BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan tinjauan terhadap beberapa pustaka yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini. Digunakannya sumber pustaka dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber acuan yang berkaitan dengan penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh petunjuk dan perbandingan sesuai dengan permasalahan serta sebagai data sekunder dalam sebuah penelitian. Kajian tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menelusuri data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan pustaka tersebut kemudian dicari data, konsepsi, dan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun beberapa sumber pustaka yang digunakan adalah sebagai berikut. De Casparis (1975) dalam bukunya yang berjudul Indonesian Paleography yang memuat mengenai huruf-huruf yang digunakan dalam prasasti dari masa ke masa mulai yang tertua hingga yang termuda. Beberapa contoh seperti mengenai huruf pallawa muda, pallawa tua, kawi muda, dan kawi tua. Adapula huruf lainnya yakni pranegari, dewanagari, tamil, dan arab. Buku ini dapat dijadikan acuan sebagai tinjauan pustaka dikarenakan dapat mempermudah penulis dalam menjawab permasalahan mengenai aspek kebahasan dalam prasasti Batu Jimbar. Dalam bukunya yang lainnya, Paleography as an Auxiliary Discipline in Reasearch on Early South East Asia yang membahas mengenai tentang kegunaan dan manfaat dari sebuah tulisan sebagai ilmu bantu dalam memecahkan masalah- 12

2 13 masalah yang muncul pada awal masa klasik di Asia Tenggara. Walaupun kajian utamanya tersebut Asia Tenggara tetapi fokus utama dari tulisan tersebut ialah Indonesia. Astra (1981) dalam artikelnya yang berjudul Sekilas tentang perkembangan Aksara Bali dalam Prasasti, yang menguraikan bahwa prasasti tersebut digunakan sebagai sumber primer pada hakekatnya ialah sejenis dokumen yang terbit dalam kurun waktu tertentu. Aksara Bali Kuno juga merupakan suatu produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kemudian dalam artikel ini secara garis besar penulis membedakan enam tipe aksara yaitu : (1) tipe aksara Bali Kuno tertua, (2) tipe aksara Bali Kuno tegak, (3) tipe aksara Bali Kuno yang berkembang sejak akhir abad X sampai perempat pertama abad XII, (4) tipe aksara Bali Kuno yang berkembang sejak pertengahan abad XII sampai akhir abad XIII, (5) tipe aksara Bali Kuno sejak abad XIII sampai pertengahan abad XIV, dan yang terakhir (6) tipe aksara Bali Kuno sejak pertengahan abad XIV sampai akhir abad ke XV. Dijelaskan juga bahwa aksara Bali Kuno ialah suatu produk kebudayaan yang telah mengalami perubahan dan perkembangan dari masa ke masa yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni perkembangan teknologi, perubahan nilai keindahan atau nilai estetika oleh masyarakat, dan kecenderungan manusia menyederhanakan hasil karyanya. Mardiwarsito dan Harimurti (1984) dalam bukunya yang berjudul Struktur Jawa Kuna, menguraikan tentang sejarah Bahasa Jawa Kuna serta fonologi yang meliputi uraian tentang abjad, ejaan, ucapan, fonotaktik, dan morfofonemik.

3 14 Selain itu dipaparkan juga mengenai bentukan-bentukan kata yang dipandang dari sudut kelas kata, frase berpola asli dan berpola Sanskerta, serta kata berafiks. Pustaka ini sangat membantu penulis dalam memecahkan masalah penelitian yang terkait dengan aspek kebahasaan dari prasasti Batu Jimbar. Astra (1997) dalam disertasinya yang berjudul Birokrasi Pemerintahan Bali Kuno Abad XII-XIII: Sebuah Kajian Epigrafis, yang memaparkan mengenai sistem birokrasi pada masa Bali Kuno. Disertasi tersebut juga memeparkan mengenai kehidupan masyarakat Bali Kuno yang meliputi kehidupan sosial, agama/religi, dan sistem ekonomi. Pustaka ini digunakan untuk membantu memecahkan permasalahan penelitian yang kedua terkait dengan aspek sosial budaya khususnya dalam prasasti Batu Jimbar terkait dengan sistem pemerintahan (birokrasi). Pustaka selanjutnya yang digunakan ialah artikel Suarbhawa (2000) dengan judul Teknik Analisis Prasasti memuat mengenai langkah-langkah teknik analisis prasasti. Dikatakan juga bahwa untuk dapat dijadikan sumber sejarah yang layak prasasti haruslah diolah sedemikian rupa melalui empat proses yang cukup panjang. Langkah awal dari teknik tersebut ialah analisis ekstern atau analisis fisik dari sebuah prasasti yakni liputan mengenai bahan, aksara, lingkungan, metrik, dan tanda-tanda khusus. Melalui analisis ini dapat juga mengetahui keadaan dari suatu prasasti tersebut. Kemudian tahap selanjutnya dilakukan analisis intern atau analisis non fisik yaitu prasasti yang dialih aksarakan secermat mungkin disesuaikan dengan kaidah-kaidahnya, kemudian disertai berbagai macam catatan alih aksaranya seperti huruf-huruf yang rusak,

4 15 salah tulis, dan perbedaan pembacaan maupun penulisan dengan perbandingan prasasti lainnya. Tahap selanjutnya yaitu menerjemahkan prasasti dari bahasa sumber ke bahasa sasaran yang disertai dengan catatan terjemahan. Melalui terjemahan yang masuk akal, dan teruji dari segala perbandingan serta diinterpretasikan dalam suatu bentuk pemaparan yang logis ini maka akan diketahuilah isi dari prasasti tersebut. Digunakannya pustaka tersebut dijadikan acuan dalam mengkaji dan menganalisis objek penelitian yaitu berupa Prasasti Batu Jimbar. Tara Wiguna (2002) dalam artikel yang berjudul Perkembangan Aksara Bali dalam sebuah bunga rampai yang menyatakan aksara Bali yang berkembang didaerah Bali dari segi bentuk merupakan pengembangan aksara Pallawa. Apabila diperhatikan dan dikaji secara seksama dari masa ke masa bahkan waktu ke waktu mengalami perubahan dari bentuk yang sederhana mengarah kebentuk variasi. Berdasarkan sejumlah prasasti dapat diketahui bahwa jumlah aksara Bali Kuno sebanyak 37 buah yang terdiri dari konsonan yang bersuara berjumlah 28 buah, vokal 6 buah, dan semi vocal 3 buah. Dari jumlah aksara tersebut sementara ini dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe menurutnya yaitu : (1) tipe aksara Bali Kuno tertua, (2) tipe aksara tegak, agak persegi, (3) tipe aksara bentuknya halus, rapi, dan ditata agak miring, (4) tipe aksara dengan bentuk sempurna, agak persegi, dipahat halus, agak miring, rapi dan indah, (5) tipe aksara dengan bentuk dasar persegi agak kasar dan besar, (6) tipe aksara dengan prototype aksara Majapahit.\ Pustaka selanjutnya yang dijadikan sebagai pedoman dalam penulisan ini ialah artikel yang berjudul Satu Lempeng Tembaga Prasasti Desa Pangsan yang

5 16 ditulis oleh Suarbhawa (2007) dalam tulisan ini diuraikan mengenai alih aksara, alih bahasa, ejaan, dan kesastraan yang termuat dalam prasasti Pangsan. Kemudian dalam kesastraannya hal-hal yang dimaksudkan kesastraan ialah yang bersangkutan dengan paleografi dan ejaan. Dalam artikel ini juga termuat tulisan J.G.de Casparis yang mengemukakan perioderisasi aksara atas lima pembabakan yaitu : (1) periode tertua yang berlangsung sejak abad IV sampai dengan pertengahan abad VIII. Dalam periode ini berkembang aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Aksara Pallawa ini dibedakan atas dua fase yaitu aksara pallawa awal abad IV-V dan aksara pallawa belakangan abad V-VIII, (2) Periode aksara Kawi yang berlangsung sejak pertengahan abad VIII hingga perempat abad X. Dengan dua fase yaitu aksara kawi awal yang dicirikan dengan bentuk yang kaku, bentuknya masih kuno, kemudian yang kedua ialah bentuk standar aksara kawi awal yang terlihat pada prasasti yang terbit di Jawa Tengah, (3) Periode aksara Kawi belakangan yang berlangsung kira-kira tahun , (4) periode perkembangan aksara yang terpakai dalam prasasti yang terbit sekitar jaman Majapahit dan beberapa aksara regional, (5) Periode perkembangan aksara Indonesia sejak tahun Pada masa ini bagian wilayah di Indonesia berkembang aksara Tamil dari India Selatan, dan juga aksara Arab yang dibawa oleh para pedagang dan penyebar agama Islam. Kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas berguna dalam penelitian ini, baik sebagai kerangka berpikir penulis dapat pula dijadikan sebagai data pembanding. Khususnya mengenai alih bahasa, afiksasi, dan ejaan dalam sebuah penelitian prasasti.

6 Konsep Konsep merupakan rancangan teknis yang diberikan batasan atas dalam suatu penelitian yang juga merupakan bagian dari kerangka teori. Adanya konsep dalam penelitian ini merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena melalui konsep tersebut akan didapatkan batasan pengertian yang dijelaskan dalam penelitian ini, sehingga pembuatan pembatasan konsep ini dibuat untuk mencegah kesalahpahaman. Berdasarkan judul penelitian di atas ada beberapa konsep yang perlu mendapat penjelasan, yaitu : 1) Prasasti Batu Jimbar, 2) Kajian Epigrafi, 3) Sosial Budaya Prasasti Batu Jimbar Kata prasasti terbentuk atas preposisi pra yang berarti dihadapan, dan kata kerja sams yang berarti memuji (McDonnel dalam Nirmala, 2015:13). Kata prasasti secara harfiah mengandung kata-kata pujian. Prasasti merupakan putusan resmi yang tertulis atau terpahatkan di atas batu dan logam yang dirumuskan dengan kaidah-kaidah tertentu yang dikeluarkan oleh seorang Raja yang biasanya berisi putusan-putusan penting berdasarkan isi dan struktur prasasti dapat diungkap beberapa aspek sosial budaya pada masa lalu diantaranya ialah kronologi sejarah kehidupan masa lalu, organisasi sosial kemasyarakatan yang meliputi struktur pemerintahan termasuk jenis jabatan, hak dan kewajiban pejabat dan rakyat, system mata pencaharian hidup, sistem religi, kekerabatan dan pembagian waris. Batu Jimbar merupakan sebuah wilayah yang termasuk dalam wilayah Banjar Bet Ngandang, Desa Pekraman Intaran, Sanur Kauh Denpasar Selatan.

7 18 Selanjutnya prasasti ini juga disebut dengan Prasasti Bet Ngandang. Prasasti Batu Jimbar ini merupakan prasasti yang terbagi atas dua kelompok, kelompok I terdiri atas lima lempeng dan kelompok II terdiri atas satu lempeng prasasti yang memuat mengenai aspek sosial budaya yang meliputi hak dan kewajian yang harus dilaksanakan oleh penduduk pada masa itu. Konsep prasasti Batu Jimbar yang dimaksud disini ialah prasasti merupakan suatu putusan yang sangat resmi bersifat autentik yang dikeluarkan oleh seorang Raja yang bersifat sakral karena disertai dengan upacara-upacara tertentu dalam pengukuhannya yang biasanya berisikan mengenai berbagai aspek kehidupan yang terjadi pada masa itu. Dari isi prasasti dapat digali mengenai keadaan sosial masyarakatnya, salah satunya ialah hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh masyarakat yang dianugrahi prasasti tersebut Kajian Epigrafi Kajian epigrafi yang dimaksud ini adalah bagian historis yang menggunakan data prasasti sebagai sumber primer. Epigrafi merupakan cabang ilmu dari arkeologi yang mengkhususkan dirinya untuk melakukan studi mengenai dokumen tertulis yang logis yang disebut dengan prasasti. Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui isi dari sebuah prasasti akan lebih baik terlebih dahulu harus memahami jenis, bentuk, ragam, dan perkembangan tulisan kuno yang terdapat pada prasasti tersebut, sehingga studi paleografi sangat diperlukan dalam penulisan ini. Dalam hal ini paleografi juga merupakan bidang ilmu yang mempelajari jenis, bentuk, dan ragam tulisan yang ditulis di atas bahan yang keras. Aksara merupakan sistem tanda gratis yang dipakai manusia untuk

8 19 berkomunikasi dan sedikit banyak mewakili ujaran (Wiguna, 2002:10 ). Aksara dan bahasa mempunyai kaitan yang erat. Aksara merupakan salah satu jenis simbol visual dari bahasa. Tidak hanya ragam aksara yang dipelajari dalam paleografi tersebut melainkan mengenai pendeskripsian, analisis, dan menafsirkan tulisan kuno baik berupa naskah maupun catatan-catatan singkat yang hanya terdiri atas beberapa kata yang lebih menekankan pada rekonstruksi huruf, abjad, aksara (Wiguna, 2010:9). Konsep epigrafi yang dimaksud disini ialah ilmu yang mempelajari tulisan kuno pada prasasti Batu Jimbar yang ditulis di atas lempengan tembaga dan lebih menitikberatkan pada isi dan memiliki tujuan untuk mengungkapkan aspek sosial budaya masyarakat pada masa lampau secara holistik Sosial Budaya Sosial budaya terdiri atas dua akar kata yaitu sosial dan budaya yang memiliki perbedaan arti. Pengertian sosial merupakan tentang individu yang saling berhubungan. Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Budaya merupakan istilah dari kebudayaan yang berarti budi yang berkaitan dengan akal budi manusia. Istilah sosial budaya dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan kebudayaan. Oleh karena kebudayaan tersebut merupakan suatu sistem, maka dalam menelaah istilah sosial budaya harus mempertimbangkan kaitanya dengan unsur kebudayaan lainnya seperti ekonomi, sistem organisasi sosial, religi,

9 20 dan lain sebagainya. Adanya hubungan timbal balik antara masyarakat dan kebudayaan, maka telaah mengenai istilah sosial budaya harus pula memperhatikan masyarakat pendukungnya. Sebagai salah satu unsur kebudayaan, wujud atau bentuk hubungan timbal balik ini terjalin erat antara kebudayaan dan masyarakat pendukungnya. Konsep sosial budaya yang dimaksud dalam penelitian ini ialah suatu sistem yang berlaku didalam masyarakat pada masa lalu yang bersifat resmi yang mampu mengatur kehidupan mereka pada masa itu. 2.3 Landasan Teori Teori merupakan suatu usaha untuk menerangkan atau menggambarkan pengalaman atau ide untuk menerangkan bagaimana peristiwa itu terjadi. Teori yaitu penggambaran terbaik atau suatu keadaan berdasarkan pengamatan yang sistematik. Sudah menjadi suatu tradisi bahwa dalam proses kerja ilmiah atau penelitian, kehadiran teori sangat mutlak diperlukan, teori sama pentingnya dengan metode. Teori merupakan suatu alat untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian, sedangkan metode merupakan cara yang dipakai dalam pemecahannya. Ketepatan dalam pemakaian teori dapat mempermudah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi untuk mengungkapkan isi prasasti Batu Jimbar tersebut namun sepenuhnya teori yang ada dapat digunakan secara utuh tetapi hanya digunakan secara terpilih sesuai dengan permasalahan yang dikaji dengan mengaplikasikan teori semiotika dan teori fungsional struktural.

10 Teori Semiotika Semiotika, merupakan ilmu, tanda, istilah ini berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Winfied menguraikan asal-usul kata semiotika, secara etimologi semiotika dihubungkan dengan kata Yunani sign yang berarti signal. Charles Sanders Peirce menegaskan bahwa manusia hanya dapat berfikir hanya dengan sarana tanda, tanpa tanda manusia tidak dapat berkomunikasi. Studi tentang lambang yang merepresentasikan obyek (benda, gagasan, situasi, dan kondisi). Konsep ini terpadu dalam banyak teori yang berhubungan dengan bahasa, wacana, dan kegiatan non verbal. Makna yang muncul dari hubungan segitiga atau triad of meaning, objek, dan lambang. Semantika tentang hubungan langsung antara lambang dan objeknya. Kamus merupakan acuan semantika tentang hubungan antar lambang. Lambang tidak berdiri sendiri melainkan bersama dengan lambang-lambang lainnya dalam suatu sistem lambang yang lebih besar yang disebut kode. Dari perspektif semiotika untuk sukses berkomunikasi kita tidak cukup memahami lambang-lambang secara terpisah, tetapi juga tata bahasa yang mengatur pola hubungan antar lambang serta budaya masyarakat yang menggunakannya. Demikian pula dalam penelitian ini lebih banyak menggunakan teori fungsional struktural sebab membahas mengenai struktur kebahasaan yang digunakan dalam prasasti Batu Jimbar. Disamping itu juga teori semiotika digunakan untuk mengkaji struktur bahasa atau lingusitik seperti ejaan dan afiksasi yang terdapat di dalam prasasti Batu Jimbar.

11 Teori Fungsional Struktural Menurut Malinowski fungsi identik dengan guna yang dikaitkan dengan kebutuhan fisikologi individu masyarakat. Kingsley Davis merumuskan asumsi fungsionalisme merupakan teori tentang proses budaya. Prinsip-prinsip analisis fungsional yang memadai ialah suatu konsepsi tentang sistem, daftar syarat untuk sistem itu, definisi berbagai sifat atau sistem yang dalam keadaan terpelihara, pernyataan tentang kondisi eksternal sistem itu yang dapat dibayangkan memiliki pengaruh terhadap sifat tersebut, dan pengetahuan tentang mekanisme internal dalam pemeliharaan sifat sistem itu. Penganut perspektif fungsionalis struktural menekankan pada ketentuan dan mengabaikan konflik serta perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Menurut Ritzer (2004:21) sebagai penganut teori tersebut mengatakan bahwa masyarakat merupakan satu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian yang satu sama lain saling berhubungan, menyatu dengan keseimbangan. Kingsley Davis dan Wilbert Moore dalam teori stratifikasi fungsional yang merupakan sebuah karya yang paling terkenal dalam teori Fungsional Struktural. Mereka menyatakan bahwa tidak ada masyarakat tanpa stratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Stratifikasi merupakan keharusan fungsional dan sebuah struktur. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa stratifikasi diberikan arti yang sama. Penerapan teori ini dalam penelitian ialah digunakan untuk mengkaji aspek sosial budaya ataupun pranata-pranata yang ada dalam masyarakat Desa Pekraman Intaran Sanur pada masa lampau, berkenaan dengan hak dan kewajiban

12 23 yang harus dilaksanakan oleh penduduk desa tersebut yang termuat dalam prasasti Batu Jimbar. 2.3 Model Penelitian Berdasarkan permasalahan dapat memberikan sebuah gambaran penjelasan terhadap permasalahan yang dikaji dengan bentuk bagan sebagai berikut beserta dengan penjelasannya. Masyarakat Dusun Bet Ngandang Prasasti Batu Jimbar Analisis : Kualitatif Interpretatif Paleografi Teori : Semiotika Fungsionalisme Struktural Aspek Kebahasaan (aksara, ejaan, bahasa, afiksasi) Aspek Sosial Budaya Konstruksi Historis Kehidupan Masyarakat pendukung prasasti pada masa lalu Keterangan: : Hubungan satu arah : Hubungan timbal balik Gambar 2.1 Bagan Model Penelitian

13 24 Penjelasan : Berdasarkan model penelitian diatas di dapat bahwa Dusun Bet Ngandang merupakan satu tempat yang berada di Desa Pekraman Intaran Sanur Kauh. Dalam hal ini masyarakat dari dusun ini sangat berperan penting dalam penemuan dan perawatan Prasasti Batu Jimbar ini. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini aialah analisis kualitatif, komparatif, dan paleografi. Analisis kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif yang terdiri atas aspek intern dan aspek ekstern. Data ini merupakan analisis data secara non statistik. Analisis komparatif merupakan analisis data dengan cara melakukan perbandingan data pada prasasti yang dikaji dengan prasasti lainnya yang memiliki persamaan aksara atau paleografi, bahasa, ejaan, afiksasi, dan isi. Analisis paleografi merupakan analisis terhadap aksara yang dipakai dalam prasasti melalui ciri-cirinya sebagai suatu penanda dari masa tertentu. Dari beberapa analisis tersebut diatas dapat digunakan teori fungsional struktural yang menekankan pada keteraturan masyarakat Bali Kuno. Sedangkan teori semiotika lebih menekankan pada tanda-tanda dalam tulisan prasasti. Sehingga dapat diketahui aspek kebahasaan, ejaan, aksara, dan afiksasinya. Teori dan analisis yang dipergunakan diharapkan dapat membantu dalam memecahkan rumusan masalah penelitian sehingga dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat pada masa lalu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa pustaka yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman di dalam melakukan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain :

BAB I PENDAHULUAN. Media tulis prasasti terdiri atas beberapa jenis antara lain : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasasti adalah suatu putusan resmi yang di dalamnya memuat sajak untuk memuji raja, atas karunia yang diberikan kepada bawahannya, agar hak tersebut sah dan dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN

PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN PENGGUNAAN UNSUR AKSARA NUSANTARA PADA HURUF MODERN Abstrak: Huruf modern lahir karena kebutuhan akan gaya hidup dan perkembangan teknologi media. Penggunaan unsur budaya seperti Aksara Nusantara telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub

BAB I PENDAHULUAN. ilmiah tentang peninggalan masa lalu manusia. Di dalam ilmu arkeologi terdapat subsub BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rekonstruksi kehidupan masa lalu manusia merupakan pekerjaan yang tidak putus bagi akademisi dan peneliti dari disiplin arkeologi. Arkeologi melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta serta hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Sejarah kebudayaan periode Indonesia Hindu-Budha diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Sejarah kebudayaan periode Indonesia Hindu-Budha diawali dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sejarah kebudayaan periode Indonesia Hindu-Budha diawali dengan masuknya pengaruh India di Indonesia hingga melemah dan berakhirnya pengaruh tersebut karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

PRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN

PRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN 1 PRASASTI MAYUNGAN DI DESA PAKRAMAN MAYUNGAN, DESA ANTAPAN, KECAMATAN BATURITI, KABUPATEN TABANAN Ida Ayu Wayan Prihandari Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract This study

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Paradigma Paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian pustaka merupakan suatu pustaka yang dijadikan pedoman dalam melakukan suatu penelitian yang sering disebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis

BAB III METODE PENELITIAN. membahas konsep teoritik berbagai kelebihan dan kelemahannya. 19 Dan jenis 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pengkajian pendekatan analisis semiotik. Dengan jenis penelitian kualiatif, yaitu metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dianggap telah mapan dan dominan di dalam komunitas ilmiah. 55 Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma adalah cara pandang atau kerangka berpikir berdasarkan fakta atau gejala hasil interpretasi. Kuhn mendefinisikan paradigma merujuk pada teori yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomuniksai yang tak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud, pikiran, akal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Representasi Solso dan Maclin (2008) mendefinisikan konsep sebagai penggambaran mental, ide, atau proses. Hurlock (1999) juga mengungkapkan konsep

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang berlaku saat ini. Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian kualitatif melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum, konseptualisasi, kategori, dan deskripsi yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Beberapa artefak yang ditemukan di Indonesia pada awal Masehi memperlihatkan unsur-unsur kebudayaan India sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa bangsa India telah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA 11.1 Pengantar Pada dasarnya setiap ilmu pngetahuan tediri dari dua bagian penting, yaitu teoritik dan empirik. Teoritik menunjuk pada skema konseptual, seperti

Lebih terperinci

ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI

ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI ABSTRAK PRASASTI KINTAMANI E KAJIAN EPIGRAFI Penelitian prasasti di Kintamani telah dilakukan oleh berbagai pihak, namun penelitian tersebut hanya sebatas alih aksara dan penjelasan singkat. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

MANFAAT STUDI FILOLOGI

MANFAAT STUDI FILOLOGI MANFAAT STUDI FILOLOGI Manfaat Studi Filologi Manfaat studi filologi dibagi menjadi dua, yaitu manfaat umum dan manfaat khusus. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu di dalam kehidupan pasti tidak akan terlepas untuk melakukan komunikasi dengan individu lainnya. Dalam berkomunikasi diperlukan adanya sarana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.

Lebih terperinci

Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa

Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa Naskah-Naskah Koleksi Merapi-Merbabu Mata Rantai Sejarah Kesusastraan Jawa Oleh: Titik Pudjiastuti Makalah disajikan dalam Seminar Naskah-Naskah Merapi-Merbabu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu bagaimana komunikasi narsisme agnezmo direpresentasikan dalam akun instagram @Agnezmo. Maka penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH Disusun: INDAH FITRIANA A 310 080 016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini, banyak orang mulai berpikir bahwa keahlian adalah hal yang dapat digunakan dimasa depan. Keahlian itu bisa berupa keahlian dalam bidang non-akademik

Lebih terperinci

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 70. Mata Pelajaran Antropologi untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dengan segala aktivitasnya. Di satu pihak, manusia

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Belajar Matematika Belajar merupakan proses berpikir seseorang dalam rangka menuju kesuksesan hidup, perubahan aspek kehidupan dari taraf tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI

TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI KONSEP DASAR Semiotik, Sesi 01 TEORI-TEORI SEMIOTIK DALAM KOMUNIKASI Konsep Dasar Semantik Sintaktik Pragmatik Konsep dasar pertama yang menyatukan tradisi ini adalah tanda yang diidentifikasikan sebagai

Lebih terperinci

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika

NIM : D2C S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip. Semiotika Nama : M. Teguh Alfianto Tugas : Semiotika (resume) NIM : D2C 307031 S1 Ilmu Komunikasi Fisip Undip Semiotika Kajian komunikasi saat ini telah membedakan dua jenis semiotikan, yakni semiotika komunikasi

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teoriteori

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teoriteori KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dian Rhomadlonal Adzim mahasiswa jurusan Hukum Islam Universitas Islam Negeri Malang, dalam tulisannya yang berjudul dalam Tinjauan Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan Jawa telah menjadi salah satu identitas bangsa. Indonesia. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia maupun

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan Jawa telah menjadi salah satu identitas bangsa. Indonesia. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan Jawa telah menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia maupun mancanegara akan mengidentikkan budaya

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan penyelidikan atau mempelajarinya (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah kitab-kitab;

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA Kartinah 1 Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Semarang Jl.

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat penghubung, alat komunikasi anggota masyarakat yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sangat penting peranannya dalam masyarakat, karena tanpa bahasa manusia akan sulit untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian 40 BAB III Metode Penelitian 3.1 Paradigma Konstruktivisme Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generative, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang di pelajari dan

Lebih terperinci

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK)

SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SERAT MUMULEN (SUNTINGAN TEKS DAN KAJIAN SEMIOTIK) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Program Strata 1 dalam Ilmu Sastra Indonesia Oleh: Ika Cahyaningrum A2A 008 057 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG SOAL TUGAS TUTORIAL III Nama Mata Kuliah : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD Kode/SKS : PDGK 4504/3 (tiga) Waktu : 60 menit/pada pertemuan ke-7 I. PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis

BAB I PENDAHULUAN. bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan yang berupa bangunan besar, benda-benda budaya, dan karya-karya sastra. Karya sastra tulis berupa naskah

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah melakukan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil

BAB V PENUTUP. Setelah melakukan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai hasil penemuan untuk karya tulis ini. Kesimpulan dalam penelitian ini berkait dengan kelebihan dan kelemahan

Lebih terperinci

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG

2015 KRITIK TEKS DAN TINJAUAN KANDUNGAN ISI NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi pernasakahan di Indonesia bisa dikatakan sangat kurang peminat, dalam hal ini penelitian yang dilakukan terhadap naskah. Sedikitnya penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pertanian dan pedesaan merupakan dua sisi mata uang yang saling berhubungan, karena pertanian merupakan mata pencaharian utama masyarakat desa,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar Matematika Belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap situasi tertentu atau adanya proses internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series, 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Paradigma Penelitian Peneliti memakai paradigma konstruktivis yakni menjabarkan secara terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan, baik melalui

Lebih terperinci

BAB III AKSARA SUNDA

BAB III AKSARA SUNDA BAB III AKSARA SUNDA 3.1. Perihal Aksara Sunda Aksara Sunda atau yang disebut huruf Kaganga bukan milik sendiri maksudnya adalah aksara Sunda merupakan aksara hasil modifikasi dari aksara aksara daerah

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam interaksi masyarakat, bahasa merupakan alat utama yang digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan seseorang kepada orang lain. Dewasa ini peranan

Lebih terperinci

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI

KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI KAJIAN REPETISI PADA CERPEN PERJAMUAN MALAIKAT KARYA AFIFAH AFRA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Perstaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suryohadiprojo (1982: ), rakyat Jepang pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah bangsa yang menyimpan keunikan pada hal kebudayaan. Kebudayaan Jepang dipengaruhi oleh karakteristik geografis negaranya serta mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN. pikir manusia demi menunjang keberlangsungan hidupnya. Dalam Kamus Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Hal itu disebabkan karena budaya merupakan hasil olah rasa dan olah pikir manusia demi menunjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. & Knipe, 2006 ) menyatakan bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Menurut Harmon ( dalam Moleong, 2004: 49 ), Paradigma adalah cara mendasar untuk persepsi berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan sesuatu yang

Lebih terperinci

METODE SEJARAH. Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo

METODE SEJARAH. Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo METODE SEJARAH Presentasi Oleh HY Agus Murdiyastomo PERTEMUAN PERTAMA What is history? Arti Sejarah Subjektif Sejarah Sebagai Kisah Objektif Sejarah Sebagai Peristiwa Peristiwa Einmalig Hanya sekali terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

2014 SAJARAH CIJULANG

2014 SAJARAH CIJULANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah kuno merupakan salah satu warisan budaya Indonesia dalam bidang keberaksaraan yang telah dilindungi oleh UU RI No. 11 tahun 2010. Ungkapan warisan

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.113, 2014 KEMENSESNEG. Penerjemah. Fungsional. Standar Kompetensi. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. konsep, atau proposisi yang secara logis dipakai peneliti 1. Paradigma (paradigm) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia dan alam sekitarnya, yang merupakan perspektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalahmasalah dunia

Lebih terperinci

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan.

14. Baum Garten mengungkapkan estetika sebagai suatu ilmu, bahwa estetika adalah ilmu tentang pengetahuan indriawi yang tujuannya adalah keindahan. Teori Seni 3 Part 5 1. Bagian utama dari ilmu-ilmu seni adalah filsafat seni. Pada mulanya, ilmu ini memang merupakan bagian dari kajian filsafat yang spekulatif. Tetapi dalam perkembangannya, kedudukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya bahasa dipahami sebagai alat komunikasi dalam kehidupan masyarakat. Manusia dalam hidup bermasyarakat saling menyampaikan pikiran dan perasaannya. Manusia

Lebih terperinci