BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari Masa Klasik. Kebudayaan pengaruh masa pengaruh Hindu-Budha yang berlangsung sejak abad ke-4 hingga ke-16. Istilah candi pada umumnya digunakan untuk menyebutkan struktur atau bangunan dari batu atau bata yang digunakan sebagai tempat melakukan kebaktian menyembah dewa pada masa Hindu-Budha (Soekmono, 1977). Tinggalan berupa candi dinilai sebagai warisan budaya yang memiliki peran penting sebagai sumber ilmu pengetahuan sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia. Warisan budaya berupa candi ditemukan terutama di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Bali. Di Provinsi Jawa Tengah, sejumlah besar tinggalan candi ditemukan tersebar di Poros Kedu - Prambanan. Candi-candi di wilayah ini pada umumnya merupakan tinggalan Kerajaan Mataram Kuno dari sekitar abad ke- 6 hingga ke-10. Ketika itu, daerah Karesidenan Kedu - Prambanan menjadi pusat Kerajaan Mataram Hindu yang pengaruhnya cukup luas di Nusantara. Ketika ditemukan pada umumnya candi sudah tidak utuh lagi. Ada yang masih berada di permukaan tanah, ada pula yang tertimbun di bawah tanah. Candi-candi yang berada di bawah permukaan biasanya ditemukan secara tidak sengaja karena kegiatan pertanian, pembangunan, atau pertambangan. Pada tahun 2008 di Dusun Liangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, ditemukan struktur batu dan artefak kuno yang diduga merupakan bagian dari suatu percandian. Temuan ini terungkap akibat aktivitas penambangan batu pasir yang dilakukan oleh masyarakat. Laporan penemuan itu lalu ditindaklanjuti dengan serangkaian penelitian arkeologis oleh Balai Arkeologi Yogyakarta (Riyanto, 2012). Memang wilayah sekitar Kecamatan Ngadirejo dan Kabupaten Temanggung termasuk kaya akan tinggalan arkeologi. Beberapa tinggalan arkeologis yang 1

2 ditemukan di Kecamatan Ngadirejo antara lain Candi Pringapus, sedangkan tidak jauh dari Kecamatan Ngadirejo juga terdapat Situs Prasasti Gondosuli dan Situs Pikatan (Degroot, 2009). Namun, penemuan situs percandian di Dusun Liangan merupakan salah satu temuan penting dalam sejarah arkeologi karena sangat jarang ditemukan kompleks percandian yang masih cukup lengkap menunjukkan unsurunsur bangunannya, termasuk indikasi adanya unsur bangunan kayu meskipun sudah rusak karena terbakar. terletak di lereng timur laut Gunungapi Sundoro pada ketinggian m dpal. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa merupakan kompleks percandian yang cukup luas dan di dalamnya terdapat sejumlah bangunan batu maupun kayu. Kompleks percandian ini berlatar belakang agama Hindu hal ini dibuktikan dengan keberadaan unsur yoni dalam kompleks situs. Saat ditemukan struktur dan bangunan di percandian tertimbun di bawah lapisan lahar setebal 4-7 m. Beberapa penelitian arkeologi yang telah dilakukan di situs tersebut berhasil menampakan adanya kompleksitas temuan yang tinggi, meliputi bangunan peribadatan, struktur talud, struktur jalan tatanan batu alam, sisa rumah berbahan kayu dengan atap ijuk yang terbakar tetapi masih menunjukkan profil atap rumahnya serta beragam temuan lepas berupa keramik asing, pedang, perhiasan, bulir-bulir padi, serta beberapa temuan lain yang belum teridentifikasi (Riyanto, 2012). Penelitian untuk mengungkapkan hingga saat ini masih terus dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pariwisata Kabupaten Temanggung dan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM. Penelitian hingga tahun 2013 oleh Balai Arkeologi Yogyakarta telah memetakan distribusi keruangan (lihat gambar 5.1) (Riyanto, 2013). Sementara itu, hasil interpretasi pertanggalan relatif melalui profil gaya bangunan, mengidentifikasikan mewakili masa gaya profil bangunan candi abad 10 Masehi. Keadaan situs Liangan yang ditemukan tertimbun endapan piroklastik seringkali dikaitkan dengan isi Prasasti Rukam yang diterbitkan pada tahun 907 M. Prasasti ini menceritakan tentang Desa Rukam yang rusak akibat letusan gunungapi. Desa tersebut akhirnya menjadi sima 2

3 (tanah perdikan) yang dibebaskan dari pajak-pajak dan kewajiban oleh raja atau petinggi kerajaan (Nastiti dkk, 1982, dalam Riyanto, 2013). Penemuan sesungguhnya dapat memberikan dua manfaat, yaitu manfaat akademis dan sosial-ekonomis. Dari segi akademis, dengan temuan yang cukup lengkap dapat memberikan banyak sumbangan bagi ilmu pengetahuan sejarah dan budaya bangsa Indonesia pada sekitar abad ke-10. Data di situs ini juga dapat memberikan gambaran hubungan masyarakat dengan lingkungan gunungapi di masa lampau. Selain itu, keberadaan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi setempat melalui pengembangan sektor pariwisata. sangat berpotensi sebagai daya tarik wisata budaya yang dapat digabungkan dengan wisata agro. Dengan pengembangan ini diharapkan kesejahteraan masyarakat di sekitar situs dapat ditingkatkan. Namun, sebenarnya terancam oleh kegiatan tambang yang terus berlangsung di lingkungan situs secara intensif. Sebagaimana telah dikemukakan ditemukan karena aktivitas penambangan pasir yang berlangsung di Dusun Liangan, Desa Purbosari. Pada awalnya penambangan pasir hanya dilakukan di sebelah barat anak Sungai Langit, dengan areal yang digali 80 x 50 m 2. Di area ini ditemukan sejumlah tinggalan berupa talud kuno, yoni, arca dan artefak lainnya. Karena itu, area penambangan pasir dipindahkan ke arah timur anak Sungai Langit yang mencapai luasan 100 x 200 m² (2 ha). Ternyata, di area ini juga ditemukan tinggalan arkeologi yang sangat potensial yaitu gugusan candi, struktur lantai batu yang belum ditampakan, data permukiman berupa sisa rumah dari kayu dan ijuk yang terbakar dan talud. Hasil survei di sekitar area penambangan pasir mengidentifikasi luasan situs mencapai 200 x 300 m² (6 ha). Area situs diprediksikan akan terus meluas menjadi 300 x 400 m² (12 Ha), karena sebagian besar tinggalan arkeologis terdapat di area penambangan pasir (Riyanto, 2013). Usaha penambangan pasir di Dusun Liangan merupakan usaha tambang rakyat. Dari hasil wawancara dengan aparat pemerintah Kecamatan Ngadirejo diperoleh informasi bahwa usaha penambangan pasir yang berlangsung di Dusun Liangan merupakan usaha tambang ilegal. Lokasi penambangan terletak di dekat 3

4 permukiman tentunya dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar, terlebih lagi temuan di bawah lokasi penambangan pasir akan terdampak pada kerusakan data arkeologi. Upaya pelarangan aktivitas tambang pasir di Kecamatan Ngadirejo telah beberapa kali dilakukan oleh Pemerintah Daerah sejak lima tahun yang lalu, namun beberapa usaha pelarangan belum dapat mengatasi tambang-tambang tersebut (Narasumber: Setyo Wibowo, Sek.Cam. Ngadirejo, 2013 ). merupakan potensi cagar budaya yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable) dan merupakan aset kekayaan bangsa. Aturan mengenai cagar budaya telah diatur dalam UU RI. Nomor. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Pasal 1. Upaya pelestarian cagar budaya didasarkan pada anggapan bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia Indonesia. Cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Upaya perlindungan cagar budaya dapat dilakukan melalui upaya pencegahan dan penanggulangan dari kerusakan, kehancuran atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan dan pemugaran cagar budaya (Pasal 1 ayat 23 UU RI. Nomor. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya). Dalam Pasal 61 disebutkan pula tentang pengamanan cagar budaya perlu dilakukan untuk menjaga dan mencegah cagar budaya agar tidak mengalami kerusakan, hilang musnah maupun hancur. 4

5 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tentang keberadaan dan aktivitas penambangan yang berlangsung di situs tersebut, dapat dikemukaan beberapa hal penting yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah penelitian, sebagai berikut: a. Ditemukanya di lokasi penambangan pasir menimbulkan dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan penyelamatan situs arkeologi dan kelangsungan penambangan pasir. Hingga saat ini aktivitas penambangan pasir dinilai telah memberikan dampak buruk bagi keutuhan data arkeologi seperti hilangnya beberapa talud dan kayu-kayu terbakar di tebing-tebing yang telah ditambang. b. Belum adanya upaya pemetaan yang sistematis terkait lokasi penemuan struktur temuan dan aktivitas penambangan pasir. Upaya pemetaan tersebut tentunya diperlukan untuk mengetahui distribusi keruangan situs dan jangkauan aktivitas penambangan pasir. Data ini diperlukan untuk mengambil kebijakan terkait solusi penyelamatan situs arkeologi penting dari dampak penambangan. c. Benturan kepentingan pemanfaatan ruang antara penambangan pasir dan kepentingan pengembangan situs menuntut perlunya kajian yang holistik dengan memperhatikan kedua kepentingan tersebut melalui penataan dan pengelolaan ruang. d. Kajian pengembangan dan pengelolaan aktivitas penambangan tentunya perlu mendapatkan perhatian baik dari pihak pemerintah, instansi penelitian bahkan masyarakat sekitar. Oleh karena itu diperlukan adanya alternatif dalam pemanfaatan ruang untuk memperkecil terjadinya benturan kepentingan penggunaan lahan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, pertanyaan penelitian yang dapat diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana prediksi luasan? 2. Bagaimana bentuk zonasi pengelolaan kegiatan penambangan pasir di Dusun Liangan yang berwawasan kelestarian situs arkeologi? 5

6 1.3. Tujuan Penelitian Dari kedua permasalahan di atas, penelitian ini sedikitnya didasari dua tujuan pokok, yaitu: a. Mengetahui luasan yang masih berpotensi memiliki kandungan temuan arkeologis. b. Merumuskan zonasi pengelolaan kegiatan penambangan di Dusun Liangan untuk kepentingan masyarakat dan pelestarian situs arkeologi Kegunaan Penelitian a. Penelitian ini berguna untuk pengembangan manajemen sumberdaya arkeologi yang memperhatikan aspek pembangunan wilayah tanpa mengesampingkan kelestarian sumberdaya arkeologi sebagai nonrenewable resource yang memiliki nilai penting bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sejarah dan kebudayaan bangsa. b. Dari sisi praktis, kegunaan penelitian ini adalah untuk menegaskan nilainilai penting yang perlu dikonservasi, dalam konteks pengelolaan sumberdaya budaya (Cultural Resource Management). Mengingat bahwa lokasi penelitian ini sekaligus merupakan lokasi konsentrasi penambangan pasir. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan penting dalam menetapkan kebijakan pengembangan wilayah dan pemanfaatan lahan secara selaras antara pemanfaatan sumberdaya alam dan pelestarian warisan budaya dalam perspektif pembangunan berkelanjutan. 6

7 1.5. Keaslian Penelitian ditemukan pada awal tahun Sejak itu, penelitian arkeologi dilakukan guna pengungkapan dan menyelamatkan sumberdaya budaya tersebut. Beberapa penelitian arkeologi terkait perkembangan situs terus dilakukan. Selain itu terdapat pula beberapa penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Temanggung mengingat di wilayah kabupaten ini terdapat potensi tinggalan arkeologis penting yang perlu diteliti. Terkait, penelitian arkeologi pada tahun 2010 dilakukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian menentukan batas wilayah situs dengan metode penelitian arkeologi yaitu menampakan komponen bangunan dan struktur yang belum tampak dengan kegiatan ekskavasi penyelamatan. Dari data yang diperoleh diharapkan mampu menjadi pertimbangan dalam penentuan batas areal situs arkeologi yang perlu dilakukan untuk pengamanan situs. Hasil yang dicapai meliputi luas lahan pengamanan 2400 m 2 (50 m x 48 m) dan rekomendasi untuk pembebasan lahan (Wismabudhi, 2010). Pada tahun yang sama penelitian arkeologi dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta. Penelitan tersebut bertujuan untuk mengetahui bentuk dan pola bangunan talud di sisi selatan dan untuk mengetahui pertanggalan absolut situs. Metode penelitian yang dilakukan melalui survei, dan ekskavasi. Dari hasil survei diperoleh data mengenai tinggalan arkeologis di sekitar sedangkan data yang diperoleh dari ekskavasi merupakan kelanjutan dari kegiatan ekskavasi sebelumnya (Istari, 2010). Tahun 2011 Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Provinsi Jawa Tengah melakukan peninjauan ulang dengan melakukan ekskavasi penyelamatan. Tujuannya yaitu memperoleh data tentang keberadaan struktur dan bangunan candi. Hasil dari penelitian tersebut adalah ditemukannya struktur candi, pagar, sisa-sisa bangunan yang diduga umpak dan atap rumah panggung, beberapa struktur talud, gerabah dan keramik, Namun, secara umum penelitian ini belum mampu mengungkap gambaran keruangan secara menyeluruh (Junawan, 2011). 7

8 Balai Arkeologi Yogyakarta tahun 2012 mencoba melakukan integrasi data hasil ekskavasi tahap pertama dan survei lapangan yang didapatkan untuk memberikan gambaran rekonstruksi yang meliputi aspek keruangan dan komponen permukiman. Hasilnya mengungkapkan bahwa gaya profil candi menunjukan arsitektur abad ke-10 Masehi. juga dihubungkan dengan pertanggalan relatif dengan Prasasti Rukam (907 Masehi) yang juga ditemukan di Kabupaten Temanggung (Riyanto, 2012). Pada tahun 2013 Balai Arkeologi Yogyakarta melakukan penelitian di Situs Liangan untuk menjelaskan tentang luasan, komponen permukiman dan ruang-ruang dan hubungan fungsionalnya. Dalam tahap penelitian ini, dilakukan pembuatan garis imajiner berupa grid berskala 1: 30 m sebagai kerangka ruang untuk penempatan titik-titik atau lokasi sebaran data. Hasil penelitian akhir dari kegiatan ini antara lain identifikasi dan hubungan fungsional komponen ruang yang meliputi aspek religius (tempat peribadatan), area hunian (mungkin juga bangunan dharmasala), area terbuka (area pertanian), dan hunian profan. Namun, luas situs belum dapat diketahui secara pasti (Riyanto, 2013). Penelitian oleh Yuwono (2013) mencoba mengidentifikasi pola persebaran permukiman masa klasik di lereng utara Gunungapi Sundoro dan mengetahui aspek spasio-temporal lereng utara Gunungapi Sundoro dalam hubungan kewilayahan dengan. Penelitian tersebut menginventarisasi variabel fisik dan budaya di dalam konteks kewilayahan. Hasil penelitian berupa peta kewilayahan lereng utara Gunungapi Sundoro dalam suatu struktur kewilayahan masa klasik dan sekarang. Adhe Pamungkas (2014) meneliti bentuk arsitektur dan pola pemanfaatan ruang untuk skripsinya di Jurusan Arkeologi FIB berjudul Bentuk Arsitektur Bangunan dan Pemanfaatan Ruang Temanggung Jawa Tengah. Penelitian tersebut memberikan gambaran kajian hubungan pemanfaatan ruang di melalui temuan data arkeologi. Lingkup kajian dalam penelitian ini menggunakan lingkup kajian skala mikro dan meso terhadap pemanfaatan ruang di Sektor 01. Dalam kajian skala meso diperoleh 8

9 pembagian hubungan keruangan Sektor 01 yang meliputi area peribadatan, area mobilisasi dan area permukiman (Pamungkas, 2014). Beberapa penelitian di luar laporan perkembangan namun masih dalam lingkup Kabupaten Temanggung telah dilakukan oleh Djoko Dwiyanto pada tahun 2003, terkait dengan Rencana Pengembangan Pariwisata Kawasan Wisata Sumber Air Pikatan bekerja sama dengan Pusat Studi Pancasila UGM. Dalam penelitian pengembangan aspek pariwisata di Kabupaten Temanggung tersebut diperoleh beberapa strategi pengembangan yang meliputi strategi pengembangan tata ruang, fasilitas penunjang wisata, rencana pengembangan kawasan, strategi dan rencana pengembangan pasar dan pemasaran, fisik hidrologis dan strategi pengembangan SDM (Dwiyanto, 2003). Hendro Murtianto tahun 2008 menulis tesis di Program Studi Geografi, Sekolah Pascasarjana UGM, dengan judul Besar Erosi dan Arahan Konservasi Lahan di Gunungapi Sundoro, Kabupaten Temanggung. Batas area penelitian yang diajukan dalam tesis tersebut meliputi wilayah lereng tengah dan lereng bawah dari Gunungapi Sundoro yaitu: sebagian Kecamatan Kledung, Bansari, Candiroto dan Ngadirejo. Dalam tesisnya dijelaskan mengenai besaran erosi tanah permukaan lahan pertanian di lereng bawah dan lereng tengah Gunungapi Sundoro pada masing-masing satuan lahan. Nilai besar erosi pada satuan lahan dihitung menggunakan metode Soil Loss Equation (USLE) atau Persamaan Umum Kehilangan Tanah (PUKT). Arahan konservasi lahan secara mekanik maupun vegetatif dilakukan dengan menyesuaikan tata guna lahan sesuai fungsi kawasan, meliputi fungsi kawasan lindung, penyangga dan budidaya tanaman tahunan. Aplikasi arahan konservasi didasarkan pada karakteristik lahan, partisipasi dan pemberdayaan terkait penertiban dan penerapan regulasi hukum yang berlaku (Murtianto, 2008). Penelitian Wulan Restiyani tahun 2010 berjudul Toponim Masa Kini Berasal dari Sumber Prasasti Abad IX - X Masehi yang Ditemukan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Penelitian tersebut memberikan gambaran tentang penghunian kuno masyarakat Jawa Kuna dengan tinggalan bukti-bukti arkeologi di Kabupaten Temanggung (Restiyani, 2010). 9

10 Penelitian yang dilakukan untuk penulisan tesis ini berbeda dengan semua penelitian sebelumnya. Penelitian ini mencoba melihat sebagai bagian penting dari upaya menemukan solusi perbedaan kepentingan, yaitu kompleksitas data arkeologi yang harus dijaga kelestarianya, dengan aktivitas penambangan pasir bersifat ekstraktif desktruktif yang berpotensi menimbulkan benturan kepentingan pemanfatan ruang. Oleh karena itu penelitian ini melihat permasalahan melalui pendekatan keruangan, aspek sosial ekonomi dan manajemen sumberdaya budaya (Lihat Tabel 1.1). 10

11 Table 1.1. Keaslian Penelitian NO. PENELITI/TAHUN LOKASI TUJUAN METODE HASIL KETERANGAN / Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah / Balai Arkeologi Yogyakarta / Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah / Balai Arkeologi Yogyakarta Ekskavasi penyelamatan untuk penentuan batas situs a. Mengetahui bentuk dan pola bangunan talud dibawah rumah panggung, bangunan talud di sisi selatan Situs Liangan b. Mengetahui pertanggalan bangunan rumah panggung Eksplorasi data dengan ekskavasi penyelamatan untuk memperoleh data tentang keterdapatan candi a. Mengintergrasikan hasil penelitian penjajagan dengan penelitian tahap I b. Menyusun gambaran rekontruktif dan integrative temuan c. Mengetahui kronologi absolut Ekskavasi arkeologi Survei dan ekskavasi arkeologi Ekskavasi arkeologi a. Survei dan ekskavasi arkeologi. Teknik lubang uji (test pit) dan sistem parit b. Analisis karbon 14 Sinkronisasi dengan sumber tertulis primer (prasasti) a. Pemberian batas situs dengan pengamanan berupa pagar keliling sementara c. Rekomendasi luasan area pembebasan tanah Temuan sebaran data arkeologi di sekitar Situs Liangan. Temuan: candi, pagar, dugaan umpak dan atap rumah panggung, talud pertanian, talud penyangga rumah, bendungan, gerabah dan keramik. a. Gambaran rekontruktif meliputi aspek keruangan dan komponen permukiman di b. Kronologi Situs (abad 9 10 Masehi) Luas lahan pengamanan 2400 m 2 (50 m x 48 m) Pada tahap ini telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya. belum terungkap secara menyeluruh Hasil konversi Analisis karbon 971 Masehi Prasasti Rukam 907 Masehi 11

12 c. Profil arsitektur candi berdasar analisis pecahan keramik / Balai Arkeologi Yogyakarta / Yuwono, Jurusan Arkeologi, FIB, UGM Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung Mengetahui dan menjelaskan luasan situs Liangan, komponen permukiman dan ruangruang dan hubungan fungsionalnya. a. Untuk mengetahui pola persebaran permukiman masa klasik di lereng utara Gunungapi Sundoro b. Mengetahui aspek spasiotemporal lereng utara Gunungapi Sundoro dalam hubungan kewilayahannya dengan Pembuatan garis imajiner (kerangka ruang) dan penempatan titik titik atau lokasi sebaran data. a. Menginventarisasi variabel variabel fisik dan budaya di dalam konteks kewilayahan tersebut, sebagai basis data awal untuk berbagai kepentingan. b. Memetakan batasbatas ruang dan waktu lereng utara Gunungapi Sundoro dalam hubungan kewilayahannya dengan, baik secara fisik, a. Luas situs belum dapat diketahui secara pasti, diperkirakan 300 meter dari candi Liangan (sebagai sumbu). b. Hubungan fungsional antar komponen ruang meliputi aspek religius (tempat peribadatan), area hunian (kemungkinan juga bangunan dharmasala), area terbuka (area pertanian), hunian profan. Peta kewilayahan lereng utara Gunungapi Sundoro dalam suatu struktur kewilayahan masa Klasik dan sekarang. Relasi antar variabel diolah melalui pengembangan basis data kewilayahan. Komponen permukiman : a. tangga menuju selasar. b. lanjutan pagar candi c. Batur pendoposelasar d. Ujung dan siku pagar batu putih e. Batur di barat daya f. Tangga dan selasar g. Talud boulder h. Tatanan batu dan gejala pemadatan tanah. Dalam proses penelitian 12

13 / Adhe Pamungkas / Djoko Dwiyanto, Kabupaten Temanggung Sumber mata air Pikatan, Desa Mudal, Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung a. Mengetahui karakteristik bangunan di Situs Liangan. b. Mendeskripikan pemanfaatan ruang berdasarkan konteks keletakan data arkeologi di. Rencana Pengembangan Pariwisata Kawasan Wisata Sumber Air Pikatan. budaya, maupun sosial. Deskripsi kualitatif. Observasi lapangan dan studi pustaka Analisis produk wisata, fisik tata ruang, investasi, sumberdaya manusia, isu regional dan sektoral, pengembangan berdasarkan aspirasi masyarakat a. Bentuk arsitektur bangunan di Situs Liangan merupakan bangunan candi dengan atap terbuka, tanpa indikasi adanya dinding, diidentifikasikan bangunan candi gaya Jawa Tengahan. b. Pembagian keruangan berdasarkan konteks data arkeologi menjadi bangunan peribadatan dan permukiman. a. Strategi dan rencana pengembangan b. Strategi dan rencana pengembangan tata ruang c. Strategi dan rencana pengembangan fasilitas penunjang wisata e. Rencana Pengembangan tapak kawasan. f. Strategi dan rencana pengembangan pasar dan pemasaran g. Strategi dan rencana pengembangan fisik hidrologis Skripsi Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, UGM Rencana pengembangan terbagi atas : Tahap Pengembangan Jangka Pendek (1 2 tahun) Tahap Pengembangan Jangka Menengah (3 5 tahun) Tahap Pengembangan Jangka Panjang(6 10 tahun) 13

14 h. Strategi dan rencana pengembangan SDM / Hendro Murtianto / Wulan Restiyani Lereng tengah dan lereng bawah Gunungapi Sundoro : Kecamatan Kledung, Bansari, Candiroto dan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung Kabupaten Temanggung a. Mengetahui besar erosi tanah permukaan di lereng Gunungapi Sundoro b. Mengetahui arahan konservasi lahan yang sesuai untuk daerah Gunungapi Sundoro Mencari hubungan toponim kuna berdasar sumber prasasti dengan bukti bukti arkeologi Analisis data deskriptif dengan metode USLE (Universal Soil Loss Equation) Korelasi antara data toponim kuna yang ada dalam prasasti masa jawa kuna di Kabupaten Temanggung a. Nilai besar erosi tanah permukaan pada lahan pertanian di lereng tengah dan bawah G. Sundoro. b. Besar erosi yang diperbolehkan di daerah penelitian berbedabedan antar satuan lahan, c. Arahan konservasi lahan alternatif secara mekanis dan vegetatif dilakukan sesuai dengan tata guna lahan yang sesuai dengan fungsi kawasan, yang meliputi kawasan lindung, penyangga dan budidaya tanaman tahunan. Gambaran hunian masyarakat jawa kuna di Kabupaten Temanggung melalui bukti toponim dan data arkeologi a. Erosi tanah terbesar pada satuan lahan V2VTUdTg sebesar 4368,8 ton/ha/th b. Erosi tanah terkecil pada satuan lahan V2IITUsST sebesar 20, 1 ton/ha/th. Skripsi Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, UGM 14

15 / Anindya Puspita Putri Kabupaten Temanggung a. Memetakan lokasi Situs Liangan yang terdampak oleh aktivitas penambangan pasir di Dusun Liangan. b. Merumuskan bentuk pengembangan situs Liangan dan pengelolaan kegiatan penambangan untuk kepentingan masyarakat dan pelestarian situs arkeologi. a. Pemetaan potensi kelurusan dan distribusi temuan arkeologi. b. Pembuatan zonasi pengelolaan Situs Liangan a. Peta Prediksi Luasan (berdasarkan kondisi eksisting temuan dan dugaan potensi situs melalui analisis Archaeological Predictive Modeling ) b. Peta Zonasi Pengembangan Situs Liangan dan Pengelolaan Penambangan Pasir Dusun Liangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Penulis Sumber : Rencana Analisis,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Plato 1 Dieng merupakan sebuah dataran tinggi yang berada di atas 2000 m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato Dieng berada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang kaya akan situs-situs arkeologi baik yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tentu tidak terlepas dari kegiatan pembangunan. Dewasa ini pembangunan di Indonesia meliputi pembangunan di segala bidang

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 2 1.4. Kegunaaan... 2 1.5. Waktu dan Lokasi Penelitian... 3 1.6. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, salah satu bentuk pemanfaatan cagar budaya yang diperbolehkan adalah untuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi faktor pendukung dalam penyediaan kebutuhan air. Lahan-lahan yang ada pada suatu DAS merupakan suatu

Lebih terperinci

MENANTI PERATURAN PELAKSANAAN DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA Oleh: Atisa Praharini *

MENANTI PERATURAN PELAKSANAAN DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA Oleh: Atisa Praharini * MENANTI PERATURAN PELAKSANAAN DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA Oleh: Atisa Praharini * Indonesia kaya akan cagar budaya yang tersebar hampir di setiap daerah. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu daerah penghasil sumber daya alam khususnya tambang. Kegiatan penambangan hampir seluruhnya meninggalkan lahan-lahan terbuka

Lebih terperinci

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R Oleh : INDIRA PUSPITA L2D 303 291 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup seperti untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Candi Cetho merupakan salah satu candi peninggalan jaman Hindu yang dimiliki oleh Kabupaten Karanganyar. Berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berkembang secara dinamis. Sebagai pusat pemerintahan, Kota Jakarta dilengkapi dengan berbagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMO 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1 UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU Drs. M. Nendisa 1 1. P e n d a h u l u a n Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki warisan masa lampau dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara mempunyai kewenangan untuk memanfaatkan sumber daya alamnya untuk pembangunan. Pada negara berkembang pembangunan untuk mengejar ketertinggalan dari

Lebih terperinci

LD NO.5 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM

LD NO.5 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH I. UMUM I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH Air tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Oleh

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal Kebudayaan 2014 Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial 3.1. KABUPATEN TEMANGGUNG Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial budaya masyarakat dalam kesatuan sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABALONG, Menimbang : a. bahwa kondisi wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN LOKASI

BAB III: TINJAUAN LOKASI BAB III: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Taman Wisata Prambanan 3.1.1. Profil Taman Wisata Prambanan Gagasan pendirian PT. TWCBPRB ini diawali dengan adanya Proyek Pembangunan Taman Wisata Candi Borobudur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing

BAB V KESIMPULAN. dituliskan dalam berbagai sumber atau laporan perjalanan bangsa-bangsa asing BAB V KESIMPULAN Barus merupakan bandar pelabuhan kuno di Indonesia yang penting bagi sejarah maritim Nusantara sekaligus sejarah perkembangan Islam di Pulau Sumatera. Pentingnya Barus sebagai bandar pelabuhan

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR

TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR TINJAUAN PERATURAN / KEBIJAKAN TERKAIT DENGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PRAMBANAN DAN SEKITAR Peraturan/ Kebijakan Terkait 1. JICA 1979 2. KEPPRES NO.1, Tahun 1992 3. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan salah satu modal utama untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu pemanfaatan sumber daya yang sebesar-besarnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA Luh Putu Sri Sugandhini Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana ABSTRACT Based on the fact in a pattern of religious

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta

Lebih terperinci

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala Oleh Junus Satrio Atmodjo Mengapa Kita Harus Mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring

BAB I PENDAHULUAN. dari target yang ditetapkan. Kegiatan pertambangan mengalami penurunan seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Sawahlunto merupakan kota yang tumbuh karena pertambangan batu bara. Akan tetapi pada tahun 1997, produksi batu bara di PT. BA UPO kurang dari target

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci