DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG"

Transkripsi

1 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Kamis 2. Tanggal : 1 September Waktu : WIB WIB 4. Tempat : R. Rapat 5. Pimpinan Rapat : 1. Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., M.M. (Ketua Pansus Tatib) 2. Drs. H. Akhmad Muqowam (Wakil Ketua Pansus Tatib) 3. Fahira Idris, S.E., M.H. (Wakil Ketua Pansus Tatib) 6. Sekretaris Rapat : 7. Acara : RPDU dengan narasumber: 1. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. 2. Mustafa Fakhri, SH., MH., LL.M 8. Hadir : Orang 9. Tidak hadir : Orang

2 II. JALANNYA RAPAT: RAPAT DIBUKA PUKUL WIB PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Bismillahirahmanirrahim. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang. Salam sejahtera untuk kita sekalian. Bapak Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H. setahu saya sudah ada professor itu ya mungkin staf kami mestinya tulis depan situ Prof. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H yang saya hormati. Bapak, Ibu anggota Pansus yang saya hormati. Pak Muqowam Pimpinan Pansus yang saya hormati. Alhamdulillah kita bersyukur pada hari ini sesuai dengan kesepakatan di Pansus pada pertemuan yang lalu untuk kita dalam bahasa tata tertib di DPD namanya rapat dengar pendapat umum, bahasa lainnya adalah mendegar masukan dari pakar dan kami sepakati untuk mengundang Bapak Prof. Dr. Hamdan Zoelva, S.H., M.H Alhamdulillah sudah ada ditengah-tengah kita. Saya ingin informasikan Pak Hamdan, DPD ini membentuk lagi Pansus tidak apa-apa saya ceritakan karena bapak kan lengkap punya perjalanan hidup pernah di parlemen, pernah di Mahkamah Konstitusi menilai undang-undang dan sebagainya selain sebagai seorang pakar. Memang DPD RI ini membentuk Pansus lagi karena hasil Pansus yang lalu yang telah kami tetapkan dalam Sidang Paripurna tentang tata tertib kami, tata tertib DPD itu masih kemudian ditemukan atau dianggap masih terdapat sejumlah kelemahan lagi. Jadi proses mencari, menemukan dan menemukan bentuk yang paling ideal bagi sebuah tata tertib Dewan Perwakilan Daerah. Pada siang ini kami ingin, saya kira tidak usah perkenalkan satu-satu Pak Hamdan yang hadir tapi kalau Pak Muqowam saya yakin bapak sudah kenal. Nah itu makanya saya tidak perkenalkan ke bapak karena dulu di sebelah saya yakin selalu sama-sama sekarang beliau berhijrah ke DPD dan dimana disini menjadi virus bagi DPD. Jadi Pak Muqowam jadi virusnya DPD pak. Kalau partainya menurut saya masih tetap seperti dulu tetap ya Partai Rumah Rakyat kan P3 itu simbolnya rumah rakyat karena rumahnya banyak dia buat dua rumah rakyat. Kami berharap dalam waktu siang ini dengan Pak Hamdan mendapatkan pemikiranpemikiran yang akan memperkaya semua kami anggota Pansus, bapak, ibu anggota Pansus ini keterkaitan antara Undang-Undang Dasar RI 45 khususnya pasal yang berkait langsung dengan DPD RI, kaitan lagi dengan Undang-Undang Susduk MD3 dan akhirnya berujug pada status atau posisi hukum tata tertib DPD RI. Ya nanti teman-teman kami akan banyak memperdalam disitu tetapi kami anggap bapak sangat capable untuk memberikan alur pemikiran pada kami semua dari sudut pandang hukum karena itu kami berharap mungkin dengan supaya agak diskusinya bisa lebih banyak. Pak Anto ini banyak yang dia mau pertanyakan pada Pak Hamdan. Juga kami undang sebenarnya satu lagi Pak Mustofa Fahri tapi masih di jalan dan bapak, ibu semua anggota Pansus yang saya hormati pukul nanti lewat kita ada Rapat Panmus, kami dengan beberapa teman di sini harus mengikuti juga 1

3 Rapat Panmus lagi dan Pak Hamdan saya kira dengan waktu 2 jam saya kira sangat mahal buat kita. Mungkin saya langsung saja Pak Hamdan, saya persilakan. PEMBICARA: Prof. Dr. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H (NARASUMBER) Terima kasih. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Pimpinan Pansus dan para anggota DPD yang saya hormati. Terima kasih atas undangan yang diberikankepada saya untuk menyampaikan pandangan-pandangan tentang tata tertib. Memang saya tadinya masih apa namanya bertanya-tanya sebenarnya apa yang harus saya sampaikan secara spesifik. Hanya disitu kaitan antara Undang-Undang Dasar dan putusan MK yang sudah ada 2 perkara yang paling tidak saya ingat sudah diputuskan oleh MK dan satunya pada masa saya ketika itu diucapkan kemudian yang kedua pada masa saya yang putusan yang kedua saya ikut memutuskan tapi tidak mengucapkan kira-kira begitu karena sudah selesai masa jabatan saya. Mungkin hanya pengantar umum saja yang saya ingin sampaikan nanti kita perdalam dalam diskusi. Pertama memang DPD ya sebagaimana halnya DPR lembaga negara yang merupakan lembaga perwakilan yang sangat penting dalam Undang-Undang Dasar. Baik DPD maupun DPR itu diatur secara sangat ringkas dalam Undang-Undang Dasar hanya kewenangankewenangan pokok kemudian susunan dan kedudukan yang paling banyak diserahkan kepada Undang-Undang dan secara lebih detail bagaimana mekanisme dan proses kerja dari DPD dalam melaksanakan kewenangannya demikian juga dalam mengatur urusan rumah tangganya termasuk masalah tata cara pemilihan pimpinan, mekanisme sangsi terhadap anggota danlain-lain itu banyak sekali yang diserahkan kepada tata tertib DPR atau DPD sehingga posisi Tatib ini menjadi sangat penting dalam kelancaran tugas-tugas dan fungsi dari DPD. Pertama mungkin secara umum saya ingin sampaikan tentang posisi DPD dan fungsi serta kewenangannya dalam perspeltif baik pada saat pembahasan Undang-Undang Dasar maupun dalam putusan Mahkamah Konstitusi. Seperti yang sudah menjadi umum kita ketahui bersama dan sering menjadi perdebatan, fungsi legislasi dan fungsi pengawasan serta anggaran dari DPD adalah sangat terbatas. Yang sebenarnya dikehendaki oleh Undang- Undang Dasar tidak sangat terbatas juga jadi cukup kuat, cukup kuat walaupun istilah yang disampaikan disana 2 kewenangan yang pokok berkaitan dengan legislasi yaitu mengajukan rancangan Undang-Undang, dapat mengajukan rancangan Undang-Undang dan ikut membahas rancangan Undang-Undang yang diajukannya. Hal ini seperti kita ketahui bersama dalam implementasinya melalui Undang-Undang MD3 sebelum putusan MK itu didegradasi. Di degradasi sedemikian rupa, ikut membahas itu menjadi sangat sumir juga mengajukan itu menjadi sangat sumir tetapi dengan putusan MK maka fungsi kewenangan DPD menjadi lebih kuat dankembali kepada substansi kehendak yang dimaksud Undang-Undang Dasar. Ikut membahas itu adalah mengenai sebagai ikut menentukan dalam proses pengambilan keputusan setiap pembicaraan kecuali pada tahap persetujuan terakhir dalam pengambilan keputusan di tingkat II. Pada proses pengambilan keputusan secara terus menerus dilakukan pada tahap tingkat pertama khusus mengenai Undang-undang yang terkait dengan kewenangan yang dimaksud dalam Pasal 22 itu. Jadi disini dengan putusan MK itu telah mengembalikan kewenangan yang sangat siknifikan dari DPD. Ikut membahas dalam mana ikut menentukan substansi dan materi rancangan Undang-Undang yang akan disetujui dalam pembahasan bersama antara DPR, DPD dan Presiden. Jadi itu yang pertama, kemudian yang 2

4 kedua. Demikian juga dalam pengajuan rancangan Undang-Undangan yang sebelumnya sangat tergantung kepada DPD, DPR tapi dengan putusan MK dan setelah saya membaca Undang-Undang MD3 setelah keputusan MK itu telah disempurnakan di mana rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPD betul disampikan kepada DPR dan DPR harus menyampaikannya dalam waktu 30 hari kepada Presiden. Kalau dulu sangat tergantung kepada DPR ini yang saya baca dari Undang-Undangnya saya tidak mengerti bagaimana apa praktik dan pelaksanaannya tapi ini memiliki makna yang sangat penting. Kemudian yang saya belum review mengenai Prolegnas karena dalam putusan MK ditegaskan bahwa karena DPD juga memiliki hak untuk mengajukan rancangan Undang- Undang maka DPD juga diberikan hak untuk ikut menentukan prioritas dalam Prolegnas itu menurut Undang-Undang yang apa putusan MK yang mengabulkan permohonann DPD yang pertama. Jadi implementasi bagaimana proses pengambilan keputusan internal DPD dalam hal ikut terlibatnya dalam penyusunan Prolegnas dalam hal ikut terlibatnya dalam pembahasan di DPR mengenai Undang-Undang yang terkait dengan kewenangan DPD dan bagaimana proses pengesahan rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR yang disampaikan kepada DPD dan bagaimana proses hasil pengawasan DPD dalam penyelenggaraan pemerintahan yang berkaitan dengan kewenangan DPD itulah kira-kira ruang lingkup substansial yang diatur dalam tatib yang terkait dengan kewenangan DPD. Jadi tata cara, tata tertib dan proses yang detail dari ini semua ruang lingkup yang akan diatur dalam tata tertib DPD. Dalam hal lain termasuk ini diluar substansi kewenangan DPD adalah penentuan mekanisme pengambilan sanksi terhadap anggota kemudian yang kedua adalah mekanisme pemilihan pimpinan DPD. Itu juga adalah yang menjadi lingkup yang diatur dalam tatib DPD karena di Undang-undang tidak secara spesifik dan detail betul bagaimana sebenarnya proses ini dilakukan yang dalam Undang-Undang itu yang bagian akhirnya diserahkan pada tata tertib DPD. Jadi tatib sepanjang tidak diatur atau tidak jelas diatur atau ambigu dalam Undang-Undang boleh diatur dalam tatib DPR dan itulah yang memberikan apa itulah untuk mengisi kekosongan atau menguraikan lebih lanjut apa pelaksanaan hak, fungsi dan kewenangan DPD dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas-tugasnya. Nah posisi tatib disini adalah tentu dari sisi peraturan perundang-undangan dia adalah peraturan perundangundangan yang dalam tingkat yang paling bawah dari hirarki peraturan-peraturan yang berkaitan dengan DPD. Yang pertama tentu tingkatan yang paling tinggi yang kita sudah ketahui bersama tentu Undang-undang Dasar kemudian yang kedua adalah Undang-undang MD3 kemudian yang terakhir adalah tatib. Tatib ini tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang demikian juga dengan Undang-undang Dasar dia hanya mengisi kekurangan-kekurangan yang tidak diatur dalam Undang-Undang atau ketidakjelasan yang norma yang tidak diatur dalam Undang-Undang sehingga kejelasan ini diatur lebih lanjut dalam tata tertib DPD. Memang, bagaimana kalau terjadi suatu silang, silang pemahaman penafsiran terhadap tatib DPD bagaimanakan proses yang mana penafsiran yang benar, bagaimana penafsiran yang benar kalau itu menjadi persengketaan di DPD ini yang menjadi masalah. Secara teori, secara teori memang bisa diputuskan dengan pilihan suara yang siapa lebih setuju terbanyak tapi ini akan menjadi masalah kalau yang tidak setuju dengan pendapat mayoritas bahwa walaupun anda pendapatnya mayoritas hal itu menurut pandangan kami bertentangan dengan undang-undang, peraturan yang diatasnya sehingga peluang untuk diajukan judicial review ke Mahkamah Agung mungkin saja itu hal yang terjadi Nah itu salah, itu tidak salah. Jadi saya kira inilah pokok-pokok yang mungkin pengantar diskusi yang bisa saya sampaikan tadi saya hanya memang tidak ada yang, tidak apa, belum tahu apa 3

5 yang spesifik yang kira-kira jadi persoalan atau yang akan lebih fokus di bahas dalam perubahan Tatib inikan karena Tatib ini sudah sebenarnya yang mungkin, karena Tatib selalu di awal, di akhir masa jabatan kemudian di sempurnakan pada awal masa jabatan biasanya nanti di akhir nanti di sempurnakan lagi sebagai titipan untuk anggota yang akan datang selalu begitu. Perubahan di tengah-tengah itu jarang kecuali yang ada masalah-masalah yang krusial yang tidak di selesaikan apa boleh buat Tatib-nya di apa, di sempurnakan kembali. Itulah Pimpinan yang disampaikan untuk sementara, dan para anggota yang disampaikan untuk sementara dan terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Baik terima kasih Bapak Prof. Dr. Hamdan Zulfa. Saya pikir justru sudah sangat masuk pada bagian-bagian substansi yang perlu kami pertajam. Perlu kita perkuat dari pandangan Pak Hamdan dan saya pikir Bapak/Ibu Anggota Pansus ini kesempatan untuk kita mendapatkan informasi lebih kuat lagi. Silahkan saya silahkan atau di awali oleh Pak Muqowam. PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (WAKIL KETUA PANSUS TATIB DPD RI) Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore, dan selamat siang, dan salam sejahtera untuk kita semua. Pak Hamdan Zulfa yang kami hormati jadi hari ini memang kita berbicara mengenai positioning tata tertib kalau kemudian kita mengacu pada peraturan diatasnya Undang- Undang MD3 dan Undang-Undang Dasar 45. Ada 2 Pak Hamdan di dalam Pasal 22 itu pertama soal kewenangan yang kedua adalah soal ruang lingkup Pak. Pasal 22 itu mulai dari kata ikut, di dalam Pasal 22 Ayat (1) kemudian apa itu dalam positioning sebagai hal kewenangan. Lalu yang kedua adalah ruang. Ruangnya itu berkaitan dengan hubungan pusat, daerah, sumber daya dan seterusnya kemudian baru didalam berikutnya itu adalah yang berkaitan pendidikan, pajak baru kemudian pengangkatan BPK dan di dalam Undang- Undang MD3 Nah saya ingin mendalami itu bicara soal kewenangan ikut itu memang hari ini oleh keputusan Undang-Undang de jure-nya memang sudah pemahaman seperti Pak Hamdan tadi itu de facto-nya inikan masih ada problem ini hubungan antar lembaga antara DPD dengan DPR. Kalau telah terjadi itu sifatnya belum menyeluruh yah pembahasanpembahasan yang equal antara DPD dan DPR kalau itu terjadi itu masih sifatnya adalah kasuistis, belum menjadi apa yang kita sebut menjadi (tidak jelas terdengar, red), itu belum. Ini menjadi apa, menjadi sesuatu yang kemudian PR DPD. Lalu yang kedua adalah kewenangan. Dalam hal ruang lingkup, ruang lingkup di dalam Undang-Undang MD3 itu menurut saya itu adalah jelas Nah tetapi kemudian yang terjadi hari ini adalah de jure-nya seperti itu, de facto-nya hari ini, ini DPD ini adalah ruang yang sama dengan DPR, ruangannya ini. Saya punya satu rumusan yang sederhana barangkali DPR itu adalah mayornya itu adalah sektoral, minornya itu adalah teritorial. Sedangkan DPD mayornya itu adalah kewilayahan, DPR minornya itu adalah sektoral sehingga rumusan di dalam Undang- Undang Dasar Pasal 22 itu kami minta penjelasan. Pemahaman saya seperti itu oke dalam itu perlu di kuatkan, dalam hal ruang ini menurut saya perlu lebih di-define begitu, lebih 4

6 didefinisi secara jelas. Dua kasus yang ingin saya sampaikan Pak Hamdan kasus dana transfer misalnya daerah, pengalaman Pak Hamdan dengan di DPR yang dulu saya kira dana transfer itu adalah tidak pernah menjadi urusan komisi. Padahal dalam Tatib DPR itu adalah semua yang berkaitan dengan anggaran itu harus masuk di komisi, sayang lanjutan Pak Hamdan dulu di Komisi II Pak Hamdan. Komisi II pun tidak mempunyai apa, ruang untuk membahas dana transfer bagi hasil, DAU itu tidak pernah ada, tapi kemudian di blok itu menjadi kewenangan apa namanya, Badan Anggaran sehingga ini yang menurut saya ruang itu masih punya peluang kalau kita kemudian prospeksi cek balance sistem DPD itu bisa diberikan kewenangan itu menjadi ruang Pasal 22D. Lalu yang kedua Pak, Perda yang di batalkan oleh gubernur dan menteri ini posisinya ngambang Pak Hamdan. Perda itu dilahirkan oleh dua institusi eksekutif dan legislatif daerah tetapi di Jakarta secara sepihak Pemerintah Kemendagri dan juga gubernur terhadap Perda kabupaten/kota itu bisa ini, punishment itu di dia. Nah di sini muncul sebuah apa, muncul sebuah keraguan lagi kalau begitu Perda itu di ruangnya, di ruang Undang- Undang Nomor 12 atau Undang-Undang Nomor 23. Kalau Undang-Undang Nomor 23 murni itu memang pemerintahan, tapi ingat posisi Perda di dalam Undang-Undang Nomor 12 Pasal 7 atau 9 itu menjadi bagian dari strategisasi peringatan hukum kita. Ini ada celah, ada ruang yang menurut saya ya itu bisa menjadi bagian dari yang jika bicara check and balance, bicara mengenai parlemen, bicara mengenai hubungan pusat-daerah itu menjadi urusan DPD ini dalam kasus yang itu, dalam kasus bagaimana memberikan prospeksi kepada parlemen baik DPR, DPD dan pemerintah. Nah yang kedua Pak, tidak itukan kaitannya dengan itu. Yang kedua Pak Hamdan, posisi Tatib DPD itu ada 2 idealistik ada 2 cara pandang. Atas dasar itu maka kelembagaan DPD yang tadi Pak Hamdan katakan fungsi, pelaksanaan fungsi dan lainlain haruslah mengacu dari Pasal 22 dan juga MD3. Hari ini saya Komite I ruang kerja saya sampai dengan DPR Komisi I, II dan III. Komite II ruang kerja itu adalah Komisi IV, V, VI. Komite III itu VIII, IX, X Nah itu. Jadi dari ayo Mas, dari sisi kuantitas kita kurang dari kualitas itu bisa kita perdebatkan Nah ini karena itu secara ideal Tatib itu perlu di kontruksi Nah 2B-nya adalah untuk kepentingan sort card kita Pak Hamdan kita itu di beri tugas untuk apa yang kita sebut sebagai merumuskan ketentuan peralihan mengenai masa berlakunya jabatan pimpinan alat kelengkapan Nah di Tatib lama Pak Hamdan, maksudnya begini sepanjang Undang-Undang Dasar itu ada amanat DPD harus ada lembaga DPD. Yang kedua cara pengisiannya harus melalui mekanisme pemilihan, pemilihan legislatif. Lalu yang ketiga yang terpilih pejabat. saya ini pejabat. Pak Mustafa, saya angkatannya Buya Pak Mustafa barangkali kenal. Jadi saya ini pejabat negara, apakah saya menjadi ketua komite atau tidak, saya ini pejabat negara. Nah karena itu Pak Hamdan kemudian di DPD kemudian ada Alat Kelengkapan, Pimpinan Alat Kelengkapan, Pimpinan DPD, Pimpinan Komite dan lain-lain itu hal kelengkapan. Di Tatib lama Pak Hamdan memang benar bahwa kebiasanya terjadi bahwa Pimpinan DPD itu adalah ruangnya 5 tahun, Pimpinan Lembaga itu 5 tahun, Pimpinan Lembaga. Jadi instansi Pimpinan itu 5 tahun tapi orangnya boleh tidak 5 tahun terjadi di MK, terjadi di KY, dan beberapa ini. Sayangnya Undang-Undang Tatib yang lama itu masa jabatan Pimpinan sebagaimana Pasal 7 Ayat 4. Pasal 7 Ayat 4 itu keanggotaan ini Pak, jadi konotatif ini tidak definitif karena kemudian saya bandingkan misalnya adalah Pimpinan DPR harus ada yang kemarin ketua namanya Setya Novanto kemudian sekarang Ketua namanya Ade Komarudin. Pimpinan Komisi III itu namanya dulu adalah Aziz Shamsuddin sekarang adalah Bambang Satyo. Pemilihan Komisi XI juga begitu sehingga ini apakah ada 2 Pak Hamdan yang saya ingin mendapat penjelasan institusi pimpinan dan yang kedua humannya ini Pak Nah karena itu Pak Hamid sampaikan bahwa kalau kemudian apakah 5

7 boleh 2,5 tahun. Menurut saya Pak Hamdan 5, 2, 1 atau berapa itu salah semua tapi yang terjadi kemudian di sini adalah pokoknya 5 atau 2 pokoknya sudah, tidak logik semua ini. Secara teori tidak logik semua ini jadi karena itu apa, di dalam hal ini adalah kemudian kita berdebat mulainya kapan. Saya mengajukan Anggota DPD 1 Oktober 2014 kalau kemudian saya dalam hal ini kemudian 2,5 tahun maka mulainya 2000, ada yang berpendapat mulai Oktober 2014, ada yang bilang mulai saat itu di putuskan. Yang kemudian misalnya 5 tahun yang kemudian menjadi pilihan, apa mulainya sejak kapan ini, mulai sekarang atau mulai 1 Oktober 2014 Nah ini Pak Hamdan jadi cara pendaratan ini yang menurut saya perlu lebih soft lagi dan benar secara hukum, soal mendaratkan ini. Saya kira dari itulah saya ingin mendalami bagaimana sebuah, soal mendaratkan sebuah masa jabatan ke dalam Tatib ini Pak. Terima kasih. PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, SE., MM (KETUA PANSUS TATIB DPD RI) Terima kasih Pak Muqowam. Terima kasih kedatangan Pak Mustafa kita langsung saja nanti sekaligus diberikan tanggapan, masukan. Pak Djasarmen. PEMBICARA: DJASARMEN PURBA, SH (KEP. RIAU) Terima kasih. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat sore dan salam sejahtera semua. Pak Hamdan dan Pimpinan terima kasih atas uraian yang menurut Ketua tadi dan juga menurut saya mudah masuk pada substansi. Pertanyaan begini, saya to the point saja. Jika terjadi potensi, ini potensi Pak ya jika terjadi potensi sesuatu aturan itu apakah sehingga ini bisa menimbulkan gugatan ke MA yang tadi kita tahu ada potensi apakah ini masih bisa di lanjutkan ataukah bagaimana Pak, terus terang saja ini Bapak sebut tidak ada potensi yang bisa di jadikan gugatan Nah kita sudah tahu ada seperti itu apakah boleh apa bagaimana, ini pertanyaan saya Pimpinan. Terima kasih. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Terima kasih Pak Djasarmen. Sekali lagi Pak Fahri pertanyaan itu juga sekaligus nanti di catat mungkin juga ada masukan yah Bu Eni silahkan. Pak Djasarmen ini dari daerah pemilihan Kepri kalau Ibu Eni dari Jawa Barat. PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes (JABAR) Terima kasih Pimpinan. Bapak/Ibu sekalian Anggota Pansus Tatib yang saya banggakan, narasumber yang kami tunggu-tunggu kehadirannya. Mungkin ini karena kita ini sudah, sudah bukan lagi rahasia umum lagi karena sudah di blow up di media bahwa di DPD RI ini ada suatu semacam kegaduhan internal dimana sebagian besar dari kami anggota ingin mengadakan satu perubahan di dalam Tatib ini yang tentunya menuju arah yang lebih baik akan tetapi ada ketidak jelasan karena tidak diatur misalkan ini saya to the point misalkan untuk Pimpinan di sini ada pada Pasal 259 tentang alat kelengapan DPD dan khusus membahas pimpinan Pasal 260 dari MD3 itu tidak ada, memang tidak diatur tentang masa 6

8 jabatan dari Pimpinan DPD. Di situ tidak tercantum baik Pimpinan DPD maupun kayaknya DPR juga tidak di atur Nah dalam hal, kami semua ini ingin memberikan suatu kearah misalkan ada suatu perubahan untuk perbaikan kedepan dengan adanya 2 ½ tahun mungkin pertama saya ingin mekanismenya itu kalau di bolehkan atau memang sah-sah saja itu mekanismenya agar sesuai dengan tata urutan perundang-undangan tidak menabrak aturan perundang-undangan itu maka mekanismenya bagaimana terutama yang tadi disampaikan oleh bapak wakil ketua pimpinan Pansus, Yang kedua, kalau saya lihat disini yang jelas-jelas nyata bertentangan dengan MD3 adalah di tatib ini pasal 69 ayat 2, pasal 84 ayat 2, pasal 9 ayat 3, pasal 111 ayat 2, pasal 124 ayat 2, pasal 137 ayat 2 dan pasal 150 ayat 2 itu bertentangan dengan MD3 yang isinya antara lain begini, untuk pimpinan alat kelengkapan di luar pimpinan DPD disini sudah diatur pada pasal 267, ini ada pasal 267 kebetulan saya bawa tatib MD3 nya, pasal 264 dulu, pasal 264 bahwa keanggotaan panitia kerja dari ini Komite pak kalau di DPD RI panitia kerja Komite 1 sampai dengan Komite 4 ditetapkan oleh siding paripurna DPD pada permulaan masa kegiatan DPD, masa siding ya, keanggotaan panitia perancang, pasal 264 yang dilanggarnya yaitu tentang keanggotaan panitia kerja ditetapkan oleh sidang paripurna DPD pada permulaan masa kegiatan DPD dan pada setiap permulaan tahun sidang kecuali pada permulaan tahun sidang terakhir dari masa keanggotaan DPD, Lantas, yang untuk Panitia perancang Undang-Undang juga itu ada PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Mungkin, maaf Bu Eni tidak usah terlalu teknis. Per ini ya.. PEMBICARA: Dra. Ir. Hj. ENI SUMARNI, M.Kes (JABAR) Jadi intinya, intinya yang bernama MD3 ini bahwa keanggotaan itu ditentukan pada awal masa siding dan pimpinan alat kelengkapan itu dipilih pada awal masa siding, selama satu tahun masa siding, nah ini juga sementara di tatib kita yang baru ingin 2,5 tahun. Nah, ini sudah jelas kalau menurut bertentangan menurut Undang-Undang adalah bertentangan dengan UU MD3. Nah, akan tetapi ini sependapat saya kalau khusus untuk alat kelengkapan di luar pimpinan ini adalah sudah jelas-jelas mungkin harus segera dikembalikan dulu ke Undang-Undang. Nah, akan tetapi saya ingin tau pendapat dari para nara sumber bagaimana mekanismenya apabila ini tetap dilanjutkan atau apakah ini bisa tetap atau sesegera mungkin meknismenya bagaimana untuk kembali agar sesuai dengan MD3 jadi mekanismenya agar kembali sesuai dengan MD3, ini mekanisme yang kami lakukan bagaimana menurut tim narasumber. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Terima kasih Bu Eni. Pak Benny dulu tadi. 7

9 PEMBICARA: BENNY RHAMDANI (SULUT) Terima kasih Pak Ketua, Pimpinan Pansus Tatib yang saya hormati dan Anggota, Pak Hamdan dan Pak Fachri yang saya hormati. Lebih awal kepada Pak Hamdan tentu ya, saya sadar persis saya berhadapan dengan tokoh besar yang pernah di Parlemen DPR dan juga pernah menjadi Ketua MK ya, beberapa pandangan pemikiran sudah saya catat tadi Pak Hamdan, saya to the poin saja. Yang pertama, tadi dikatakan oleh Pak Hamdan bahwa berkaitan dengan pengambilan keputusan di lembaga politik termasuk DPD itu terjadi silang pendapat maka ya, tata tertib secara internal mengatur untuk ya keputusan itu diambil melalui voting misalnya ya, jika tidak ya, bisa ditentukan melalui musyawarah mufakat ya, untuk hal ini kita setuju dan forum paripurna adalah pengambilan keputusan politik tertinggi, Pak Hamdan pernah di DPR ya, yang saya pahami di DPR provinsi/kabupaten/kota ya seperti itu juga, forum paripurna adalah forum pengambilan keputusan tertinggi, Nah, jika ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan hasil dengan keputusan yang diambil tadi ya, maka semua termasuk yang tidak setuju itu memiliki hak untuk mengajukan judisial review. Nah ini clear Pak Hamdan ya, yang kami pahami juga clear, misalnya di DPR ketika ada Undang-Undang yang disahkan oleh parlemen kemudian digugat oleh publik rakyat maka ada salurannya yaitu judicial review, seperti itu. Pertanyaan saya satu Pak Hamdan, dalam kaitan ini karena saya merasa ini penting jangan terjadi abuse of power. Misalnya, pengambilan keputusan dilakukan bahkan saya terlibat dalam pengambilan keputusan itu, bahkan saya terlibat dalam voting saat pengambilan keputusan itu dilakukan, tapi karena saya punya kekuasaan Pak Hamdan termasuk Pak Hamdan misalnya jika Pak Hamdan Pimpinan DPR, apakah karena pendapat Pak Hamdan yang tidak setuju dengan keputusan itu Pak Hamdan memiliki hak tidak untuk tidak menandatangani keputusan itu? Nah kalau Pak Hamdan menggunakan kekuasaan untuk tidak menandatangani padahal itu keputusan yang diputuskan lewat paripurna forum tertinggi bahkan ikut terlibat di dalamnya nah ini berbahaya. Nah ini yang kita ingin konstruksi lebih jelas dalam tata tertib selanjutnya tentu yang menjadi tugas pansus ya, ini penting Pak Hamdan. Menarik pertanyaannya dan saya ingin mengambil ilustrasi jika Pak Hamdan pada posisi Ketua DPR lah atau Ketua DPD, apakah dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Pak Hamdan atas asumsi sepihak dan pendapat yang berbeda dengan mayoritas kemudian Pak Hamdan mengatakan saya tidak mau tandatangani deh karena ini bertentangan dengan Undang-Undang misalnya ya, apakah bisa, padahal yang saya pahami yang saya pahami ya fungsi pimpinan hanya fungsi administratif ya, dia menandatangani keputusan-keputusan yang telah diambil, setuju tidak setuju bisa ada ruang lain tentu untuk dilakukan termasuk tadi judicial review. Kemudian yang Kedua Pak Hamdan, ini yang terakhir ya, sedikit banyak Pak Hamdan pasti mengikuti dinamika yang berkembang di parlemen kami ya saat Pansus Tatib sebelumnya sebelum Pansus Tatib dimana kami ada di dalam ruangan ini, DPD atau pansus telah mengambil keputusan yang salah satunya walaupun media ini banyak memanipulasi Pak Hamdan seolah-olah kegaduhan kemarin itu perebutan kekuasaan, seolah-olah yang dibahas itu hanya masa jabatan, ini omong kosong lah, ada 6 dimensi yang dikonstruksi oleh Pansus Tatib saat itu tentang fungsi legislasi, tentang penguatan fungsi pengawasan, fungsi anggaran, kemudian sistem pendukung, fungsi representasi dan kemudian alat kelengkapan,. Jadi masalah jabatan itu hanya bagian kecil yang dibahas yang kemudian dikonstruksi dari 8

10 pikiran-pikiran yang dielaborasi oleh pansus yang bahkan ya diambil keputusannya melalui Paripurna DPD. Nah untuk yang kedua ini Pak Hamdan, kaitan dengan keputusan yang sudah diambil paripurna masa jabatan pimpinan yang dulu 5 tahun kemudian dua tahun setengah, tadi masa pemberlakuan sudah ditanyakan oleh Pak Muqowam kapan itu diberlakukan ya kan, saya ingin minta pandangan Pak Hamdan apakah apa yang diputuskan ini bertentangan dengan undang-undang ya sederhana. Saya tentu secara pribadi memiliki pandangan tidak pertentangan dengan undang-undang, tapi dalam kapasitas dan posisi Pak Hamdan saya ingin menanyakan apakah keputusan yang diambil oleh DPD ini bertentangan dengan undangundang? Kalau dikaitkan dengan pertanyaan pertama apakah karena pandangan itu kemudian sebagai pimpinan lembaga bisa menggunakan kekuasaan untuk tidak menandatangani keputusan itu dan tidak menempuh jalur lainnya yaitu judisial review misalnya. Demikian Pak Hamdan untuk sementara. Terima kasih. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Pak Stefi langsung saja baru pak, terlanjur di belakang sana, PEMBICARA: MATHEUS STEFI PASIMANJEKU, SH. (MALUT) Baik terima kasih,. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang kami hormati Pimpinan Pansus beserta seluruh rekan-rekan Anggota Pansus, yang kami hormati para narasumber kami yang hadir di hadapan kita Pak Hamdan dan Pak Fakhri. Kita mengetahui bahwa produk hukum adalah sebuah kesepakatan politik hasil dari pada kesepakatan politik, apa yang telah kita lakukan pada beberapa waktu yang lalu yang mana kita telah melahirkan suatu produk melalui lembaga ini kita telah menetapkan dalam tatib kita bahwa masa jabatan keanggotaan masa jabatan pimpinan adalah dua tahun setengah, dan ini merupakan satu kesepakatan politik. Bicara dalam konteks kesepakatan politik berarti pasti ada pro dan kontra, tetapi ketika dalam voting itu kita telah menyepakati sudah pasti ada yang pro dan ada yang kontra, tetapi apa yang menjadi keputusan saat itu sudah merupakan keputusan lembaga, oleh sebab itu saya kira kalau menyangkut dengan membicarakan kembali masa jabatan pimpinan saya kira harus kita lewati, jangan lagi kita utak-atik persoalan ini karena kita sudah melewati dengan melakukan voting, apakah hal serupa ini kita akan voting untuk kedua kali, itu kan sangat tidak mungkin, ini sudah kita lakukan voting, untuk pasal ini saya kira perlu kita lewati, kita masuk pada pasal-pasal yang lain menyangkut dengan ya pasal-pasal peralihan yang lain bagaimana apa yang kurang perlu kita lengkapi sehingga ini yang lebih baik. Kalau pada hasilnya seperti itu juga dan ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan apa yang menjadi keputusan ini kan ada ranah selanjutnya untuk bisa melakukan upaya hukum, mungkin kalau tatib tidak akan mungkin ke MK tetapi upaya apa yang harus dilakukan karena ini bukan undang-undang, kalau undangundang ke MK, ini tatib tidak mungkin ke MK kalau tatib. Nah, kalau ke Mahkamah Agung ya bisa saja dilakukan, ini kalau undang-undang ya mungkin kita melakukan judisial review melalui Mahkamah Konstitusi tapi ini kan tata tertib yang mengatur tentang internal kita, sehingga saya berharap teman-teman kita harus 9

11 menerima keputusan politik yang sudah kita keluarkan sendiri, kita berbeda, tetapi hasil keputusan itu harus kita menyepakati walaupun sebagian anggota tidak menyetujui tapi itulah adalah hasil kita yang sudah kita lewati. Demikian Pimpinan tambahan dari saya. Terima kasih. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Ya, Pak Andre dulu, Pak. PEMBICARA : ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT) Oke, terima kasih pimpinan saya mohon langsung, pertama tadi menarik sekali atas apa yang disampaikan oleh pak Hamdan tertutama berkaitan dengan beberapa keputusan MK yang menjadi kesulitan kami selama ini adalah DPR tidak pernah menjalankan putusan MK, itu yang pertama, apakah ini akibat komunikasi pimpinan lembaga sebagai symbol yang tidak mampu untuk melakukan komunikasi ataukah ada persoalan lain sehingga sampai hari ini hamper semua keputusan MK tidak dapat dilaksanakan oleh lembaga DPD karena di DPR selalu menganggap DPD ini tidak ada artinya gitu, itu yang pertama. Terus yang kedua, bicara dari beberapa saudara saya yang disampaikan tadi ya saya menyimak memang hampir sama semua, tentu adalah lembaga ini lembaga politik ya, etika dan moral itu yang menjadi ya darda terdepan untuk memimpin lembaga ini ke arah yang lebih baik, Terus yang ketiga, tentunya kinerja ya, semua itu kinerja itu makanya ada keputusankeputusan ada yang mau ya merubah di tengah jalan ya, kalau memang kalau di DPR memang mudah sekali dia tarik copot itu kan sesuatu yang luar biasa, nah sekarang Komisi XI pak Melky Mekeng, Komisi III sudah diganti pak Mongso Susetyo, jadi selera, tergantung kepentingan kalau ini tidak produktif ya dia ganti, nah sekarang dalam system bicameral ini antara parlemen DPD dan parlemen DPR ini apakah perlakuannya bisa sama atau tidak, tentunya ya dalam pandangan kami adalah ya seperti apa yang kami lakukan karena memang kami ini pejabat politik karir karena mulai dari kabupaten kami jadi DPR ini ke provinsi terus baru kita duduk disini tahu mekanisme demokrasi ini, tahu mekanisme paripurna yang benar, Nah, kalau memang istilahnya hasil paripurna juga ya tidak dapat dilaksanakan sementara tatibnya sudah ditandatangan ya wajib sebetulnya pimpinan untuk memasyarakatkan, nah tetapi di lembaga kita ini kembali saya bilang dinamika ini adalah dinamika, moral dan etika ya, ketika lihat negara-negara lain kalau memang sudah tidak produktif mundur legowo, kita tidak masih mempersoalkan halal yang, sebentar Pak Ketua, hal-hal yang tidak rasional dan hasil akhirnya ya seperti apa tadi apa yang ditakutkan, kalau ini juga nanti kalah suatu saat pasti buat lagi. Nah, makanya saya bilang bapak ya ini kembali kesadaran sebagai pemimpin lembaga dalam rangka kelanjutan organisasi. Terima kasih. Saya kembalikan. 10

12 PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Nanti selesai Pak Gafar baru kita pindah sekalian ke sebelah kiri Pak ya. Pak Gafar dulu terakhir dari sebelah kanan, PEMBICARA: Drs. H. ABDUL GAFAR USMAN, M.M. (RIAU) Ya, terima kasih pak pimpinan dan pak Hamdan, saya ada dua pertanyaan Pak, saya Pak Abdul Gafar Rusman Pak dari Riau. Pertama, apabila terjadi antara keinginan dengan norma, satu sisi ada menyampaikan keinginan di satu pihak ada yang menyampaikan norma, apabila terjadi antara keinginan dengan saran norma apakah ini boleh di-voting antara keinginan dengan norma, satu. Yang kedua, jika terjadi memang antara pemahaman ini norma ini pengertian keinginan kalau memang di voting saya tadi menarik apa yang disampaikan oleh tetap ada saluran yang harus kita lakukan, nah itu pertama Pak yang ingin kami sampaikan, gimana apa keinginan yang kita lakukan secara kuantitatif mungkin keinginan lebih banyak tapi norma, apakah norma yang kita pakai atau keinginan, satu, Yang kedua, saya ingin kepada Pak anu ya memang ahli hukum saya tidak ahli hukum tapi belajar juga sedikit-sedikit, aturan apakah yang boleh berlaku surut, dan aturan apa yang tidak boleh Pak dalam kita menetapkan ketentuan, berdasarkan ketentuan hukum, sekali itu saja Pak Hamdan. Terima kasih. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Terima kasih Pak Abdul Gafar. Ibu Anna. PEMBICARA: ANNA LATUCONSINA (MALUKU) Terima kasih pimpinan pansus tatib, Bapak Ibu yang kami hormati, Bapak narasumber kita Pak Hamdan dan Pak Mustafa yang saya hormati. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Saya mungkin langsung to the point saja. Ada dua hal yang ingin saya tanyakan Pak, mohon maaf kami di belakang ya, saya Anna Latuconsina perwakilan dari Provinsi Maluku. Saya ingin menanyakan pertama mengenai masalah masa jabatan pimpinan legislatif. Dimana kita ketahui DPR, DPR kabupaten kota provinsi dan DPR RI dan DPD adalah 5 tahun. Di dalam Undang-Undang Dasar 45 memang tidak jelas dituliskan 5 tahun tetapi merupakan konvensi ketatanegaraan sehingga diambil keputusan 5 tahun. Pertanyaan saya adalah apakah berdasarkan tidak tertulis secara resmi angkanya 5 tahun hanya berdasarkan konvensi. Apakah DPD bisa membuat aturan untuk dua setengah, satu atau sebagainya diluar seperti itu, itu yang pertama. Yang kedua di DPR dan di DPR kabupaten kota kita katahui bersama juga selama ini kita dengar tidak ada 2,5 tahun di DPR kalau Pak Setyanovanto tidak berganti jabatan karena itu Fraksi Golkar yang berganti adalah orangnya pengisian lowongan karena memang yang bersangkutan mengundurkan diri jadi berbeda. Kalau kita saat ini memang 11

13 mengingin-inginkan 2,5 tahun dan ada yang menginginkan 5 tahun. Itulah sebabnya makanya pansus ini ada lagi pansus yang kedua ini. Yang kedua Pak jadi pertanyaan saya apakah memang DPR kurang kreatif sehingga tidak pernah berfikir untuk bisa 2,5 tahun. Kami DPD lebih kreatif karena itu kami 2,5 tahun kami memikirkannya. Padahal kita ketahui bersama partai pemenang Pemilu di DPR itu PDI tapi yang dapat Golkar kok mereka tidak kreatif menentukan itu 2,5 tahun. Saya pikir ini DPD sanagt maju sekali Pak. Kemudian yang kedua masa ajabatan Anggota komite dan juga pimpinan komite itu jelas dalam MD3 disebutkan itu berganti setiap tahun sesuai dengan awal masa sidang. Di MD3 dijelaskan seperti itu, tapi kita disini menetapkan 2,5 tahun. Pertanyaan saya apakah ini tetap kita tinggal seperti, seperti ini ataukah kalau memang harus kita karena ini sudah ada pansus sedang bekerja tentunya masukan-masukan dari narasumber tentang apa yang bertentangan tentunya harus juga menjadi masukan kepada kita. Jadi pertanyaan saya 2 tentang alat kelengkapan dan anggota alat kelengkapan di komite-komite itu jelas bertentangan karena memang disebutkan setiap tahun berganti, tapi kita menentukan 2,5 tahun. Kemudian yang pertama tadi konvensi ketatanegaraan memutuskan 5 tahun walaupun pimpinan juga di diskripsikan sebagai alat kelengkapan tapi pimpinan dilantik tersendiri oleh MA dan mempunyai SK pimpinan 5 tahun. Jadi pertanyaan saya apakah memang tidak tertulis kita bisa membuat itu dan itu saya lihat di DPR belum ada seperti ini. Demikian Pak Hamdan maupun Pak Mustafa. Terima kasih. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Saya pikira sudah terwakili semua. Oh masih ada Bang Ken silakan, silakan. PEMBICARA: H. AHMAD KANEDI, S.H., M.H. (BENGKULU) Ibu yang dua saya tiga Pak. Prof Hamdan dan Pak Mustafa kami mohon ini penjelasan lebih dalam ya tentang penyelenggaraan tugas-tugas kami termasuk DPR ini dengan adanya keputusan MK ini. Nah kami ingin karena dalam prakteknya sekarang belum berjalan dengan baik. Mungkin ada beberapa mungkin ada pemasukan supaya kami bisa memaksimalkan lagi sehingga Amanat Undang-Undang Dasar 1945 yang diperjelas dengan keputusan MK itu bisa terwujud. Tapi kami menginginkan ada beberapa pendekatan mungkin ada kiat atau bagaimana sehingga kami juga sabar ini walupun belum tahun ini, tahun depan. Sehingga fungsi-fungsi tripartit itu bisa kita laksanakan dengan baik demi ya pelaksanaan pembuatan Undang-undang dan sebagainya itu. Saya rasa itu saja untuk tambahan dari kami, terima kasih. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Wa alaikumsalam. 12

14 Terima kasih Bang Ken, sudah cukup Pak ya? Oh ada Pak Sofwat. Ini sudahnya Pak Hamdan kan sudah tahu di DPD ini tidak ada fraksi jadi semua punya hak bicara tidak ada yang boleh mewakili, tidak saling mewakili bicara. Ya Pak Sofwat silakan. PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL) Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Ya sekedar informasi saja kepada Bapak Hamdan Pak Mustofa memang ini agak unik. Begitu tatib itu di tandatangani oleh Pimpinan ada kesepakatan di Panmus, langsung di bentuk Pansus Tatib. Untuk menyisir, memperbaiki mana-mana yang tidak sesuai dengan Undang-Undang. Memang saya selama 3 periode di DPD ini selalu menginginkan supaya peraturan tatib DPD ini, peraturan internal, peraturan rumah tangga jangan sampai di voting. Tapi yang terjadi di voting, bahkan waktu divotingpun jumlah yang voting tidak mencapai 50%, bahkan ada yang mempersoalkan. Boleh buka dokumen apa, saya tidak, tidak oke. Bukan maksudnya ini latar belakang dibentuknya Pansus Tatib ini. PEMBICARA: ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT) Begini Pak Sofwat supaya jelas, inikan kita ngomong itu supaya cari solusi. PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL) Jangan-jangan ngobrol kan ada pimpinan, kemudian memang ada perdebatan kalacu menurut saya kita ini miskin bahasa. Alat kelengkapan itu terdiri dari pimpinan DPD, pacnitia kerja, Panitia Perancang Undang-Undang dan lain sebagainya. Sehingga menyatakan bahwa Pimpinan lembaga atau Pimpinan DPD itu sama dengan seluruhnya. Kalau pendapat kami sesuai dengan bapak katakan Pimpinan DPD itu pimpinan lembaga. Tidak ada Pimpinan DPD tidak ada lembaga DPD. Tapai kalau tidak ada komite, tidak ada PPUU, DPD tetap berada. Oleh sebab itu kalau menurut saya tidak bisa disamakan masa jabatannya, akhirnya sekarang 2,5 tahun Pimpinan DPD kemudian yang lainpun 2,5 tahun karena samasama alat kelengkapan. Begitu Anggota DPD dilantik hari itu juga harus ada pemilihan Pimpinan DPD karena jangan sampai ada kekosongan pimpinan lembaga. Dipilih untuk 5 tahun, dilantik oleh Mahkamah Agung untuk 5 tahun, diputuskan oleh Paripurna 5 tahun. Yang ingin kami pertanyakan apakah boleh ditengah jalan ini dirubah menjadi 2,5 tahun? Padahal ada azas hukum apabila ada 2 peraturan yang saling bertentangan dan akan menimbulkan kerugian bagi seseorang yang bersangkutan boleh memilih, mau yang mana mau dipilih, itu. Sekarang kami hanyaminta pendapat saja karena kita inikan sedang menggali ilmu begitu. Kemudian mengenai upaya hukum. Memang kadang-kadang terlalu sederhana, kalau Undang-Undang tidak setuju ke MK, kalau tatib tidak setuju ke Mahkamah agung. Timbul pertanyaan kalau publik itu apa kepentingannya dengan tatib, lain dengan Undang-Undang. Undang-Undang itu untuk mengatur publik makanya publik boleh menggugat ke MK. Dan tidak mungkin juga ada Undang-Undang digugat oleh Anggota DPR karena DPR yang membuat makanya menjadi problem bagi kami kalau kami mendengarkan kalau tidak setuju dengan tatib, kalau memang menganggap tatib bertentangan dengan Undang-Undang ke Mahkamah agung aja kan lucu begitu. 13

15 PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Apa pertanyaannya Pak Sofwat? PEMBICARA: Drs. H. MOHAMMAD SOFWAT HADI, S.H. (KALSEL) Yang pertanyaannya. Pertanyaannya adalah apabila tatib ini bertentangan dengan Undang-Undang bagaimana? Sebab kalau upaya hukum tidak mungkin Anggota DPD menggugat Tatib DPD kalau memang mau disamakan dengan Undang-Undang yang DPR beda. Tatib DPR pasti orang publik tidak akan menggugat. Kemudian saya kira itu saja dulu. Terima kasih. PEMBICARA : ADRIANUS GARU, S.E., M.Si. (NTT) Pak Ketua, saya ingin menambahi. Saya apresiasi kepada senior saya karena sudah 3 periode. Mungkin periode 2 periode-periode kemarin ya banyak ya, ya saja tidak mau mengarahkan DPD ini kepada arah yang lebih baik. Kami ini kelompok 97 semua ini kami ingin supaya lembaga ini kuat baik dan berguna untuk daerah sehingga lakukan evaluasi kinerja. Bukan hanya Pimpinan DPD, pimpinan alat kelengkapan mari kita duduk dan sudah disatukan didalam tatib ini. Sekarang tinggal bagaimana mainnya saja ini, tidak usah kembali kebelakang karena ini sudah terjadi, tatib pun sudah jalan. Apa yang perlu kita duduk bersama minta pendapat ahli untuk solusi? Saya kira begitu. PIMPINAN RAPAT: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA PANSUS Jadi pakar itu senang sekali kalau terlalu banyak berpendapat orang. Apalagi kalau banyak berpendapat dengan berbeda-beda maka memudahkan pakar membuat pandanganpandangan ya. Jadi saya yakin Pak Hamdan sangat membaca suasana kebathinan ruangan ini. Inilah suasana DPD dalam bentuk mini Pak Hamdan ini Saudara Pak Mustafa ya. Saya kira kita dengarkan berikut ini pandangan, pikiran, masukan dari dua narasumber kita dan masukan tersebut menjadi bahan buat kita bukan lagi untuk di diskusikan dengan narasumber kecuali ada kesempatan beliau berikutnya kita undang lagi. Saya mohon dengan hormat Pak Hamdan diberikan komentar tanggapan silakan. PEMBICARA: Dr. HAMDAN ZOELVA, S.H., M.H. (NARASUMBER) Baik, terima kasih. Ini luar biasa dinamikanya rupanya sangat tinggi. Saya tidak ingin menjadi penengah, tetapi saya ingin memberikan pandangan saya berdasarkan hukum, berdasarkan pandanganpandangan saya yang saya pahami, berdasarkan norma hukum dalam pengalaman saya dan aturan-aturan yang ada. Karena itu, mungkin saya pada akhirnya tidak untuk membela yang sebelah. Kalau saya memberikan pendapat, mungkin yang sama dengan salah satu pihak yang ada di sini. Jadi, tetapi kebetulan saja mungkin, mungkin kebetulan saja. Tetapi, dari sisi hukumnya yang saya, ya sisi hukumnya saja, terserah mau dipakai atau tidak. 14

16 Pertama, ini hal yang umum saja dulu yang berkaitan dengan kewenangan. Saya dalam praktik tadi sudah diungkap para anggota yang terhormat bahwa de jure ya kewenangan MK itu sudah, tetapi dalam praktik tidak. Lalu, apa kira-kira hal yang terbaik yang bisa dilakukan oleh DPD? Mungkin langsung saja ke situ. Sebenarnya apa yang diputuskan oleh MK, normanya adalah merupakan norma konstitusi itu sendiri. Jadi penafsiran-penafsiran dan norma-norma yang menjadi keputusan MK adalah merupakan norma konstitusi. Levelnya kira-kira dalam posisi seperti itu, ketika norma itu diputuskan oleh MK. Kecuali, ada perubahan-perubahan dalam putusan, putus selanjutnya berarti ada perubahan pemahaman atau penafsiran terhadap norma konstitusi yang sebelumnya. Karena itu, kalau putusan MK sedemikian gamblang mengenai kewenangan, hak-hak, dan itu ternyata tidak dilaksanakan dalam porses pembentukan undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan lembaga, khususnya DPD, maka ada dua langkah yang bisa dilakukan di luar masalah komunikasi. Komunikasi dan lobi ini kan hal yang sangat relatif, lobi dan itu sangat bergantung kepada kekuatan dan pressure. Ini dalam politik, tetapi saya tidak ingin ke sana. Kan the politics bagaimana kekuatan mempengaruhi kan begitu. Tetapi begini, apakah alat memaksa agar lembaga negara yang namanya DPR yang menurut DPD mengabaikan norma-norma putusan MK, maka ada dua yang bisa dilakukan oleh DPD. Yang pertama adalah masalah yang terkait dengan sengketa kewenangan konstitusional, itu yang pertama yang bisa dipersoalkan di Mahkamah Konstitusi. Atau yang lebih fatal tunggu di ujung, tunggu di ujung ketika undang-undang itu disahkan, maka undang-undang itu sepanjang tidak melaksanakan proses menurut norma konstitusi yang digariskan oleh norma putusan MK, maka bisa dimohonkan pembatalan berdasarkan alasan cacat formal, kira-kira begitulah. Jadi, coba saja test case sekali begitu, ini dari sisi hukumnya konstitusinya. Ada suatu undang-undang yang seharusnya menurut konstitusi harus melibatkan pembahasan DPD, tetapi sama sekali diabaikan, maka di ujungnya bahwa undang-undang itu cacat formal dalam prosedur. Nah kalau MK menyatakan betul adalah cacat formal, maka undang-undang itu secara formal cacat dan inkonstitusional karena pengujian itu ada dua, ada pengujian formil, ada pengujian materiil. Jadi kalau saya sebagai seorang ahli hukum memberikan satu pandangan ya begitulah caranya. Itu yang pertama berkaitan dengan kewenangan. Kemudian yang kedua, berkaitan dengan masalah tatib tadi yang lebih spesifik. Saya ingin memberikan beberapa ilustrasi lebih dulu. Dulu pada saat kita membahas Undang- Undang Pemerintahan Daerah tahun 2004 sudah terbayangkan kehendak untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah serentak, seluruh kepala daerah tahun 2004, sudah kita bicarakan. Akan tetapi, ada problem yuridis di sana pada saat itu. Lalu, bagaimana menentukan tanggal yang pasti karena akan merugikan kepala-kepala daerah yang terpotong masa jabatannya. Ini adalah persoalan-persoalan... (kurang jelas, red.) dalam hal keadilan. Sehingga, rumitnya kita pada saat itu tidak bisa tidak kita, sudahlah laksanakan seperti biasa saja. Nah, apa yang terjadi dalam perubahan undang-undang yang terakhir mengenai pemerintahan daerah, maka dibuat dalam tiga tahapan yang serentak. Kenapa? Ini untuk meminimalisir kalau menurut pandangan saya, untuk meminimalisir banyaknya potongan masa jabatan seorang bupati atau gubernur yang sudah ditetapkan lima tahun, kira-kira begitu. Ini juga berkaitan dengan tadi masalah keadilan yang salah satu masalah prinsipil. Kemudian yang ketiga, dulu Undang-Undang Pemerintahan Daerah Nomor 32 Tahun 2004 memutuskan bahwa seorang kepala daerah petahana apabila hendak mencalonkan diri lagi dalam periode sebelumnya, maka enam bulan sebelum pemilihan dia harus mengundurkan diri sebagai kepala daerah. Ini dibawa oleh salah satu kepala daerah ke 15

17 Mahkamah Konstitusi, saya lupa yang mana, zamannya Pak Jimly. Akhirnya, putusan MK kita bisa baca bersama, MK membatalkan undang-undang itu. Kenapa? Karena, ini juga berkaitan dengan prinsip kepastian hukum yang adil. Pertama, dia sudah diangkat untuk masa jabatan lima tahun, tetapi diberhentikan sebelum lima tahun walaupun mengundurkan diri, mengundurkan diri kan atas kehendak sendiri, tetapi dalam perspektif keadilan, undangundang itu dianggap melanggar prinsip kepastian hukum yang adil. Sehingga, Mahkamah Konstitusi membatalkan kewajiban petahana untuk mundur enam bulan sebelum pelaksanaan pemilihan karena akan mengurangi hak yang bersangkutan untuk masa jabatan lima tahun sesuai dengan SK pengangkatan. Kemudian selanjutnya, untuk suatu di manakah, ini memang undang-undang ini saya betul tidak ada ketegasan masa jabatan Pimpinan DPD itu berapa tahun, tidak ada. Artinya menurut saya, dalam kerangka undang-undang ini boleh hal itu diatur secara internal oleh DPD, ya oleh tatib, itu prinsip hukumnya boleh. Yang jadi persoalan adalah pada saat pemilihan awal, Pimpinan DPD dipilih untuk masa jabatan 5 tahun dan diangkat berdasarkan keputusan untuk masa jabatan 5 tahun. Dengan perubahan norma, maka menjadi 2,5 tahun. Bagaimana posisinya di sini? Saya memberikan satu ilustrasi, Pak, yang mungkin menarik untuk kita renungkan bersama. Untuk mengubah Undang-Undang Dasar itu menurut Pasal 37 persyaratannya adalah syarat kehadiran ¾ Anggota MPR. Tetapi, syarat menjatuhkan putusan 50 plus 1. Tetapi, syarat untuk memberhentikan presiden di Pasal 7 ayat sekian itu, syarat kuorumnya adalah ¾, syarat putusannya adalah 2 /3. Lebih sulit untuk memberhentikan presiden daripada untuk mengubah Undang-Undang Dasar, ya kan. Nah, bagaimana kalau begini? Daripada kita memberhentikan presiden, ubah saja undang-undangnya dari 5 tahun menjadi 2,5 tahun sehingga presidennya berhenti. Ya sama dengan kudeta konstitusional. Ini pandangan saya, ini maaf ini pandangan saya. Jadi artinya apa? Tidak bisa diberhentikan dengan proses biasa, maka diubah Undang-Undang Dasar-nya menjadi 2,5 tahun. Jadi sama dengan memberhentikan presiden di tengah masa jabatannya, tetapi dengan melalui perubahan undang-undang. Ini maaf ini pandangan saya mungkin yang agak-agak ekstrem, tetapi ini ilustrasi yang bisa menggambarkan bagaimana masalah ini diselesaikan dengan baik. Jadi begitu juga dengan masalah apa lagi, sebentar, ya saya kira analog juga, analog juga masalah apa. Tetapi, kalau keterkaitan apakah boleh ada pergantian yang ditengah? Boleh, boleh kalau pergantiannya berdasarkan mekanisme yang sudah diatur dalam norma sebelumnya. Misalnya Novanto, Novanto berhenti dalam jabatannya tidak 5 tahun karena dia mengundurkan diri kalau tidak pada saat itu kira-kira berhenti lah oleh suatu proses paripurna begitu. Ataukah ditarik oleh yang punya kewenangan menurut norma, ada yang mengatur sebelumnya begitu juga pimpinan komisi di DPR ada mekanisme ditarik oleh pimpinan fraksi itu juga tidak ada masalah tapi memang norma itu sudah mengatur sebelumnya bahwa mekanisme itu ada, kira-kira begitu. Kemudian, ya jadi begini, tadi ada pertanyaan menarik, bagaimana kah, apakah pengambilan suatu pengambilan keputusan boleh karena keputusan paripurna tidak sesuai dengan norma Tatib? Menurut azas legalitas tidak boleh, walaupun itu adalah paripurna yang menentukan legalitas, kecuali prosesnya diubah dulu normanya mulai keputusan baru itu bisa dilakukan karena apa? Karena kalau itu yang menjadi praktik maka akan terjadi secara terus menerus pengubahan norma melalui tindakan atau kebijakan yang melanggar azas-azas legalitas. Jadi itulah cara berpikir hukumnya, ini cara berpikir itu. Jadi apapun putusan, tapi apakah norma itu bisa digugurkan ada dua cara. Untuk menggugurkan sebuah norma maka ada dua cara dalam perspektif hukum administrasi. Cara pertama dicabut oleh lembaga yang mengeluarkannya, kemudian cara kedua adalah dibatalkan oleh pengadilan. Nah jadi yang 16

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-1 PANSUS TATIB MASA SIDANG V TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-1 PANSUS TATIB MASA SIDANG V TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT PLENO KE-1 PANSUS TATIB MASA SIDANG V TAHUN SIDANG 2015-2016 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Rabu

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT PLENO KE-6 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Jumat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-5 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT PLENO KE-5 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT PLENO KE-5 PANSUS TATIB MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN 1. Hari : Kamis

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA TELAH

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT FINALISASI PANSUS TATIB DI SWISS-BEL HOTEL MASA SIDANG II TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT FINALISASI PANSUS TATIB DI SWISS-BEL HOTEL MASA SIDANG II TAHUN SIDANG Nomor: RISALAHDPD/P.TATIB/XII/2016 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH RAPAT FINALISASI PANSUS TATIB DI SWISS-BEL HOTEL MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2016-2017 DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 31/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 010/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2015

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 070 / PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN BUKTI TERTULIS PERKARA NOMOR 070/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 26 TAHUN 2004 PASAL

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi [Pasal 55] terhadap Undang-Undang

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD PROVINSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 1985 TENTANG BEA MATERAI TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERRUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 103/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 119/PUU-XII/2014 Pengujian Formil Perppu 1/2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dan Perppu 2/2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7&8/PUU-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7&8/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7&8/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD DAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG Nomor : DPD.220/SP/13/2013 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RISALAH SIDANG PARIPURNA KE-13 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2013-2014 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA I. KETERANGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 80/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan [Pasal 27 ayat (1) huruf e ] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 29/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 017/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 017/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 017/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 120/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 120/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 120/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 71/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;

Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) I. PEMOHON 1. Gusti Kanjeng Ratu Hemas; 2. Djasarmen Purba, S.H.; 3. Ir. Anang Prihantoro; 4. Marhany

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010

PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA MAHKAMAH --------------------- KONSTITUSI RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-VIII/2010 REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH PERIHAL SIDANG PERKARA NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 33/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XV/2017 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I)

ACARA PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (I) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 4/PNPS/1963 TENTANG PENGAMANAN TERHADAP BARANG-BARANG CETAKAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya I. PEMOHON 1. Megawati Soekarnoputri dan Tjahjo Kumolo, selaku Ketua Umum Partai

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG GERAKAN PRAMUKA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014 RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 15/PUU-XIII/2015 Hak Interpelasi, Hak Angket, Hak Menyatakan Pendapat, dan komposisi jabatan wakil komisi Dewan Perwakilan Rakyat I. PEMOHON Abu Bakar. KUASA HUKUM Munathsir

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 112/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat [Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)] terhadap

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 80/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 80/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 74/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 79/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 80/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut.

RechtsVinding Online. RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu. bersikap untuk tidak ikut ambil bagian. dalam voting tersebut. BATAS PENCALONAN PRESIDEN DALAM UU NO. 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah Diterima: 2 Oktober 2017, Disetujui: 24 Oktober 2017 RUU tentang Penyelenggaraan Pemilu yang disetujui

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 64/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 98/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian TAP MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum TAP MPR Tahun

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat I. PEMOHON 1. Rahadi Puguh Raharjo, SE. (Pemohon I); 2. Ma mun Murod, SH. (Pemohon II); 3. Mutaqin (Pemohon

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR I. PEMOHON 1. Dr. Bambang Supriyanto, S.H., M.M.. selanjutnya disebut sebagai Pemohon I; 2.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 58/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN FORMIL DAN MATERIIL PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 2

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik [Pasal 29 ayat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 18/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-XIV/2016 PERKARA NOMOR 18/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH DENGAN KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 79/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan [Pasal 3 beserta Penjelasannya]

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PHPU.D-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PHPU.D-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PHPU.D-VI/2008 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH, KABUPATEN

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 36/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap I. PEMOHON Julkifli, SH. Kuasa Hukum Ahmad Irawan, SH., Dading Kalbuadi, SH., M.Kn.,

Lebih terperinci