Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan
|
|
- Yulia Sumadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR TABEL Tabel II.1 Jenis-jenis oksida besi berdasarkan komposisi penyusunnya (Schwertmann dan Cornell, 2000)... 8 Tabel III.1. Indikator capaian setiap tahapan penelitian untuk membuktikan hipotesis Tabel V.9 Perbandingan parameter model kinetika adsorpsi Lagergren, Santosa dkk. dan Ho untuk adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US Tabel V.10 Perbandingan parameter model kinetika adsorpsi Lagergren, Santosa dkk. dan Ho untuk interaksi Mag-SA dengan [AuCl 4 ] Tabel V.11 Perbandingan parameter model kinetika adsorpsi Lagergren, Santosa dkk. dan Ho untuk interaksi Mag-GA dengan [AuCl 4 ] Tabel V.12 Perbandingan parameter model kinetika adsorpsi Lagergren, Santosa dkk. dan Ho untuk interaksi Mag-HA dengan [AuCl 4 ] Tabel V.13 Hasil penentuan isoterm adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US Tabel V.14 Hasil penentuan isoterm adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-SA Tabel V.15 Hasil penentuan isoterm adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA Tabel V.16 Hasil penentuan isoterm adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-HA Tabel V.17 Dugaan model interaksi antara permukaan magnetit dengan SA, GA dan HA pada berbagai ph Tabel V.18 Jenis interaksi antara permukaan Mag-SA, Mag-GA dan Mag-HA dengan [AuCl 4 ] Tabel V.19 Kinetika adsorpsi pseudo orde dua Ho pada adsorpsi [AuCl 4 ] - oleh Mag-SA, Mag-GA, Mag-HA Tabel V.20 Isoterm adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-SA, Mag-GA, Mag-HA Tabel V.21 Kemampuan beberapa material dalam mengadsorpsi [AuCl 4 ] ix
2 DAFTAR GAMBAR Gambar I.1. Skema peranan magnetit terimobilisasi dalam ekstraksi fasa padat... 5 Gambar II.1 Struktur kristal magnetit, Fe 3 O 4 (Teja dan Koh, 2009)... 9 Gambar II.2 Momen magnet atom individual pada berbagai jenis Bahan (Teja dan Koh, 2009) Gambar II.3 Domain magnetik di dalam material besar Gambar II.4 Magnetisasi (M) sebagai fungsi medan magnet terapan (H), dimana M R adalah magnetisasi sisa, M S adalah saturasi magnetisasi dan H C adalah medan koersif Gambar II.5 Dugaan ikatan yang terjadi antara permukaan magnetit dengan asam salisilat (Unal dkk., 2010) Gambar II.6 Interaksi antara magnetit dengan polimer NH 2 -NMPs (Zhao dkk., 2010) Gambar III.1 Interaksi antara HA dengan besi oksida (IH: ikatan hidrogen, IE: interaksi elektrostatik, PL: pertukaran ligan, TE: tolakan elektrostatik) (Zhou dkk., 2015) Gambar III.2 Kesetimbangan disosiasi asam salisilat (Friedrich dkk., 1999) Gambar III.3 Kesetimbangan disosiasi asam galat (Slawinska dkk., 2007) Gambar III.4 Model struktur asam humat hipotetik menurut Fuchs (Richard dkk., 1994) Gambar III.5 Struktur hipotetik asam humat menurut Dragunov (Prasad dan Power, 1997) Gambar III.6 Struktur hipotetik asam humat menurut Stevenson (1994) Gambar III.7 Hubungan % distribusi ion kompleks Au(III) dan ph dalam larutan berair pada konstanta konsentrasi ion klorida (C - Cl =0,6 M) dan temperatur 25 C (Pawlawski dan Fitzner, 2004) Gambar III.8 Fraksi molar kompleks Au(III) dan ph dalam larutan berair pada pcl=2 dan temperatur 25 C (Ogata dan Nakano, 2005) Gambar III.9 Potensial standar reaksi setengah sel beberapa logam dibandingkan dengan pasangan redoks Fe 2 O 3 /Fe 3 O 4 (Alorro dkk., 2010) Gambar V.1 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis pada berbagai variasi temperatur reaksi dengan perbandingan Fe 3+ /Fe 2+ = 2 : 1 dan konsentrasi NaOH 0,5 M Gambar V.2 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (variasi konsentrasi NaOH pada perbandingan mol Fe 3+ /Fe 2+ = 2 : 1 dan T = 60ºC) x
3 Gambar V.3 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD material hasil sintesis (dengan variasi perbandingan molar Fe 3+ /Fe 2+ pada T = 60ºC dan konsentrasi NaOH 0,1 M) Gambar V.4 (a). Spektra FTIR dan (b). Difraktogram XRD Mag dan Mag-US dengan perbandingan mol Fe 3+ /Fe 2+ = 2 : 1, NaOH 0,5 M dan T = 60ºC Gambar V.5 Kurva magnetisasi Mag dan Mag-US Gambar V.6. Citra SEM: a). Mag dan b). Mag-US Gambar V.7 Spektra FTIR magnetit terimobilisasi asam salisilat (Mag-SA) Gambar V.8 Dugaan model interaksi antara asam salisilat dengan magnetit melalui metode satu tahap dan metode dua tahap Gambar V.9 Difraktogram XRD magnetit terimobilisasi asam salisilat (Mag-SA) Gambar V.10 Kurva magnetisasi magnetit terimobilisasi asam salisilat (Mag-SA) Gambar V.11 Citra SEM magnetit sebelum dan setelah terimobilisasi SA: a). Mag, b). Mag-US, c). SA, d). Mag-SA1S, e). Mag-SA2S, f). Mag-SAUS1S, g). Mag-SAUS2S Gambar V.12 Hasil titrasi NaOH 0,001 M pada Mag-SA Gambar V.13 Spektra FTIR magnetit terimobilisasi asam galat (Mag-GA) Gambar V.14 Dugaan model interaksi antara asam galat dengan magnetit melalui sintesis: a). satu tahap dan b). dua tahap Gambar V.15 Difraktogram XRD magnetit terimobilisasi asam galat (Mag-GA) Gambar V.16 Kurva magnetisasi magnetit terimobilisasi asam galat (Mag-GA) Gambar V.17 Citra SEM magnetit sebelum dan setelah terimobilisasi GA: a). Mag, b). Mag-US, c). GA, d). Mag-GA1S, e). Mag-GA2S, f). Mag-GAUS1S dan g). Mag-GAUS2S Gambar V.18 Hasil titrasi NaOH pada Mag-GA Gambar V.19 Spektra FTIR asam humat (HA) : a). HA kotor b). HA murni Gambar V.20 Spektra FTIR magnetit terimobilisasi asam humat Gambar V.21 Difraktogram XRD magnetit terimobilisasi asam humat Gambar V.22 Kurva magnetisasi magnetit terimobilisasi asam humat Gambar V.23 Citra SEM magnetit sebelum dan setelah terimobilisasi HA: a). Mag, b). Mag-US, c). HA, d). Mag-HA1S, e). Mag-HA2S, f). Mag-HAUS1S, g). Mag-HAUS2S Gambar V.24 Ilustrasi interaksi antara magnetit dengan asam humat melalui metode satu tahap dan metode dua tahap, dengan dan tanpa melibatkan gelombang ultrasonik xi
4 Gambar V.25 Stabilitas magnetit pada Mag-SA1S, Mag-SAUS1S, Mag-SA2S, Mag-SAUS2S pada variasi ph Gambar V.26 Stabilitas magnetit pada Mag-GA1S, Mag-GAUS1S, Mag-GA2S, Mag-GAUS2S pada variasi ph Gambar V.27 Stabilitas magnetit pada Mag-HA1S, Mag-HAUS1S, Mag-HA2S, Mag-HAUS2S pada variasi ph Gambar V.28 Pengaruh ph terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US Gambar V.29 Ilustrasi interaksi antara Mag dengan [AuCl 4 ] - melalui ikatan hidrogen Gambar V.30 Pengaruh ph terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-SA1S, Mag-SA2S, Mag-SAUS1S dan Mag-SAUS2S Gambar V.31 Pengaruh ph terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA1S, Mag-GA2S, Mag-GAUS1S dan Mag-GAUS2S Gambar V.32 Pengaruh ph terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-HA1S, Mag-HA2S, Mag-HAUS1S dan Mag-HAUS2S Gambar V.33 Pengaruh waktu terhadap adsorpsi ion [AuCl 4 ] - pada Mag Gambar V.34 Grafik kinetika pseudo orde satu menurut Lagergren Gambar V.35 Grafik kinetika adsorpsi menurut Santosa dkk. (2007) Gambar V.36 Grafik kinetika pseudo orde dua menurut Ho Gambar V.37 Pengaruh waktu terhadap adsorpsi ion [AuCl 4 ] - pada Mag-SA1S, Mag-SA2S, Mag-SAUS1S dan Mag-SAUS2S Gambar V.38 Grafik kinetika orde satu menurut Lagergren Gambar V.39 Grafik kinetika adsorpsi menurut Santosa dkk. (2007) Gambar V.40 Grafik kinetika pseudo orde dua menurut Ho Gambar V.41 Pengaruh waktu terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA1S, Mag-GA2S, Mag-GAUS1S dan Mag-GAUS2S Gambar V.42 Grafik kinetika orde satu menurut Lagergren Gambar V.43 Grafik kinetika adsorpsi menurut Santosa dkk. (2007) Gambar V.44 Grafik kinetika pseudo orde dua menurut Ho Gambar V.45 Pengaruh waktu terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-HA1S, Mag-HA2S, Mag-HAUS1S dan Mag-HAUS2S Gambar V.46 Grafik kinetika orde satu menurut Lagergren Gambar V.47 Grafik kinetika adsorpsi menurut Santosa dkk. (2007) Gambar V.48 Grafik kinetika pseudo orde dua menurut Ho Gambar V.49 Pengaruh variasi konsentrasi [AuCl 4 ] - terhadap adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US Gambar V.50 Hubungan Linier C e /q e (g L -1 ) vs C e (mg L -1 ) dari pola Isoterm Langmuir pada Mag dan Mag-US Gambar V.51 Hubungan Linier log C e vs log q e dari pola Isoterm Freundlich pada Mag dan Mag-US xii
5 Gambar V.52 Hubungan Linier C e /q e (g L -1 ) vs C e (mmol L -1 ) dari pola Isoterm Langmuir pada Mag-SA1S, Mag-SA2S, Mag-SAUS1S dan Mag-SAUS2S Gambar V.53 Hubungan Linier log C e vs log q e dari pola Isoterm Friendlich pada Mag-SA1S, Mag-SA2S, Mag-SAUS1S dan Mag-SAUS2S Gambar V.54 Hubungan Linier C e /q e (g/l) vs C e (mg L -1 ) dari pola Isoterm Langmuir pada Mag-GA1S, Mag-GA2S, Mag-GAUS1S dan Mag-GAUS2S Gambar V.55 Hubungan Linier log C e vs log q e dari pola Isoterm Friendlich pada Mag-GA1S, Mag-GA2S, Mag-GAUS1S dan Mag-GAUS2S Gambar V.56 Hubungan Linier C e /q e (g L -1 ) vs C e (mg L -1 ) dari pola Isoterm Langmuir pada Mag-HA1S, Mag-HA2S, Mag-HAUS1S dan Mag-HAUS2S Gambar V.57 Hubungan Linier log C e vs log q e dari pola Isoterm Freundlich pada Mag-HA1S, Mag-HA2S, Mag-HAUS1S dan Mag-HAUS2S Gambar V.58 Hasil fotomikroskop optik: a). Mag dan b). Mag-US setelah adsorpsi [AuCl 4 ] Gambar V.59 Spektra FTIR : a) Mag dan b) Mag-US sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] -, c) Mag dan d) Mag-US setelah berinteraksi dengan [AuCl 4 ] Gambar V.60 Difraktogram XRD: a) Mag dan b) Mag-US sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] -, c) Mag dan d) Mag-US setelah berinteraksi dengan [AuCl 4 ] Gambar V.61 Hasil fotomikroskop optik Mag-SA setelah adsorpsi yang disintesis melalui: a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap Gambar V.62 Spektra FTIR Mag-SA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ]: a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap), dan d). metode dua tahap Gambar V.63 Difraktogram XRD Mag-SA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap, dan d). metode dua tahap Gambar V.64 Ilustrasi reaksi oksidasi-reduksi Mag-SA dengan [AuCl 4 ] Gambar V.65 Ilustrasi ikatan hidrogen Mag-SA1S, Mag-SAUS1S, Mag-SA2S dan Mag-SAUS2S dengan [AuCl 4 ] Gambar V.66 Hasil fotomikroskop optik Mag-GA setelah adsorpsi [AuCl 4 ] - yang dihasilkan melalui: a). metode satu tahap dan xiii
6 b). metode dua tahap Gambar V.67 Spektra FTIR Mag-GA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap, setelah berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : c). metode satu tahap dan d). metode dua tahap Gambar V.68 Difraktogram XRD Mag-GA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap, dan d). metode dua tahap Gambar V.69 Ilustrasi model adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA1S dan Mag-GAUS1S (a dan c) dan model adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA2S dan Mag-GAUS2S (b dan c) Gambar V.70 Hasil fotomikroskop optik Mag-HA setelah adsorpsi [AuCl 4 ] - yang dihasilkan melalui: a). metode satu tahap. b). metode dua tahap, dan c). logam Au yang berhasil dipisahkan Gambar V.71 Spektra FTIR Mag-HA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap, dan d). metode dua tahap Gambar V.72. Difraktogram XRD Mag-HA sebelum berinteraksi dengan [AuCl 4 ] - : a). metode satu tahap dan b). metode dua tahap, dan d). metode dua tahap Gambar V.73 Ilustrasi a). ikatan hidrogen Mag-HA1S dan Mag-HAUS1S dengan [AuCl 4 ] - dan b) reaksi oksidasi-reduksi Mag-HA dengan [AuCl 4 ] xiv
7 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Perhitungan Distribusi Rata-rata Ukuran Kristal Lampiran 2. Kestabilan Magnetit dalam Mag-SA, Mag-GA dan Mag-HA Lampiran 3. Data Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US pada berbagai ph Lampiran 4. Data Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag SA pada berbagai ph Lampiran 5. Data Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag GA pada berbagai ph Lampiran 6. Data Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag HA pada berbagai ph Lampiran 7. Data Pengaruh Waktu terhadap Adsorpsi Ion [AuCl 4 ] - pada Mag dan Mag-US Lampiran 8. Pengaruh Waktu terhadap Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-SA Lampiran 9. Pengaruh Waktu terhadap Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-GA Lampiran 10. Pengaruh Waktu terhadap Adsorpsi [AuCl 4 ] - pada Mag-HA Lampiran 11. Data Kinetika Pseudo Orde Satu Menurut Lagergren Lampiran 12. Data Kinetika Orde Satu Menurut Santosa dkk Lampiran 13. Data Kinetika Pseudo Orde Dua Menurut Ho Lampiran 14. Data Isoterm Adsorpsi xv
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan. Akhir kata, penulis berharap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas merupakan salah satu jenis logam yang bernilai ekonomi tinggi karena memiliki bebagai keistimewaan dibandingkan logam lainnya. Emas memiliki fungsi luas sebagai
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT ii iii iv v vi x xi xii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup manusia,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN iii PERNYATAAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xiii INTISARI xiv ABSTRACT xv BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode pasta karbon.
3 Pasta dimasukkan ke ujung tabung hingga penuh dan padat. Permukaan elektrode dihaluskan menggunakan ampelas halus dan kertas minyak hingga licin dan berkilau (Gambar 2). Gambar 2 Skema Pembuatan elektrode
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Larutan Garam Klorida Besi dari Pasir Besi Hasil reaksi bahan alam pasir besi dengan asam klorida diperoleh larutan yang berwarna coklat kekuningan, seperti ditunjukkan
Lebih terperinciSintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi
LAMPIRAN 13 14 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Sintesis partikel Fe 0 Uji degradasi dengan DBS (penentuan rasio konsentrasi partikel Fe 0 /sampel, waktu degradasi, dan ph terbaik) Uji degradasi dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai Agustus 2013 di Laboratorium Riset dan Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr.Wb. Alhamdulillahirobbil alamiin, buku Adsorpsi dan Katalisis Menggunakan Material berbasis Clay ini telah
Adsorpsi dan Katalis Menggunakan Material Berbasis Clay oleh Dr. Is Fatimah, M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; Fax: 0274-4462136
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
29 Bab IV. Hasil dan Pembahasan Penelitian penurunan intensitas warna air gambut ini dilakukan menggunakan cangkang telur dengan ukuran partikel 75 125 mesh. Cangkang telur yang digunakan adalah bagian
Lebih terperinciθ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.
Intensitas 5 selama 24 jam. Setelah itu, filtrat dipisahkan dari sampel C, D, dan E dengan cara mendekatkan batang magnet permanen pada permukaan Erlenmeyer. Konsentrasi filtrat ditentukan menggunakan
Lebih terperinciDiagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi)
Diagram Latimer (Diagram Potensial Reduksi) Ini sangat mudah untuk menginterpresikan data ketika ditampilkan dalam bentuk diagram. Potensial reduksi standar untuk set sepsis yang berhubungan dapat ditampilkan
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit.
7 dengan metode MBAS setelah 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, dan 120 menit. Kinetika Reaksi Degradasi DBS dengan Partikel Fe 0 Kinetika degradasi DBS dilakukan dengan 2 metode berbeda, yaitu dengan konsentrasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR LAMPIRAN... x
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan
Lebih terperinciPresentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan
Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii PERSEMBAHAN iv PRAKATA v DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR LAMPIRAN xii INTISARI xiii ABSTRACT xiv BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciTINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit
OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) BIDANG KIMIA SUB KIMIA FISIK 16 Mei 2017 Waktu : 120menit Petunjuk Pengerjaan H 1. Tes ini terdiri atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin meningkat. Keberadaan
Lebih terperinciBAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA
BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kajian kimia material dalam bidang penelitian kimia mengalami perkembangan yang ekstensif. Kombinasi antara beberapa jenis material yang berbeda dapat menghasilkan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh Contoh yang diambil dari alam merupakan contoh zeolit dengan bentuk bongkahan batuan yang berukuran besar, sehingga untuk dapat dimanfaatkan harus diubah ukurannya
Lebih terperinciLampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5
Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet 1. Membuat larutan Induk Methyl Violet 1000 ppm. Larutan induk methyl violet dibuat dengan cara melarutkan 1 gram serbuk methyl violet dengan akuades sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Emas memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan logam lain, seperti keindahan, ketahanan terhadap korosi dan lebih mudah dibentuk ke berbagai bentuk dan
Lebih terperinciPERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)
PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis.
33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi TiO2 Dalam penelitian ini digunakan TiO2 yang berderajat teknis sebagai katalis. TiO2 dapat ditemukan sebagai rutile dan anatase yang mempunyai fotoreaktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan uraian tentang permasalahan yang melatarbelakangi penelitian sintesis magnetit yang terlapis asam humat (Fe 3 O 4 -HA) dengan metode kopresipitasi sebagai adsorben
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Teknik Voltametri dan Modifikasi Elektroda Teknik elektrometri telah dikenal luas sebagai salah satu jenis teknik analisis. Jenis teknik elektrometri yang sering digunakan untuk
Lebih terperinciLampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue
Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue 1. Larutan Induk Pembuatan larutan induk methylene blue 1000 ppm dilakukan dengan cara melarutkan kristal methylene blue sebanyak 1 gram dengan aquades kemudian
Lebih terperinciSoal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)
Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (soal) Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin) Tetapan Avogadro N A = 6,022 10 23 partikel.mol 1 Tetapan Gas Universal R = 8,3145 J.mol -1.K -1 = 0,08206
Lebih terperinciI. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT
I. KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT Tujuan Berdasarkan metode ph-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada
Lebih terperinciPersamaan Redoks. Cu(s) + 2Ag + (aq) -> Cu 2+ (aq) + 2Ag(s)
Persamaan Redoks Dalam reaksi redoks, satu zat akan teroksidasi dan yang lainnya tereduksi. Proses ini terkadang mudah untuk dilihat; untuk contoh ketika balok logam tembaga ditempatkan dalam larutan perak
Lebih terperinciSOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006
SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen dilakukan di beberapa tempat yaitu Laboratorium Kemagnetan Bahan, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi
LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi 35 LAMPIRAN 2 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sesudah Aktivas 36 LAMPIRAN 3 Data XRD Pasir Vulkanik Merapi a. Pasir Vulkanik
Lebih terperinciBAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar
Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan
Lebih terperinciTES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)
TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI112) NAMA : Tanda Tangan N I M : JURUSAN :... BERBAGAI DATA. Tetapan gas R = 0,082 L atm mol 1 K 1 = 1,987 kal mol 1 K 1 = 8,314 J mol 1 K 1 Tetapan Avogadro = 6,023 x 10
Lebih terperinciGambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanoteknologi memiliki jangkauan keilmuan yang bersifat interdisipliner. Satu bidang kajian terkait dengan bidang kajian lainnya. Sebagai contoh, ilmu fisika terkait
Lebih terperinciBAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum
BAB V KIMIA AIR 5.1 Tinjauan Umum Analisa kimia air dapat dilakukan untuk mengetahui beberapa parameter baik untuk eksplorasi ataupun pengembangan di lapangan panas bumi. Parameter-parameter tersebut adalah:
Lebih terperinciet al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kitosan merupakan senyawa dengan rumus kimia poli(2-amino-2-dioksi-β-d-glukosa) yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan serta turunannya sangat bermanfaat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi
BAB II DASAR TEORI Pengujian reduksi langsung ini didasari oleh beberapa teori yang mendukungnya. Berikut ini adalah dasar-dasar teori mengenai reduksi langsung yang mendasari penelitian ini. 2.1. ADSORPSI
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv vii viii x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3
Lebih terperinciD. 4,50 x 10-8 E. 1,35 x 10-8
1. Pada suatu suhu tertentu, kelarutan PbI 2 dalam air adalah 1,5 x 10-3 mol/liter. Berdasarkan itu maka Kp PbI 2 adalah... A. 4,50 x 10-9 B. 3,37 x 10-9 C. 6,75 x 10-8 S : PbI 2 = 1,5. 10-3 mol/liter
Lebih terperinciMOTTO DAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii INTISARI... xiii ABSTRACT...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung
Lebih terperinciKIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013
Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam
Lebih terperinciTitrasi asam kuat-basa kuat
TITRASI ASAM-BASA KURVA TITRASI plot atau kurva antara ph atau poh terhadap volume titran untuk menguji apakah suatu reaksi dapat digunakan untuk analisa titrimetri ataukah tidak memilih indikator Titrasi
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ABSTRACT i ii iii iv v vi viii ix x xi xii BAB
Lebih terperinciSINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN
SINTESIS KARBON AKTIF DARI LIMBAH KULIT PISANG KEPOK (Musa Paradisiaca) MENGGUNAKAN AKTIVATOR NaOH DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN MALACHITE GREEN Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk
Lebih terperinciOLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik
OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) 2017 Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik 16 Mei 2017 Waktu : 120 menit Petunjuk Pengerjaan 1. Tes ini berlangsung
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan
25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara umum penelitian akan dilakukan dengan pemanfaatan limbah media Bambu yang akan digunakan sebagai adsorben dengan diagram alir keseluruhan
Lebih terperinciGambar 3.1 Diagram alir penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan IV. 1 Analisis Hasil Pengujian Metalografi dan Spektrometri Sampel Baja Karbon Dari hasil uji material pipa pengalir hard water (Lampiran A.1), pipa tersebut terbuat dari baja
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu pembuatan adsorben dan uji kinerja adsorben tersebut untuk menyisihkan phenanthrene dari dalam air. 4.1 Pembuatan adsorben
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil penyulingan atau destilasi dari tanaman Cinnamomum
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciPENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND
PENGARUH UKURAN PARTIKEL Fe 3 O 4 DARI PASIR BESI SEBAGAI BAHAN PENYERAP RADAR PADA FREKUENSI X DAN Ku BAND Oleh : Henny Dwi Bhakti Dosen Pembimbing : Dr. Mashuri, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Dibutuhkannya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit
TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Unsur kadmium dengan nomor atom 48, bobot atom 112,4 g/mol, dan densitas 8.65 g/cm 3 merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya, karena dalam jangka waktu panjang
Lebih terperinciLAMPIRAN A DATA PERCOBAAN
LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN LA.1 Pengaruh Konsentrasi Awal Terhadap Daya Serap Tabel LA.1 Data percobaan pengaruh konsentrasi awal terhdap daya serap Konsentrasi Cd terserap () Pb terserap () 5 58,2 55,2
Lebih terperinciLOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar
LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM
BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM Pada bab sebelumnya telah diperlihatkan hasil karakterisasi struktur kristal, morfologi permukaan, dan komposisi lapisan.
Lebih terperinciSKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT. Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP:
SKRIPSI KOMPOSIT BENTONIT-KITOSAN UNTUK PENYERAPAN LOGAM BERAT Diajukan Oleh: Stephen Utomo NRP: 5203013017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2016 iii iv
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Surfaktan Gemini 12-2-12 Sintesis surfaktan gemini dilakukan dengan metode konvensional, yaitu dengan metode termal. Reaksi yang terjadi adalah reaksi substitusi bimolekular
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis dan Karakterisasi Karboksimetil Kitosan Spektrum FT-IR kitosan yang digunakan untuk mensintesis karboksimetil kitosan (KMK) dapat dilihat pada Gambar 8 dan terlihat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna
Adsorpsi Zat Warna Pembuatan Larutan Zat Warna Larutan stok zat warna mg/l dibuat dengan melarutkan mg serbuk Cibacron Red dalam air suling dan diencerkan hingga liter. Kemudian dibuat kurva standar dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasir besi umumnya ditambang di areal sungai dasar atau tambang pasir (quarry) di pegunungan, tetapi hanya beberapa saja pegunungan di Indonesia yang banyak mengandung
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Voltametri
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Voltametri Voltametri merupakan salah satu teknik elektroanalitik dengan prinsip dasar elektrolisis. Elektroanalisis merupakan suatu teknik yang berfokus pada hubungan antara besaran
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengertian Korosi Korosi berasal dari bahasa Latin corrous yang berarti menggerogoti. Korosi didefinisikan sebagai berkurangnya kualitas suatu material (biasanya berupa logam
Lebih terperincikimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran
KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinciVOLUMETRI / TITRIMETRI
VLUMETRI / TITRIMETRI Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium
23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp
Lebih terperinciADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI
ADSORPSI DESORPSI Cr(VI) PADA ADSORBEN BATU CADAS KARANGASEM LIMBAH KERAJINAN CANDI BALI TERAKTIVASI NaOH DAN TERSALUT Fe(OH) 3 SKRIPSI Oleh : I Made Dupi Andika 1108105003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September Bidang Kimia. UjianTeori LEMBAR JAWABAN. Waktu: 210 menit
OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2012 Jakarta 2-7 September 2012 Bidang Kimia UjianTeori LEMBAR JAWABAN Waktu: 210 menit Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Managemen Pendidikan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR LAMPIRAN...xiii. 1.2 Perumusan Masalah...
DAFTAR ISI JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR...... iii INTISARI......v ABSTRACT...... vi DAFTAR ISI......vii DAFTAR TABEL...... x DAFTAR GAMBAR...... xi DAFTAR LAMPIRAN....xiii BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Magnetit Pembentukan magnetit diawali dengan reaksi reduksi oleh natrium sitrat terhadap FeCl 3 (Gambar 1). Ketika FeCl 3 ditambahkan air dan urea, larutan berwarna jingga.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Adsorben Penelitian ini menggunakan campuran kaolin dan limbah padat tapioka yang kemudian dimodifikasi menggunakan surfaktan kationik dan nonionik. Mula-mula kaolin dan
Lebih terperinciBab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa
Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A
RPP/KIC202/01 2. Mata Kuliah & Kode : Kimia Dasar 2 Kode : KIC 202 5 Kompetensi Dasar : Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat larutan mencakup derajat keasaman, terjadinya hidrolisis dan larutan buffer,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dunia penelitian sains hari ini dapat dikatakan telah dan akan terus memberikan banyak perhatian pada bidang nanoteknologi. Karakternya yang unik membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini peran nanoteknologi begitu penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan kehidupan manusia. Nanoteknologi merupakan bidang
Lebih terperinciLARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.
LARUTAN Larutan merupakan campuran yang homogen,yaitu campuran yang memiliki komposisi merata atau serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung dua komponen atau lebih yang disebut
Lebih terperinciSAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian
Lebih terperinciREAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1
REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1 Oleh: Dyah Fitasari 1409201719 Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, S.Si, M.Sc Suprapto, M.Si, Ph.D LATAR BELAKANG Sikloheksanon Sikloheksanon Oksim
Lebih terperinciHandout. Bahan Ajar Korosi
Handout Bahan Ajar Korosi PENDAHULUAN Aplikasi lain dari prinsip elektrokimia adalah pemahaman terhadap gejala korosi pada logam dan pengendaliannya. Berdasarkan data potensial reduksi standar, diketahui
Lebih terperinci30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.
30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi
Lebih terperinciTentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!
Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang cara menghitung ph dan poh larutan asam basa berdasarkan konsentrasi ion [H + ] dan [OH ] SMA kelas 11 IPA. Berikut contoh-contoh soal yang bisa
Lebih terperinciLampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red
Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Red 1. Larutan Induk Larutan induk 1000 ppm dibuat dengan cara menimbang kristal methyl red sebanyak 1 gram, dilarutkan dalam etanol sebanyak 600 ml dan distirrer selama
Lebih terperinciPengendapan. Sophi Damayanti
Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol
Lebih terperinciEmas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!
1. Suatu senyawa mengandung kadar unsur (% berat) sebagai berikut : S = 35,97%; O = 62,9%; dan H = 1,13%. Rumus molekul senyawa tersebut adalah. 2. Gas hidrogen dapat dibuat dari reaksi antara logam magnesium
Lebih terperinci