PENAMPILAN GENOTIPE-GENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL ABSTRAK

Transkripsi

1 PENAMPILAN GENOTIPEGENOTIPE KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK DANGKAL Fatimah Azzahra dan Koesrini Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian terhadap genotifegenotife kacang tanah di lahan lebak dangkal dilaksanakan di lahan lebak dangkal Inlittra Binuang Kalimantan Selatan, pada musim kemarau Penelitian ini dilaksanakan dengan rancangan petak terpisah, sebagai anak petak adalah 98 genotipe kacang tanah, varietas lokal dan varietas gajah sedangkan perlakuan petak utama adalah pemberian dosis kapur 0 dan 2 t/ha kapur. Hasil penelitian menunjukkan telah terpilih 49 genotife kacang tanah yang toleran terhadap cekaman lengas tanah, cekaman kemasaman tanah sedangkan daya hasil sama atau lebih tinggi dari varietas gajah. Genotipe tersebut diantaranya adalah Mlg 9072, Mlg 9013, Mlg 9019, Mlg 9081 dan Mlg 9085 yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari varietas gajah, dengan rataan hasil 4,796,30 g polong kering/tanam. Kata Kunci : Genotife, Kacang tanah, Lebak dangkal. PENDAHULUAN Dengan semakin menyempitnya lahanlahan pertanian di pulau Jawa, maka pengembangan program pembangunan pertanian diarahkan kepada lahanlahan marginal, salah satu diantaranya adalah lahan rawa. Lahan rawa dibedakan menjadi lahan pasang surut dan lebak. Lahan lebak dibagi menjadi tiga kategori yaitu lebak dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam. Lebak dangkal adalah lahan dengan topografi tinggi dengan genangan relatif dangkal dan singkat (Widjaya Adhi et al, 1992). Di Indonesia terdapat sekitar ha lahan lebak dangkal (Widjaya Adhi et al, 1992). Pada musim kemarau di lahan lebak dangkal bisa ditanam palawija, kendala utama lahan lebak dangkal adalah adanya genangan air dan banjir pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Pada musim kemarau di lahan lebak dangkal cepat kering karena mengalami cekaman air, sehingga pada kondisi tersebut tanaman akan mengalami cekaman lengas tanah. Lengas tanah adalah air yang tertinggal didalam tubuh tanah untuk diserap tanaman dimana mengandung energi kinetik dan potensial, lengas tanah diperlukan tanaman pada fase pertumbuhan maupun perkecambahan tanaman. Lahan lebak tergolong lahan yang kesuburannya sedang, sehingga diperlukan perbaikan lingkungannya. Salah satu teknologi untuk meningkatkan kesuburan lahan lebak 321

2 dangkal adalah dengan pengapuran. Dengan pemberian kapur akan menaikkan ph tanah sehingga akan mengurangi kemasaman tanah. Dengan kondisi lingkungan yang cukup air tanaman kacang tanah dapat ditanam di lahan lebak pada musim kemarau karena kondisi kekurangan air pada tanaman kacang tanah akan mempengaruhi pertumbuhannya. Produktivitas kacang tanah di Kalimantan Selatan rendah yaitu 0,9 t/ha. Rendahnya hasil yang dicapai adalah karena penggunaan varietas lokal yang potensial hasilnya rendah. Sasaran umum program penelitian pemuliaan kacang tanah adalah untuk membentuk varietas unggul yang cocok untuk lingkungan spesifik dengan tekanan potensi hasil tinggi dan stabil terhadap hama penyakit utama (Sumarno dan Manwan, 1991). Dengan adanya galur harapan kacang sebagai calon varietas unggul di lahan lebak, maka peningkatan produktivitas dan upaya pengembangan tanaman kacang tanah di lahan lebak akan berhasil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan galurgalur kacang tanah yang adaptif di lahan lebak dangkal dengan kondisi cekaman lingkungannya dan berproduksi tinggi. BAHAN DAN METODE Penelitian skrining galurgalur kacang tanah di lahan lebak dangkal dilaksanakan di Inlitra Binuang Kalimantan Selatan pada musim kemarau Rancangan percobaan adalah rancanagan petak terpisah dengan 3 ulangan perlakuan adalah 98 genotipe kacang tanah asal Balitkabi, 1 varietas lokal dan 2 varietas pembanding adalah varietas Gajah sebagai perlakuan anak petak, sebagai petak utama adalah kondisi lingkungan pengujian yaitu kondisi tanpa kapur dan diberi kapur 2 t/ha. Masingmasing galur tanaman pada barisan sepanjang 3 m, dengan jarak tanam 50 x 10 cm. Pemupukan diberikan pada saat tanam dengan dosis 23,5 kg N/ha, 75 kg P 2 O 5 /ha dan 50 kg K 2 O/ha. Perlakuan kapur dilakukan 2 minggu sebelum tanam, pembumbunan pada saat menjelang berbunga, pengendalian hama penyakit disesuaikan dengan intensitas serangan. Parameter yang diamati adalah skor pertumbuhan, toleransi terhadap cekaman kemasaman tanah, hasil dan komponen hasil serta indeks lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan Karakteristik lahan pengujian tergolong lahan lebak dangkal, dengan tingkat kemasaman tanah tergolong masam (ph 4,6), kandungan COrganik sangat tinggi (9,51%), kandungan N total sangat tinggi (0,83%) dan kandungan PBray sangat rendah (8,98 ppmp). Dengan kondisi lingkungan pengujian demikian, memberikan cekaman kemasaman sedang. 322

3 Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Hasil penelitian menunjukkan skor pertumbuhan dari 49 genotipe yang terpilih berkisar antara 3 sampai dengan 1 yaitu pertumbuhan subur sampai dengan sangat subur tidak mengalami tekanan, dengan perkataan lain berarti genotipegenotipe tersebut toleran terhadap cekaman air atau cekaman lengas tanah di lahan lebak dangkal. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi skor toleransi terhadap cekaman kemasaman tanah. Pada kondisi pengujian tanpa cekaman kemasaman (diberi kapur), sebagian besar genotipe yang diuji tumbuh dengan baik dengan nilai skor 1 3. Ratarata tanaman tumbuh subur, daun berwarna hijau dan bervigor. Sedangkan pada kondisi lingkungan pengujian dengan ada cekaman (tanpa kapur) menunjukkan adanya variasi skor toleransi (skor 1 5). Pertumbuhan tanaman bervariasi yaitu ada genotipe yang tumbuh subur, daun berwarna hijau seperti tampak pada genotipe Mlg 9085 dan ada pula genotipe yang tertekan pertumbuhannya seperti tampak pada genotipe Mlg Hasil analisis ragam terhadap indeks toleransi menunjukkan bahwa semua genotipe yang di uji memiliki nilai indeks toleransi sama dengan cek varietas gajah. Nilai indeks varietas gajah 0,79, sedangkan nilai indeks genotipe yang di uji berkisar anatara 0,13 1,31. Tidak ada beda nyata diantara genotipe yang di uji dengan nilai indeks varietas gajah, meskipun nilai indeks cukup bervariasi, disebabkan nilai koefisien keragaman cukup tinggi (70%). Hal ini disebabkan adanya nilai indeks suatu genotipe yang cukup bervariasi antar ulangan, sehingga keragaman yang terjadi tidak saja dipengaruhi sifat genetik, tetapi pengaruh lingkungan pengujian cukup besar perannya. Hasil analisis ragam terhadap hasil dan komponen hasil menunjukan tidak adanya interaksi anatara genotipe dan lingkungan untuk semua parameter yang di uji (Tabel 1). Tabel 1. Hasil analisis ragam terhadap hasil dan komponen hasil. Sumber Derajat Nilai F Hitung Keragaman Bebas Hasil Polong Jumlah Polong Tinggi Tanaman Ulangan Kapur (k) Error (a) Genotipe (g) K x G Error (b) ,25 ns s, 57 < 1 ns < 1 ns 1,39 1,06 ns 673,28 2,04 1,13 ns Total 399 Hal ini menunjukan bahwa semua genotipe yang di uji memberikan pola respon yang sama pada kedua kondisi lingkungan pengujian (Peterson, 1004). Oleh karana itu pemuliaan genotipe bisa berdasarkan rerata hasil (Kasno et al, 2001). Perlakuan kapur hanya berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan komponen hasil pada kedua kondisi lingkungan pengujian tercantum dalam (Tabel 2). 323

4 Tabel 2. Rataan hasil dan komponen hasil pada dua kondisi lingkungan pengujian Parameter Hasil polong (g/tan) Jumlah polong Tinggi tanaman (cm) Kondisi Lingkungan Pengujian Tanpa Kapur Kapur Rataan 2,09 3,66 2,87 10,92 11,12 11,02 33,51 40,93 37,22 Dalam pengujian ini perlakuan kapur tidak meningkatkan hasil polong secara nyata. Hasil yang berlawanan terjadi pada pengujian skrining di lahan sulfat masam. Hasil skrining terhadap genotipe yang sama di lahan sulfat masam Simpang Jaya Batola pada Mk 2002, menunjukkan bahwa pemberian kapur meningkatkan hasil polong dari 0,88 g/tanaman (tanpa kapur) menjadi 5,45 g/tanaman (kapur 2 t/ha), (Koesrini dan William, 2002). Adanya Perbedaan hasil ini diduga berhubungan dengan kondisi biofisik lahan yang berbeda (ph, kandungan hara dan unsur beracun Al) dari kedua tipologi lahan tersebut. Tingkat cekaman lingkungan tercermin dari nilai indeks cekaman lingkungan. Ys Nilai indeks cekaman lingkungan dengan rumus SI = 1 Yp Dimana Ys = Hasil pada kondisi lingkungan ada cekaman (tanpa kapur), dan Yp = Hasil pada kondisi lingkungan tanpa cekaman (diberi kapur). Nilai SI dilokasi pengujian adalah 0,84. Dari nilai tersebut menunjukkan bahwa tingkat lingkungan di lahan sulfat masam jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan lebak dangkal Binuang. Berdasarkan uji rerata menunjukkan adanya perbedaan rerata hasil diantara genotipe yang diuji. Berdasarkan uji rerata hasil terpilih 49 genotipe yang memiliki rerata sama dengan atau lebih tinggi dari pada cek. Varietas gajah (Tabel 3). Dari tebel 3 menunjukkan bahwa ada 5 genotipe yaitu Mlg 9012, Mlg 9013, Mlg 9019, Mlg 9081 dan Mlg 9085 yang memiliki rerata hasil berturutturut 6,18 g, 4,79 g, 6,30 g, dan 5,76 g polong/tanaman dan secara nyata lebih tinggi dari cek varietas. Sedangkan genotipe terpilih lainnya memiliki rataan hasil antara 2,18 sampai ²,47 polong/tanaman. Jumlah polong isi semua genotipe terpilih sama dengan cek varietas, kecuali tinggi tanaman genotipe Mlg 9016 lebih tinggi dari pada cek varietas. Tinggi tanaman semua genotipe terpilih sama dengan cek varietas, kecuali tanana genotipe Mlg 9062 lebih tinggi dari pada cek varietas. Tabel 3. Skor Pertumbuhan, Skor Toleransi, Indeks Toleransi, Jumlah Polong, Tinggi Tanaman dan Hasil Genotipe Terpilih No Genotipe Skor Pertumbuhan Skor Toleransi Indeks Toleransi Hasil Polong (g/tan) Jumlah Polong Tinggi Tanaman (cm) 1 Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg

5 Lanjutan Tabel : 7 Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Mlg Gajah Lokal

6 KESIMPULAN Terpilih 49 genotipe kacang tanah yang toleran terhadap cekaman lengas tanah dan cekaman kemasaman tanah sedang. Genotipe yang memiliki daya hasil lebih tinggi dari pada varietas gajah adalah Mlg 9012, Mlg 9013, Mlg 9091, Mlg 9081, dan Mlg 9085, dengan rataan hasil antara 4,75 6,30 g polong/tanaman. DAFTAR PUSTAKA Kasno, A.,N. Nugahaeni, J.Purnomo, Sumartini dan Trustinah Pembentukan Varietas Kacang Tanah hasil stabil dan beradaptasi luas: Studi Kasus Varietas Jerapah. Buletin Palawija 1:114. Koesrini dan William, Skrining Genotipe Kacang Tanah Di lahan Pasang Surut Sulfat Masam. Laporan Hasil Penelitian. Balittra Banjarbaru. Peterson, R.G Agricurtural Fields Experiment : Design and Analysis. Marcel Dekker Inc. PP Sumarno dan Ibrahim Marwan, Program Nasional Penelitian KacangKacangan BalittanMalang. Malang 172p. Widjaya Adhi, IPG., K. Nugroho., Didi Andi S., dan Syariffudin Karana Sumber Daya Lahan Rawa : Potensi Keterbatasan dan Pemanfaatan. Departemen Pertanian, Jakarta. Hal