BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur,"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Kutu Kebul (Bemisia tabaci) pada Berbagai Stadia Hidup (telur, nimfa, imago) Jumlah Telur Hasil anava pada lampiran1.1 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap jumlah telur. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel ( 56,153 > 1,65) pada taraf nilai signifikansi (p) < α (0,000 < 0,05). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan (DMRT) 5% berikut ini. Tabel 4.1 Jumlah telur kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah telur Notasi Malabar/Anjasmoro a Malabar/Anjasmoro ,5 a Malabar/Anjasmoro b Kaba/ 23 b L.Jateng/Sinabung ,5 bc 23,5 bc 23,5 bc Malabar/Sinabung bc Argomulyo/Sinabung ,5 cd 25,5 cd 25,5 cd Sinabung/L.Jateng ,5 d Sinabung/Malabar de Sinabung/Malabar ef Sinabung/L.Jateng ef Anjasmoro/Malabar ,5 fg Sinabung/Anjasmoro fgh Anjasmoro/Malabar ,5 fgh 37

2 38 Lanjutan tabel 4.1 Jumlah telur kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah telur Notasi Argomulyo/Anjasmoro ,5 fgh Argomulyo/Sinabung ,5 fgh Sinabung/L.Jateng fgh Anjasmoro 31,5 gh Sinabung/L.Jateng h L. Jateng/Sinabung ,5 i L.Jateng/Sinabung ,5 i L. Jateng/Sinabung ,5 i L. Jateng/Sinabung i L.Jateng/Sinabung i L. Jateng/Sinabung i G 100 H/9305/IAC i G 100 H/9305/IAC i Burangrang 35,5 i L. Jateng/Sinabung ,5 i L. Jateng/Sinabung ,5 i L.Jateng/Sinabung ,5 i L. Jateng/Sinabung ,5 i Baluran 35,5 i G 100 H/9305/IAC ,5 i L.Jateng/Sinabung i L. Jateng/Sinabung i L.Jateng/Sinabung i L.Jateng/ Sinabung ,5 i Malabar/Sinabung i Wilis 37 i Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rerata jumlah telur paling banyak adalah pada perlakuan Wilis yaitu sebesar 37, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan L. Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung ), L. Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung-1047, L. Jateng/Sinabung , G 100 H/9305/IAC-100, G 100 H/9305/IAC-100, Burangrang, L. Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung , L.

3 39 Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung1036-1, Baluran, G 100H/9305/IAC- 100, L. Jateng/Sinabung-972, L. Jateng/Sinabung , L. Jateng/Sinabung ), L. Jateng/ Sinabung dan Malabar/Sinabung Sedangkan rerata jumlah telur paling kecil adalah pada perlakuan Malabar/Anjasmoro sebesar, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan Malabar/Anjasmoro Jumlah Nimfa Hasil anava pada lampiran 1.2 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap jumlah Nimfa. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel ( 179,910 > 1,65 ) atau nilai signifikansi (p) < α (0,000 < 0,05). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan (DMRT) 5% berikut ini. Tabel 4.2 Jumlah nimfa kutu kebul (B. tabaci) pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah nimfa Notasi Kaba/ 29,5 a Argomulyo/Anjasmoro ,5 b L.Jateng/Sinabung c Malabar/Sinabung c 47 d 47 d 47,5 d 48,5 d Argomulyo/Sinabung e Malabar/Anjasmoro ,5 e Argomulyo/Sinabung f Sinabung/L.Jateng fg Anjasmoro/Malabar fgh Sinabung/Anjasmoro fgh Sinabung/L.Jateng fgh Anjasmoro/Malabar ,5 fghi Malabar/Anjasmoro ,5 fghi

4 40 Lanjutan tabel 4.2 Jumlah nimfa kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah nimfa Notasi Malabar/Anjasmoro ghij Sinabung/L.Jateng ,5 ghijk Sinabung/Malabar hijk Anjasmoro 60 ijk Sinabung/L.Jateng ,5 jk Sinabung/Malabar k G 100 H/9305/IAC ,5 l Wilis 66,5 lm L. Jateng/Sinabung ,5 lmn L. Jateng/Sinabung ,5 lmn L.Jateng/Sinabung ,5 lmn L. Jateng/Sinabung ,5 lmn L. Jateng/Sinabung lmno Baluran 68 lmno L. Jateng/Sinabung ,5 mno L.Jateng/Sinabung ,5 mno G 100 H/9305/IAC mno Malabar/Sinabung ,5 nop L.Jateng/Sinabung ,5 nop L. Jateng/Sinabung ,5 nop L.Jateng/Sinabung nopq L.Jateng/Sinabung ,5 opqr L. Jateng/Sinabung ,5 opqr G 100 H/9305/IAC ,5 opqr Burangrang 72 pqr L. Jateng/Sinabung ,5 qr L.Jateng/ Sinabung r Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata jumlah Nimfa paling banyak adalah pada perlakuan L. Jateng/ Sinabung yaitu sebesar 73, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan L.Jateng/Sinabung-972, L. Jateng/Sinabung , 37 G 100 H/9305/IAC-100, Burangrang dan L. Jateng/Sinabung Sedangkan

5 41 rerata jumlah Nimfa paling kecil adalah pada perlakuan Kaba/ IAC-100/ Burangrang sebesar 29% Jumlah Pupa Hasil anava pada lampiran 1.3 di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap jumlah pupa. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel (22,544 > 1,65) atau nilai signifikansi (p) < α (0,000 < 0,05). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh dari beberapa galur yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan (DMRT) 5% berikut ini. Tabel 4.3 Jumlah pupa kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah pupa Notasi Argomulyo/Anjasmoro a Kaba/ 11 a 11 a Malabar/Anjasmoro ,5 a L.Jateng/Sinabung ,5 a 11,5 a 11,5 a 12 ab Malabar/Sinabung ,5 abc Malabar/Anjasmoro bcd Anjasmoro/Malabar ,5 cde Sinabung/Anjasmoro ,5 cde Sinabung/Malabar ,5 cde Sinabung/Malabar de Sinabung/L.Jateng de Sinabung/L.Jateng de Anjasmoro 15,5 def Sinabung/L.Jateng defg Sinabung/L.Jateng defg Argomulyo/Sinabung ,5 efgh L. Jateng/Sinabung ,5 fghi L. Jateng/Sinabung ,5 fghi

6 42 Lanjutan tabel 4.3 Jumlah pupa kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah pupa Notasi L.Jateng/Sinabung ,5 Fghi L. Jateng/Sinabung ,5 Fghi G 100 H/9305/IAC ,5 Fghi G 100 H/9305/IAC ,5 Fghi Burangrang 18 Ghij L.Jateng/Sinabung Ghij L.Jateng/Sinabung ghij Malabar/Sinabung ,5 hij L.Jateng/Sinabung ,5 hij Wilis 18,5 hij L. Jateng/Sinabung ,5 hij L.Jateng/Sinabung ,5 hij L. Jateng/Sinabung ,5 hij G 100 H/9305/IAC ,5 hij L. Jateng/Sinabung ij L.Jateng/ Sinabung ,5 ij L. Jateng/Sinabung ,5 ij L. Jateng/Sinabung ,5 ij Baluran 19,5 ij Argomulyo/Sinabung j Malabar/Anjasmoro ,5 k Anjasmoro/Malabar k Tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa rerata jumlah pupa paling banyak adalah pada galur Anjasmoro/Malabar-18-5 yaitu sebesar L. Jateng/Sinabung , namun tidak berbeda nyata dengan galur Malabar/Anjasmoro Sedangkan rerata jumlah imago paling kecil adalah pada galur Argomulyo/Anjasmoro230-2, namun tidak berbeda nyata dengan galur Kaba/,, Malabar/Anjasmoro-154-3, L.Jateng/Sinabung ,,, IAC- 100/ Burangrang dan Malabar/Sinabung

7 Jumlah Imago Hasil anava pada lampiran 1.4 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang nyata terhadap jumlah imago. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung > F tabel ( 21,828 > 1,65 ) atau nilai signifikansi (p) < α (0,000 < 0,05). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh dari beberapa perlakuan yang diberikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan (DMRT) 5% berikut ini. Tabel 4.4 Jumlah imago kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah imago Notasi Kaba/ 5,5 a 5,5 a 6 ab 6,5 abc 7 abcd Sinabung/L.Jateng ,5 bcde Sinabung/L.Jateng cdef Sinabung/Anjasmoro ,5 defg Malabar/Sinabung ,5 defg L.Jateng/Sinabung ,5 defg Sinabung/Malabar efgh Argomulyo/Anjasmoro ,5 fghi Sinabung/Malabar ,5 fghi Argomulyo/Sinabung ,5 fghi Sinabung/L.Jateng ghij Anjasmoro 10 ghij Sinabung/L.Jateng ,5 hijk L.Jateng/Sinabung ,5 hijk L. Jateng/Sinabung ,5 hijk Malabar/Anjasmoro ijkl Malabar/Sinabung ijkl L. Jateng/Sinabung ijkl L. Jateng/Sinabung ijkl L. Jateng/Sinabung ijkl L.Jateng/Sinabung ijkl L. Jateng/Sinabung ijkl L.Jateng/Sinabung ijkl Baluran 11 ijkl

8 44 Lanjutan tabel 4.4 Jumlah imago kutu kebul pada berbagai jenis kedelai Nama galur Rerata jumlah imago Notasi L.Jateng/ Sinabung ,5 jklm Burangrang 11,5 jklm L. Jateng/Sinabung ,5 jklm L.Jateng/Sinabung ,5 jklm L. Jateng/Sinabung ,5 jklm G 100 H/9305/IAC ,5 jklm G 100 H/9305/IAC ,5 jklm G 100 H/9305/IAC ,5 jklm Malabar/Anjasmoro klm Wilis 12 klm L.Jateng/Sinabung klm Anjasmoro/Malabar ,5 lm L. Jateng/Sinabung m Anjasmoro/Malabar ,5 n Malabar/Anjasmoro ,5 n Argomulyo/Sinabung o Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rerata jumlah imago paling banyak adalah pada perlakuan Argomulyo/Sinabung yaitu sebesar 18%. Sedangkan rerata jumlah imago paling kecil adalah pada perlakuan Kaba/ 5%, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan, IAC- 100/ Burangrang, dan. Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa rerata persentase jumlah telur, nimfa, pupa dan imago kutu kebul berbeda-beda. Hal ini dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, dan tanaman inangnya. Tanaman dipilih atau tidak oleh serangga sebagai tanaman inangnya disebabkan oleh sifat-sifat tanaman itu sendiri apakah disukai atau tidak disukai sebagai tempat hinggap atau tempat bertelur. Ada juga faktor yang lain seperti luas daun yang besar diikuti dengan kerapatan

9 45 trikoma yang tinggi atau bulu yang rapat, maka akan dapat mengganggu aktivitas kutu kebul, sehingga laju pertumbuhannya akan terhambat. Talekar dan Chen (dalam Sodiq, 2009) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara serangan hama dengan jumlah bulu (trichome) pada permukaan daun, luas daun, kandungan cairan pada daun dan diameter batang. Di samping itu jumlah bulu pada daun mempengaruhi populasi telur yang diletakkan, semakin jarang atau sedikit trikoma, maka populasi telur semakin tinggi (Marwoto, 1983). Dalam penelitian Suharsono (2006) Antixenosis Morfologis Salah Satu Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Pemakan Polong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan kedelai terhadap hama pengisap polong Riptortus linearis dipengaruhi oleh ketebalan kulit polong dan kerapatan trikoma. Trikoma yang rapat dan panjang mengurangi banyaknya luka tusukan stilet pengisap polong. Banyaknya luka tusukan stilet pada biji galur-galur IAC-100, dan IAC dengan kerapatan trikoma 15 20/mm2 sejumlah 3 6 luka tusukan lebih rendah daripada luka tusukan stilet pada varietas Wilis yang mempunyai kerapatan trikoma 5 11/ mm2 menderita luka tusukan stilet lebih tinggi, yaitu luka tusukan. Selain itu karakter trikoma tersebut juga berpengaruh terhadap preferensi peneluran hama penggerek polong Etiella zinckenella.

10 Hubungan Antar Populasi Telur, Nimfa, Pupa dan Imago Hubungan antara Jumlah Telur dengan Nimfa r = 0, 786 sig = 0,000 Gambar 4.1 hubungan antara jumlah telur dan nimfa Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.1) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,786.

11 Hubungan Antara Jumlah Telur dengan Pupa r = 0,574 sig = 0,000 Gambar 4.2 Hubungan Antara Jumlah Telur dengan Pupa Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.2) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0, Hubungan Antara Jumlah Telur dengan Imago r = 0,247 sig = 0,000 Gambar 4.3 Hubungan Antara Jumlah Telur dengan Imago

12 48 Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.3) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,020 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0, Hubungan Antara Jumlah Nimfa dengan Pupa r = 0,686 sig = 0,000 Gambar 4.4 Hubungan Antara Jumlah Nimfa dengan Pupa Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.4) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,686.

13 Hubungan antara jumlah nimfa dengan imago r = 0,461 sig = 0,000 Gambar 4.5 Hubungan Antara Jumlah Nimfa dengan Imago Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.5) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0, Hubungan antara jumlah pupa dengan imago r = 0,680 sig = 0,000 Gambar 4.6 Hubungan Antara Jumlah Pupa dengan Imago

14 50 Berdasarkan hasil analisis korelasi (Gambar 4.6) dapat diketahui bahwa didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Besar keeratan hubungan antara kedua variabel tersebut adalah sebesar 0,680. Dari hasil analisis korelasi diatas dapat dsimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah telur, nimfa, pupa dan imago yang cukup erat. Jika jumlah telur banyak maka jumlah nimfa juga banyak. Dalam penelitian Suharsono (2006) Antixenosis Morfologis Salah Satu Faktor Ketahanan Kedelai Terhadap Hama Pemakan Polong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara karakteristik trikoma polong dengan peneluran hama penggerek polong Etiella zinckenella menunjukkan bahwa peletakan telur dipengaruhi oleh adanya trikoma. Pada varietas Wilis dengan kerapatan trikoma 5 11/ mm2, jumlah telur penggerek polong yang diletakkan/ tanaman mencapai 98,3 butir, sedangkan pada galur IAC-100 dan IAC dengan kerapatan trikoma 15 20/mm2 telur yang diletakkan berkisar antara 3 5 telur/tanaman. 4.3 Hubungan Jumlah Kutu Kebul (B. tabaci) dengan Intensitas Serangan Hasil regresi linier dan koefisien korelasi (Gambar 4.7) didapatkan bahwa kenaikan jumlah telur berpengaruh terhadap intensitas serangan dengan persamaan regresi Y= 1, ,67 dan koefisien korelasi r = 0, 294

15 Intensitas Serangan Intensitas Serangan ,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 y = 1,0473x + 35,678 R² = 0, Jumlah Telur Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kerusakan Daun dengan Jumlah Telur Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara populasi jumlah telur dengan intensitas serangan menunjukkan korelasi keeratan lemah r = 29%. 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 y = 0,6658x + 27,851 R² = 0, Jumlah Nimfa Gambar 4.8 Grafik Hubungan Kerusakan Daun dengan Jumlah Nimfa Hasil regresi linier dan koefisien korelasi (Gambar 4.8) didapatkan bahwa kenaikan jumlah nimfa berpengaruh terhadap intensitas serangan dengan persamaan regresi Y= 0, , 851 dan koefisien korelasi r = 0, Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara populasi jumlah nimfa dengan intensitas serangan menunjukkan korelasi keeratan lemah r = 40%.

16 Intensitas Serangan Intensitas Serangan ,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 y = 1,8577x + 37,544 R² = 0, Jumlah Pupa Gambar 4.9 Grafik Hubungan Kerusakan Daun Dengan Jumlah Pupa Hasil regresi linier dan koefisien korelasi (Gambar 4.9) didapatkan bahwa kenaikan jumlah pupa berpengaruh terhadap intensitas serangan dengan persamaan regresi Y= 1, ,5544 dan koefisien korelasi r = 0, Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara populasi jumlah pupa dengan intensitas serangan menunjukkan korelasi keeratan lemah r = 27%. 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 y = 2,7492x + 39,284 R² = 0, Jumlah Imago Gambar 4.10 Grafik Hubungan Antara Kerusakan Daun dengan Jumlah Imago

17 53 Hasil regresi linier dan koefisien korelasi (Gambar 4.10) didapatkan bahwa kenaikan jumlah imago berpengaruh terhadap intensitas serangan dengan persamaan regresi Y= 2, ,284 dan koefisien korelasi r = 0, Hasil analisis regresi dan korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara populasi kutu kebul dengan intensitas serangan menunjukkan korelasi keeratan kuat r = 41%. Berdasarkan data-data grafik hubungan antara tingkat kerusakan daun dengan jumlah butir kutu kebul di atas, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang cukup signifikan antara intensitas kerusakan daun pada galur kedelai terhadap serangan kutu kebul sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kerusakan daun pada galur kedelai (Glycine max L.) dipengaruhi oleh intensitas serangan kutu kebul (B. tabaci G.) pada galur kedelai. 4.4 Tingkat Kepakaan atau Kerentanan Berdasarkan Stadia kutu kebul (B. tabaci) Kategori kepekaan berdasarkan jumlah telur Berdasarkan data perhitungan intensitas kerusakan daun dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan daun pada beberapa galur kedelai dapat dikategorikan sebagai berikut tahan sebanyak 2 galur, sebanyak 6 galur, Agak tahan sebanyak 12 galur, sebanyak 21 galur dan rentan sebanyak 3 galur. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.11 di bawah ini.

18 Frekuensi banyaknya galur ST T AT R SR Kategori kepekaan daun Gambar 4.11 Diagram Jumlah Galur Kedelai pada beberapa Kelompok Kategori Kepekaan menurut jumlah telur Keterangan: ST = (<X-2SD) R = (X s/d X+2SD) T = (X-SD s/d X-2SD) SR = (>X+2SD) AT = Agak (X s/d X-SD) Hasil penelitian menúnjukkan bahwa beberapa galur kedelai memiliki kriteria ketahnan yang berbeda terhadap hama, berdasarkan intensitas kerusakan daunya kategori kepekaan tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap telur Nama Galur Anjasmoro/Malabar-8-3 Anjasmoro/Malabar-18-5 Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Argomulyo/Anjasmoro Sinabung/Anjasmoro Sinabung/Malabar Sinabung/Malabar Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng (Toleran) Kriteria Ketahanan Agak (Peka)

19 55 Sinabung/L. Jateng Lanjutan tabel 4.5 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap telur Anjasmoro Nama Galur Sinabung/L. Jateng Argomulyo/Sinabung Argomulyo/Sinabung Kriteria Ketahanan Agak (Toleran) (Peka) Malabar/Sinabung Malabar/Sinabung L. Jateng/Sinabung-972 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Burangrang Wilis L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung-1047 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Baluran G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 Kaba/

20 Frekuensi banyaknya galur Kategori kepekaan berdasarkan jumlah nimfa Berdasarkan data perhitungan intensitas kerusakan daun dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan daun pada beberapa galur kedelai dapat dikategorikan sebagai berikut ST (2), T (6), AT (13), R (20) dan SR (3). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.12 di bawah ini ST T AT R SR Kategori kepekaan daun Gambar 4.12 Diagram Jumlah Galur Kedelai pada beberapa Kelompok Kategori Kepekaan menurut jumlah nimfa Keterangan: ST = (<X-2SD) R = (X s/d X+2SD) T = (X-SD s/d X-2SD) SR = (>X+2SD) AT = Agak (X s/d X-SD) Hasil penelitian menúnjukkan bahwa beberapa galur kedelai memiliki kriteria ketahnan yang berbeda terhadap hama, berdasarkan intensitas kerusakan daunya kategori kepekaan tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel 4.6

21 57 Tabel 4.6 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap nimfa Nama Galur (Toleran) Kriteria Ketahanan Agak (Peka) Anjasmoro/Malabar-8-3 Anjasmoro/Malabar-18-5 Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Argomulyo/Anjasmoro Sinabung/Anjasmoro Sinabung/Malabar Sinabung/Malabar Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng Anjasmoro Sinabung/L. Jateng Argomulyo/Sinabung Argomulyo/Sinabung Malabar/Sinabung Malabar/Sinabung L. Jateng/Sinabung-972 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Burangrang Wilis L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung

22 Frekuensi banyaknya galur 58 Lanjutan tabel 4.6 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap nimfa Kriteria Ketahanan Nama Galur (Toleran) Agak (Peka) L. Jateng/Sinabung-1047 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Baluran G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 Kaba/ Kategori kepekaan berdasarkan jumlah pupa Berdasarkan data perhitungan intensitas kerusakan daun dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan daun pada beberapa galur kedelai dapat dikategorikan sebagai berikut ST (0), T (9), AT (10), R (22) dan SR (3). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.13 di bawah ini ST T AT R SR Kategori kepekaan daun Gambar 4.13 Diagram Jumlah Galur Kedelai pada beberapa Kelompok Kategori Kepekaan menurut jumlah pupa

23 59 Keterangan: ST = (<X-2SD) R = (X s/d X+2SD) T = (X-SD s/d X-2SD) SR = (>X+2SD) AT = Agak (X s/d X-SD) Hasil penelitian menúnjukkan bahwa beberapa galur kedelai memiliki kriteria ketahnan yang berbeda terhadap hama, berdasarkan intensitas kerusakan daunya kategori kepekaan tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap pupa Nama Galur Anjasmoro/Malabar-8-3 Anjasmoro/Malabar-18-5 Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Argomulyo/Anjasmoro Sinabung/Anjasmoro Sinabung/Malabar Sinabung/Malabar Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng Anjasmoro Sinabung/L. Jateng Argomulyo/Sinabung (Toleran) Kriteria Ketahanan Agak (Peka) Argomulyo/Sinabung Malabar/Sinabung Malabar/Sinabung L. Jateng/Sinabung-972 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Burangrang Wilis

24 60 Lanjutan tabel 4.7 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap pupa Kriteria Ketahanan Nama Galur (Toleran) Agak (Peka) L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung-1047 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Baluran G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 Kaba/ Kategori kepekaan berdasarkan jumlah imago Berdasarkan data perhitungan intensitas kerusakan daun dapat diketahui bahwa tingkat kerusakan daun pada beberapa galur kedelai dapat dikategorikan sebagai berikut ST (2), T (5), AT (9), R (24) dan SR (4). Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.14 di bawah ini.

25 Frekuensi banyaknya galur ST T AT R SR Kategori kepekaan daun Gambar 4.14 Diagram Jumlah Galur Kedelai pada beberapa Kelompok Kategori Kepekaan menurut jumlah imago Keterangan: ST = (<X-2SD) R = (X s/d X+2SD) T = (X-SD s/d X-2SD) SR = (>X+2SD) AT = Agak (X s/d X-SD) Hasil penelitian menúnjukkan bahwa beberapa galur kedelai memiliki kriteria ketahnan yang berbeda terhadap hama, berdasarkan intensitas kerusakan daunya kategori kepekaan tanaman kedelai dapat dilihat pada tabel 4.8 Tabel 4.8 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap imago Nama Galur Anjasmoro/Malabar-8-3 Anjasmoro/Malabar-18-5 Malabar/Anjasmoro Malabar/Anjasmoro Argomulyo/Anjasmoro Argomulyo/Anjasmoro Sinabung/Anjasmoro Sinabung/Malabar Sinabung/Malabar Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng Sinabung/L. Jateng (Toleran) Kriteria Ketahanan Agak (Peka)

26 62 Lanjutan tabel 4.8 Kategori Ketahanan 44 Galur Kedelai terhadap imago Anjasmoro Nama Galur Sinabung/L. Jateng Argomulyo/Sinabung (Toleran) Kriteria Ketahanan Agak (Peka) Argomulyo/Sinabung Malabar/Sinabung Malabar/Sinabung L. Jateng/Sinabung-972 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Burangrang Wilis L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung-1047 L. Jateng/Sinabung L. Jateng/Sinabung Baluran G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 G 100 H/9305/IAC-100 Kaba/

27 63 Berdasarkan hasil pengamatan (30 HST), 44 galur kedelai menunjukkan respon ketahanan yang berbeda yaitu dari tahan (toleran) menjadi rentan (peka) atau sebaliknya dari rentan (peka) menjadi (toleran). Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, menurut Painter (dalam untung, 2006) membagi mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga hama ke dalam 3 bentuk, yaitu: (1) Ketidaksukaan (non preferences) yang kemudian oleh Kogan dan Ortman (1978), istilah tersebut diganti dengan antixenotis atau menolak kehadiran serangga pada tanaman, (2) Antibiotis yaitu semua pengaruh fisiologis pada serangga yang merugikan dan bersifat sementara atau yang tetap, yang merupakan akibat dari serangga yang makan dan mencerna jaringan atau cairan tanaman tertentu, (3) Toleran yang merupakan respon tanaman terhadap serangga Menurut Untung (2006) begitu serangga menemukan inangnya, rangsangan tanaman jarak pendek yang mendorong serangga menjadi menetap pada tanaman tersebut dan mencoba mencicipi ada tidaknya zat racun dijaringan tanaman sehingga dapat menentukan apakah tanaman tersebut cocok sebagai pakan dan perkembangbiakan serangga itu. Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama, adalah: kekuatan tanaman secara umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya (Samsudin, 2008). Menurut Oka (2005) toleransi suatu varietas tanaman juga mungkin ada hubunganya dengan kadar auksin bebas di

28 64 dalam tanaman itu. Kadar air tanah besar pengaruhnya dalam toleransi, khususnya terhadap serangga penghisap. 4.5 Hikmah Penciptaan Kutu Kebul Dalam firman Allah surat Al- A raf ayat 133 menjelaslkan bahwa Allah menurunkan azab yang lebih dahsyat kepada mereka berupa topan yang melanda rumah dan pohon-pohonan, sesudah itu datang pula hama belalang, kutu, katak yang merusak kebun dan sawah-sawah mereka, kemudian membinasakan tanamtanaman mereka. Kutu kebul (B. tabaci) adalah serangga hama yang dapat menyebabkan kerusakan langsung pada tanaman dan sebagai media penular (vektor) penyakit tanaman (Natawigera, 1990). Peranan kutu kebul dalam pertanian adalah sebagai hama polifag yang menyerang berbagai jenis tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar dan merupakan vektor utama penyakit tanaman. Meskipun kutu kebul dikatakan sebagai perusak akan tetapi di sisi lain juga bermanfaat dalam ranah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keseimbangan alam firman Allah dalam surat Al- Mulk ayat 3-4 yang berbunyi: Artinya: Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

29 65 Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan seimbang. Kutu kebul yang merupakan hama tanaman akan tetapi dapat juga berperan dalam keseimbangan alam. Dalam rantai makanan kutu kebul menempati urutan konsumen I. Ini artinya kutu kebul memperoleh makanan langsung dari produsen yaitu tanaman kedelai, kemudian konsumen I akan dimakan oleh konsumen II yaitu kumbang koksi Rodolia cardinalis dan seterusnya. Jika kutu kebul tidak ada maka rantai makanan tersebut akan terputus, dengan adanya kutu kebul kumbang koksi Rodolia cardinalis akan terjaga kelestariannya dan terkendali perkembangannya. Maka dapat disimpulkan bahwa allah tidak menciptakan semuanya ini dengan sia-sia, tetapi dengan penuh kebenaran. Seperti firman Allah dalam (Q.S. Ali- Imron: 191). Artinya:...Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (Q.S. Ali- Imron: 191) Peranan kutu kebul yang merugikan bagi pertanian ini ternyata bermanfaat juga dalam ranah ilmu pengetahuan. Dengan adanya kerugian yang disebabkan oleh kutu kebul membuat para ilmuwan meneliti tentang kehidupan kutu kebul. Hal ini dapat menjadi referensi dalam dunia pendidikan, misalnya terciptanya obat anti hama yang dapat membantu dalam bidang pertanian. Dalam lapangan ekonomi manusia yaitu adanya usaha menciptakan obat anti hama yang bisa diproduksi. jika obat itu dijual maka akan mendatangkan keuntungan sehingga dapat memberikan pemasukan.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh galur kedelai terhadap jumlah kutu kebul pada berbagai stadia hidup (nimfa,

Lebih terperinci

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets

Post Hoc Tests Homogeneous Subsets 74 LAMPIRA Lampiran I Hasil Perhitungan Analisis Statistik SPSS Pengaruh Perbedaan Jenis Kedelai (Glycine max L.) terhadap Kutu kebul (B. tabaci) 1.1 Berdasarkan Jumlah Telur Jumlah_Telur Between Groups

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui tingkat kerusakan daun oleh serangan ulat grayak (S. litura F.) dan penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakter Morfologi Polong Kedelai 4.1.1 Panjang Trikoma Trikoma sebagai salah satu karakter morfologi polong kedelai, dapat ditentukan oleh panjang trikoma. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena di dalam Al Qur an telah dijelaskan proses penciptaan alam semesta termasuk makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting, yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di dalam Al-Qur an

Lebih terperinci

Deskripsi kedelai varietas Burangrang

Deskripsi kedelai varietas Burangrang 66 Lampiran 1. Deskripsi kedelai varietas Burangrang Nomor galur : C1-I-2-/KPR-3 Asal : Segregat silang alam, diambil dari tanaman petani di jember : Kuning : Hijau tua kekuningan : 60-70 cm Bentuk daun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui tingkat ketahanan galur dan varietas kedelai (G. max L.) berdasarkan karakter morfologi

Lebih terperinci

KETAHANAN GALUR KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) BERDASARKAN KARAKTERISTIK TRIKOMA

KETAHANAN GALUR KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) BERDASARKAN KARAKTERISTIK TRIKOMA Ketahanan Galur Kedelai (Glycine max L.) (7-14) El-Hayah Vol. 2, No.1 September 2011 KETAHANAN GALUR KEDELAI (Glycine max L.) TERHADAP SERANGAN ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) BERDASARKAN KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda 4.1.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata

HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan pemangsaan Menochilus sexmaculatus dan Micraspis lineata Kemampuan pemangsaan diketahui dari jumlah mangsa yang dikonsumsi oleh predator. Jumlah mangsa yang dikonsumsi M.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

SELEKSI KETAHANAN GALUR

SELEKSI KETAHANAN GALUR SELEKSI KETAHANAN GALUR DAN VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI POLONG SEBAGAI PENGENDALI HAMA PENGISAP POLONG (Riptortus linearis F.) Qurrota A yun Jurusan Biologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbanyakan tanaman cabai secara in vitro dapat dilakukan melalui organogenesis ataupun embriogenesis. Perbanyakan in vitro melalui organogenesis dilakukan dalam media MS dengan penambahan

Lebih terperinci

Uji Hedonik. Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini.

Uji Hedonik. Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini. 53 Lampiran 1. Formulir Pengujian Hedonik Uji Hedonik Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Jenis Contoh : Sosis Sapi Instruksi : Nyatakan skor penilaian anda pada kolom di bawah ini. Karakteristik 495 324

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 28 HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Metode Pengusangan Cepat Benih Kedelai dengan MPC IPB 77-1 MM Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan metode pengusangan cepat benih kedelai menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

Hama Kedelai dan Kacang Hijau

Hama Kedelai dan Kacang Hijau Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting bagi penduduk Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa kedelai merupakan sumber

Lebih terperinci

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci)

DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci) DAYA HASIL GALUR-GALUR KEDELAI TOLERAN KUTU KEBUL (Bemisia tabaci) Apri Sulistyo dan Novita Nugrahaeni Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66, Malang 65101

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebaran Jumlah Telur S. manilae Per Larva Inang Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata jumlah inang yang terparasit lebih dari 50%. Pada setiap perlakuan inang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean

PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI. Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean PERKEMBANGAN SPODOPTERA LITURA F. (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) PADA KEDELAI Portrayals of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) In Soybean Hendrival, Latifah, dan Rega Hayu Program Studi Agroekoteknologi,

Lebih terperinci

KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI

KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI KELIMPAHAN POPULASI KUTU KEBUL PADA GENOTIPE KEDELAI Kurnia Paramita Sari, Suharsono, dan A. Kasno Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 e-mail:

Lebih terperinci

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.)

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula L.) Kurnia Nur Oktaviani 1), Ismanto 2) dan Dodin Koswanudin 3) 1),2) Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Pakuan, Jl.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi Peletakan Telur Kepik Coklat pada Gulma Hasil analisis varians menunjukkan bahwa umur tanaman kedelai tidak berpengaruh nyata terhadap distribusi peletakan telur,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aplikasi Insektisida terhadap Populasi WBC dan Musuh Alaminya di Lapangan Nilaparvata lugens Populasi wereng batang cokelat (WBC) selama penelitian dipengaruhi oleh interaksi antara

Lebih terperinci

Identifikasi Sumber Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Kedelai untuk Ulat Grayak Spodoptera litura F.

Identifikasi Sumber Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Kedelai untuk Ulat Grayak Spodoptera litura F. Identifikasi Sumber Ketahanan Aksesi Plasma Nutfah Kedelai untuk Ulat Grayak Spodoptera litura F. Suharsono 1 dan M. Muchlish Adie 2 1 Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, PO Box 66

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung. Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah masam Lampung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung. Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah masam Lampung BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung Hasil analisis kimia tanah masam Lampung dapat ditunjukkan dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar

I. PENDAHULUAN. Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan seperti kecap, tahu, dan tempe. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati

Lebih terperinci

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5 III. KEDELAI Rerata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,3 juta. Namun demikian, tampaknya produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik. Produksi kedelai dalam negeri

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG

KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI TERHADAP ULAT GRAYAK DAN PENGGEREK POLONG Abdul Rahman dan Abdul Fattah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan; Jl. Perintis Kemerdekaan km 17,5

Lebih terperinci

ANTIXENOSIS MORFOLOGIS SALAH SATU FAKTOR KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA PEMAKAN POLONG

ANTIXENOSIS MORFOLOGIS SALAH SATU FAKTOR KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA PEMAKAN POLONG SUHARSONO: ANTIXENOSIS MORFOLOGIS SEBAGAI FAKTOR KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA POLONG ANTIXENOSIS MORFOLOGIS SALAH SATU FAKTOR KETAHANAN KEDELAI TERHADAP HAMA PEMAKAN POLONG Suharsono 1) ABSTRAK Antixenosis,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi Bahan Tumbuhan Sumber Insektisida Nabati Hasil ekstraksi menggunakan metode maserasi yang terbanyak diperoleh dari biji S. mahagoni, diikuti daun T. vogelii, biji A.

Lebih terperinci

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian AgroinovasI Dering 1 Varietas Unggul Baru Kedelai Toleran Kekeringan Agroekosistem utama produksi kedelai di Indonesia adalah lahan sawah. Peluang terbesar penanaman kedelai di lahan sawah jatuh pada musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Per Musim Pertama Tinggi Tanaman Tinggi untuk musim pertama terbagi menjadi dua kategori berdasarkan kriteria Deptan (2007) yaitu tinggi (>68 86 cm) untuk Tanggamus, KH 71, Wilis,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

KARAKTER AGRONOMIS DAN KETAHANAN GENOTIPE KEDELAI TOLERAN NAUNGAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG

KARAKTER AGRONOMIS DAN KETAHANAN GENOTIPE KEDELAI TOLERAN NAUNGAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG KARAKTER AGRONOMIS DAN KETAHANAN GENOTIPE KEDELAI TOLERAN NAUNGAN TERHADAP HAMA PENGISAP POLONG Sutrisno dan Kurnia Paramita Sari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak. KM

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa faktor interaksi antara konsentrasi kolkhisin 0%, 0,05%, 0,10%, 0,15% dan lama perendaman kolkhisin 0 jam, 24 jam,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai Hasil pengamatan morfologi pada beberapa varietas kedelai yang selanjutnya diuji

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan 1. Penapisan Galur Padi terhadap Cekaman Besi secara Hidroponik Perlakuan cekaman 750 ppm Fe ke dalam media larutan Yoshida konsentrasi penuh (full strength) selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-September 2010 di Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian (Balitkabi) Malang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

REAKSI GALUR HARAPAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT KARAT DAN DOWNY MILDEW

REAKSI GALUR HARAPAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT KARAT DAN DOWNY MILDEW REAKSI GALUR HARAPAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT KARAT DAN DOWNY MILDEW Sri Hardaningsih dan Muslikul Hadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian ABSTRAK Penyakit karat yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK KACANG HIJAU PERBAIKAN GENETIK Kacang hijau semakin menjadi pilihan untuk dibudi dayakan, karena secara teknis agronomis efisien terhadap air dibanding padi atau tanaman palawija lain. Masalah utama budi

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) : Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berbagai galur sorgum banyak dikembangkan saat ini mengingat sorgum memiliki banyak manfaat. Berbagai kriteria ditetapkan untuk mendapatkan varietas unggul yang diinginkan. Kriteria

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI

PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI PENGARUH USIA, LUAS PERMUKAAN, DAN BIOMASSA DAUN PADA TIGA VARIETAS KEDELAI (Glycine max (L) Merill) TERHADAP PREFERENSI OVIPOSISI Spodoptera litura, Fabricius. SKRIPSI Oleh : Resti Ika Mirlina Sari NIM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Neutrofil pada Mencit Jantan Berdasarkan Tabel 2, rata-rata persentase neutrofil ketiga perlakuan infusa A. annua L. dari hari ke-2 sampai hari ke-8 setelah infeksi cenderung lebih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Intensitas Serangan Hama Penggerek Tongkol (H. armigera Hubner) Dari hasil penelitian intensitas serangan H. armigera Hubner pada varietas Motorokiki dan Bisi-2 dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak mengizinkan berbagai halangan bisa muncul yang menyebabkan tanaman itu tidak tumbuh subur, walaupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C HASIL Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro Pertumbuhan Koloni S. rolfsii dengan Inokulum Sklerotia Pada 5 HSI diameter koloni cendawan pada semua perlakuan seduhan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap 44 PEMBAHASAN Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap Pengamatan pertumbuhan vegetatif di kebun uji Sei Dadap meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds (pelepah), panjang rachis,

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa.

3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa. 3. HASIL PENGAMATAN 3.1. Nata Komersial Hasil pengujian nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan nata yang difermentasikan menggunakan media air kelapa. Tabel 1. Nata de Coco Sampel nata Tekstur

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN PENGGEREK POLONG PADA GENOTIPE KEDELAI TOLERAN ULAT GRAYAK

TINGKAT SERANGAN PENGGEREK POLONG PADA GENOTIPE KEDELAI TOLERAN ULAT GRAYAK TINGKAT SERANGAN PENGGEREK POLONG PADA GENOTIPE KEDELAI TOLERAN ULAT GRAYAK Marida Santi Yudha Ika Bayu, Tantawizal, dan Yusmani Prayogo Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill) Kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi),

Lebih terperinci

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN

POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN POTENSI HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI SETELAH PADI KEDUA DI SULAWESI SELATAN Abd Rahman 1 dan Abdul Fattah 1)* 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung

Ulangan ANALISIS SIDIK RAGAM Sumber variasi db jk kt F hitung Lampiran 1. Analisis Tinggi Tanaman Data Tinggi Tanaman Minggu ke-14 Ulangan 1 2 3 Jumlah Purata M1 114,40 107,30 109,40 331,10 110,37 M2 110,90 106,60 108,50 326,00 108,67 M3 113,40 108,60 109,20 331,20

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI

KEPADATAN POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI KEPADATAN POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn.) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN KEDELAI Hanif Khulaifi Mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maliki Malang ABSTRAK Kedelai

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL Umi Isnatin 1, Djati Waluyo. D 2, Parjanto 2, Heru Kuswantoro 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG DEA NADIA KERJASAMA ABG DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA - IPB CV HORTITEK Pangalengan Bandung UPTD BPSBTPH PROVINSI JAWA BARAT 2008 Dalam Kerangka Horticultural Partnership

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycines max L. Merril) Menurut pengamatan para ahli, kedelai (Gycines max L. Merril) merupakan tanaman eksotik yang diperkirakan berasal dari Manshukuw (Cina) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ada satupun yang sia-sia. Sebagaimana dalam Alqur an surat Ali-Imran ayat

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ada satupun yang sia-sia. Sebagaimana dalam Alqur an surat Ali-Imran ayat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki rahasia yang harus dipelajari dan tidak ada satupun yang sia-sia. Sebagaimana dalam Alqur an surat Ali-Imran ayat

Lebih terperinci

EVALUASI PENDAHULUAN KEPEKAAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP KUTU KEBUL

EVALUASI PENDAHULUAN KEPEKAAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP KUTU KEBUL EVALUASI PENDAHULUAN KEPEKAAN GALUR-GALUR KACANG TANAH TERHADAP KUTU KEBUL Suharsono, Kurnia Paramita S, Astanto Kasno, dan Trustinah Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jalan Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dilakukan dari April Juli 2007 bertepatan dengan akhir musim hujan, yang merupakan salah satu puncak masa pembungaan (Hasnam, 2006c), sehingga waktu penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI

PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI PENGARUH INOKULASI Rhizobium japonicum TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KULTIVAR KEDELAI DI LAHAN PASIR PANTAI THE EFFECT Rhizobium japonicum INOCULATION TO GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN CULTIVARS ON THE LAND

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN. Ir. Abdul Fattah, MP, dkk. Ringkasan UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI DALAM MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI SULAWESI SELATAN Ir. Abdul Fattah, MP, dkk Ringkasan Sulawesi Selatan mempunyai potensi pengembangan kedelai yang cukup luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-Ukuran Kulit Kokon C. trifenestrata Rataan, simpangan baku, koefisien keragaman berbagai ukuran kokon panjang kokon, lingkar bagian medial kokon, lingkar ¼ bagian posterior

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kedelai (Glycine max L. Merril) Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dan rendah kolesterol dengan

Lebih terperinci

KERAGAAN AGRONOMIK GALUR-GALUR PADI SALIN UNSOED PADA LAHAN NON SALIN

KERAGAAN AGRONOMIK GALUR-GALUR PADI SALIN UNSOED PADA LAHAN NON SALIN KERAGAAN AGRONOMIK GALUR-GALUR PADI SALIN UNSOED PADA LAHAN NON SALIN Suprayogi, Dyah Susanti dan Anung Slamet Dwi Putranto Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman suprayogi2004@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung

Gambar 1. Telur R. linearis Sumber: Foto langsung TINJAUAN PUSTAKA Kepik Coklat (R.linearis Fabr.) Biologi Hama Hama ini sering dikenal dengan sebutan kepik penghisap polong kedelai karena hama ini menyerang polong kedelai. Menurut Wahyu (2010), klasifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Benih kedelai dipanen pada dua tingkat kemasakan yang berbeda yaitu tingkat kemasakan 2 dipanen berdasarkan standar masak panen pada deskripsi masing-masing varietas yang berkisar

Lebih terperinci

RESPON VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA TINGKAT KELENGASAN TANAH YANG BERBEDA

RESPON VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA TINGKAT KELENGASAN TANAH YANG BERBEDA RESPON VARIETAS KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA TINGKAT KELENGASAN TANAH YANG BERBEDA (Soy Variety Response (Glycine Max L. Merr) at a Different Level of Human Kelingan) Aminah 1, Nirwana 1, Marlyana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resistensi Tanaman Terhadap Serangan Hama Ketahanan/resistensi tanaman terhadap hama/penyakit adalah sekelompok faktor yang pada hakekatnya telah terkandung dalam tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala PENDAHULUAN Produksi kedelai nasional baru memenuhi 35-40 %, dengan luas areal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Kepadatan Mikroba dalam Seduhan Kompos Hasil pengamatan kepadatan mikroba pada seduhan kompos dengan metode pencawanan pengenceran 10-6 pada media PDA menunjukkan bahwa antara seduhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Posisi Biji Padi pada Malai Terhadap Kematangan dan Viabilitas pada Berbagai Umur Panen Berdasarkan hasil analisis varian (ANOVA) menunjukkan bahwa posisi benih

Lebih terperinci

III. KEDELAI. 8 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

III. KEDELAI. 8 Laporan Tahun 2015 Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi III. KEDELAI Upaya peningkatan produksi kedelai melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal panen ke depan akan tetap menjadi prioritas pembangunan pertanian. Hal tersebut karena produksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Keperidian WBC N. lugens Stål pada varietas tahan dan rentan Nilai keperidian imago WBC N. lugens brakhiptera dan makroptera biotipe 3 generasi induk yang dipaparkan pada perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertanaman Lokasi pemasangan perangkap likat dilakukan pada dua tempat yang berbeda di daerah Bogor. Lokasi pertama yaitu daerah Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung.

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015). IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Invigorasi Terhadap Viabilitas dan Vigor Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014):

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengisap Polong Kedelai (Riptortus linearis) Berikut adalah taksonomi pengisap polong kedelai (EOL, 2014): Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Hemiptera

Lebih terperinci

PERTANIAN KETAHANAN MORFOLOGI 16 GENOTIPE KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula Linnaeus)

PERTANIAN KETAHANAN MORFOLOGI 16 GENOTIPE KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula Linnaeus) 1 Prayoga et al., Ketahanan Morfologi 16 Genotipe Kedelai.. PERTANIAN KETAHANAN MORFOLOGI 16 GENOTIPE KEDELAI TERHADAP SERANGAN HAMA KEPIK HIJAU (Nezara viridula Linnaeus) MORPHOLOGICAL RESISTANCE OF 16

Lebih terperinci