RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA"

Transkripsi

1 49 RESPON GENOTIPE PADI TERHADAP CEKAMAN RENDAMAN STAGNAN DAN PRODUKTIVITASNYA PADA LINGKUNGAN TUMBUH BERBEDA ABSTRACT Rice genotypes responses to stagnant flooding stress and its productivity under different environment. The limited fertile land and the influence of global climate change becomes a serious constraint in the sustainability of national rice production to support food security programs. Improvement of rice varieties, especially for rice cultivation in basin swampy area is necessary. One strategy for rice adapted to stagnant flooding stress is with stem elongation ability to follow the high-water surface. A total of 22 genotypes had been tested, included IR42, IR64 and Tapus (basin swampy rice) as check varieties. Research was conducted in wet season of 2011/2012 at Babakan Experimental Farm, Bogor Agricultural University. The experimental design used was randomized block design with three replications. The results showed that stagnant flooding stress caused an addition on plant height, flowering and maturity date, number of unfilled grain and elongation ability. On the other hand, number of productive tiller and number of filled grain were decrease. Correlation analysis showed that number of filled grain positively correlated with grain yield (r =0.74**), but elongation ability didn t have strong correlation with grain yield (r=-0.29). None of the twelve genotypes has double tolerance under flash and stagnant flooding condition, but B MR-2-KA-2 had moderate grain yield under both flooding condition, 3.61 t/ha and 3.72 t/ha respectively. This genotype can used to anticipate if the flash flooding stress was happened more than two weeks.genotypes IPB107F showed lower productivity depletion under stagnant flooding stress compared to flash flooding and optimum condition. Key words: elongation ability, productivity, rice, stagnant flooding stress PENDAHULUAN Cekaman rendaman stagnan (stagnant flooding) pada pertanaman padi sering terjadi pada daerah rawa lebak, namun hanya 40-99% bagian tanaman yang terendam air dengan ketinggian cm dari permukaan tanah selama fase pertumbuhannya sampai menjelang panen (Mackill et al. 1999). Menurut Widjaya-Adhi (1992) terdapat tiga kelompok lahan rawa lebak, yaitu dangkal, tengahan dan dalam. Pada rawa lebak dangkal, durasi rendaman terjadi maksimal selama tiga bulan dengan ketinggian air maksimal 50 cm. Pada rawa lebak

2 50 tengahan, durasi rendaman terjadi selama 3-6 bulan dengan ketinggian air cm. Sedangkan pada rawa lebak dalam (deepwater), rendaman terjadi selama lebih dari 6 bulan dengan ketinggian air lebih dari 100 cm. Dari ketiga tipe lahan tersebut, rawa lebak dangkal merupakan lahan yang paling potensial untuk ditanami padi. Hanya sedikit petani yang menanam padi pada lahan rawa lebak tengahan, yaitu ketika air surut pada awal musim kemarau. Padi ini sering disebut sebagai padi rintak. Sedangkan untuk rawa lebak dalam, durasi rendaman yang lama dan ketinggian air yang lebih dari 100 cm menyebabkan lahan ini kurang berkembang untuk pertanaman padi. Produktivitas padi lokal di lahan rawa lebak antara lain di Kalimantan Selatan yang termasuk lahan rawa lebak dalam, ditanami petani dengan padi varietas lokal yaitu Pundak Putih dan Siam Kuning dengan produktivitas 3.0 t/ha. Di Sumatera Selatan, produktivitas padi di lebak pematang dan tengahan juga masih rendah karena masih menggunakan varietas lokal Sei Putih dengan produktivitas t/ha. Lain halnya apabila menggunakan varietas unggul baru (VUB), terlihat adanya peningkatan produktivitas yang ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitan berikut antara lain varietas Cisanggarung pada musim kemarau di Kayuagung, Sumatera Selatan dapat menghasilkan t/ha. Varietas unggul padi seperti Barito, Mahakam, Tapus, Alabio dan Nagara mampu menghasilkan gabah kering giling sebanyak t/ha di lahan lebak dangkal dan tengahan Kayuagung, Sumatera Selatan gabah (Suwarno et al 1996). Terlihat bahwa jika budidaya padi lebak dilakukan secara intensif, maka daerah tersebut memiliki potensi yang tinggi sebagai sentra produksi padi. Dunia internasional juga mulai melirik pengembangan area pertanaman padi ke lahan-lahan yang mengalami cekaman rendaman stagnan. Penelitian terkini di IRRI adalah mulai mengembangkan varietas padi yang memiliki toleransi terhadap cekaman rendaman stagnan, yaitu terendam cm dari permukaan tanah selama hampir seluruh fase hidupnya. Belum ada varietas padi yang dilepas untuk kondisi terendam seperti tersebut, namun mekanisme toleransinya sudah banyak dipelajari yaitu dengan melakukan pemanjangan batang. Tanaman padi memiliki kemampuan pemanjangan batang yang berbeda-beda di atas permukaan air, tergantung pada pemanjangan yang terjadi pada masing-masing ruas batang

3 51 (internode) dan jumlah ruas batang yang memanjang. Pada umumnya naiknya tinggi permukaan air di lahan rawa lebak terjadi pada pertanaman padi yang berumur enam minggu. Apabila naiknya tinggi permukaan air terjadi pada umur tanaman yang lebih muda dapat mengakibatkan seluruh tanaman mati. Variasi dalam sifat kemampuan pemanjangan batang ditemukan pada berbagai varietas padi. Khan et al. (1987) meneliti 14 genotipe padi yang memiliki kemampuan pemanjangan batang berbeda-beda. Hasil penelitian mereka menunjukkan kecepatan pemanjangan batang berlangsung cepat pada awal perendaman dan menurun seiring dengan waktu perendaman. Pemanjangan batang pada lingkungan cekaman rendaman stagnan berdampak positif karena batang yang memanjang mengakibatkan daun berada di permukaan air sehingga memperoleh sinar matahari, O 2 dan CO 2 (Setter et al. 1997), sedangkan untuk lingkungan cekaman rendaman sesaat, pemanjangan batang justru dapat merugikan karena tanaman padi menjadi sangat mudah rebah sesaat setelah air surut. Pemanjangan batang merupakan respon morfologi paling umum pada tanaman yang tercekam rendaman air (Harada et al. 2005; Ookawara et al. 2005). Kemungkinan untuk menggabungkan atau mengkombinasikan karakter pemanjangan batang dan toleran terhadap rendaman ke dalam satu genotipe padi masih mungkin terjadi. Hasil penelitian Ray et al. (1993) menunjukkan kedua karakter tersebut dapat digabungkan dalam satu genotipe padi apabila tetua yang toleran rendaman memiliki gen yang mengendalikan karakter toleransi yang tinggi terhadap cekaman rendaman, seperti FR13A dan Kurkaruppan. Penggabungan kedua karakter tersebut diperuntukkan bagi pertanaman padi pada rawa lebak yang sering mengalami cekaman rendaman stagnan. Hasil penelitian Supartopo et al. (2008) menunjukkan diantara galur toleran terhadap cekaman rendaman terdapat perbedaan dalam kemampuan pemanjangan batang ketika terendam. Galur IR memiliki kemampuan pemanjangan batang rendah sehingga cocok untuk ditanam di daerah cekaman rendaman sesaat (pasang surut atau pinggiran sungai), sedangkan IR CPA-12-UBN (INPARA 3) memiliki pemanjangan batang yang baik sehingga galur-galur tersebut dapat dikembangkan pada daerah cekaman rendaman stagnan.

4 52 Pengembangan lahan rawa lebak sebagai alternatif area pertanaman padi masih relatif tertinggal. Hal ini disebabkan pola usaha tani yang diusahakan masih sangat tergantung pada kondisi musim secara alami, terutama akibat cekaman rendaman yang sukar diprediksi durasi maupun ketinggian permukaan airnya. Pada umumnya petani padi pada lahan rawa lebak lebih menyukai menanam varietas unggul nasional, seperti IR42 atau IR64, namun hasilnya masih rendah karena kedua varietas tersebut merupakan varietas padi sawah. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan varietas yang adaptif dan berdaya hasil tinggi pada kondisi rawa lebak. BAHAN DAN METODE Materi genetik yang digunakan terdiri atas 19 genotipe padi rawa dengan tiga varietas pembanding (Tabel 13). Dua genotipe merupakan genotipe introduksi dari IRRI, sembilan genotipe dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan delapan genotipe lainnya dari IPB. Varietas pembanding yang digunakan yaitu varietas Tapus sebagai pembanding yang memiliki kemampuan membentuk buku dan sesuai untuk pertanaman di lahan rawa lebak dan varietas IR64 dan IR42 sebagai pembanding padi sawah. Penelitian dilaksanakan selama satu musim tanam, yaitu pada musim hujan (MH) 2011/2012, mulai bulan Oktober 2011 Februari Pengujian dilakukan di Kebun Percobaan Babakan-Institut Pertanian Bogor. Terdapat dua lingkungan pengujian, yaitu lingkungan tercekam rendaman dan lingkungan optimum (tanpa cekaman rendaman). Cekaman rendaman yang diberikan bersifat stagnan, yaitu hingga panen, namun hanya sebagian tanaman berada di bawah permukaan air (stagnant partial flooding). Rancangan yang digunakan pada tiap lingkungan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Simulasi cekaman rendaman stagnan menggunakan tiga kolam yang terletak berdekatan dan pada hamparan yang sama, masing-masing kolam dijadikan sebagai ulangan (Lampiran 7). Ukuran masing-masing kolam tidak jauh berbeda, yaitu 9.8 x 3.5 (kolam I), 10,0 x 3.6 (kolam II) dan 10.3 x 3.8 (kolam III). Apabila diambil ukuran kolam terkecil (kolam I),dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, maka jumlah tanaman per kolam sebanyak 660 tanaman, sehingga masing-masing genotipe ditanam sebanyak 30 tanaman per ulangan (2 baris tanaman per genotipe

5 53 dalam masing-masing ulangan) dan tidak ada jarak antar genotipe mengingat keterbatasan luasan kolam. Pemupukan, pemeliharaan dan pengendalian hama penyakit dilakukan secara optimal. Tabel 13. Materi genetik yang digunakan pada percobaan II Genotipe Asal Tetua G1 IR Introduksi dari IRRI (elongation type) G2 IR R Introduksi dari IRRI G3 B11586F-MR Mesir/IR G4 B10580E-KN-81-3 Batutegi/Kapuas G5 BP1027F-PN KN- Pucuk/IR64 MR-3-3 G6 B10217F-TB Pontianak/Sita//IR42 G7 B MR-1-KA-1 Kapuas/IR B-R //IR SKN-UBN-1-B-1-3/CNA2903 G8 B MR-1-KA-1 Kapuas/IR B-R //Dendang /KAL9418F-MR-2 G9 B MR-2-KA-1 Mahsuri/Cimelati//IR SKN-UBN- 1-B-1-3/Bondoyudo G10 B MR-2-KA-1 IR SKN-UBN-1-B-1-3 / KAL9418F //Pokhali/Angke G11 B MR-2-KA-2 IR SKN-UBN-1-B-1-3 / KAL9418F //Pokhali/Angke G12 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G13 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G14 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G15 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G16 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G17 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G18 IPB107-F Siam Sapat/Fatmawati G19 IPB 107-F Siam Sapat/Fatmawati G20 Tapus (Padi Lebak) IR36/Leb Mue Nahng III G21 IR64 (Padi Sawah) IR5657/IR2061 G22 IR42 (Padi Sawah) IR /IR1737//CR94-13 Pelaksanaan percobaan Benih per genotipe di semai pada tempat pembibitan dan setelah bibit berumur 21 hari setelah semai (HSS) kemudian dipindah tanam ke dalam polibag. Penanaman bibit tidak dilakukan langsung di dasar kolam karena pada awal rendaman sulit mengeluarkan sebagian air dari dalam kolam. Ketinggian permukaan air kolam masih terlalu tinggi untuk bibit berumur 21 HSS sehingga dapat dipastikan seluruh bagian tanaman terendam secara keseluruhan. Padahal cekaman rendaman yang diberikan adalah parsial stagnan, yaitu hanya 40-99%

6 54 bagian tanaman yang terendam air. Rendaman dilakukan dua minggu setelah tanam (35 HSS), masing-masing polibag diletakkan di atas bilah bambu yang sudah dirakit dan dibenamkan ke dasar kolam sampai sebagian tanaman terendam air (Gambar 9). Ketinggian air kurang lebih cm. Sebelum rendaman dilakukan pengukuran tinggi tanaman dan panjang batang. Pengukuran pemanjangan batang padi dilakukan mulai dari pangkal akar sampai dengan ruas batang padi tertinggi. Pengukuran pemanjangan batang padi dilakukan tiga kali, yaitu pada fase vegetatif, generatif dan menjelang panen untuk mengetahui laju pemanjangan batang. Karakter yang diamati meliputi panjang batang, tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga 50%, umur panen 80%, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, bobot 1000 butir gabah dan hasil a b c Gambar 9. (a) Penggunaan bilah bambu yang dirakit sebagai dasar peletakan polibag di dasar kolam, (b) penyusunan polibag di atas rakitan bilah bambu dan (c) keragaan genotipe padi pada awal cekaman rendaman stagnan Analisis Data Data pada lingkungan tercekam rendaman stagnan dan lingkungan optimum dianalisis menggunakan sidik ragam (Lampiran 8 dan 9), apabila terdapat pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Perbedaan antara lingkungan tercekam rendaman dan lingkungan optimum pada tiap karakter yang diamati diuji dengan uji-t. Selain itu, dilakukan analisis korelasi antar karakter yang diamati terhadap hasil gabah.

7 55 HASIL DAN PEMBAHASAN Respon Genotipe terhadap Cekaman Rendaman Stagnan Pada penelitian ini, selain kemampuan pemanjangan batang, dikaji pula respon genotipe padi terhadap cekaman rendaman stagnan dan dievaluasi karakter yang paling berkontribusi terhadap hasil. Selain itu, diamati juga perbandingan produktivitas beberapa genotipe padi yang digunakan dalam percobaan cekaman rendaman sesaat maupun stagnan, serta penurunan produktivitasnya dibandingkan dengan lingkungan optimum (tanpa cekaman rendaman). Karakter Agronomi Hasil pengamatan terhadap karakter agronomi yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, umur berbunga 50% dan umur panen 80% tertera pada Tabel 14. Berdasarkan hasil uji-t, semua karakter agronomi yang diamati pada lingkungan tercekam rendaman stagnan berbeda sangat nyata (p<0.0001) dengan lingkungan optimum. Pada lingkungan tercekam rendaman stagnan, terdapat 12 genotipe yang memiliki tinggi tanaman diatas varietas pembanding Tapus (padi lebak), namun delapan genotipe diantaranya tidak berbeda nyata. Genotipe yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah IR yang merupakan introduksi dari IRRI dan memiliki kemampuan pemanjangan batang (elongation type), sedangkan yang terendah adalah IR R yang juga merupakan introduksi dari IRRI dan tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding padi sawah (IR64 dan IR42). Apabila dibandingkan dengan tinggi tanaman pada lingkungan optimum, cekaman rendaman stagnan terlihat menyebabkan pertambahan tinggi tanaman. Menurut Singh et al. (2011) cekaman rendaman stagnan dengan ketinggian air 30 cm dan 50 cm menyebabkan pertambahan tinggi tanaman masing-masing sebesar 13% dan 17%.

8 56 Tabel 14. Karakter agronomi padi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan (LR) dan lingkungan optimum (LO), KP. Babakan, MH 2011/2012 Genotipe TT (cm) JAP UB (HSS) UP (HSS) LR LO LR LO LR LO LR LO G a a 10 ab 11 cd 94 c 86 e 124 c 115 d G j i 8 bcd 10 cdefg 88 g 84 g 118 g 115 d G de b 10 a 9 fgh 86 i 81 j 116 i 113 f G h hi 6 ghij 10 efgh 90 e 88 c 120 e 116 c G bc b 7 defg 10 cdefg 92 d 86 e 122 d 115 d G fg h 6 efgh 10 defg 89 f 83 h 119 f 114 e G i i 6 fghi 11 cd 89 f 84 g 119 f 113 f G fg j 6 efgh 12 c 98 b 92 b 127 b 120 b G ef b 10 ab 11cd 90 e 82 i 120 e 113 f G h cde 8 cdef 11 cd 86 i 78 l 116 i 109 j G fgh c 8 cde 8 h 90 e 85 f 120 e 115 d G gh cdef 4 jk 9 gh 87 h 80 k 117 h 110 i G i gh 8 cde 10 efgh 86 i 83 h 116 i 112 g G gh efgh 7 defg 8 h 85 j 83 h 115 j 113 f G cd cde 5 hij 9 fgh 87 h 81 j 117 h 111 h G de efgh 7 defgh 8 h 86 i 83 h 115 j 111 h G bcd defg 7 cdefg 11 cde 87 h 86 e 116 i 113 f G bcd cd 9 abc 9 fgh 85 j 82 i 114 k 111 h G b b 7 defg 9 fgh 86 i 84 g 113 l 112 g G fgh fgh 6 ghij 9 gh 88 g 87 d 116 i 115 d G j 96.2 k 4 ijk 13 b 87 h 82 i 117 h 112 g G j 91.4 l l 3 k 16 a 106 a 96 a 132 a 124 a Uji BNT r Hasil ** ,22 Keterangan: TT=Tinggi Tanaman; JAP=Jumlah Anakan Produktif per Rumpun; UB= Umur Berbunga 50%; UP=Umur Panen 80%; r Hasil=koefisien korelasi terhadap hasil; *=berkorelasi nyata dan **=berkorelasi sangat nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Jumlah anakan produktif pada lingkungan tercekam rendaman stagnan terlihat mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan lingkungan optimum. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Singh et al. (2011) yang menunjukkan bahwa cekaman rendaman stagnan dengan ketinggian air 30 cm dan 50 cm menyebabkan penurunan jumlah anakan produktif berturut-turut sebesar 17% dan 53%. Jumlah anakan produktif varietas IR64 tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Tapus maupun varietas pembanding IR42 pada lingkungan tercekam rendaman stagnan. Terdapat delapan genotipe padi yang memiliki jumlah anakan produktif nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Tapus (Tabel 14). Pada lingkungan optimum, jumlah anakan produktif berkisar antara 9-11 anakan per rumpun dan 11 genotipe diantaranya tidak berbeda nyata dengan varietas Tapus, sedangkan varietas padi sawah IR64 dan IR42 mempunyai jumlah anakan

9 57 terbanyak masing-masing 13 dan 16 anakan per rumpun. Hal ini disebabkan kedua varietas tersebut memang diperuntukkan bagi pertanaman padi sawah. Cekaman rendaman stagnan menyebabkan umur berbunga dan umur panen menjadi lebih lama pada seluruh genotipe yang diuji (Tabel 14). Namun perbedaan umur berbunga 50% dan umur panen 80% paling menonjol terjadi pada varietas pembanding IR42, masing-masing sebesar 10 hari dan 12 hari. Nilai uji BNT pada kedua karakter ini bernilai nol disebabkan antar ulangan pada genotipe yang sama memiliki umur berbunga dan umur panen yang sama. Komponen Hasil dan Hasil Komponen hasil yang diamati pada penelitian ini meliputi jumlah gabah isi dan hampa per malai, serta bobot 1000 butir gabah (Tabel 15). Cekaman rendaman stagnan menyebabkan penurunan jumlah gabah isi lebih dari 50% pada semua genotipe yang diuji, kecuali varietas IR64, sedangkan pada varietas IR42 mengalami penurunan gabah isi hampir 80% apabila dibandingkan dengan lingkungan optimum. Terdapat empat genotipe yang memiliki jumlah gabah isi tidak berbeda nyata dengan varietas Tapus. Cekaman rendaman stagnan menyebabkan peningkatan jumlah gabah hampa. Jumlah gabah hampa paling rendah terdapat pada genotipe IPB107-F sebanyak 57 butir dan terdapat dua genotipe lainnya yang mempunyai jumlah gabah hampa yang lebih rendah dibanding varietas pembanding Tapus (98 butir), yaitu genotipe B MR-1- KA-1 (93 butir) dan IPB107-F (95 butir). Pada varietas pembanding IR64 terlihat jumlah gabah hampa yang sangat rendah, baik pada lingkungan tercekam rendaman stagnan (48 butir) maupun lingkungan optimum (34 butir). Bobot 1000 butir gabah berkisar antara gram, kecuali untuk varietas IR42 yang memang memiliki ukuran gabah kecil. Cekaman rendaman stagnan terlihat tidak menyebabkan perubahan ukuran gabah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Singh et al. (2011) yang menunjukkan bahwa bobot 1000 butir gabah pada lingkungan tercekam rendaman stagnan dan lingkungan optimum tidak berbeda nyata. Cekaman rendaman stagnan menyebabkan penurunan hasil pada semua genotipe yang diuji. Penurunan hasil terendah terjadi pada genotipe BP1027F-PN KN-MR-3-3 (4.24%), sedangkan semua genotipe IPB107F mengalami

10 58 penurunan hasil yang lebih rendah dibandingkan varietas Tapus (27.99%). Hal yang menarik dari penelitian ini adalah varietas IR64 yang merupakan varietas padi sawah mengalami penurunan hasil yang cukup rendah pada kondisi cekaman rendaman stagnan, sedangkan varietas pembanding sawah lainnya (IR42) mengalami penurunan hasil hingga 57% sesuai dengan hasil penelitian Singh et al. (2011) yang menunjukkan penurunan hasil varietas IR42 pada kondisi cekaman rendaman stagnan dengan ketinggian air 50 cm adalah sebesar 53%. Rendahnya penurunan hasil varietas IR64 pada kondisi cekaman rendaman stagnan dapat juga memberikan penjelasan terhadap genotipe BP1027F-PN KN-MR-3-3 yang mengalami penurunan hasil terendah karena merupakan hasil persilangan antara varietas lokal Pucuk dengan varietas IR64 (Tabel 13). Tabel 15. Komponen hasil dan hasil gabah pada lingkungan tercekam rendaman stagnan (LR) dan lingkungan optimum (LO), KP. Babakan, MH 2011/2012 Genotipe GI GH B1000 (g) HSL (t/ha) HSL (%) LR LO LR LO LR LO LR LO G1 23 gh 93 ijk 178 bcd 48 hijk j j 2.26 jk 4.60 ef G2 18 gh 83 k 157 cde 70 fg efgh ghi 2.40 jk 3.73 hi G3 24 gh 134 def 141 def 38 k ab a 2.28 jk 4.92 de G4 61 de 112 ghij 217 ab 87 cd a a 2.72 ij 4.08 gh G5 20 gh 101 hijk 182 bcd 72 ef ij hi 3.17 hi 3.31i 4.24 G6 4 h 83 k 155 cde 50 hij a bc 2.17 k 4.47efg G7 12 h 137 de 227 a 77 def ef defg 2.04 k 4.96 de G8 12 h 104 hij 93 gh 76 def de ghi 2.27 jk 4.29 fg G9 37 fg 92 jk 114 efg 74 def bc a 4.22 ef 6.15 b G10 65 cde 94 ijk 89 ghi 52 hi hi efg 3.24 gh 4.13fgh G11 47 ef 160 bc 193 abc 114 b efg fgh 3.72 fg 6.10 b G12 97 ab 180 ab 123 efg 85 cde ef defg 4.10 ef 5.38 cd G13 76 cd 137 d 143 de 121 ab a a 5.47 ab 6.72 a G14 59 de 143 cd 84 ghi 95 c def cde 4.37 de 5.38 cd G15 63 cde 135 def 90 ghi 112 b de defg 5.80 a 6.72 a G16 83 bc 170 ab 123 efg 131 a efgh cdef 4.11 ef 4.90 de G17 65 cde 97 hijk 100 fgh 71 fg efgh cde 4.61 cde 5.64 bc G18 70 cd 116 efgh 95 gh 58 gh cd cd 4.49 de 5.93 bc G19 82 bc 114 fghi 57 hi 43 ijk efgh defg 4.78 cd 5.53 c G ab 186 a 98 gh 51 hij fgh ghi 4.27 de 5.93 bc G a 126 defg 48 i 34 k gh i 4.99 bc 5.53 c 9.68 G22 24 gh 99 hijk 150 cde 41 ijk k k 2.31 jk 5.38 cd Uji BNT r Hasil 0.74** 0.42* -0.58** 0.27* Keterangan: GI=Jumlah Gabah Isi per Malai; GH=Jumlah Gabah Hampa per Malai; B1000=Bobot 1000 Butir Gabah; HSL=Hasil; HSL=Penurunan Hasil; r Hasil=korelasi terhadap hasil; *=berkorelasi nyata dan **=berkorelasi sangat nyata. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

11 59 Kemampuan Pemanjangan Batang Strategi adaptasi tanaman padi terhadap cekaman rendaman stagnan adalah memiliki kemampuan pemanjangan batang mengikuti naiknya permukaan air, sehingga daun masih berada di atas permukaan air dan untuk menghindari kondisi anaerob (Almeida et al. 2003). Hattori et al. (2011) menyebutkan strategi ini sebagai escape strategy. Pada daerah-daerah yang mengalami genangan dalam jangka panjang, diperlukan tanaman padi yang memiliki kemampuan pemanjangan batang (elongation ability) mengikuti naiknya permukaan air (Setter et al. 1996). Pada penelitian ini dilakukan tiga kali pengamatan terhadap kemampuan pemanjangan batang, yaitu pada fase vegetatif (37 HSS), fase generatif (80 HSS) dan menjelang panen (91 HSS). Pada Tabel 16 terlihat bahwa laju pemanjangan batang berlangsung cepat pada awal perendaman dan menurun seiring dengan waktu perendaman. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Khan et al. (1987) dan Setter et al. (1997). Laju pemanjangan batang tertinggi adalah pada genotipe IR karena merupakan genotipe introduksi dari IRRI yang memiliki elongation type. Genotipe B10580E-KN-81-3 memiliki laju pemanjangan batang kedua tertinggi, yaitu sebesar 1.4 cm/hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Yullianida et al. (2011) yang menunjukkan laju pemanjangan batang tertinggi terjadi pada genotipe B10580E-KN-81-3, setara dengan varietas Margasari dan lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding Tapus. Namun apabila dicermati selisih pemanjangan batang yang terjadi pada genotipe B10580E-KN-81-3 pada awal pengamatan (fase vegetatif) dan akhir pengamatan (menjelang panen) ternyata hanya sebesar 42.3 cm, lebih rendah dibandingkan beberapa genotipe lainnya. Hal ini dikarenakan laju pemanjangan batang sangat cepat terjadi pada fase vegetatif (1.7 cm/hari), sedangkan pada fase generatif dan menjelang panen lajunya menurun (1.2 cm/hari). Lain halnya dengan genotipe IR yang memiliki laju pemanjangan batang yang tinggi pada semua fase pertumbuhan sehingga selisih pemanjangan batangnya pun menjadi tinggi.

12 60 Tabel 16. Pemanjangan batang padi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan, KP. Babakan, MH 2011/2012 Genotipe Laju Pemanjangan Batang Panjang Batang (cm) (cm/hari) Pemanjangan I II III Rata-rata I II III Batang (cm) G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G G r Hasil Keterangan: I=fase vegetatif (37 HSS); II=fase generatif (80 HSS); III=menjelang panen (91 HSS); Pemanjangan Batang=selisih panjang batang pada fase III dan I; dan rhasil=korelasi terhadap hasil. Berdasarkan Standard Evaluation System (IRRI 1996) terdapat lima skala untuk skoring kemampuan pemanjangan batang, yaitu skor 1 ( 60 cm), skor 3 (40-59 cm), skor 5 (20-39 cm), skor 7 (1-19 cm) dan skor 9 (tidak terjadi pemanjangan). Pada penelitian ini, rata-rata genotipe memiliki kemampuan pemanjangan dengan skor 3, kecuali G1 (skor 1) dan Varietas pembanding padi sawah (skor 5). Korelasi terhadap Hasil Hasil analisis korelasi antara karakter yang diamati terhadap hasil menunjukkan bahwa karakter agronomi tidak ada yang berkorelasi positif nyata terhadap hasil. Hanya karakter umur berbunga 50% yang memiliki korelasi sangat

13 61 nyata terhadap hasil, namun nilainya negatif (r=-0.51**). Komponen hasil yang paling berkontribusi terhadap hasil adalah jumlah gabah isi per malai (r=0.74**) dan jumlah gabah hampa per malai (r=-0.58**), sedangkan bobot 1000 butir memiliki korelasi yang rendah terhadap hasil di lingkungan tercekam rendaman maupun di lingkungan optimum. Kemampuan pemanjangan batang yang merupakan strategi adaptasi tanaman padi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan ternyata tidak memiliki korelasi yang tinggi terhadap hasil. Menurut Singh et al. (2011) petani lebih memilih varietas padi yang memiliki kemampuan pemanjangan batang yang baik, walaupun produktivitasnya rendah. Pada penelitian ini, rata-rata laju pemanjangan batang hanya memiliki koefisien korelasi sebesar -0.11, sedangkan pemanjangan batang memiliki koefisien korelasi sebesar Nilai negatif menunjukkan semakin tinggi pemanjangan batang, maka hasil akan semakin rendah. Genotipe IPB107F yang mempunyai hasil cukup tinggi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan (Tabel 15) ternyata kemampuan pemanjangan batangnya relatif lebih rendah dibandingkan genotipe lainnya, namun masih lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding IR64 dan IR42 (Tabel 16). Pemanjangan batang yang terlalu tinggi malah memberikan dampak yang kurang menguntungkan, seperti genotipe IR pada penelitian ini mengalami serangan hama burung (Gambar 10) sehingga jumlah gabah hampa per malainya cukup tinggi dan mengalami penurunan hasil hingga 50.87% (Tabel 15). a b c Gambar 10. Keragaan genotipe IR (G1) pada (a) fase vegetatif dan (b) fase generatif, serta (c) gejala serangan hama burung pada genotipe IR (G1)

14 62 Produktivitas Genotipe Padi pada Lingkungan Tumbuh Berbeda Pada penelitian ini, selain percobaan cekaman rendaman sesaat dilakukan juga percobaan cekaman rendaman stagnan terhadap 12 genotipe yang sama dengan varietas IR42 sebagai pembanding padi sawah. Pengamatan terhadap hasil gabah menunjukkan bahwa genotipe yang memiliki hasil tinggi di lingkungan tercekam rendaman sesaat belum tentu memiliki hasil yang tinggi pula pada lingkungan tercekam rendaman stagnan (Tabel 17). Pada lingkungan tercekam rendaman sesaat (flash flooding), genotipe B MR-2-KA-1 teridentifikasi toleran dan memiliki hasil gabah tertinggi dibandingkan genotipe lainnya, sedangkan pada lingkungan tercekam rendaman stagnan yang mempunyai hasil gabah tertinggi adalah genotipe IPB107-F Semua genotipe IPB107F memiliki hasil gabah yang lebih tinggi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan dibandingkan dengan lingkungan tercekam rendaman sesaat. Hal ini diduga karena salah satu tetua persilangan genotipe IPB107F, yaitu Siam Sapat, merupakan varietas lokal Kalimantan yang dibudidayakan pada daerah rawa pasang surut yang terkadang mengalami kondisi tercekam rendaman stagnan. Tabel 17. Produktivitas padi pada tiga lingkungan tumbuh berbeda Genotipe Hasil (t/ha) Penurunan Hasil (%) FL ST OP FL ST B MR-1-KA e 2.04 f 5.01 de B MR-1-KA c 2.27 f 4.53 f B MR-2-KA de 4.22 cd 5.99 a B MR-2-KA a 3.24 e 5.03 de B MR-2-KA b 3.72 de 5.73 ab IPB107-F f 4.10 cd 5.30 cd IPB107-F f 5.47 a 5.85 ab IPB107-F de 4.11 cd 5.02 de IPB107-F e 4.61 bc 4.92 e IPB107-F c 4.49 bc 5.39 c IPB107-F d 4.78 b 5.38 c IR g 2.31 f 5.57 bc Rata-rata Uji BNT Keterangan: FL=lingkungan tercekam rendaman keseluruhan selama 10 hari; ST=lingkungan tercekam rendaman parsial stagnan hingga panen; OP=lingkungan optimum (tanpa rendaman). Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

15 63 Perbedaan produktivitas padi pada ketiga lingkungan tumbuh ini disebabkan oleh perbedaan yang sangat nyata pula pada karakter jumlah gabah isi dan hampa per malai (Tabel 18). Hal ini diperkuat oleh hasil analisis korelasi yang menunjukkan koefisien korelasi yang positif nyata pada karakter jumlah gabah isi per malai di kedua lingkungan cekaman rendaman, sedangkan jumlah gabah hampa per malai menunjukkan korelasi yang bernilai negatif. Persentase kehampaan gabah pada lingkungan tercekam rendaman stagnan terlihat lebih tinggi dibandingkan pada lingkungan cekaman rendaman sesaat. Hal ini disebabkan pada kondisi cekaman rendaman sesaat, tanaman mempunyai kesempatan untuk pulih (recovery) sesudah air surut sehingga proses fotosintesis dapat berjalan normal kembali, namun tidak semaksimal pada kondisi optimumnya. Pada kondisi cekaman rendaman stagnan, tanaman terendam sebagian sampai dengan panen, sehingga luas area fotosintesis menjadi lebih sedikit dan pada akhirnya menyebabkan sumber asimilat yang diperlukan untuk pengisian gabah pun menjadi tidak maksimal. Tabel 18. Jumlah gabah isi dan hampa per malai pada tiga lingkungan tumbuh berbeda Genotipe GI/malai GH/malai FL ST OP FL ST OP G f 116 e G f G de G de G G cde 81 G cd 100 G cde 107 G e G G G22 7 h 24 ef 113 e 152 a 150 c 35 h Rata-rata Uji BNT r Hasil 0.76** 0.75** ** -0.37* 0.04 Keterangan: GI=jumlah gabah isi; GH=jumlah gabah hampa; FL=lingkungan tercekam rendaman keseluruhan selama 10 hari; ST=lingkungan tercekam rendaman parsial stagnan hingga panen; OP=lingkungan optimum (tanpa rendaman). r Hasil=korelasi terhadap hasil. Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

16 64 Genotipe B13132, B13134, B13135 dan B13138 sebenarnya merupakan hasil persilangan antar tetua yang diperuntukkan bagi pertanaman pada lahan rawa, namun ternyata hasilnya tidak setinggi genotipe IPB107F, sedangkan padi sawah (IR42) terlihat mengalami penurunan hasil lebih dari 50% pada lingkungan tercekam rendaman stagnan apabila dibandingkan dengan hasil pada lingkungan optimum. Genotipe B MR-2-KA-2 mempunyai hasil yang moderat pada kedua lingkungan tercekam rendaman, sehingga genotipe ini berpotensi untuk digunakan apabila cekaman rendaman sesaat terjadi lebih dari dua minggu. Secara keseluruhan rata-rata hasil pada lingkungan tercekam rendaman stagnan lebih tinggi dibandingkan rendaman sesaat karena sebagian besar genotipe yang digunakan merupakan hasil persilangan padi-padi rawa, sehingga rata-rata hasil yang lebih tinggi bukan mencerminkan bahwa lingkungan rendaman stagnan lebih baik dibanding rendaman sesaat. Hasil uji-t menunjukkan bahwa produktivitas genotipe padi pada ketiga lingkungan tumbuh berbeda sangat nyata (p<0.0001). SIMPULAN Genotipe yang memiliki hasil tertinggi pada lingkungan tercekam rendaman stagnan adalah IPB107-F (5.47 t/ha) dan IPB107-F (5.80 t/ha) dengan penurunan hasil dibawah 20%, sedangkan yang mengalami penurunan hasil terendah adalah genotipe BP1027F-PN KN-MR-3-3 dan IR64 namun hasilnya masih dibawah 5 t/ha. Respon genotipe padi terhadap cekaman rendaman stagnan adalah mengalami pertambahan tinggi tanaman, umur berbunga 50%, umur panen 80% jumlah gabah hampa per malai dan kemampuan pemanjangan batang. Kemampuan pemanjangan batang sebagai strategi adaptasi tanaman padi terhadap cekaman rendaman stagnan ternyata tidak berkorelasi terhadap hasil. Tidak terdapat genotipe yang memiliki hasil tinggi sekaligus di lingkungan tercekam rendaman sesaat maupun stagnan, namun genotipe B MR-2- KA-2 mempunyai hasil yang moderat pada kedua lingkungan tercekam rendaman.

17 65 SARAN Sebaiknya pada percobaan cekaman rendaman stagnan dilakukan juga pengamatan terhadap karakter-karakter yang diamati pada umur tanaman 35 HSS dan 50 HSS, yaitu sama dengan pengamatan sebelum dan sesudah cekaman rendaman sesaat, sehingga dapat dibandingkan respon genotipe pada kedua lingkungan tercekam rendaman pada fase tanaman yang sama. Genotipe IPB107-F dan IPB107-F potensial dikembangkan pada lingkungan tercekam rendaman stagnan karena memiliki hasil tertinggi dan penurunan hasil kurang dari 20%. Genotipe B MR-2-KA-2 yang mempunyai hasil moderat pada kedua lingkungan tercekam rendaman dapat digunakan untuk mengantisipasi cekaman rendaman sesaat terjadi lebih dari dua minggu.

Respon dan Produktivitas Padi Rawa terhadap Cekaman Rendaman Stagnan untuk Pengembangan di Lahan Rawa Lebak

Respon dan Produktivitas Padi Rawa terhadap Cekaman Rendaman Stagnan untuk Pengembangan di Lahan Rawa Lebak Respon dan Produktivitas Padi Rawa terhadap Cekaman Rendaman Stagnan untuk Pengembangan di Lahan Rawa Lebak Response and Productivity of Swampy Rice to Stagnant Flooding Stress for Improvement on Basin

Lebih terperinci

hasil penelitian Supartopo et al. (2008) yang menunjukkan rata-rata daya pulih tanaman hasil introgesi gen Sub1 terhadap cekaman rendaman selama satu

hasil penelitian Supartopo et al. (2008) yang menunjukkan rata-rata daya pulih tanaman hasil introgesi gen Sub1 terhadap cekaman rendaman selama satu 67 PEMBAHASAN UMUM Berbagai penelitian sebelumnya telah banyak yang mempelajari mekanisme adaptasi suatu tanaman terhadap banjir atau cekaman rendaman. Liao dan Lin (2001) mengemukakan bahwa ketika suatu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production

STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN. The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production 47 STUDI TINGGI PEMOTONGAN PANEN TANAMAN UTAMA TERHADAP PRODUKSI RATUN The Study of Cutting Height on Main Crop to Rice Ratoon Production ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tinggi pemotongan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Ragam Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil rekapitulasi analisis ragam (Tabel 2), menunjukkan adanya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 117 PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effects of Nitrogen Management on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.

UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L. UJI DAYA HASIL DELAPAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) YIELD TRIAL OF EIGHT PROMISING LINES OF LOWLAND RICE (Oryza sativa, L.) Suciati Eka Chandrasari 1, Nasrullah 2, Sutardi 3 INTISARI Delapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo 26 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Adaptasi Galur Harapan Padi Gogo Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo berpengaruh nyata terhadap elevasi daun umur 60 hst, tinggi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Rumah kaca University Farm, Cikabayan, Dramaga, Bogor. Ketinggian tempat di lahan percobaan adalah 208 m dpl. Pengamatan pascapanen dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Aksesi gulma E. crus-galli dari beberapa habitat padi sawah di Jawa Barat diduga memiliki potensi yang berbeda

Lebih terperinci

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK

PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU Izhar Khairullah, Sutami, R. Humairie, dan M. Imberan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Budidaya padi di

Lebih terperinci

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL

KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL 35 KARAKTER MORFOLOGI DAN AGRONOMI PADI VARIETAS UNGGUL Morphological and Agronomy Characters Of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari karakter morfologi dan

Lebih terperinci

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh 81 PEMBAHASAN UMUM Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selama cekaman suhu rendah diantaranya; (a) faktor fisiologi, faktor lingkungan sebelum dan sesudah fase penting pertumbuhan dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Rubiyo 1, Suprapto 1, dan Aan Darajat 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali 2 Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRACT Superior variety

Lebih terperinci

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA Fadjry Djufry Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi 3 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi Pertumbuhan tanaman padi dibagi kedalam tiga fase: (1) vegetatif (awal pertumbuhan sampai pembentukan bakal malai/primordial); (2) reproduktif (primordial

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU Yartiwi, Yahumri dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tipe Cekaman Rendaman

TINJAUAN PUSTAKA Tipe Cekaman Rendaman 9 TINJAUAN PUSTAKA Tipe Cekaman Rendaman Kondisi cekaman rendaman yang terjadi pada pertanaman padi di lahan petani cukup beragam. Berdasarkan durasi atau lamanya rendaman terdapat dua macam kondisi rendaman,

Lebih terperinci

Produktivitas Galur Harapan Padi di Lahan Pasang Surut dan Rawa Lebak. Bambang Kustianto

Produktivitas Galur Harapan Padi di Lahan Pasang Surut dan Rawa Lebak. Bambang Kustianto Produktivitas Galur Harapan Padi di Lahan Pasang Surut dan Rawa Lebak Bambang Kustianto Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl. Raya 9 Sukamandi, Subang, Jawa Barat ABSTRACT. Productivity of Rice Promising

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN Malang, 13 Desember 2005 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN

Lebih terperinci

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System

KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN. Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System 18 KERAGAAN VARIETAS DAN GALUR-GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU DALAM SISTEM RATUN Performance of New Plant Type Varieties and Lines in Ratoon System ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi 18

Lebih terperinci

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan utama. 4.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya tidak diuji

Lebih terperinci

PENGARUH VARIETAS DAN METODE PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PADI DI RAWA LEBAK (EFFECT OF VARIETIES AND FERTILIZATION METHOD ON RICE YIELD IN LOW LAND)

PENGARUH VARIETAS DAN METODE PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PADI DI RAWA LEBAK (EFFECT OF VARIETIES AND FERTILIZATION METHOD ON RICE YIELD IN LOW LAND) ISSN 1410-1939 PENGARUH VARIETAS DAN METODE PEMUPUKAN TERHADAP HASIL PADI DI RAWA LEBAK (EFFECT OF VARIETIES AND FERTILIZATION METHOD ON RICE YIELD IN LOW LAND) Suparwoto 1, Waluyo 1 dan Jumakir 2 Abstract

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.) PADA TANAH SALIN SKRIPSI Oleh: SATRIYA SANDI K 070307027/BDP PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. 2 memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al. Analisis Root re-growth (RRG) Pengukuran Root Regrowth (RRG) dilakukan dengan cara mengukur panjang akar pada saat akhir perlakuan cekaman Al dan pada saat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR Charles Y. Bora 1 dan Buang Abdullah 1.Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur. Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Pendahuluan Pengujian pendahuluan dengan tujuan mencari metode yang dapat membedakan antara genotipe toleran dan peka yang diamati secara visual menunjukkan bahwa dari 65

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi

TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN. Tesis Program Studi Agronomi TOLERANSI VARIETAS PADI HITAM (Oryza sativa L.) PADA BERBAGAI TINGKAT CEKAMAN KEKERINGAN Tesis Program Studi Agronomi Oleh Samyuni S611308012 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI AANB. Kamandalu dan S.A.N. Aryawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali ABSTRAK Uji daya hasil beberapa galur harapan

Lebih terperinci

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah Jl. G.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN

INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN INPARI 38, 39, DAN 41: VARIETAS BARU UNTUK LAHAN SAWAH TADAH HUJAN Trias Sitaresmi, Yudhistira Nugraha, dan Untung Susanto BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Disampaikan pada seminar Puslitbangtan, Bogor

Lebih terperinci

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA

KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA 8 AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 1 MARET 2009 ISSN 1979 5777 KETAHANAN PADI (WAY APO BURU, SINTA NUR, CIHERANG, SINGKIL DAN IR 64) TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BERCAK COKLAT (Drechslera oryzae) DAN PRODUKSINYA (THE

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Penampilan Fenotipik Karakter Hasil Galur Harapan Padi Rawa di Lahan Pasang Surut Karang Agung, Sumatera Selatan

Penampilan Fenotipik Karakter Hasil Galur Harapan Padi Rawa di Lahan Pasang Surut Karang Agung, Sumatera Selatan Penampilan Fenotipik Karakter Hasil Galur Harapan Padi Rawa di Lahan Pasang Surut Karang Agung, Sumatera Selatan Rini Hermanasari*, Supartopo, dan B. Kustianto Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jl.

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Dihaploid Padi Sawah Hasil Kultur Antera

Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Dihaploid Padi Sawah Hasil Kultur Antera Uji Daya Hasil Lanjutan Galur-Galur Dihaploid Padi Sawah Hasil Kultur Antera Yield Trial of Doubled Haploid Lines of Lowland Rice Obtained from Anther Culture Santi Novita Sari dan Bambang Sapta Purwoko

Lebih terperinci

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 125-130 Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak Morphological Characterization

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim

Ana Tri Lestari, Jaenudin Kartahadimaja *, dan Nurman Abdul Hakim DOI: http://dx.doi.org/10.25181/jppt.v17i3.298 Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 17 (3): 165-169 pissn 1410-5020 http://www.jurnal.polinela.ac.id/jppt eissn 2047-1781 Uji Daya Hasil Empat Galur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI RAWA ADAPTIF PADA LAHAN BANJIR DAN RENDAMAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI RAWA ADAPTIF PADA LAHAN BANJIR DAN RENDAMAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS PADI RAWA ADAPTIF PADA LAHAN BANJIR DAN RENDAMAN Priatna Sasmita 1) dan Q. Dadang Ernawanto 2) 1) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi 2) Balai Pengkajian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang ditampilkan pada bab ini terdiri dari hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas terdiri dari curah hujan, suhu udara, serangan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lokasi : 1) Desa Banjarrejo, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur, dengan ketinggian 60 m dpl, jenis tanah Podsolik

Lebih terperinci

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI /Pemuliaan Tanaman KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS PADI (Oryza sativa L.)TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM SKRIPSI OLEH: WIWIK MAYA SARI 080307008/Pemuliaan Tanaman PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN

RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN RESPON BEBERAPA VARIETAS PADI DAN PEMBERIAN AMELIORAN JERAMI PADI PADA TANAH SALIN OKTAVIANUS SINURAYA 050307037 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Indeks Panen dan Produksi Tanaman Indeks panen menunjukkan distribusi bahan kering dalam tanaman yang menunjukkan perimbangan bobot bahan kering yang bernilai ekonomis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Viabilitas yang tinggi ditunjukkan dengan tolok ukur persentase daya berkecambah yang tinggi mengindikasikan bahwa benih yang digunakan masih berkualitas baik. Benih kedelai

Lebih terperinci

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Sumanto, L. Pramudiani dan M. Yasin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalinatan Selatan ABSTRAK Kegiatan dilaksanakan di

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN Jurnal Cendekia Vol 11 Nomor 2 Mei 2013 PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) VARIETAS HARMONY Oleh:

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) 35 PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L) EFFECTS OF AGE DIFFERENCES OF SEEDS ON GROWTH AND PRODUCTION OF PADDY RICE (Oryza sativa L) Vikson J. Porong *) *)

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO 646. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO Teuku Alvin Djafar

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli

KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli KAJIAN FISIOLOGI KOMPETISI ANTARA TANAMAN PADI SAWAH DENGAN GULMA Echinochloa crus-galli ABSTRAK Tiap varietas padi memiliki pertumbuhan dan produksi serta kemampuan kompetisi yang berbeda terhadap gulma

Lebih terperinci

Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut

Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) Toleran pada Lahan Gambut Evaluation of Productivity of Some Tolerant Red Pepper Genotypes on Peat Soil Elza Zuhry 1, Deviona 11, M. Syukur 2,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PERBANDINGAN PEMBERIAN KASCING DAN PUPUK KIMIA ALLEN WIJAYA 070301024 DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si PERMASALAHAN AIR TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR Dalam pengelolaan tata air makro pada lahan rawa lebak menggunakan SISTEM POLDER. Pada sistem polder diperlukan bangunan air,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul 147 PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul Karakter morfologi tanaman pada varietas unggul dicirikan tipe tanaman yang baik. Hasil penelitian menunjukkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan Suparman dan Vidya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertanaman Musim Pertama HASIL DAN PEMBAHASAN Per Musim Pertama Tinggi Tanaman Tinggi untuk musim pertama terbagi menjadi dua kategori berdasarkan kriteria Deptan (2007) yaitu tinggi (>68 86 cm) untuk Tanggamus, KH 71, Wilis,

Lebih terperinci

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK

KACANG HIJAU. 16 Hasil Utama Penelitian Tahun 2013 PERBAIKAN GENETIK KACANG HIJAU PERBAIKAN GENETIK Kacang hijau semakin menjadi pilihan untuk dibudi dayakan, karena secara teknis agronomis efisien terhadap air dibanding padi atau tanaman palawija lain. Masalah utama budi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh:

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK. Oleh: PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH PADA BEBERAPA VARIETAS DAN PEMBERIAN PUPUK NPK SKRIPSI Oleh: CAROLINA SIMANJUNTAK 100301156 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH

UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN, JAWA TENGAH Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm. 16 ISSN 0853 4217 Vol. 15 No.1 UJI ADAPTASI VARIETAS UNGGUL DAN GALUR HARAPAN PADI UMUR SANGAT GENJAH PADA MUSIM KEMARAU DAN MUSIM HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN,

Lebih terperinci

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK ISSN 1410-1939 PERANAN UREA TABLET DAN VARIETAS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PADI DI LAHAN RAWA LEBAK [THE ROLE OF TABLET UREA AND VARIETY IN INCREASING RICE PRODUCTION IN SWAMPY AREA] Waluyo 1, Juliardi

Lebih terperinci

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU ABSTRAK KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI SAWAH IRIGASI DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU Nurhayati 1), Rizqi Sari Anggraini 1), dan Tri Wahyuni 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau 2) Balai Pengkajian

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009 sampai Oktober 2009. Suhu rata-rata harian pada siang hari di rumah kaca selama penelitian 41.67 C, dengan kelembaban

Lebih terperinci

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK PENAMPILAN GENOTIPEGENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL Fatimah Azzahra dan Koesrini Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian terhadap genotifegenotife kacang tanah di

Lebih terperinci

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI PENGARUH AKSESI DAN KEPADATAN POPULASI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh aksesi dan tingkat populasi gulma E. crus-galli

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilahan Unit Pelaksana Teknis Badan Balai Penyuluh Pertanian (UPTB BPP) Desa Ujung Bawang Kecamatan Singkil Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci