) Heddy Shri Ahimsa-Putra, 2006 (Buku) Niken Wirasanti 2000 (tesis) Niken Wirasanti, 2001 (Laporan Penelitian) Riboet Darmosoetopo, 2003, Disertasi Sejarah Arsitektur Indonesia dan Pemahaman Budaya Strukturalisme Levi-Straus Mitos dan Karya Sastra Pemanfaatan Sumberdaya Lingkungan Masa Jawa Kuna Abad IX-X (kasus Situs Kawasan Prambanan) Keberadaan Candi-candi di Perbukitan Baturagung Sima dan Bangunan Keagamaan di Jawa Abad IX-X TU Memahami arsitektur dari aspek teknologi dan orientasi pengguna Memahami ide-ide Levistaruss untuk diterapkan pada mitos suku-suku bangsa Mengkaji potensi sumberdaya lingkungan di kawasan Prambanan yang dimanfaatkan masyarakat abad IX-X Masehi Mengkaji latar belakang penempatan candi-candi di Perbukitan Baturagung berdasar aspek religi Mengungkap hubungan tanah sima dengan bangunan keagamaan dan fungsinya Metode/Pen dekatan Historis kronologis Strukturturalisme antropologi Pendekatan historis kronologis dengan metode interpretasi pada komponen lingkung-an fisik. Fenomenologi Analisis data prasasti abad IX- X TU Hasil Penelitian Sejarah arsitektur dilihat berdasar 3 pokok bahasan. 1. teknik dan kecakapan pengerjaan 2. konsep-konsep pengenal dalam kebudayaan yang bersangkutan 3. penggunaan ragam hias terkait dengan makna Suatu gejala budaya dapat dijelaskan ibaratnya sebuah tatabahasa. Potensi sumberdaya lingkungan di kawasan Prambanan didominasi oleh lahan yang subur, air tanah dangkal. Batuan melimpah. Potensi sumberdaya lingkungan lokasi tersebut rendah, tetapi memiliki nilai tinggi untuk ritual keagamaan. Bangunan keagamaan yang mendapat tanah sima berarti mendapat anugrah dari raja atau pemegang lungguh. Bangunan keagamaan mendapat pengabdian wajib dari pemilik tanah yang dijadikan sima. 15

16 Peneliti Judul Tulisan Tujuan Penelitian Benny H.Hoed, 2007, (buku) Supratikno Raharjo, 2007, (Buku /Tesis s2) Paul Michel Munoz, 2009, (buku terj) Ida Bagus Idedhya na dan I GA Bagus Suryada, 2009 (artikel) Degroot, 2009 (Disertasi) Supratikno Raharjo, 2011 (Buku/diserta si). Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya Kota-Kota Prakonolial Indonesia, Perubahan dan Keruntuhan Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia Serpihan Teori Arsitektur India Candi Space and Landscape : Study on the distribution orientation and spacial organization of central Java Temples Remains. Peradaban Jawa, dari Mataram sampai Majapahit Mengkaji semiotika ruang, industri kreatif, dan identitas Mengkaji teori-teori dinamika perkotaan prakolonial Mengkaji sejarah Indonesia dan semenanjung Malaysia sebelum masa Islam Mengkaji asal usul teori arsitektur India Kuno Mengkaji ruang dan lingkungan candi-candi di Jawa Tengah Mengkaji peradaban masyarakat Jawa Kuna Metode/Pen dekatan Pendekatan semiotika Pendekatan kronologis historis Pendekatan historis Naskah sastra Deskrptif analistis Pendekatan materialisme budaya Hasil Penelitian Semiotika merupakan teori bukan sekedar metodologi yang dapat digunakan untuk menjelaskan dan memahami gejala budaya dalam masyarakat. Kota-kota prakolonial dikelompokkan dalam 2 katagori : kota prosumtif dan konsumtif Pengaruh Cina, India dan para pedagang pada masa pemerintahan Semenanjung malaysia dan kepulauan Indonesia. Vastu Sastra merupakan teori suci arsitektur India yang banyak diterapkan dalam rancang bangunan terutama untuk bangunan suci India. Tiga Karakter denah : segiempat, empat persegi panjang, dan segi empat bersudut yang berhubungan dengan agama, masa pembangunan. I: karakter Buddhis candi di Lembah Progo II: karakter Hindu di kawasan Prambanan Rekonstruksi tahap-tahapperkembangan budaya jawa (evolusioner ) 16

17 Peneliti Judul Tulisan Agus Aris Munandar, 2011 (Buku) Wanny Raharjo Wahyudi, 2012, (Buku/ S3) Bangunan Suci Sunda Kuna Niken Wirasanti, 2011 Lingkungan Candi Abad IX-X Masehi Masa Mataram Kuna Di Poros Kedu Selatan Prambanan Tembikar Upacara di CandiCandi Jawa Tengah Abad ke 810 Tujuan Penelitian Mengkaji kehidupan keagamaan masa kerajaan Sunda Mengungkap hubungan bentuk tembikar dengan upacara, hubungan lokasi penelitian tembikar pada halaman candi dengan upacara Mengungkap sistem tanda dan makna pada candi di perbukitan, lereng gunungapi, dan dataran Metode/Pen dekatan Pendekatan diskripstif analistik Analisis bentuk dan studi etnoarkeologi pada upacaraupacara di Bali Semiotika Struktural(Ferdi nan de Saussure dan RolandBarthes) Hasil Penelitian Menjelaskan perihal bentuk-bentuk bangunan suci masa suna Kuna Teridentifikasi 16 wadah tembikar yang ada di pondasi, halaman dan luar halaman yang terkait dengan upacara garbhadhana dan upacara ritual sehari-hari. 1. Candi dan lingkungan adalah sistem tanda yang memiliki aturan yang disepakati secara konvensional. 2. Sistem candi dan lingkungan menunjukkan ekspresi bermakna yang beragam yang memperlihatkan makna yang berkaitan dengan pengukuh kekuasaan, maupun berkaitan dengan konteks sosial budaya (kuil, pertapaan, padepoan). (Sumber: Penulis, 2012) 17

18 18 Penelitian-penelitian tersebut belum menjelaskan lingkungan candi yang merepresentasikan maknanya sebagai ruang sakral simbol kosmos. Terdapat dugaan, lingkungan dipilih termasuk aturan dalam memilih lokasi, mendesain tata ruang halaman, hingga menempatkan candi merupakan hasil konvensi masyarakat pendukungnya dalam upaya mewujudkan ruang kosmos. Semuanya melalui proses pemaknaan yang dilakukan oleh masyarakat pendukungnya. Penelitian ini difokuskan pada lingkungan candi abad IX-X Masehi karena berdasarkan data prasasti, periode tersebut menggambarkan kehidupan masyarakat Mataram Kuna yang sudah tertata dengan baik. Selain itu periode tersebut ditandai dengan pembangunan candi yang megah dan luas di antaranya Candi Borobudur di kawasan Kedu Selatan dan Candi Prambanan di kawasan Prambanan dan candi-candi lainnya yang ukuran bangunannya lebih kecil. Kemampuan masyarakat abad IX-X Masehi membangun candi-candi dengan skala monumental sehingga para ahli menyebut periode tersebut sebagai masa klasik di Indonesia. Dalam pembahasan tidak menutup kemungkinan menggunakan data yang relevan dari masa sebelum atau sesudah abad IX-X Masehi karena pada dasarnya Mataram Kuna adalah bagian dari rangkaian peristiwa sejarah pada masa-masa sebelumnya dan akan berlanjut terus hingga jangkauan wilayah yang cukup luas bukan hanya di Wilayah Jawa Tengah dan DIY tetapi mencapai wilayah Jawa Timur.

19 19 Lokasi penelitian dipusatkan di wilayah Jawa Tengah-DIY, khususnya Poros Kedu Selatan-Prambanan, karena karakteristik lingkungannya dapat mewakili gambaran lingkungan Kerajaan Mataram Kuna sebagai kerajaan di pedalaman dengan basis daerah agraris yang berkembang di dataran, di sekitar lereng gunungapi, dan perbukitan. Di wilayah penelitian tersebut peninggalan candi terkonsentrasi dengan tingkat kepadatan cukup tinggi.

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa klasik yang berkembang di Nusantara dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7). Masa ini berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Plato 1 Dieng merupakan sebuah dataran tinggi yang berada di atas 2000 m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato Dieng berada

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN SISTEM TANDA RUANG SAKRAL CANDI (Kasus Candi-Candi Masa Mataram Kuna Abad IX Masehi)

STRUKTUR DAN SISTEM TANDA RUANG SAKRAL CANDI (Kasus Candi-Candi Masa Mataram Kuna Abad IX Masehi) STRUKTUR DAN SISTEM TANDA RUANG SAKRAL CANDI (Kasus Candi-Candi Masa Mataram Kuna Abad IX Masehi) Niken Wirasanti Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol

BAB I PENDAHULUAN. pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Simbol merupakan tanda yang muncul dari kesepakatan sosial, misal pada penggunaan lambang suatu kerajaan (Zoest, 1993, hal. 6). Simbol sangat erat dengan kehidupan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 6. Perkembangan Danau Borobudur dipengaruhi oleh adanya aktivitas vulkanik, tektonik, dan manusia. Ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang kaya akan situs-situs arkeologi baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN 8.1. Kesimpulan 1. Selama abad ke-15 hingga ke-19 terdapat dua konsep pusat yang melandasi politik teritorial di Pulau Jawa. Kedua konsep tersebut terkait dengan

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

Bahagian A. (40 markah) Jawab semua soalan

Bahagian A. (40 markah) Jawab semua soalan Bahagian A (40 markah) Jawab semua 1. Kerajaan yang muncul dalam tamadun awal Asia Tenggara boleh dibahagikan kepada kerajaan agraria dan kerajaan maritim. a) Apakah yang dimaksudkan dengan kerajaan agraria?

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya BAB V KAJIAN TEORI 5. V 5.1. Kajian Teori Penekanan /Tema Desain Tema desain yang digunakan pada bangunan Pusat Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam penggunaan tema arsitektur

Lebih terperinci

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa

Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Gb 3.9 Denah Candi Jiwa Jika dibandingkan dengan candi-candi periode Mataram Kuno, candi dengan denah berpintu empat merupakan candi yang istimewa, seperti halnya candi Siwa Prambanan yang bersifat Hindu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari / BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Perancangan BAB II KAJIAN TEORI A. Perancangan Perancangan adalah fase pertama dalam pengembangan rekayasa produk atau sistem. Kata perancangan berasal dari kata kerja merancang yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973 Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater Penulis : Clifford Geertz Oleh : Isnan Amaludin NIM : 08/275209/PSA/1973 Prodi : S2 Sejarah Geertz sepertinya tertarik pada Bali karena menjadi suaka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1

Pertemuan IX. Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. Universitas Gadjah Mada 1 Pertemuan IX Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Tengah Universitas Gadjah Mada 1 IX. Contoh kasus candi-candi Periode Jawa Tengah. a. Peninggalan candi Canggal, candi Dieng, Candi kalasan, situs Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang berarti batu, sehingga dapat diartikan sebagai batu besar (Soejono, 2010). Sebagian besar tinggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno Kerajaan Mataram Kuno KELOMPOK 4 : ADI AYU RANI DEYDRA BELLA A. GHANA N.P. PUSAKHA S.W.Q (01) (Notulen) (08) (Moderator) (11) (Anggota) (20) (Ketua) Kerajaan Mataram (Hindu-Buddha), sering disebut dengan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa

Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Fungsi agama dalam pemerintahan pada masa kejayaan majapahit (abad ke-14 masehi) HB. Hery Santosa Deskripsi Dokumen: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=74007&lokasi=lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

449 IX. PENUTUP 9.1. Kesi mpulan

449 IX. PENUTUP 9.1. Kesi mpulan 449 IX. PENUTUP Bagian yang akan menutup pembahasan tentang ruang lokal Kawasan Pusat Situs Purbakala ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama, adalah kesimpulan hasil penelitian tentang Ruang Kemuliaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Ekonomi Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan

Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan 1 Manusia lahir, hidup, dan akhirnya meninggalkan dunia hanya atas kehendak Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan mengakui bahwa dunia beserta segala isinya dan seluruh

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG ARSITEKTUR BANGUNAN BERCIRI KHAS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA

PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA PENEMUAN SEBUAH CANDI BATA DI DAERAH PANTURA JAWA TENGAH THE FINDING OF BRICK CONSTRUCTED TEMPLE IN THE NORTHERN COASTAL OF CENTRAL JAVA T.M. Rita Istari Balai Arkeologi Yogyakarta ABSTRACT The discovery

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya Oleh: Jajang Agus Sonjaya, M.Hum. (Dosen Arkeologi FIB UGM dan Staf Peneliti Sosial Budaya PSAP UGM) Tanggal 19 Februari 2005 Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI

BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI 118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT

BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT MATERI PELAJARAN: IPS SD KELAS 4 SEMESTER I BAB I PENINGGALAN SEJARAH DI LINGKUNGAN SETEMPAT A. Peninggalan Sejarah Sejarah adalah cerita tentang kehidupan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubur Pitu merupakan peninggalan bersejarah yang ada hingga sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat hiasan Matahari dengan Kalimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Realitas dinamika kehidupan pada masa lalu, telah meninggalkan jejak dalam bentuk nama tempat yang menggambarkan tentang kondisi tempat berdasarkan sudut filosofi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah.

Daftar Pustaka. Atmosudiro, Sumijati Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. 70 Daftar Pustaka Atmosudiro, Sumijati. 2001. Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Jawa Tengah. Ayatrohaedi. 1978. Kamus Istilah Arkeologi. Jakarta. Bakker S.J.,J.W.M. 1972. Ilmu Prasasti Indonesia.

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan masyarakatnya yang Pluralistic mempunyai berbagai macam bentuk dan variasi dari kesenian budaya. Warisan kebudayaan tersebut harus

Lebih terperinci