IV. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh Besar. 2. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga, yang dilaksanakan pada bulan Februari 2007 Februari 2008, kampanye ini dilaksanakan di 21 Gampong (baca desa) Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung di dua Kecamatan berbeda yaitu Kecamatan Lhoknga (15 Gampong) dan Kecamatan Leupung (6 Gampong) dan di Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam. 3. Tahap analisa data dan penulisan tesis, yang dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2008, yang dilaksanakan di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 4.2 Alat dan Bahan Sebuah penelitian membutuhkan berbagai macam alat dan bahan untuk membantu memperlancar dan memudahkan penelitian tersebut. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel 2. Alat-alat untuk penelitian. No. Nama Alat 1. Buku Pegangan Ukuran Keberhasilan (Nick Salafsky dan Richard Margoluis, 1998) Kegunaan Panduan dalam merancang, melaksanakan, dan memantau program. 2. Software SurveyPro Analisis data hasil survei pra kampanye dan pasca kampanye. 3. GPS (Global Positioning System) Untuk menentukan titik ajimut pada saat pembuatan peta pertisipatif hutan ulayat. 4. Binokuler Identifikasi keanekaragaman hayati kawasan target 5. Stiky Wall Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder 6. Kamera Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (visual). 7. Perekam Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (audio) seperti dalam FGD. 9. Handycam Mendokumentasikan kegiatan Kampanye Bangga (audio-visual).

2 40 Tabel 2 Alat-alat untuk penelitian (lanjutan). No. Nama Alat Kegunaan 11 Papan flipchart Untuk memudahkan fasilitasi 12 LCD/ In focus Presentasi rencana kerja serta beberapa kegiatan pertemuan lainnya dengan masyarakat serta stakeholder lainnya set alat peraga (game) Yang digunakan untuk bermain dengan siswa pada saat kunjungan sekolah 14 1 set panggung boneka lengkap Digunakan pada saat pertunjukan panggung dengan boneka boneka Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini. Tabel 3. Bahan-bahan untuk penelitian. No. Nama Bahan Kegunaan 1. Plano dan Meta Plan Untuk mempermudah proses fasilitasi pada saat mengadakan pertemuan dengan stakeholder 2. Kain Planel Untuk membuat kostum dan boneka 3. Pipa Paralon Untuk pembuatan panggung boneka 4. Lembar kerja kuesioner Digunakan pada saat survei Metode Penentuan Lokasi dan Responden Pemilihan lokasi Kampanye Bangga dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja). Kampanye Bangga biasanya dilakukan hanya pada kawasan yang memiliki nilai keanekaragaman hayati yang tinggi. Maka penelitian ini dilaksanakan di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung, karena lokasi ini memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Desa-desa tersebut berbatasan langsung dengan hutan yang ada di Kemukiman Kueh, Lhoknga dan Leupung Aceh Besar, dan terdapat berbagai jenis keanekaragaman hayati baik itu satwa maupun tumbuhan. 2. Masyarakat sekitar kawasan memiliki ketergantungan terhadap hutan baik langsung maupun tidak langsung, dari segi keanekaragaman hayati serta ekologi, guna memenuhi kebutuhan kebutuhan hidupnya. 3. Kawasan tersebut mengalami degradasi akibat kegiatan penebangan, kebakaran dan juga galian C dengan alasan rehabilitasi dan rekontruksi terutama pasca bencana tsunami.

3 41 4. Total populasi di lokasi tersebut tidak lebih dari 200 ribu jiwa (Satu tahun Kampanye Bangga tidak efektif dilakukan pada populasi > 200 ribu jiwa). Berdasarkan kriteria tersebut, maka lokasi yang menjadi contoh dalam penelitian ini adalah tiga kemukiman yaitu Kueh, Lhoknga dan Leupung. Kemukiman Kueh terdiri dari desa Naga Umbang, Lambaro Kueh, Kueh, Lam Ateuk, Aneuk Paya, Lamgaboh, Tanjong, Seubun Keutapang, Seubun Ayon, Lambaro Seubun, serta Nusa; Kemukiman Lhoknga terdiri dari desa Mon Ikeun, Weuraya, Lam Kruet dan Lampaya. Kemukiman Leupung terdiri dari desa Layeun, Pulot, Lamseunia, Meunasah Mesjid, Meunasah Bak U serta Deah Mamplam. Karakteristik responden adalah petani, pegawai negeri/pensiunan, pekerja swasta yang memanfaatkan hasil hutan baik secara langsung maupun tidak langsung (manfaat ekonomi maupun ekologi) serta berumur 15 s/d 65 tahun, juga bertempat tinggal di kawasan sekitar hutan yang terancam kelestariannya akibat berbagai kegiatan yang merusak. Penentuan responden dilakukan secara acak (simple random sampling). Dalam pelaksanaan, berdasarkan penghitungan statistik, dengan jumlah populasi sebesar jiwa maka jumlah sampel responden untuk tingkat kepercayaan (LOC) 95% dan interval confident(ci) + 5 poin adalah sebanyak 378 responden. Namun untuk mengantisipasi jumlah kuisioner yang tidak valid (sah) untuk dianalisa maka jumlah sampel yang diambil adalah 442 responden. Responden kelompok target ini berasal dan menetap di kemukiman Kueh, Lhoknga serta Leupung. Metode penentuan responden untuk pertemuan diskusi kelompok terfokus (FGD) dipilih berdasarkan kelompok ancaman langsung yang telah didentifikasikan dalam pertemuan stakeholder pertama. Penentuan responden untuk FGD dilakukan setelah pertemuan stakeholder pertama. Setelah pertemuan stakeholder diidentifikasikan 3 prioritas ancaman maka responden yang dipilih untuk diskusi terfokus adalah orang-orang yang memiliki kapasitas untuk memberikan informasi lebih banyak tentang isu ancaman langsung. Misalnya dalam pertemuan stakeholder diidentifikasikan bahwa 3 prioritas ancaman adalah

4 42 penebangan, perburuan, dan pembukaan lahan maka responden untuk diskusi terfokus adalah penebang, pemburu, dan petani pembuka lahan. Tabel 4 Banyak Gampong dan jumlah penduduk yang menjadi fokus penelitian Nama Desa Kemukiman Populasi Naga Umbang Lambaro Kueh Lam Ateuk Aneuk Paya Lamgaboh Tanjong/Lamcok Kueh Nusa Seubun Keutapang Seubun Ayon Lambaro Seubun Kueh Mon Ikeun Weuraya Lamkruet Lampaya Lhoknga Layeun 1205 Pulot 441 Lamseunia 780 Leupung Mesjid Leupung 1348 Meunasah Bak U 1580 Deah Mamplam 2725 Total Keseluruhan Kelompok Target (Sumber : Aceh Besar Dalam Angka, BPS 2004) Informasi dan Data Pengumpulan informasi dan data ini sangat diperlukan karena akan membantu peneliti mengenal kawasan target sehingga akan membantu dalam merancang program Kampanye Bangga. Informasi dan data baik itu sebagai data primer maupun data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat

5 43 Statistik (BPS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta berbagai survei langsung yang dilaksanakan oleh Yayasan Peduli Nanggroe Atjeh. Informasi dan data yang dikumpulkan adalah data keanekaragaman hayati, data mengenai ancaman konservasi yang terjadi, data demografi, data sosial budaya masyarakat, situasi politik, serta informasi tentang para stakeholder yang ada di kawasan terget. Informasi dan data mengenai pengetahuan dan sikap masyarakat diperoleh melalui survei pra kampanye dan survei pasca kampanye dengan menggunakan lembar kuesioner. Selain itu melalui survei juga dikumpulkan data mengenai tingkat pendidikan, preferensi media dan saluran komunikasi terpercaya di masyarakat target. Informasi mengenai pola pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat target juga diperoleh dari hasil wawancara langsung baik formal maupun informal dengan anggota dan tokoh masyarakat Tahapan Dalam Kampanye Bangga Tahapan kerja Kampanye Bangga mengadopsi manajemen adaptif proyekproyek konservasi yang terdiri dari tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan; dan tahapan evaluasi (Salafsky 1998). Ketiga tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: I. Tahap Perencanaan Tujuan dari tahapan ini adalah untuk merancang program Kampanye Bangga. Tahapan ini meliputi: 1) Studi Literatur dan Analisa Kawasan Studi literatur dilakukan oleh manajer kampanye untuk melihat kawasan dan berbagai hal yang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam studi literatur ini yang dilihat seperti data sosial dan kependudukan, data keanekaragaman hayati, identifikasi ancaman di kawasan, serta mengidentifikasi para stakeholder yang memiliki kepentingan terhadap kawasan dan pemanfaatan sumberya alam yang ada di kawasan. Data sekunder diperoleh dari literatur, instansi pemerintahan seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kehutanan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Identifikasi stakeholder dilakukan dengan membuat Matriks stakeholder. Dalam mengidentifikasi stakeholder, peneliti dapat meminta informasi dari

6 44 lembaga lain yang sudah pernah melakukan kegiatan di kawasan target. Analisa dibuat berdasarkan isu yang dibawa oleh stakeholder, motif stakeholder, kontribusi yang dapat diberikan oleh stakeholder untuk kegiatan Kampanye Bangga serta konsekuensi yang ditimbulkan jika stakeholder terlibat kegiatan Kampanye Bangga. Tidak semua peserta atau individu atau wakil kelompok masyarakat yang ada di dalam matriks ini akan dilibatkan terutama jika kepentingannya dan sumbangannya sudah dapat diwakili oleh peserta lain. Hasil dari tahapan ini adalah gambaran umum tentang lokasi dan masyarakat target serta sebuah matriks analisa stakeholder (Salafsky 1998). Setelah melakukan studi literatur kemudian kita mengkaji ulang atau merampungkan apa yang sudah kita rencanakan apakah itu sesuai atau tidak dengan yang sudah direncanakan dan kemudian baru kita merencanakan pertemuan pemangku kepentingan, tentunya dengan menggunakan matrik stakeholder yang sudah kita hasilkan. Contoh Matriks stakeholder dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 5 Contoh Matriks stakeholder Peserta/Stakeholder Nama Minat/Motif Potensi Konsekuensi Kontribusi 2). Pertemuan Stakeholder Pertama Matrik yang sudah dihasilkan pada saat review dokumen dan analisa kawasan kemudian dipakai untuk menentukan dan mengundang individu atau kelompok yang nantinya akan hadir dalam sebuah pertemuan yang diberi nama Stakeholder Workshop. Dalam pertemuan ini semua orang yang hadir diharapkan dapat menyumbangkan pikirannya dan bekerjasama untuk mengembangkan sebuah model pemikiran (Concept Model). Tujuan dari pertemuan stakeholder I ini adalah untuk mengembangkan sebuah Model Konseptual, membuat peringkat ancaman, mendapatkan kandidat maskot dan slogan bagi kegiatan Kampanye yang akan dilakukan.

7 45 Model pemikiran ini bertujuan untuk menunjukan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. Para stakeholder yang diundang seperti Camat, Polsek, Imum Mukim, Keuchik, Tokoh Adat, Tokoh Agama, Kelompok Perempuan, Kelompok Pemuda, Dinas Terkait, Lembaga Asing dan Lokal. Sebuah Model Konseptual yang baik adalah: a) Menampilkan sebuah gambaran situasi di lokasi target. b) Menunjukkan perkiraan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi target. c) Hanya menghadirkan faktor yang relevan. d) Didasarkan atas data atau informasi yang dapat dipercaya. e) Merupakan hasil kerja tim. Model Pemikiran dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini: Kontribusi Kegiatan Tidak Langsung Langsung Kegiatan Tidak Langsung Langsung Kondisi Target Tidak Langsung Langsung Gambar 5 Model Pemikiran yang dikembangkan dalam Pertemuan Stakeholder Keterangan : a) Kondisi target adalah: kondisi yang ingin dipengaruhi melalui Kampanye Bangga dalam hal ini kawasan hutan. b) adalah: peristiwa, situasi, kondisi, kebijakan, sikap, keyakinan atau tingkah laku khusus yang diyakini akan mempengaruhi kondisi target. Ada

8 46 dua faktor dalam Model Pemikiran yaitu faktor langsung (ancaman langsung) artinya faktor-faktor yang langsung berdampak terhadap keanekaragaman hayati atau secara fisik menyebabkan kerusakannya misalnya penebangan dan sebagainya. Sedangkan faktor tidak langsung (ancaman tidak langsung) adalah faktor-faktor yang mendasari akau mengakibatkan ancaman langsung misalnya kurangnya pengetahuan dan sebagainya. c) Kegiatan adalah : tindakan yang direncanakan untuk memodifikasi faktorfaktor tertentu, yang pada gilirannya akan mempengaruhi faktor kondisi target, misalnya pendampingan masyarakat, penanaman dan sebagainya. d) Garis Hubungan ( ) adalah: hubungan dalam Model Konseptual yang digambar dengan tanda panah. Tanda panah ini biasanya menunjuk ke satu arah satu faktor menghantar ke faktor lainnya atau satu aktivitas mempengaruhi satu atau lebih faktor lain. e) Tambahan adalah : faktor-faktor yang tidak diklasifikasikan sebagai ancaman langsung maupun tidak langsung, misalnya cuaca dan sebagainya. Dalam pertemuan stakeholder kondisi target ditetapkan oleh manajer kampanye. Kemudian manajer kampanye meminta kepada para stakeholder mengidentifikasikan faktor langsung, faktor tidak langsung dan faktor kontribusi. Setelah semua faktor diidentifikasikan maka manajer kampanye memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk melakukan pemeringkatan terhadap ancaman langsung (Pemeringkatan Matriks). Pemeringkatan dibatasi hanya pada 3 suara terbanyak. Metode ini memungkinkan manajer kampanye menggabungkan sudut pandang sejumlah pemangku kepentingan lokal dalam penilaian manajer kampanye. Metode ini mirip dengan pemungutan suara. Ilustrasi tabel rangking ancaman dapat dilihat dalam tabel 3. Tabel 6 Ilustrasi Rangking Ancaman Ancaman Klpk 1 Klpk 2 Klpk 3 Total (suara) II IIII I 7 1 II I I 4 3 I III II 6 2 Penebangan Kebakaran Pembukaan lahan Rangking Galian C I I I 3 4 Tahap selanjutnya dalam pertemuan stakeholder adalah manajer kampanye meminta setiap stakeholder mengajukan satwa liar yang menjadi kebanggaan

9 47 masyarakat lokal yang akan menjadi maskot Kampanye Bangga. Syarat spesies maskot adalah: a) Spesies yang terancam punah b) Mempunyai nilai ekonomi tinggi c) Memiliki nilai kebanggaan bagi masyarakat setempat d) Memiki nilai sejarah, sosial maupun budaya 3). Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) Pertemuan kelompok fokus khususnya terdiri atas tujuh hingga dua belas orang yang memiliki atribut sama yang sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya, jika ingin mengetahui pendapat para petani pemanfaat hasil hutan mengenai pemanfaatan dan pengelolaan hasil hutan yang baik atau segala hal yang berkaitan dengan kegiatan penebangan hutan. Kelompok fokus diasuh oleh seorang moderator yang mengajukan serangkaian pertanyaan (yang sudah diatur lebih dulu) secara spontan, para peserta kelompok meninjau isunya dan mengemukakan pandangan mereka sendiri tanpa harus mencapai kesepakatan bersama apa pun. Sebelum diskusi dilaksanakan manajer kampanye merancang pertanyaanpertanyaannya. Hasil dari pelaksanaan diskusi kelompok terfokus adalah transkripsi diskusi kelompok terfokus yang mencatat pendapat responden, ide responden, pengalaman responden, persamaan dan perbedaan pengalaman antar responden; dan konsensus. 4). Survei Pra Kampanye Survei adalah metoda kuantitatif yang dalam Pride dibuat valid secara statistik (bisa dipertanggungjawabkan), Secara umum teknik survei yang digunakan adalah simple random sampling dengan tipe pertanyaan semi-closed questions, pertanyaan setengah tertutup (ada pilihan tapi juga disediakan jawaban lainnya ) dan terbuka, dengan menggunakan LOC (tingkat keyakinan) 95% dan tingkat kesalahan 5%, yang kemudian jika kita menggunakan simple survey calculation (yang softwarenya ada secara online) dengan memasukkan jumlah total populasi target kita maka akan didapat jumlah sample yang disasar.

10 48 Survei yang dilakukan dalam Kampanye Bangga adalah Survei KAP (Knowledge, Attitude, Practice) yaitu survei yang bertujuan mengetahi pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sasaran. Tahapan dalam melaksanakan Survei Pra Kampanye adalah: a) Menetapkan karakteristik populasi sasaran Kampanye Bangga. b) Menetapkan tujuan survei. c) Mempersiapkan pertanyaan survei. Pertanyaan survei dipersiapkan dengan menggunakan informasi-informasi yang diperoleh dari studi literatur, pertemuan stakeholder pertama, dan diskusi kelompok terfokus. d) Melakukan pre uji atas pertanyaan survei yang telah dipersiapkan. e) Menetapkan sampling (contoh) dari populasi sasaran. Dengan keterbatasan waktu dan dana maka tidak mungkin melakukan wawancara dengan seluruh anggota populasi sehingga perlu diambil sampel yang mampu mewakili populasi sasaran. Sampel yang baik tidak tergantung pada besar atau kecilnya jumlah sampel, tetapi sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili populasi seluruhnya. Cara terbaik untuk memperoleh sampel adalah dengan sistem acak. Acak berarti setiap orang dalam populasi sasaran mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih masuk ke dalam sampel. Metode pengambilan sampel dalam Kampanye Bangga adalah Simple Random Sampling (sampel acak sederhana). f) Menetapkan ukuran sampel. Dalam menetapkan ukuran sampel harus diperhatikan beberapa hal yaitu: 1. Jika populasi sasaran besar dan beragam (suku, agama, bahasa) maka dibutuhkan sampel yang lebih besar untuk mewakili populasi. 2. Jika populasi sasaran relatif kecil dan seragam (suku, agama, bahasa, budaya) maka sampel kecil sudah cukup. Semakin besar ukuran sampel semakin kecil kemungkinan kesalahan terjadi. Lazimnya hal ini dinyatakan dengan interval kepercayaan (Confidence Interval). Untuk mendapatkan ukuran sampel maka kita harus mengetahui total populasi sasaran, derajat kepercayaan yang diinginkan (pada banyak Kampanye Bangga para manajer kampanye menggunakan derajat kepercayaan 95%), dan interval

11 49 kepercayaan yang diinginkan (sebagian jajak pendapat atau program kampanye menggunakan interval kepercayaan 3% -5 %). g) Menetapkan kelompok kontrol. 5). Pertemuan Stakeholder Kedua Setelah survei Pra Kampanye kembali dilakukan pertemuan Pemangku Kepentingan Kedua untuk melihat kembali Model Konseptual yang sudah di hasilkan pada saat pertemuan pertama. Pada pertemuan ini juga disampaikan hasil-hasil temuan yang sudah didapatkan pada stakeholder I, FGD dan survei masyarakat serta penyampaian rencana kerja yang telah dirumuskan oleh Tim Pride Campaign PeNA kepada semua stakeholder guna mendapatkan kritikan dan saran, kemudian mendiskusi objektif yang ingin dicapai bersama guna perbaikan rencana kerja (termasuk slogan dan maskot yang dipilih) dan beberapa kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam 1 tahun ke-depan, dan yang terakhir menyusun dewan penasehat untuk kampanye Pride serta agenda lain yang dirasa perlu sebagai bagian dari persiapan implementasi. Biasanya pada pertemuan stakeholder yang kedua terjadi perubahan dari Model Konseptual yang telah dihasilkan pada saat stakeholder I, karena pada saat survei, masyarakat yang dilibatkan lebih banyak dari pada saat stakeholder workshop I dan juga FGD. Tujuan pertemuan stakeholder kedua adalah merevisi Model Konseptual Awal dan membantu manajer kampanye untuk mengidentifikasikan sasaran kampanye yang fokusnya kepada perubahan pengetahuan dan kesadaran yang dapat mempengaruhi ancaman kuncinya. Para stakeholder dalam pertemuan stakeholder pertama diundang kembali dalam pertemuan stakeholder kedua. Manajer kampanye menyampaikan kepada para stakeholder semua informasi yang diperoleh dari diskusi kelompok terfokus dan survei pra kampanye. Informasi ini digunakan untuk merevisi Model Konseptual Awal untuk membantu merancang kegiatan. Hasil dari pertemuan ini adalah Model Konseptual Final dan rumusan tentang sasaran dan kegiatan Kampanye Bangga (Salafsky 2008).

12 50 6). Menetapkan Sasaran SMART Sasaran SMART adalah menegmbangkan sebuah sasaran kegiatan dengan menerapakan kaedah SMART yaitu sasaran yang spesifik, terukur, berorientasi pada aksi, realistis dan terikat waktu. Sasaran yang dibuat adalah sasaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat target (Salafsky 1998). SMART artinya : a) Spesifik yaitu didefinisikan dengan jelas, sehingga dapat dimengerti oleh semua orang yang terlibat. Bila sasaran terlalu umum misal untuk mengurangi penebangan pohon (pohon yang mana, dimana, umur pohon berapa dan sebagainya) maka itu akan membuat kita tidak jelas. Tetapi bila sasaran lebih spesifik, misal untuk menurunkan sepertiga jumlah kayu api dari pohon pinus untuk kebutuhan rumah tangga di Leupung, maka lebih mudah untuk melihat apakah sasaran sudah tercapai atau belum. b) Measurable (dapat diukur) dapat didefinisikan dalam hubungannya dengan skala standar ( angga, persentase, pecahan atau keadaan-keadaan semua atau tidak sama sekali. c) Action Oriented (berorientasi kepada keigatan) yaitu mewakili perubahan yang diinginkan dalam faktor-faktor ancaman kritis yang mempengaruhi tujuan proyek. d) Realistic (Realistis) yaitu rencana yang disusun benar-benar bisa diterima, masuk akal dan memungkinkan untuk dilakukan. e) Time bound (terikat waktu) yaitu setiap sasaran yang ingin dicapai selalu direncanakan batasan waktunya, sehingga dapat menilai keberhasilan yang akan dicapai. 7) Merancang kegiatan dalam Kampanye Bangga Tujuan dari tahapan ini adalah memilih bentuk-bentuk kegiatan yang sesuai, terkait langsung dengan pencapaian sasaran yang spesifik, dan dapat diselesaikan dengan sumber daya yang tersedia. Hasilnya adalah kegiatan yang akan dilaksanakan selama 1 tahun Kampanye Bangga (Salafsky 1998). 8) Menyusun Rencana Kerja Sasaran-sasaran SMART yang telah disusun kemudian dimasukkan ke dalam suatu Rencana Kerja yang menjadi suatu dasar arahan kampanyenya.

13 51 Rencana Kerja meliputi Penjelasan Umum Kawasan, Matriks stakeholder, Model Pemikiran Awal (Hasil Pertemuan Stakeholder I), Hasil Diskusi Kelompok Terfokus, Hasil Survei Pra Kampanye, Maskot dan Slogan Terpilih, profil Maskot (Spesies Kunci), Model Pemikiran Revisi (Hasil Pertemuan Stakeholder II), Rencana Kegiatan yang terdiri dari sasaran SMART, kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran SMART, Kalender Kegiatan dan Strategi Monitoring. II. Tahap Pelaksanaan Kampanye Bangga Tujuan dari tahapan ini adalah memberikan treatment kepada masyarakat target untuk mencapai tujuan konservasi tertentu. Jika rencana kerja telah disusun maka dilaksanakanlah Kampanye Bangga selama periode 1 tahun. Rencana kerja membantu manajer kampanye melaksanakan kampanye secara sistematis dan strategis. III. Tahap Analisis Data dan Penulisan Tesis Analisa dan penulisan tesis merupakan tahap ke III dari kegiatan ini. Analisa ini bertujuan untuk untuk mengolah dan menganalisi data yang dikumpulkan diakhir periode Kampaye Bangga sebagai bahan kajian efektifitas Kampanye Bangga serta penulisan laporan akhir berupa tesis. Analisis data ini juga membantu dalam merancang rencana tindak lanjut (follow-up plan). Analisis data dilakukan setelah survei pasca kampanye. Daftar kuesioner yang digunakan sama dengan daftar kuesioner survei pra kampanye. Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan program analisis data Survey Pro. Pada analisa yang lihat adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, tokoh penyampai pesan yang masih dipercaya, tingkat pengetahuan masyarakat tentang konservasi, sistem pengelolaan hutan, dan juga keberadaan lembaga adat dalam pengelolaan hutan, baik sebelum kampanye maupun setelah kampanye.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Demografis Responden Pra Kampanye 5.1.1 Desa Target Lebih dari 50% responden berjenis kelamin laki-laki. Secara keseluruhan kelompok umur responden terdistribusi hampir

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 31 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penentuan Lokasi Metode yang digunakan dalam penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) difokuskan pada kawasan yang berada di hulu sungai dan

Lebih terperinci

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON TOR RISET KUANTITATIF IDENTIFIKASI KEPENTINGAN DALAM RANGKA PRIDE CAMPAIGN TNUK BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Jl. Perintis Kemerdekaan No. 51 Labuan Pandeglang Banten 42264 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup

BAB I PENDAHULUAN. daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa juta tahun yang lalu, jauh sebelum keberadaan manusia di daratan Asia, tepatnya di sepanjang pegunungan Himalaya. Sudah hidup nenek moyang kera besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan Jawa-Madura tahun 2004 menunjukkan bahwa kawasan hutan Jawa seluas 3.289.131 hektar, berada dalam kondisi rusak. Lahan kritis di dalam

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP)

VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) 88 VIII. ANALISIS HIRARKI PROSES (AHP) Kerusakan hutan Cycloops mengalami peningkatan setiap tahun dan sangat sulit untuk diatasi. Kerusakan tersebut disebabkan oleh aktivitas masyarakat yang tinggal di

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1. Metode dan Strategi Kajian Metode kajian adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus instrumental, yaitu studi yang memperlakukan kasus sebagai instrumen untuk masalah tertentu.

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan (Kelurahan Hinekombe, Kelurahan Sentani Kota, dan Kelurahan Dobonsolo) sekitar kawasan CAPC di Distrik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Januari 2010 Februari 2010 di Harapan Rainforest, Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat menemukan data,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kampanye Bangga Pada akhir tahun 1970 Departemen Kehutanan Saint Lucia Kepulauan Karibia hangat mendiskusikan isu pendidikan lingkungan. Pada saat itu pihak departemen

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Mandailing Natal dan Wilayah Tertentu KPHP Mandailing Natal yang tertera pada Gambar

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN BUPATI KABUPATEN SIKKA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan 33 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan metode dengan informan, dan observasi. Data tentang karakteristik masyarakat lokal, tingkat,

Lebih terperinci

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor

D. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang memberikan warna dalam kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Sebagai salah satu fauna yang indah dan diminati

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Itam, R.M, Aswar Sejarah Peradilan Adat Aceh (makalah), Dinas Kebudayaan Dan Majelis Adat Aceh

DAFTAR PUSTAKA. Itam, R.M, Aswar Sejarah Peradilan Adat Aceh (makalah), Dinas Kebudayaan Dan Majelis Adat Aceh DAFTAR PUSTAKA Itam, R.M, Aswar 2003. Sejarah Peradilan Adat Aceh (makalah), Dinas Kebudayaan Dan Majelis Adat Aceh Beckmann, Frans Von Benda Et.al. 2001. Sumber Daya Alam Dan Jaminan Sosial. Jakarta.

Lebih terperinci

PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR

PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR PENERAPAN KAMPANYE BANGGA UNTUK MENGUBAH POLA PENGELOLAAN TERNAK MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA DI JANTHO ACEH BESAR CUT MEURAH INTAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Berupa metode deskriftif eksploratif dan jenis penilitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian deskriftif eksploratif adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Wilayah pesisir dan lautan merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumberdaya alam hayati dan non hayati. Salah satu sumberdaya alam hayati tersebut adalah hutan mangrove.

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32 Sebelum melakukan pelatihan diperlukan penjajagan kebutuhan pelatihan kepada masyarakat, petani, petugas, kepala desa, dan instansi terkait dengan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003).

mendorong menemukan pasar untuk produk yang sudah ada dan mendukung spesies-spesies lokal yang menyimpan potensi ekonomi (Arifin et al. 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat hutan pegunungan sangat rentan terhadap gangguan, terutama yang berasal dari kegiatan pengelolaan yang dilakukan manusia seperti pengambilan hasil hutan berupa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten IV. METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Umum Responden Pra Kampanye Bangga 5.1.1. Deskripsi Responden a. Kelompok Target Hasil survei pra kampanye menunjukkan bahwa dari 183 responden di lokasi target Kampanye

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran studi dimaksudkan untuk menjelaskan sistematika alur pemikiran penulis terkait topik yang diambil. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB VI F. ANALISA KRITIS BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

PERAN KAMPANYE BANGGA (PRIDE CAMPAIGN) DALAM PENGUATAN LEMBAGA ADAT PAWANG UTEUN UNTUKPENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DI ACEH BESAR ZAKIAH

PERAN KAMPANYE BANGGA (PRIDE CAMPAIGN) DALAM PENGUATAN LEMBAGA ADAT PAWANG UTEUN UNTUKPENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DI ACEH BESAR ZAKIAH PERAN KAMPANYE BANGGA (PRIDE CAMPAIGN) DALAM PENGUATAN LEMBAGA ADAT PAWANG UTEUN UNTUKPENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DI ACEH BESAR ZAKIAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 198 Sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Babakan Madang, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Bogor, Kesatuan Pemangkuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Luas KHDTK Cikampek adalah 51,10 ha. Secara administratif

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kampanye antisipasi global warming melalui desain komunikasi visual bagi anak usia sekolah Oleh : Natalia Tri Maharani C0704021 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan iklim yang terjadi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan Psikologi Indigenous (Indigenous Psychology), yaitu pendekatan yang dilihat dari sudut pandang budaya lokal (makna, nilai

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepulauan Meranti adalah pembangunan sanitasi yang ditetapkan untuk memecahkan permasalahan sanitasi seperti yang tertera

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian 23 METODE KAJIAN Proses dan Metode Kajian Tahap Proses Kajian. Kegiatan Kajian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh pada tanggal 26 Desember

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan dalam rentang waktu yang sangat ketat, cepat dan

Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan dalam rentang waktu yang sangat ketat, cepat dan METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR II PERTEMUAN KETUJUH + DUKUNGAN MULTIMEDIA + DISKUSI TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI DAN EVALUASI 1. INTERAKSI PARTISIPAN Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah

III. METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Daerah yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Analisis Usahatani Kelapa

Lebih terperinci

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Dr. Henry Barus Konsultan UN-REDD untuk Optimalisasi Multiple Benefit REDD+ Disusun Berdasarkan Pengalaman dan Evaluasi

Lebih terperinci

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan

H. Teori Perubahan 19.0 Teori Perubahan Merupakan sesuatu yang kritis untuk memiliki ide yang jelas bagaimana kampanye Pride kita akan menciptakan yang bertahan lama untuk konservasi keanekaragaman hayati. Salah satu cara untuk melakukan hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III.1. Jenis penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Ruang lingkup wilayah atau lokasi penelitian ini adalah Desa Cintaasih yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil

Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SUPLEMEN PEDOMAN E-KKP3K Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Panduan Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 266 /Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten

III. METODOLOGI PENELITIAN. pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Tapung Hulu, dan Tapung Hilir. Lokasi ini secara sengaja dipilih dengan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena Experience

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi dalam penelitian ini adalah SMP Negeri 30 Bandung. Pengambilan lokasi ini diambil dengan pertimbangan di sekolah

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM HELMI SURYA 24006305 PARTISIPASI Proses di mana berbagai stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol atas berbagai inisiatif pembangunan Proses dengan pendekatan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' '

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' ' 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Pasi, tepatnya di Desa Bontolebang, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan dengan fokus pada proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan bakau merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dibeberapa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PENGEMBANGAN FRAMEWORK KAJIAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGANTISIPASI BENCANA ALAM TIM PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA Jakarta, Juni 6 LATAR BELAKANG Indonesia rentan terhadap bencana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap penelitian tidak akan pernah lepas dari objek yang ditelitinya, karena objek penelitian merupakan fakta atau kenyataan dimana masalah yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BERKARYA. ilmiah. Pengamatan dihasilkan dari kerja sama penglihatan dan presepsi,

BAB III METODOLOGI BERKARYA. ilmiah. Pengamatan dihasilkan dari kerja sama penglihatan dan presepsi, 1 BAB III METODOLOGI BERKARYA 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang menggunakan metode ilmiah disebut dengan penelitian ilmiah. Pengamatan dihasilkan dari kerja sama penglihatan dan presepsi, sedangkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.78/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang peniliti lakukan. Adapun metodologi penelitian pada gambar dibawah ini : Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 3.1 Tahap Perencanaan

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif.

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif. 33 BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitiatif dan kualitatif. Metode penelitian yang digunakan berupa (a) full enumeration survey, yaitu mewawancarai seluruh

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan

Lebih terperinci

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. DATA MITRA BALAI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON PERIODE 2011 S/D 2014 1. PT KHARISMA LABUAN WISATA Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan framework penyusunan laporan secara keseluruhan. Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Selain itu dibahas pula ruang lingkupnya yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

5. PIHAK-PIHAK TERKAIT

5. PIHAK-PIHAK TERKAIT 5. PIHAK-PIHAK TERKAIT 5.1 Keterkaitan Para Pihak dalam Penilaian Proses penilaian NKT pada suatu kawasan dalam pelaksanaannya melibatkan banyak pihak pada setiap tahapannya, termasuk pemerintah, unit

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu 25 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di dalam Cagar Alam Leuweung Sancang, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III, Seksi

Lebih terperinci