II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga Pada akhir tahun 1970 Departemen Kehutanan Saint Lucia Kepulauan Karibia hangat mendiskusikan isu pendidikan lingkungan. Pada saat itu pihak departemen menyatakan bahwa mereka harus melakukan sesuatu agar masyarakat tidak lagi menghancurkan hutan dan mau menyelamatkan satwa yang terancam punah. Namun Departemen Kehutanan tidak memiliki banyak dana untuk pendidikan lingkungan sehingga mereka memutuskan untuk membuat poster. Poster dibuat tanpa melakukan penelitian terhadap masyarakat target, tanpa mengetahui apakah poster menjadi alat yang tepat dalam menyampaikan pesan, dan tidak memiliki sebuah panduan yang dapat membantu dalam merancang sebuah poster yang mampu memberikan motivasi agar masyarakat dapat melakukan aksi demi perubahan yang nyata. Belajar dari pembuatan poster yang tidak efektif tersebut membuat mereka mencoba metode-metode baru yang pada akhirnya menjadi sebuah metodologi yang disebut dengan Kampanye Bangga Rare (Rare 2006). Saat itu Kampanye Bangga berhasil meraih dukungan publik terhadap perlindungan burung nuri terancam punah Amazona versicolor. Burung nuri ini berhasil dideklarasikan sebagai burung nasional dan diperkuat status perlindungannya dengan undang-undang. Pada tahun 1992 lembaga konservasi dunia IUCN menyatakan bahwa sejarah konservasi di Saint Lucia telah menjadi model bagi negara Karibia lainnya dan menjadi sebuah pencapaian yang tidak ada bandingannya di manapun di seluruh dunia. Saat ini metodologi Kampanye Bangga telah berkembang di seluruh Amerika Latin, Pasifik, Afrika, dan Asia. Saat ini Rare telah menyelesaikan hampir 100 kampanye di 44 negara yang dilaksanakan oleh pemimpin lokal yang dilatih dan didukung sepenuhnya oleh Rare International. Rare adalah lembaga internasional yang memiliki misi konservasi spesies yang terancam serta ekosistem-ekosistem penting di seluruh dunia dengan membangkitkan inspirasi orang untuk kemudian bersedia merawat dan melindungi alam (Rare 2006).

2 Kampanye Bangga Untuk Konservasi Kampanye Bangga dapat digunakan jika kita membutuhkan dukungan yang lebih kuat dari masyarakat dalam upaya-upaya konservasi, membutuhkan konstituen setempat untuk menjaga dan merawat tempat-tempat yang dilindungi serta memanfaatkannya secara berkelanjutan, membutuhkan alat bantu untuk penyuluhan dan perubahan perilaku yang dapat direplikasi dan diterapkan untuk mencapai tujuan konservasi, membutuhkan akses terhadap praktisi lingkungan di seluruh dunia, dan juga membutuhkan pelatihan tingkat lanjut mengenai pemasaran sosial. Semua kebutuhan tersebut dapat terpenuhi jika Kampanye Bangga dijalankan dengan kerja keras serta penuh dedikasi. Di Indonesia kebutuhan alat bantu untuk perubahan perilaku sangat tinggi. Banyak penduduk yang tinggal di sekitar kawasan lindung tidak memahami bagaimana mereka dapat membantu dalam menyelamatkan alam. Oleh karena itu Rare dengan Kampanye Bangga mengkhususkan diri dalam membangun dukungan masyarakat terhadap konservasi dan mengubah perilaku yang merusak alam. Kampanye ini disebut Kampanye Bangga karena mendorong masyarakat untuk memiliki kebanggaan dan melindungi aset alam yang mereka miliki dan tidak ada di tempat lain. Dalam melaksanakan programnya Kampanye Bangga menggunakan teknik pemasaran sosial. Model Kampanye Bangga selalu menggunakan spesies flagship sebagai pembawa pesan kampanye. Spesies flagship akan dipilih oleh masyarakat dan akan menjadi simbol kebanggaan lokal. Penggunaan spesies kunci sebagai maskot akan membantu memberikan emosi yang sangat kuat yaitu kebanggaan (Rare 2006) Prosedur Kerja Kampanye Bangga Prinsip dalam menjalankan Kampanye Bangga adalah penerapan konsep manajemen adaptif dalam merancang, melaksanakan, dan memantau program konservasi (Salafsky dan Margolouis 1998). Oleh karena itu Kampanye Bangga terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan. Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Tahap Perencanaan, tahap perencanaan meliputi: 1) Kajian Pustaka dan Analisa Kawasan

3 10 Kajian pustaka dilakukan oleh manajer kampanye untuk memahami dengan lebih baik kawasan dan berbagai hal yang berlangsung di kawasan. Penekanan khusus dibuat dengan pemahaman kepada siapa yang menjadi pemain utama dan kegiatan apa yang dilakukan. Salah satu hasil dari proses ini adalah matriks analisa stakeholder yang mengidentifikasikan pemain utama dan kepentingannya terhadap kawasan (Salafsky dan Margolouis 2008). Keterlibatan masyarakat dari awal perencanaan program Kampanye Bangga adalah mutlak. Hal ini untuk menjamin bahwa ide dan gagasan yang muncul dari bawah dapat terakomodasikan. Selain itu keterlibatan aktif masyarakat juga dapat membangun dukungan dan komitmen luas untuk bertindak. Lokakarya pemangku kepentingan atau pertemuan stakeholder (Stakeholder Workshop) merupakan salah satu forum yang dipakai untuk dapat menampung keterlibatan masyarakat. Dalam stakeholder workshop, ide, masukan dan suara dari berbagai kelompok yang berkepentingan dirangkum menjadi gagasan kolektif (Rare 2006). Tahapan yang paling penting adalah mendapatkan anggota masyarakat yang dapat mewakili kepentingan masyarakat keseluruhan. Isu representasi mengemuka terutama karena dengan segala keterbatasan yang dimiliki sangatlah tidak mungkin melibatkan seluruh anggota masyarakat. Apalagi jika dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan kompleksitas sosial budaya masyarakatnya. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk membantu dalam menilai kepentingan dan keterwakilan anggota kelompok masyarakat yang dilibatkan(rare 2006). Pendekatan ini menitikberatkan kepada isu dan motif yang dibawa oleh seorang peserta, serta konsekuensi dan sumbangan potensial yang dapat diberikan untuk program secara keseluruhan. Keluaran dari analisa stakeholder adalah suatu matriks yang disebut dengan matriks analisa stakeholder. Berdasarkan matriks ini, peserta pertemuan stakeholder ditentukan. Tidak semua peserta atau individu atau wakil kelompok masyarakat yang ada di dalam matriks ini akan dilibatkan. Terutama jika kepentingannya dan sumbangannya sudah dapat diwakili oleh peserta lain (Salafsky dan Margolouis 1998).

4 11 2) Pertemuan Stakeholder Pertama Matriks stakeholder dipakai untuk menentukan dan mengundang kelompok atau individu ke dalam suatu pertemuan stakeholder. Dalam pertemuan ini para stakeholder bekerjasama dengan difasilitasi oleh manajer kampanye untuk mengembangkan Model Konseptual (Concept Model) dari ancaman kunci yang ada. Pertemuan ini akan menghasilkan sebuah Model Konseptual, Pemeringkatan Ancaman, serta Kandidat maskot dan slogan bagi Kampanye Bangga. Model Konseptual (Concept Model) adalah suatu diagram dari satu set hubungan antara faktor-faktor tertentu yang diyakini memberi dampak terhadap atau menghantar ke suatu kondisi target. Model Konseptual yang baik adalah: a) Menampilkan sebuah gambaran situasi di lokasi target. b) Menunjukkan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. c) Hanya menghadirkan faktor yang relevan. d) Didasarkan atas data atau informasi yang dapat dipercaya. e) Merupakan hasil kerja tim. Berikut ini adalah ilustrasi sebuah Model Konseptual: Faktor Kontribusi Faktor Tidak Langsung Faktor Tidak Langsung Faktor Langsung Faktor Langsung Target Kondisi Faktor Tidak Langsung Faktor Langsung Gambar 2 Ilustrasi Model Konseptual Kondisi Target adalah situasi yang ingin dipengaruhi melalui kegiatan kampanye. Kondisi target sama dengan variabel dependen dalam analisis ilmiah, yang artinya kondisi target adalah faktor Y dalam logika matematika dimana Y adalah faktor yang dipengaruhi (Siregar 2008). Contoh kondisi target seperti Hutan Lindung Indah, Hutan Jantho, dan lain lain. Faktor Langsung adalah faktor-faktor atau ancaman yang langsung mempengaruhi kondisi target. Contoh faktor langsung adalah perburuan, kebakaran, atau penebangan.

5 12 Faktor Tidak Langsung adalah faktor-faktor atau ancaman yang mendasari atau menyebabkan terjadinya ancaman tidak langsung. Contoh faktor tidak langsung adalah kemiskinan, kurang pengetahuan, kurang kesadaran, kebiasaan. Faktor Kontribusi atau Faktor Tambahan adalah faktor yang tidak diklasifikasikan sebagai ancaman langsung maupun tidak langsung tetapi ikut mempengaruhi kondisi target. Contoh faktor kontribusi adalah cuaca, dan nilai sosial budaya. Dalam pertemuan stakeholder kondisi target ditetapkan oleh manajer kampanye. Kemudian manajer kampanye meminta kepada para stakeholder mengidentifikasikan faktor langsung, faktor tidak langsung, dan faktor kontribusi. Setelah semua faktor diidentifikasikan maka manajer kampanye memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk melakukan pemeringkatan terhadap ancaman langsung (Pemeringkatan Matriks). Pemeringkatan dibatasi hanya pada 3 prioritas berdasarkan komponen Area, Intensitas, dan Kepentingan. Metode ini memungkinkan manajer kampanye menggabungkan sudut pandang sejumlah pemangku kepentingan lokal dalam penilaian manajer kampanye. Metode ini mirip dengan pemungutan suara. Ilustrasi Tabel rangking ancaman dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1. Ilustrasi rangking ancaman Ancaman Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Total Rangking (suara) Penebangan III II I 6 2 Kebakaran II IIII II 8 1 Perburuan I II II 5 3 Penggembalaan I I I 3 3 Tahap selanjutnya dalam pertemuan stakeholder adalah manajer kampanye meminta setiap stakeholder mengajukan satwa liar yang merupakan spesies terancam punah dan menjadi kebanggaan masyarakat lokal yang akan menjadi maskot Kampanye Bangga. Dalam Kampanye Bangga maskot sama seperti dengan logo dalam pemasaran komersil. Logo atau maskot berfungsi untuk membangun asosiasi antara masyarakat target dengan pesan-pesan kunci kampanye (Rare 2006).

6 13 3) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion) Diskusi Kelompok Terfokus adalah diskusi yang direncanakan dengan hatihati untuk mengetahui tanggapan atau perasaan orang atas suatu masalah (isu), pelayanan, atau komoditas. Dalam Kampanye Bangga, manajer kampanye akan memfasilitasi serangkaian diskusi kelompok terfokus bersama masyarakat target untuk mendiskusikan prioritas ancaman langsung yang telah diidentifikasikan dalam pertemuan stakeholder pertama. Kelompok dalam diskusi terfokus ini akan membantu manajer kampanye memahami sikap dan pendapat populasi sasaran tentang ancaman-ancaman langsung di kawasan mereka. Kelompok diskusi terfokus akan memberikan data kualitatif yang penting bagi manajer kampanye dalam membuat perencanaan Kampanye Bangga. Tabel 2 akan memperlihatkan kelebihan dan kekurangan diskusi kelompok terfokus sebagai sebuah instrumen untuk mengumpulkan data kualitatif. Tahapan dalam melaksanakan diskusi kelompok terfokus adalah sebagai berikut: 1. Menentukan jumlah dan bentuk diskusi terfokus yang ingin diselenggarakan. 2. Menghimpun peserta untuk pertemuan kelompok terfokus. 3. Menentukan moderator dan mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan kunci. 4. Menyelenggakan diskusi kelompok terfokus. 5. Menganalisis hasil diskusi kelompok terfokus. 6. Membuat laporan singkat dari pertemuan kelompok terfokus. Kelompok diskusi terdiri dari 3 kelompok yang masing-masing akan mendiskusikan 3 isu ancaman langsung di kawasan. Tabel 2 Kelebihan dan keterbatasan Diskusi Kelompok Terfokus Diskusi Kelompok Terfokus Kelebihan Keterbatasan Peralatan mudah, fleksibel, dan murah Jika moderator tidak memfasilitasi dengan baik maka akan ada peserta yang akan memonopoli diskusi. Dapat dianalisis dalam waktu singkat. Sulit memilah calon peserta secara acak. Moderator dapat menghimbau peserta diskusi Moderator membutuhkan banyak sekali membahas isu sensitif sehingga sentimen yang keterampilan, pengalaman dan tersembunyi dapat dijajaki secara mendalam. kebijaksanaan. Dapat direkam dan ditranskripsikan sehingga mudah dimengerti oleh orang awam.rekaman dapat dilihat berulang-ulang dan menampilkan perasaan marah, sedih, ragu-ragu atau kekuatan/ketegasan. Terkadang sulit untuk menghimpun peserta dan membutuhkan waktu lama untuk merayu peserta mau terlibat dalam diskusi dan saling berbagi perasaan dan pemikiran atas isu-isu sensitif.

7 14 4) Survei Pra Kampanye Survei adalah alat untuk mengenal populasi sasaran. Survei adalah salah satu metode penelitian yang dipilih untuk mempelajari masyarakat yang menghuni daerah sasaran Kampanye Bangga. Melalui survei manajer kampanye dapat memperoleh informasi kuantitatif dari masyarakat sasaran. Informasi-informasi kualitatif yang diperoleh dari diskusi kelompok terfokus sangat kaya dan subjektif sehingga perlu dicounter melalui metode survei. Survei yang dilakukan dalam Kampanye Bangga adalah Survei KAP (Knowledge, Attitude, Practice) yaitu survei yang bertujuan mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sasaran. Tahapan dalam melaksanakan Survei Pra Kampanye adalah: a. Menetapkan karakteristik populasi sasaran Kampanye Bangga. b.menetapkan tujuan survei. c. Mempersiapkan pertanyaan survei. d.pertanyaan survei dipersiapkan dengan menggunakan informasi-informasi yang diperoleh dari studi literatur, pertemuan stakeholder pertama, dan diskusi kelompok terfokus. e. Melakukan pre uji atas pertanyaan survei yang telah dipersiapkan. f. Menetapkan sampling (contoh) dari populasi sasaran. g.dengan keterbatasan waktu dan dana maka tidak mungkin melakukan wawancara dengan seluruh anggota populasi sehingga perlu diambil sampel yang mampu mewakili populasi sasaran. Sampel yang baik tidak tergantung pada besar atau kecilnya jumlah sampel tetapi sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi seluruhnya. Cara terbaik untuk memperoleh sampel adalah dengan sistem acak. Acak berarti setiap orang dalam populasi sasaran mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masuk ke dalam sampel. Metode pengambilan sampel dalam Kampanye Bangga adalah Simple Random Sampling (Sampel Acak Sederhana). h.menetapkan ukuran sampel. Dalam menetapkan ukuran sampel harus diperhatikan beberapa hal yaitu: a) Jika populasi sasaran besar dan beragam (suku, agama, bahasa) maka dibutuhkan sampel yang lebih besar untuk mewakili populasi.

8 15 b) Jika populasi sasaran relatif kecil dan seragam (suku, agama, bahasa,budaya) maka sampel kecil sudah cukup. Semakin besar ukuran sampel semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi. Lazimnya hal ini dinyatakan dengan interval kepercayaan (Confidence Interval). Untuk menghitung ukuran sampel kita dapat memanfaatkan situs Untuk mendapatkan ukuran sampel maka kita harus mengetahui total populasi sasaran, derajat kepercayaan yang diinginkan (pada banyak Kampanye Bangga para manajer kampanye menggunakan derajat kepercayaan 95%), dan interval kepercayaan yang diinginkan (sebagian jajak pendapat atau program kampanye menggunakan interval kepercayaan 3% -5 %). i. Memilih pewawancara dan melakukan wawancara Karakteristik seorang pewawancara yang baik mencakup: a) berkepribadian menyenangkan yang membantu membuat responden merasa tenang dalam latar yang mungkin baru atau tidak nyaman baginya, b) tata kramanya profesional, tidak seolah-olah superior terhadap atau memandang rendah para responden, c) seorang pendengar yang baik, yaitu seseorang yang dapat menunjukkan perhatian terhadap jawaban responden tanpa menampakkan perasaan pribadinya tentang tanggapan itu. j. Menetapkan kelompok kontrol. 5) Pertemuan Stakeholder Kedua Setelah pelaksanaan diskusi kelompok terfokus dan survei KAP maka manajer kampanye melakukan revisi Model Konseptual. Para stakeholder diundang kembali dalam pertemuan stakeholder kedua untuk membantu mengidentifikasikan sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya. 6) Menetapkan Tujuan dan Sasaran SMART Setelah mendapatkan Model Konseptual dan telah teridentifikasi ancamanancaman langsung serta membuat peringkat ancaman maka sekarang manajer

9 16 kampanye telah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang kondisi target. Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a) Menetapkan tujuan Kampanye Bangga, tujuan adalah ringkasan umum tentang keadaan yang diinginkan yang sedang dituju oleh Kampanye Bangga. b) Menetapkan sasaran SMART, suatu sasaran yang baik adalah yang memenuhi kaidah SMART (Specific/spesifik, Measurable/dapat diukur, Action-oriented/berorientasi kepada tindakan, Realistic/Realistis, dan Time bound/terikat waktu). Sasaran SMART ini kemudian dikaitkan dengan rencana pemantauan dengan suatu indikator yang jelas. Aktivitas dirancang dengan suatu tahapan untuk mencapai sasaran tersebut. Sasaran tersebut kemudian dikaji peserta dalam pertemuan stakeholder kedua. c) Mengembangkan kegiatan dalam Kampanye Bangga. Kegiatan merupakan tindakan atau tugas spesifik yang dilakukan untuk mencapai setiap sasaran SMART. Kegiatan yang baik adalah cocok dengan kriteria sebagai berikut: a) Terkait, yaitu terkait langsung dengan pencapaian suatu sasaran yang spesifik. b) Terfokus, yaitu merangkum tugas-tugas spesifik yang perlu dilakukan. c) Layak dikerjakan, yaitu dapat diselesaikan dalam keadaan sumber daya dan kendala proyek. d) Tepat guna, yaitu dapat diterima dan cocok dengan kerangka norma-norma budaya, sosial dan hayati setempat yang spesifik. Setelah mengembangkan kegiatan maka ada beberapa informasi khusus yang harus ditulis dalam setiap kegiatan yaitu: a) Mengapa melakukan kegiatan ini? Informasi ini menjelaskan bagaimana kegiatan berkaitan dengan sasaran. b) Bagaimana kegiatan tersebut dapat dilaksanakan? Informasi ini menjelaskan daftar yang perlu dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut.

10 17 c) Siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan tersebut? Informasi ini menjelaskan siapa yang bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan tersebut. d) Kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan? Informasi ini menjelaskan tanggal yang ditargetkan untuk menyelesaikan kegiatan tersebut. e) Dimana kegiatan tersebut akan dilakukan? Informasi ini menjelaskan dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan. f) Asumsi yang mendasari. Daftar asumsi dibuat untuk melihat hal apa saja yang mendasari kegiatan tersebut dilakukan. g) Prasyarat. Informasi ini menjelaskan tugas dan acara yang perlu terjadi sebelum kegiatan tersebut dilakukan. 7) Menyusun Rencana Kerja Rencana kerja adalah sebuah dokumen lengkap dari keseluruhan informasi yang diperoleh dalam tahapan perencanaan. Rencana kerja menjadi dasar pelaksanaan Kampanye Bangga selama 1 tahun (Rare 2006). II. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga Jika rencana kerja telah disusun maka dilaksanakanlah Kampanye Bangga selama periode 1 tahun serta melaksanakan survei pasca kampanye di akhir periode kampanye untuk mengevaluasi kegiatan kampanye yang sudah dijalankan Dalam tahap ini juga dilihat indikator-indikator yang mengarah pada perubahan perilaku masyarakat sasaran (Rare 2006). III. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Tahap mengolah dan menganalisis data untuk mengkaji efektivitas kampanye yang sudah dilaksanakan Hasil yang Pernah Dicapai oleh Kampanye Bangga Rare sebagai organisasi yang mendampingi program Kampanye Bangga telah memberikan latihan kepada lebih dari 100 mitra di seluruh dunia untuk melakukan Kampanye Bangga. Kampanye tersebut telah mempengaruhi hampir

11 18 6 juta orang serta berhasil meningkatkan perlindungan terhadap 77 hektar habitat daratan dan lautan yang penting. Beberapa contoh mengenai apa yang telah diraih oleh mitra Rare dengan Kampanye Bangga adalah: 1) Manajer Kampanye Ni Putu Sarilani Wirawan telah membantu menciptakan dukungan masyarakat terhadap pembentukan Taman Nasional Kepulauan Togean Indonesia yang mencakup ekosistem laut seluas hektar serta wilayah daratan seluas hektar. 2) Manajer Kampanye Hirmen Sofyanto yang telah membantu menciptakan dukungan kuat bagi 1.2 juta hektar Kawasan Konservasi Laut Berau Kepulauan Derawan dan membantu nelayan setempat untuk mengadopsi teknik/sistem penangkapan ikan yang tidak merusak lingkungan. 3) Manajer Kampanye Naiten Bradley Phillip yang berhasil membentuk 8 kawasan konservasi laut yang dilakukan secara lokal di Kimbe Bay Papua Nugini melalui penggunaan kartu telepon bergambar spesies yang dilindungi yaitu kepiting hutan bakau. Kunci kesuksesan Kampanye Bangga adalah melibatkan dan membangun komitmen setiap lapisan masyarakat seperti guru, pelaku bisnis, anggota legislatif dan masyarakat awam. Contoh lain keberhasilan konservasi lingkungan yang telah didukung dan dimotivasi oleh Rare adalah: 1) Keterlibatan masyarakat secara luas dalam perilaku yang berkelanjutan: Kampanye Bangga di Sierra de Manatlan dan Kawasan Biosfer di Meksiko mendorong perilaku yang baik untuk mengurangi kebakaran hutan yang disebabkan oleh teknik pembersihan ladang pertanian dan babat bakar serta mengurangi sampah. Kebakaran hutan di Manatlan berkurang sebanyak 50%. 2) Pembangunan kapasitas bagi organisasi masyarakat: Kampanye Bangga membantu Masyarakat Konservasi Palau mengembangkan dirinya sebagai LSM lokal pertama dan menjadi organisasi yang sangat vokal menyuarakan konservasi di Mikronesia. 3) Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam: Kampanye Bangga telah membantu penciptaan kawasan lindung baru di Indonesia, Costa Rica, Grenada, Dominika, Saint Vincent, Bahama, dan Kepulauan Cayman.

12 19 4) Pendanaan baru bagi pengelolaan sumber daya alam dari sektor swasta: Seluruh Kampanye Bangga telah membantu partner setempat mengumpulkan dana dan sumbangan in kind (tidak berbentuk uang) dari pengusaha lokal yang tertarik dengan pendektan kampanye ini yang positif dan menarik. 5) Kapasitas baru bagi pendidikan masyarakat: Lembaga dan LSM setempat menerima pelatihan dan bantuan teknis serta pengalaman langsung dalam melaksanakan program penjangkauan (outreach). 6) Keberhasilan konservasi spesies kunci: Kampanye Bangga yang memfokuskan dirinya dengan nuri dari Saint Lucia dan merpati grenada saat itu telah berhasil membangkitkan momentum yang penting bagi penerapan langkah-langkah konservasi spesies (Rare 2006) Perubahan Perilaku untuk Konservasi Dimensi utama dari usaha pelestarian alam adalah manusia. Manusia merupakan unsur dari alam semesta ini yang harus sangat bertanggungjawab atas segala degradasi alam yang sekarang terjadi, karena manusia adalah sebagai pengguna, perusak, dan akhirnya harus menjadi pelestari alam ini (Hamiudin 2007). Oleh karena itu menjadi sangat penting untuk menciptakan perilaku manusia yang positif demi membantu terciptanya alam yang yang lebih lestari. Pendidikan konservasi bertujuan untuk membentuk jiwa konservasionis yang memiliki sikap sadar terhadap lingkungannya. Sadar lingkungan diartikan sebagai bagian dari kesadaran diri yang bertumpu pada terbentuknya hubungan positif antara individu dengan lingkungan alam, sosial dan lingkungan yang telah terbentuk dengan memperhatikan keteraturan ekologi (Hamiudin 2007). Menurut Biswas (1982) pendidikan konservasi bertujuan untuk membuat individu dan masyarakat mengerti akan kompleksitas alam yang membangun lingkungannya sebagai hasil dari interaksi faktor biologis, fisik, sosial, ekonomi, dan budaya dan meningkatkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan masyarakat sehingga dapat berpartisipasi secara efektif dan bertanggung jawab dalam mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan sosial serta mampu mengelola kualitas lingkungannya.

13 20 Pandangan Environmentalis J.B Watson pada tahun 1913 menyatakan Manusia bereaksi terhadap lingkungan (environment) karena itu manusia belajar dari lingkungannya (Sarwono 2002). Jadi aktivitas atau perilaku manusia memberi pengaruh terhadap lingkungannya. Aktivitas manusia yang positif akan membawa dampak positif bagi lingkungannya. Untuk menciptakan manusia dengan perilaku yang baik maka J.B Watson menyatakan karena perilaku sosial dikembangkan berdasarkan proses kondisioning maka jika kita menginginkan individu yang baik kita tinggal memberikan rangsangan yang baik yang sesuai selama proses pendidikan individu tersebut (Sarwono 2002) Pendidikan untuk Mendorong Perubahan Perilaku Teori J.B Watson menyatakan bahwa perilaku dapat dikendalikan dengan memberikan rangsangan-rangsangan tertentu yang disebut dengan kondisioning (pembiasaan). Hewan dan manusia pada dasarnya hanyalah terjadi dari jaringanjaringan syaraf dan otot yang bereaksi secara tertentu jika diberi rangsang tertentu. Dengan demikian perilaku manusia pun dapat dikendalikan. Menurut J.B Watson kepribadian manusia dapat dibentuk melalui pemberian rangsang tertentu (Sarwono 2002). Untuk tujuan perubahan perilaku (dalam pendidikan, pelatihan, konseling), jika sudah diketahui mana yang lebih berpengaruh maka strategi yang akan diambil akan lebih mudah. Jika ternyata sikap yang lebih berpengaruh maka perlu diadakan pendekatan kepada yang bersangkutan untuk mengubah struktur kognisinya dan kalau ternyata norma subjektif yang lebih kuat pengaruhnya maka untuk mempengaruhi perilaku subjek perlu didekati orang-orang atau tokoh tokoh yang berpengaruh kepada subjek (Setiana 2005). Melalui proses pendidikan, perubahan perilaku dapat tercapai karena proses pendidikan selalu berusaha menyampaikan informasi-informasi, gagasan-gagasan atau ide-ide baru (inovasi) untuk kemudian dapat diadopsi oleh individu atau masyarakat. Manusia sebagai individu atau komunitas senantiasa berubah secara dinamis. Setiap orang dapat memberikan perubahan kepada orang lain. Mengubah orang lain dapat dilakukan secara implisit atau eksplisit. Hal ini penting disadari oleh pemimpin ataupun manajer. Pemimpin atau manajer secara konstan mencoba

14 21 menggerakkan sistem dari satu titik ke titik yang lain untuk memecahkan masalah (Rogers 2005). Ada 4 unsur perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku individu dan perilaku kelompok. Perubahan dalam pengetahuan cenderung mudah dilakukan sedangkan perubahan dalam sikap cenderung lebih sulit karena sikap biasanya digerakkan oleh emosi dengan cara yang positif dan negatif. Tingkat kesulitan selanjutnya adalah perilaku individu dan perilaku kelompok. Mengubah perilaku kelompok sangat sulit dilakukan karena melibatkan banyak orang dan karena kita juga harus mengubah kebiasaan atau tradisi (Endah 2008). Untuk melakukan upaya perubahan perilaku penting untuk mengetahui tahapan perilaku kelompok target. Dalam Rogers (1995) disebutkan bahwa tahaptahap perubahan perilaku adalah: 1. Pra-perenungan (pre-contemplation) : pada tahap ini, orang sama sekali tidak berniat untuk melakukan apapun dalam waktu tertentu yang biasanya berlaku untuk enam bulan ke depan. 2. Perenungan (contemplation): di tahap ini, orang mulai menunjukkan bahwa mereka berencana untuk melakukan sesuatu (mengubah perilaku) dalam waktu enam bulan ke depan. 3. Persiapan (preparation): di tahap ini, orang mulai menunjukkan bahwa mereka akan melakukan sesuatu dalam waktu satu bulan ke depan dan sudah memiliki rencana tindakan. 4. Melakukan tindakan (action): di tahap ini, sudah terjadi perubahan perilaku tertentu dalam enam bulan terakhir. 5. Mempertahankan perilaku (maintenance): di tahap ini, orang mulai mencegah perilaku lama muncul kembali, dan menggunakan proses-proses sebelumnya untuk mempertahankan perilaku yang baru. Fase ini bisa bertahan sekitar 6 bulan hingga 3 tahun Mengubah Perilaku Melalui Perubahan Sikap Sikap merupakan hal yang sangat penting dipelajari karena menyangkut banyak aspek yang akan berpengaruh terhadap perilaku suatu komunitas. Menurut Azwar (1995) untuk memahami mengapa orang-orang atau suatu kelompok

15 22 masyarakat bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu dipengaruhi oleh sikap individu sebagai anggota masyarakat maupun sikap kelompok sebagai kumpulan individu. Sikap dapat diartikan sebagai suatu keadaan mental dan taraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberi pengaruh dinamika atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Komponen sikap adalah pengetahuan, perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Tidak selamanya sikap mempengaruhi perilaku tapi terkadang perilaku juga mempengaruhi sikap (Setiana 2005). Menurut Rukminto (2001) merencanakan perubahan perilaku pada individu atau kelompok melalui intervensi komunitas tidaklah mudah. Kendala individu yang biasanya dihadapi adalah kestabilan, kebiasaan, hal utama yang diyakini, seleksi ingatan dan persepsi, ketergantungan, ego, rasa tidak percaya, serta rasa tidak aman. Kendala sosial yang biasanya dihadapi adalah kesepakatan terhadap norma tertentu, kesatuan dan kepatuhan terhadap sistem dan budaya, hal yang bersifat sakral, kelompok kepentingan, penolakan terhadap orang luar yang datang dalam komunitas tersebut Teknik Social marketing (Pemasaran Sosial) Pada tahun 1971, istilah social marketing pertama kali dikemukakan oleh Philip Kotler dan Gerald Zaltman dan sejak itu hingga akhir tahun 70-an para praktisi dan peneliti ternama (umumnya dari sektor kesehatan, komunikasi, dan sektor pendidikan) bergabung menyuarakan potensi social marketing dalam proses perencanaan perubahan sosial. Pada awal tahun 80-an, Bank Dunia, WHO, dan Pusat-pusat Pengendalian Penyakit (Centers for Disease Control) mulai menggunakan dan mempromosikan social marketing dalam program-program kesehatan masyarakat mereka (Kushardanto 2006). Pendekatan social marketing sangat berbeda dengan pendekatan yang biasanya digunakan oleh banyak organisasi kesehatan atau kemanusiaan dalam mengembangkan programnya. Pihak organisasi pada umumnya merasa paling tahu masalah dan paling tahu bentuk pelayanan yang dibutuhkan masyarakat sasarannya. Padahal yang sering terjadi pendekatan seperti ini tidak berjalan sacara efektif (Weinreich 1999).

16 23 Social marketing adalah aplikasi teknologi pemasaran yang dikembangkan dalam sektor komersial untuk mendapatkan solusi masalah-masalah sosial di mana perubahan perilaku adalah hal yang paling penting. Social marketing ini terdiri dari proses analisis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program yang dirancang untuk mempengaruhi perilaku sukarela dari khalayak target guna meningkatkan kesejahteraan setiap orang dan masyarakat tersebut secara keseluruhan. Sasaran utama social marketing adalah mempengaruhi dan mengubah perilaku, bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan/atau mengubah sikap. Social marketing juga berusaha untuk mengubah nilai-nilai dan sikap sebagai sarana untuk mempengaruhi perilaku. Dalam pemasaran komersial, konsep 4P (Product, Price, Place, and Promotion = produk, harga, tempat, dan promosi) dikembangkan untuk menekankan aspek-aspek kunci dalam pemasaran. Walaupun konsep ini terbukti bermanfaat dalam konteks pemasaran komersial, konsep tersebut tidak bisa diterapkan dengan mudah dalam bidang social marketing. Langkah-langkah yang umumnya dilakukan dalam membuat program social marketing adalah sebagai berikut: 1) Mendefinisikan masalah. 2) Membuat penilaian tentang pasar yang Anda hadapi. 3) Segmen khalayak. 4) Menetapkan sasaran. 5) Menentukan bauran pemasaran (marketing mix). 6) Menyampaikan program. 7) Mengevaluasi program. Langkah awal menjual gagasan adalah dengan mengaitkan nilai inti organisasi dengan perubahan perilaku masyarakat yang hendak dicapai. Proses social marketing adalah sebagai berikut: 1) Menerapkan SWOT pada analisa kondisi awal. 2) Memilih kelompok sasaran yang perilakunya hendak diubah. 3) Menetapkan perubahan perilaku yang diinginkan. 4) Mengidentifikasi manfaat atau hambatan dalam mengubah perilaku.

17 24 5) Menerapkan strategi social marketing yang beranekaragam untuk mengelakkan hambatan dan mengejar manfaat. Perubahan perilaku memakan waktu sehingga strategi social marketing harus diusahakan secara gigih dalam waktu lama dengan indikator prestasi yang terukur. Oleh karena Kampanye Bangga menggunakan teknik social marketing maka dalam menjalankan kegiatan kampanye harus melalui beberapa tahapan. Dalam Weinreich (1999) tahapan tersebut adalah: 1. Segmentasi audiens Pesan kunci yang sama dikomunikasikan sesuai dengan segmen kelompok target. 2. Penelitian formatif Penelitian formatif memberikan landasan yang kuat bagi perencanaan, pengembangan pesan dan materi kampanye serta pelaksanaan uji coba materi kampanye. 3. Positioning Dalam pemasaran komersil sebuah barang dengan mudah diingat oleh konsumen karena memiliki logo barang. Logo mampu mengkaitkan konsumen dengan segala sesuatu tentang produk tersebut. Penggunaan logo dalam social marketing untuk mewakili atau simbol dari sebuah inovasi. Hal ini diduga efektif dalam kegiatan peningkatan pengetahuan karena menurut Rakhmat (2003) manusia berpikir dibantu oleh lambang-lambang. Yang disimpan oleh pikiran manusia adalah gambar atau lambang baru kemudian diterjemahkan dalam kata-kata. 4. Price/harga Dalam social marketing sebuah ide akan diadopsi jika khalayak target tidak mengeluarkan biaya tinggi dan kalau bisa gratis karena tujuan social marketing adalah untuk mengubah perilaku bukan mencari untung. 5. Promosi Dalam pemasaran komersil sebuah produk dipromosikan melalui iklan. Promosi dikemas dalam berbagai kegiatan seperti iklan di TV, radio, surat kabar, papan iklan, kegiatan-kegiatan sosial, dan sebagainya. Akibat promosi yang gencar disampaikan oleh perusahaan seringkali mempengaruhi seseorang untuk membeli sebuah produk. Hal yang sama juga dilakukan dalam kegiatan Kampanye Bangga.

18 25 Produk Kampanye Bangga berupa pengetahuan, sikap dan praktek yang lebih baik tentang pengelolaan sumber daya alam dipromosikan melalui berbagai kegiatan seperti poster, lagu, papan iklan, lembar fakta, kegiatan-kegiatan seni, penyuluhan, kalender, baju kaos, dan sebagainya. Promosi berguna untuk menyampaikan pesan kepada kelompok target dan mencoba agar mereka terus mempertahankan adopsi perilaku (Weinreich 1999) Kampanye Bangga sebagai Metode Pendekatan Massal Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai maka kampanye termasuk ke dalam metode pendekatan massal. Metode ini dapa menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi maka metode ini cukup baik namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan pengetahuan saja. Beberapa penelitian menunjukkan metode kampanye dapat mempercepat proses perubahan, tetapi jarang menunjukkan perubahan dalam perilaku (Setiana 2005). Kampanye Bangga dengan sistem pemasaran sosial yang dirancang oleh Rare mengatasi kekurangan metode ini dengan membuat sasaran-sasaran terukur yang berorientasi pada perubahan perilaku (Rare 2006) Teknik Menyampaikan Pesan untuk Perubahan Perilaku Muatan pendidikan termasuk kampanye selalu berisikan informasi, gagasan, ide, konsep-konsep, atau disebut dengan inovasi. Pesan atau informasi yang disampaikan dipengaruhi oleh cara menyampaikan pesan atau informasi tersebut. Kampanye Bangga sebagai sebuah metode peningkatan kesadaran melihat pentingnya cara penyampaian informasi sebagai salah satu keberhasilan dalam penyampaian pesan sehingga mencoba memenuhi unsur-unsur tersebut. Untuk tujuan perubahan perilaku maka pesan yang disampaikan harus bersifat informatif, persuasif, dan sekaligus diselingi dengan bentuk entertainment sedemikian rupa. Pesan inovasi yang disampaikan dalam bentuk seperti ini diharapkan akan mampu mengarahkan sasaran pada peningkatan kognitif, psikomotorik sekaligus afektif yang selanjutnya mengarah pada perubahan tindakan karena telah mengadopsi inovasi tersebut.

19 26 Disamping cara penyampaian maka penyebaran informasi atau tingkat adopsi pesan atau inovasi juga sangat dipengaruhi oleh sifat kelompok sasaran. Menurut Rogers (1995) kelompok sasaran dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu: 1) Kelompok Perintis/ Inovator (2.5%): kebutuhan untuk selalu terlihat baru dan berbeda dari orang lain; 2) Kelompok Pelopor/ Early Adopter (13.5%): menghargai nilai perilaku yang diadopsi dari kontak dengan para inovator; 3) Kelompok Penganut Dini/ Early Majority (34%): kebutuhan untuk meniru atau diterima orang lain dengan sejumlah pertimbangan; 4) Kelompok Penganut Lambat/ Late Majority (34%): kebutuhan untuk bergabung menjadi pengekor ketika melihat bahwa para early majority sudah melakukan perubahan; 5) Kelompok Kolot/ Laggard (16%): kebutuhan untuk menghormati tradisi. Sementara tahapan inovasi sebuah masyarakat dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3 Tahapan Inovasi dan Perubahan Tahapan Inovasi Tahapan Perubahan 1. Tahap Pengetahuan 1. Prekontemplasi - mengingat informasi, pesan yang Individu menyadari adanya masalah dan mulai komprehensif, pengetahuan dan skill agar memikirkan cara untuk mengatasinya. adopsi inovasi berjalan efektif 2. Tahap Persuasi 2. Kontemplasi - mendiskusikan inovasi bersama orang lain, - menerima pesan tentang sebuah inovasi, membentuk gambaran positif dari pesan dan inovasi, mendukung perilaku yang invatif dari sistem. 3. Tahap Keputusan 3. Preparasi - mencari informasi tentang inovasi lebih intensif, ingin mencoba inovasi 4. Tahap Implementasi 4. Aksi -menggunakan inovasi dalam bentuknya yang biasa, terus menggunakan inovasi, terus mencari informasi tambahan tentang inovasi 5. Tahap Konfirmasi 5. Pemeliharaan - mengenali manfaat menggunakan inovasi, mengintegrasikan inovasi secara rutin, memperkenalkan inovasi kepada yang lain Individu menyadari adanya masalah dan serius memikirkan cara untuk mengatasinya tetapi belum memiliki komitmen untuk melakukan aksi. Tahapan dimana individu berniat melakukan aksi di waktu mendatang tetapi belum melaksanakannya. Ketika individu mengubah perilaku atau lingkungan dengan tujuan untk dapat mengatasi permasalahan. Tahapan dimana mulai berkonsolidasi dan tetap melakukan perubahan perilaku yang telah dilakukan sebelumnya

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perubahan Sosial Pemasaran sosial adalah aplikasi program yang disusun secara sistematis untuk memecahkan persoalan sosial di masyarakat (Rogers 1995). Pemasaran sosial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Definisi Pemasaran Menurut Kotler & Amstrong (2008:5) pemasaran adalah proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori 2.1.1.1 Teori Tahapan Evolusi Pemasaran Teori-teori dalam pemasaran terus berkembang dan menurut Barnes (2003), perkembangan

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan VI. PEMBAHASAN Hasil kegiatan kampanye Pride di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing merupakan rangkaian kegiatan mulai perencanaan dengan mengetahui masalah, mencari solusi, memetakan kekuatan dan kekurangan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN 1 MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA PERESMIAN PROGRAM MECU (MOBILE EDUCATION CONSERVATION UNIT) DAN PENYERAHAN SATWA DI DEALER FORD ROXY MAS HARI JUMAT TANGGAL 11 MARET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis Siti Chadidjah Kaniawati pada situs Balai Taman Nasional Kayan Mentarang menjelaskan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 105 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6. 1. Kesimpulan Penelitian ini memfokuskan kepada upaya untuk memahami persepsi dan strategi petani di dalam menjalankan usaha tanaman kayu rakyat. Pemahaman terhadap aspek-aspek

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

C. Model-model Konseptual

C. Model-model Konseptual C. Model-model Konseptual Semua kampanye Pride Rare dimulai dengan membangun suatu model konseptual, yang merupakan alat untuk menggambarkan secara visual situasi di lokasi proyek. Pada bagian intinya,

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, terletak di daerah khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sikap Konsumen Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk bersikap dengan cara yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kampanye Bangga

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kampanye Bangga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kampanye Bangga Kalau kita bicara tentang kampanye orang pasti akan berpikir dan membayangkan seseorang yang berdiri diatas podium dan menyampaikan orasinya sehingga audien akan

Lebih terperinci

PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR

PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR CUT MEURAH INTAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah gender yang jarang terangkat keberadaannya, namun dengan segala kelebihan yang dimiliki oleh wanita dapat diketahui potensial pasar yang cukup menjanjikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar konsumen yang memberi pengaruh pada pergerakan konsumsi adalah konsumen akhir yang biasanya merupakan konsumen individu (Engel et al. 1995). Setiap konsumen individu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam situasi perekonomian seperti sekarang ini, persaingan dalam segala bidang usaha semakin ketat, hal ini ditandai dengan berdirinya banyak perusahaan besar

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM ORANGUTAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Umum 1. Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar FORINA. 2. Anggaran Rumah Tangga ini merupakan penjabaran dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dimana pada saat kondisi sekarang ini antar perusahaan bersaing ketat memperebutkan perhatian konsumen agar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian BAB II KERANGKA TEORI Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2006:55). Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pemerintah Kota Bandung, dalam hal ini Walikota Ridwan Kamil serta Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, telah menunjukkan pentingnya inovasi dalam dalam program

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group

Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Nilai dan Kode Etik Pirelli Group Identitas Pirelli Group secara historis dibentuk oleh seperangkat nilai yang selama bertahun-tahun berusaha untuk dicapai dan dijaga oleh kami. Selama bertahun-tahun

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

Rosita Tariola (Mona)

Rosita Tariola (Mona) Mengikuti Program Kampanye Pride sangat menantang juga menyenangkan. Pelajaran yang saya peroleh di kelas selama pelatihan benar-benar diaplikasikan di lapangan bersama masyarakat. Saya 'dipaksa' untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi informasi yang semakin pesat ini, menimbulkan pemikiran baru bagi pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya agar dapat bersaing dengan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dapat memenuhi keinginan konsumen dan juga keberadaan. produk tersebut harus dikomunikasikan pada konsumen serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan selalu berusaha agar melalui produk yang dihasilkan (diproduksi) dapat mencapai tujuan (penjualan) yang telah diharapkan. Salah satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong

I. PENDAHULUAN. sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang sangat cepat mendorong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Situasi perekonomian dewasa ini berkembang sangat pesat, terlebih pada masa globalisasi seperti sekarang ini dimana perubahan teknologi dan arus informasi yang

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan BAB I PENDAHULUAN Sejarah perkembangan ekowisata yang tidak lepas dari pemanfaatan kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan definisi ekowisata sebagai perjalanan ke wilayah-wilayah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan jasa kepada

BAB II URAIAN TEORITIS. berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat produk dan jasa kepada BAB II URAIAN TEORITIS A. Pengertian Promosi dan Bauran Promosi Promosi mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk berkomunikasi dengan para konsumen dan calon potensial konsumen. Bauran promosi meliputi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan telah menjadi komitmen masyarakat dunia. Pada saat ini, beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, telah menerima konsep

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perikanan pantai di Indonesia merupakan salah satu bagian dari sistem perikanan secara umum yang berkontribusi cukup besar dalam produksi perikanan selain dari perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEORI. Dalam Program Promosi Kesehatan

PENGGUNAAN TEORI. Dalam Program Promosi Kesehatan PENGGUNAAN TEORI Dalam Program Promosi Kesehatan KEGUNAAN TEORI UNTUK PROGRAM Teori adalah Panduan terorganisir dan sistematis tentang pengetahuan, yang berlaku dalam berbagai macam keadaan, dirancang

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Pedoman Perilaku. Nilai & Standar Kita. Dasar Keberhasilan Kita. Edisi IV

Pedoman Perilaku. Nilai & Standar Kita. Dasar Keberhasilan Kita. Edisi IV Pedoman Perilaku Nilai & Standar Kita Dasar Keberhasilan Kita Edisi IV Perusahaan Kita Sejak awal, perjalanan MSD dituntun oleh keyakinan untuk melakukan hal yang benar. George Merck menegaskan prinsip

Lebih terperinci

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI Lokakarya Nasional Peran dan Manfaat Pembangunan Berkelanjutan Bagi Kalangan Perbankan PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI Toshiro Nishizawa Japan Bank for International Cooperation Chair, UNEP FI

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DALAM ACARA PERINGATAN HARI KONSERVASI ALAM NASIONAL (HKAN) TAHUN 2015 DI SELURUH INDONESIA Yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional di banyak negara berkembang pada umumnya ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan karena yang paling terasa adalah keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup memiliki fungsi yang sangat besar, yang meliputi fungsi fisik dan biologi. Secara fisik ekosistem

Lebih terperinci

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik. PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM KAMPANYE KONSERVASI PERAIRAN (Conservation Goes to School BKKPN Kupang) Guntur Wibowo Penyuluh Perikanan Pertama Kupang, 24 Maret 2017 Pendahuluan Sebagai Negara kepulauan

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran sasaran. hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. logika itu unit bisnis diharapkan bisa mencapai sasaran sasaran. hubungannya dengan keadaan lingkungan yang diharapkan dan kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang sangat pesat. Berbagai strategi diterapkan dalam menjalankan bisnis agar dapat tumbuh dan tetap exist di tengah pesatnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan mengalami perkembangan, ini ditunjukkan semakin banyaknya bermunculan perusahaan industri, baik industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat berkembang dan mendorong seleksi alamiah dimana suatu perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. cepat berkembang dan mendorong seleksi alamiah dimana suatu perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang kita ketahui, semakin hari dunia perekonomian semakin cepat berkembang dan mendorong seleksi alamiah dimana suatu perusahaan yang dapat bertahan dan selalu

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, jumlah populasi manusia semakin meningkat. Di Indonesia kepadatan penduduknya mencapai 200 juta jiwa lebih. Kebutuhan akan tempat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen.

yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. komponen bauran pemasaran segmentasi tersebut dalam pemasaran. konsumen perilaku pembelian konsumen. 1. Menjelaskan konsep pemasaran dan menggambarkan lima kekuatan yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal. 2. Menjelaskan tujuan rencana pemasaran dan mengidentifikasikan empat komponen bauran pemasaran

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS TROPICAL FOREST CONSERVATION ACTION FOR SUMATERA RENCANA STRATEGIS 2010-2015 A. LATAR BELAKANG Pulau Sumatera merupakan salah kawasan prioritas konservasi keanekaragaman hayati Paparan Sunda dan salah

Lebih terperinci

PERSUASI : LANDASAN KEGIATAN KAMPANYE

PERSUASI : LANDASAN KEGIATAN KAMPANYE PERSUASI : LANDASAN KEGIATAN KAMPANYE PENGANTAR Kampanye dibedakan menjadi dua, aspek yang pertama menyoroti bagaimana cara kampanye dilakukan dan yang kedua memfokuskan pada tujuan apa yang akan dicapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen

Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen Memahami Proses Pemasaran Dan Perilaku Konsumen Setelah mempelajari bab ini, anda akan mampu: 1. Menjelaskan konsep pemasaran dan menggambarkan lima kekuatan yang membentuk lingkungan pemsaran eksternal.

Lebih terperinci

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya. Bab Enam Kesimpulan Masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di suatu kawasan atau daerah tujuan wisata (DTW), seringkali diabaikan dan kurang diberikan peran dan tanggung jawab dalam mendukung aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Setiap manusia memiliki keinginan serta kebutuhan yang berbedabeda. Keinginan dan kebutuhan itu pun akan terus bertambah baik

Lebih terperinci

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat

Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat Selamatkan Cagar Budaya dengan Iklan Layanan Masyarakat Denny Antyo Hartanto, S.Sn., M.Sn. Abstract Banyak orang tidak mengetahui tentang benda cagar budaya. Cagar budaya ada banyak hal dan ragamnya, tetapi

Lebih terperinci