Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro"

Transkripsi

1 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro 1.1. KONDISI UMUM Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II-2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan laju pertumbuhan yang berkontraksi dari 8,63% pada tw.i-2008 menjadi 8,6% di triwulan laporan (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q) memperlihatkan perlambatan yang lebih agresif, dari 2,23% di tw.iv-2007 menjadi 0,97%. pada tw.i Dari sisi permintaan, melambatnya laju pertumbuhan ekonomi dominan dipengaruhi oleh turunnya kinerja ekspor yang disertai dengan peningkatan impor barang dan jasa. Kenaikan harga BBM pada 23 Mei 2008 telah menunjukkan pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, lembaga swasta nirlaba dan pemerintah, meski belum berdampak pada iklim investasi di Kepulauan Riau. Di sisi penawaran, respon kenaikan harga BBM ditunjukkan dengan melambatnya laju pertumbuhan hampir di setiap sektor ekonomi, terutama sektor pertanian dan pengangkutan. Meningkatnya impor dan investasi PMTB memberi kontribusi positif bagi sektor industri pengolahan yang mencatat pertumbuhan (y-o-y) 6,35%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan tw.i-2008 sebesar 5,56%. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau q-t-q (%) qtq yoy y-o-y (%) 10 Tw.I- Tw.II- T w.iii- Tw.IV-Tw.I- Tw.II- Tw.III- Tw.IV-Tw.I- Tw.II- T w.iii- Tw.IV-Tw.I- T w.ii- Tw.III- Tw.IV-Tw.I- Tw.II qtq 2,6 0,87 0,74 0,2 2,37 2,16 2,4 1,6 1,29 1,79 1,71 0,78 2,1 1 3,19 1,96 2,23 0,97 yoy 8,07 7,36 5,99 4,47 4,24 5,59 7,34 8,85 7,67 7,27 6,55 5,69 6,53 5,71 7,24 8,5 8,63 8,6 Sumber : BPS * ) angka sementara

2 1.2. SISI PERMINTAAN Di sisi permintaan, penurunan laju pertumbuhan terbesar terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga. Meski investasi PMTB menunjukkan kenaikan yang signifikan, turunnya laju pertumbuhan ekspor yang disertai meningkatnya impor ke wilayah Kepulauan Riau semakin mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi pada triwulan II Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (berdasarkan harga konstan 2000) Komponen Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga a. Makanan b. Non Makanan Pengeluaran Konsumsi Lemb. Swasta Nirlaba Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor a. Antar Negara b. Antar Pulau Impor a. Antar Negara b. Antar Pulau Produk Domestik Regional Bruto Sumber : BPS, data diolah a. Konsumsi Pengurangan subsidi BBM rata-rata 28,7% pada bulan Mei 2008 cukup memukul daya beli masyarakat sehingga laju pertumbuhan konsumsi baik rumah tangga maupun swasta pada tw.ii diperkirakan melambat (yoy) dibanding triwulan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 17,48%, turun dibanding laju pertumbuhan tw.i-2008 sebesar 23,04%. Meningkatnya inflasi pasca kenaikan harga BBM sangat mempengaruhi preferensi dan pola konsumsi rumah tangga terutama untuk komoditas non-makanan, dimana pada tw.ii-2008 hanya tumbuh sebesar 10,47%. Konsumsi lembaga swasta nirlaba juga mencatat penurunan yang cukup besar akibat meningkatnya harga-harga secara umum. 8

3 Laju pertumbuhan komponen sisi penerimaan ini tercatat menurun dari 16,74% di triwulan I-2008 menjadi 10,47%. Sementara itu penurunan pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah masih berlanjut sejak akhir tahun 2007, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,30% di triwulan laporan. Melambatnya laju konsumsi belum terlihat pada beberapa indikator antara lain konsumsi listrik, volume penjualan semen, volume penjualan kendaraan bermotor baru untuk roda dua dan roda empat dimana pertumbuhan pada tw.ii-2008 masih lebih atraktif dibanding triwulan sebelumnya. Sejalan dengan tren pertumbuhan beberapa indikator tersebut, penyaluran kredit konsumsi perbankan di wilayah Kepulauan Riau juga meningkat dibanding tw.i Grafik 1.2 Laju Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.3 Volume Penjualan Semen Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.4 Volume Kendaraan Roda 4 Baru Grafik 1.5 Volume Kendaraan Roda 2 Sumber : Dipenda Kepri Sumber : Dipenda Kepri 9

4 Penurunan laju pertumbuhan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah juga belum dapat dikonfirmasi oleh indikator pos-pos pengeluaran utama pemerintah provinsi Kepulauan Riau justru tumbuh signifikan selama tw.ii Hal yang sama di sisi pembiayaan memperlihatkan tren pertumbuhan meningkat dibanding tw.i Penyaluran kredit konsumsi pada bulan Juni 2008 mengalami peningkatan 41,1% dibanding bulan Juni 2007 sehingga menjadi Rp 4 triliun, lebih tinggi dibanding peningkatan yang terjadi pada bulan Maret 2008 yang tercatat sebesar 36,5%. Grafik 1.6 Pengeluaran Utama Pemerintah Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Konsumsi Sumber : BKKD Kepri Sumber : BI Batam b. Investasi Investasi barang modal pada tw.ii-2008 mengalami laju pertumbuhan yang signifikan sebesar 71,1% dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,5%. Pertumbuhan investasi Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) searah dengan meningkatnya investasi PMA di Kepulauan Riau, baik persetujuan rencana maupun realisasi investasi. Persetujuan rencana investasi PMA selama tw.ii-2008 tercatat sebesar US$ 59,3 juta atau meningkat 106,6% dibanding periode yang sama tahun Pertumbuhan ini sangat signifikan jika dibandingkan dengan periode tw.i-2008 dimana aplikasi 10

5 investasi yang disetujui sebesar 30,85%, menurun 78,8% dibanding nilai persetujuan pada tw.i Adapun relaisasi investasi yang terjadi sepanjang periode tw.ii-2008 senilai US$ 15,7 juta atau meningkat 189,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan realisasi investasi PMA ini juga tercatat sangat akseleratif dibading relaisasi periode tw.i-2008 yang tumbuh negatif 8,61% dengan nilai proyek sebesar 78,8%. Grafik 1.8 Perkemb.Nilai Investasi PMA Grafik 1.9 Perkemb.Proyek Investasi PMA Sumber : Otorita Batam Sumber : Otorita Batam Berdasarkan jumlah proyeknya, rencana investasi yang disetujui selama tw.ii-2008 sebanyak 22 proyek atau naik 37,5% dibanding tw.i Realisasi proyek investasi selama triwulan laporan juga mengalami laju pertumbuhan meningkat dari -7,69% pada triwulan sebelumnya menjadi 10% atau sebanyak 11 proyek. Aplikasi PMA selama semester I-2008 berasal dari beberapa negara, antara lain Singapura, Malaysia, British Virgin Island, Hongkong, RRC, Belanda, Inggris dan Korea Selatan. Bidang usaha tersebar di beberapa industri, antara lain pembenihan biota laut 1 proyek, industri pembuatan dan perbaikan kapal 4 proyek, jasa akomodasi/hotel 3 proyek, industri percetakan 2 proyek, industri kemasan dan plastik 1 proyek, perdagangan besar ekspor/impor sebanyak 7 proyek, pekerjaan khusus logam 2 proyek, jasa konstruksi khusus untuk kapal 1 proyek, serta sisanya pada industri dan jasa lainnya. 11

6 1,400 1,200 1,000 Grafik 1.10 Perkembangan Nilai Impor Kepri Berdasarkan BEC Capital Goods (LHS) Intermediate Goods (RHS) Consumer Goods (RHS (dalam US$ juta) Grafik 1.11 Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi Perbankan Kepri Sumber : BI - DSM Sumber : BI Batam Peningkatan yang terjadi pada komponen Investasi barang modal juga tercermin dari meningkatnya impor barang-barang modal/capital goods selama bulan April dan Mei Namun di sisi pembiayaan, laju pertumbuhan penyaluran kredit investasi oleh perbankan di wilayah Kepulauan Riau belum mampu mengkonfirmasi pertumbuhan yang terjadi di komponen penting pembentukan PDRB ini, dimana tren pertumbuhan terlihat relatif flat dan belum memperlihatkan adanya tren meningkat. c. Ekspor-Impor Aktivitas perdagangan luar negeri (ekspor-impor) berperan sangat penting dalam pembentukan PDRB provinsi Kepulauan Riau. Sebagai daerah industri, hampir seluruh PMA yang berfungsi sebagai tempat manufacturing akan melakukan kegiatan eksporimpor baik dalam bentuk barang modal (capital goods) maupun barang olahan (intermediate goods). Di samping itu, faktor lokasi yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia juga mempengaruhi pola konsumsi masyarakat Kepulauan Riau sehingga barang-barang konsumsi (consumers goods) impor tidak jarang ditemui di wilayah ini, khususnya kota Batam. Di samping industri skala besar, aktivitas ekspor-impor juga dilakukan oleh industri menengah dan kecil yang mayoritas berada di luar kawasan industri. 12

7 Pada tw.ii-2008, angka sementara BPS menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekspor Kepulauan Riau menurun dari 7,07% di tw.i-2008 menjadi 5,88%. Sebaliknya, impor di tw.ii-2008 tercatat meningkat dari 12,95% menjadi 15,59%. Kondisi ini menjadi pemicu terbesar melambatnya laju pertumbuhan ekonomi di tw.ii Sementara itu, data Bank Indonesia yang menghitung seluruh aktivitas ekpor-impor termasuk di kawasan berikat cukup mengkonfirmasi menurunnya kinerja neraca perdagangan Kepulauan Riau. Grafik 1.12 Perkembangan Nilai & Volume Ekspor - Impor Kepri Impor Ekspor Sumber : BI - DSM Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor Kepri Grafik 1.14 Perkembangan Impor Kepri Capital Goods (LHS) Intermediate Goods (RHS) Consumer Goods (RHS (dalam US$ juta) , , ,0 0 0 Capital Goods (LHS) Intermediate Goods (RHS) Consumer Goods (RHS (dalam US$ juta) Sumber: BI - DSM Sumber: BI - DSM Laju ekspor barang-barang capital goods dan consumer goods mengalami peningkatan di tw.ii Sementara barang intermediate justru mengalami tren menurun. Keadaan ini diduga 13

8 tidak terlepas dari pengaruh perlambatan ekonomi global yang juga cukup mempengaruhi permintaan Singapura sebagai negara tujuan ekspor terbesar. Sementara itu, impor barang-barang modal, barang penolong dan barang konsumsi memperlihatkan laju pertumbuhan yang meningkat. Pada posisi Mei 2008, barang-barang impor utama antara lain produk radio, TV dan alat komunikasi sebesar 22,53%, diikuti logam dasar (16,87%), mesin-mesin dan perlengkapan lainnya (16,73%), perlengkapan kantor (8,69%), serta mesin-mesin elektrik (8,35%. Hampir seluruh produk tersebut juga merupakan komoditi ekspor utama provinsi Kepulauan Riau. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa proses manufacturing yang dilakukan industri di Kepulauan Riau lebih kepada proses coating tanpa memberi value added yang signifikan terhadap nilai produk. Dengan demikian multiplier effect-nya terhadap struktur perekonomian daerah belum optimal karena baru sebatas upah tenaga kerja dan konsumsi rumah tangga. Grafik 1.15 Pertumbuhan Ekspor Produk Utama Grafik 1.16 Pertumbuhan Impor Produk Utama Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM Melambatnya laju pertumbuhan ekspor pada tw.ii-2008 sebagian besar disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor produkproduk manufaktur, seperti perangkat elektronik radio, tv dan alat komunikasi, peralatan kantor, mesin-mesin elektrik, serta 14

9 peralatan medis. Di samping itu, ekspor produk perikanan juga tercatat mengalami penurunan meski dalam nilai yang relatif kecil. Di lain pihak, impor beberapa produk manufaktur justru mengalami laju pertumbuhan yang meningkat. Antara lain pada produk logam dasar, mesin-mesin elektrik, peralatan kantor, truk trailer, kayu dan kertas. Dalam konsteks industri manufaktur di kawasan berikat, situasi ini diduga terkait dengan proses produksi yang belum selesai masa pengerjaannya, sehingga belum tercatat kembali sebagai ekspor. Memasuki tahun 2008, peran Singapura semakin menentukan dalam aktivitas perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Selama semester I-2008, lebih dari 70% aktivitas ekpor ditujukan ke Singapura, diikuti Jepang (5,2%), Eropa (4,8%), Hongkong (3,39%) dan Amerika (3,15%). Merespon adanya perlambatan ekonomi global yang lebih dirasakan oleh negara-negara maju, pangsa ekspor ke intraregional Asia semakin besar mengkompensir turunnya ekspor ke negara-negara G3. Di sisi permintaan, impor dari intraregional Asia juga semakin berperan dalam memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat Kepulauan Riau. Ketergantungan impor terhadap Singapura terlihat semakin besar pada tahun 2008, sedangkan dari negara-negara G3 seperti Eropa dan Jepang relatif mengalami penurunan. Adapun aktivitas perdagangan dengan negara Malaysia semakin intens dari tahun ke tahun seperti yang diperlihatkan pada grafik 1.18 di bawah ini. 15

10 Tabel 1.2-Pangsa Ekspor ke Beberapa Negara Negara Mei'08 Tabel 1.3-Pangsa Impor dari Beberapa Negara Negara Mei-08 G3 AS Euro G3 AS Euro Japan Japan ASEAN ASEAN Intra regional Sumber : BI - DSM Singapore Hongkong China India Intra regional Sumber : BI - DSM Singapore Hongkong China India Grafik 1.17 Perkembangan Ekspor ke Negara G3 Grafik 1.18 Perkembangan Ekspor ke Intraregional Japan Malaysia Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM Grafik 1.17 memperlihatkan dampak langsung perlambatan ekonomi Amerika Serikat terhadap kinerja ekspor Kepulauan Riau yang semakin hilang, dimana tren ekspor ke negara tersebut mulai meningkat memasuki tw.ii Namun demikian, menurunnya kerjasama ekspor ke negara Jepang yang disinyalir masih merupakan efek tidak langsung perlambatan ekonomi secara global perlu dicermati oleh pelaku perdagangan internasional di wilayah Kepulauan Riau. Kekhawatiran terhadap kelesuan ekonomi yang mulai dirasakan Singapura sejauh ini belum berdampak terhadap kinerja perdagangan provinsi Kepulauan Riau. Walaupun sangat penting untuk selalu mencermati kondisi terkini negara tetangga tersebut karena keterkaitannya cukup besar dengan Amerika Serikat dalam kerjasama Singapore-America Free Trade Agreement (FTA). 16

11 1.3. SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, respon sektoral di tw.ii-2008 menunjukkan laju pertumbuhan yang melambat hampir di setiap sektor ekonomi. Data sementara BPS mencatat bahwa sektor Industri Pengolahan sebagai satu-satunya sektor yang mengalami akselerasi dibanding triwulan sebelumnya. Sebagai daerah industri, sektor Industri Pengolahan sangat berkontribusi terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau. Di samping itu, keunggulan komparatif faktor lokasi yang berdekatan dengan negara Singapura dan Malaysia menjadikan sektor Perdagangan dan Jasa-jasa berperan penting dalam penguatan ekonomi daerah. Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Kepulauan Riau (harga konstan 2000) Tw.I- Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan&Jasa P'an Jasa-jasa Tw.II Tabel 1.5 Sumbangan Ekonomi Sektoral (harga berlaku) Lapangan Usaha Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan&Jasa P'an Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS, diolah Secara sektoral, struktur perekonomian provinsi Kepuluan Riau pada tw.ii-2008 masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Perdagangan, dan Pertambangan. Namun demikian, kontribusi sektor 17

12 Industri Pengolahan dan Pertambangan dalam pembentukan PDRB semakin kecil. Di lain pihak, peran sektor Perdagangan semakin penting terhadap pembentukan PDRB Kepulauan Riau, di samping sektor Pertambangan dan Bangunan. Perkembangan yang signifikan di sektor Perdagangan telah menumbuhkan sektor Jasa-jasa meski perannya masih dalam persentase yang relatif kecil. Bisnis properti masih cukup berprospek dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi dan kontribusi ekonomi yang semakin besar setiap tahunnya. Grafik 1.19 Pertumbuhan Sektoral Tw.II-2008 (y-o-y) Sumber : BPS, diolah a. Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar 6,35% (yoy) pada tw.ii-2008, naik dibanding triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan sebesar 5,56%. Meningkatnya laju pertumbuhan didorong oleh kinerja positif sub-sektor industri pengolahan Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet dari tingkat pertumbuhan (yoy) 9,39% pada tw.i-2008 meningkat menjadi 15,18% di triwulan laporan. Tumbuhnya sektor ini tidak terlepas dari meningkatnya investasi terutama investasi PMA yang mengalir ke wilayah Kepulauan Riau. Industri pengolahan Barang-barang dari Kayu juga memberi kontribusi pertumbuhan yang berarti dimana laju pertumbuhan di tw.ii-2008 tercatat meningkat dari 14,09% menjadi 17,58%. Di 18

13 samping itu, output yang dihasilkan oleh industri Kertas dan Barang Cetakan juga meningkat, meski secara kontribusi yang diberikan tidak terlalu signifikan. Sektor Industri Pengolahan masih menjadi sektor dominan dalam pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dengan share sebesar 45,27%. Grafik 1.20 Pertumbuhan Sub-Sektor Industri Pengolahan Tw.II-2008 Sumber : BPS, diolah Pertumbuhan negatif sub-sektor Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya sebesar 0,3% (yoy) sangat mempengaruhi perlambatan sektor Industri, mengingat kontribusinya bagi sektor Industri Pengolahan mencapai 62%. Seperti yang digambarkan pada grafik 1.14 sebelumnya bahwa terjadi penurunan kinerja 5 produk ekspor utama pada bulan Januari dan Februari 2008, dimana selain produk logam dasar adalah bagian dari sub-sektor dimaksud. Menurunnya kinerja sub-sektor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki dikonfirmasi oleh penurunan kinerja ekspor dan impor produk-produk tersebut. Seperti yang terlihat pada grafik 1.22, impor Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki turun signifikan pada bulan Januari dan Februari

14 Grafik 1.21 Pertumbuhan Ekspor Beberapa Produk Industri Pengolahan Grafik 1.22 Pertumbuhan Impor Beberapa Produk Industri Pengolahan Sumber : BI - DSM Sumber : BI - DSM Dari sisi pembiayaan perbankan, industri skala besar cenderung memperoleh fasilitas kredit dari luar negeri atau negara asal perusahaan. Sedangkan kebutuhan pembiayaan industri lokal (IKM/UKM) cenderung menggunakan jasa perbankan daerah. Meski porsi pembiayaan bank lokal terhadap sektor industri pengolahan secara keseluruhan relatif kecil, tumbuhnya pembiayaan perbankan kepada sektor ini bergerak searah dengan peningkatan nilai tambah yang dihasilkan terhadap perekonomian daerah. Grafik 1.23 Penyaluran Kredit kepada Sektor Industri Sumber : BI Batam 20

15 b. Sektor Bangunan Sektor Bangunan masih mencatat pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2007 meski pada tw.ii-2008 diperkirakan relatif melambat dari 45,93% menjadi 42,58%. Tingginya pertumbuhan sektor bangunan dalam satu tahun terakhir disebabkan oleh tingginya permintaan pada industri properti residensial terutama perumahan skala kecil-menengah dan rumah toko (ruko), serta proyek-proyek konstruksi baik swasta maupun pemerintah. Kondisi ini sekaligus memperlihatkan semakin berkembangnya aktivitas perekonomian di Kepulauan Riau. Setelah pada tw.i-2008 mengalami perlambatan akibat terhambatnya penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan kendala distribusi semen, pertumbuhan sektor ini diperkirakan kembali terkoreksi diduga merupakan efek awal menurunnnya daya beli konsumen menghadapi kenaikan harga BBM pada akhir Mei Meski data BPS menunjukkan terjadinya kembali koreksi pertumbuhan pada sektor ini, namun beberapa indikator terkait belum mampu mengkonfirmasi gejala penurunan yang terjadi. Dimana indikator penjualan semen, impor beberapa material pendukung serta penyaluran kredit sektor konstruksi dan konsumsi (KPR/KPA) justru menunjukkan tren meningkat sepanjang periode tw.ii-2008, seperti yang terlihat berikut ini. Indikator lainnya yang menggambarkan melambatnya aktivitas sektor bangunan adalah penurunan impor produk logam dasar seperti besi dan baja, produk kayu, serta perabotan seperti yang terlihat pada grafik 1.28 berikut ini. Komponen bangunan, terutama besi dan baja merupakan produk yang paling banyak diimpor dari luar negeri khususnya Singapura. 21

16 Grafik 1.24 Perkembangan Penjualan Semen Grafik 1.25 Perkembangan Impor Kayu, Keramik, Furniture, Baja & Baja Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : BI - DSM Dari sisi pembiayaan, perbankan di wilayah Kepulauan Riau mulai kembali melirik pembiayaan sektor properti dengan tingginya demand properti terutama untuk skala kecil sampai dengan tipe-70. Pembiayaan kredit kepemilikan rumah (KPR) terbesar diberikan oleh Bank BTN dengan pangsa mencapai 55,6% dari total penyaluran kredit properti sebesar Rp 2,4 triliun, kemudian diikuti oleh Bank Niaga (9,4%) dan Bank NISP (6,5%). Di samping itu, berkembangnya proyek-proyek konstruksi pemerintah dan swasta berkorelasi terhadap peningkatan pembiayaan perbankan terhadap sektor konstruksi, seperti yang dikonfirmasi oleh gambar di bawah ini. Grafik 1.26 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.27 Perkembangan KPR Sumber : BI Batam Sumber : BI Batam 22

17 Meningkatnya indikator pembiayaan perbankan untuk membiayai kepemilikan rumah terutama tipe-70 ke bawah sejalan dengan hasil survei Bank Indonesia Batam bekerjasama dengan Politeknik Batam terhadap properti residensial kota Batam, yang menunjukkan adanya peningkatan indeks terutama pada properti residensial skala kecil dan menengah. c. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Meski menghadapi tekanan di sisi permintaan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masih memiliki tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, dimana pada tw.ii diperkirakan tumbuh sebesar 10,37% relatif menurun dibanding laju pertumbuhan tw.i-2008 sebesar 10,53%. Data sementara BPS memperlihatkan kinerja sub-sektor Hotel dan Restoran relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan aktivitas perdagangan masih atraktif dengan laju pertumbuhan meningkat dari 7,56% menjadi 7,95% pada triwulan laporan. Turunnya laju pertumbuhan sub-sektor Hotel dari 27,19% menjadi 23,37% serta sub-sektor Restoran dari 28,72% mejadi 24,85% diperkirakan sebagai efek kenaikan harga minyak dunia yang berimbas pada kenaikan harga bahan bakar minyak di hampir semua negara, terutama Singapura dan Malaysia yang mengalami kenaikan harga BBM lebih tinggi dibanding Indonesia. Tekanan daya beli yang dialami baik oleh penduduk lokal, wisatawan domestik, maupun wisatawan mancanegara secara langsung telah mempengaruhi pertumbuhan industri restoran dan hotel di wilayah Kepulauan Riau, terutama kota Batam yang dicanangkan pemerintah sebagai kawasan MICE (Meeting, Invitation, Conference and Exhibition) International. Meski occupancy rate (tingkat hunian) pada hotel-hotel berbintang pada bulan April 2008 mengalami tren meningkat dibanding periode triwulan sebelumnya, penurunan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Batam pada periode Mei 2008 diduga sangat mempengaruhi nilai tambah yang dihasilkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran pada tw.ii

18 Grafik 1.28 Pertumbuhan Sub-sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Grafik 1.29 Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Kepulauan Riau Sumber : BPS Sumber : BPS Tabel 1.6 Jumlah Wisman Berdasarkan Pintu Masuk (orang) Pintu masuk Mei-2007 Apr-2008 Mei-2008 y-o-y Batam 87,728 78,838 87, % Tanjung Pinang 9,994 8,915 12, % Bintan 23,886 20,358 26, % Karimun 10,678 11,667 14, % Total 132, , , % Sumber : BPS Tabel 1.7 Jumlah Wisman Berdasarkan Negara/Kebangsaan Kebangsaan Mei-07 Apr-08 Mei-08 Singapura 73,526 64,924 77,681 Malaysia 20,806 20,653 22,791 Korea Selatan 8,625 8,102 9,231 India 3,206 2,887 4,894 China 1,875 1,961 2,126 Jepang 3,973 3,108 3,502 Inggris 2,555 2,701 3,021 Amerika Serikat 1,639 1,524 1,891 Australia 1,751 1,949 2,168 Taiwan Jerman Belanda Lainnya 12,089 9,897 10,277 Total Wisman 132, , ,033 Sumber : BPS Tekanan daya beli yang terjadi pada masyarakat akibat kenaikan harga BBM dapat dikonfirmasi oleh penurunan outstanding kredit di tingkat perdagangan eceran. Di samping itu, relatif meningkatnya total kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan Mei-2008 dibanding tahun sebelumnya tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit kepada sub-sektor hotel dan restoran. 24

19 Grafik 1.30 Pertumbuhan Penyaluran Kredit Sub-sektor Distribusi, Perdagangan Eceran, Hotel & Restoran 50% 40% Distribusi Perdagangan Eceran Restororan & Hotel 30% 20% 10 % 0% % Sumber : BI Batam d. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan diperkirakan menurun dari 11,69% menjadi 10,69% yang terjadi pada setiap sub-sektor baik Bank dan Lembaga Keuangan non Bank maupun Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan. Laju penurunan sebagian besar disumbangkan oleh sub-sektor Bank yang tumbuh 11,91% dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,95%. Adapun sub-sektor Perbankan memiliki pangsa dominan terhadap pembentukan PDRB sektor ini, dimana pada tw.ii-2008 kontribusi nilai tambah yang diberikan sebesar 67,59%, diikuti sub-sektor Sewa Bangunan (28,05%), Lembaga Keuangan non Bank (3,65%) serta Jasa Perusahaan (0,71%). Grafik 1.31 Pertumbuhan per Sub-Sektor Grafik 1.32 Pertumbuhan Aset,DPK & Kredit Perbankan Kepulauan Riau 60% 50% Asset DPK Kredit 40% 30% 20% 10 % 0% Sumber : BPS, diolah Sumber : BI Batam 25

20 Grafik 1.33 Perkembangan LDR & NPL Perbankan Kepulauan Riau Grafik 1.34 Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Jasa Dunia Usaha 7% 80% 16 0 % 6% LDR (RHS) 70% 14 0 % 5% 60% 12 0 % 4% 3% 2% NPL (LHS) 50% 40% 30% 20% 10 0 % 80% 60% 40% Jasa Real Estate Jasa Dunia Usaha Lainnya 1% 10 % 20% 0% % 0% -20% Sumber : BI Batam Sumber : BI Batam Pertumbuhan industri perbankan yang relatif melambat di tw.ii-2008 dikonfirmasi oleh penurunan laju pertumbuhan asset dan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan di wilayah Kepulauan Riau dibanding triwulan sebelumnya. Meski demikian, penyaluran kredit yang ekspansif dan penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) menggambarkan fungsi intermediasi perbankan masih berjalan dengan sangat baik. Sedangkan laju pertumbuhan sub-sektor Jasa Perusahaan yang menurun cukup signifikan di triwulan laporan diperkirakan sebagian besar terjadi pada jasajasa penunjang real estate, seperti yang terlihat pada indikator pertumbuhan sub-sektor Jasa Dunia Usaha di atas. Sedangkan aktivitas jasa-jasa penunjang dunia usaha lainnya seperti jasa pengurusan administrasi dan notaris diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit secara keseluruhan. e. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Bisnis Pengangkutan merupakan sektor yang paling terpukul oleh kenaikan harga BBM akibat naiknya biaya operasional rutin, sedangkan kenaikan tarif yang disetujui pemerintah tidak mampu menutup peningkatan biaya secara proporsional. Laju pertumbuhan 26

21 sektor pengangkutan dan komunikasi tercatat mengalami penurunan dari 18,56% menjadi 16,34% di triwulan laporan. Kenaikan tarif yang disepakati pemerintah daerah dan kalangan pengusaha angkutan berkisar 15%-25%, belum mampu mendorong perbaikan kinerja industri angkutan, baik angkutan jalan raya maupun angkutan laut. Angkutan laut memegang peranan yang sangat penting dalam bagi masyarakat Kepulauan Riau karena lokasi geografis antar kabupaten/kota terpisah dalam wilayah kepulauan. Grafik Pertumbuhan Sub-sektor Transportasi & Komunikasi Grafik Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Transportasi & Komunikasi 100% 80% Transportasi Umum Biro Perjalanan & Pergudangan Komunikasi 60% 40% 20% 0% -20% % Sumber : BPS Kepulauan Riau Sumber : BI - Batam Dari sisi pembiayaan, tekanan harga BBM terhadap biaya operasional sektor transportasi dapat tercermin pada laju pertumbuhan kredit sub-sektor transportasi umum yang menurun signifikan di tw.ii Di samping itu, berkurangnya pembiayaan perbankan kepada sektor komunikasi konvergen dengan perlambatan yang terjadi di sektor Komunikasi. f. Sektor Pertanian dan Pertambangan Data sementara BPS memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan sektor Pertanian pada tw.ii-2008 kembali tertekan menjadi 5,78%, setelah pada tw.i-2008 juga mengalami perlambatan 27

22 menjadi 8,37%. Berdasarkan kontribusi ekonominya, nilai tambah yang diberikan sub-sektor perikanan menyumbang 73% terhadap PDRB sektor Pertanian, dimana pertumbuhan pada tw.ii-2008 tercatat menurun dari 10,53% menjadi 6,49%. Meski provinsi Kepulauan Riau merupakan wilayah perairan, namun share yang diberikan oleh industri perikanan hanya sebesar 3,4% terhadap pembentukan PDRB secara keseluruhan. Turunnya kinerja sub-sektor perikanan dapat terlihat melalui pendekatan nilai ekspor ikan, udang dan kepiting sebagai komoditas perikanan provinsi Kepulauan Riau yang berorientasi ekspor, dimana pertumbuhannya sepanjang tw.ii-2008 memperlihatkan tren menurun dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 1.37 Pertumbuhan Sub-Sektor Pertanian 50% 40% 30% Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Peternakan dan Hasil-hasilnya Kehut anan Perikanan Grafik 1.38 Perkembangan Ekspor Ikan, Udang dan Kepiting 20% 10 % 0% -10% I II III IV I II III IV I II % Sumber : BPS Sumber : BI - DSM Sedangkan laju pertumbuhan sub-sektor Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan dan Kehutanan relatif meningkat dibanding tw.i Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh sejumlah indikator hasil pertanian terutama di sub-sektor tanaman bahan makanan seperti jagung, kacang tanah dan ubi-ubian berikut ini. Meski masih menggunakan angka ramalan dari BPS, pola musim panen beberapa komoditas pertanian di Kepulauan Riau jatuh pada semester-ii setiap tahunnya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa produksi sub-sektor tanaman bahan makanan cukup berpotensi mulai tumbuh di tw.ii-2008 dan triwulan selanjutnya. 28

23 Grafik 1.39 Luas Panen & Produksi Jagung Grafik 1.40 Luas Panen&Produksi Kacang Tanah Grafik 1.41 Luas Panen & Produksi Ubi-Ubian Grafik 1.42 Luas Panen&Produksi Padi-Padian Sumber : BPS Ket. *) data sementara **) data ramalan Sementara di sisi pembiayaan belum mampu menggambarkan kinerja sektor Pertanian, dimana pertumbuhan kredit untuk Pertanian cenderung turun. Resistensi perbankan dalam melakukan pembiayaan ke sektor ini tampaknya masih berlanjut disebabkan ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap faktor alam, di samping pengelolaannya sebagian besar masih bersifat tradisional. 29

24 Grafik 1.43 Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Pertanian 280% 240% 200% Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Perikanan Peternakan 160% 120% 80% 40% 0% -40% Sumber : BPS Laju pertumbuhan negatif sektor Pertambangan dan Penggalian masih berlanjut di tw.ii-2008, dimana pada tw.ii tercatat turun 2,99% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Kondisi ini terkait erat dengan permasalahan kelistrikan yang terjadi di kota Batam akibat berkurangnya pasokan gas dari Perusahaan Gas Negara (PGN) Batam kepada PT. PLN Batam. Kelangkaan pasokan gas alam disebabkan berkurangnya jatah gas alam yang disediakan oleh Conoco Phillips dari jalur pipa gas dari Grissik ke Singapura yang melewati Pulau Batam. Pada tw.ii-2008, sub-sektor pertambangan Minyak dan Gas Bumi berkontribusi 82,81% terhadap pembentukan PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian, sedangkan sub-sektor Pertambangan Non-Migas memberi sumbangan nilai tambah sebesar 10,25% dan sisanya berasal dari sub-sektor Penggalian. Kedua sub-sektor terakhir mengalami laju pertumbuhan yang meningkat di triwulan laporan. Daerah yang memberikan kontribusi penerimaan daerah yang berasal dari bagi hasil pengelolaan tambang migas adalah Kabupaten Natuna. Di sebelah barat terdapat tambang Gas Alam yang sangat besar yang dikelola oleh Conoco Philips dan Star Energy, sedangkan di sebelah timur terdapat potensi minyak bumi yang akan dieksplorasi oleh Pertamina. 30

25 Grafik 1.44 Pertumbuhan Sub-sektor Pertambangan & Penggalian Grafik 1.45 Perkembangan Kredit Sub-sektor Pertambangan 35% 30% 25% M inyak dan Gas Bumi Pertambangan tanpa Migas Penggalian 500% 450% 400% 350% M inyak & Gas Bumi Bijih Logam Pertambangan Lainnya 20% 300% 15% 10 % 250% 200% 150 % 5% 0% -5% I II III IV I II III IV I II % Sumber : BPS 10 0 % 50% 0% % % Sumber : BI Batam Tinjauan di sisi pembiayaan, turunnya outstanding kredit sektor Pertambangan terutama pada sub-sektor pertambangan minyak dan gas bumi mampu mengkonfirmasi melambatnya kinerja sub-sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi akibat permasalahan listrik yang pernah dialami kota Batam. Sementara itu, meningkatnya laju pertumbuhan sub sektor pertambangan tanpa migas dan penggalian juga dapat dicerminkan oleh tren pertumbuhan positif penyaluran kredit kepada sub-sektor Pertambangan Bijih Logam dan Pertambangan Lainnya. g. Sektor Jasa - Jasa Pertumbuhan sektor Jasa-jasa di tw.ii-2008 diperkirakan mengalami laju menurun dibanding tw.i-2008, dari 20,57% menjadi 17,47%. Kondisi ini merupakan pengaruh langsung dari melambatnya kinerja pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya, terutama pada sektor Pengangkutan, Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pencanangan tahun pariwisata dengan menjadikan Batam sebagai koa MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) ternyata belum mampu mengangkat pertumbuhan 31

26 industri jasa-jasa sebagai sarana penunjang aktivitas bisnis lainnya. Grafik 1.46 Pertumbuhan Sub-sektor Jasa Pemerintahan & Swasta Grafik 1.47 Pertumbuhan Kredit Sub-sektor Jasa Hiburan dan Jasa Sosial Lainnya Sumber : BPS Sumber : BPS Upaya pemerintah daerah kota Batam untuk memaksimalkan sumber-sumber penerimaan publiknya melalui pajak bandara dan pelabuhan laut memberi kontribusi positif terhadap kinerja Jasa Pemerintahan Umum dan menahan efek penurunan yang lebih jauh akibat tertekannya daya beli masyarakat secara keseluruhan. Pada tw.ii-2008, laju pertumbuhan sub-sektor Jasa Pemerintahan Umum tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya, dari 26,95% menjadi 22,52%. Belum optimalnya kontribusi nilai tambah yang dihasilkan oleh sarana publik milik pemerintah daerah diduga terkait kondisi infrastruktur yang kurang memadai dalam mendukung peningkatan aktivitas masyarakat dan perusahaan. Kondisi tersebut antara lain dapat terlihat dari keluhan kalangan pengusaha terhadap kapasitas pelabuhan Batu Ampar-Batam yang kurang memadai untuk menampung arus keluar-masuk barang saat ini yang disinyalir menghambat kelancaran proses bongkar muat barang di pelabuhan sehingga menyebabkan kenaikan biaya yang harus ditanggung pengusaha. Adapun permasalahan ini sudah 32

27 menjadi concern pemerintah daerah untuk segera dilakukan perluasan dan pengelolaan sarana pelabuhan yang memadai dengan melakukan kerjasama dengan pihak asing, namun masih menemui beberapa kendala hingga saat ini. Sedangkan nilai tambah yang dihasilkan industri jasa swasta meliputi jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, serta jasa perorangan selama triwulan laporan masih mampu tumbuh 11,78% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, laju pertumbuhan tercatat menurun dibanding tw.i-2008 yang tumbuh sebesar 16,88%. Sejalan dengan itu, indikator penyaluran kredit kepada sektor hiburan mengalami menurunan drastis pada periode tw.ii-2008 sekaligus mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi pada sektor jasa-jasa swasta. h. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Permasalahan kelistrikan yang terjadi di kota Batam pada bulan Mei dan Juni 2008 akibat berkurangnya pasokan gas memperlambat laju pertumbuhan sektor ini, dari 13,49% pada tw.i-2008 menjadi 12,34%. Sumbangan terbesar diberikan oleh sub-sektor Gas dengan penurunan laju pertumbuhan sebesar 1,11% menjadi 13,08%. Selanjutnya diikuti oleh sub-sektor Listrik yang hanya tumbuh 12,05% pada tw.ii-2008, menurun dibanding tingkat pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,53%. Pada bulan Mei 2008, Batam mengalami pemadaman listrik secara bergilir akibat berkurangnya pasokan gas dari PGN kepada PT. PLN Batam, dimana sekitar 85% pembangkit listrik Batam menggunakan bahan bakar gas. Kondisi ini disebabkan menurunnya pasokan dari Conoco Phillips yang diklaim karena keterbatasan kapasitas pipa. Pasokan gas berkurang menjadi 46,2 mmbtud, sementara kebutuhan gas saat ini sebesar mmbtud. Adapun jalur pipa gas Conoco dari Grissik ke Singapura melewati Pulau Batam, dengan kesepakatan PGN mendapatkan kontrak firm sebesar 30 mmbtud, sedangkan sisanya merupakan kontrak interuptable yang hanya akan dipenuhi jika kapasitas memungkinkan. 33

28 Dengan adanya upaya intensif dari berbagai unsur pemerintahan daerah dan asosiasi pengusaha, pada bulan Juni 2008 Batam memperoleh jaminan dari Menteri ESDM untuk mendapat kelancaran pasokan gas sesuai dengan kebutuhan PT. PLN Batam. Meski demikian masih dibutuhkan upaya pemerintah dan PGN untuk memberi jaminan terpenuhinya pasokan gas bagi sebagian industri yang menggunakan pembangkit listrik sendiri, dimana kebutuhan akan bahan bakar gas dilakukan melalui kontrak langsung dengan PGN Batam. Grafik 1.48 Pertumbuhan Sub-Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Grafik 1.49 Perkembangan Penjualan Listrik PT. PLN Batam 16 % 110, % 14 % 12 % List rik Gas Air Bersih 100,000 20% 10 % 90,000 15% 8% 6% 80,000 Penjualan MWH 10 % 4% 2% 70,000 Pertumbuhan y-o-y 5% 0% I II III IV I II III IV I II 60, % Sumber : BPS Sumber : PT. PLN Batam, diolah Permasalahan listrik sebenarnya bukan hanya terjadi di kota Batam, tetapi kota Tanjungpinang saat ini juga mengalami kondisi krisis akibat kerusakan mesin pembangkit yang dimiliki oleh PLN Tanjungpinang. Namun akibat tingginya aktivitas perekonomian di kota Batam dibanding daerah lainnya di provinsi Kepulauan Riau, penurunan kinerja PT. PLN Batam mampu mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi di sektor kelistrikan provinsi ini, seperti yang diperlihatkan gambar di atas. Khusus di kota Batam, sistem pengelolaan sarana Listrik sejak awal tahun 2006 dilakukan melalui kerja sama jual-beli tenaga listrik antara PT. PLN Batam dengan Independend Power Plant (IPP) yang dikelola swasta, dimana saat ini komposisi 34

29 supply mesin pembangkit PT. PLN Batam sebesar 27% dengan menggunakan energi diesel, sedangkan sisanya dipenuhi oleh IPP yang menggunakan bahan bakar gas. Besarnya kontribusi penggunaan gas dalam menjamin kelancaran pasokan listrik di kota Batam menyebabkan arah pertumbuhan sub-sektor Gas relatif konvergen dengan sub-sektor Listrik. Sementara itu, kebutuhan masyarakat kota Batam terhadap air bersih dikelola secara independen oleh PT. Adhya Tirta Batam mengalami laju pertumbuhan yang meningkat dari 7,92% menjadi 8,26%. Meningkatnya kinerja sub-sektor Air Bersih tidak terlepas dari perkembangan industri properti yang cukup ekspansif sejak tahun Dari sisi pembiayaan, turunnya laju pertumbuhan kredit kepada sektor Listrik, Gas dan Air Bersih mampu mengkonfirmasi perlambatan yang terjadi di sektor ini. Adapun outstanding kredit pada bulan Juni 2008 (triwulan II) tercatat sebesar Rp 23 milyar atau tumbuh 29,8% dibanding bulan Juni Pertumbuhan ini menurun drastis jika dibandingkan posisi bulan Maret 2008 (triwulan I) yang tumbuh 452% dibanding bulan yan sama tahun Grafik 1.50 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Listrik, Gas & Air Bersih (Rp juta) 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Kredit Listrik, Gas & Air Bersih (juta) Pertumbuhan (%) (%) Sumber : BI Batam 35

30 Bab 2 Perkembangan Inflasi Regional 2.1. Inflasi Kota Batam Kondisi Umum Laju inflasi Kota Batam pada tw.ii-2008 mengalami peningkatan. Laju inflasi sampai dengan Juni 2008 tercatat sebesar 5,94% (ytd), lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2007 yang hanya 1,06% (ytd). Sedangkan inflasi tahunan tercatat sebesar 8,93% (yoy) juga lebih tinggi dibanding tingkat inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai sebesar 5,41%. Meskipun demikian laju inflasi tahunan bulan Juni (yoy) masih lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,03% (yoy). Grafik 2.1 Perkembangan Laju Inflasi Tahunan Kota Batam & Nasional 36

31 Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, laju inflasi Kota Batam juga mengalami peningkatan pada tw.ii-2008 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika pada tw.i-2008 laju inflasi kota Batam tercatat 2,89% (qtq) maka pada tw.ii-2008 laju inflasi Kota Batam tercatat sebesar 3,43% (qtq). Dampak kenaikan BBM yang terjadi pada minggu 4 setelah pemerintah mengumumkan kenaikan BBM mulai tanggal 24 Mei 2008, merupakan pemicu utama terjadinya inflasi (kenaikan hargaharga barang) pada semua 66 kota IHK di Indonesia termasuk Kota Batam. Dengan terjadinya inflasi Bulan Juni, berarti selama kurun waktu 13 bulan terakhir (sejak Bulan Juni 2007 sampai dengan Juni 2008) Kota Batam selalu mengalami inflasi. Grafik Inflasi Triwulanan Kota Batam Berdasarkan kontribusinya pada tw.ii-2008 kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan merupakan penyumbang utama dalam pembentukan angka inflasi yang tercatat sebesar 1,23%. Sementara itu kelompok lain memberikan sumbangan inflasi secara total sebesar 2,20%, dimana kontributor utama lain adalah bahan makanan (0,91%) dan perumahan, air, listrik dan bahan bakar (0,82%). 37

32 KELOMPOK Tw.IV-2007 Tw.I Tw.II Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan Inflasi Sumbangan I. Bahan Makanan 3,16 0,88 6,74 1,85 3,33 0,91 II. Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 0,10 0,01 0,78 0,14 2,18 0,35 III. Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 0,91 0,22 1,82 0,45 3,34 0,82 IV. Sandang 6,67 0,29 3,98 0,18 0,23 0,02 V. Kesehatan 0,64 0,02 4,39 0,13 2,79 0,01 VI. Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,23 0,01 0,75 0,03 0,00 0,00 VII. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0,54 0,09 0,15 0,03 6,19 1,23 INFLASI 1,56 2,89 3,43 Sumber : BPS (diolah) Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kota Batam Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II 2008 mengalami inflasi sebesar 3,33% (qtq) yang berasal dari sebelas sub kelompok yang semuanya mengalami inflasi. Sub kelompok padipadian, umbi-umbian dan hasilnya sebesar 1,19% (qtq); sub kelompok daging dan hasil-hasilnya 8,90% (qtq); sub kelompok ikan segar 0,65% (qtq); sub kelompok ikan diawetkan 2,96% (qtq); sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya 2,36 % (qtq); sub kelompok sayur-sayuran 0,92% (qtq); sub kelompok kacang-kacangan 5,50% (qtq); sub kelompok buah-buahan 8,68% (qtq); sub kelompok bumbubumbuan 5,98% (qtq); sub kelompok lemak dan minyak 2,32% (qtq) dan sub kelompok bahan makanan lainnya 0,95% (qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II 2008 inflasi sebesar 2,18% (qtq) yang berasal dari tiga sub kelompoknya yang mengalami inflasi. Sub kelompok makanan jadi mengalami inflasi tertinggi sebesar 3,48% (qtq); diikuti sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi sebesar 38

33 1,52% (qtq); dan sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi sebesar 0,06% (qtq) Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami kenaikan harga sebesar 0,34% (qtq) yang berasal dari empat sub kelompoknya yang mengalami inflasi. Inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang mengalami inflasi sebesar 7,35% (qtq), diikuti sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga yang mengalami inflasi sebesar 4,03% (qtq), sub kelompok biaya tempat tinggal yang mengalami inflasi sebesar 1,34% (qtq) dan perlengakapan rumah tangga yang mengalami kenaikan harga sebesar 0,21% (qtq) Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II 2008 mengalami inflasi sebesar 0,23% (qtq) yang berasal dari sub kelompok sandang wanita yang mengalami kenaikan harga sebesar 1,72% (qtq). Sub kelompok sandang laki-laki dan sub kelompok sandang anak-anak pada triwulan II 2008 tidak mengalami kenaikan harga. Sedangkan sub kelompok sandang pribadi dan sandang lainnya justru mengalami penurunan harga sebesar 1,27% (qtq) Kelompok Kesehatan Kelompok sandang pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 2,88% (qtq) yang berasal dari sub kelompok obat-obatan yang mengalami inflasi sebesar 3,37% (qtq) dan sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yang mengalami inflasi sebesar 4,94% (qtq). Sementara itu sub kelompok jasa kesehatan dan jasa perawatan jasmani pada triwulan II 2008 tidak mengalami inflasi. 39

34 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Indeks harga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada selama triwulan II 2008 tidak mengalami perubahan (stabil) dibanding dengan indeks pada triwulan sebelumnya sehingga kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga tidak mengalami inflasi dan sama sekali tidak memberikan andil terhadap terjadinya inflasi di Kota Batam Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II 2008 mengalami inflasi sebesar 6,19% (qtq) yang berasal dari inflasi sub kelompok transportasi sebesar 12,86% (qtq). Sub kelompok sarana penunjang transportasi dan sub kelompok jasa keuangan pada triwulan ini tidak mengalami kenikan harga. Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman pada triwulan laporan mengalami deflasi sebesar 12,22% (qtq) Inflasi Kota Tanjung Pinang Kondisi Umum Sejak bulan Juni 2008, BPS Provinsi Kepulauan Riau mulai mengumumkan laju inflasi Kota Tanjung Pinang yang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Dari penghitungan yang dilakukan oleh BPS sampai dengan Juni 2008 Indeks Harga Konsumen Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 111,63 yang berarti daerah ini mengalami inflasi sebesar 2,45% (mtm) atau lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Batam yang tercatat sebesar 2,29% (mtm). Sementara itu, tingkat inflasi kalender Kota Tanjung Pinang sampai dengan Juni 2008 tercatat sebesar 7,02% (ytd). Sedangkan tingkat inflasi tahunan di Kota Tanjung Pinang tercatat sebesar 13,80% (yoy) 40

35 Penyebab Inflasi Inflasi Kota Tanjung Pinang terjadi karena adanya kenaikan harga kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada lima kelompok barang dan jasa sebagai berikut: kelompok bahan makanan sebesar 3,12% (mtm); kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,91% (mtm); kelompok kesehatan sebesar 0,82% (mtm); kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,02% (mtm) dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 7,97% (mtm). Sebaliknya kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang indeks harganya justru mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,17% (mtm) dan 0,74% (mtm). Tabel Inflasi IHK dan Sumbangan Inflasi Kota Tanjung Pinang bulan Juni 2008 Kelompok Komoditi Inflasi (%) Sumbanga n (%) Umum 2,45 2,45 Bahan Makanan 3,12 0,80 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 1,91 0,41 Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan bakar -0,17-0,04 Sandang -0,74-0,04 Kesehatan 0,82 0,03 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0,02 0,00 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 7,97 1,29 41

36 Tabel 2.2 Perkembangan IHK dan Inflasi Kota Tanjung Pinang Juni Kelompok/sub Kelompok IHK Juni % Perubahan 2008 Thd. Mei U M U M 111,63 2,45 I. BA HA N M A KA N A N 117,31 3,12 1. Padi padian, Um bi umbian dan Hasilnya 112,57 0,42 2. Daging dan hasil hasilnya 129,20 1,43 3. Ikan se gar 106,65 7,99 4. Ikan diaw e tkan 136,86 6,90 5. Telur, susu dan hasil hasilnya 121,24 3,82 6. Sayur sayuran 95,93 1,48 7. Kacang kacangan 110,32 0,51 8. Buah buahan 120,05 3,33 9. Bum bu bum buan 125,13 6, Lem ak dan minyak 142,64 0, Bahan makanan lainnya 111,48 1,09 II. III. M A KA N A N JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM BAKAU 115,30 1,91 1. Makanan jadi 115,98 2,83 2. Minuman yang tidak beralkohol 121,82 0,32 3. Tem bakau dan minuman beralkohol 109,62 0,71 PERU M A HA N, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 102,33 0,17 1. Biaya te m pat tinggal 102,30 0,24 2. Bahan bakar, penerangan dan air 100,00 0,01 3. Perlengkapan rum ah tangga 103,43 0,29 4. Penyelenggaraan rum ah tangga 109,47 0,05 IV. SA N DA N G 109,57 0,74 1. Sandang laki laki 104,73 0,18 2. Sandang wanita 104,34 0,51 3. Sandang anak anak 104,36 0,02 4. Barang pribadi dan sandang lain 124,53 2,28 V. KESEHA TA N 105,46 0,82 1. Jasa ke se hatan 100,19 0,00 2. Obat obatan 115,17 2,89 3. Jasa perawat jasm ani 102,42 0,00 4. Perawatan jasm ani dan kosm e tika 106,87 0,89 VI. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAG A 102,17 0,02 1. Jasa pendidikan 100,45 0,00 2. Kursus kursus/pelatihan 108,92 0,00 3. Perlengkapan/peralatan pendidikan 105,51 0,00 4. Rekreasi 100,24 0,09 5. O lahraga 104,07 0,00 VII. TRANSPOR, KOM UNIKASI & JASA KEU AN G AN 117,00 7,97 1. Transpor 126,38 12,39 2. Komunikasi dan pengiriman 99,67 0,35 3. Sarana dan penunjang transpor 109,06 0,00 4. Jasa keuangan 102,92 0,00 Sum ber : BPS P rov. K epri 42

37 Bab 3 Perkembangan Perbankan Regional 3.1. Kondisi Umum Kondisi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 menunjukkan peningkatan yang cukup stabil terhadap periode sebelumnya. Beberapa indikator-indikator perbankan, seperti total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit oleh perbankan terus mengalami pertumbuhan. Jumlah jaringan kantor cabang bank umum di wilayah Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebanyak 45 kantor cabang di triwulan awal 2008, tidak mengalami pertambahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sampai dengan triwulan II 2008 tercatat ada 15 kantor BPR dan 2 kantor cabang BPR. Total asset, DPK dan total kredit yang diberikan oleh perbankan menunjukkan trend peningkatan jika dibanding triwulan I Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap perbankan semakin meningkat. Kinerja perbankan Provinsi Kepulauan Riau untuk tahun 2008 sampai dengan triwulan II terhitung baik, dimana asset, DPK, kredit dan rasio LDR menunjukkan peningkatan. Sedangkan angka Non Performing Loans (NPLs) mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih di bawah persayaratan yang ditetapkan Bank Indonesia. Pertumbuhan penyaluran kredit yang lebih besar daripada penghimpunan dana menunjukkan sudah membaiknya fungsi intermediasi oleh perbankan Total Asset Bank Umum Kondisi industri perbankan menunjukkan pertumbuhan, seperti tercermin pada pertumbuhan total asset bank umum yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam yang didukung oleh pertumbuhan aktiva produktif, termasuk kredit. Sampai dengan triwulan triwulan II 2008, total asset bank umum mencapai Rp.16,71 43

38 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 4,01% dibanding triwulan I 2008 yang tercatat sebesar Rp. 16,07 triliun, sedangkan secara tahunan terdapat peningkatan sebesar Rp.1,6 triliun (10,61%) terhadap triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum Periode Indikator Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II 1. Jaringan BU a. Batam b. Tj. Pinang c. Karimun d. Natuna Total Asset a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total DPK a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain Total Kredit a. Batam b. Tj. Pinang c. Dati II lain LDR (%) 56,5 57,24 60,47 63,86 66,03 a. Batam 72,4 71,21 74,01 75,62 77,21 b. Tj. Pinang 27,66 29,82 31,69 34,87 38,35 c. Karimun 36,62 35,16 38,24 41,57 41,65 d. Natuna 11,75 20,58 24,96 62,4 59,59 6. NPLs (%) 4,28 3,47 2,6 1,57 2,33 a. Batam 4,01 3,16 2,37 1,4 2,14 b. Tj. Pinang 5,87 5,18 3,72 2,93 3,21 c. Karimun 6,28 8,48 5,43 0,57 4,84 d. Natuna 0,07 0, Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) Berdasarkan Dati II, kegiatan perekonomian dan perbankan masih terkonsentrasi di Kota Batam, dimana jumlah total asset perbankan sebagian besar masih tetap terhimpun di Kota Batam. Total asset perbankan yang ada di Kota Batam pada triwulan II 2008 sebesar Rp.12,32 triliun atau 73,73% dari seluruh total asset 44

39 perbankan di Kepulauan Riau. Sedangkan total asset yang berhasil dihimpun oleh perbankan di Tanjung Pinang sebesar Rp.3,62 triliun atau 21,66% dari seluruh total asset perbankan di Kepulauan Riau. Sementara itu total asset perbankan di wilayah Kepulauan Riau (Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, dan Natuna) sebesar Rp.770 miliar (4,61%). Tabel 3.2 Perkembangan Total Asset Perbankan LOKASI Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II Batam Tj. Pinang Dati II lain Total Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) *) wilayah Kepulauan Riau meliputi Tj.Uban,. Tanjung Balai Karimun dan Kab. Natuna Total asset perbankan di Kota Batam mengalami peningkatan sebesar 4,21% secara triwulanan (qtq) sedangkan secara tahunan mengalami peningkatan sebesar 17,57%. Sedangkan untuk total asset perbankan di wilayah Kota Tanjung Pinang mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,92%, namun secara tahunan mengalami penurunan sebesar 2,91%. Untuk perbankan di wilayah Kepulauan Riau yang meliputi Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun dan Natuna, total asset perbankan di wilayah tersebut mengalami peningkatan secara triwulanan sebesar 17,20% namun secara tahunan menurun sebesar 14,18% Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Pada triwulan II 2008, jumlah dana masyarakat yang dihimpun oleh bank umum mengalami peningkatan, setelah pada triwulan I 2008 mengalami penurunan. Pada triwulan II 2008 jumlah dana masyarakat mencapai Rp14,07 triliun atau meningkat sebesar Rp629 milyar (4,68%) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp13,44 triliun. Peningkatan DPK bank umum sebagian besar disumbangkan oleh peningkatan simpanan dalam bentuk giro yang naik 7,45% (Rp413 miliar). Sedangkan simpanan dalam bentuk tabungan mengalami 45

40 pertumbuhan sebesar 5,04% (Rp251 miliar). Sementara itu simpanan dalam bentuk deposito turun sebesar 1,23% (Rp35 miliar) terhadap triwulan sebelumnya. Tabel 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum Keterangan Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II - Giro Tabungan Deposito Total Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) Secara nominal porsi simpanan giro masih merupakan jenis simpanan terbesar (42,40%) diantara dua jenis simpanan lain. Porsi simpanan jenis tabungan Gambar 3.1 Perbandingan Total tercatat sebesar Rp5,24 DPK Bank Umum Tw.II-2008 triliun (37,26%). Sedangkan simpanan dalam bentuk deposito 20.34% tercatat sebesar Rp2, % triliun (20,34%). Dominasi 37.26% sektor industri dan sektor perdagangan pada perekonomian Sumber : Bank Indonesia Kota Batam turut mempengaruhi jenis transaksi perbankan di Provinsi Kepulauan Riau. Kebutuhan masyarakat akan dana likuid serta transaksi ekonomi yang membutuhkan waktu singkat menyebabkan simpanan berbentuk giro memiliki porsi terbesar terhadap total simpanan masyarakat di perbankan Kredit Bank Umum Jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam pada triwulan II 2008 meningkat sebesar Rp707 miliar atau tumbuh sebesar 8,24% dibandingkan posisi akhir tahun Peningkatan jumlah kredit dan penurunan DPK 46

41 mengakibatkan tingkat LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum di Provinsi Kepulauan Riau meningkat menjadi 66,03% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 63,86%. Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk kredit konsumsi sebesar Rp3,71 triliun atau 39,88% dari total kredit yang diberikan. Sedangkan kredit untuk modal kerja dan investasi masing-masing sebesar Rp3,34 triliun (35,95%) dan Rp2,24 triliun (24,17%). Dari segi pertumbuhan, peningkatan jumlah kredit terbesar pada triwulan II 2008 terdapat pada kredit untuk konsumsi yang meningkat sebesar Rp368 miliar atau 11,04% terhadap triwulan I Sementara itu kredit konsumsi modal kerja meningkat sebesar Rp285 miliar (9,35%). Sedangkan kredit investasi meningkat sebesar Rp53 miliar (2,44%). Tabel 3.4 Perkembangan Penyaluran Kredit Bank Umum KETERANGAN Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II - Modal kerja Investasi Konsumsi Total Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) NPL bank umum di Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya meskipun demikian masih berada di bawah persyaratan Bank Indonesia sebesar 5%. NPL bank umum meningkat dari 1,57% pada triwulan I 2008 menjadi 2,33% pada triwulan laporan. Secara nominal NPL bank umum juga mengalami penurunan sebesar Rp.6,05 miliar. 47

42 Tabel 3.5 Perkembangan Kolektibilitas Kredit KETERANGAN Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Total Lancar Dalam Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet >> NPL (Nominal) >> NPL (%) ,47 2,60 1,57 2,33 Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) 3.5. Total Asset dan DPK Bank Perkreditan Rakyat Total asset BPR yang berada di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Batam mengalami peningkatan. Sampai dengan triwulan II 2008, total asset BPR mengalami peningkatan sebesar Rp38,26 miliar (5,96%) menjadi sebesar Rp680,64 miliar dibanding triwulan I 2008 yang tercatat sebesar Rp642,37 miliar. Tabel 3.6 Perkembangan Total Asset dan DPK BPR KETERANGAN Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II 1. TOTAL ASSET TOTAL DANA a. Tabungan b. Deposito Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) Total dana yang berhasil dihimpun oleh BPR pada triwulan laporan meningkat dengan triwulan sebelumnya. Jika pada triwulan I 2008 total dana yang dihimpun BPR tercatat sebesar Rp498,16 miliar, maka pada triwulan II 2008 meningkat menjadi Rp504,88 miliar atau naik sebesar Rp6,71 miliar (1,35%). Sebagian besar dana masyarakat yang dihimpun oleh BPR disimpan dalam bentuk deposito yaitu sebesar Rp460,07 miliar atau 91,13% dari seluruh total DPK BPR. Sedangkan 8,87% disimpan dalam bentuk tabungan sebesar Rp44,81 miliar. 48

43 3.6. Kredit BPR Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR kepada masyarakat pada triwulan II 2008 meningkat terhadap triwulan I Jumlah kredit yang diberikan oleh BPR yang beroperasi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2008 sebesar Rp461,34 miliar atau meningkat Rp66,59 miliar (16,87%) dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp394,75 miliar. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh BPR di wilayah kerja KBI Batam sebagian besar digunakan untuk keperluan konsumsi. Kredit untuk konsumsi yang disalurkan BPR di wilayah kerja KBI Batam pada triwulan II 2008 tercatat sebesar Rp313,09 miliar atau 67,87% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sementara kredit untuk investasi yang diberikan BPR di Provinsi Kepulauan Riau sebesar Rp108,04 miliar atau 23,42% dari seluruh total kredit yang diberikan oleh BPR. Sedangkan porsi kredit modal kerja adalah sebesar Rp40,21 miliar (8,72%). Besarnya kredit BPR untuk keperluan konsumsi mencerminkan intermediasi yang dilakukan BPR terhadap dunia usaha masih belum optimal. Sebagian besar BPR di Provinsi Kepulauan Riau menyalurkan kredit untuk keperluan pembelian mobil dan beberapa untuk pembelian rumah atau ruko. Tabel 3.7 Perkembangan Kredit BPR berdasarkan Jenis Penggunaan KETERANGAN Tw. II Tw. III Tw.IV Tw.I Tw.II Total Investasi Modal Kerja Konsumsi Sumber : Bank Indonesia (dalam jutaan rupiah) Meskipun secara share, kredit BPR di Provinsi Kepulauan Riau masih didominasi oleh kredit konsumsi, namun kredit modal kerja mengalami peningkatan terbesar di antara dua jenis kredit yang lain. Kredit modal kerja meningkat sebesar 30,36% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sementara itu kredit investasi meningkat sebesar 19,60% dan kredit konsumsi tumbuh sebesar 14,45%. Peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi BPR 49

44 yang cukup tinggi ini memberikan sinyal positif bagi dunia usaha, khususnya UMKM, mengingat pangsa pasar BPR adalah usaha mikro, kecil dan menengah. 50

45 Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah 4.1. KONDISI UMUM Penyerapan anggaran di tw.ii-2008 lebih atraktif dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi penerimaan selama tw.ii mencapai 24,8% dan pengeluaran/belanja mencapai 37,5% dari target 2008 yang telah ditetapkan. Adapun rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2008 provinsi Kepulauan Riau yang disahkan sebesar Rp 1,389 triliun yang terdiri dari komponen Pendapatan sebesar Rp 1,178 triliun, Belanja sebesar Rp 1,382 triliun, dan Pembiayaan sebesar Rp 204 milyar. Dibandingkan jumlah APBD tahun 2007 sebesar Rp 1,467 triliun, APBD tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 5,32%. Penurunan lebih disebabkan karena berkurangnya penerimaan dari Dana Perimbangan dan perhitungan pembiayaan dari Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (SILPA). Tabel 4.1 Perkembangan APBD TA & RAPBD TA.2008 Provinsi Kepulauan Riau No STRUKTUR APBD TA TA TA TA PENDAPATAN 371,721,840, ,152,768,000 1,019,498,530,494 1,178,500,000,000 2 BELANJA 483,577,930,500 1,136,081,909,773 1,459,367,000,000 1,382,500,000,000 3 PEMBIAYAAN 111,856,090, ,929,141, ,868,869, ,000,000,000 TOTAL APBD 501,134,743,000 1,189,966,909,773 1,467,000,000,000 1,389,000,000,000 Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Secara umum, kebijakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau untuk pembangunan sektor pendidikan masih tetap konsisten seperti tahun-tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2008 porsi anggaran pendidikan sebesar 20,13% dari APBD atau sebesar Rp 279,5 milyar. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan dianggarkan sebesar Rp 59,3 milyar, untuk melaksanakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Tanjungpinang secara multiyears. 51

46 Adapun anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum adalah sebesar Rp 282,6 milyar, yang diarahkan untuk pelaksanaan beberapa program pembangunan antara lain pembangunan infrastruktur pusat pemerintahan Provinsi, pembangunan jalan dan jembatan, pembangunan infrastruktur pedesaan, pembangunan drainase, pengendalian banjir, dan pemberdayaan jasa konstruksi. Dan untuk Dinas Perhubungan, Pos dan Telekomunikasi dianggarkan sebesar Rp 41,9 milyar, untuk pelaksanaan program pembangunan transportasi udara, pembangunan transportasi laut, pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan, studi kelayakan dan subsidi transportasi laut REALISASI PENERIMAAN Penerimaan pemerintah selama tw.ii-2008 sebesar Rp 292 milyar atau 29,3% dari target penerimaan yang ditetapkan sebesar Rp 1,18 triliun. Total penerimaan ini meningkat dibanding pencapaian pada tw.i-2008 sebesar 15,9% dari target. Sumbangan penerimaan dihasilkan dari pencairan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak sebesar Rp 120,7 milyar atau 76,9% dari target Sehingga secara kumulatif selama semester I-2008, target penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak telah terealisir sebesar Rp 151 milyar (96,5%). Tabel 4.2 Target dan Realisasi Penerimaan Periode April - Juni 2008 JENIS PENERIMAAN TARGET TA REALISASI PENERIMAAN Tw.I-2008 Pencapaian Apr-2008 Mei-2008 Jun-2008 Tw.II-2008 Pencapaian (Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah 452,130,165,000 82,580,153, % 32,980,419,923 32,303,588,698 32,271,803,175 97,555,811, % Retribusi Daerah 8,140,000, ,519, % 82,630,000 44,534,500 71,302, ,466, % - Retribusi Jasa Umum 640,000,000 11,759, % 4,475,000 7,664,500 5,772,000 17,911, % - Retribusi Jasa Usaha 7,500,000, ,760, % 78,155,000 36,870,000 65,530, ,555, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 1,700,000, % % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 58,261,283,000 1,531,402, % 503,297, ,478, ,131,372 1,788,907, % TOTAL PAD 520,231,448,000 84,229,075, % 33,566,347,398 33,013,601,681 32,963,236,547 99,543,185, % 2. DANA PERIMBANGAN Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 156,882,237,000 30,748,896, % 23,685,822,315 72,959,485,105 24,008,184, ,653,491, % - Bagi Hasil Pajak 86,114,000,000 18,045,048, % 1,826,155,801 31,619,393,656 24,008,184,333 57,453,733, % - Bagi Hasil Bukan Pajak 7,249,000, % 21,859,666,514 41,340,091, ,199,757, % - Pajak Penghasilan Orang Pribadi 63,519,237,000 12,703,847, % % Bagi Hasil Bukan Pajak 206,700,457, % % Dana Alokasi Umum 288,884,858,000 72,221,214, % 24,073,738,000 24,073,738,000 24,073,738,000 72,221,214, % Dana Alokasi Khusus 5,801,000, % % TOTAL DANA PERIMBANGAN 658,268,552, ,970,110, % 47,759,560,315 97,033,223,105 48,081,922, ,874,705, % TOTAL PENERIMAAN DAERAH 1,178,500,000, ,199,185, % 81,325,907, ,046,824,786 81,045,158, ,417,891, % Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau 52

47 Sedangkan realisasi penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama tw.ii-2008 sebesar Rp 100 milyar atau 19,1% dari target PAD tahun Meski penerimaan PAD di triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, total realisasi penerimaan PAD selama semester I-2008 masih tergolong rendah karena baru mencapai 35,3% dari target. Kondisi ini disinyalir karena tidak terpenuhinya kondisi ideal dalam penyusunan anggaran PAD 2008, sehingga target yang ditetapkan menjadi over estimate. Adapun asumsi penetapan target PAD antara lain realisasi pencabutan PP 63 tentang pungutan pajak atas otomotif, rokok, elektronik dan minuman beralkohol menyusul disahkannya kepengurusan Dewan Kawasan Free Trade Zone untuk wilayah Batam, Bintan dan Karimun (FTZ-BBK), karena dinilai tidak sesuai dengan UU-FTZ yang telah ditetapkan. Dengan dilakukannya pencabutan atas PP 63 tersebut diharapkan kendaraan bermotor yang berasal dari negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia bisa diimpor ke wilayah FTZ, sehingga penerimaan yang berasal dari Bea Balik Nama dan Pajak Kendaraan Bermotor (BBN-KB & PKB) dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Namun hingga akhir periode laporan belum ada sinyal positif dari pemerintah pusat untuk mencabut PP 63 tersebut, sehingga diyakini pemerintah daerah akan segera melakukan penyesuaian terhadap target anggaran Penerimaan yang berasal dari Retribusi Daerah juga masih mengalami deviasi yang besar dari target dimana sampai dengan semester I-2008 baru teralisasi sebesar Rp 316 juta atau 3,9% dari target Retribusi Daerah tahun Kendala pencapaian ini juga diduga terkait dengan tingginya kenaikan target Retribusi Daerah T.A.2008 yang ditetapkan yakni sebesar Rp 8,1 milyar, dari Rp 485 juta yang ditargetkan pada T.A Di samping itu, kebijakan optimalisasi penerimaan daerah yang berasal dari retribusi ini masih baru diterapkan, sehingga dibutuhkan waktu dan upaya yang lebih intensif dalam mensosialisasikannya kepada segenap stakeholders daerah. 53

48 Berdasarkan hasil perhitungan lifting dan asumsi harga minyak bumi yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Departemen Keuangan menetapkan secara rata-rata untuk seluruh daerah Indonesia akan terjadi penurunan DBH Migas pada tahun 2008 sebesar 14,4% dari estimasi DBH Migas tahun Atas kebijakan tersebut, pemerintah daerah benar-benar dituntut untuk lebih inovatif dalam menata kembali sumber-sumber penerimaannya, dengan tetap berpihak kepada iklim perekonomian yang pro-poor, pro-job dan pro-growth REALISASI PENGELUARAN Penyerapan anggaran belanja pada tw.ii-2008 sebesar 37,5%, jauh lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang hanya terealisasi sebesar 5,95% dari target pengeluaran yang ditetapkan. Penyerapan terbesar terjadi pada pos Belanja Tidak Langsung yakni sebesar Rp 216 juta atau 51,1% dari target, sedangkan pos Belanja Langsung baru terealisasi 31,5% selama periode triwulan laporan. Tabel 4.3 Target dan Realisasi Pengeluaran Periode April - Juni 2008 REALISASI PENGELUARAN TARGET TA JENIS PENGELUARAN Tw.I-2008 Pencapaian Apr-2008 Mei-2008 Jun-2008 Tw.II-2008 Pencapaian (Rp) (Rp) (%) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (%) 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG - Belanja Pegawai 166,009,868,321 45,627,375, % 33,011,167,631 46,796,589,935 57,630,940, ,438,698, % - Belanja Subsidi 4,376,150, % ,704, ,704, % - Belanja Hibah 19,515,100,000 4,194,300, % 13,147,380,000 15,250,380,000 16,312,505,000 44,710,265, % - Belanja Bantuan Sosial 43,423,000,000 1,704,800, % 5,007,165,000 8,800,093,000 18,903,714,000 32,710,972, % - Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pem. Desa 182,567,746, % % - Belanja bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 4,000,000, % % - Belanja Tidak Terduga 2,000,000, % % TOTAL BELANJA TIDAK LANGSUNG 421,891,865,046 51,526,475, % 51,165,712,631 70,847,062,935 93,718,863, ,731,639, % 2. BELANJA LANGSUNG - Belanja Pegawai 100,799,256,186 5,725,673, % 13,274,525,140 18,383,101,826 23,713,054,393 55,370,681, % - Belanja Barang dan Jasa 414,187,312,006 20,038,984, % 40,350,991,566 61,702,018,296 86,088,762, ,141,772, % - Belanja Modal 445,621,566,762 4,927,647, % 14,340,968,375 19,805,400,579 25,393,135,871 59,539,504, % TOTAL BELANJA LANGSUNG 960,608,134,954 30,692,305, % 67,966,485,081 99,890,520, ,194,952, ,051,958, % TOTAL PENGELUARAN 1,382,500,000,000 82,218,781, % 119,132,197, ,737,583, ,913,816, ,783,597, % Sumber : Badan Keuangan dan Kekayaan Daerah Provinsi Kepulauan Riau Dari total realisasi Belanja Tidak Langsung sebesar Rp 216 milyar (51,1%), belanja pegawai dan bantuan sosial merupakan pos yang paling tinggi tingkat realisasinya selama tw.ii

49 Realisasi belanja tidak langsung pegawai selama periode triwulan laporan tercatat sebesar Rp 137 milyar atau 82,79% dari target. Sedangkan untuk bantuan sosial pemerintah telah mengeluarkan sedikitnya Rp 32 milyar (75,3%) dalam 3 bulan. Adapun sampai dengan semester I-2008, pengeluaran pemerintah untuk Belanja Pegawai tidak langsung dan Belanja Hibah telah melampaui target pengeluaran yang ditetapkan. Sementara itu, pengeluaran tidak langsung berupa dana bagi hasil kepada pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa belum terealisasi sama sekali sampai dengan bulan Juni 2008, sementara target yang ditetapkan tergolong cukup tinggi yakni sebesar Rp 183 milyar. Pada pos Belanja Langsung, pengeluaran untuk belanja pegawai dan belanja barang/jasa memiliki tingkat penyerapan anggaran yang tinggi dengan realisasi masing-masing sebesar Rp 55 milyar (54,9%) dan Rp 188 milyar (45,4%). Jika dikumulatif dengan triwulan sebelumnya, penyerapan anggaran pada kedua pos tersebut telah di atas 50% dari target yang ditetapkan. Namun di lain pihak, pengeluaran belanja modal untuk pembiayaan proyek-proyek pemerintah justru masih jauh dari harapan, dimana sampai dengan semester I-2008 hanya terealisasi sebesar Rp 64 milyar atau 14,5% dari yang ditargetkan. Kondisi ini secara tidak langsung dapat menggambarkan adanya keterlambatan baik dalam hal pencairan maupun penyelesaian beberapa proyek pemerintah. Dengan demikian, total penyerapan anggaran belanja selama semester I-2008 sebesar Rp 601 milyar atau 43,5% dari total target pengeluaran pemerintah selama tahun 2008 dapat dikategorikan cukup baik. Namun demikian deviasi yang terdapat di berbagai pos terutama belanja langsung dan tidak langsung pegawai, belanja hibah, bantuan sosial serta bagi hasil kepada pemerintah kabupaten/kota dibutuhkan penyesuaian target kembali. Revisi target pengeluaran akan dilakukan secara bersamaan dengan target penerimaan yang juga mengalami devisiasi di sejumlah pos anggaran. Berdasarkan konfirmasi terakhir yang diperoleh, anggaran revisi sedang dalam pembahasan yang intensif dan direncanakan selesai disusun pada akhir Agustus

50 Bab 6 Perkembangan Ketenagakerjaan & Kesejahteraan 6.1. Penduduk Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau meningkat sebesar jiwa (0.04%) menjadi jiwa dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar jiwa. Penyebaran penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2007 sebagian besar masih terkonsentrasi di Kota Batam. Jumlah penduduk Kota Batam pada tahun 2007 tercatat sebesar jiwa atau 49,95% dari total penduduk Provinsi Kepulauan Riau. Selanjutnya diikuti oleh jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang tercatat sebesar jiwa (15,52%) dan jumlah penduduk Kota Tanjung Pinang yang tercatat sebesar jiwa (12,78%). Peningkatan jumlah penduduk terbesar pada tahun 2007 juga terjadi di Kota Batam yang mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar jiwa (1,06%) dibandingkan tahun Selanjutnya diikuti peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Karimun yang meningkat sebesar jiwa (1,03%) dan Kota Tanjung Pinang yang meningkat sebesar (1.03%). Tabel Perkembangan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Kab./Kota Pert. (%) Karimun ,03 Bintan ,01 Lingga ,02 Lingga ,01 Batam ,06 Tanjung Pinang ,03 Total ,04 Sumber : BPS Prov. Kepri 56

51 6.2. Ketenagakerjaan Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Riau pada bulan Februari 2008 cukup mengalami perubahan yang berarti. Pada bulan Februari 2008, jumlah angkatan kerja mencapai orang, bertambah sebanyak orang dibandingkan bulan Agustus Sementara jumlah penduduk yang bekerja bertambah orang sehingga tingkat pengangguran terbuka menurun dari 9,01% pada bulan Agustus 2007 menjadi 8,49% pada bulan Februari Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan peningkatan yaitu dari 63,07% pada Agustus 2007 menjadi 65,61% pada Februari Tabel Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu Angkatan kerja Bukan Angkatan Kerja URAIAN Agt. 06 Feb. 07 Agt. 07 Feb. 08 Bekerja Pengangguran Total Sekolah Mengurus RT Lainnya Total Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 64,2 69,28 63,07 65,61 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 12,24 8,86 9,01 8,49 Setengah Pengangguran Terpaksa Setengah Pengangguran Sukarela Total Sumber : BPS, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2006,2007,2008 Jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan orang pada Februari 2008 menjadi orang atau terjadi kenaikan sebesar 11,45% dibandingkan Agustus Sementara itu jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan orang (8,49%) dibandingkan Agustus 2007 menjadi orang pada Februari Namun setengah pengangguran yang didefinisikan sebagai bekerja kurang dari jam kerja normal, atau seminggu bekerja kurang dari 35 57

52 jam, jumlahnya justru menurun. Untuk setengah pengangguran terpaksa, yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam kerja normal secara terpaksa, yang masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia menerima pekerjaan lain/tambahan, jumlahnya turun dari orang pada Agustus 2007 menjadi orang pada bulan Februari Sedangkan setengah penganggruan sukarela, yaitu yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam kerja normal namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain, jumlahnya turun dari setengah pengangguran sukarela, yaitu yang didefinisikan sebagai bekerja di bawah jam kerja normal namun tidak mencari pekerjaan dan tidak bersedia menerima pekerjaan lain, jumlahnya juga menurun lebih besar yaitu dari orang pada Agustus 2007 menjadi orang pada bulan Februari Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 6.3 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama. Selama periode Agustus 2007 Februari 2008, jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Pada bulan Februari 2008, sektor industri merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja, yaitu mencapai 30,5%, kemudian diikuti oleh tiga sektor lainnya, yaitu sektor perdagangan (18,8%), sektor pertanian (17,1%) dan sektor jasa kemasyarakatan (15,9%). Kenaikan penduduk yang bekerja selama kurun Agustus 2007 sampai Februari 2008 utamanya terjadi pada sektor industri, dimana pada bulan Agustus 2007 jumlahnya mencapai orang pada bulan Februari 2008, atau terjadi kenaikan sebanyak orang pada 6 bulan terakhir, kemudian disusul oleh sektor pertanian yang meningkat sebanyak orang pada kurun waktu yang sama, demikian pula beberapa sektor lainnya yang menunjukkan kenaikan jumlah, yaitu sektor-sektor jasa kemasyarakatan serta sektor 58

53 keuangan dan jasa perusahaan yang menunjukkan peningkatan, yaitu sebanyak orang untuk sektor jasa kemasyarakatan dan orang untuk sektor keuangan dan jasa perusahaan. Tabel 6.3. Perkembangan Pekerja Berdasarkan Lapangan Usaha Keterangan Agt-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdagangan Angkutan dan Pergudangan Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa Kemasyarakatan TOTAL Sumber : BPS Prov. Kepri Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional, dapat diidentifikasi dua kelompok utama terkait dengan kegiatan ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Pekerja yang berstatus buruh/karyawan memiliki jumlah tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain dan jumlahnya bertambah cukup besar, yaitu dari orang pada Agustus 2007 menjadi orang pada Februari 2008, atau naik sebanyak orang selama enam bulan terakhir. Sedangkan jumlah tertinggi kedua adalah mereka yang berstatus sebagai berusaha sendiri dimana jumlahnya mencapai orang pada Februari 2008 tetapi terjadi sedikit peningkatan yaitu sebanyak 76 orang selama enam bulan terakhir. Secara umum tenaga kerja di sektor formal peningkatannya lebih tinggi dibanding dengan tenaga kerja di sektor informal. 59

54 Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama Feb. 07 Agt. 07 Feb. 08 Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/karyawan Pekerjaan Bebas Pertanian Pekerjaan Bebas Non pertanian Pekerjaan tidak dibayar Total

55 Bab 7 Prospek Perekonomian dan Inflasi Asesmen perekonomian Kepulauan Riau pada tw.iii-2008 diperkirakan kembali terkoreksi dengan tekanan yang lebih berat dibanding triwulan sebelumnya. Di sisi sisi permintaan, tertekannya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu masih sangat dirasakan pengaruhnya terhadap pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga. Realisasi penerapan FTZ secara riil diharapkan mampu mendorong aktivitas investasi dan perdagangan luar negeri. Sementara laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan yang menjadi buffer pertumbuhan di sisi sektoral diproyeksi melambat sekitar 0,5% dibanding tw.ii Di samping itu, sektor Bangunan, Pengangkutan dan Listrik juga menjadi penyumbang dominan menurunnya laju perekonomian di tw.iii Inflasi IHK kota Batam pada tw.iii-2008 menunjukkan kecenderungan menurun dibanding tw.ii Efek kenaikan harga BBM diperkirakan mulai mereda meski tetap kenaikan harga-haraga tetap masih terjadi Prospek Pertumbuhan Ekonomi Laju perekonomian pada tw.iii-2008 diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 7,61% - 8,44% (y-o-y). Seiring dengan meningkatnya aktivitas perekonomian padat karya seperti industri galangan kapal dan properti, peran konsumsi rumah tangga menjadi semakin penting dalam pembentukan PDRB provinsi Kepulauan Riau, dimana pengsanya pada tw.ii-2008 mencapai 50%. Sehingga menurunnya pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga akibat kenaikan harga-harga secara umum menjadi faktor dominan yang menekan laju perekonomian 61

56 dari sisi permintaan. Laju pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga diproyeksi kembali melambat di kisaran 13,73% - 16,22%. Grafik 7.1 Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Grafik 7.2 Estimasi Pertumbuhan Konsumsi RT Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Tekanan di sisi permintaan juga didorong oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan, dimana peningkatan impor lebih besar dari ekspor yang keluar dari wilayah Kepulauan Riau. Kondisi ini diduga karena pertumbuhan industri skala besar belum memberikan nilai tambah yang signifikan terhadap perekonomian. Ekspor Kepulauan Riau pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh di kisaran 6,6% - 7,58%, sedangkan pertumbuhan impor pada saat yang sama mencapai 19,74% %. Grafik 7.3 Estimasi Pertumbuhan Ekspor Grafik 7.4 Estimasi Pertumbuhan Impor Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam 62

57 Laju penurunan lebih lanjut diharapkan dapat tertahan dengan pertumbuhan investasi yang masuk ke wilayah Kepulauan Riau. Insentif investasi yang nyata diharapkan dapat segera terwujud di kawasan Free Trade Zone (FTZ) Batam, Bintan dan Karimun, menyusul terbentuknya struktur Dewan Kawasan FTZ. Jika kondisi ideal tersebut dapat tercapai, investasi barang modal (PMTB) pada tw.iii-2008 optimis meningkat lebih tinggi dibanding saat ini yang tumbuh 71,1%. Laju pertumbuhan Investasi PMTB di tw.iii-2008 diperkirakan antara 63,01% sampai dengan 79,67% dibanding periode yang sama tahun Asesmen ini juga didukung dengan tren meningkatnya realisasi investasi selama tw.ii-2008 seperti yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya. Grafik 7.5 Estimasi Pertumbuhan Investasi PMTB Sumber : Proyeksi BI Batam Tren menurunnya permintaan yang diperkirakan terjadi pada tw.iii-2008 menyebabkan perlambatan hampir di seluruh aktivitas ekonomi sektoral. Sumbangan tertinggi diperkirakan berasal dari sektor industri akibat meningkatnya biaya operasional merespon kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum. Sektor industri pengolahan diproyeksi mengalami pertumbuhan yang melambat (y-o-y) sekitar 5,53% - 5,95% dibanding tw.ii-2008 yang tumbuh 6,35%. Perkiraan ini juga mengkonfirmasi menurunnya laju pertumbuhan ekspor di tw.iii

58 Grafik 7.6 Estimasi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 7.7 Estimasi Pertumbuhan Sektor Bangunan Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Seiring dengan meningkatnya biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, permintaaan terhadap properti di tw.iii-2008 juga diperkirakan tertahan dibanding periode tw.ii- 2007, akibat shifting prioritas kebutuhan yang dilakukan masyarakat. Di samping itu, realisasi proyek-proyek konstruksi pemerintah dan swasta belum mampu mengangkat pertumbuhan sektor bangunan se-atraktif triwulan-triwulan sebelumnya yang tumbuh di atas 40% (y-o-y). Industri pengangkutan merupakan sektor yang sangat terpengaruh langsung oleh kenaikan harga BBM karena pengeluaran untuk bahan bakar sangat dominan menentukan biaya operasionalnya. Bagi provinsi Kepulauan Riau sendiri, pengangkutan laut sangat berperan penting dalam mendukung aktivitas perjalanan baik masyarakat maupun lalu-lintas barang. Sektor pengangkutan dan komunikasi di tw.ii-2008 telah mengalami koreksi pertumbuhan dari 18,56% menjadi 16,34%, dan diperkirakan kembali tertekan di kisaran 12,64% - 15,49%. 64

59 Grafik 7.8 Estimasi Pertumbuhan Sektor Pengangkutan & Komunikasi Grafik 7.9 Estimasi Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Grafik 7.10 Estimasi Pertumbuhan Sektor Keuangan Grafik 7.11 Estimasi Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Berkaitan dengan itu, aktivitas perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada tw.iii-2008 juga akan mengalami laju pertumbuhan menurun dibanding triwulan laporan. Pertumbuhan sektor PHR diperkirakan berkisar di antara 8,56% sampai dengan 9,62%. Aktivitas bepergian masyarakat diyakini akan menurun sejalan dengan turunnya daya beli masyarakat dan kenaikan tarif angkutan, sehingga pada akhirnya berkontribusi negatif terhadap nilai tambah yang dihasilkan sektor Pengangkutan dan sektor Perdagangan, Hotel 65

60 dan Restoran terhadap perekonomian daerah. Namun demikian, ekspektasi segera teralisasinya FTZ di Batam, Bintan dan Karimun serta ditetapkannya Batam sebagai salah satu kota MICE (Meetings, Incentive, Convention & Exhibition ) di Indonesia diharapkan mampu menahan dampak perlambatan lebih jauh yang akan terjadi. Sementara sektor Keuangan diperkirakan mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan tw.ii-2008, pada level 9,54% - 10,66%. Meski di satu sisi laju pertumbuhan kredit akan tertahan, namun peningkatan BI-rate dan rencana ekspansi kantor cabang Bank Umum maupun pembukaan 4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baru sampai dengan akhir periode tw.iii-2008 menjadi stimulus peningkatan kinerja industri keuangan di wilayah provinsi Kepulauan Riau. Terakhir, sektor Pertanian juga diperkirakan tumbuh di level yang lebih rendah dibanding tw.ii-2008 dengan perkiraan antara 5,47% - 5,62% (y-o-y). Di samping efek tingginya inflasi yang lebih dirasakan oleh masyarakat bawah, tren penurunan yang ditunjukkan oleh sejumlah indikator seperti produksi padi, penyaluran kredit pertanian dan ekspor komoditi perikanan/laut mengkonfirmasi hasil perkiraan terhadap laju pertumbuhan sektor ini di triwulan mendatang Prospek Inflasi Prospek harga-harga secara umum pada tw.iii-2008 diperkirakan tetap mengalami peningkatan (inflasi) pada kisaran 7,99% - 9,60% (yoy), sehingga sampai dengan akhir September 2008 inflasi tahun kalender mencapai 7,43% - 8,02% (ytd). Kenaikan harga (inflasi) masih didorong oleh efek kenaikan harga BBM pada bulan Mei 2008 lalu, di samping kecenderungan pergerakan beberapa indikator ekonomi regional dan internasional. Harga minyak dunia yang tetap tinggi cukup mempengaruhi pergerakan harga-harga di dalam negeri, terutama disebabkan tingginya ketergantungan provinsi Kepulauan Riau terhadap barang kebutuhan impor diluar kebutuhan pokok. 66

61 Grafik Estimasi Inflasi IHK Sumber : Proyeksi BI Batam Kelompok bahan makanan diperkirakan mengalami inflasi sekitar 18,87% - 19,81% (yoy) dan menjadi penyumbang inflasi terbesar di tw.iii Secara triwulanan, kelompok bahan makanan diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 4,53% - 5,69% (qtq). Sedangkan secara bulanan, tingkat inflasi rata-rata sebesar 1,49% (mtm). Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Bahan Makanan Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam 67

62 Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan laporan diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 3,41% - 3,76% (yoy). Secara triwulanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada tw.iii-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 2,11% - 2,29% (qtq). Sedangkan secara bulanan, pada tw.iii-2008 inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sebesar 0,70% (mtm). Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada tw.iii-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 6,60% - 7,07% (yoy), dengan inflasi triwulanan di kisaran 1,49% - 3,72% (qtq). Asesmen secara bulanan memperkirakan kelompok ini akan mengalami kenaikan harga rata-rata sebesar 0,50% (mtm). Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Perumahan, Listrik, Gas & Bahan Bakar Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Sandang Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Kelompok sandang pada triwulan ke depan diperkirakan mengalami inflasi dengan kisaran 13,61% - 14,45% (yoy). Secara triwulanan, kelompok ini diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 0,09% - 2,87% (qtq). Sedangkan secara bulanan, kelompok sandang diperkirakan akan mengalami inflasi dengan rata-rata per bulan sebesar 0,95% (mtm). 68

63 Kelompok kesehatan pada tw.iii-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 9,02% - 9,92% (yoy). Secara triwulanan, inflasi diperkirakan berada di kisaran 1,55% - 2,72% (qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi kelompok ini diperkirakan akan mengalami rata-rata sebesar 0,63% (mtm). Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Sumber : Proyeksi BI Batam Sumber : Proyeksi BI Batam Inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga diperkirakan akan meningkat terkait dengan dimulainya tahun ajaran baru sekolah. Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada tw.iii-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi dengan kisaran 6,97% - 10,90% (yoy). Secara triwulanan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga diperkirakan akan mengalami inflasi pada kisaran 6,90% - 10,90% (qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi kelompok ini pada tw.iii-2008 diperkirakan akan mengalami inflasi rata-rata per bulan sebesar 2,27% (mtm). 69

64 Grafik Estimasi Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Sumber : Proyeksi BI Batam Kelompok tranportasi, komunikasi dan jasa keuangan diproyeksi akan mengalami inflasi sekitar 6,92% - 7,02% (yoy) pada triwulan mendatang. Secara triwulanan, perkiraan inflasi berada di kisaran 3,42% - 5,43% (qtq). Sedangkan secara bulanan, inflasi kelompok kesehatan diperkirakan akan mengalami inflasi rata-rata per bulan sebesar 2,44% (mtm). 70

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1. KONDISI UMUM Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 melambat dibanding triwulan II-2008 akibat turunnya investasi barang modal. Pertumbuhan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro

Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Bab Perkembangan Ekonomi Makro.. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau pada tw.i- diperkirakan tumbuh,%, lebih rendah dibanding pertumbuhan tw.iv- sebesar,% (y-o-y). Tinjauan secara triwulan (q-t-q)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Optimisme pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang utama sedang berlangsung meskipun belum mendorong terjadinya recovery perekonomian Kepulauan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2013,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur mulai memperlihatkan tanda pemulihan dari tekanan gejolak penurunan harga minyak mentah maupun harga pangan dunia (CPO) yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1. KONDISI UMUM Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 38/07/76/Th. IX, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI JUNI 2015 MAMUJU INFLASI 0,95 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 36/08/91 Th. VIII, 04 Agustus 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2014, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2009 2010 2011 2012 Pertumb Trw IV Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Tw. I Tw.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I tahun 213 tumbuh sebesar 4,17% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,18% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR

KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR KAWASAN AMERIKA SELATAN DAN KARIBIA SEBAGAI TUJUAN EKSPOR Disampaikan pada acara Rountable Discussion Potensi dan Peluang Kerjasama Ekonomi Indonesia dengan negara-negara di Kawasan Amerika Selatan dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017

No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 No. 01/3307/2017, 9 Mei 2017 Pada bulan April 2017 Wonosobo mengalami inflasi sebesar 0,02 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 124,27. Inflasi April 2017 lebih tinggi dibandingkan Maret 2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2008 2009 2010 Pertumb Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III qtq

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN No. 03/04/IHK/10 April 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN MARET 2017 DEFLASI 0,06 PERSEN Bulan Maret 2017 di Jepara, terjadi deflasi sebesar 0,06 persen dengan Indeks Harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a,

KATA PENGANTAR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG K e p a l a, KATA PENGANTAR Perubahan data Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator ekonomi makro yang penting untuk memberikan gambaran tentang pola konsumsi masyarakat serta dapat menunjukkan keseimbangan

Lebih terperinci

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen

BPS KOTA TEGAL. BULAN FEBRUARI 2014 KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen BPS KOTA TEGAL Tegal, 4 Maret BULAN FEBRUARI KOTA TEGAL INFLASI 0,79 persen - Pada bulan Februari Kota Tegal terjadi inflasi 0,79 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,47, sedikit lebih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 No. 06/11/62/Th.VII, 6 Nopember 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN III-2013 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan III-2013 terhadap triwulan II-2013 (Q to Q) secara siklikal mengalami

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 16/04/91 Th. VIII, 01 April 2014 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan Maret 2014, Kota Manokwari mengalami deflasi sebesar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 Pertumb Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV qtq MAKRO Laju

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 54/08/35/Th. XI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan II Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,97 persen Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI PAPUA BARAT No. 19/04/91 Th. X, 01 April 2016 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA MANOKWARI Pada bulan 2016, Kota Manokwari mengalami inflasi sebesar 0,13

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 BPS KOTA TARAKAN No.05/04/6473/Th.I, 17 April 2007 INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MARET 2007 Inflasi Kota Tarakan bulan Maret 2007 sebesar 0,11%. Kelompok Bahan Makanan mengalami deflasi sebesar 1,14 persen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 25/05/76/Th. IX, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI APRIL 2015 MAMUJU INFLASI 0,09 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM

RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM INDIKATOR RINGKASAN EKSEKUTIF INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER TRIWULANAN WILAYAH KERJA KANTOR BANK INDONESIA BATAM 2006 2007 2008 2009 Pertumb Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN No. 04/05/IHK/10 Mei 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI JEPARA BULAN APRIL 2017 INFLASI 0,55 PERSEN Bulan April 2017 di Jepara, terjadi inflasi sebesar 0,55 persen dengan Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Oktober 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Oktober 2017, Mamuju Deflasi 0,48 persen. Berdasarkan hasil Survei Harga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA No. 10/14/2103/Th.III, 03 November PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KABUPATEN NATUNA BULAN OKTOBER DEFLASI -0,25 PERSEN Pada Bulan Oktober di Kabupaten

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 25/11/34/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 SEBESAR -0,03 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 06/06/33/05/Th. VI, 01 April 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI KOTA KEBUMEN BULAN MARET 2015 INFLASI 0,03 PERSEN Pada Bulan Maret 2015 di Kota Kebumen terjadi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI BPS PROVINSI SULAWESI BARAT a No. 16/03/76/Th. IX, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI FEBRUARI 2015 MAMUJU DEFLASI -1,13 PERSEN Berdasarkan hasil Survei Harga Konsumen 82 kota di Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci