BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara
|
|
- Fanny Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara hidup, norma, aturan, tata nilai, dan kepercayaan, dan juga merupakan cara pandang suatu masyarakat terhadap alam semesta yang ditransformasikan dalam bentuk ruang bermukimnya. Tempat ( place) adalah suatu ruang ( space) dengan karakter yang unik. Karakteristik suatu tempat bukan hanya mewadahi kegiatan fungsional, melainkan menyerap dan menghasilkan berbagai kekhasan suatu tempat, antara lain setting, komposisi, konfigurasi bangunan serta kehidupan masyarakat setempat. Begitupun halnya dengan karakteristik suatu lingkungan permukiman adalah kumpulan berbagai artefak yang merupakan gabungan antara tapak (site), peristiwa ( event), sejarah, pola kehidupan sosial masyarakat dan kumpulan berbagai macam elemen fisik lainnya. Sehingga mempelajari ruang dalam suatu permukiman harus dipelajari juga kondisi sosial budaya masyarakatnya untuk membantu memberikan makna terhadap bentukan ruang yang terjadi termasuk didalamnya hal-hal yang menjadi dasar suatu kelompok masyarakat dalam memilih tempat bermukimnya. Keadaan lingkungan alam penting untuk dipelajari dan diperhatikan dalam mempelajari keanekaragaman kebudayaan. Kondisi alam setempat juga mempunyai pengaruh terhadap bentukan fisik lingkungan. Dalam hubungan perubahan budaya, bentuk perubahan lingkungan permukiman tidak berlangsung 1
2 secara spontan dan menyeluruh, tetapi tergantung pada kedudukan elemen lingkungan tersebut dalam sistem budaya. Hal ini mengakibatkan adanya elemen-elemen yang tidak berubah serta ada elemen-elemen yang berubah mengikuti perkembangan jaman. Keadaan lingkungan alam sangat penting dalam mempelajari keanekaragaman kebudayaan, sehingga kondisi alam setempat memiliki pengaruh yang cukup besar. Suku Muna merupakan salah satu dari tiga etnis terbesar di provinsi Sulawesi Tenggara, dua diantaranya adalah suku Tolaki dan suku Buton. Menurut Ibu (1980), karakteristik ketiga suku tersebut dapat dibedakan atau dikenali berdasarkan kondisi geografis tempat bermukimnya. Suku Tolaki mendiami daratan pulau Sulawesi bagian tenggara, sedangkan suku Muna bermukim dipulau Muna, dan suku Buton dipulau Buton (gambar 1.1) Perkembangan selanjutnya, terjadi perpindahan suku Muna ke kota Kendari (pada waktu itu disebut Kendari Caddi) dengan membentuk pemukiman di lereng pegunungan Nipa-nipa kawasan Gunung Jati, menempati lahan-lahan pemukiman suku Tolaki yang merupakan penduduk asli kota Kendari dan bekas lahan perkebunan pembibitan jati milik Belanda (Tamburaka, 2001). Kawasan Gunung Jati merupakan tanah yang subur, ditetapkan sebagai hutan konservasi dan tidak diperuntukkan sebagai lahan pemukiman. Untuk menghindari pembukaan lahan pemukiman, pemerintah kota Kendari menutup akses ke kawasan tersebut dan menyediakan kawasan siap bangun yang lebih layak di daerah dataran rendah sebagai pemenuhan kebutuhan ruang pemukiman. Namun demikian, komunitas suku Muna di kota Kendari tetap memilih bermukim di kawasan Gunung Jati yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh. Hal tersebut sangat berbeda dengan kondisi 2
3 pemukiman suku Muna di pulau Muna yang berada didataran rendah, pegunungan dengan kondisi tanah tandus dengan tingkat kesuburan yang rendah, dijadikan sumber mata pencaharian hidup sebagai peladang/petani palawija tadah hujan atau membuka perkebunan jati. Saat ini, pemukiman komunitas suku Muna semakin meluas seiring dengan perkembangan wilayah kota. Berdasarkan periodesasi pembentukan pemukimannya dapat dibedakan, yaitu; (i) tahun 1931 awal terbentuknya pemukiman suku Muna, di kelurahan Gunung Jati, (ii) tahun 1964, membentuk pemukiman baru di kelurahan Mangga Dua, (iii) tahun 1987 di kelurahan Sanua, dan (iv) tahun 1999, membentuk pemukiman yang dekat dengan kota baru di kelurahan Labibia. Sebagian besar wilayah ke-empat kelurahan tersebut berada dalam kawasan hutan konservasi pegunungan Nipa-nipa. (gambar 1.1) (a) (b) Gambar 1.1 (a). Peta Wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara; (b) Peta Wilayah Kota Kendari dan Kawasan Pemukiman Suku Muna di Pegunungan Nipa-Nipa Sumber : dimodifikasi dari peta tata guna lahan, Dinas Tata Ruang Kota Kendari
4 Pemukiman suku Muna di daerah Gunung Jati kota Kendari dalam hubungannya dengan pemukiman didaerah asalnya di pulau Muna terdapat keunikan dan perbedaan, yaitu; (i) pemukiman komunitas suku Muna dipulau Muna berada didataran rendah sedangkan di kota Kendari berada di pegunungan, (ii) keadaan tanah di pulau Muna, tandus dan berkapur tetapi sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sedangkan di kawasan Gunung Jati dengan tingkat kesuburan tanah yang tinggi, sebagian besar bermata pencaharian hidup sebagai buruh, baik buruh tani, buruh bangunan dan buruh pelabuhan. (iii) status tanah suku Muna di pulau Muna sebagian besar berstatus hak milik namun kondisi rumah bersifat semi permanen atau non permanen, berbeda dengan pemukim suku Muna di kawasan Gunung Jati yang sebagian besar status tanah merupakan tanah negara dan berada dalam kawasan hutan konservasi, tetapi pada umumnya kondisi fisik rumah bersifat permanen. (iv) biaya membangun rumah di dataran rendah lebih murah dibandingkan dengan membangun rumah di dataran tinggi karena bahan material diangkut dengan menggunakan tenaga manusia, tetapi suku Muna tetap bertahan untuk bermukim di kawasan tersebut. Keteguhan suku Muna yang selalu memilih bermukim di kawasan Gunung Jati yang berdasarkan dengan periodesasi perkembangan pemukiman suku Muna di Kota Kendari, memunculkan fenomena tentang adanya keunikan dan perbedaan dengan tempat bermukimnya di pulau Muna yang berada di dataran rendah. Keunikan dan perbedaan tersebut perlu dilakukan pendalaman tentang hubungan emosional suku Muna dan ruang bermukimnya, dimungkinkan terkandung suatu nilai tertentu, nilai-nilai tersebut perlu digali dalam fenomena 4
5 yang terjadi. Nilai apa yang ada, mengapa dan bagaimana pemukim suku Muna mempertahankan nilai tersebut, dalam konteks keteguhan suku Muna tetap bertahan untuk membentuk pemukiman di pegunungan yang berbeda dengan pemukiman di pulau Muna. Hal ini diduga terdapat tata nilai ruang ( space) bermukim yang diyakini komunitas suku Muna dalam menentukan tempat (place) sebagai kawasan bermukimnya. Penelitian ini penting dilakukan, karena merupakan salah satu bagian yang esensial dalam mengungkap secara menyeluruh tentang tata nilai ruang bermukim suku Muna sebagai khasanah dan warisan budaya yang belum digali secara mendalam. 1.2 Rumusan Permasalahan Manusia dalam membentuk wadah bermukimnya sangat dipengaruhi oleh budaya yang telah berakar dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupannya. Selain itu aspek sosial menjadi faktor berikutnya yang sangat dipertimbangkan dan biasanya selalu beriringan dalam proses pembentukan wadah hunian bagi masyarakat tertentu. Aspek-aspek lain seperti iklim, kondisi geografis, akan menjadi faktor pengubah yang mengikuti aspek-aspek budaya dan sosial. Menurut Jayadinata (1992), bahwa didalam kawasan kota terdapat dua faktor yang tidak dapat dipisahkan yaitu lahan dan ruang, sebab didalam penggunaan lahan terdapat nilai-nilai sosial yang kuat yang menunjukkan ikatan lahan secara emosional dengan manusianya. Penggunaan lahan menunjukkan pengaruh budaya yang besar dalam adaptasi ruang, dan ruang merupakan lambang bagi nilai-nilai sosial dan budaya. 5
6 Pemukiman suku Muna di kawasan Gunung Jati di satu sisi tidak menyimpang dari konsep bermukim secara umum, namun disisi lain dengan latar belakang bermukim suku Muna di daerah asal dan pengembangan kawasan permukiman siap bangun oleh pemerintah kota Kendari didataran rendah, serta ditinjau dari biaya pembangunan rumah yang relatif mahal di pegunungan, diduga suku Muna meyakini suatu konsep nilai ruang bermukim yaitu adanya keterkaitan budaya bermukim, ruang bermukim dengan tata nilai bermukim, atau adanya hubungan antara nilai-nilai yang teraga (fisik /tangible) dan tak teraga (non fisik/intangibel). Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu kajian khusus tentang nilai-nilai yang mendasari pemukim suku Muna memilih ruang bermukim di kawasan Gunung Jati kota Kendari. Dari uraian diatas, timbul keinginan peneliti untuk mengetahui dan mendeskripsikan tata nilai ruang bermukim suku Muna di kawasan Gunung Jati Kota Kendari. Hal ini menimbulkan pertanyaan penelitian, yaitu : Mengapa suku Muna tetap teguh memilih bermukim di daerah Gunung Jati yang merupakan kawasan hutan konservasi dan membutuhkan biaya mahal untuk membangun rumah, sedangkan didaerah asalnya bermukim pada daerah dataran rendah? Pertanyaan tersebut diatas merupakan pertanyaan besar, lebih rinci diuraikan menjadi 2 (dua) sub pertanyaan, yaitu : 1. Adakah nilai-nilai bermukim yang diyakini oleh suku Muna sebagai dasar dalam memilih tempat bermukimnya? 2. Apa penyebab sehingga suku Muna tidak memilih bermukim dikawasan siap bangun yang telah disediakan oleh pemerintah kota Kendari didataran rendah? 6
7 1.3 Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran peneliti, belum pernah dilakukan penelitian yang sejenis baik lokus dan fokus tentang tata nilai ruang bermukim suku Muna. keaslian penelitian ini didasarkan pada : (i) fokus penelitian yaitu nilai ruang bermukim, (ii) lokus (kawasan Gunung Jati kota Kendari) dan (iii) metoda yang akan digunakan adalah metoda eksploratif- fenomenologi. Namun demikian, terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai permukiman dan nilai ruang, seperti : Tabel I.1 Rangkuman Penelitian Sebelumnya No Peneliti,. Tahun 1. Mastutie 2001 Thesis 2. Irma Nurjannah 2003 Thesis 3. Rimadewi 2007 Disertasi Ampel. Sumber : Peneliti, 2014 Fokus Penelitian Keragaman Perubahan Rumah di Permukiman Nelayan Biringkanaya Mengetahui bagaimana perubahan rumah dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Fokus amatan dalam penelitian ini adalah fisik lingkungan hunian dan non fisik (menyangkut aktifitas penghuninya) Karakteristik Arsitektur Permukiman Bugis Mengetahui arsitektur permukiman bugis serta faktor-faktor pembentuknya Nilai Ruang di Kawasan Ampel Membangun Konsep Nilai Ruang di Kawasan Lokus Permukiman Nelayan Biringkanaya Makassar Kelurahan Mata dan Puunggaloba Kendari Kawasan Ampel, Surabaya 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi, menemukan dan mendeskripsikan tata nilai ruang bermukim suku Muna yang merupakan budaya bermukim turun-temurun, sehingga dimanapun suku Muna bermukim tetap memegang teguh nilai-nilai bermukim sebagai masyarakat tradisional, walaupun terdapat pengaruh iklim, geografis dan sumber mata pencaharian hidup pada 7
8 tempat bermukim yang berbeda, namun tetap dalam tatanan nilai bermukim yang sama. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka dapat dijabarkan hubungan antara pemukim (su ku Muna) dan ruang bermukimnya ( kawasan Gunung Jati) sehingga dapat ditransformasikan dan diskripsikan informasi empiri etik dan transendental ke dalam sebuah konsep tentang nilai-nilai ruang bermukim yang diyakini suku Muna dalam menentukan kawasan bermukimnya. Dalam hal ini, nilai-nilai tersebut akan membangun perilaku bermukim sebagai bentuk tuntutan akan kebutuhan penggunaan ruang bermukim, sehingga akan nampak kepermukaan adanya hubungan emosional pemukim dengan ruang bermukimnya. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan maupun kepentingan praktis. Untuk kepentingan ilmu pengetahuan, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai ruang bermukim dan memperluas cakrawala pengetahuan tentang makna suatu ruang (space) yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang diyakini oleh pemukimnya sebagai kawasan bermukim. Kepentingan praktis diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan dalam upaya perbaikan kualitas permukiman perkotaan, dan disesuaikan dengan latar belakang budaya pemukimnya. Pengungkapan pandangan suku Muna terhadap ruang bermukimnya diharapkan pemerintah kota Kendari akan lebih bijak dalam menentukan fungsi-fungsi kawasan sehingga kehidupan bermukim menjadi lebih manusiawi. 8
9 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan disusun sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Mendeskripsikan tentang latar belakang dan tangkapan fenomena yang akan diteliti berdasarkan tangkapan fakta empiri dan dilanjutkan dalam merumuskan permasalahan. Selanjutnya membahas mengenai keaslian penelitian dan penelitian sejenis yang pernah dilakukan dan mengungkapkan tujuan dan manfaat penelitian. Bab II. Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai beberapa pandangan tentang kisikisi teori, konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkup penelitian. Pemahaman konsep-konsep yang telah ada sebelumnya disusun menjadi sebuah konsepsi, hal ini dimaksudkan agar menyatukan pemahaman pada pengertian-pengertian tertentu untuk mengarahkan pada fokus penelitian. Fungsi dari konsepsi-konsepsi maupun kisi-kisi teori tersebut sebagai background knowledge peneliti digunakan sebagai perbendaharaan pengetahuan tentang konteks penelitian, menentukan posisi penelitian, yang menyangkut : konsepsi nilai konsepsi nilai ruang konsepsi ruang dalam arsitektur, konsepsi ruang dalam konteks tempat (place) konsepsi ruang ( space), konsepsi hubungan space dan place, konsepsi manusia dan ruang, konsepsi ruang sebagai tempat bermukim, konsepsi ruang bermukim dalam konteks manusia dan budaya, konsepsi permukiman dan kebudayaan, konsepsi pengaruh sosial budaya terhadap bentukan ruang bermukim, konsepsi ruang bermukim dalam masyarakat 9
10 tradisional. Selanjutnya, menberikan gambaran umum tentang pola kehidupan masyarakat suku Muna di daerah asalnya yaitu di pulau Muna, menyangkut : sejarah singkat suku Muna, sistem pelapisan sosial, penggunaan bahasa dalam pelapisan sosial, sistem kekerabatan, pola pemukiman dan sistem mata pencaharian. Bab III. Cara dan Langkah-langkah Penelitian Menjelaskan pendekatan penelitian yang akan digunakan dan langkah-langkah penelitian, menerangkan sumber-sumber data, jenisjenis data dan informasi yang akan diekplorasi, materi amatan, penentuan lokasi penelitian, cara dan teknik informasi, teknik observasi, teknik wawancara, alat yang akan digunakan dalam proses penelitian dan proses wawancara. Bab ini juga menjelaskan teknik analisa yang akan digunakan yaitu teknik analisa induksi dalam membangun pengetahuan, menjelaskan pula langkah-langkah penelitian dalam memproses data, mengkategorisasi kasus, membangun tema dan pada akhirnya merumuskan makna dan nilai pada objek penelitian. Bab IV. Pemukiman Suku Muna Gunung Jati Kota Kendari Mengulas dan mendeskriskan hasil amatan, mengekplasi pemukiman suku Muna di kawasan Gunung Jati, mengali pola kehidupan masyarakat, merekam dan menganalisa fenomena masyarakat, menganilisa keterkaikat anatar fenomena dan ungkapan masyarakat. Mengamati pola keruangan kawasan, sehingga akan tertangkap tema- 10
11 tema yang menguat dalam membangun suatu konsep-konsep lokal yang tumbuh dan lahir dalam pola kehidupan masyarakat suku Muna di Gunung Jati. Bab V. Nilai Ruang Bermukim Suku Muna di Kawasan Gunung Jati Membangun sebuah konsepsi nilai ruang berdasarkan temuan tema-tema yang menguat untuk merumuskn suatu nilai ruang bermukim dalam msyarakat Muna Gunung jati. Menemukan konsep-konsep lokal yang tumbuh dlam kehidupan masyarakat dan menggali fungsi dan peranan konsep-konsep lokal tersebut dalam pola kehidupan masyarakat Bab VI. Kesimpulan dan Saran Uraian hasil penelitian yang merupakan suatu kesimpulan dari seluruh proses penelitian, dibagi dalam : kesimpulan temuan penelitian dan saran berupa sumbangan pemikiran bagi penelitian lebih lanjut, pemerintah daerah dan masyarakat suku Muna di kawasan Gunung Jati. 11
SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix
DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kawasan Gunung Jati sebagai suatu tempat terjadinya interaksi dalam masyarakat suku Muna, memiliki karakteristik yang khas dari masing-masing masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permukiman merupakan salah satu masalah esensial dalam kehidupan. Setiap manusia memerlukan permukiman untuk pelaksanaan aktivitas kehidupan sehari-hari. Permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam suku bangsa yang menyebar dan menetap pada berbagai pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Sabang sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukiman Kampung Aur merupakan salah satu permukiman padat penduduk yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika berbicara mengenai permukiman
Lebih terperinciPENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total panjang keseluruhan 95.181
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks
BAB III METODE PERANCANGAN Metode perancangan Rumah Susun pekerja ini menggunakan metode secara kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks permasalahan yang ada secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini fokusnya adalah unsur arsitektur yang dipertahankan pada rumah di kawasan permukiman tepi laut akibat reklamasi pantai. Kawasan permukiman ini dihuni oleh masyarakat pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang yang ingin keluar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan perguruan tinggi disuatu daerah seringkali akan mempengaruhi pola ruang, kebiasaan bahkan aktifitas masyarakat setempat. Pengaruh ini tidak terlepas dari
Lebih terperinciPola pemukiman berdasarkan kultur penduduk
Pola Pemukiman Terpusat Pola Pemukiman Linier Pola pemukiman berdasarkan kultur penduduk Adanya pemukiman penduduk di dataran rendah dan dataran tinggi sangat berkaitan dengan perbedaan potensi fisik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses yang menunjukan adanya suatu kegiatan guna mencapai kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Strategi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang sekaligus memiliki potensi sebagai kota pesisir yang terletak di tepian Laut Jawa. Potensi pesisir tersebut berimplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu berupa kekayaan alam maupun kekayaan budaya serta keunikan yang dimiliki penduduknya. Tak heran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. peneliti melakukan analisa karakter penelitian Fenomena Ruang Usaha. Pada Kampung Inggris, Pare Kediri sebagai berikut :
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Untuk menentukan metode penelitian apa yang hendak digunakan, peneliti melakukan analisa karakter penelitian Fenomena Ruang Usaha Pada Kampung Inggris,
Lebih terperinciAPLIKASI PARADIGMA NATURALISTIK FENOMENOLOGI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR
Aplikasi Paradigma Naturalistik Fenomenologi dalam Penelitian Arsitektur (Anisa) APLIKASI PARADIGMA NATURALISTIK FENOMENOLOGI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR Anisa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di perkotaan yang sangat cepat seringkali tidak memperhatikan kebutuhan ruang terbuka publik untuk aktivitas bermain bagi anak. Kurangnya ketersediaan
Lebih terperinciPOLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI. Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari
Pola Permukiman Bugis di Kendari (Irma Nurjannah dan Anisa) POLA PERMUKIMAN BUGIS DI KENDARI Irma Nurjannah Program Studi Arsitektur Universitas Halu Uleo Kendari Anisa Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara megabiodiversitas, karena memiliki kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme yang sangat banyak. Ada Sekitar 30.000 spesies tumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Definisi perkembangan menurut kamus bahasa Indonesia adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK Proyek yang diusulkan dalam penulisan Tugas Akhir ini berjudul Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta. Era globalisasi yang begitu cepat berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nusa Teggara Timur ( ), membangun Keresidenan Timor di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Hindia Belanda pada saat menguasai sebagian wilayah Nusa Teggara Timur (1810-1916), membangun Keresidenan Timor di Kupang sebagai daerah penyangga. Untuk
Lebih terperinciBAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI
BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciGambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.
DAFTAR ISI Contents HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi ABSTRAKSI... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Kondisi Umum Kelautan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas ketersediaannya. Seperti sumber daya alam lainnya, lahan merupakan salah satu objek pemenuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang akan mampu menilai banyak hal mengenai budaya seperti gaya hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan produk budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Permukiman, perkotaan dan lansekap suatu daerah terbentuk sebagai hasil dari sistem kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan bergunung-gunung, hanya sebagian kecil yang datar dan landai. Merupakan suatu wilayah daratan yang memiliki
Lebih terperinciKONDISI FISIK WILAYAH
BAB I KONDISI FISIK WILAYAH GEOGRAFIS DENGAN AKTIVITAS PENDUDUK Setelah mempelajari bab ini, diharapkan kalian mampu memahami hubungan antara kondisi fisik geografis suatu daerah dengan kegiatan penduduk.
Lebih terperinciPOLA PERMUKIMAN RUMAH BERLABUH MASYARAKAT SERUI ANSUS DI KOTA SORONG
Oleh : Devy Sarah Sahambangun ( Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ) Fella Warouw ( Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik / Prodi Magister Arsitektur
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses
BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Sapi Bali di Kabupaten Tabanan 1
BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan serta metode penelitian, yang diperlukan dalam penulisan landasan konseptual Laporan Seminar Tugas Akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Proyek Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang pertumbuhan kotanya cenderung pesat. Sebagai ibukota negara, Jakarta menjadi pusat dari berbagai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi
8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Perubahan Iklim Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai sebuah perubahan pada sebuah keadaan iklim yang diidentifikasi menggunakan uji statistik dari rata-rata perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aerotropolis adalah pengembangan dari konsep aerocity, yang merupakan konsep paling modern dalam pembangunan dan pengelolaan bandara dewasa ini. Pada konsep aerotropolis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur Propinsi Sumatera Utara, yang membentang mulai dari Kabupaten Langkat di sebelah Utara, membujur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan terbesar di dunia yang memiliki kurang lebih 17.508 pulau dan sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. TAHAPAN PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam perancangan Pusat Peragaan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, diuraikan dalam beberapa tahapan. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan
Lebih terperinciPangkalan Pedaratan Ikan Tambak Mulyo, Semarang TA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PNDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semarang merupakan salah satu kota yang berbatasan dengan Laut Jawa, salah satu wilayah berpotensi adalah wilayah Tambak Mulyo. Tambak Mulyo merupakan salah satu daerah
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat pendidikan di negara kita, memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang kehidupan yang sangat
Lebih terperinciPENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd
PENGANTAR GEOGRAFI Oleh: Djunijanto, S.Pd SMA N 3 UNGGULAN TENGGARONG PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 2009 GEOGRAFI Pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan gejala alam dan kehidupan dimuka
Lebih terperinciBAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek
BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Kota merupakan wadah bagi penduduk didalamnya untuk beraktivitas dan berinteraksi antar individu yang kemudian memunculkan ide-ide baru yang dapat memicu
Lebih terperinci2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi
Lebih terperinci4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5
4. KARAKTERISTIK DESA Pertemuan 5 TUJUAN PERKULIAHAN 1. Mahasiswa memahami berbagai karakteristik desa 2. Mahasiswa mampu menganalisa berbagai karakteristik desa KARAKTERISTIK DESA Secara umum dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih strategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek 1.1.1. Gagasan Awal Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini. Pendidikan yang berkualitas sangat bermanfaat untuk menentukan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Indonesia Membutuhkan Lebih Banyak Kawasan Penunjang Konservasi Indonesia merupakan negara yang menyimpan kekayaan keanekaragaman ekosistem yang terbentang dari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sebuah ekosistem mempunyai berbagai fungsi penting dan strategis bagi kehidupan manusia. Beberapa fungsi utama dalam ekosistem sumber daya hutan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari arsitektur, mesjid merupakan konfigurasi dari
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pentingnya Pengetahuan Arsitektur Mesjid Mesjid merupakan tempat untuk melaksanakan ibadah kaum muslimin menurut arti yang seluas-luasnya. Sebagai bagian dari
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Umum Kajian perancangan dalam seminar ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau uraian secara sistematis
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya
V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan
Lebih terperinciWahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar
Lebih terperinciGambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di sekitar lingkungan kita. Perpindahan yang kita temukan seperti perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN
BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Ide/gagasan dasar perancangan kembali pondok pesantren Lirboyo ini, yakni : 1. Ide desain didasarkan pada fakta dan isu yang digali dari lokasi perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi sudah ada sejak jaman dahulu. Bumi merupakan sebuah tempat hunian yang di dalamnya terdapat makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan. Bentuk bumi tidaklah
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA TIRTO ARGO DI UNGARAN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh
Lebih terperinciIII. KEADAAN UMUM LOKASI
III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kotagede adalah sebuah kota lama yang terletak di Yogyakarta bagian selatan yang secara administratif terletak di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebagai kota
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kemajemukan suku bangsanya, terdapat lebih dari 654 komunitas lokal atau sub suku bangsa dari 19 suku bangsa tersebar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :
54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D
STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR Oleh : PRIMA AMALIA L2D 001 450 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik sebesar 1,49% pada tahun 2015 dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan
I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik sudah diakui masyarakat internasional sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil
Lebih terperinciBAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek
BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Ide perancangan Gua Lowo merupakan obyek wisata alam yang berada di pegunungan dengan dikelilingi hutan jati yang luas. Udara yang sejuk dengan aroma jati yang khas, serta
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam tersebut tersebar di seluruh propinsi yang ada di
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang cukup banyak. Di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan dan energi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan
BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya
Lebih terperinci