BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis diawali dari masa prasejarah, masa klasik, masa Islam hingga masa kolonial. Tentunya proses perkembangan kebudayaan di Nusantara mengalami kurun waktu yang sangat panjang. Di samping itu, perkembangan kebudayaan tidak dapat terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Setelah berakhirnya masa prasejarah, masa klasik di Nusantara mulai berkembang pada abad IV hingga akhir abad XV masehi. Pada masa ini kebudayaan di Nusantara yang berkembang sudah dipengaruhi oleh agama Hindu- Buddha. Para ahli berpendapat bahwa pengaruh agama Hindu-Buddha berasal dari wilayah India dan dibawa oleh para pedagang dari wilayah tersebut ke Nusantara. Kontak dagang tersebut sangat dipengaruhi oleh letak geografis Nusantara yang strategis. Adanya kontak dagang itu menyebabkan terjadinya suatu relasi sosial antara masyarakat pribumi dengan orang-orang dari luar wilayah hingga bermukim bersama. Hal ini menyebabkan masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Nusantara. Akan tetapi masuknya kebudayaan Hindu-Budha tersebut tidak mengakibatkan berakhirnya kebudayaan asli Nusantara.

2 2 Kebudayaan yang dipengaruhi agama Hindu-Buddha di Nusantara dapat diketahui dari tinggalan materinya. Tercatat bahwa tinggalan materi tertua yang ditemukan yaitu prasasti Yupa yang memiliki pertanggalan abad IV masehi (Poesponegoro,1990: 31). Prasasti Yupa ditemukan di daerah Kalimantan Timur dan menunjukkan bahwa pernah berdiri suatu kerajaan bercorak agama Hindu bernama Kutai. Selain itu, di Pulau Jawa khususnya di bagian Barat juga berkembang kerajaan bercorak Hindu yakni kerajaan Tarumanegara. Berdasarkan prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Purnawarman dan Berita Cina, diketahui bahwa kerajaan ini mulai ada pada tahun 132 M hingga tahun 414 M (Poesponegoro,1990: 38-41). Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan pada masa kerajaan Tarumanegara merupakan kebudayaan masa klasik tertua di Pulau Jawa. Kebudayaan dengan pengaruh agama Hindu-Buddha terus berkembang di Pulau Jawa. Pada fase selanjutnya pusat kekuasaan yang awalnya berada di Jawa bagian Barat bergeser ke arah Timur. Diperkirakan kebudayaan yang berasal dari India ini masuk ke Jawa Tengah awal abad VI M, yaitu dengan ditemukannya prasasti di desa Dakawu Kawedanan Grabag, Magelang Jawa Tengah di mana pada kurun waktu antara abad VII-X M, kawasan Jawa Tengah menjadi pusat kekuasaan yang bercorak kehinduan di wilayah Kedu-Prambanan diperkirakan menjadi porosnya (Tjahjono,1997:41-46). Hal ini didasarkan pada banyaknya temuan arkeologis yang bersifat monumental pada wilayah tersebut. Bahkan situs arkeologis masa klasik masih dapat ditemukan di wilayah ini pada satu dekade terkahir ini. Salah satu situs yang baru-baru ini ditemukan yakni Situs Liyangan yang berada di wilayah Karesidenan Kedu.

3 3 Situs Liyangan ditemukan pada tahun 2008 oleh para penambang pasir yang beraktivitas di lokasi tersebut. Secara administratif, Situs Liyangan berada di Dusun Liyangan, Desa Purbosari Kecamatan Ngadirejo. Lokasi situs ini berada di lereng Timur Laut Gunung Sindoro dengan ketinggian m dpl di mana pada area tersebut terkandung sumber daya alam berupa pasir yang cukup melimpah. Pasir tersebut merupakan hasil dari aktivitas vulkanik di Gunung Sindoro. Aktivitas gunung berapi di wilayah Temanggung, khususnya Gunung Sindoro memang belum dapat diketahui kapan dimulainya. Berdasarkan pemberitaan dalam Prasasti Rukam disebutkan bahwa telah terjadi bencana alam letusan gunung berapi yang merusak sebuah desa (Riyanto, 2011:15). Prasasti yang berangka tahun 829 Ç ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Rakai Watukara Dyah Balitung yang dituliskan pada lempengan perunggu dengan menggunakan bahasa dan tulisan Jawa Kuno. Prasasti ini ditemukan pada tahun 1975 di Desa Petarongan, Parakan, Temanggung (Dwiyanto, 2002: 15). Lokasi penemuan Prasasti Rukam yang jaraknya tidak jauh dari lokasi Situs Liyangan, menyebabkan keberadaan Situs Liyangan sering dikaitkan dengan prasasti tersebut. Akan tetapi hal ini belum dapat diketahui secara pasti karena di dalam prasasti ini tidak disebutkan nama gunung yang meletus (Riyanto, 2011: 15). Berdasarkan hasil eksplorasi data arkeologis yang dilakukan oleh Balai Arkeologi (Balar) Yogyakarta, temuan di Situs Liyangan cukup beragam seperti candi, arca, indikasi rumah berbahan kayu, dan bangunan yang menyerupai talud. Profil kaki candi berupa kombinasi pelipit persegi, setengah lingkaran, dan sisi genta menunjukkan ciri-ciri profil klasik Jawa Tengah. Selain itu, dari fragmen

4 4 keramik dinasi Tang yang ditemukan dapat diketahui pertanggalan relatif situs Liyangan yaitu sekitar abad X Masehi. Temuan yang cukup kompleks tersebut mengindikasikan bahwa situs Liyangan merupakan permukiman pada masa Kerajaan Mataram Kuno (Tjahjono, 2010:1-18). Penelitian yang dilakukan Balar Yogyakarta berlangsung hingga tahun Dari penelitian yang telah berlangsung dapat diketahui bahwa data arkeologi yang ditemukan di situs ini tersebar di berbagai area. Jika bangunan candi digunakan sebagai sumbu, maka data arkeologi yang ditemukan meliputi jarak sekitar 300 m ke arah Timur Laut, sekitar 100 m ke arah Tenggara, dan sekitar 300 m ke arah Selatan dan Barat. Situs Liyangan ditemukan dalam kondisi terkubur oleh material vulkanik dari Gunung Sindoro. Meskipun demikian, keberadaan data arkeologi yang ditemukan cukup melimpah. Selain itu erupsi Gunung Sidoro tidak merusak semua data arkeologi yang ada di situs ini, sehingga sebagian besar data arkeologi baik yang berupa bangunan maupun temuan lepas masih dapat ditemukan dengan konteksnya. Oleh karena data arkeologi yang ditemukan di situs ini sebagian besar masih dalam konteksnya, maka peluang untuk melakukan penelitian di situs tersebut sangatlah terbuka. Bidang yang menarik untuk dikaji di Situs Liyangan adalah arsitektur. Bidang ini menarik untuk dikaji karena bangunan-bangunan di Situs Liyangan memiliki karakter yang khas. Selain itu dari pengamatan yang telah dilakukan di lapangan, terdapat ruang-ruang yang terbentuk di situs tersebut Dengan demikian skripsi ini membahas tentang bentuk arsitektur bangunanbangunan di Situs Liyangan dan pemanfaatan ruang yang ada di Situs Liyangan.

5 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk arsitektur bangunan-bangunan di Situs Liyangan? 2. Bagaimanakah pemanfaatan ruang-ruang di Situs Liyangan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan karakteristik bangunan-bangunan yang ada di Situs Liyangan. 2. Mendeskripsikan pemanfaatan ruang yang ada di Situs Liyangan berdasarkan konteks keletakan data arkeologi. D. Batasan Penelitian Penelitian terhadap Situs Liyangan intensif dilakukan oleh Balar Yogyakarta. Benda arkeologis baik yang bersifat temuan lepas maupun bangunan masih ditemukan di beberapa titik di wilayah Dusun Liyangan. Sampai dengan dibuatnya tulisan ini, luasan Situs Liyangan belum diketahui secara pasti. Oleh karena itu, di dalam penelitian ini perlu adanya suatu pembatasan masalah agar fokus penelitian ini tidak terlalu luas. Adapun batasan tersebut meliputi :.

6 6 1. Cakupan area penelitian Penelitian Arkeologi di Situs Liyangan pertama dilakukan pada tahun Penelitian di tahun tersebut berangkat dari adanya temuan struktur di permukiman warga. Selanjutnya di area penambangan pasir di Dusun Liyangan kembali ditemukan berbagai macam data arkeologi. Oleh karena data arkeologi di area penambangan pasir itu cukup melimpah, maka pada tahun-tahun selanjutnya eksplorasi data arkeologi di Situs Liyangan di fokuskan pada area tersebut. Data arkeologi di Situs Liyangan ditemukan di beberapa titik. Oleh karena itu di dalam melakukan penelitian, pihak Balar membagi Situs Liyangan ke dalam beberapa sektor yaitu sektor 01, sektor 02, dan sektor 03. Sektor 01 merupakan area penambangan pasir di mana pada area tersebut ditemukan data arkeologi yang melimpah. Perlu diketahui bahwa pengertian sektor di sini tidak berhubungan dengan pembagian grid di dalam ekskavasi. Pengertian sektor di sini adalah pembagian lokasi penelitian di dalam satu situs dikarenakan luasan Situs Liyangan belum diketahui secara pasti. Dengan demikian cakupan area pada penelitian ini mencakup sektor 01 saja (lihat denah halaman 39). 2. Bangunan Di Situs Liyangan khususnya di sektor 01 terdapat beberapa jenis bangunan. Untuk mengihindari kerancuan dalam pemakaian istilah sekiranya perlu disepakati kesesuaian nama untuk menyebutkan bangunan-bangunan tersebut. Adapun bangunan-bangunan yang ada di sektor 01 Situs Liyangan yaitu:

7 7 Candi yaitu bangunan pada masa Hindu-Buddha yang berfungsi sebagai sarana pemujaan. Di dalam bangunan candi ini biasanya terdapat arca dewa atau perwujudannya seperti lingga-yoni. Struktur merupakan bangunan yang terbuat dari batu andesit dan secara horizontal dapat didenahkan. Pada penelitian eksplorasi yang sudah dilakukan oleh Balar Yogyakarta, bangunan ini diberi kode nama batur 01, batur 02, dan batur 03. Akan tetapi pada penelitian ini kode nama yang untuk menyebutkan bangunan tersebut yaitu struktur 01, struktur 02, struktur 03 Kode angka didasarkan atas urutan ditemukannya bangunan tersebut. Talud merupakan bangunan penyangga lereng. Bangunan ini dibangun memanjang mengikuti kontur tanah. Terdapat dua jenis talud di Situs Liyangan yaitu talud andesit dan talud boulder. Talud andesit adalah talud yang dibangun menggunakan bahan batu andesit. Sedangkan talud boulder adalah talud yang dibangun menggunakan batuan-batuan alami ynag berukuran kecil. Pagar yaitu bangunan yang digunakan untuk membatasi atau mengelilingi halaman atau pekarangan. Ruang yaitu rongga yang dibatasi oleh tiang atau struktur bangunan. Di situs Liyangan khususnya di sektor 01, terdapat ruang-ruang yang dibatasi oleh adanya struktur bangunan berupa talud dan pagar.

8 8 E. Keaslian Penelitian Tulisan mengenai gambaran umum tinggalan arkeologi di wilayah Temanggung dapat diketahui dari Laporan penelitian Sejarah Budaya Pikatan Kabupaten Temanggung yang diketuai oleh Djoko Dwiyanto (2002). Di dalam laporan tersebut diuraikan sejarah budaya Kabupaten Temanggung baik pada masa Mataram Kuno, masa Islam, masa Kolonial, hingga masa Pergerakan Nasional. Penelitian terebut bertujuan untuk mengembangkan pariwisata di Kabupaten Temanggung. Wulan Resiyani (2010), menulis skripsi dengan judul Toponim Masa Kini Berasal dari Sumber Prasasti Abad IX-X yang Ditemukan di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Dalam skripsinya tersebut, Wulan Resiyani membahas tentang toponim di Kabupaten Temanggung yang tertulis di dalam prasasti dan masih masih dapat dirunut hingga sekarang. Situs Liyangan menjadi salah satu obyek yang diteliti walaupun tidak dibahas dengan lebih rinci. Dalam skripsi tersebut Situs Liyangan sebagai data pendukung bahwa Karisidenan Kedu, khususnya Kabupaten Temanggung banyak ditemukan tinggalan arkeologi periode Klasik yang dapat diasumsikan bahwa kawasan Temanggung merupakan salah satu pemukiman kuno. Sejak ditemukan pada tahun 2008 lalu, data arkeologi di Situs Liyangan terus dieksplorasi. Beberapa kali penelitian dilakukan oleh Balar Yogyakarta sebagai instansi yang memiliki wewenang terhadap penelitian arkeologi di wilayah Temanggung. Penelitian penjajagan pertama dilakukan pada tahun 2010 dan

9 9 dihasilkan sebuah laporan yang berjudul Penelitian Penjajagan Situs Liyangan Temanggung. Penelitian yang berupa survei ini bertujuan untuk mengetahui potensi data arkeologis di Situs Liyangan, mengetahui karakter Situs Liyangan, serta mengetahui luasan situs Liyangan. Dari penelitian awal ini disimpulkan bahwa potensi data arkeologis Situs Liyangan tergolong tinggi berdasarkan indikasi antara lain: luasan situs, keragaman data berupa bangunan talud, candi, bekas rumah yang terbuat dari kayu dan bambu, struktur-struktur bangunan batu, komponen bangunan candi, lampu dari bahan tanah liat, serta wadah gerabah berbagai bentuk. Pada tahun 2011 penelitian tahap selanjutnya kembali dilaksanakan oleh Balar Yogyakarta. Penelitian yang diketuai oleh Sugeng Riyanto ini menghasilkan sebuah laporan yang berjudul Laporan Penelitian Arkeologi Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah Tahap II. Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan hasil penelitian tahap sebelumnya, menyusun gambaran rekonstruktif dan integratif antara bangunan candi, sisa bangunan rumah, strukturstruktur talud (talud rumah, talud tebing, talud pertanian), komponen bangunan candi, yoni, artefak, ekofak, fitur, dan data arkeologi lainnya. Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kronologi absolut Situs Liyangan. Pada tahun 2012 penelitan arkeologi di Situs Liyangan kembali dilaksanakan. Pada peneitian tahap III ini diketuai oleh Sugeng Riyanto dengan hasil penelitian berupa Laporan Penelitian Arkeologi Situs Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah Tahap III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Luasan situs Liyangan, komponen-komponen permukaan di ruang-ruang Situs Liyangan serta hubungan fungsional antar komponen maupun ruang di situs Liyangan.

10 10 Pada penelitian-penelitian terdahulu belum dibahas mengenai bentuk arsitektur bangunan dan pemanfaatan ruang di Situs Liyangan. Oleh karena itu, tulisan ini lebih difokuskan pada karakteristik bangunan di Situs Liyangan khususnya di Sektor 01 dan pemanfaatan ruang yang ada berdasarkan keletakkan temuan data arkeologi. F. Tinjauan Pustaka Studi arkeologi ruang dalam kajiannya menempatkan tinggalan arkeologis sebagai sebaran. Persebaran tinggalan arkeologis dalam studi arkeologi ruang dapat dikategorikan menjadi tiga satuan ruang yaitu mikro, meso, dan makro. Satuan ruang terkecil yaitu satuan ruang mikro mempelajari persebaran ruangan dan hubungan antar ruang di dalam satu bangunan untuk mengetahui antara lain struktur sosial berdasarkan data seperti ruang, fungsi ruang, dan gaya bangunan. Sementara satuan ruang meso mempelajari sebaran dan hubungan antara data arkeologi dalam satu situs. Dalam satuan ruang makro yang dipelajari yaitu hubungan antar situs dalam suatu kewilayahan (Mundarjito. 1993:5). Jika mengacu pada disertasi Mundarjito tersebut, maka kedudukan tulisan ini berada pada skala mikro dan meso. Dapat dikatakan kajian skala mikro karena di dalam penelitian ini yang dikaji yaitu bentuk arsitektur bangunan-bangunan yang ada di situs liyangan sedangkan dikatakan secara meso karena di dalam penelitian ini juga mengkaji pemanfaatan ruang yang tampak di dalam satu situs. Arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain: seni, teknik, ruang/tata ruang, geografi dan

11 11 sejarah. Pengertian arsitektur pun menjadi beragam tergantung sudut pandangya. Dari segi seni, arsitektur adalah seni bangunan yang terdiri atas aspek bentuk dan ragam hias, Dari segi teknik, arsitektur adalah sistem mendirikan bangunan termasuk proses perancangan, konstruksi, struktur, dan dalam hal ini juga menyangkut aspek dekorasi dan keindahan. Dari segi ruang, arsitektur adalah pemenuhan kebutuhan ruang oleh manusia atau kelompok manusia untuk meaksanakan aktivitas tertentu. Sedangkan dipandang dari segi sejarah, kebudayaan, dan geografi arsitektur adalah ungkapan fisik dan peninggalan budaya dari suatu masyarakat dalam batasan tempat dan waktu (Sumalyo, 1997:1). Studi mengenai bentuk bangunan pada masa klasik di Jawa pernah dilakukan oleh Pramono Atmadi (1979) dalam disertasinya yang berjudul Beberapa Patokan Perancangan Bangunan Candi (Suatu Penelitian Melalui Ungkapan Bangunan pada Relief Candi Borobudur). Pada uraiannya telah dikelompokkan jenis-jenis bangunan pada masa klasik di Jawa. Selain itu diuraikan pula pola-pola area peribadatan pada masa klasik di Jawa. Karakterisitik arsitektur bangunan mengalami perkembangan sesuai zaman. Oleh karenanya, kajian arsitektur bangunan juga dapat digunakan untuk menyusun sejarah kebudayaan. Rahadhian Prajudi H (1999), dalam tesisnya yang berjudul Kajian Tipo-Morfologi Arsitektur Candi di Jawa membahas tentang klasifikasi percandian di Indonesia yang terbagi menjadi beberapa tipe berdasarkan wujud denah, tampak, dan perletakan berikut dengan komponen penyusun candinya. Selanjutnya dibahas pula hubungan antara kesejarahan dan wujud fisik candi berdasarkan hasil klasifikasi yang telah di lakukan. Dari hasil penelitianya diketahui

12 12 bahwa arsitektur bangunan pada masa Hindu-Budha mengalami perkembangan dari masa ke masa. Selain itu Indah Purnastuti (2000), di dalam skripsinya yang berjudul Periodisasi Percandian Dieng Berdasarkan Arsitektur dibahas mengenai pertanggalan candi-candi di Dieng berdasarkan arsitekturnya. Adapun variabel yang digunakan meliputi denah, batur, kaki candi, tubuh, dan atap candi. Dari hasil klasifikasi yang telah dilakukan dapat diketahui kronologis percandian Dieng. G. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah ilmiah yang sistematis untuk mencari suatu kebenaran yang obyektif. Kebenaran tersebut didukung oleh faktafakta yang digunakan. sebagai bukti tentang adanya faktor-faktor yang mengakibatkan adanya kebenaran yang obyektif (Nawawi, 1990:24). Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan cara menguraikan data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dan diinterpretasikan (Ratna, 2010:336). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, baik observasi lapangan maupun studi pustaka. Sementara itu, penalaran yang digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu penalaran induktif yang bergerak dari kajian-kajian fakta-fakta atau gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum atau generalisasi empiris (Tanudirjo, :34).

13 13 Untuk memudahkan jalannya penelitian, perlu adanya suatu alur atau tahapan penelitian. Adapun tahap-tahap penelitian meliputi: 1. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan di dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi di lapangan untuk memperoleh informasi tentang gambaran secara langsung. Kemudian data tersebut didokumentasikan ke dalam bentuk foto. Untuk melengkapi data yang diperoleh di lapangan, pada penelitian ini juga digunakan data sekunder. Data ini diperoleh dari laporan-laporan penelitan Situs Liyangan yang dilakukan oleh Balar Yogyakarta sampai dengan saat ini 2. Pendeskripsian data Data yang telah diperoleh kemudian dideskripsikan ke dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini penulis juga memberikan uraian singkat mengenai riwayat penelitian Situs Liyangan yang pernah dilakukan oleh Balar Yogyakarta mulai dari awal penemuan hingga penelitian paling mutakhir saat ini. Kemudian dilakukan pendeskripsian data yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu bangunanbangunan di Sektor 01 Situs Liyangan yang terdiri dari: candi, Struktur 01, struktur 02, struktur 03, pagar dan talud. Pada awalnya penulis memberikan gambaran tentang pembagian ruangruang yang terbentuk di Situs Liyangan, khususnya di sektor 01. Kemudian ruangruang tersebut diberi kode. Secara berurutan penamaan ruang-ruang tersebut

14 14 adalah ruang A, ruang B, ruang C, ruang D, dan ruang E (lihat denah halaman 39). Selanjutnya pendeskripsian data arkeologi diuraikan sesuai dengan keletakannya pada masing-masing ruang yang ada. Selain itu diuraikan pula mengenai temuan lepas yang ada di Situs Liyangan. Karena jumlah temuan lepas yang melimpah, penulis hanya mengambil sebagian dari temuan tersebut untuk dideskripsikan. Pendeskripsian temuan lepas ini diuraikan sesuai dengan jenisnya yang meliputi temuan lepas yang berhubungan dengan aktivitas religi dan temuan lepas yang berhubungan dengan aktivitas permukiman. 3. Analisis Data Tahap selanjutnya yaitu analisis data yang meiliputi dua kajian yaitu skala mikro dan meso. Kajian skala mikro meliputi analisis arsitektur bangunan-bangunan yang ada di Situs Liyangan khususnya di sektor 01. Analisis arsitektur meliputi gaya bangunan yang didasarkan atas bentuk profil. Kajian skala meso meliputi analisis pemanfaatan ruang yang ada di sektor 01 Situs Liyangan. 4. Kesimpulan Tahap kesimpulan merupakan tahap terakhir pada tulisan ini setelah data yang diperoleh dideskripsikan, dianalisis, dan diinterpretasikan. Kesimpulan merupakan jawaban atas permasalahan yang diajukan. Selain itu kesimpulan juga merupakan intisari dari hasil pembahasan yang telah dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang Penelitian... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 2 1.4. Kegunaaan... 2 1.5. Waktu dan Lokasi Penelitian... 3 1.6. Hasil

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato

BAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Plato 1 Dieng merupakan sebuah dataran tinggi yang berada di atas 2000 m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato Dieng berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masa klasik yang berkembang di Nusantara dipengaruhi oleh masuknya kebudayaan India yang dipengaruhi agama Hindu-Budha (Pamungkas, 1986: 7). Masa ini berkembang

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah perancangan yang mencakup pengubahan-pengubahan terhadap lingkungan fisik, arsitektur dapat dianggap

Lebih terperinci

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan. LIANGAN SITE Data Variability, Chronology, and Spatial Aspect

SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan. LIANGAN SITE Data Variability, Chronology, and Spatial Aspect SITUS LIANGAN Ragam Data, Kronologi, dan Aspek Keruangan LIANGAN SITE Data Variability, Chronology, and Spatial Aspect Sugeng Riyanto ABSTRACT The extensive early Mataram period (6 th to 10 th centuries

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia memiliki ragam suku dan budaya, dalam proses pembentukannya setiap budaya yang dimunculkan dari masing-masing daerah memiliki nilai sejarah. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut catatan sejarah, Sumedang mengalami dua kali merdeka dan berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan Mataram dan masa kabupatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kerang, sekam padi, atau pecahan tembikar yang dihaluskan (grog), mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desa Sentang adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Sumatera Utara. Beberapa perempuan di Desa Sentang memiliki keahlian dalam membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas masyarakat. Komponen-komponen pendukung kota dapat dibuktikan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan sebuah kota yang memiliki fasilitas publik untuk mendukung berjalannya proses pemerintahan dan aktivitas masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia

BAB I PENDAHULUAN. To live in the future, one must first understand their history by. anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG To live in the future, one must first understand their history by anonymous. Pernyataan ini menjelaskan tentang mengapa manusia mempelajari benda-benda dari masa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gedung bouwpleog..., Yuri Arief Waspodo, FIB UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari sisa-sisa peninggalan budaya masa lalu untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat pendukung kebudayaannya serta berusaha untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA

LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA 1. Visi dan Misi dari Balai Arkeologi Yogyakarta itu sendiri apa? 2. Dari zaman apa Situs Liyangan? - Apakah promosi tersebut berjalan dengan lancer?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pulau Bali merupakan salah satu dari kepulauan Indonesia yang terkenal di dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

Lebih terperinci

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks

lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks 3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN WISATA CANDI PENATARAN DI BLITAR JAWA TIMUR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu paradigma arkeologi sebagai ilmu yang mempelajari masa lampau adalah merekonstruksi kehidupan masa lalu. Rekonstruksi kehidupan masa lalu yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

Pelestarian Cagar Budaya

Pelestarian Cagar Budaya Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009

BAB 5 KESIMPULAN. 88 Universitas Indonesia. Gereja Koinonia..., Rinno Widianto, FIB UI, 2009 BAB 5 KESIMPULAN Bangunan Gereja Koinonia merupakan bangunan tinggalan kolonial pada awal abad 20 jika dilihat dari tahun berdirinya. Perkembangan gaya seni arsitektur di Indonesia tidak lepas dari pengaruh

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasific. Pada

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT

KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT KECENDERUNGAN GAYA VISUAL LOKAL DALAM ARTEFAK SENI RUPA BUDDHA PERCANDIAN BATUJAYA, KARAWANG, JAWA BARAT Savitri Putri Ramadina, S.Sn., M.Sn.,Fakultas Desain Komunikasi Visual, Universitas Widyatama,Jl.

Lebih terperinci

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN

Pusat Kawasan Wisata Candi Gedongsongo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Salah Wahab PhD (ahli pariwisata dari Mesir), kegiatan pariwisata hendaknya sebagai suatu kegiatan dengan orientasi ekonomi. Pandangan inilah yang saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada abad ke 14, bangsa Tionghoa mulai bermigrasi ke Pulau Jawa, terutama di sepanjang pantai utara Jawa. Perpindahan ini merupakan akibat dari aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jawa telah ada dan berkembang bahkan jauh sebelum penduduk Pulau Jawa mengenal agama seperti Hindu, Budha maupun Islam dan semakin berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mapun pembahasan, penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Kawasan Dataran Tinggi Dieng adalah sebuah saujana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat. hiasan Matahari dengan Kalimah Toyyibah, nisan ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kubur Pitu merupakan peninggalan bersejarah yang ada hingga sekarang, pada Kubur Pitu ini terdapat nisan yang didalamnya terdapat hiasan Matahari dengan Kalimah

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota pada perkembangannya memiliki dinamika yang tinggi sebagai akibat dari proses terjadinya pertemuan antara pelaku dan kepentingan dalam proses pembangunan. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pulau Alor merupakan salah satu pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini ditemukan banyak tinggalan arkeologis yang diperkirakan berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar Oleh : Naya Maria Manoi nayamanoi@gmail.com Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perahu/kapal merupakan salah satu bentuk dari objek kajian arkeologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perahu/kapal merupakan salah satu bentuk dari objek kajian arkeologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perahu/kapal merupakan salah satu bentuk dari objek kajian arkeologi yang mampu menunjukkan keterkaitan antar unsur-unsur budaya maritim lainnya (Thufail, 2010). Banyak

Lebih terperinci

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL

PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR JALAN KASONGAN DI BANTUL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : BOGI DWI CAHYANTO

Lebih terperinci

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum

BERKALA ARKEOLOGI. Churmatin Nasoichah, S.Hum BERKALA ARKEOLOGI terdiri dari dua kata yaitu dan. adalah sebutan dalam Bahasa Sansekerta untuk jenis kerang atau siput laut. dalam mitologi Hindhu digunakan sebagai atribut dewa dalam sekte Siwa dan Wisnu.

Lebih terperinci

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan

Indikator Pencapaian Kompetensi. Kegiatan pembelajaran. Mencari artikel di perpustakaan dan internet mengenai lahir dan berkembangnya agama dan SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Kelas/Semester : X1/1 Standar : 1. Menganalisis Perjalanan pada Masa Negara-negara Tradisional 1.1. Menganalisis Pengaruh

Lebih terperinci

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA PETA KONSEP KERAJAAN-KARAJAAN HINDU BUDDHA DI INDONESIA IPS Nama :... Kelas :... 1. Kerajaan Kutai KUTAI Prasasti Mulawarman dari Kutai Raja Kudungga Raja Aswawarman (pembentuk keluarga (dinasti)) Raja

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta memiliki banyak bangunan monumental seperti Tamansari, Panggung Krapyak, Gedung Agung, Benteng Vredeburg, dan Stasiun Kereta api Tugu (Brata: 1997). Beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian kemajuan kebudayaan suatu bangsa tidak dapat dilepaskan dari peninggalan budaya dan sejarah bangsa sehingga mampu menjadi simbol identitas keberadaban. Pengalihan

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gua Pawon dengan segala bentuk temuan prasejarah yang terkandung di dalamnya, begitu juga dengan lingkungannya bila di kaitkan dengan Undang- Undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

BAB III ZAMAN PRASEJARAH

BAB III ZAMAN PRASEJARAH 79 BAB III ZAMAN PRASEJARAH Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari: A.

Lebih terperinci

PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO

PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO PERANCANGAN GRIYA SENI DAN BUDAYA TERAKOTA DI TRAWAS MOJOKERTO Abstrak Terakota merupakan salah satu kebudayaan dan kesenian peninggalan kerajaan Majapahit yang saat ini sudah hampir punah. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Suparman, Kuswanto, Fatimah MODEL Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) IPS SEJARAH 1 untuk Kelas VII SMP dan MTs Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang rawan akan bencana alam. Indonesia berada diantara dua lempeng tektonik yaitu lempeng eurasia dan lempeng India- Australiayang setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng Samudera Hindia

Lebih terperinci

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN

BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan

Lebih terperinci

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I

Museum Gempa Bumi Yogyakarta BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transportasi merupakan pengangkutan barang yang menggunakan berbagai jenis kendaraan sesuai dengan perkembangan teknologinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

Analisis Risiko Bencana-... (Akhmad Ganang H.)

Analisis Risiko Bencana-... (Akhmad Ganang H.) Analisis Risiko Bencana-... (Akhmad Ganang H.) ANALISIS RISIKO BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI SUNDORO DI KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG DISASTER RISK ANALYSIS OF SUNDORO VOLCANIC HAZARD ERUPTION IN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ilmu tentang bencana semakin berkembang dari tahun ke tahun seiring semakin banyaknya kejadian bencana. Berawal dengan kegiatan penanggulangan bencana mulai berkembang

Lebih terperinci

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR Oleh: LAELABILKIS L2D 001 439 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga

Lebih terperinci

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan yang masih dapat terlihat sampai sekarang yang kemudian menjadi warisan budaya.

Lebih terperinci

Istilah Arkeologi-Epigrafi. Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia

Istilah Arkeologi-Epigrafi. Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia Istilah Arkeologi-Epigrafi Oleh: Vernika Fauzan Alumni Arkeologi (Epigrafi) Universitas Indonesia Epigrafi adalah ilmu yang mengkaji tulisan kuno. Epigrafi termasuk ilmu bantu Arkeologi yang bertujuan

Lebih terperinci