PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL"

Transkripsi

1 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan hara N terhadap peningkatan hasil padi varietas unggul telah dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Riset Padi Babakan, University Farm IPB, Bogor, pada bulan Mei sampai bulan September Penelitian menggunakan rancangan petak terpisah dan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah 5 pengelolaan hara N yaitu dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi (pupuk dasar =Pd, anakan aktif = Aa, primordia =Pr, awal pembungaan= Ap) : N0 = tanpa pupuk N; N1 = 75 : 25 Pd, 25 Aa, 25 Pr; N2 = 100 : 25 Pd, 40 Aa, 35 Pr; N3 = 125: 25 Pd, 50 Aa, 30 Pr, 20 Ap; N4 = 150 : 25 Pd, 60 Aa, 40 Pr, 25 Ap. Sebagai anak petak adalah varietas padi yaitu Pandan Wangi, Ciherang, galur B11143, dan Maro. Hasil penelitian menunjukkan pengelolaan hara N secara nyata meningkatkan hasil. Pemupukan dosis 125 kg N/ha dapat meningkatkan hasil gabah kering giling (GKG) pada varietas Ciherang, Maro, dan B Pandan Wangi mencapai hasil GKG tertinggi pada dosis 100 kg N/ha. Terdapat korelasi positif antara kandungan dan serapan hara N dengan hasil. Varietas Maro pada pemupukan 125 kg N/ha menghasilkan nilai efisiei penyerapan (87.9%) dan efisiei agronomi (31 kg GKG/kg N) tertinggi. Kata Kunci : pengelolaan hara, nitrogen, hasil, padi varietas unggul Abstract An experiment was conducted at Babakan Experiment Station, University Farm IPB, Bogor, from May until September The objective of the experiment was to study nitrogen management to increase yield of various types of rice cultivars. A split plot design was used with three replicatio. The main plot was 5 nitrogen managements based on N rates (kg N/ha) and application times (basal dressing =Bd; active tillering = At; primordia =Pr; early heading= Eh) : N0 = no N; N1 = 75 kg/ha : 25 Bd. 25 At. 25 Pr; N2 = 100 kg/ha : 25 Bd. 40 At. 35 Pr; N3 = 125 kg/ha : 25 Bd. 50 At. 30 Pr. 20 Eh; N4 = 150 kg/ha : 25 Bd. 60 At. 40 Pr. 25 Eh. The subplot was rice varieties/lines selected from experiment II i.e. Pandan Wangi, Ciherang, B11143, and Maro. The result showed that increase in nitrogen fertilization increased yield of all varieties. In the N management study the highest yield was achieved by Ciherang, B11143, and Maro varieties at 125 kg N/ha, while Pandan Wangi at 100 kg N/ha. There was a positive correlation between yield and nitrogen absorbed and content. Maro at nitrogen fertilization 125 N/ha showed the highest absorption and agronomy efficiency (87.9% and 31 kg grain/kg N, respectively). Keywords : nutrient management, nitrogen, yield, rice cultivars

2 118 Pendahuluan Keunggulan potei hasil pada padi varietas unggul belum sepenuhnya dapat dicapai, sehingga diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan hasil aktual sesuai atau mendekati potei hasil. Pada padi, hasil biji adalah produk hasil biomas dan indeks panen. Perbaikan produksi biomas atau indeks panen atau keduanya dapat meningkatkan hasil (Wu et al. 2008). Menurut Wei et al. (2007) produksi dan akumulasi biomas tanaman secara nyata dipengaruhi oleh penyerapan dan penggunaan N dan kemampuan akumulasi biomas dari tahap pertengahan sampai akhir pertumbuhan. Pemupukan N dapat meningkatkan hasil padi varietas unggul. Pemupukan merupakan salah satu input utama dalam produksi padi. Kuantitas dan pengelolaan pupuk secara optimal yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan sangat mempengaruhi hasil. Varietas padi unggul memiliki karakter morfologi dan fisiologi yang dapat mendukung peningkatan laju fotosintesis untuk membentuk dan mengakumulasi biomas yang lebih tinggi dan mendukung ukuran sink yang besar. Dengan demikian diperlukan tahapan pemupukan dengan dosis dan waktu pemberian yang sesuai dengan keunggulan karakter tanaman, sehingga selama tahapan pertumbuhannya ketersediaan N akan sesuai dengan kebutuhan N tanaman. Menurut Buresh et al. (2006) kebutuhan pupuk N dapat diberikan secara merata dalam beberapa dosis sesuai kebutuhan tiap tahap pertumbuhan tanaman. Ini akan memperbaiki efisiei pemupukan karena berkurangnya sebagian dari pupuk yang diberikan pada tahap awal, sehingga menjamin bahwa dosis pupuk cukup untuk memenuhi kebutuhan, khususnya pada tahap kritis yaitu antara pembentukan anakan aktif sampai pembentukan malai. Hasil penelitian Xue et al. (2010) menunjukkan hasil yang lebih tinggi (meningkat 31%) pada perlakuan budidaya efisiei penggunaan N tinggi yaitu dengan mengatur kebutuhan N berdasarkan jumlah kebutuhan N untuk tanaman pada tahap kritis dibandingkan dengan budidaya tradisional (270 kg N/ha : 60% pupuk dasar, 20% 7 HST, dan 20% tahap inisiasi malai) dan sistem budidaya padi berdaya hasil super ( kg N/ha : 50% pupuk dasar, 10 % anakan aktif, 20 % inisiasi malai, 20 % berbunga).

3 119 Berdasarkan karakter fisiologi padi varietas unggul yang respoif terhadap pemupukan terutama pupuk N, diperlukan pengelolaan hara N yang mendukung kebutuhan N sesuai tahap pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengelolaan hara N terhadap peningkatan hasil padi varietas unggul. Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Riset Padi Babakan, University Farm, IPB, Bogor, pada bulan Mei 2011 sampai bulan Oktober Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian, Bogor. Analisis jaringan dilakukan di Laboratorium Marka Molekuler dan Spektrofotometri, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Metode Penelitian Percobaan ini menggunakan rancangan petak terpisah (split plot design) dengan tiga ulangan. Sebagai petak utama adalah pengelolaan hara yang merupakan kombinasi antara dosis dan waktu aplikasi pupuk N terdiri atas lima perlakuan pengelolaan hara N (Tabel 48). Sebagai anak petak adalah empat varietas padi yang telah dipilih dari percobaan II berdasarkan hasil yang tertinggi yaitu Pandan Wangi, Ciherang, galur B11143, dan Maro. Dengan demikian terdapat 20 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 60 unit percobaan. Unit percobaan ialah petak berukuran 3 m x 3 m. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati digunakan model matematika sesuai rancangan petak terpisah sebagai berikut : Y ijk = µ + K k + U i + δ ik + V j + UV ij + ijk Y ijk = respon atau nilai pengamatan pada kelompok ke-k pada perlakuan pengelolaan hara N ke-i dan varietas ke-j µ = nilai tengah umum K k U i = pengaruh kelompok ke-k = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor pengelolaan hara N

4 120 δ ik V j UV ij ijk = pengaruh galat akibat taraf ke-i faktor pengelolaan hara N dalam kelompok ke-k (galat a) = pengaruh taraf ke-j faktor varietas = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor pengelolaan hara N dan taraf ke-j faktor varietas = pengaruh galat percobaan dari kelompok ke-k yang memperoleh taraf ke-i faktor pengelolaan hara N dan taraf ke-j faktor varietas (galat b) Tabel 48 Perlakuan dosis dan waktu aplikasi pupuk N Waktu pemberian Dosis pupuk N (kg N/ha) N0 N1 N2 N3 N4 Sebagai pupuk dasar Anakan aktif Primordia Awal pembungaan Total Pelaksanaan Percobaan Penyiapan lahan dilakukan dengan pengolahan tanah dua kali agar diperoleh pelumpuran tanah yang baik. Ukuran petak percobaan ialah 3 m x 3 m. Untuk memisahkan antar petak dibuat pematang lebar 25 cm, sedangkan antar ulangan dibuat dengan lebar 50 cm. Dengan demikian luas seluruh lahan yang digunakan dalam percobaan m x 11 m atau m 2. Bibit hasil persemaian dipindahtanam (traplanting) setelah berumur 21 hari. Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm. Bibit ditanam sebanyak satu bibit/lubang. Pemupukan diberikan secara bertahap. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-18, dan KCl. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman diberikan pupuk dengan dosis 200 kg SP18 dan 100 kg KCl per ha. Pemberian pupuk Urea disesuaikan dengan perlakuan pengelolaan hara N, sedangkan pupuk K diberikan sebagai pupuk dasar 50% dan sisanya pada saat primordia (42 HST). Semua pupuk P diberikan saat tanam. Pengairan dilakukan 3 hari setelah tanam. Petakan diairi dengan tinggi genangan 3 5 cm. Pada saat pemupukan dan penyiangan kondisi tanah macak-macak setelah tiga hari pemupukan petakan kembali diairi. Pengairan dihentikan pada saat tanaman telah berumur 10 hari menjelang panen. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara optimal, sedangkan penyiangan

5 121 dilakukan dengan menggunakan landak dan cara manual pada saat tanaman umur tiga dan lima minggu setelah tanam. Variabel Yang Diamati : Kandungan N Tanah Pengamatan kandungan N tanah dilakukan sebelum percobaan dan setelah panen pada setiap perlakuan. Sampel tanah diambil komposit secara diagonal dengan tiga titik pada setiap petak. Pertumbuhan dan Komponen Hasil 1. Jumlah Anakan, seluruh anakan (produktif dan tidak produktif) yang terbentuk dihitung dengan interval waktu 10 hari setelah tanam. 2. Persentase anakan produktif dihitung dari nisbah malai terhadap jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dikalikan 100%. 3. Luas daun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji. Pengukuran luas daun menggunakan metode panjang x lebar x 0.75 (koefisien) menurut Yoshida (1976). 4. Bobot kering biomas pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji dengan mengambil 2 contoh tanaman setiap perlakuan. 5. Komponen hasil yang diukur adalah jumlah malai per rumpun tanaman, jumlah malai per m 2, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir gabah. 6. Hasil diamati sebagai gabah kering giling (14% kadar air) dari petak ubinan dengan ukuran petak 2 m x 2 m. Serapan Hara N Tanaman Serapan hara N tanaman dianalisis pada bagian tajuk pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji, dan malai pada saat panen. Kandungan N ditentukan dengan metode Kjeldahl. Serapan hara dihitung berdasarkan persen terhadap bobot kering biomas atau rata-rata serapan masing-masing bagian biomas untuk serapan total. Hara terangkut dihitung dengan mengalikan persen serapan hara dengan bobot kering masing-masing bagian biomas.

6 122 Efisiei Penggunaan Pupuk N Penggunaan pupuk N menjadi efisien bila sebagian besar pupuk yang diberikan diserap tanaman yang disebut efisiei penyerapan (EP) dan ada peningkatan hasil yang besar setiap kg pupuk yang diberikan yang disebut efisiei agronomis (EA) (Witt et al. 2007). Efisiei penyerapan dan agronomis dihitung dengan rumus : Kandungan N tanaman (yang dipupuk N yang tidak dipupuk N) (kg N/ha) EP N (%) = x 100 Pupuk N (kg N/ha) Hasil gabah (yang dipupuk N yang tidak dipupuk N) (kg/ha) EA N (kg/kg) = Pupuk N (kg N/ha) Analisis Data Data dianalisis dengan sidik ragam sesuai rancangan yang digunakan. Apabila pada sidik ragam nyata, analisis dilanjutkan dengan uji DMRT menggunakan fasilitas SAS 9.1. Hasil dan Pembahasan Rekapitulasi Sidik Ragam Rekapitulasi sidik ragam variabel pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil padi varietas unggul disajikan pada Tabel 49. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan hara N dan varietas tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan N tanah setelah penelitian. Pengelolaan hara N dan varietas memberikan pengaruh interaksi terhadap jumlah anakan tahap anakan maksimum, luas daun per rumpun, bobot kering tanaman, kandungan dan serapan N tajuk dan malai, jumlah gabah per malai, hasil ubinan, dan hasil gabah kering giling. Tidak terjadi interaksi antara pengelolaan hara N dan varietas terhadap persentase anakan produktif, jumlah malai per rumpun dan per m 2, persentase gabah isi, bobot 1000 butir, dan indeks panen.

7 123 Tabel 49 Rekapitulasi hasil sidik ragam variabel pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil percobaan pengelolaan hara N dan varietas Variabel Pengamatan Kandungan N tanah setelah percobaan Jumlah anakan pada tahap anakan maksimum Persentase anakan produktif Luas daun per rumpun - Tahap anakan maksimum - Tahap berbunga - Tahap pengisian biji Bobot kering tanaman - Tahap anakan maksimum - Tahap berbunga - Tahap pengisian biji Kandungan N tajuk - Tahap anakan maksimum - Tahap berbunga - Tahap pengisian biji Kandungan N pada saat panen - Kandungan N tajuk - Kandungan N malai Serapan N tajuk - Tahap anakan maksimum - Tahap berbunga - Tahap pengisian biji Serapan N pada saat panen - Serapan N tajuk - Serapan N malai Komponen Hasil - Jumlah malai per rumpun - Jumlah malai per m 2 - Jumlah gabah per malai - Persentase gabah isi - Bobot 1000 butir Hasil - Hasil ubinan - Hasil Perlakuan Pengelolaan Varietas hara N * * Interaksi * * * * * * * * * * KK (%) Indeks panen Keterangan : * = berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%; = berpengaruh sangat nyata menurut uji F pada taraf 1%; tn = tidak nyata, KK = koefisien keragaman.

8 124 Kandungan N Tanah Tabel 50 menunjukkan hasil analisis kandungan N tanah setelah panen pada setiap perlakuan. Kandungan N tanah setelah panen tidak menunjukkan perbedaan pada tingkat pengelolaan hara N maupun di antara varietas dengan kisaran antara (kriteria rendah sampai sedang). Tabel 50 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap kandungan N tanah Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Varietas/galur Pandan Ciherang B11143 Wangi Kandungan N tanah (%) Maro Rataan pengelolaan pupuk Rataan varietas Keterangan : Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Bila dibandingkan dengan kandungan N tanah sebelum percobaan yaitu 0.17 (kriteria rendah), maka pengelolahan hara N dapat meningkatkan kandungan N tanah. Kandungan N tanah selain berasal dari pemupukan juga dapat bersumber dari air hujan, air irigasi, maupun bahan organik tanah yang telah ada dan mengalami proses dekomposisi. Variabel Pertumbuhan Jumlah Anakan dan Persentase Anakan Produktif Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jumlah anakan dengan meningkatnya dosis pupuk N pada varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 pada tahap anakan maksimum (Tabel 51). Kemampuan pembentukan anakan pada varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 meningkat dengan peningkatan dosis pupuk N sampai 125 kg N/ha. Pembentukan anakan pada varietas Pandan Wangi tidak dipengaruhi oleh peningkatan dosis pupuk N pada semua tahap pertumbuhan. Persentase anakan produktif dipengaruhi oleh varietas. Pandan Wangi dan B11143 mempunyai persentase anakan produktif tertinggi dan berbeda nyata dengan Ciherang dan Maro. Pengelolaan hara N dengan dosis 125 kg N/ha

9 125 meningkatkan ketersediaan N tanah yang dapat diabsorpsi oleh tanaman pada tahap anakan maksimum, sehingga memiliki kemampuan yang sama untuk membentuk anakan sesuai karakter setiap varietas. Tabel 51 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap jumlah anakan pada tahap anakan maksimum dan persentase anakan produktif Varietas Pengelolaan hara N Varietas/galur Ciherang B11143 Maro Pandan Wangi Jumlah anakan per rumpun tahap anakan maksimum Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi 11.2 ji 12.5 ji 12.5 ji 12.3 ji 12.5 ji 18.7 ef 19.8 de 21.3 cd 23.0 b 23.2 b 11.0 ji 13.5 hi 13.5 hi 17.0 fg 15.8 gh 19.3 de 22.7 bc 22.7 bc 24.8 a 25.2 a Rataan varietas 12.2 s 21.2 q 14.2 r 22.9 p Persentase anakan produktif (%) Rataan pengelolaan pupuk 15.0 C 17.1 B 17.5 AB 19.2 A 19.2 A Rataan varietas 81.5 p 62.4 q 74.6 p 62.5 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Hasil penelitian pada tahap anakan maksimum menunjukkan dengan meningkatnya dosis N meningkatkan kandungan N tajuk untuk semua varietas dengan nilai lebih dari 1.5%. Kebutuhan N pada tahap anakan maksimum tidak pada kisaran yang dapat menyebabkan penurunan jumlah anakan. Dengan demikian peningkatan kandungan N tanah pada pengelolaan hara N sampai dosis 125 kg N/ha menyebabkan kemampuan tanaman dapat mempertahankan jumlah anakan tetap tinggi sampai tahap pengisian biji menjadi anakan produktif. Peningkatan dosis N meningkatkan ketersedian N tahap awal pertumbuhan digunakan untuk pembentukan anakan. Belum adanya kompetisi dengan organ generatif menyebabkan jumlah anakan dapat meningkat secara nyata.

10 126 Luas Daun per Rumpun Luas daun per rumpun menunjukkan perbedaan pada pengelolaan hara N dan varietas yang berbeda, luas daun meningkat pada tahap berbunga kemudian menurun pada tahap pengisian biji (Tabel 52). Pada tahap anakan maksimum peningkatan dosis N sampai 100 kg N/ha meningkatkan luas daun per rumpun, tidak berbeda nyata dengan dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha. Pada tahap berbunga dan pengisian biji terjadi peningkatan yang nyata dengan meningkatnya dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha untuk Ciherang, Maro, dan galur B Pada tingkat dosis yang sama, luas daun Pandan Wangi berbeda dengan varietas lainnya. Tabel 52 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap luas daun pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji Varietas Pengelolaan hara N Varietas/galur Ciherang B11143 Maro Pandan Wangi Luas daun (dm 2 /rumpun) tahap anakan maksimum Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi 15.3 ab 14.0 bcd 16.0 a 15.3 ab 15.4 ab 9.6 hi 9.6 hi 12.1 defg 12.0 defg 11.6 efg 8.5 i 11.2 fgh 12.8 cdef 12.1 defg 12.9 cdef 10.1 ghi 12.0 defg 13.4 bcde 14.5 abc 13.4 bcde Rataan varietas 15.2 p 11.0 r 11.5 r 12.7 q Luas daun (dm 2 /rumpun) tahap berbunga 18.3 cde 10.6 h 10.1 h 11.4 gh 21.3 bcd 15.2 ef 14.5 fg 18.2 de 24.1 ab 20.7 bcd 20.5 bcd 21.3 bcd 26.1 a 23.4 ab 21.4 bcd 25.7 a 21.5 bcd 23.6 ab 22.0 bc 25.7 a Rataan varietas 22.2 p 18.7 qr 17.7 r 20.5 pq Luas daun (dm 2 /rumpun) tahap pengisian biji 14.9 cd 7.6 ef 8.6 e 5.2 f 15.5 cd 10.0 e 8.9 e 10.0 e 19.3 ab 15.1 cd 13.6 d 14.1 d 20.5 a 15.8 cd 16.6 bcd 18.0 abc 19.4 ab 17.3 bc 16.0 cd 19.5 ab Rataan pengelolaan pupuk 10.9 B 11.7 B 13.6 A 13.5 A 13.3 A 12.6 D 17.3 C 21.6 B 24.1 A 23.2 AB 9.1 D 11.1 C 15.5 B 17.7 A 18.1 A Rataan varietas 16.0 p 13.2 q 12.7 q 13.4 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga.

11 127 Bertambahnya luas daun per rumpun pada tahap berbunga disebabkan oleh meningkatnya jumlah anakan dan peningkatan luas daun dengan meningkatnya dosis N. Ini tampak pada varietas Ciherang, B11143, dan Maro jumlah anakan tertinggi dicapai pada dosis 125 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan dosis 150 kg N/ha (Tabel 51). Peningkatan dosis pada 150 kg N/ha dengan pemberian pupuk terakhir pada awal berbunga menyebabkan varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 mampu mempertahankan luas daun per rumpun tetap tinggi sampai tahap pengisian biji. Perbedaan luas daun pada setiap varietas disebabkan oleh karakter varietas dalam membentuk anakan dan kanopi daunnya. Varietas Maro dan Ciherang yang mempunyai kemampuan membentuk anakan banyak memiliki luas daun yang besar, namun luas daun pada Pandan Wangi lebih besar karena memiliki daun yang lebih panjang dan lebar. Bobot Kering Tanaman Tabel 53 menunjukkan pengaruh pengelolaan N dan varietas terhadap bobot kering tanaman pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji. Pada tahap anakan maksimum peningkatan dosis N meningkatkan bobot kering yang nyata pada semua varietas, namun dengan besar peningkatan yang berbeda. Pada tahap anakan maksimum bobot kering tertinggi dicapai oleh varietas Pandan Wangi pada dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha yang berbeda nyata dengan semua varietas. Varietas Ciherang, Maro, dan galur B11143 mencapai bobot kering tertinggi pada dosis 150 kg N/ha. Pada dosis 150 kg N/ha, terjadi perbedaan bobot kering antar varietas. Bobot kering tertinggi pada tahap berbunga dicapai oleh varietas Pandan Wangi pada dosis 75 kg N/ha dan 125 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan dosis 100 dan 150 kg N/ha. Pada varietas Ciherang dan B11143 pada dosis 150 kg N/ha menghasilkan bobot kering tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan dosis 125 kg N/ha. Varietas Maro pada dosis 125 kg N/ha menghasilkan bobot kering tertinggi yang tidak berbeda nyata dengan dosis 150 kg N/ha. Hasil ini menunjukkan pada tahap berbunga, peningkatan dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha yang waktu pemberian pupuk terakhir pada awal berbunga dapat meningkatkan bobot kering tanaman. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan N

12 128 secara bertahap sesuai dengan kebutuhan tanaman. Ini sejalan dengan pernyataan Zhang et al. (2010) bahwa akumulasi bobot kering pada tahap berbunga akan meningkat dengan meningkatnya kandungan N. Tabel 53 Pengaruh pengelolaan hara N, varietas, dan interaksi terhadap bobot kering tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji Varietas Pengelolaan hara N Varietas/galur Ciherang B11143 Maro Pandan Wangi Bobot kering (g/rumpun) tahap anakan maksimum Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi fgh fgh bcd a ab i i hi hi ghi hi hi gh efg def hi bcd bcd cde bc Rataan varietas p r q p Bobot kering (g/rumpun) tahap berbunga defg h gh h a fgh def de abc efg bcd abc a def abc a abc cd ab a Rataan varietas p r q q Bobot kering (g/rumpun) tahap pengisian biji fg h g h bc g ef fg bc ef bc cd ab cde a a bc de ab a Rataan pengelolaan pupuk D C B B A C B B A A D C B A A Rataan varietas p r pq q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Pada tahap pengisian biji, bobot kering tertinggi dihasilkan pada dosis 125 kg N/ha untuk semua varietas, namun dengan nilai yang berbeda. Nitrogen merupakan faktor penting yang berhubungan dengan hasil seperti pertumbuhan daun, aktivitas fotosintesis, arsitektur kanopi, dan jumlah gabah (Kumura 1995). Diduga dosis 125 kg N/ha dapat meningkatkan aktivitas fotosintesis semua varietas, sehingga menghasilkan bobot kering tertinggi. Hasil penelitian Dong et al. (2009) juga menunjukkan bahwa penambahan N menyebabkan jumlah dan

13 129 tingkat tralokasi N pada batang, daun, dan pelepah daun selama tahap pengisian biji ditingkatkan, dan ini dapat memperbaiki tralokasi bobot kering dan indeks panen. Setelah berbunga dan masuk pada tahap pengisian biji akan diikuti oleh penurunan kapasitas penyerapan N dan akan terjadi mobilisasi N yang tersimpan pada organ vegetatif. Keadaan ini dapat menurunkan bobot kering tanaman karena terjadi kompetisi penggunaan asimilat untuk pertumbuhan dan perkembangan malai. Dosis 125 kg N/ha yang pemberian pupuk terakhir pada awal berbunga menyebabkan ketersediaan N meningkat yang diikuti dengan peningkatan bobot kering tanaman sampai tahap pengisian biji. Dengan demikian penambahan dosis N yang diberikan pada awal berbunga mempengaruhi peningkatan bobot kering tanaman. Kandungan dan Serapan N Kandungan N Tajuk Hasil penelitian menunjukkan peningkatan dosis pupuk N meningkatkan kandungan N tajuk semua varietas pada tahap anakan maksimum, berbunga dan pengisian biji (Tabel 54). Pada tahap anakan maksimum, kandungan N tajuk tertinggi pada Pandan Wangi dan Ciherang dihasilkan oleh dosis 100 kg N/ha, sedangkan pada galur B11143 oleh dosis 125 kg N/ha, dan pada Maro oleh dosis 150 kg N/ha. Kandungan N tajuk pada tahap anakan maksimum untuk varietas Pandan Wangi (2.18%), Ciherang (2.07%) terjadi pada dosis 100 kg N/ha, untuk galur B11143 (2.23%) pada dosis 125 kg N/ha, dan untuk Maro (2.48%) pada dosis 150 kg N/ha. Menurut Doberman and Fairhurst (2000) tingkat kritis untuk defisiei N pada tahap anakan sampai inisiasi malai apabila kandungan N daun < 2.5%. Hanada (1995) menyatakan secara aktif kandungan N tanaman di atas 3.5 % akan merangsang pembentukan anakan dan pada kandungan N tanaman 2.5% akan menghambat, pada kandungan yang kurang dari 1.5 % akan menurunkan jumlah anakan. Meskipun kandungan N yang diamati < 2.5%, diduga kebutuhan N semua varietas dapat terpenuhi sesuai kebutuhan karena kandungan N yang diamati adalah N tajuk yang meliputi daun, pelepah daun, dan batang.

14 130 Tabel 54 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap kandungan N tajuk pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji Varietas Pengelolaan hara N Varietas/galur Ciherang B11143 Maro Pandan Wangi Kandungan N tajuk (%) tahap anakan maksimum Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi 1.35 e 1.68 bcde 2.18 abc 1.59 bcde 1.40 de 1.93 abcde 1.91 abcde 2.07 abcd 2.02 abcde 1.53 bcde 1.47 cde 1.90 abcd 1.52 cde 2.23 ab 2.11 abc 1.34 e 1.56 bcde 1.73 bcde 1.87 abcde 2.48 a Rataan pengelolaan pupuk Rataan varietas Kandungan N tajuk (%) tahap berbunga 0.57 j 0.68 ij 0.67 ij 0.74 ghi 0.78 ghi 0.96 def 0.81 fghi 0.86 efgh 0.73 hij 0.91 efg 1.09 bcd 1.08 bcd 0.91 efg 1.02 cde 1.19 abc 1.27 a 0.76 ghi 1.10 bcd 1.15 abc 1.21 ab Rataan varietas 0.75 r 0.93 q 0.98 pq 1.03 p Kandungan N tajuk (%) tahap pengisian biji 0.63 h 0.71 gh 0.68 h 0.69 gh 0.70 gh 0.88 de 0.91 de 0.75 fgh 0.69 gh 0.91 de 0.96 cd 0.85 def 0.97 cd 1.06 bc 1.11 b 0.82 efg 1.06 bc 1.13 b 1.27 a 1.10 b 0.67 D 0.85 C 0.95 B 1.10 A 1.06 A 0.68 D 0.81 C 0.85 C 0.99 B 1.14 A Rataan varietas 0.81 r 0.94 q 0.99 p 0.84 r Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Pada tahap berbunga, pengelolaan hara dosis 125 kg N/ha menghasilkan kandungan N tajuk tertinggi untuk varietas Pandan Wangi, B11143, dan Maro, sedangkan Ciherang dihasilkan pada dosis 150 kg N/ha. Menurut Doberman and Fairhurst (2000) pada tahap pembungaan kandungan N optimum pada daun bendera adalah 2.2% 3%, < 2% berada pada tingkat defisiei. Varietas Maro, Ciherang, dan galur B11143 mempunyai karakter akar yang kuat dan luas, serta sebagai varietas unggul yang respoif terhadap pemupukan menyebabkan kandungan N yang lebih tinggi (1.10% 1.27%) dibandingkan varietas Pandan Wangi (< 1%). Diduga pada kandungan tersebut kebutuhan N dapat terpenuhi

15 131 meskipun kandungan N tajuk < 2%, kandungan N yang diamati adalah N tajuk yang meliputi daun, pelepah daun, dan batang. Pada tahap pengisian biji, kandungan N tajuk tertinggi dihasilkan oleh pengelolaan hara N dengan dosis 150 kg N/ha untuk semua varietas. Pada dosis tersebut terjadi perbedaan kandungan N antar varietas. Tahap awal pengisian biji, terjadi relokasi N dari organ fotosintesis ke malai dan ini menyebabkan turunnya aktivitas fotosintesis secara perlahan selama perkembangan malai yang sangat cepat untuk menerima fotosintat (Arima 1995). Peningkatan dosis N pada pengelolaan hara N dapat meningkatkan kandungan N tajuk, karena meningkatnya ketersediaan N tanah bagi tanaman dengan penambahan dosis N yang diberikan pada tahap primordia dan awal berbunga. Kemampuan varietas memanfaatkan ketersediaan N pada tahap pengisian biji dengan kandungan N yang tetap tinggi dapat mempertahankan laju fotosintesis. Zhang et al. (2011) menyatakan pemberian N 60% tahap awal dan 40% tahap akhir menyebabkan meningkatnya ketersediaan N pada tahap pertumbuhan akhir yang dapat mempengaruhi metabolisme daun selama pengisian biji. Kandungan N Tajuk dan Malai Saat Panen Tabel 55 menunjukkan pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha dapat meningkatkan kandungan N tajuk dan malai saat panen semua varietas. Kandungan N tajuk saat panen tertinggi pada varietas Pandan Wangi dihasilkan pada dosis 125 kg N/ha (0.70%), sedangkan Ciherang, B11143, dan Maro dihasilkan pada dosis 150 kg N/ha ( %). Kandungan N malai saat panen tertinggi pada pengelolaan hara N dengan dosis 125 kg N/ha untuk varietas Pandan Wangi dan Maro (1.23% dan 1.10%), sedangkan varietas Ciherang dan galur B11143 dihasilkan dari pengelolaan hara N dengan dosis 150 kg N/ha (1.09% dan 1.18%). Kandungan ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian Doberman and Fairhurst (2000) yaitu kandungan N rata-rata pada varietas modern pada jerami (0.63%) dan gabah (1.06%). Menurut Marschner (1995) meningkatnya ketersediaan N pada akar akan mempengaruhi kandungan N biji secara langsung melalui tralokasi dari organ vegetatif. Dengan demikian

16 132 penambahan dosis N pada awal berbunga dapat meningkatkan kandungan N tajuk maupun N malai saat panen. Tabel 55 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap kandungan N tajuk dan N malai pada tahap panen Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Varietas/galur Pandan Ciherang B11143 Maro Wangi Kandungan N tajuk (%) 0.43 gh 0.42 gh 0.44 gh 0.70 ab 0.53 cdefg 0.44 gh 0.44 gh 0.49 fgh 0.58 cdef 0.64 abc 0.49 fgh 0.52 defgh 0.53 cdef 0.63 bcd 0.64 abc 0.40 h 0.41 gh 0.51 efgh 0.63 bcd 0.75 a Rataan varietas Kandungan N malai (%) 0.97 fgh 0.92 ghi 0.84 i 0.90 hi 1.05 cdef 0.95 ghi 0.95 fgh 0.98 efgh 1.06 cdef 1.02 defg 0.91 ghi 1.08 bcde 1.23 a 1.06 cdef 1.06 cdef 1.10 bcd 1.17 abc 1.09 bcde 1.18 ab 1.04 def Rataan pengelolaan pupuk 0.44 B 0.45 B 0.49 B 0.64 A 0.64 A 0.91 C 0.98 B 1.02 B 1.11 A 1.12 A Rataan varietas 1.10 p 1.01 q 0.99 q 1.02 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Serapan Hara N Tajuk Tabel 56 menunjukkan pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap serapan N tajuk pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji. Serapan hara N tajuk meningkat dengan meningkatnya dosis pupuk N pada semua varietas. Pada tahap anakan maksimum, serapan hara N tajuk tertinggi diperoleh pada dosis 100 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk lainnya, tetapi berbeda dengan tanpa N. Pada tahap berbunga serapan hara N tajuk pada pengelolaan hara N dengan dosis 125 kg N/ha menghasilkan nilai tertinggi untuk varietas Pandan Wangi, Maro, dan galur B11143, sedangkan varietas Ciherang dihasilkan pada dosis 150 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan 125 kg N/ha. Pada tahap pengisian biji serapan N tajuk tertinggi pada pengelolaan hara N

17 133 dengan dosis 125 kg N/ha dan dosis 150 kg N/ha untuk varietas Pandan Wangi, Ciherang, dan galur B11143, sedangkan Maro diperoleh pada dosis 150 kg N/ha. Dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha dengan pemberian pupuk terakhir pada awal berbunga menyebabkan serapan hara N lebih tinggi pada B11143 dan Maro pada tahap berbunga dan pengisian biji. Ini menunjukkan galur B11143 dan Maro memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menyerap dan menggunakan N dari tanah, diduga memiliki sistem perakaran yang lebih luas dan vigorous. Tabel 56 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap serapan N tajuk pada tahap anakan maksimum, berbunga, dan pengisian biji Varietas Pengelolaan hara N Varietas/galur Ciherang B11143 Maro Pandan Wangi Serapan N tajuk (g/rumpun) tahap anakan maksimum Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Rataan varietas Serapan N tajuk (g/rumpun) tahap berbunga 0.26 hi 0.24 i 0.29 ghi 0.25 hi 0.49 efg 0.42 fghi 0.43 fghi 0.42 fghi 0.47 efgh 0.51 efg 0.74 bcd 0.70 cde 0.67 cde 0.61 def 0.92 ab 1.00 a 0.51 efg 0.64 cdef 0.86 abc 0.95 ab Rataan varietas 0.48 q 0.48 q 0.65 p 0.66 p Serapan N tajuk (g/rumpun) tahap pengisian biji 0.29 fg 0.26 g 0.30 fg 0.24 g 0.47 de 0.40 ef 0.50 de 0.38 efg 0.51 de 0.52 de 0.67 bc 0.58 bcd 0.73 b 0.66 bc 0.89 a 0.68 bc 0.72 b 0.69 bc 0.97 a 0.88 a Rataan pengelolaan pupuk 0.19 B 0.25 AB 0.27 A 0.29 A 0.30 A 0.26 D 0.44 C 0.60 B 0.80 A 0.74 A 0.27 E 0.44 D 0.57 C 0.74 B 0.82 A Rataan varietas 0.54 q 0.50 q 0.66 p 0.55 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Tabel 57 menunjukkan serapan N tajuk dan N malai saat panen pada pengelolaan hara N dan varietas. Serapan N malai lebih tinggi dibandingkan dengan N tajuk saat panen. Ini karena selama tahap pengisian biji, pati dalam jumlah yang besar diakumulasi dalam biji, dan berat bahan kering hanya

18 134 meningkat pada malai. Arima (1995) menyatakan koentrasi N pada malai lebih tinggi dibandingkan organ vegetatif pada tahap akhir pertumbuhan. Hasil menunjukkan peningkatan dosis N pada pengelolaan hara N meningkatkan serapan N tajuk dan malai pada semua varietas pada saat panen. Pada varietas Pandan Wangi, serapan N tajuk dan malai saat panen tertinggi diperoleh pada dosis 125 kg N/ha. Pada varietas Ciherang dan Maro serapan N tajuk saat panen tertinggi dihasilkan pada dosis 150 kg N/ha, tetapi N malai dicapai pada dosis 125 kg N/ha. Pada galur B11143 serapan N tajuk dan malai saat panen tertinggi dihasilkan oleh dosis 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha. Serapan N tajuk saat panen tertinggi dihasilkan varietas Maro, sedangkan N malai dihasilkan oleh galur B11143 pada dosis 150 kg N/ha. Hasil penelitian lain menunjukkan serapan uur hara N varietas modern (Way Apo Baru dan IR64) lebih tinggi dibandingkan varietas tipe baru Fatmawati, namun tidak berbeda nyata dengan varietas lokal yaitu Midun dan Sarinah (Sugiyanta et al. 2008) Tabel 57 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap serapan N tajuk dan N malai pada saat panen Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Varietas/galur Pandan Ciherang B11143 Maro Wangi Serapan N tajuk (g/rumpun) 0.11 efg 0.17 def 0.18 def 0.32 ab 0.23 cd 0.08 g 0.08 g 0.13 efg 0.18 def 0.22 cd 0.09 g 0.10 fg 0.19 de 0.25 bcd 0.25 bcd 0.06 g 0.12 efg 0.18 def 0.27 abc 0.34 a Rataan varietas 0.20 p 0.14 q 0.18 p 0.19 p Serapan N malai (g/rumpun) 0.25 hi 0.23 i 0.26 hi 0.24 i 0.32 gh 0.32 gh 0.37 defg 0.34 efg 0.34 efg 0.40 cdef 0.41 cde 0.44 bc 0.42 cd 0.42 cd 0.50 ab 0.50 ab 0.41 cde 0.37 cdefg 0.54 a 0.41 cde Rataan pengelolaan pupuk 0.09 D 0.12 C 0.17 B 0.26 A 0.26 A 0.24 D 0.34 C 0.40 B 0.46 A 0.44 A Rataan varietas 0.35 r 0.35 r 0.42 p 0.39 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga.

19 135 Komponen Hasil dan Hasil Jumlah Malai, Persentase Gabah Isi, dan Bobot 1000 butir Tabel 58 menunjukkan pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap jumlah malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir. Hasil penelitian menunjukkan dosis 100 kg N/ha dapat meningkatkan jumlah malai per rumpun dan per m 2. Ini menunjukkan penambahan dosis N pada tahap primordia dan berbunga tidak mempengaruhi jumlah malai. Tabel 58 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap jumlah malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir Perlakuan Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Varietas/galur Pandan wangi Ciherang B11143 Maro Jumlah malai per rumpun 9.9 c 11.5 b 12.7 a 13.0 a 13.1 a 10.0 C 13.0 B 10.3 C 14.7 A Jumlah malai per m c b a a a C B C A Komponen hasil Persentase Bobot 1000 gabah isi butir (g) (%) B 90.8 A 82.1 B 81.4 B A B D C Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Hasil penelitian Setiobudi et al. (2008) di Banjarnegara juga menunjukkan pemupukan dosis kg N/ha tidak lagi meningkatkan jumlah malai per rumpun. Pembentukan malai lebih dipengaruhi oleh pemberian N sebelum tahap berbunga. Ini sesuai pernyataan Yoshida (1981) bahwa pemberian N sekitar 20 hari sebelum berbunga dengan dosis rendah sampai sedang mempunyai efisiei lebih tinggi. Dengan demikian pada pengelolaan hara dengan sampai dosis 100 kg N/ha kebutuhan N pada tahap kritis terpenuhi, sedangkan tanpa N dan dosis 75 kg N/ha diduga kurang yang menyebabkan rendahnya jumlah malai. Buresh et al. ( 2006) menyatakan pemberian N harus disesuaikan dengan tahapan pertumbuhan tanaman yang menjamin ketersediaannya. Varietas Maro menghasilkan jumlah

20 136 malai per rumpun dan per m 2 tertinggi yang berbeda nyata dengan varietas lainnya. Ini disebabkan hibrida memiliki kemampuan membentuk anakan yang lebih banyak. Persentase gabah isi dan bobot 1000 butir tidak dipengaruhi oleh pengelolaan hara N, tetapi dipengaruhi oleh varietas. Varietas Ciherang menghasilkan persentase gabah isi tertinggi (90.8 %). Varietas Maro menghasilkan persentase gabah isi terendah (81.4%) yang tidak berbeda nyata dengan Pandan Wangi dan B Bobot 1000 butir tertinggi dihasilkan oleh varietas Pandan Wangi dan berbeda nyata dengan Ciherang, B11143, dan Maro. Jumlah Gabah per Malai Tabel 59 menunjukkan jumlah gabah per malai pada perlakuan pengelolaan hara N dan varietas. Hasil penelitian menunjukkan varietas Pandan Wangi dan Ciherang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan peningkatan dosis N pada pengelolaan hara N terhadap jumlah gabah per malai. Tabel 59 Pengaruh perlakuan pengelolaan hara N, varietas, dan interaksi terhadap jumlah gabah per malai Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Pandan Wangi def de def d de Varietas/galur Ciherang B11143 Maro h h gh fgh fgh c b b a a fgh efg def de de Rataan pengelolaan pupuk C B B A A Rataan varietas q r p q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf(p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Pada masing-masing galur B11143 dan Maro dosis 125 kg N/ha dapat meningkatkan jumlah gabah per malai dan tidak berbeda nyata dengan dosis 150 kg N/ha. Namun, pada dosis 125 kg N/ha jumlah gabah per malai antar varietas tersebut berbeda dan B11143 mencapai jumlah gabah per malai tertinggi (Gambar

21 137 16). Chang et al. (2008) menyatakan kekurangan N selama tahap pengisian biji secara nyata mengurangi koentrasi asam amino pada eksudat akar dan biji. Selanjutnya dinyatakan koentrasi dan komponen asam amino pada eksudat akar berhubungan erat dengan hasil biji. Pandan Wangi yang merupakan varietas unggul lokal cenderung sangat kecil atau sedikit mengalami peningkatan jumlah gabah per malai dengan meningkatnya dosis N. Jumlah malai dan gabah merupakan komponen hasil yang akan mempengaruhi hasil. Jumlah malai sudah ditentukan pada tahap sebelum berbunga, sedangkan jumlah gabah per malai ditentukan selama tahap reproduktif. Galur B11143 mempunyai kapasitas sink besar. Peningkatan dosis pada 125 kg N/ha dan 150 kg N/ha dapat meningkatkan jumlah gabah per malai. Adanya peningkatan dosis N yang diberikan pada awal berbunga sebagai pemupukan terakhir dapat meningkatkan ketersediaan N selama tahap reproduktif dan pengisian biji. Hal ini sesuai penyataan Fei et al. (2008) bahwa aplikasi N pada periode akhir dapat meningkatkan rata-rata laju akumulasi maksimum harian dan mempercepat tralokasi bobot kering ke biji yang dapat meningkatkan jumlah dan bobot biji. Hal sama dinyatakan oleh Doberman et al. (2000) yaitu aplikasi N akhir pada tahap berbunga dapat menunda senesen daun dan mempertinggi pengisian biji. 350 Jumlah gabah per malai (butir) Pandan Wangi Ciherang B11143 Maro Dosis pupuk N (kg N/ha) Gambar 16 Jumlah gabah per malai pada pengelolaan hara N dan varietas

22 138 Hasil Ubinan Tabel 60 menunjukkan hasil gabah ubinan pada pengelolaan hara N, varietas, dan interaksinya. Pada varietas Ciherang, B11143, dan Maro pengelolaan hara N pada dosis 125 kg N/ha menunjukkan hasil gabah ubinan tertinggi dan tidak berbeda nyata dengan 150 kg N/ha. Pada dosis 150 kg N/ha, B11143 tidak berbeda dengan Maro tetapi keduanya berbeda dengan Ciherang. Pada Pandan Wangi pengelolaan hara dosis 100 kg N/ha memberikan hasil ubinan tertinggi, berbeda dengan tanpa N dan tidak berbeda dengan dosis lainnya. Tabel 60 Pengaruh perlakuan pengelolaan hara N, varietas, dan interaksi terhadap hasil ubinan Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi Varietas/galur Pandan Ciherang B11143 Maro Wangi Hasil ubinan (kg GKG/4 m 2 ) 1.65 g 1.93 de 2.11 d 2.08 d 2.10 d 1.85 ef 2.13 d 2.73 bc 2.89 b 2.81 bc 1.71 fg 2.12 d 2.81 bc 3.28 a 3.30 a 1.65 g 2.05 d 2.66 c 3.21 a 3.14 a Rataan pengelolaan pupuk 1.72 D 2.06 C 2.58 B 2.87 A 2.84 A Rataan varietas 1.97 r 2.48 q 2.65 p 2.54 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga. Pengelolaan hara N dengan dosis 125 kg N/ha selain meningkatkan ketersediaan N juga pemberiannya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hasil biji ditentukan oleh akumulasi biomas terutama dari tahap berbunga sampai pemasakan. Pengelolaan hara N dengan dosis 125 kg N/ha dapat mengakumulasi asimilat yang lebih tinggi pada tahap vegetatif dan kemampuannya untuk membentuk asimilat setelah berbunga dengan terpenuhinya kebutuhan N sehingga akan menghasilkan asimilat yang lebih banyak. Akumulasi asimilat yang lebih banyak akan meningkatkan aktivitas sink selama tahap pembentukan dan pengisian biji yang dapat mempengaruhi hasil biji. Menurut Takeoka et al. (1995) jumlah gabah yang terbentuk dipengaruhi oleh jumlah N yang diserap atau dari N daun yang diakumulasi sampai tahap akhir pembentukan gabah sedangkan

23 139 pertumbuhan gabah ditentukan oleh jumlah asimilat yang dihasilkan pada tahap pengisian biji. Yoshida dan Horie (2009) juga menyatakan jumlah N yang diakumulasi pada organ tanaman secara kuat mempengaruhi beberapa proses fisiologi seperti perkembangan luas daun, tingkat fotosintesis, dan jumlah gabah. Dengan demikian peningkatan dosis N pada pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha dengan pemupukan terakhir pada awal berbunga dapat meningkatkan jumlah N yang diakumulasi dan memberikan hasil gabah yang lebih tinggi. Hasil Tabel 61 menunjukkan hasil pada pengelolaan hara N, varietas, dan interaksinya. Hasil penelitian menunjukkan pada varietas Pandan Wangi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan peningkatan dosis N terhadap hasil gabah, hasil tertinggi dicapai pada dosis 100 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan dosis lainnya tetapi berbeda dengan perlakuan tanpa pemupukan N. Pada varietas Ciherang, hasil tertinggi dicapai pada dosis 125 kg N/ha yang tidak berbeda nyata dengan dosis 100 kg N/ha dan 150 kg N/ha. B11143 dan Maro memberikan hasil tertinggi pada dosis125 kg N/ha yang berbeda nyata dengan Pandan Wangi dan Ciherang. Ini menunjukkan bahwa B11143 dan Maro merespon baik terhadap pemupukan akhir yang diberikan pada awal berbunga. Tabel 61 Pengaruh perlakuan pengeloaan hara N, varietas, dan interaksi terhadap hasil Varietas Pengelolaan hara N Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi) Varietas/galur Pandan Ciherang B11143 Wangi hasil (ton GKG/ha) 4.12 g 4.83 d 5.27 d 5.20 d 5.25 d 4.63 ef 5.33 d 6.81 bc 7.24 b 7.03 bc 4.29 fg 5.32 d 7.02 bc 8.20 a 8.26 a Maro 4.11 g 5.12 d 6.64 c 8.04 a 7.86 a Rataan pengelolaan pupuk 4.29 D 5.15 C 6.44 B 7.17 A 7.10 A Rataan varietas 4.93 r 6.21 q 6.62 p 6.35 q Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom dan baris yang sama, angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf (p.q ) berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga.

24 140 Pemupukan N akhir yang diberikan pada awal berbunga akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (terutama galur B11143 yang memiliki karakter daun tetap hijau dan tebal) selama tahap reproduktif yang mempengaruhi hasil gabah. Galur B11143 memiliki karakter kandungan klorofil, LPR, dan LAB yang lebih tinggi sampai pada tahap pengisian biji (Tabel 17, 18, dan 20). Pengelolaan hara N sampai 150 kg N/ha pada PTB menghasilkan biomas tanaman yang paling tinggi (Setiobudi et al. 2008). Menurut Horie (2001) produksi biomas selama tahap reproduktif secara nyata berpengaruh terhadap hasil melalui tiga proses yaitu determinasi kapasitas sink, akumulasi karbohidrat non struktural yang diperlukan untuk pengisian biji, determinasi aktivitas sink selama pengisian biji. Pengelolaan hara N sampai dengan dosis 150 kg N/ha walaupun menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan dosis 125 kg N/ha, sudah menunjukkan adanya gejala ketersediaan N yang berlebihan. Ini ditunjukkan dengan penurunan hasil pada dosis tersebut. Ketersediaan hara N yang berlebihan secara nyata akan mengurangi hasil dan menyebabkan kualitas biji kurang baik (Yang et al. 2006). Menurut Zhang et al. (2010) pemberian N yang berlebihan akan berpengaruh negatif terhadap efisiei penggunaan N dan hasil tanaman karena N akan diserap secara berlebihan oleh tanaman dan tidak mampu mengisi biji yang akhirnya mengurangi hasil. Tanaman akan mudah rebah dengan kandungan N yang berlebihan (Marschner 1986). Gambar 17 menunjukkan hasil pada perlakuan pengelolaan hara N dan varietas. Peningkatan hasil pada varietas Pandan Wangi terjadi sampai pada dosis 75 kg N/ha peningkatan dosis N lagi tidak meningkatkan hasil. Pada varietas Ciherang hasil meningkat secara tajam sampai pada dosis 100 kg N/ha, peningkatan dosis selanjutnya dapat menurunkan hasil. Pada B11143 dan Maro, hasil meningkat secara tajam sejalan dengan peningkatan dosis pupuk sampai 125 kg N/ha, tetapi meskipun secara statistik sama dosis 150 kg N/ha terlihat menurunkan hasil pada varietas Maro.

25 141 9 Hasil (ton GKG/ha) Pandan Wangi Ciherang B11143 Maro Dosis pupuk N (kg N/ha) Gambar 17 Hasil GKG pada pengelolaan hara N dan varietas. Indeks Panen Tabel 62 menunjukkan indeks panen pada pengelolaan hara N dan varietas padi unggul. Peningkatan dosis N pada pengelolaan hara meningkatan nilai indeks panen. Pengelolaan hara N dengan dosis 150 kg N/ha menghasilkan nilai indeks panen yang lebih tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan pengelolaan hara N dengan dosis kg N/ha. Tabel 62 Pengaruh pengelolaan hara N dan varietas terhadap indeks panen Perlakuan Indeks Panen Dosis (kg N/ha) dan waktu aplikasi 0.32 b 0.33 ab 0.33 ab 0.35 ab 0.36 a Varietas/galur Pandan Wangi 0.26 C Ciherang 0.40 A B B Maro 0.35 B Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a.b ) berbeda pada kolom yang sama, dan angka-angka yang diikuti oleh huruf besar (A.B ) berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada uji DMRT Waktu aplikasi : Pd = pupuk dasar, Aa = anakan aktif, Pr = primordia, Ap = awal berbunga.

26 142 Varietas Ciherang memiliki nilai indeks panen yang tertinggi (0.40) dan berbeda nyata dengan varietas lainnya. Nilai indeks panen yang yang dicapai pada pengelolaan hara N ini masih tergolong rendah. Pada pengelolaan hara tanpa N menghasilkan nilai IP yang lebih rendah. Tanpa N menyebabkan pembentukan bahan kering tanaman menjadi terbatas. Pada tahap pengisian biji, berkurangnya N mendorong remobilisasi bahan kering yang sangat tinggi. Selain itu rendahnya laju pertumbuhan pada tahap pengisian biji dapat menurunkan produksi bahan kering, sehingga akumulasi bahan kering akan lebih rendah. Efisiei Penggunaan Pupuk N Tabel 63 menunjukkan nilai efisiei penyerapan hara N dan efisiei agronomi pada pengelolaan hara N dan varietas. Pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha memiliki nilai efisiei penyerapan N yang lebih tinggi yaitu 72.3%. Varietas Maro menghasilkan efisiei penyerapan yang lebih tinggi (60.7%) dibandingkan varietas lainnya. Pengelolaan hara dosis 125 kg N/ha menghasilkan nilai efisiei penyerapan tertinggi untuk semua varietas. Nilai efisiei agronomi tertinggi dicapai oleh varietas Pandan Wangi dicapai pada dosis 100 kg N/ha, sedangkan pada Ciherang, B11143, dan Maro dicapai pada dosis 125 kg N/ha. Varietas Maro menghasilkan nilai efisiei penyerapan N dan agronomi yang lebih tinggi pada pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha yaitu 87.9% dan kg gabah/kg N. Demikian juga Galur B11143 dan Ciherang memiliki nilai efisiei penyerapan dan agronomi yang lebih tinggi pada dosis 125 kg N/ha. Pada varietas Pandan Wangi pada pengelolaan hara dengan dosis 125 kg N/ha menghasilkan nilai efisiei penyerapan yang lebih tinggi, tetapi efisiei agronomi lebih tinggi dicapai pada dosis 100 kg N/ha. Kemampuan menyerap dan menggunakan N yang tinggi pada varietas Maro dan galur B11143 memberikan hasil yang lebih tinggi (Tabel 61). Ini sesuai dengan hasil analisis korelasi yang menunjukkan kandungan dan serapan N secara nyata berkorelasi positif dengan hasil gabah (Tabel 64). Sun et al. (2012) menyatakan hasil gabah secara nyata berhubungan dengan kemampuan menyerap dan menggunakan N oleh setiap varietas.

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 57 HUBUNGAN KARAKTER FISIOLOGI DENGAN KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Relationship of Physiological Characters with Yield Component and Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production 47 STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi pemotongan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan IV. Hasil dan pembahasan A. Pertumbuhan tanaman 1. Tinggi Tanaman (cm) Ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007)

Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Lampiran 1. Deskripsi padi varietas Ciherang (Supriatno et al., 2007) Asal persilangan : IR 18349-53-1-3-1-3/IR 19661-131-3-1//IR 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 Umur tanaman : 116-125 hari Bentuk tanaman

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) 4.1.1. Karbondioksida (CO 2 ) Keanekaragaman nilai fluks yang dihasilkan lahan pertanian sangat tergantung pada sistem pengelolaan lahan tersebut.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penanaman dilakukan pada bulan Februari 2011. Tanaman melon selama penelitian secara umum tumbuh dengan baik dan tidak ada mengalami kematian sampai dengan akhir penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di desa Kleseleon, kecamatan Weliman, kabupaten Malaka, proinsi Nusa Tenggara Timur pada lahan sawah bukaan baru yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2009, yang merupakan bulan basah. Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Dramaga,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati

Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Budidaya Padi Organik dengan Waktu Aplikasi Pupuk Kandang yang Berbeda dan Pemberian Pupuk Hayati Rice Organic Cultivation with Different Times of Manure Application and Biological Fertilizer Application

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN

PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN PRODUKSI PROTEIN DAN ANTOSIANIN PUCUK KOLESOM (Talinum triangulare (Jacq.) Willd) DENGAN PEMUPUKAN BERTAHAP NITROGEN+KALIUM PADA DUA INTERVAL PANEN Protein and Anthocyanin Productions of Waterleaf Shoot

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari 2011 di lahan sawah yang berlokasi di Desa Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Elevasi/GPS

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK Agricola, Vol 4 (1), Maret 2014, 49-57 p-issn : 2088-1673., e-issn 2354-7731 PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM Yosefina Mangera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teoritis 2.1.1. Sawah Tadah Hujan Lahan sawah tadah hujan merupakan lahan sawah yang dalam setahunnya minimal ditanami satu kali tanaman padi dengan pengairannya sangat

Lebih terperinci

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23 VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice

PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI. The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice PENGARUH DOSIS BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TIGA VARIETAS PADI The Effect of Bokashi Dosages on Growth and Yield of Three Varieties of Rice Oleh : Darta Mulyana 1), Sakhidin 2) dan Achmad Iqbal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Hasil analisis tanah sebelum perlakuan dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah Sumberdaya Lahan IPB. Lahan penelitian tergolong masam dengan ph H O

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut 4 perbedaan antar perlakuan digunakan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara parameter yang diamati dengan emisi CH 4. HASIL a. Fluks CH 4 selama

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR Oleh : Yudhi Mahmud Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra, Jawa Barat

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak

PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI. Abstrak PENGARUH SISTEM TANAM LEGOWO DAN KONSENTRASI PUPUK PELENGKAP CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI Oleh : Eka Adi Supriyanto,1), Syakiroh Jazilah 1) Wisnu Anggoro 2) 1) Dosen Tetap Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.) 378 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.) THE

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System 18 KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 18

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah Analisis tanah merupakan salah satu pengamatan selintas untuk mengetahui karakteristik tanah sebelum maupun setelah dilakukan penelitian. Analisis tanah

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RIWAYAT HIDUP... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di UPT Balai Benih Induk (BBI) Palawija Dinas Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang Medan,

Lebih terperinci

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala

PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT. Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT Munif Ghulamahdi Maya Melati Danner Sagala PENDAHULUAN Produksi kedelai nasional baru memenuhi 35-40 %, dengan luas areal

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Electric Furnace Slag, Blast Furnace Slag dan Unsur Mikro terhadap Sifat Kimia Tanah 4.1.1. ph Tanah dan Basa-Basa dapat Dipertukarkan Berdasarkan Tabel 3 dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU Nurhayati 1), Rizqi Sari Anggraini 1), dan Tri Wahyuni 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau 2) Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Sri Hartati, Jauhari Syamsiyah, Hery Widijanto, dan Moh. Arief Bonis S

Sri Hartati, Jauhari Syamsiyah, Hery Widijanto, dan Moh. Arief Bonis S PENGARUH PUPUK KANDANG SAPI DENGAN BIODEKOMPOSER DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP EFISIENSI SERAPAN K DAN HASIL TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) DI LAHAN SAWAH PALUR SUKOHARJO The Effect of Cow Manure with Biodecompocer

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara I. PENDEKATAN PETAK OMISI Kemampuan tanah menyediakan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2005 PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN SORGUM ( (L) Moench DAN (Piper) Stafp) YANG MENDAPATKAN KOMBINASI PEMUPUKAN N, P, K DAN CA (The Use Combined Fertilizers of N, P, K and Ca on Growth and Productivity

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN Jurnal Cendekia Vol 11 Nomor 2 Mei 2013 PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) VARIETAS HARMONY Oleh:

Lebih terperinci

PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI PENGARUH ZEOLIT DALAM PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI Akhmad Jufri, Mochamad Rosjidi Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT Pusat Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Bahan dan alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai Oktober 2007 di kebun percobaan Cikabayan. Analisis klorofil dilakukan di laboratorium Research Group on Crop Improvement

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci