MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 Nomor : 001; 002/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR: 001/PUU-III/ /PUU-III/2005 PENGUJIAN UU N0. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) JUMAT, 4 FEBRUARI 2004 JAKARTA 2005

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR: 001/PUU-III/ /PUU-III/2005 PENGUJIAN UU N0. 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU) KETERANGAN 1. H a r i : Jumat 2. Tanggal : 4 Februari Waktu : WIB 4. Tempat : Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat 5. Susunan Persidangan : 1. Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. ( k e t u a ) 2. H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. ( Anggota ) 3. I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., M.H. ( Anggota ) 6. Pemohon : Aryunia Candra Purnama 7. Panitera Pengganti : Cholidin Nasir, S.H. Ida Ria Tambunan, S.H. 8. Acara : Pemeriksaan Pendahuluan 2

3 JALANNYA SIDANG SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Perkara 001/PUU-III/2005 dan Perkara 002/PUU-III/2005 dengan ini dibuka dan terbuka dinyatakan terbuka untuk umum. KETUK 1 X Saudara Pemohon atau Kuasanya, sebagaimana lazimnya Saudara diminta memperkenalkan diri identitasnya. Sebagai Pemohon materil atau Kuasa Hukum? Silakan. 2. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Terima kasih, Majelis Hakim yang kami hormati. Kami mewakili Aryunia Candra Purnama, seorang Warga Negara Republik Indonesia yang dirugikan hak konstitusionalnya, kami adalah tim Advokat. Kami mewakili Perkara Nomor 01. Kami sendiri, Lukas. Di sebelah kanan kami, Tisye Erlina Yunus, S.H. selanjutnya Swandy Halim, S.H., selanjutnya Sony Wicaksono, S.H., dan terakhir adalah Tommy Siregar, S.H. Terima kasih. 3. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Untuk mewakili Perkara Nomor KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Untuk Perkara Nomor 002, kami juga mewakili perseorangan, yaitu Suharyanti yang dirugikan hak konstitusionalnya. Perkara Nomor 002 ini, kami juga bersama-sama dengan Kuasa Hukum yang sama, yaitu saya sendiri Lukas, S.H., Tisye Erlina Yunus, S.H., Swandy Halim, S.H., selanjutnya Sony Wicaksono, S.H., dan terakhir adalah Tommy Siregar, S.H. Terima kasih. Pokok-pokok masalah yang kami ajukan dalam pemeriksaan uji materil ini, yaitu menyangkut dengan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Mungkin, untuk lebih jelasnya kami mohon kami bisa membacakan secara bergiliran secara jelas alur pembacaannya. Terima kasih. 3

4 Yth. Perihal : Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. : Permohonan Pemeriksaan Pengujian Materiil atau Judicial Review atas Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang atau PKPU terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Yang bertandatangan di bawah ini: 1. Lukas Swandy Halim, S.H. 2. Marselina Simatupang, S.H. 3. Tisye Erlina Yunus, S.H. 4. Tommy Siregar, S.H. 5. Vinda Mayang Sari, S.H. 6. Nur Asiyah, S.H. 7. Sony Wicaksono, S.H. 8. Widi Bradawati, S.H. dan 9. Rinti Gultom, S.H. Semuanya adalah Advokat, bertindak untuk dan atas nama Aryunia Candra Purnama bertempat tinggal di Pengadegan, Jakarta Selatan. Dengan ini, mengajukan Permohonan pemeriksaan uji materil atas Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu; Pasal 2 ayat (5) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Selanjutnya akan dilanjutkan oleh rekan kami Tisye. 5. KUASA PEMOHON TISYE ERLINA YUNUS, S.H., MM. Adapun yang menjadi dasar dan alasan diajukannya permohonan ini adalah sebagai berikut; I. Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang mempunyai kapasitas hukum dan kepentingan hukum untuk mengajukan permohonan aquo; 1. Bahwa Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Kartu Tanda Penduduk Nomor (Bukti P-1); 4

5 2. Bahwa sebagai Warga Negara Indonesia, Pemohon mempunyai hak-hak konstitusional yang sama dengan Warga Negara Indonesia lainnya sebagaimana dijamin dalam Pasal 28B ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 28B ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengatur sebagai berikut Setiap orang berhak atas pengakuan jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur sebagai berikut Segala warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Bahwa salah satu hak konstitusional Pemohon adalah hak untuk mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap perusahaan yang mempunyai utang kepada Pemohon. Namun demikian, pada tanggal 10 Januari 2005, hak konstitusional Pemohon tersebut, telah ditolak oleh Pengadilan Niaga kepada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan dasar Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Bukti P-2; 3. Bahwa dengan demikian, Pemohon menganggap haknya untuk mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit terhadap Perusahaan Asuransi menjadi terhalang dan atau menjadi tidak memiliki hak lagi karena berlakunya Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang mengatur, bahwa Permohonan Pernyataan Pailit terhadap perusahaan asuransi hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan dan Panitera wajib menolak Permohonan Pernyataan Pailit terhadap perusahaan asuransi yang diajukan oleh institusi lain selain Menteri Keuangan. Pasal 2 ayat (5) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur sebagai berikut Dalam hal debitor adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, Permohonan pertanyaan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur sebagai berikut Panitera wajib menolak pendaftaran Permohonan Pernyataan Pailit bagi konstitusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayatayat tersebut ; 4. Bahwa selain hilangnya hak konstitusional Pemohon untuk mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit terhadap Perusahaan Asuransi, Pemohon juga menganggap hak konstitusionalnya untuk mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran 5

6 Utang (PKPU) terhadap Perusahaan Asuransi akan menjadi terhalang dan atau menjadi tidak memiliki hak lagi karena berlakunya. Pasal 223 dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang mengatur, bahwa Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Perusahaan Asuransi hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan dan Panitera wajib menolak Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap perusahaan asuransi yang diajukan oleh institusi lain selain Menteri Keuangan. Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur sebagai berikut: Dalam hal debitor adalah bank, perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring, dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara, yang bergerak di bidang kepentingan publik maka yang dapat mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah lembaga sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), (4), dan ayat (5). Pasal 226 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur sebagai berikut Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) berlaku mutatis mutandis sebagaimana tata cara pengajuan PermohonanPenundaan Kewajiban Pembayaran Utang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) ; 5. Bahwa karena hak konstitusional Pemohon dirugikan dengan berlakunya Pasal 2 ayat (5), Pasal 6 ayat (3), Pasal 223, dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), maka berdasarkan Pasal 51 ayat (1) huruf A Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, (bukti P-6), Pemohon mempunyai kapasitas hukum dan kepentingan hukum untuk mengajukan permohonan aquo. Pasal 51 ayat (1) huruf A Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi mengatur sebagai berikut: Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang yaitu perorangan warga negara Indonesia ; Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, dengan nyata, Pemohon mempunyai kapasitas hukum dan kepentingan hukum untuk mengajukan Permohonan pemeriksaan uji materiil atau judicial review atas Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Selanjutnya akan dilanjutkan oleh rekan saya. 6

7 6. KUASA PEMOHON SWANDY HALIM. S.H. II. Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; A. Pelanggaran terhadap hak konstitusional Pemohon atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 ; 6. Bahwa dengan ditolaknya pendaftaran Permohonan Pernyataan Pailit yang diajukan oleh Pemohon terhadap PT. Prudential Life Insurance berdasarkan Pasal 2 ayat (5) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) vide butir 3 secara nyata telah melanggar hak konstitusional Pemohon berdasarkan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengatur sebagai berikut Setiap orang berhak atas pengakuan jaminan perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengatur sebagai berikut Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya ; 7. Bahwa sepertinya halnya Pasal 2 ayat (5) tersebut di atas, Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) juga merupakan pasal yang mencabut, membatasi, dan menghilangkan hak konstitusional Pemohon untuk mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) terhadap perusahaan asuransi. Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) mengatur sebagai berikut Dalam hal debitor adalah bank, perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring, dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, dan Badan Usaha Milik Negara, yang bergerak di bidang kepentingan publik, maka yang dapat mengajukan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) ; 8. Bahwa oleh karena itu dengan diberlakukannya Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepalitan dan Penundaan kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU yang telah mencabut, membatasi dan menghilangkan hak Pemohon untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan 7

8 penundaan kewajiban pembayaran hutang atau PKPU terhadap perusahaan asuransi jelas-jelas merupakan pelanggaran hak konstitusional Pemohon terhadap pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, nyata bahwa ketentuan Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan kewajiban Pembayaran hutang atau PKPU telah melanggar atau bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, dan oleh karenanya sangat berdasarkan hukum, apabila Pasal 2 ayat (5)dan Pasal 223 Undangundang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU tersebut oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Selanjutnya akan dibacakan oleh Rekan saya Sony. 7. KUASA PEMOHON SONY R. WICAKSANA, S.H., LLM. B. pencabutan, Pembatasan dan Penghilangan hak Pemohon untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran hutang atau PKPU terhadap perusahaan Asuransi melanggar ketentuan Pasal 24 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa dengan diberlakukannya Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU, berarti telah terjadi pencabutan, pembatasan dan penghilangan hak konstitusional Pemohon untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU terhadap perusahan asuransi. Karena Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU hanya memberikan kewenangan secara limitatif kepada Menteri keuangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU terhadap perusahaan asuransi; 11. Bahwa dengan diberikannya kewenangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran hutang atau PKPU hanya pada Menteri Keuangan berarti telah membatasi dan menghalangi hak Pemohon untuk mendapatkan akses keadilan langsung kepada lembaga yudikatif atau acces to justice; 12. Bahwa disamping itu dengan diberikannya kewenangannya secara limitatif hanya kepada Menteri Keuangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit penundaan kewajiban pembayaran 8

9 hutang atau PKPU, maka Menteri Keuangan seolah-olah telah menjadi bagian lembaga yudikatif yang telah melakukan tugas pengambil suatu keputusan hukum atau kuasa judicial, yaitu Menteri Keuangan yang menentukan apakah suatu perusahaan asuransi itu layak atau tidak untuk diajukan pailit ataupun penundaan kewajiban pembayaran hutang atau PKPU. Hal ini jelasjelas bertentangan dengan prinsip kekuasaan kehakiman yang merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menegakkan hukum dan keadilan yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya serta sebuah Mahkamah Konstitusi sebagaimana diamanatkan Pasal 24 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 24 ayat (1), (2) dan (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengatur sebagai berikut ayat (1) Kekuasan kehakiman merupakan kekuasan yang merdeka untuk menyelenggarakan Peradilan guna menegakkan Hukum dan Keadilan; ayat (2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan Badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, linngkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi; ayat (3) Badanbadan lainnya yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara RI mengatur sebagai berikut Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undangundang terhadap Undang Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangan diberikan oleh Undang Undang Dasar. Memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan Umum; 13. Bahwa dengan diberikannya kewenangan eksklusif hanya kepada Menteri Keuangan untuk mengajukan permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU terhadap perusahaan asuransi. Hal ini juga tidak memberi dampak yang positif bagi masyarakat, bahkan sangat merugikan masyarakat. Karena fakta yang terjadi selama ini meskipun banyak perusahaan asuransi yang bermasalah dan telah pula dinyatakan dalam status pembatasan kegiatan usaha atau PKU oleh Menteri keuangan namun tidak satupun yang dimohonkan pailit oleh Menteri Keuangan. Hal ini terbukti dari kasus PT. Asuransi Jiwa Buana Putera yang telah dinyatakan dalam status pembatasan kegiatan usaha atau PKU oleh Menteri keuangan, dan banyak klaim atau tagihan konsumen asuransi tersebut yang belum dibayarkan akan tetapi sampai saat ini tidak juga dimohonkan pailit oleh Menteri Keuangan. (Bukti P-5). Meskipun Menteri Keuangan telah mempunyai kewenangan non eksklusif untuk itu berdasarkan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha Perasuransian. (Bukti P-7). Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian mengatur 9

10 sebagai berikut ayat (1) dengan tidak mengurangi berlakunya ketentuan dalam peraturan kepailitan dalam hal terdapat pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, maka Menteri berdasarkan kepentingan umum dapat meminta kepada pengadilan agar perusahaan yang bersangkutan dinyatakan pailit ; 14. Bahwa dengan demikian nyata bahwa kewenangan yang telah diberikan kepada Menteri keuangan berdasarkan Pasal 20 ayat (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian telah jelas-jelas dilalaikan oleh Menteri Keuangan, dan hal tersebut sangat merugikan masyarakat. Apalagi jika hak konstitusional warga negara dirampas dan diberikan kepada Menteri keuangan sebagai satu-satunya otoritas yang dapat mengajukan permohonan pernyatan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU terhadap perusahaan asuransi, vide bukti Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU. Hal ini jelas-jelas makin menjauhkan masyarakat dari akses kepada keadilan sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; Berdasarkan uraian-uraian disebut di atas nyata bahwa ketentuan Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pambayaran Hutang atau PKPU telah pula melanggar atau bertentangan dengan Pasal 24 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena telah menghalang-halangi akses Pemohon untuk mendapatkan keadilan dan sebaliknya membuka ruang bagi intervensi lembaga eksekutif ke dalam ruanga lingkup yudikatif. Oleh karenanya sangat berdasarkan hukum apabila Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tersebut oleh Mahkamah Konstitusi tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Selanjutnya akan dibacakan oleh Rekan Tomi Siregar. 8. KUASA PEMOHON TOMMI S. SIREGAR, S.H., LLM. III. Terima kasih. Pasal 6 ayat 3 dan Pasal 224 ayat 6 Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang Atau PKPU bertentangan dengan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Bahwa pada prinsipnya tiap-tiap orang yang merasa hak-hak dilanggar atau dirugikan termasuk Pemohon, mempunyai hak untuk mengajukan permasalahan hukum ke muka pengadilan, termasuk namun tidak terbatas untuk mendaftarkan permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU pada Kepaniteraan, Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri yang berwenang, untuk diperiksa dan diadili secara adil dan fair. Sehingga pengadilan dalam hal ini tidak boleh menolak untuk 10

11 memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya. Sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, mengatur sebagai berikut ayat (1) Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas melainkan wajib memeriksa dan mengadilinya ; 16. Bahwa terhadap setiap permasalahan atau tuntutan hukum, termasuk permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU yang diajukan di depan pengadilan maka Hakim adalah satu-satunya otoritas yang dapat memberikan putusan, yaitu dengan menyatakan bahwa tuntutan tersebut dinyatakan tidak dapat diterima karena tidak memenuhi syarat-syarat formil atau dinyatakan ditolak, karena secara materil tidak mendasar ataupun dikabulkan karena tuntutan tersebut mempunyai dasar dan alasan hukum yang kuat. Putusan tersebut akan diberikan oleh Hakim, karena jelas-jelas telah memasuki ruang lingkup yudisial bukan administratif, dan sama sekali bukan wewenang Panitera. Dengan demikian jelas bahwa penolakan atas pendaftaran permohonan pernyataan pailit oleh Panitera Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat seperti yang dialami oleh Pemohon vide butir 3 menunjukkan pengambilalihan tugas yudisial oleh Panitera yang hanya merupakan petugas administratif. Demikian pula penolakan atas pendaftaran Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU pada perusahaan asuransi oleh Panitera yang diajukan oleh institusi lain selain Menteri Keuangan, jelas-jelas merupakan pengambilalihan tugas yudisial oleh Panitera yang hanya merupakan petugas administratif; 17. Bahwa Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU menyatakan bahwa, Panitera wajib menolak permohonan Pernyatan pailit Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU terhadap perusahaan asuransi yang diajukan kepada Pengadilan Niaga apabila yang mengajukan permohonan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran hutang PKPU bukan Menteri Keuangan. Pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang mengatur sebagai berikut Panitera wajib menolak pendaftaran permohonan pernyatan pailit bagi Institusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) jika dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut; Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang mengatur sebagai berikut: Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4) dan ayat (5) berlaku mutatis sebagai tata cara pengajuan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) ; 11

12 18. Bahwa dengan demikian jelas diberlakukannya Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU tersebut berarti telah mencabut, membatasi dan menghilangkan hak konstitusional Pemohon untuk mendaftarkan permohonan pernyataan pailit dan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU tehadap perusahaan asuransi, karenanya Pemohon sebagai warga negara Indonesia merasa haknya tersebut tidak mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, kepastian hukum yang adil dan perlakuan hukum yang sama dihadapan hukum sebagaimana dijamin oleh Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; 19. Bahwa demikian pula dengan diberlakukannya Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, maka kewenangan Hakim dalam ruang lingkup yudisial telah diintervensi oleh Panitera yang hanya merupakan petugas administratif, sehingga nyata-nyata telah bertentangan dengan asas indepedensi dan otonomi peradilan dalam hal ini Hakim sebagai pejabat negara di bidang yudisial sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat (1),(2), (3) Pasal 24C ayat (1) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; Selanjutnya akan dibacakan oleh Rekan kami Lucas. 9. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, nyata bahwa Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah melanggar atau bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 24 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan karenanya sangat berdasarkan hukum apabila Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tersebut oleh Mahkamah Konstitusi dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Demikian permohonan pemeriksaan pengujian materiil atau judicial review atas Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disampaikan. Selanjutnya dengan ini Pemohon memohon kepada yang terhormat Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa permohonan aquo dan berkenan untuk memberikan putusan sebagai berikut : 1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya. 2. Menyatakan Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 12

13 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 4. Menyatakan Pasal 2 ayat (5) dan Pasal 223 Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 5. Menyatakan Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 224 ayat (6) Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 6. Memerintahkan pencoretan Pasal 2 ayat (5), Pasal 6 ayat (3), Pasal 223 dan Pasal 224 ayat (6) dari Undang-undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan memerintahkan pengumumannya dimuat dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia atau apabila Majelis Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain, Pemohon mohon putusan yang seadil-adilnya, ex aequo et bono. Hormat kami, Kuasa Hukum Pemohon. Terima kasih. 10. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara Kuasa Pemohon, Panelis ingin menanyakan, apakah redaksi atau substansi permohonan Perkara 002/PUU-III/2005 atas nama Suharyanti secara mutatis mutandis itu sama saja redaksinya dengan redaksi positanya dan bagian petitumnya dengan perkara 001/PUU-III/2005 atas nama Aryunia Chandra? 11. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Terima kasih. Petitum yang kami mintakan sama persis, tetapi alasannya ada sedikit berbeda. Untuk Perkara 001, klien kami untuk mendaftarkan saja di pengadilan langsung ditolak, sedangkan untuk 002, untuk Suharyanti, perkaranya diterima oleh pengadilan namun ditolak dalam putusan di pengadilan yang berdasarkan pasal-pasal substansi yang sama. 12. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Jadi pada hakekatnya sama saja, dengan catatan perbedaan-perbedaan. 13. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Sama. 13

14 14. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bagaimana kalau Panelis berpendapat bahwa Perkara 002/PUU- III/2005 resmi dianggap sudah dibacakan. 15. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Tidak ada masalah, kami bisa menerimanya. 16. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Ya, baik. Hanya saja, setelah Panelis mengikuti pembacaan dari Perkara 001 itu, walaupun secara benar Saudara tidak lagi menggunakan kata batal tetapi menggunakan frase tidak mengikat secara hukum, tetapi apa yang tertulis masih ada kata batal di sini, halaman 6, halaman 8, halaman 10, halaman 12. Kenapa ada inkonsistensi demikian antara apa yang Kuasa Pemohon bacakan dengan apa yang disampaikan. 17. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Terima kasih. Kami mohon maaf, sebenarnya kami tadi harus mendahului menjelaskan bahwa kami sudah menyadari hal itu karena pada persidangan yang pertama dalam kasus pembelaan Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi, kami mengikuti saran-saran dari Majelis yang terhormat. Namun, permohonan kami itu sudah terdaftar. Oleh karena itu kami berinisiatif langsung merubahnya dalam pembacaan hari ini. Kami mohon agar apa yang kami bacakan itu yang bisa dipegang karena unsur-unsur kata-kata batal yang tidak diperkenankan kami ubah menjadi tidak mengikat secara hukum. Katakata uji materiil diubah menjadi pengujian materiil dan beberapa sedikit yang lain dan kami sudah merubahnya. Nanti kalau bisa kami diperkenankan mengajukan, apakah pada saat ini atau dalam jangka waktu 14 hari. 18. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Ya, dalam jangka waktu 14 hari Saudara diharapkan sudah mengajukan perbaikan. 19. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Terima kasih. Sebenarnya kami sudah selesai. 20. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Ya, diajukan saja. Petugas. 12 rangkap ya. 14

15 21. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya, 12. Kami baru buatkan 3 dan akan kami tambahkan. 22. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Jadi tolong dilengkapi. 23. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya. 24. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Sudah, ini ada yang 001 dan ada yang 002. Ini berapa banyak? 3 saja dulu. Baiklah, sebelum diberikan kesempatan kepada Panelis untuk mengungkapkan catatan-catatan, nasehat-nasehat, apakah pada saat sekarang ini Saudara Kuasa Pemohon telah siap dengan bukti-bukti surat guna kami sahkan untuk dua perkara ini? 25. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Kami telah siap dan kami sudah letakkan. Sudah didaftarkan. 26. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Apakah ada tambahan bukti lain? Agar kami dapat sahkan secara bersamaan pada pagi hari ini. 27. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ada tambahan, bukti-bukti lain ada. Kalau diperkenankan kami bacakan, Majelis yang kami hormati. 28. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Daftarnya dibuat saja. Yang ada saja sekarang akan kami sahkan. 29. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Sudah ada kami berikan tadi bersamaan. 30. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Sudah ada daftar bukti-bukti surat-suratnya? 15

16 31. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Sudah ada. 32. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Ada? Petugas. Bukti 1 sampai 3 mana? 33. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H, M.H. Ini tidak ada daftarnya, tapi sudah ada buktinya. 34. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Daftarnya belum dibuat? Tidak apa-apa kita sahkan. 35. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H, M.H. Maksudnya daftarnya tidak ada tapi buktinya ada. 36. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Daftar buktinya ada? Baiklah Saudara Kuasa Pemohon, pertama-tama kami ingin mensahkan bukti-bukti surat Perkara 001. Saya bacakan. Di hadapan Saudara sudah ada daftar bukti-bukti surat 001? Akan kami bacakan. Sudah ada? Baik, Bukti P-1 dalam Perkara 001, asli Kartu Tanda Penduduk No atas nama Aryunia Chandra Purnama telah dinazegellen. Apakah benar itu? 37. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 38. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-2, asli permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon terhadap PT. Prudencial Life Asurrance tanggal 10 Januari 2005, telah dinazegellen. Apakah benar? 39. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 16

17 40. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-3, asli kumpulan laporan berita mengenai perusahaanperusahaan asuransi yang berstatus Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) yang tidak juga dimohonkan pailit oleh Menteri Kehakiman, telah dinazegellen. Apakah itu benar? 41. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 42. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Sekarang Bukti P-4. Sudah ada bukti surat P-4? Apakah sudah ada? Diserahkan sekarang. 43. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Untuk daftar bukti tambahan baru kami berikan saat ini, Majelis. 44. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Buktinya belum? 45. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Buktinya sudah ada kami miliki. 46. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Belum diserahkan kepada Panelis? 47. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Belum kami serahkan, baru mau kami serahkan kalau diminta. 48. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara Kuasa Pemohon, Bukti P-4 dalam Perkara Nomor 001, coba didengar. Bukti P-4, asli. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) telah dinazegellen. Apa itu benar? 49. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 17

18 50. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya, Bapak Ketua. 52. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-5, asli. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 53. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 54. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-6, asli. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 55. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 56. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Jadi, untuk Perkara 001? 57. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Masih ada, Bapak Ketua. 58. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Maaf, maaf. Bukti P-7, asli. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 18

19 59. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 60. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-8, asli. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman telah di-nazegellen. Apakah itu benar? KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 61. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara Kuasa Pemohon, dengan demikian, pada Sidang Panel pada pagi hari ini, untuk Perkara 001, Saudara telah mengajukan Bukti P-1 sampai dengan P-8? 62. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 63. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Kami ingin menanyakan sebagaimana diwajibkan oleh undang-undang, kami ingin menanyakan, bagaimana caranya Saudara mendapatkan bukti-bukti surat itu, apakah secara absah? 64. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya kami peroleh secara sah untuk Bukti P-1, kami dapatkan dari Aryunia Chandra Sundari, yaitu Pemberi Kuasa. 65. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Dalam kaitan hubungan Kuasa dan Klien? 66. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya antara hubungan Kuasa dan Klien. Untuk Bukti P-2 juga kami dapatkan dari Klien, yaitu dari Aryunia Chandra, juga diberikan kepada kami, hubungan antara Klien dan Kuasa. Untuk Bukti P-3, kami dapatkan dari Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi, itu atas upaya kami. Kami meminta kepada Yayasan Lembaga 19

20 Konsumen Asuransi Indonesia, bahwa tolong diberikan data-data menyangkut perusahaan asuransi yang sudah dikenakan pembatasan kegiatan usaha. 67. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Ya. 68. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Selanjutnya untuk Bukti P-4. Bukti P-4 sampai dengan Bukti P-8 itu berupa undang-undang yang kami beli dari toko buku. 69. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Baik. 70. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Terima kasih. 71. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Sekarang, bukti-bukti dalam Perkara Nomor 002. Daftar bukti-buktinya, Bukti P-1 sampai P-3 Perkara Nomor 002? Mana, mana daftar? 72. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Kami sudah daftarkan. 73. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara petugas apakah sudah ada? Sudah ada, ya tipe dan isinya? Belum diperbanyak, ya? Baik, Saudara Kuasa Pemohon, kami bacakan. Bukti P-1, asli. Kartu Tanda Penduduk Nomor 0123/00550/ atas nama Suharyanti telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 74. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 20

21 75. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-2, asli. Putusan Nomor 05/Pailit/2004/PN-Niaga SNI tanggal 9 November 2004 telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 76. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 77. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-3, asli. Kumpulan Laporan Berita mengenai Perusahaanperusahaan Asuransi yang Berstatus Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) yang Tidak Juga Dimohonkan Pailit oleh Menteri Keuangan telah dinazegellen. Apakah itu benar? 78. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 79. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Kemudian Bukti P-4, asli. Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 80. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 81. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-5, asli. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 82. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 21

22 83. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-6, asli. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 84. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 85. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bukti P-7, asli. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian telah di-nazegellen. Apakah itu benar? 86. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 87. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara Kuasa Pemohon, dengan demikian untuk Perkara Nomor 002, Saudara telah memasukkan bukti-bukti dan disahkan, Bukti P-1 sampai dengan Bukti P-7, benar itu? 88. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. 89. KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara Kuasa Pemohon, seperti lazimnya pula, kami ingin menanyakan bagaimana caranya Saudara mendapatkan bukti-bukti surat yang Saudara ajukan kepada Panelis pagi hari ini? 22

23 90. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Semua bukti-bukti kami peroleh secara sah. Khusus bukti untuk P-1, Bukti P-2 kami dapatkan dari Klien kami sendiri, yaitu dari Suharyati, dalam hubungan antara Klien dan Kuasa Hukum. Untuk Bukti P-3, kami dapatkan dari Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi atas permintaan dan inisiatif dari kami meminta kepada yayasan. Selanjutnya untuk Bukti P-4 sampai dengan Bukti P-7, yaitu berupa undang-undang, kami peroleh dengan jalan membeli dari toko buku. Terima kasih. 91. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., MH. Terima kasih. Yang Berhormat Bapak Ketua, Ketua Panel. Saudara Pemohon, tadi, di Permohonan Perkara Nomor 001 sudah ada perbaikan langsung ya? 92. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya, benar. 93. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., MH. Apakah juga demikian dengan Permohonan Perkara Nomor 002? 94. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Sama, benar. 95. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, SH., MH. Andaikata memang demikian, kami mohon nanti supaya diserahkan melalui Panitera supaya langsung di, apa sudah dibuat 12 rangkap yang Nomor 002 juga? 96. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Kami tadi sudah membuat masing-masing 3 rangkap, nanti kami lengkapi perbanyak menjadi 12 rangkap akan kami serahkan pada Panitera. 97. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., MH. Ya nanti kalau bisa pada hari ini, setidak-tidaknya untuk hari ini mungkin untuk panel dulu supaya ada 3. Mengapa harus 12? Karena nanti, kami harus membicarakan ini di dalam, harus melaporkan ini kepada Pleno. 23

24 98. KUASA PEMOHON LUCAS, S.H. Ya, kami akan laksanakan. 99. HAKIM I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., MH. Sehingga sudah sama bacaan yang di bawah. Lalu tentang hal-hal lain, sekiranya Saudara nanti, karena kami rasanya sudah tidak ada lagi yang perlu kami berikan nasehat sesuai dengan Pasal 39 Undang-undang Nomor 24 walaupun kami diwajibkan untuk itu, karena Saudara sudah berinisiatif untuk memperbaiki sendiri, tetapi ada satu hal yang barangkali penting untuk kami sampaikan adalah bahwa sekiranya Saudara nanti hendak mengajukan tambahan bukti, atau mungkin akan mengajukan Ahli atau Saksi. Kami minta kepada Saudara untuk jauh-jauh hari menyampaikannya terlebih dahulu secara tertulis kepada kami. Atau nanti mungkin akan dilaporkan kepada sekaligus kepada Pleno Mahkamah Konstitusi untuk dinilai. Misalnya kalau dipandang perlu untuk menyampaikan, untuk mendengarkan keterangan Saksi itu, atau keahlian dari seseorang? Akan tetapi kalau Saudara memang berkeinginan untuk mengajukan Ahli itu, silakan dipersiapkan jauh-jauh hari nanti. Kami akan laporkan hasil ini terlebih dahulu kepada Pleno, sehingga nanti pada Pleno sekaligus sudah bisa kami bicarakan mengenai soal itu. Demikian Bapak Ketua, mungkin hanya dari saya soal teknis, karena untuk soal substansi permohonan, pada permohonan yang sama-sama diwakili oleh Saudara Kuasa ini juga, yang diajukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Asuransi kalau tidak salah, adalah sama materinya dan nasehatnya juga sudah disampaikan. Jadi sudah diperbaiki. Saya kira dari saya hanya soal teknis seperti itu Bapak Ketua. Terima kasih. 100.KETUA Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Dari Bapak Hakim Konstitusi Achmad Roestansi tidak ada nasehat. Baiklah Saudara Kuasa Pemohon, dalam kedua perkara ini, Nomor 001 dan Nomor 002, dengan ini Sidang Panelis dalam perkara dimaksud dinyatakan sudah selesai dan akan dibuka kembali pada saat yang disampaikan. KETUK 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB 24

PUTUSAN Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: /PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: /PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: 001-002/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: /PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: /PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Perkara Nomor: 071/PUU-II/2004 Perkara Nomor: 001-002/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 071/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 071/PUU-II/2004 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 071/PUU-II/2004 I. PEMOHON Mira Amalia Malik, SH., MH dan Djawoto Jowono, SE., M.M. (Ketua Harian dan Sekretaris) bertindak untuk dan atas nama Yayasan Lembaga Konsumen

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 071 /PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 071/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 113/PUU-XII/2014 Keputusan Tata Usaha Negara yang Dikeluarkan atas Dasar Hasil Pemeriksaan Badan Peradilan Tidak Termasuk Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

Lebih terperinci

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 27/PUU-XII/2014 Tugas Dan Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Untuk Mengambilalih Dan Menjalankan Segala Hak Dan Wewenang Pemegang Saham Dalam Penanganan Bank

Lebih terperinci

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 27/PUU-XII/2014 Tugas Dan Kewenangan Lembaga Penjamin Simpanan Untuk Mengambilalih Dan Menjalankan Segala Hak Dan Wewenang Pemegang Saham Dalam Penanganan Bank Gagal

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi I. PEMOHON Forum Advokat Muda Indonesia (FAMI) Kuasa Hukum Zenuri Makhrodji, SH, DR. (can) Saiful Anam,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1969 TENTANG PENSIUN PEGAWAI DAN PENSIUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim I. PEMOHON Teguh Satya Bhakti, S.H., M.H. selanjutnya disebut

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I; RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 72/PUU-XII/2014 Pembatasan Kewenangan Hakim, Jaksa Penuntut Umum dan Penyidik dalam hal Pengambilan Fotokopi Minuta Akta dan Pemanggilan Notaris I. PEMOHON Tomson Situmeang,

Lebih terperinci

SELASA, 21 MARET 2006

SELASA, 21 MARET 2006 Nomor : 003/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 003/PUU-IV/2006 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 31 TAHUN 1999 Jo.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015

Lebih terperinci

SELASA, 24 AGUSTUS 2004

SELASA, 24 AGUSTUS 2004 Nomor : 012/PUU-I/2003 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PEMBUKTIAN PERKARA NO. 012/PUU-I/2003 PENGUJIAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 070 / PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN BUKTI TERTULIS PERKARA NOMOR 070/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 26 TAHUN 2004 PASAL

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 5/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 96/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN PERPU NOMOR 51 TAHUN 1960 TENTANG LARANGAN PEMAKAIAN TANAH TANPA IZIN YANG BERHAK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 45/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum I. PEMOHON Dr. Heru Cahjono KUASA HUKUM Albert Riyadi suwono, S.H., M.Kn., dan Adner Parlindungan, S.H., berdasarkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 005/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NO. 005/PUU-IV/2006 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 22 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 106/PUU-XII/2014 Larangan Rangkap Jabatan di Lembaga Negara Lain dan Menjadi Anggota Partai Politik bagi Anggota BPK I. PEMOHON 1. Ai Latifah Fardhiyah 2. Riyanti,

Lebih terperinci

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN PUTUSAN Nomor 91/PUU-XI/2013 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas I. PEMOHON Ir. Samady Singarimbun RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, SH., M., dkk. II.

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 28/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 8/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama) RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama) I. PEMOHON 1. Damian Agata Yuvens, sebagai Pemohon I; 2. Rangga sujud Widigda, sebagai Pemohon II; 3. Anbar

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 40/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 52/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 109/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 115/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 34/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 137/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 023/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (PEMBACAAN KETETAPAN PENCABUTAN PERMOHONAN) PERKARA NO. 023/PUU-III/2005

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan I. PEMOHON Barisan Advokat Bersatu (BARADATU) yang didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

Nomor : 012/PUU-III/2005

Nomor : 012/PUU-III/2005 Nomor : 012/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 012/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 36 TAHUN 2004

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016 RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 27/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Peninjauan Kembali dalam Sengketa Tata Usaha Negara Mengenai Pemilihan Kepala Daerah I. PEMOHON 1. Drs. Donatus Nimbetkendik, M. TP.,....

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal) RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal) I. PEMOHON 1. Whisnu Sakti Buana, S.T. -------------------------------------- sebagai Pemohon

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum I. PEMOHON Drs. Rahmad Sukendar, SH. Kuasa Hukum Didi Karya Darmawan, SE.,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 122/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 122/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 30/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 024/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (PASCA PERBAIKAN PERMOHONAN) PERKARA NO. 024/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN, UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [Pasal 231 ayat (3)] Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018 Wewenang DPR Memanggil Paksa Setiap Orang Menggunakan Kepolisian Negara Dalam Rapat DPR Dalam Hal Pihak Tersebut Tidak Hadir Meskipun Telah Dipanggil

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 113/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013.

KUASA HUKUM Dra. Endang Susilowati, S.H., M.H., dan Ibrahim Sumantri, S.H., M.Kn., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 26 September 2013. RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XI/2013 Pemenuhan Perjanjian Pekerjaan Waktu Tertentu, Perjanjian Pekerjaan Pemborongan, dan Lembaga Penyelesaian Hubungan Industrial I. PEMOHON Asosiasi

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 25/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan [Pasal 170 ayat (3), Pasal 171 ayat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 93/PUU-XIV/2016 Kepengurusan Partai Politik Yang Berselisih Harus Didaftarkan dan Ditetapkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Meskipun Kepengurusan Tersebut Telah

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 071/PUU-II/2004;001,002/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PANEL HAKIM MENDENGAR KETERANGAN SAKSI DARI PEMOHON PERKARA NOMOR 071/PUU-II/2004 001/PUU-III/2005

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 128/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik I. PEMOHON AH. Wakil Kamal, S.H., M. H.,..... selanjutnya disebut Pemohon

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 100/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 103/PUU-XIII/2015 Penolakan Pendaftaran Calon Peserta Pemilukada I. PEMOHON 1. Imran, SH. (Pemohon I); 2. H. Muklisin, S.Pd. (Pemohon II); Secara bersama-sama disebut

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DAN UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 15/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci