Transisi Spin dalam Spesies Turunan Tris[2-(Pirazol-3-il)piridina]besi(II)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Transisi Spin dalam Spesies Turunan Tris[2-(Pirazol-3-il)piridina]besi(II)"

Transkripsi

1 JMS Vol. 4 No. 2, hal Oktober 1999 Transisi Spin dalam Spesies Turunan Tris[2-(Pirazol-3-il)piridina]besi(II) Djulia Onggo 1) dan Kristian H. Sugiyarto 2) 1) Jurusan Kimia FMIPA-ITB 2) Jurdik Kimia, FPMIPA Universitas Negeri Yogyakarta Diterima tanggal 9 Agustus 1999.disetujui untuk dipublikasikan 21 Februari 2000 Abstrak Senyawa kompleks [Fe(3-pp) 3 ][X] 2.2H 2 O, dimana 3-pp = 2-(pirazol-3-il)piridina, X = I, Br, NO 3, dan CF 3 SO 3, dan X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)], telah berhasil diisolasi dan dikarakterisasi dalam hal sifat magnetik, spektrum Mössbauer, dan spektrum elektronik. Semua garam dihidrat tersebut yang diperoleh dari preparasi dengan pelarut air berwarna merah kecoklatan, dan pemanasan C mengakibatkan terurainya garam-garam ini kecuali untuk garam triflat yang memberikan dehidrasi tuntas menjadi tanpa hidrat dengan warna kuning. Pada temperatur kamar, momen magnetik garamgaram dihidrat sedikit lebih tinggi dari harga low-spin murni (~ 2,0-2,5 BM). Momen magnetik ini berubah secara perlahan, paralel terhadap perubahan temperatur dari ~ K, dan perubahan ini dapat diasosiasikan dengan terjadinya transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) tipe kontinu pada besi(ii). Untuk garam triflat tanpa hidrat, transisi spin state berlangsung secara dramatik yaitu menunjukkan tipe diskontinu dengan disertai gejala histeresis (Tc = 229K, Tc = 241K ; Tc = 12K ). Garam triflat tanpa hidrat ini juga menunjukkan sifat termokromik yaitu kuning pada temperatur kamar dan merah coklat gelap pada temperatur rendah. Abstract Complexes [Fe(3-pp) 3 ][X] 2.2H 2 O, where 3-pp = (2-(pyrazol-3-yl)pyridine, and X = I, Br, NO 3, and CF 3 SO 3, and X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)], have been isolated and characterized in terms of magnetic, Mössbauer, and electronic spectral properties. All the dihydrate salts which were isolated from aqueous solution are red brown, and heating up to C results in decomposition for all salts except for the triflate which gives complete dehydration to the anhydrous yellow salt. At room temperature, the magnetic moment of the dihidrate salts are slightly higher than the purely low-spin value (2,0-2,5 BM). The magnetic moments change gradually parallel to the change in temperature within K, and this is associated with the continuous spin state - singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) - transition in iron(ii). For the yellow anhydrous triflate salt, the spin state transition occurs dramatically, being discontinuous and associated with hysteresis (Tc = 229K, Tc = 241K ; Tc = 12K ). The triflate salt also shows a termochromic nature, being yellow at room temperature and dark red-brown at low temperature. KeyWords : Spin transition, magnetic properties, Mössbauer spectroscopy, electronic spectroscopy, thermochromic properties. 83

2 84 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Pendahuluan Ligan turunan piridina dalam kerangka bidentat, seperti 2,2'-bipiridina (bipy), 1,10- fenantrolina (phen), dan tridentat seperti 2,2',2"-terpiridina (trpy), dikenal memberikan medan ligan kuat dalam sistem kompleks enam koordinat, tris(ligan)m(ii) dan bis(ligan)m(ii). Jadi senyawa-senyawa kompleks [FeL 3 ] 2+ (L = bipy, dan phen), dan [FeL 2 ] 2+ (L = trpy) bersifat low-spin murni 1,2). Kekuatan medan ligan-ligan diimin -terimin tersebut ternyata relatif dekat dengan daerah "medium" sehingga substitusi salah satu ligan oleh ligan lain yang relatif lebih lemah atau lebih kuat seperti pada [Fe(phen) 2 Cl 2 ] dan [Fe(phen) 2 (CN) 2 ], masing-masing menghasilkan kompleks high spin murni dan low-spin murni 3). Substitusi oleh ligan medium seperti pada [Fe(bpy) 2 (NCS) 2 ], dan [Fe(phen) 2 (NCS) 2 ], mengakibatkan terjadinya transisi spin state - singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) pada besi(ii) 4,5). Penukaran salah satu sistem lingkar-6 piridina oleh sistem lingkar-5 donor nitrogen dalam kerangka diimin dan terimin, telah ditunjukkan oleh banyak contoh membawa penurunan kekuatan medan ligan secara keseluruhan kepada daerah medium dimana transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) untuk turunan [FeN 6 ] II dapat diinduksi secara termal 6-8). Salah satu contoh yang paling akhir yaitu untuk sistem ligan piridilpirazola 9-15). Akhir-akhir ini kerangka pirazola mendapat banyak perhatian khususnya kaitannya dengan potensi pembentukan ikatan hidrogen apabila terkoordinasi dalam senyawa kompleks. Oleh karena itu kerangka piridil-pirazola tidak hanya menginduksi terjadinya transisi spin state dalam besi(ii), tetapi juga menyediakan "sarana" terjadinya perambatan sifat kooperatif transisi spin dalam padatan, via ikatan hidrogen. Dalam situasi tertentu, hadir-tidaknya ikatan hidrogen dapat mengakibatkan terjadinya transisi spin state tipe histeresis. Material yang menunjukkan sifat transisi spin state tipe histeresis berpotensi sangat menjanjikan dalam aplikasinya untuk peralatan-peralatan elektronik yang berkaitan dengan pencatatan / pengolahan data 16-18) Dalam konteks piridil-pirazola tersebut, garam-garam turunan [Fe(bpp) 2 ][X] 2. nh 2 O (dimana bpp = 2,6-bis(pirazol-3-il)piridina dan X = BF 4, ClO 4, PF 6, I, Br, dan CF 3 SO 3 ), menunjukkan sifat-sifat yang unik yang sebagian dapat dikaitkan dengan sifat sistem pirazola 10-15). Garam-garam tersebut diperoleh dalam keadaan terhidrat dari isolasi

3 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober yang melibatkan pelarut air, dan didominasi oleh sifat low-spin; tetapi apabila solvasi airnya sebagian atau seluruhnya dihilangkan, garam-garam yang bersangkutan distabilkan oleh sifat high-spin. Garam-garam tanpa hidrat tetrafluoroborat, iodida, dan bromida menunjukkan transisi spin state tipe diskontinu, dan diasosiasikan dengan histeresis untuk dua garam pertama, demikian juga untuk garam triflat monohidrat. Tambahan pula untuk kedua garam tetrafluoroborat tanpa hidrat dan triflat monohidrat, fraksi high-spin dapat "dijebak" pada temperatur rendah (~ 90K) dengan metode pendinginan mendadak, dan kinetika laju transformasi high-spin low-spin telah dipelajari 12,14). N N NH 3-pp Untuk sistem bidentat yang berkaitan, yaitu 2-(pyrazol-3-yl)pyridine (3-pp), garam kompleks [Fe(3-pp) 3 ][X] 2.nH 2 O (X = BF 4, ClO 4, PF 6, dan n = 1-3), juga menunjukkan transisi spin state tipe kontinu; usaha dehidrasi hanya menghasilkan pelepasan sebagian molekul air saja, dan nampaknya solvasi air terikat sangat kuat di dalam kisinya 10). Untuk lebih mentuntaskan sifat elektronik dan peran solvasi air dalam sistem ini, penelitian diperluas dengan penerapan anionik lainnya yaitu X = I, Br, NO 3, dan CF 3 SO 3, dan X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)]. 2. Prosedur percobaan 2.1 Preparasi ligan, 2-(Pirazol-3-il)piridina, dan senyawa kompleks besi(ii) turunannya Ligan 2-(pirazol-3-il)piridin, 3-pp, dipreparasi menurut metode seperti telah dilaporkan sebelumnya yang diadopsi dari Lin dan Lang 12,10). Senyawa kompleks besi(ii) dipreparasi dalam lingkungan atmosfer nitrogen. Serbuk merah-coklat [Fe(3- pp) 3 ][X] 2.2H 2 O, dimana X = I, Br, NO 3, dan CF 3 SO 3, dan X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)], diperoleh dari larutannya ketika sedikit berlebihan larutan garam NaX yang sesuai ditambahkan ke dalam larutan merah-coklat dari 3 mmol ligan 3-pp dan 1 mmol FeCl 2.4H 2 O dalam air (hangat). Serbuk garam kompleks ini kemudian disaring, dicuci dengan (sedikit) air dingin kemudian dikeringkan dalam udara terbuka. Garam tanpa hidrat triflat, [Fe(3- pp) 3 ][CF 3 SO 3 ] 2, diperoleh dari pemanasan garam (di)hidratnya dalam lingkungan atmosfer nitrogen pada ~ C selama jam (kehilangan massa ~ 4,5%, sesuai dengan massa

4 86 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober H 2 O, 4,4%). Analisis kandungan unsur-unsur utama C, H, N, dan Fe mewakili formulasi masing-masing garam yang bersangkutan. 2.2 Pengukuran momen magnetik, spektrum Mössbauer dan spektrum elektronik Momen magnetik sampel padatan diukur dengan timbangan magnetik Gouy model Newport untuk berbagai temperatur yang dikalibrasi dengan CoHg(NCS) 4. Semua data dikoreksi dengan faktor diamagnetik yang dihitung menurut konstante Pascal 23). Momen magnetik efektif dihitung menurut rumus umum : µ = 2,828 (χ'.t)bm, dimana χ' = suseptibilitas molar terkoreksi (yang dapat dihitung dari perbedaan massa sampel yang ditimbang dengan dan tanpa magnet), dan T = temperatur sampel (Kelvin,K). Spektrum Mössbauer direkam dengan spektrometer model Norland dengan aselerasi konstan dalam mode transmisi dan menggunakan sumber isotop 57 Co dalam matrik rodium. Harga pergeseran isomer ditentukan relatif terhadap spektrum standar dari lembaran besi pada temperatur kamar ; untuk itu parameter diekstrak dari data menurut metode kuadrat terkecil ke dalam bentuk garis Lorentzian. Spektrum elektronik serbuk sampel direkam dengan spektrofotometer model Zeiss PMQII. Untuk pengukuran pada temperatur rendah (kira-kira K) dipakai asesori tambahan berupa tabung silinder yang diletakkan di atas sel sampel dan diisi nitrogen cair. Pada permukaan kaca sel sampel dialiri gas nitrogen dingin untuk mencegah terjadinya pembekuan uap air pada permukaan-nya. 3. Hasil dan Pembahasan Interaksi 1 mmol FeCl 2, 3 mmol ligan 3-pp, dan sedikit berlebihan NaX atau Na 2 X 2 dalam pelarut air menghasilkan serbuk berwarna orange kecoklatan dari senyawa [Fe(3- pp) 3 ][X] 2.2H 2 O (X = I, Br, NO 3, dan CF 3 SO 3, dan X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)] ). Formulasi senyawa kompleks ini didukung oleh hasil analisis kandungan unsur-unsurnya dan dengan demikian sesuai dengan identifikasi garam-garam sejenis pada penelitian sebelumnya. 10 Untuk menjaga identitas spesies dihidrat ini, pengukuran sifat magnetiknya dilakukan pada temperatur tinggi tidak melebihi K. Pemanasan diatas temperatur tersebut, kecuali untuk garam triflat, mengakibatkan terjadinya dehidrasi sebagian, namun juga disertai dekomposisi sehingga tidak diperoleh bentuk tanpa-hidrat-nya.

5 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Untuk garam triflat dihidrat, pemanasan diatas C selama jam (dalam lingkungan atmosfer nitrogen) mengakibatkan terjadinya dehidrasi tuntas (massa yang hilang ~ 4,5% ; massa 2H 2 O = 4,4%), hingga diperoleh garam triflat tanpa hidrat yang berwarna kuning. Garam tanpa hidrat ini ternyata sangat higroskopik, sehingga pengukuran sifat-sifat magnetik, spektrum Mössbauer, dan spektrum elektronik memerlukan penanganan ekstra hati-hati terhadap kemungkinan terhidrasi oleh uap air dari udara luar. 3.1 Sifat magnetik Momen magnetik semua garam dihidrat tersebut pada temperatur kamar diperoleh sebesar 2,0-2,5 BM, suatu nilai yang mengindikasikan adanya campuran dari mayor fraksi low-spin dan minor fraksi high-spin besi(ii). Harga momen magnetik ini ternyata berubah secara perlahan terhadap berubahnya temperatur, yaitu turun hingga ~ 0,7-1,7 BM pada ~ 90K, dan naik hingga ~ 3,0-4,0 BM pada ~ 353K (Tabel 1 dan Gambar 1A). Untuk garam triflat monohidrat (sampel 2) mempunyai momen magnetik yang lebih tinggi yaitu ~ 3,8 BM pada temperatur kamar, suatu nilai yang mengindikasikan adanya campuran fraksi high-spin - low-spin ~ 50%; demikian juga momen magnetik ini berubah pula secara perlahan dengan berubahnya temperatur, yaitu hingga ~ 2,0 BM pada ~ 90K, dan naik menjadi ~ 5,0 BM pada ~ 353K (Tabel 1, data disusun menurut urutan pengukuran). Dengan demikian perubahan sifat magnetik terhadap temperatur yang bersifat reversibel ini dapat diasosiasikan dengan terjadinya transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) dalam besi(ii) dengan tipe kontinu dan tidak tuntas pada rentang temperatur percobaan. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu untuk garamgaram tetrafluoroborat, perklorat dan heksafluorofosfat 10).

6 88 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999 Tabel 1. Data momen magnetik [Fe(3-pp)3][X]2.nH2O, dan [Fe(3-pp)3][CF3SO3]2. X = CF3SO3, n = 2, Sampel 1 T / K : 293,2 176,1 98,9 137,2 215, ,2 313,2 333,2 353,2 µ / BM : 2,24 1,50 1,17 1,33 1,62 1,81 2,24 2,61 3,04 3,79 X = CF3SO3, n = 1, Sampel 2 T / K : 293,2 176,1 98,9 118,2 146,8 205,8 237, ,2 333,2 353,2 µ / BM : 3,80 2,76 2,17 2,31 2,58 3,01 3,23 3,50 4,11 4,41 5,01 X = [Fe(CN)5(NO)], n = 2 T / K : 293,2 98,9 137,2 176,1 215, ,2 313,2 333,2 353,2 µ / BM : 2,31 1,73 1,83 1,93 1,98 2,13 2,31 2,41 2,73 3,65 X = I, n = 2 T / K : 293,2 98,9 137,2 176,1 215, ,2 313,2 333,2 353,2 373,2 µ / BM : 2,53 1,16 1,11 1,38 1,70 2,02 2,54 2,87 3,33 3,82 4,07 X = NO3, n = 2 T / K : 293,2 98,9 137,2 176,1 215, ,2 313,2 333,2 353,2 µ / BM : 2,09 0,88 1,00 1,07 1,13 1,49 2,08 2,43 2,83 3,28 X = Br, n = 2 T / K : 293,2 98,9 137,2 176,1 215, ,2 313,2 333,2 353,2 363,2 µ / BM : 1,75 0,70 0,73 0,79 0,91 1,20 1,76 2,14 2,60 3,01 3,39 [Fe(3-pp)3][CF3SO3]2, Sampel 1 (µhs = 5,30BM ; µls = 0,70BM) T / K : µ / BM : Nhs : T / K : µ / BM : Nhs : T / K : 195,8 176,3 156,5 118,1 137,2 156,5 176,3 195,8 205,8 215,6 225,4 µ / BM : 1,500 1,320 1,140 0,890 0,990 1,090 1,170 1,280 1,420 1,520 1,600 Nhs : 0,064 0,045 0,029 0,011 0,018 0,025 0,032 0,042 0,055 0,066 0,075 T / K : 237,2 244,9 255,0 275,0 293,3 µ / BM : 2,250 4,910 5,040 5,170 5,230 Nhs : 0,166 0,856 0,903 0,951 0,973 [Fe(3-pp)3][CF3SO3]2, Sampel 2 (µhs = 5,17BM ; µls = 0,70BM) T / K : 293, ,2 225,4 215,6 205,8 195,8 176,3 137,2 98,9 µ / BM : 5,16 5,16 5,11 4,94 2,52 1,54 1,17 1,03 0,95 0,8 0,76 Nhs : 0,996 0,996 0,976 0,911 0,223 0,072 0,033 0,022 0,016 0,006 0,003 T / K : 137,2 176,3 195,8 205,8 215,6 225,4 237, ,3 313,2 µ / BM : 0,800 0,83 1,00 0,94 1,13 1,23 1,93 5,04 5,14 5,16 5,17 Nhs : 0,006 0,008 0,019 0,015 0,03 0,039 0,123 0,949 0,988 0,996 1,00 T / K : ,2 225,4 215,6 205,8 195,8 176,3 98,9 137,2 176,3 µ / BM : 5,17 5,12 4,91 2,4 1,54 1,17 1,03 0,95 0,76 0,87 0,83 Nhs : 1,00 0,98 0,9 0,201 0,072 0,033 0,022 0,016 0,003 0,01 0,008 T / K : 195,8 205,8 215,6 225,4 237,2 244, ,3 313,2 µ / BM : 0,92 0,98 1,16 1,26 1,9 4,93 4,99 5,15 5,16 5,17 Nhs : 0,014 0,018 0,033 0,042 0,119 0,908 0,93 0,992 0,996 1,00

7 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Momen magnetik (µ)/ BM 5,0 + : X 2 = [Fe(CN) 5 NO] : X = CF 3 SO 3 4,0 : X = Br o : X = NO 3 3,0 : X = I Fraksi High-Spin ( N hs ) 1,0 = siklus turun = siklus naik 0,5 2,0 Gambar 1. 1,0 0,0 (A) Temperatur / K 0,0 (B) Temperatur / K (A) Momen magnetik (µ) vs temperatur untuk [Fe(3-pp)3][X]2.2H2O (B) Fraksi high-spin (Nhs) vs temperatur untuk [Fe(3-pp)3][CF3SO3]2 Untuk satu-satunya garam tanpa hidrat triflat, [Fe(3-pp) 3 ][CF 3 SO 3 ] 2, spesies ini didominasi oleh sifat high-spin dari temperatur 303 hingga 255K (Tabel 1) dengan momen magnetik ~ 5,27-5,06 BM (Sampel 1). Pada penurunan temperatur selanjutnya secara perlahan hingga ~ 196K ternyata terjadi penurunan momen magnetik yang relatif mendadak (abrupt) menjadi ~ 1,54 BM, dan sifat low-spin penuh dengan momen ~ 0,9BM dicapai pada temperatur ~ 99K. Jika selanjutnya temperatur sampel dinaikkan kembali secara perlahan, ternyata sifat low-spin masih mendominasi hingga temperatur ~216K dengan momen magnetik ~ 1,47 BM, dan kenaikan temperatur seterusnya secara perlahan hingga 275K ternyata diikuti kenaikan momen yang relatif mendadak menjadi 5,15 BM ; pemanasan seterusnya hingga 353K diperoleh nilai tertinggi momen magnetik 5,30 BM. Dengan demikian jejak penurunan sifat magnetik pada penurunan temperatur (Tc = 229K) tidak persis sama dengan jejak kenaikan sifat magnetik pada kenaikannya (Tc = 241K) ; Tc = temperatur dimana fraksi high-spin, N hs = 0,5. Konfirmasi sifat ini ditunjukkan oleh data dari pengukuran pendinginan - pemanasan pada siklus kedua untuk sampel yang sama. Sifat magnetik demikian ini jelas dapat diasosiasikan dengan terjadinya transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) dalam besi(ii) dengan tipe diskontinu, tuntas disertai gejala histeresis ( Tc = 12K). Sifat dapat ulang (reproducible) spesies ini ditunjukkan oleh data pengukuran sampel 2 yang dipreparasi secara terpisah dari sampel 1 (Tabel 1). Kurva transisi spin

8 90 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999 untuk spesies ini (Gambar 1B) diturunkan dari data momen magnetik yang diaplikasikan pada rumusan Everett and Holm 19), µ 2 T = n(µ hs )2 + (n 1)(µ ls ) 2, dimana µ = momen magnetik pada temperatur T, n = fraksi high-spin pada temperatur T, µ hs = momen magnetik high-spin murni, dan µ ls = momen magnetik low-spin murni ; dalam hal ini diasumsikan µ hs = 5,30 BM, dan µ ls = 0,70 BM untuk sampel 1 dan µ hs = 5,17 BM, dan µ ls = 0,70 BM untuk Sampel 2. Hasilnya berupa kurva histeresis dengan lop (daerah metastable) nampak simetri. Dengan demikian sifat elektronik untuk garam triflat ini adalah paling unik di antara yang lain dalam kompleks kationik [Fe(3-pp) 3 ] 2+, dan ini mirip seperti halnya pada sistem kompleks kationik [Fe(bpp) 2 ] 2+. Percobaan pendinginan mendadak terhadap garam triflat tanpa hidrat dengan cara memasukkan sampel dari temperatur kamar langsung ke dalam kriostat dengan temperatur 89K ternyata tidak menunjukkan adanya fraksi high-spin metastable yang terjebak, berbeda dari spesies [Fe(bpp) 2 ][BF 4 ] 2 dan [Fe(bpp) 2 ][CF 3 SO 3 ] 2.H 2 O [12,14]. 3.2 Spektrum Mössbauer Bukti adanya transisi spin state dalam besi(ii) untuk sistem kompleks ini dapat pula diperoleh dari spektrum Mössbauer garam kompleks yang bersangkutan. Sesuai dengan tingkat keunikan dalam sistem ini, maka pengukuran spektrum Mössbauer dipilih hanya untuk garam triflat saja sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2. Untuk garam triflat dihidrat, [Fe(3-pp) 3 ][CF 3 SO 3 ] 2.2H 2 O, spektrum Mössbauer yang hanya direkam pada temperatur kamar menunjukkan mayor dublet sempit tunggal yang nampak tidak simetrik Gambar 2a) ; parameter pembelahan catur kutub -quadrupole splitting, E Q = 0,32 mm s -1, dan pergeseran isomer -isomer shift, δ is = 0,39 mms -1, relatif terhadap parameter lembaran besi sebagai standar, adalah karakteristik bagi besi(ii) low-spin 20). Dublet pektrum yang tak simetri menyarankan adanya kontribusi sangat minor dari fraksi besi(ii) high-spin dengan parameter yang tidak mungkin terekstrak. Spektrum ini dengan demikian konsisten dengan sifat magnetiknya (µ 293 ~ 2,40 BM, Sampel 1).

9 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Gambar 2. Spektrum Mössbauer untuk (a) [Fe(3pp)3][CF3SO3]2 2H 2 O (298K) (b) [Fe(3pp)3][CF3SO3]2 (298K) ( c)[fe(3pp)3][cf3so3]2 (80K) Spektrum Mössbauer untuk garam triflat tanpa hidrat, [Fe(3-pp) 3 ][CF 3 SO 3 ] 2 pada temperatur kamar, menunjukkan mayor dublet lebar yang juga nampak sedikit tidak simetri (Gambar 2b). Parameter pembelahan catur kutub -quadrupole splitting, E Q = 2,31 mm s -1, dan pergeseran isomer -isomer shift, δ is = 0,97 mms -1, relatif terhadap parameter lembaran besi sebagai standar, adalah khas bagi besi(ii) high-spin 20). Dublet spektrum yang tak simetri ini menyarankan adanya kontribusi sangat minor dari fraksi besi(ii) lowspin dengan parameter yang tidak terekstrak; ini konsisten dengan data momen magnetiknya pada temperatur kamar. Tetapi pada temperatur rendah (~ 80K), spektrum menunjukkan garis tunggal agak lebar (Gambar 2c) dengan parameter pembelahan catur kutub -quadrupole splitting E Q = 0,28 mm s -1, dan pergeseran isomer -isomer shift, δ is = 0,44 mms -1, suatu nilai parameter yang khas bagi besi(ii) low-spin. Dengan demikian sepektrum Mössbauer spesies ini konsisten dengan sifat magnetiknya dan jelas mendukung adanya transisi spin state dalam besi(ii).

10 92 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Spektrum elektronik Spektrum elektronik serbuk garam triflat tanpa hidrat dan dihidrat ditunjukkan pada Gambar 3. Spektrum garam tanpa hidrat pada temperatur rendah (~100K) mempunyai pola persis sama dengan spektrum garam dihidratnya pada temperatur kamar, tetapi berbeda dengan pola spektrum garam tanpa hidrat pada temperatur kamar. Spektrum elektronik untuk garam triflat tanpa hidrat (warna kuning), pada temperatur kamar menunjukkan pita serapan tak-simetrik yang terkonsentrasi pada ~ cm -1, pita serapan tambahan sebagai pundak (shoulder) yang muncul terkonsentrasi pada ~ cm -1, dan pita serapan sangat kuat yang terkonsentrasi pada ~ cm -1. Pita pertama menunjuk pada pita medan ligan high-spin yang diasosiasikan dengan terjadinya transisi elektronik 5 T 2 5 E ; pita ketiga dengan intensitas yang sangat kuat jelas menunjuk pada pita transfer muatan - charge transfer yang diasosiasikan dengan transfer elektronik t 2 (Fe) π(n). Karena orbital π N terdiri dari π(n piridin ) dan π(n pirazol ) yang sangat mungkin berbeda energinya, maka transfer muatan tersebut sangat mungkin terdiri dari dua tipe yaitu t 2 (Fe) π(n piridin ) dan t 2 (Fe) π(n pirazol ). Struktur kristal garam triflat dihidrat yang menunjukkan bahwa jarak Fe-N pirazol lebih pendek daripada jarak Fe-N piridin mendukung argumentasi ini 21). Data ini menyarankan bahwa transfer muatan t 2 (Fe) π(n pirazol ) tentunya terjadi lebih mudah, dengan demikian mempunyai energi lebih rendah pula. Oleh karena itu pita serapan tambahan sebagai pundak (shoulder) yang muncul terkonsentrasi pada ~ cm -1 tersebut, sangat mungkin bukan menunjuk pada pita medan ligan low-spin mengingat munculnya pita (shoulder) ini terlalu kuat intensitasnya, melainkan salah satu dari tipe transfer muatan tersebut.

11 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Densitas Optik (unit sembarang) Bilangan gelombang, ν, 10 3 cm -1 Gambar 3. Spektrum Elektronik (a) [Fe(3pp)3][CF3SO3]2 (298K) (b) [Fe(3pp)3][CF3SO3]2 (100K) ( c) [Fe(3pp)3][CF3SO3]2 2H 2 O (298K) Pada temperatur rendah ~ 100K, pita medan ligan high-spin relatif tidak nampak dan tinggal jejaknya saja, demikian juga pita pundak; dan sebagai gantinya pita transfer muatan t 2 (Fe) π(n) yang mendominasi seluruh pola spektrum terpusat pada energi yang lebih rendah yaitu ~ cm -1. Ini mudah dipahami bahwa pada temperatur rendah, spesies didominasi oleh fraksi low-spin sehingga pita medan ligan high-spin menjadi hilang. Namun pita medan ligan low-spin yang diharapkan muncul (mungkin pada ~ cm -1 ) ternyata tidak teramati, dan ini tentu disebabkan oleh kuatnya intensitas pita transfer muatan yang menggeser ke arah energi lebih rendah tersebut. Menggesernya pita transfer muatan dari ~ cm -1 (pada temperatur kamar) menjadi ~ cm -1 (pada temperatur rendah) disebabkan oleh memendeknya jarak Fe-N dari sifat high-spin menjadi sifat low-spin, sehingga transfer muatan terjadi lebih mudah. Pergeseran energi transfer yang sangat signifikan ini sering diasosiasikan dengan sifat termokromik spesies ini yaitu kuning pada temperatur kamar dan menjadi merah-coklat gelap pada temperatur rendah. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa garam triflat tanpa hidrat pada temperatur rendah dan garam triflat dihidrat keduanya mempunyai warna dan pola spektrum yang persis sama.

12 94 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober 1999 Munculnya pita medan kigan high-spin yang tidak simetri bahkan dapat dipandang adanya pundak pita pada ~ cm -1 bagi spektrum garam triflat tanpa hidrat pada temperatur kamar mengindikasikan terjadinya distorsi struktur oktahedron dalam sistem [FeN 6 ] II ini. Distorsi ini dapat terjadi sebagai akibat efek Jahn-Teller, yaitu ketidaksimetrian konfigurasi elektronik 3d 6 -high-spin sebagai (t 2g ) 4 (e g ) 2, maupun oleh karena perbedaan daya donor antara N piridin dan N pirazol. Perbedaan daya donor ini sangat jelas diungkap oleh struktur kristal garam triflat dihidrat (low-spin ) yang tentunya diasumsikan mengadopsi kerangka struktur yang sama dengan garam triflat tanpa hidrat 21). Sifat kestabilan low-spin dalam garam (di)hidratnya sebagaimana diungkap oleh struktur kristalnya 21) berkaitan dengan pembentukan ikatan hidrogen yang terjadi antara gugus (tak-terkoordinasi) >NH pirazol dengan air, antara gugus >NH pirazol dengan ion triflat, dan ion triflat dengan air. Efek ikatan hidrogen ini memperlemah ikatan N H pada gugus >N H pirazol yang berakibat lanjut menaikkan densitas elektron dalam cincin pirazol sehingga ikatan koordinasi Fe N pirazol menjadi lebih kuat; akibatnya kompleks dihidrat stabil dalam keadaan low-spin. Dehidrasi total mengakibatkan berkurangnya efek ikatan hidrogen >NH pirazol sehingga kompleks menjadi stabil sebagai high-spin pada temperatur kamar. 4. Kesimpulan Garam kompleks dihidrat, [Fe(3-pp) 3 ][X] 2.2H 2 O, (X = I, Br, NO 3, dan CF 3 SO 3, dan X 2 = [Fe(CN) 5 (NO)]), berwarna merah-coklat, distabilkan oleh sifat low-spin dan mengalami transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) tipe kontinu. Pada pemanasan diatas 373K, semua garam ini kecuali triflat mengalami dekomposisi. Pemanasan ~ 383K selama ~ 12 jam terhadap garam triflat dihidrat menghasilkan dehidrasi total. Garam kompleks triflat tanpa hidrat berwarna kuning, distabilkan oleh sifat high-spin dan mengalami transisi spin state singlet ( 1 A 1 ) quintet ( 5 T 2 ) tipe diskontinu, tuntas, dan disertai gejala histeresis (Tc = 229K, Tc = 241K ; Tc = 12K).

13 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Ucapan terima Kasih Ucapan terima kasih ditujukan kepada Department of Inorganic Chemistry, the School of Chemistry - UNSW, khususnya kepada Prof. H. A. Goodwin yang telah memberi fasilitas penelitian ini selama "visiting academic" Daftar Pustaka 1. Onggo, D., Hook, J.M., Rae, A.D., and Goodwin, H.A., Inorg. Chim. Acta, 1990, 173, Johansson, L., Molund, M., and Oskarsson, A., Inorg. Chim. Acta, 1978, 31, Madeja, K., and König, E., J. Inorg. Nucl. Chem., 1963, 25, König, E., and Watson, K.J., Chem. Physi. Lett., 1970, 6, König, E., and Madeja, K., Chem. Commun., 1966, Goodwin, H.A., Aust. J. Chem., 1964, 17, Eilbeck, W.J., Holmes, S., Phillips, G.G., and underhill, A.E., J. Chem. Soc. (A), 1967, Eilbeck, W.J., Holmes, S., J. Chem. Soc. (A), 1967, Hennig, H., Benedix, M., and Benedix, R., Zeit. für Chem., 1971, 11, Sugiyarto, K.H., and Goodwin, H.A., Aust. J. Chem., 1988, 41, Sugiyarto, K.H., Craig, D.C., Rae, A.D., and Goodwin, H.A., Aust. J.Chem., 1994, 47, Goodwin, H.A., and Sugiyarto, K.H., Chem. Phys. Lett., 1987, 139, Buchen, T., Gütlich, P., and Goodwin, H.A., Inorg. Chem., 1994, 33, Buchen, T., Gütlich, P., Sugiyarto, K.H., and Goodwin, H.A., Chem. Eur. J., 1996, 2, Sugiyarto, K.H., Weitzner, K., Craig, D.C., and Goodwin, H.A., Aust. J. Chem., 1997, 50, Khan, O., and Launay, J.P., Chemtronics, 1988, 3, Khan, O., Kröber, J., and Jay, C.Advanced Materials, 1992, 4, No. 11, Zarembowitch, J., and Khan, O., New. J. Chem, 1991, 15, Everett, G.W., and Holm, R.H., J. Am. Chem. Soc., 1966, 88, Paris, R.V., Chem. in Britain, 1985, June, 546.

14 96 JMS Vol. 4 No. 2, Oktober Lucia S. Harimanow, et. all., Aust. J. Chem. (Accepted to be published). 22. Lin, Y-i, and Lang, S.A., J. Heterocyclic Chem., 1977, 14, Figgis, B. N., and Lewis, J., in "Modern Coordination Chemistry" (Lewis, J. and Wilkins, R. G., Eds.), Interscience, New York, 1960, 400.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian Senyawa kompleks oktahedral yang mengandung ion logam pusat transisi seri pertama dengan konfigurasi d 4 d 7 dapat berada dalam dua keadaan elektronik

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ) Vol. 7, No. 1, Oktober 005, hal : 16-0 SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN,6-DI--PIRIDIL-1,,4,5-TETRAZIN (DPTZ) ABSTRAK Dini Zakiah Fathiana 1 dan Djulia Onggo 1 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

KIMIA ANORGANIK TRANSISI

KIMIA ANORGANIK TRANSISI KIMIA ANORGANIK TRANSISI cermin cermin Prof. Drs. Kristian H. Sugiyarto, M.Sc., Ph.D. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta 2009 i PRAKATA Materi Kimia Anorganik Transisi merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Kimia Indonesia

Jurnal Kimia Indonesia Jurnal Kimia Indonesia Vol. 1 (1), 2006, h. 7-12 Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O) 2 ].2H 2 O dan [N(n-C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ].H 2 O Kiki Adi Kurnia, 1 Djulia Onggo, 1 Dave Patrick,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan

Lebih terperinci

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] Shielda N. Joris 1 dan Yusthinus T. Male 1,* 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Pattimura, Ambon Ged. Biotek Lt.II,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O Garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O telah diperoleh dari reaksi larutan kalsium asetat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan,

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Ikatan Kimia. Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. Ikatan Kimia 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian Ikatan kimia adalah gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam Ikatan Kimia Ikatan Ion:

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA) PENULIS : 1. Nur Chamimmah Lailis I,S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK Nama : Idatul Fitriyah NIM : 4301412036 Jurusan : Kimia Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Ella Kusumastuti Kelompok : 7 Tgl Praktikum : 21 Maret 2014 Kawan Kerja : 1. Izza

Lebih terperinci

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK 1. Kompleks [Fe(NH 2 trz) 3 ]Cl 2.3H 2 O Tabel B.1 Data input (puncak difraksi) dan out put hasil dari program CELL-A Data

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut 1. Suatu logam nickel dapat ditulis sebagai [Ar] 4s 2 3d 8, manakah representasi

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu sintesis dan karakterisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O. Pada sintesis garam rangkap tersebut dilakukan variasi perbandingan

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom: Senyawa Koordinasi Terdiri dari atom pusat (kation logam transisi), ligan(molekul yang terikat pada ion kompleks) dan di netralkan dengan bilangan koordinasi. Dari gambar [Co(NH 3 )6]CI 3, 6 molekul NH3

Lebih terperinci

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap. B. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa diharapkan mampu mempelajari pembuatan dan sifat-sifat garam rangkap kupri ammonium sulfat dan garam kompleks

Lebih terperinci

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1. Ikatan Kimia Struktur Molekul 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom yang pemutusan atau pembentukannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia. 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini pada intinya dilakukan dengan dua tujuan utama, yakni mempelajari pembuatan katalis Fe 3 O 4 dari substrat Fe 2 O 3 dengan metode solgel, dan mempelajari

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom

1. Ikatan Kimia. Struktur Molekul. 1.1 Pengertian. 1.2 Macam-Macam. ~ gaya tarik antar atom 1. Ikatan Kimia 1.1 Pengertian ~ gaya tarik antar atom Struktur Molekul 1.2 Macam-Macam 1. Ikatan Ion: ikatan kimia yang terbentuk akibat tarik-menarik elektrostatik antara ion positif (kation) dan ion

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Zn(NO 3 ) 2 DAN ZnSO 4 DENGAN LIGAN 2,2 -BIPIRIDINA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Zn(NO 3 ) 2 DAN ZnSO 4 DENGAN LIGAN 2,2 -BIPIRIDINA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Zn(NO 3 ) 2 DAN ZnSO 4 DENGAN LIGAN 2,2 -BIPIRIDINA Nyrma Yunestha Pramitasari 1, Fariati 1, dan Effendy 1. 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan bahan baku GMP. Hasil pemeriksaan sesuai dengan persyaratan pada monografi yang tertera pada

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II

SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1 SOAL OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT KOTA/KABUPATEN TAHUN 2011 TIPE II 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi kinetik yang tersimpan dalam materi B. Energi kimia dapat dibebaskan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

8.4 Senyawa Kompleks

8.4 Senyawa Kompleks 8.4 Senyawa Kompleks Alfred Werner (1866-1919): kelompok baru senyawa logam transisi yang terdiri dari ion logam transisi (LT) yang dikelilingi oleh ion atau molekul yang lain. Ion atau molekul yang terikat

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B) Senyawa Koordinasi Aspek umum dari logam transisi adalah pembentukan dari senyawa koordinasi (kompleks). Senyawa koordinasi ini setidaknya memiliki satu ion kompleks yang terdiri dari logam kation yang

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA PENULIS : 1. Sus Indrayanah, S.Si 2. Dr. rer. nat. Irmina Kris Murwani ALAMAT : JURUSAN KIMIA ITS SURABAYA JUDUL : STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA Abstrak :

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2017 Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik 16 Mei 2017 Waktu : 120 menit Petunjuk Pengerjaan 1. Tes ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI

BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI BAB VII NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE (RESONANSI INTl MAGNIT) 1. Pendahuluan Pada tahun 1945, dua group saijana fisika Purcell, Tony dan Pound (Harvard University) dan Bloch, Hansen dan Packard (Stanford

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA Tri Silviana Purwanti 1, I Wayan Dasna 1, dan Neena Zakia 1.

Lebih terperinci

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Komponen Materi Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi Pengamatan ke Arah Pandangan Atomik Materi Konservasi Massa Komposisi Tetap Perbandingan Berganda Teori Atom Dalton Bagaimana Teori Dalton Menjelaskan Hukum

Lebih terperinci

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks) Salah satu keistimewaan logam transisi adalah dapat membentuk senyawa klompeks, yaitu senyawa yang paling sedikit terdiri dari satu ion kompleks (terdiri dari kation

Lebih terperinci

BIODATA A. Identitas B. Riwayat Pendidikan Pengalaman Pengelolaan Proyek Block Grant: 2. Pengalaman Pekerjaan

BIODATA A. Identitas B. Riwayat Pendidikan Pengalaman Pengelolaan Proyek Block Grant: 2. Pengalaman Pekerjaan BIODATA A. Identitas 1. Nama lengkap : Prof. Drs. Kristian Handoyo Sugiyarto, M.Sc., Ph.D. 2. NIP : 19480915 196806 1 001 (lama, 130339482 Karpeg A.492332 3. Tempat & Tanggal lahir : Sukoharjo, Solo, 15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PEDAHULUA A. Latar Belakang Senyawa kovalen koordinasi terbentuk antara ion logam yang memiliki orbital d yang belum terisi penuh (umumnya ion logam transisi) dengan ligan yang memiliki pasangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan Serbuk Dispersi Padat Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan dihasilkan serbuk putih dengan tingkat kekerasan yang berbeda-beda. Semakin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19 NOER AF IDAH 1109201712 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Darminto, MSc Pendahuluan: Smart magnetic materials Barium M-Heksaferit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas 31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL. UjianTeori. Waktu: 100 menit OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 SELEKSI KABUPATEN / KOTA SOAL UjianTeori Waktu: 100 menit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Berdasarkan penelitian terdahulu, diketahui bahwa logam memegang peranan penting dalam proses metabolisme dalam tubuh makhluk hidup (Siu dkk., 2002),

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Sintesis dan Karakterisasi Kompleks besi(ii) dengan ligan NH 2 trz disintesis dari reaksi garam besi(ii) dengan ligan NH 2 trz dengan rasio mol 1:3 dalam pelarut

Lebih terperinci

Penentuan struktur senyawa organik

Penentuan struktur senyawa organik Penentuan struktur senyawa organik Tujuan Umum: memahami metoda penentuan struktur senyawa organik moderen, yaitu dengan metoda spektroskopi Tujuan Umum: mampu membaca dan menginterpretasikan data spektrum

Lebih terperinci

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m)

Daerah radiasi e.m: MHz (75-0,5 m) NMR = NUCLEAR MAGNETIC RESONANCE = RESONANSI MAGNET INTI PENEMU: PURCELL, DKK (1945-1950), Harvard Univ. BLOCH, DKK, STANFORD. UNIV. Guna: - Gambaran perbedaan sifat magnet berbagai inti. - Dugaan letak

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V PEMBUATAN GARAM KOMPLEKS TETRA AMIN TEMBAGA (II) SULFAT MONOHIDRAT Cu(NH 3 ) H O DAN GARAM RANGKAP AMONIUM TEMBAGA (II) SULFAT HEKSAHIDRAT Cu(SO ).6HO OLEH:

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPLEKS BESI(II)-1,2,4-TRIAZOL UNTUK SENYAWA SENSOR SUHU PADA DISPLAY FENOMENA SPIN CROSSOVER

APLIKASI KOMPLEKS BESI(II)-1,2,4-TRIAZOL UNTUK SENYAWA SENSOR SUHU PADA DISPLAY FENOMENA SPIN CROSSOVER UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI KOMPLEKS BESI(II)-1,2,4-TRIAZOL UNTUK SENYAWA SENSOR SUHU PADA DISPLAY FENOMENA SPIN CROSSOVER TESIS YENITA 0906577280 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM

Lebih terperinci

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) 1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond) Sifat yang paling khas pada logam transisi adalah tentang persenyawaan dan ikatannya. Yang biasa disebut dengan ion kompleks. Ion kompleks sendiri terdiri

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pemeriksaan Bahan Baku GMP GMP diperiksa pemerian, titik lebur dan identifikasinya sesuai dengan yang tertera pada monografi bahan di Farmakope Amerika Edisi 30. Hasil pemeriksaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Senyawa kompleks merupakan senyawa yang memiliki warna yang khas yang diakibatkan oleh adanya unsur yang dari golongan transisi yang biasanya berperperan sebagai atom pusat

Lebih terperinci

Bahasan. Senyawa Koordinasi. Bahasan. 1. Teori Werner tentang Senyawa Koordinasi : Tinjauan Ulang. Irwansyah, M.Si

Bahasan. Senyawa Koordinasi. Bahasan. 1. Teori Werner tentang Senyawa Koordinasi : Tinjauan Ulang. Irwansyah, M.Si Bahasan Ion Kompleks dan 1 Teori Werner tentang Senyawa koordinasi : Tinjauan Ulang 2 Ligan 3 Tatanama 4 Isomerisasi 5 Ikatan dalam Ion Kompleks : Teori Medan Kristal 6 Sifat Magnet dan Teori Medan Kristal

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-1)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-1) (Tatap Muka Ke-1) 2. Mata kuliah & Kode : Kimia Anorganik IIII 5. Kompetensi Dasar : Setelah kegiatan ini berakhir, mahasiswa mengetahui seluk beluk praktikum yang akan dilaksanakan dan cara penilaiannya

Lebih terperinci

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin Lexy Nindia Swastika dan Fahimah Martak Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO TEORI ASAM BASA LOGO TEORI ASAM BASA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP 2012 Beberapa ilmuan telah memberikan definisi tentang konsep asam basa Meskipun beberapa definisi terlihat kurang jelas dan berbeda satu sama lain, tetapi

Lebih terperinci

Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan

Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan DAFTAR TABEL Tabel II.1 Jenis-jenis oksida besi berdasarkan komposisi penyusunnya (Schwertmann dan Cornell, 2000)... 8 Tabel III.1. Indikator capaian setiap tahapan penelitian untuk membuktikan hipotesis...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam karboksilat adalah salah satu grup senyawa organik oleh grup karboksil yang berasal dari dua kata yaitu karbonil dan hidroksil. Pada umumnya formula dari asam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah dilakukan. Sub bab pertama diuraikan mengenai waktu dan lokasi penelitian, desain penelitian, alat dan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat

5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NP 5013 Sintesis dietil 2,6-dimetil-4-fenil-1,4-dihidropiridin-3,5- dikarboksilat NH 4 HC 3 + + 2 C 2 C 2 C 2 H CH 3 H 3 C N CH 3 H + 4 H 2 + C N 3 C 7 H 6 C 6 H 10 3 C 19 H 23 4 N C 2 (79.1) (106.1) (130.1)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2 SIMULASI UJIAN NASIONAL 2. Diketahui nomor atom dan nomor massa dari atom X adalah 29 dan 63. Jumlah proton, elektron, dan neutron dalam ion X 2+ (A) 29, 27, dan 63 (B) 29, 29, dan 34 (C) 29, 27, dan 34

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-9) 1. Identitas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia/Kimia

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Tatap Muka Ke-9) 1. Identitas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan/Program Studi : Pendidikan Kimia/Kimia (Tatap Muka Ke-9) Semester dan Pertemuan : 6 (Kimia), 100 menit Dosen : Prof KH Sugiyarto, Ph.D M. Pranjoto Utomo, M.Si Isti Yunita, M.Sc (isti_yunita@uny.ac.id) Setelah kegiatan ini berakhir, mahasiswa

Lebih terperinci

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim

Lebih terperinci

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi Beberapa teori telah dirumuskan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawaan koordinasi dan untuk merasionalisasi serta meramalkan sifat-sifatnya: teori ikatan valensi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon. 3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan

5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan 5004 Asetalisasi terkatalisis asam 3-nitrobenzaldehida dengan etanadiol menjadi 1,3-dioksolan H O O O NO 2 + HO HO 4-toluenesulfonic acid + NO 2 O H 2 C 7 H 5 NO 3 C 2 H 6 O 2 C 7 H 8 O 3 S. H 2 O C 9

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin. Oleh : Agus salim Suwardi

Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin. Oleh : Agus salim Suwardi Studi Efek Pendadah Berbagai Asam dan Temperatur Terhadap Konduktivitas Polibenzidin Oleh : Agus salim Suwardi Pendahuluan Polimer elektroaktif telah menjadi objek penelitian yang menarik bagi kalangan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab.

OLIMPIADE SAINS NASIONAL CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) Yogyakarta Mei Lembar Jawab. Hak Cipta Dilindungi Undang-undang OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2015 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2016 Yogyakarta 18-24 Mei 2015 Lembar Jawab Kimia TEORI Waktu: 240 menit KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI KIMIA ANORGANIK 14 OKTOBER 2012 RINGKASAN MATERI SENYAWA KOMPLEKS Definisi Senyawa kompleks itu: Ada ion logam sebagai atom pusat Ada ligan yang berupa anion atau molekul netral Memiliki counter ion supaya

Lebih terperinci

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR

Deskripsi. SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR 1 Deskripsi 1 2 30 SINTESIS SENYAWA Mg/Al HYDROTALCITE-LIKE DARI BRINE WATER UNTUK ADSORPSI LIMBAH CAIR Bidang Teknik Invensi Invensi ini berkaitan dengan sintesis senyawa Mg/Al hydrotalcite-like (Mg/Al

Lebih terperinci

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE KIMIA INDONESIA OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI KABUPATEN / KOTA UjianTeori Waktu 2 Jam Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 13-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) A 13 Sistem Multifasa Pengertian tentang fasa telah kita singgung dalam

Lebih terperinci

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION By Djadjat Tisnadjaja 1 Jenis analisis Analisis makro Kuantitas zat 0,5 1 g Volume yang dipakai sekitar 20 ml Analisis semimikro Kuatitas zat sekitar 0,05 g Volume

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Mineral Magnetik Alamiah Mineral magnetik di alam dapat digolongkan dalam keluarga oksida besi-titanium, sulfida besi dan oksihidroksida besi. Keluarga oksida besi-titanium

Lebih terperinci

! " "! # $ % & ' % &

!  ! # $ % & ' % & Valensi ! " "! # $ % & ' %& # % ( ) # *+## )$,) & -#.. Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +1 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +2 Semua unsur memiliki bilangan oksidasi +3. Tl juga memiliki bilangan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran

Lebih terperinci

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair sehingga dapat menyebabkan korosi atau karat pada reaktor

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia :

Ikatan Kimia. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : Ikatan Kimia Ikatan Kimia : Gaya tarik yang menyebabkan atom-atom yang terikat satu sama lain dalam suatu kombinasi untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. 2 Klasifikasi Ikatan Kimia : 1. Ikatan ion

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset Kimia Lingkungan, dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci