4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH"

Transkripsi

1 4 BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan. Teori-teori yang ada dijadikan sebagai dasar setiap langkah di dalam proses penelitian yang dilakukan. Proses ini terangkai melalui interaksi di dalam tahapan-tahapan penelitian (Gambar 4.1). Gambar 4.1 Tahapan-Tahapan Penelitian Identifikasi Masalah Pada tahap ini diidentifikasi permasalahan yang timbul di dalam proses operasi pada divisi Infratel Telkom dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal secara cermat. Hal ini merupakan langkah awal sebagai upaya perumusan risiko operasi perusahaan yang ada secara sistematis berdasarkan teori yang ada dan terintegrasi. 33

2 4.1.2 Studi Pustaka dan Studi Pendahuluan Tahapan studi pustaka dilakukan untuk memperoleh landasan dan kerangka berpikir dari data yang mendukung penelitian ini di samping memberikan pemahaman mengenai berbagai teori pendukung dalam analisis dan pembahasan. Studi pustaka ini menjadi acuan dalam penggunaan alat analisis, proses analisis dan penarikan kesimpulan. Studi pustaka ini difokuskan pada pemahaman proses bisnis, manajemen risiko, data internal mengenai kegiatan operasional dan elemennya yang berasal dari divisi Infratel Telkom. Studi pustaka yang dilakukan pada penelitian ini meliputi konsep-konsep identifikasi risiko yang potensial terhadap kegiatan operasional divisi Infratel Telkom. Beberapa literatur yang digunakan antara lain: Harriongton and Niehaus, Risk Management & Insurance, McGraw-Hill, 2006 Philippe Jorion, Value at Risk, McGraw-Hill, 2006 James Lam, Enterprise Risk Management, John Wiley & Son, Inc, 2007 Slack,N., Lewis,M. Operations Strategy. Prentice Hall, Harlow, 2002 Sedangkan studi pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan masukan mengenai masalah yang diteliti. Studi ini dilakukan dengan berbagai cara antara lain membaca laporan penelitian yang sudah ada, melakukan wawancara dengan pihak terkait. Dengan melakukan studi pendahuluan ini diharapkan dapat memberikan gambaran terlebih dahulu mengenai perusahaan dan permasalahannya sebelum diteruskan pada tahapan berikutnya Penentuan Metode Penelitian Pada tahap ini dilakukan pemilihan metode penelitian yang sesuai untuk dapat diterapkan berdasarkan karakteristik perusahaan dan lingkungan kerjanya. Metode analisis yang digunakan pada penelitian proyek akhir ini adalah analisis yang bersifat deskriptif Pengumpulan dan Pengolahan Data Tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi umum perusahaan yang akan dijadikan sebagai studi kasus, dengan melakukan pengumpulan data-data awal yang diperlukan untuk keperluan analisa. Data yang perlu dikumpulkan pada tahap ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang digunakan sebagai bahan analisis. Data primer ini diperoleh dari hasil wawancara, observasi. Sebagian besar wawancara yang dilakukan terbatas hanya pada karyawan yang mengetahui proses manajemen risiko di dalam Divisi Infratel Telkom. 34

3 Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang penting digunakan sebagai data untuk mengetahui model skenario dalam mengatasi risiko perusahaan Pembuatan Proses Bisnis Pada tahap ini dibuat proses bisnis untuk setiap kegiatan operasional di dalam Divisi Infratel. Dengan begitu setiap risiko yang tercakup di dalam setiap kegiatan dapat lebih mudah ditelusuri dan dapat ditangani dengan lebih cepat Analisa dan Risk Assesment Analisa yang dilakukan di dalam proyek akhir ini bertujuan untuk merangkum semua data yang dikumpulkan dan mengelompokkan data yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Selain itu, analisa yang digunakan di dalam penelitian proyek akhir ini adalah analisis deskriptif artinya studi ini lebih ditekankan untuk mengidentifikasi risiko, mengkategorikan risiko serta risk treatment yang dilakukan Perumusan Skenario untuk Mengatasi Risiko Operasi Pada tahap ini dianalisa prosedur penanganan dalam manajemen risiko. Dengan analisa lebih mendalam terutama pada risiko yang dianggap sangat penting dan penting sehingga perusahaan dapat memfokuskan seluruh sumber dayanya apabila risiko itu terjadi Kesimpulan Pada tahap ini disimpulkan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh perusahaan berdasarkan hasil pembahasan proyek akhir ini, berikut saran-saran untuk perbaikan yang akan direkomendasikan. 4.2 Identifikasi Masalah Pengertian Risiko Pengertian dasar risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian. Jika terdapat suatu informasi tentang probabilitas kejadian masing-masing skenario maka ketidakpastian tersebut akan berubah menjadi risiko. 35

4 Pada intinya, siklus manajemen risiko menurut Carl Olsson (2005) terdiri dari empat tahap seperti pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Siklus Manajemen Risiko Risiko Operasi Risiko operasi didefinisikan sebagai resiko kerugian langsung atau tidak langsung yang terjadi dikarenakan kegagalan proses internal, manusia dan sistem atau kejadian eksternal. Perlu ditekankan bahwa pengertian ini berbasis kepada dasar penyebab resiko operasional. Hal hal yang dimaksud meliputi 4 penyebab risiko: Manusia Proses Sistem Faktor Eksternal Penyebab di atas secara spesifik sangat berguna dalam penanganan resiko dalam suatu institusi, tetapi, sangat bergantung kepada definisi yang telah ada dan telah terukur serta dapat dibandingkan. Tujuan Manajemen Risiko Operasi menurut Risk Management Association (2003) Mengurangi pengeluaran operasi yang berlebihan. Meningkatkan transparansi dari risiko operasi. Meningkatkan integritas manajemen informasi. Melindungi reputasi. 36

5 Keuntungan Manajemen Risiko Operasi menurut Risk Management Association (2003) Pengurangan kerugian operasional. Pengurangan biaya audit. Deteksi dini aktivitas yang melanggar hukum. Pengurangan risiko di masa depan. 4.3 Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Primer 1. Wawancara kepada pihak yang berwenang dalam penerapan sistem manajemen risiko yang bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai pelaksanaan prosedur sistem operasi yang diterapkan di Divisi Infratel Telkom, dalam hal ini adalah bagian Perencanaan Bisnis (Pranjanis). Wawancara ini juga sebagai ajang brainstorming untuk mendapatkan informasi lebih lanjut dan upaya mendapatkan proses bisnis dalam setiap kegiatan operasi serta parameter risiko yang terlibat di dalamnya. 2. Observasi, mendapatkan gambaran praktek atas proses operasional di dalam divisi Infratel Telkom. Observasi dilakukan di Divisi Infratel Telkom Pengumpulan Data sekunder 1. Studi pustaka 2. Internet Pengumpulan data dilakukan sejak bulan januari Dalam kurun waktu tersebut dilakukan wawancara, observasi, dan pengumpulan data sekunder yang dibutuhkan dalam identifikasi risiko. Pengumpulan data sekunder dari divisi Infratel Telkom berupa laporan tentang manajemen risiko Telkom pada masa lalu, laporan penerapan SOA, laporan tahunan Telkom, serta sistem prosedur yang sedang berjalan hingga saat ini. Hasil wawancara yang telah dilakukan telah diverifikasi ulang kepada pimpinan Unit Pranjanis dan Divisi Infratel yang bersangkutan. Sedangkan validasi analisa serta usulan yang didapatkan dari penelitian ini juga telah divalidasi oleh unit bersangkutan yang bertanggungjawab atas kegiatan operasi di dalam Divisi Infratel. 4.4 Pembuatan Proses Bisnis Manajemen risiko di Telkom masih menerapkan job description dalam mengetahui risikorisiko apa yang mungkin terjadi. Dalam penyelarasan dengan sistem SOA maka setiap kegiatan operasional harus selalu dibuat proses bisnis yang sesuai. 37

6 Proses bisnis setiap kegiatan dibuat berdasarkan setiap kegiatan yang berlaku di dalam kegiatan operasional yang terjadi di dalam Divisi Infratel Telkom. Dengan menyusun proses setiap kegiatan akan didapatkan proses bisnis dari suatu kegiatan secara keseluruhan. Proses bisnis yang terjadi diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan divisi bersangkutan. Dalam pembuatan proses bisnis, yang perlu diketahui adalah kaitan antara input, proses, dan output yang terdapat dalam kegiatan bersangkutan. Kegiatan operasi yang terdapat pada Divisi Infratel adalah: 1. Manajemen Alat Produksi 2. Pengembangan Infrastruktur 3. Provisioning 4. Fault Handling 5. Pengelolaan Trafik 6. Pengelolaan Satelit 7. Standarisasi dan tingkat performansi sistem perangkat 8. Pengelolaan Data Billing 9. Pengembangan infrastruktur 10. Pengelolaan pemeliharaan Alpro Berikut ini adalah proses bisnis untuk setiap kegiatan operasi di dalam Divisi Infratel, yaitu: Proses Bisnis Manajemen Alat Produksi Manajemen alat produksi ini bertujuan untuk memanfaatkan infrakstruktur secara lebih optimal. Sehingga tidak terjadi lost capacity yang berpotensi menghilangkan pendapatan perusahaan. Gambar 4.3 Proses Bisnis Manajemen Alat Produksi 38

7 Proses Bisnis Pengembangan Infrastruktur Tujuan dari kegiatan pengembangan infrastruktur adalah pengembangan alat produksi harus lebih efesien, efektif dan produktif. Dengan begitu kegiatan produksi dapat berjalan dengan teratur dan tidak terganggu karena kurangnya supply. Gambar 4.4 Proses Bisnis Pengembangan Infrastruktur Proses Bisnis Provisioning Provisioning adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan / permintaan dari unit yang lain. Permintaan ini bisa dipenuhi dari pihak ketiga ataupun dari bagian internal perusahaan sendiri. Gambar 4.5 Proses Bisnis Provisioning 39

8 Proses Bisnis Fault Handling Proses yang terdapat dalam kegiatan fault handling adalah upaya untuk menghindari terputusnya hubungan network akibat adanya kesalahan dalam infrastruktur. Gambar 4.6 Proses Bisnis Fault Handling Proses Bisnis Pengelolaan Trafik Dalam kegiatan pengelolaan trafik, routing antar network menjadi hal yang essensial untuk menjamin lancarnya komunikasi. Dalam kegiatan ini lebih difokuskan dalam perijinan dan dokumentasi dalam pengelolaan trafik. Gambar 4.7 Proses Bisnis Pengelolaan Trafik 40

9 Proses Bisnis Pengelolaan Satelit Pengelolaan satelit mencakup di dalamnya pemeliharaan, pengendalian komunikasi, dan pengendalian satelit. Hal ini bertujuan untuk menjamin terpenuhinya reliability dan availability dari satelit agar network dapat berjalan dengan lancar. Gambar 4.8 Proses Bisnis Pengelolaan Satelit Proses Bisnis Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat Tujuan dari kegiatan standarisasi dan tingkat performansi sistem perangkat adalah untuk menjamin tersedianya layanan dan kehandalan sesuai dengan kesepakatan dengan user internal yang terkait. Gambar 4.9 Proses Bisnis Standarisasi & Tingkat Performansi Sisper 41

10 Proses Bisnis Pengelolaan Data Billing Kegiatan pengelolaan data billing yang mencakup di dalamnya transfer Collect Data Record (CDC) adalah untuk memastikan data billing dari Sentral telah terecord dengan baik dan proses transfering berjalan lancar. Gambar 4.10 Proses Bisnis Pengelolaan Data Billing Proses Bisnis Analisa Gangguan Kegiatan di atas adalah lanjutan dari proses fault handling yaitu rekonsiliasi berkala terhadap data teknik dan Pembuatan standard operating procedures (SOP) baku sebagai acuan dalam pelaksanaan operasional Fault Handling. Hal ini bertujuan untuk membuat aturan baku sehingga setiap personel mampu dan mengetahui tentang proses fault handling itu sendiri. Gambar 4.11 Proses Bisnis Analisa Gangguan Proses Bisnis Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Tujuan dari kegiatan ini untuk mendata alat produksi sebaik mungkin. Hal ini sangat perlu untuk menjaga target produksi terpenuhi karena alat produksi selalu dalam keadaan optimal. 42

11 Gambar 4.12 Proses Bisnis Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Dari identifikasi proses bisnis yang telah dibuat di atas, maka akan bisa dilihat di mana risikorisiko operasi yang mungkin saja terjadi. Keuntungan dari pembuatan proses bisnis ini adalah penelurusan masalah yang mungkin timbul. Dengan mengetahui di mana asal masalahnya ditinjau dari prosesnya maka penanggulangannya akan lebih sistematis, efektif, dan efisien. 4.5 Analisa Risiko Identifikasi Risiko Proses mengidentifikasi risiko merupakan bagian pertama dan utama dari keseluruhan proses manajemen risiko. Identifikasi risiko dilakukan secara integral dan efektif sehingga tidak ada risiko yang luput dari proses identifikasi tersebut. Bila risiko yang tidak teridentifikasi terjadi, di mana tidak terdapat rencana penanganan sebelumnya maka hal tersebut dapat menimbulkan kepanikan dn proses pengambilan keputusan yang lemah. Identifikasi risiko merupakan bagian dari manajemen risiko proaktif, yang lebih baik dibandingkan dengan manajemen risiko reaktif di mana perusahaan bertindak hanya terhadap risiko-risiko yang terjadi. Proses manajemen risiko empat elemen menurut Carl Olsson (2005), terdiri dari : - Mengumpulkan informasi (identify). - Memproses, menentukan risiko dan mengukurnya dengan matriks (measure). - Setelah diukur, maka ditentukan apakah risiko dikelola (manage), diterima (accept), ditangani (mitigate), atau diturunkan (decline) tingkat risikonya. - Setelah diputuskan mana yang akan diambil, maka untuk pelaksanaanya selalu dimonitor (mapping) dan akan kembali ke proses identifikasi apabila ada penyimpangan atau perubahan. 43

12 Gambar 4.13 Tahapan-Tahapan Manajemen Risiko Identifikasi risiko-risiko yang terkait, dilakukan dengan melakukan pemahaman mengenai proses bisnis yang dilakukan oleh Telkom, khususnya dalam sistem operasi Divisi Infratel Telkom. Identifikasi risiko yang dilakukan dengan studi pustaka yaitu melihat risiko-risiko bisnis yang sering terjadi. Berikut ini adalah langkah-langkah identifikasi risiko menurut Carl Olsson, 2005 (gambar 4.4) yaitu: - Memahami kerangka kerja (framework) bisnis perusahaan yang terkait dengan berbagai risiko. - Menyusun daftar risiko-risiko yang dapat dihadapi, berdasarkan kerangka kerja bisnis tersebut. - Melakukan kategorisasi risiko. - Mengetahui keterkaitan antara satu risiko dengan risiko lainnya. Proses identifikasi risiko tersebut dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu: 1. Pelibatan para ahli. Para ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan baik secara praktis maupun teoritis mengenai bidang bisnis dan jenis-jenis risiko yang terkait. 2. Bekerja secara paralel. Bekerja secara paralel artinya beberapa bagian yang terkait dengan suatu bidang bisnis yang akan diidentifikasi risikonya, masing-masing mengidentifikasi risiko terhadap suatu bidang bisnis dari persepsi bagian-bagian tersebut. Bekerja secara paralel akan lebih mempersingkat waktu dalam proses identifikasi risiko. 3. Diskusi kelompok. Diskusi kelompok merupakan pendekatan yang dapat digunakan dalam proses identifikasi risiko. Dengan diskusi kelompok dapat lebih diidentifikasi keterkaitan satu risiko dengan risiko lainnya. 44

13 Gambar 4.14 Tahapan-Tahapan Identifikasi Risiko Berdasarkan prosedur di atas didapatkan identifikasi risiko di Telkom (tabel 4.1), utamanya terkait dengan hasil wawancara, kegiatan operasional Divisi Infratel Telkom, dan proses bisnis dengan unit yang bertanggungjawab dengan penerapan manajemen risiko Telkom yaitu Unit Pranjanis Divisi Infratel. Tabel 4.1 Identifikasi Risiko Operasi No. Kegiatan Risiko 1 Manajemen Alat Produksi (Alpro) Penggunaan kapasitas tidak optimal 2 Pengembangan Infrastruktur Terganggunya kebutuhan supply 3 Provisioning Keterlambatan proses provisioning Kesalahan koneksi 4 Fault Handling Terputus layanan 5 Pengelolaan Trafik Kesalahan routing Kegagalan panggil 6 Pengelolaan Satelit (pemeliharaan, Gangguan network satelit pengendalian komunikasi & satelit) 7 Standarisasi dan tingkat performansi Gangguan perangkat sistem perangkat Availability tidak tercapai 8 Pengelolaan Data Billing Collect Data Record (CDR) cacat / tidak dapat dibaca Transfer CDR gagal 9 10 Pengembangan infrastruktur Analisa gangguan Performansi Alpro menurun Data tidak akurat Proses tidak sesuai Standard Operating Procedures (SOP) Kompetensi SDM 11 Pengelolaan pemeliharaan Alpro Pengelolaan tidak optimal Risk Assessment Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu pada 2 faktor: kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan beberapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Data historis merupakan salah satu sumber identitas risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko, namun analisis masih tetap diperlukan karena masa depan tidak sama dengan masa lalu, semakin tinggi perubahan eksternal dan internal perusahaan, revisi semakin vital untuk dilakukan. 45

14 Pemetaan risiko adalah kelanjutan dari tahap penilaian risiko, di mana risiko disusun berdasarkan kelompok tertentu sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing risiko. Teknik pemetaan yang dilakukan adalah pemetaan dua dimensi dengan dua variabel yaitu variabel kemungkinan dan variabel dampak. Variabel pertama menyatakan tingkat kemungkinan suatu risiko akan terjadi. Penentuan peluang dilakukan dengan mengetahui frekuensi terjadinya risiko dalam kurun waktu tertentu. Besarnya probabilitas dan dampak risiko ini diketahui dari data seperti laporan kegiatan operasional Divisi Infratel Telkom. Semakin tinggi kemungkinan suatu risiko terjadi, semakin tinggi perhatian untuk mengatasi risiko bersangkutan. Variabel kemungkinan menurut Carl Olsson, 2005 (tabel 4.2) dibagi ke dalam lima kategori, yaitu: almost never, unlikely, possible, likely, almost certain. Tabel 4.2 Kemungkinan (Likelyhood) Kemungkinan Level Deskripsi 1 almost Never Hampir tidak pernah terjadi 2 unlikely Kemungkinan terjadi ada tapi kecil 3 possible Mungkin saja terjadi 4 likely Kemungkinan besar terjadi 5 almost Certain Hampir selalu terjadi Variabel kedua berupa dampak, yaitu tingkat kegawatan apabila risiko yang dihadapi benarbenar menjadi suatu kenyataan. Semakin gawat dampak suatu risiko, semakin tinggi kepentingan manajemen dalam mengalokasikan sumber daya untuk menangani risiko yang dihadapi. Pada penelitian ini variabel dampak menurut Carl Olsson, 2005 (tabel 4.3) dibagi ke dalam lima kategori, yaitu: minor, moderate, severe, major, dan worse case. Tabel 4.3 Dampak (impact) Dampak Level Deskripsi 1 minor Dampaknya sangat kecil 2 moderate Dampaknya kecil 3 severe Dampaknya cukup besar 4 major Dampaknya besar 5 worse case Dampaknya sangat besar 46

15 Hasil pengukuran risiko dipetakan menggunakan matriks peluang menurut Carl Olsson, 2005 pada tabel 4.4. Kemungkinan Tabel 4.4 Matrix Peluang (Kemungkinan-Dampak) almost Certain Medium High High Extreme Extreme likely Medium Medium High High Extreme possible Low Medium Medium High High unlikely Low Low Medium Medium High almost Never Very Low Low Low Medium Medium minor moderate severe major worse case Dampak Keterangan: 1. Extreme = Level I (paling penting) 2. High = Level II (penting) 3. Medium = Level III (biasa) 4. Low = Level IV (rendah) 5. Very Low = Level V (sangat rendah) Jenis-jenis Risiko Kegiatan Operasi Divisi Infratel Telkom Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko ini akan timbul apabila data tidak akurat sehingga penggunaan kapasitas alat-alat produksi tidak optimal (tabel 4.5) sehingga berdampak target revenue tidak terpenuhi. Tabel 4.5 Penilaian Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kemungkinan Dampak Penggunaan kapasitas tidak optimal likely severe Risiko Pengembangan Infrastruktur Risiko yang akan timbul adalah terganggunya kebutuhan supply akibat adanya realisasi pembangunan infrastruktur tidak sesuai rencana (tabel 4.6). Supply yang akan diproses oleh bagian selanjutnya akan tersendat dan mengakibatkan permintaan dari bagian proses produksi tidak terpenuhi. Risiko lainnya yang mungkin timbul adalah menurunnya peforma alat produksi. 47

16 Tabel 4.6 Penilaian Risiko Pengembangan Infrastruktur Risiko Kemungkinan Dampak Terganggunya kebutuhan supply likely moderate Menurunnya peforma alat produksi likely moderate Risiko Provisioning Provisioning adalah proses pengantaran supply. Risiko pada bagian provisioning (tabel 4.7) terbagi menjadi dua yaitu risiko keterlambatan proses provisioning yang disebabkan oleh belum tersedianya alat produksi yang cukup pada lokasi tertentu. Akibatnya pemenuhan order tidak sesuai dan bisa menghambat proses produksi secara keseluruhan. Yang kedua adalah risiko kesalahan koneksi yang disebabkan oleh tidak tersedianya alat produksi, adanya keterlambatan penerbitan dokumen provisioning, kesalahan order dari bagian produksi, atau pihak luar tidak siap melakukan proses provisioning seperti yang dikomitmenkan. Akibat dari risiko provisioning ini adalah adanya keterlambatan respond time dan delivery time. Tabel 4.7 Penilaian Risiko Provisioning Risiko Kemungkinan Dampak Keterlambatan proses provisioning possible severe Kesalahan koneksi possible moderate Risiko Fault Handling Risiko di bagian Fault Handling (tabel 4.8) disebabkan oleh adanya gangguan infrastruktur ditambah dengan kurangnya tools Fault Handling yang mengakibatkan terputusnya layanan. Tabel 4.8 Penilaian Risiko Fault Handling Risiko Kemungkinan Dampak Terputus layanan likely worse case Risiko Pengelolaan Trafik Risiko yang akan timbul dari pengelolaan trafik adalah risiko kesalahan routing dan kegagalan panggil (tabel 4.9). Risiko kesalahan routing dan kegagalan panggil disebabkan oleh proses penerbitan dokumen pengijinan yang terlambat ataupun salah dan kesalahan order dari bagian internal divisi Infratel. Hal ini menyebabkan adanya potensi pendapatan yang hilang. 48

17 Tabel 4.9 Penilaian Risiko Pengelolaan Trafik Risiko Kemungkinan Dampak Kesalahan routing possible minor Kegagalan panggil possible minor Risiko Pengelolaan Satelit Pengelolaan satelit mencakup pemeliharaan, pengendalian komunikasi, dan pengendalian satelit. Risiko yang mungkin timbul adalah risiko gangguan network satelit yang disebabkan oleh adanya gangguan perangkat (tabel 4.10). Akibatnya adalah loss revenue. Tabel 4.10 Penilaian Risiko Pengelolaan Satelit Risiko Kemungkinan Dampak Gangguan network satelit almost certain moderate Risiko Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat Standarisasi dan tingkat performansi sistem perangkat bertujuan untuk menjamin tersedianya layanan dan kehandalan sesuai dengan kesepakatan dengan user internal yang terkait. Risiko yang biasa terjadi di sini terbagi menjadi dua (tabel 4.11). Pertama, risiko gangguan perangkat yang disebabkan oleh perangkat yang sebagian sudah obsolete dan dukungan teknis dari rekanan terkait kurang memadai. Yang kedua adalah risiko availability yang tidak tercapai. Hal ini disebabkan oleh masih sering terjadi gangguan perangkat dan tidak tersedianya backup pada lokasi tertentu. Akibat yang paling mungkin terjadi adalah adanya loss revenue. Tabel 4.11 Penilaian Risiko Standarisasi dan Tingkat Performansi Sistem Perangkat Risiko Kemungkinan Dampak Gangguan perangkat likely major Availability tidak tercapai likely major Risiko Pengelolaan Data Billing Risiko yang akan muncul pada pengelolaan data billing adalah risiko collect data record (CDR) cacat dan transfer CDR yang gagal (tabel 4.12). CDR cacat biasanya disebabkan perubahan parameter sentral yang tidak sesuai atau belum di update. Sedangkan transfer CDR 49

18 yang gagal kemungkinan karena hilang/rusak dalam hard disk drive (HDD). Risiko-risiko di atas menyebabkan data billing tidak valid dan adanya keterlambatan proses billing. Tabel 4.12 Penilaian Risiko Pengelolaan Data Billing Risiko Kemungkinan Dampak CDR cacat / tidak dapat dibaca possible major Transfer CDR gagal possible major Risiko Analisa Gangguan Risiko akan terjadi apabila terdapat kurangnya proses rekonsiliasi data teknis secara berkala yang melibatkan pihak-pihak terkait dan menyebabkan risiko data yang tidak akurat. Yang kedua adalah tidak ada standard operating procedures (SOP) yang baku menyebabkan terjadi penanganan yang tidak sesuai SOP. Risiko yang mungkin terjadi lainnya adalah risiko kompetensi SDM (tabel 4.13). Akibatnya adalah pengambilan keputusan yang tidak tepat. Tabel 4.13 Penilaian Risiko Analisa Gangguan Risiko Kemungkinan Dampak Data tidak akurat possible major Proses tidak sesuai SOP likely severe Kompetensi SDM likely severe Risiko Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Risiko yang mungkin terjadi adalah pengelolaan tidak optimal karena kurang optimalnya realisasi penggunaan alat produksi di lapangan (tabel 4.14). Hal ini menyebabkan target produksi yang tidak tercapai dan kemungkinan loss revenue. Tabel 4.14 Penilaian Risiko Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Risiko Kemungkinan Dampak Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi possible severe 50

19 Rekapitulasi hasil penilaian risiko operasional divisi Infratel TELKOM dapat dilihat di tabel 4.15 di bawah ini: Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Risiko Operasional Divisi Infratel Jenis Risiko No Risiko Kemungkinan Dampak Manajemen Alat Produksi 1 Penggunaan kapasitas tidak optimal likely severe 2 Terganggunya kebutuhan supply likely moderate Pengembangan 3 Menurunnya peforma alat Infrastruktur produksi likely moderate 4 Keterlambatan proses Provisioning provisioning possible severe 5 Kesalahan koneksi possible moderate Fault Handling 6 Terputus layanan likely worse case Pengelolaan Trafik 7 Kesalahan routing possible minor 8 Kegagalan panggil possible minor Pengelolaan Satelit 9 Gangguan network satelit almost certain moderate Standarisasi dan 10 Gangguan perangkat likely major Tingkat Performansi 11 Availability tidak tercapai Sistem Perangkat likely major Pengelolaan Data 12 CDR cacat / tidak dapat dibaca possible major Billing 13 Transfer CDR gagal possible major 14 Data tidak akurat possible major Analisa Gangguan 15 Proses tidak sesuai SOP likely severe 16 Kompetensi SDM likely severe Pengelolaan Pemeliharaan Alat 17 Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Produksi possible severe 51

20 4.5.4 Pemetaan Risiko Risiko-risiko yang telah diidentifikasi selanjutnya dipetakan dengan menggunakan matrix risk assessment (tabel 4.16). Tujuannya adalah untuk menetapkan skala prioritas bagi perusahaan. Tabel 4.16 Pemetaan Risiko Kemungkinan Almost Certain 9 6 Likely 2, 3 1,15,16 10, 11 Possible 7, 8 5 4, 17 12, 13, 14 Unlikely Almost Never minor moderate severe major worse case Dampak Keterangan: 1. Penggunaan kapasitas tidak optimal (High) 2. Terganggunya kebutuhan supply (Medium) 3. Menurunnya peforma alat produksi (Medium) 4. Keterlambatan proses provisioning (Medium) 5. Kesalahan koneksi (Medium) 6. Terputus layanan (Extreme) 7. Kesalahan routing (Low) 8. Kegagalan panggil (Low) 9. Gangguan network satelit (Medium) 10. Gangguan perangkat (High) 11. Availability tidak tercapai (High) 12. CDR cacat / tidak dapat dibaca (High) 13. Transfer CDR gagal (High) 14. Data tidak akurat (High) 15. Proses tidak sesuai SOP (High) 16. Kompetensi SDM (High) 17. Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi (Medium) Dari hasil pemetaan diperoleh tingkatan pentingnya masing-masing risiko yang nantinya yang menjadi urutan prioritas dalam penanganannya (tabel 4.17). 52

21 Tabel 4.17 Prioritas Penanganan Risiko Tingkat Penting No. Risiko Jenis Risiko Level I = extreme 6 Terputus layanan (paling penting) Fault Handling 1 Penggunaan kapasitas tidak optimal Manajemen Alat Produksi 10 Gangguan perangkat 11 Availability tidak tercapai Standarisasi & Tingkat Performansi Sisper Level II = high 12 CDR cacat / tidak dapat dibaca (penting) 13 Transfer CDR gagal Pengelolaan Data Billing 14 Data tidak akurat 15 Proses tidak sesuai SOP Analisa Gangguan Level III = medium (biasa) Level V = low (rendah) 16 Kompetensi SDM 2 Terganggunya kebutuhan supply 3 Menurunnya peforma alat produksi 4 Keterlambatan proses provisioning 5 Kesalahan koneksi 9 Gangguan network satelit 17 Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi 7 Kesalahan routing 8 Kegagalan panggil Pengembangan Infrastruktur Provisioning Pengelolaan Satelit Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi Pengelolaan Trafik 4.6 Penanganan Risiko Dalam penanganan risiko terdapat 3 alternatif tindakan: 1. Menghindari risiko, artinya perusahaan berusaha seoptimal mungkin untuk tidak menemui risiko tersebut, misalnya dengan menghindari sumber risiko, umumnya tindakan ini dilakukan untuk risiko tinggi yang tidak mendatangkan manfaat yang tidak terlalu signifikan bagi perusahaan. 53

22 2. Mengurangi risiko, artinya perusahaan melakukan tindakan berarti dengan sumber daya yang dimilikinya agar risiko dapat diminimalkan seoptimal mungkin tanpa menghilangkan peluang perusahaan untuk meraih keuntungan (return). 3. Menerima risiko, artinya perusahaan menerima risiko tersebut dengan tidak melakukan tindakan berarti yang memerlukan sumber daya yang besar. Tindakan ini biasanya dilakukan untuk risiko-risiko yang tidak memiliki dampak cukup besar terhadap perusahaan. Berikut ini adalah jenis penanganan risiko untuk masing-masing risk assesment (tabel 4.18): Tabel 4.18 Penanganan Risiko untuk Masing-Masing Jenis Risiko Tingkat Penting No. Risiko Jenis Penanganan Risiko Level I = extreme 6 Terputus layanan (paling penting) menghindari risiko 1 Penggunaan kapasitas tidak optimal mengurangi risiko 10 Gangguan perangkat mengurangi risiko 11 Availability tidak tercapai mengurangi risiko Level II = high 12 CDR cacat / tidak dapat (penting) dibaca mengurangi risiko 13 Transfer CDR gagal mengurangi risiko 14 Data tidak akurat mengurangi risiko 15 Proses tidak sesuai SOP mengurangi risiko 16 Kompetensi SDM mengurangi risiko 2 Terganggunya kebutuhan supply mengurangi risiko 3 Menurunnya peforma alat produksi mengurangi risiko Level III = 4 Keterlambatan proses medium (biasa) provisioning mengurangi risiko 5 Kesalahan koneksi mengurangi risiko 9 Gangguan network satelit mengurangi risiko 17 Pengelolaan Pemeliharaan Alat Produksi mengurangi risiko Level V = low 7 Kesalahan routing menerima risiko (sangat rendah) 8 Kegagalan panggil menerima risiko 54

23 Penanganan risiko disesuaikan dengan jenis risiko dan tingkat keutamaan risiko tersebut. Pada penelitian ini, terdapat beberapa risiko yang sebaiknya dikurangi dan beberapa risiko yang dapat diterima. Belum dilakukan penghitungan secara lebih rinci bobot pentingnya untuk masing-masing risiko yang berada di dalam kategori yang sama. Hal ini diakibatkan karena tidak adanya data-data yang menyangkut finansial yang terlibat di dalam kegiatan-kegiatan operasi yang telah disebutkan di atas. Dengan memperhitungkan dampak secara finansial yang akan terjadi apabila risiko itu timbul serta frekuensi dari masing-masing risiko maka akan didapatkan suatu pembobotan yang nantinya akan membedakan tingkat kepentingan penanganan dari risiko-risiko yang berada di dalam kategori yang sama Skenario Penanganan Risiko Saat risiko terjadi dan mengganggu kegiatan operasi pada divisi bersangkutan maka akan dilakukan tahap-tahap untuk mengatasinya. Perhatian difokuskan ada risiko-risiko utama yaitu risiko yang terletak pada level sangat penting (extreme) dan penting (high). Skenario penanganan risiko akan dibagi tiga berdasarkan waktu terjadinya. Tahap pertama adalah pencegahan yaitu mengurangi kemungkinan risiko itu mungkin terjadi. Tahap kedua adalah mengatasi risiko yang telah terjadi atau mitigasi risiko. Sedangkan tahap akhir adalah recovery yaitu mengembalikan kondisi semula dari dampak risiko yang telah terjadi. Umumnya sumber risiko operasi Divisi Infratel berasal dari internal kegiatan operasi itu sendiri. Sedangkan sumber dari eksternal tidak signifikan sehingga dapat dikesampingkan. Dalam tabel 4.19 disajikan skenario yang mungkin dilakukan untuk mengatasi risiko operasi Divisi Infratel Telkom. Dampak dari masing-masing risiko terkait mengacu pada data-data dari klasifikasi dampak manajemen risiko Telkom yang terdapat pada lampiran A. 55

24 Tujuan Layanan yang selalu tersedia (Layanan tidak terputus) Pemanfaatan infrastruktur optimal Menjamin tersedianya layanan dan kehandalan sesuai dengan kesepakatan dengan user internal yang terkait Tabel 4.19 Skenario Penanganan Risiko Risiko No Jenis Penyebab Dampak Pencegahan Mitigasi Recovery 6 Terputus layanan Gangguan Kurangnya tools Tools fault handling Perbaikan Implementasi infrastruktur yang fault handling yang yang terintegrasi, infrastruktur tools fault menyebabkan menyebabkan loss Peningkatan layanan atau handling yang terputusnya layanan revenue sebesar intensitas preventive pengalihan layanan terintegrasi antara Rp300 maintenance sesuai pada jaringan yang 500M / tahun ISO lebih stabil. 1 Penggunaan Data tidak akurat Target revenue Validasi data Cek ulang data Perbaikan akurasi kapasitas tidak tidak terpenuhi manajemen alat manajemen alat data kebutuhan optimal sehingga Telkom produksi infrastruktur mengalami kerugian financial sebesar Rp25-50M / tahun 10 Gangguan perangkat sebagian Loss revenue Implementasi aplikasi Cek ulang aplikasi Implementasi perangkat sudah obsolete dan karena pengendalian ataupun perangkat aplikasi dukungan teknis dari terganggunya performansi yang baik secara internal pengendalian rekanan terkait proses operasi yang terintegrasi ataupun melalui performansi yang kurang memadai dengan potensi rekanan pihak terintegrasi antara Rp300- ketiga 500M / tahun 56

25 Untuk mencapai 11 Availability tidak Masih sering terjadi Loss revenue Kebutuhan perangkat Pengalihan Jaga fungsi self Availability % tercapai gangguan perangkat karena backup dapat perangkat kepada healing ring dan tidak tersedianya terganggunya dipenuhi dengan cara backup yang backup pada lokasi proses operasi yang : relokasi & tersedia tertentu dengan potensi pembangunan antara Rp M / tahun Memastikan data 12 CDR cacat / tidak Perubahan parameter Data billing tidak Back up data secara Penggantian CDR Audit Dbase biling dari Sentral dapat dibaca sentral yang tidak valid sehingga otomatis dan melalui backup Sentral telah terekam dengan sesuai atau belum di mengalami terjadwal. yang tersedia baik dan proses update kerugian Rp50- transfering berjalan 100M / tahun lancar 13 Transfer CDR Hilang/rusak dalam Keterlambatan Monitoring real time Cek ulang proses Audit Dbase gagal HDD proses billing transferring dan Sentral menyebabkan backup kerugian financial sebesar Rp50-100M / tahun Rekonsiliasi berkala 14 Data tidak akurat Kurangnya proses Loss revenue Pelaksanaan sesuai Cek ulang Tindak lanjut terhadap data teknik rekonsiliasi data sebesar Rp300- standard operating rekonsiliasi data Rekonsiliasi data teknis secara berkala 500M / tahun procedures baik internal teknis untuk yang melibatkan maupun eksternal validasi pihak2 terkait 57

26 Pembuatan standard 15 Proses tidak sesuai Tidak adanya Pengambilan Evaluasi efektifitas Evaluasi efektivitas Tindak lanjut operating procedures standard operating standard operating keputusan tidak bisnis proses pengerjaan masing- hasil audit ISO baku sebagai acuan procedures procedures baku tepat menyebabkan masing unit dalam dan SOA dalam pelaksanaan dalam proses fault terlambatnya target fault handling operasional fault handling terpenuhi antara 2- handling 4 bulan Pembuatan standard 16 Kompetensi Tidak adanya Keterlambatan Evaluasi efektifitas Evaluasi efektivitas Tindak lanjut operating procedures sumber daya standard operating pemenuhan target bisnis proses pengerjaan masing- hasil audit ISO baku sebagai acuan manusia procedures baku antara 2-4 bulan masing unit dalam dan SOA dalam pelaksanaan dalam proses fault karena fault handling operasional fault handling pengambilan handling keputusan tidak tepat 58

27 Dari rekapitulasi skenario di atas dapat dilihat bahwa setiap risiko telah dianalisa dan dibuat skenario untuk mengatasinya. Karena hampir seluruh risiko baik yang extreme ataupun high penyebabnya berasal dari internal kegiatan, maka kontrol untuk mengatasinya terdapat pada unitunit internal yang terkait yaitu di dalam Divisi Infratel itu sendiri. Pada hasil analisa skenario di atas rata-rata risiko yang berada dalam tahap sangat penting (extreme) atau penting (high) mempunyai dampak mengurangi pendapatan Telkom secara sangat signifikan. 59

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko)

Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) Tabel 4.6 Risiko Manajemen Alat Produksi Risiko Kode Frequency Severity Penggunaan kapasitas tidak optimal A Often A (pengkodean digunakan untuk memudahkan pemetaan risiko) 2. Risiko Pengembangan Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data didapatkan kesimpulan bahwa risiko-risiko operasional Telkom terdiri dari 17 risiko yang terdiri dari 4 risiko dengan

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI DIVISI INFRATEL, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK

KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI DIVISI INFRATEL, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK KAJIAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI DIVISI INFRATEL, PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA TBK PROYEK AKHIR Oleh : Yudi Nurpujiari NIM 29105103 PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI BISNIS SEKOLAH BISNIS DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan analisis kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan studi kasus ke tiga proyek pembangunan gedung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB IV PEMECAHAN MASALAH BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi penelitian proyek akhir ini disusun untuk dijadikan acuan dalam melaksanakan penelitian yang berisi tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Service Continuity Management (ITSCM) akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI. Kesimpulan dan Saran. yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa:

BAB VI. Kesimpulan dan Saran. yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa: BAB VI Kesimpulan dan Saran 6.1Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis data dalam penelitian maka kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan tujuan penelitian bahwa: 1. Evaluasi efektifitas pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI DISTRIBUSI PADA PT PRIMA CIPTA INSTRUMENT 4.1 Prosedur Evaluasi Evaluasi terhadap sistem informasi distribusi pada PT Prima Cipta Instrument merupakan suatu proses evaluasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI MERUPAKAN PROBABILITAS KEJADIAN YANG MUNCUL BAB II TINJAUAN PUTAKA. RIIKO DALAM PROYEK KONTRUKI MERUPAKAN PROBABILITA KEJADIAN YANG MUNCUL 5 BAB II TINJAUAN PUTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1)

LAMPIRAN A KUESIONER. Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) L1 LAMPIRAN A KUESIONER Menetapkan Dan Mengatur Tingkatan Layanan (DS1) 1 Setiap penggunaan sistem informasi harus melaksanakan aturan yang ditetapkan perusahaan 2 Pimpinan masing-masing unit organisasi

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);

Lebih terperinci

RANCANGAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DI DIVISI KREDIT PADA KEGIATAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR PT XYZ

RANCANGAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DI DIVISI KREDIT PADA KEGIATAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR PT XYZ RANCANGAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL DI DIVISI KREDIT PADA KEGIATAN PEMBIAYAAN KONSUMEN SEPEDA MOTOR PT XYZ Tineke Program Studi S2 MM Eksekutif Muda Sekolah Tinggi Manajemen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI

Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI Manajemen Sumber Daya Teknologi Informasi TEAM DOSEN TATA KELOLA TI What is IT Resource People Infrastructure Application Information Why IT Should be managed? Manage Information Technology Effectiveness

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi akuntansi adalah proses mengumpulkan data transaksi, mengolah data transaksi, hingga menghasilkan output yang dapat disebar kepada pihak yang berkaitan

Lebih terperinci

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data

APPENDIX A. Sumber dan Tujuan. Data. Arus Data. Proses Transformasi. Penyimpanan Data L 1 APPENDIX A Berikut ini adalah contoh simbol-simbol standar yang digunakan dalam diagram alir data yaitu : Simbol Nama Penjelasan Sumber dan Tujuan Data Orang dan organisasi yang mengirim data ke dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RS.Immanuel merupakan suatu badan usaha swasta di kota Bandung yang memberikan pelayanan jasa kesehatan terhadap masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh pihak

Lebih terperinci

BAB 3 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 3 METODE PENELITIAN Bab metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai metode dan tahapan yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu perancangan skenario investasi terbaik

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK IGP Raka Arthama, Patdono Soewignjo, Nurhadi Siswanto, Stefanus Eko Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI

USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI USULAN KERANGKA MANAJEMEN RESIKO IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BARU DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS BISNIS PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI Yohanes Suprapto Magister Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Proyek konstruksi merupakan salah satu jenis proyek yang memiliki potensi risiko relatif tinggi akibat uncertain events yaitu peristiwa-peristiwa tidak pasti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. tahap awal, 2. tahap penyusunan dokumen, dan 3. tahap akhir. Diagram

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. tahap awal, 2. tahap penyusunan dokumen, dan 3. tahap akhir. Diagram BAB III METODOLOGI PENELITIAN Langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. tahap awal, 2. tahap penyusunan dokumen, dan 3. tahap akhir. Diagram metodologi penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

Internal Audit Charter

Internal Audit Charter SK No. 004/SK-BMD/ tgl. 26 Januari Pendahuluan Revisi --- 1 Internal Audit Charter Latar Belakang IAC (Internal Audit Charter) atau Piagam Internal Audit adalah sebuah kriteria atau landasan pelaksanaan

Lebih terperinci

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko

Penetapan Konteks Komunikasi dan Konsultasi. Identifikasi Risiko. Analisis Risiko. Evaluasi Risiko. Penanganan Risiko - 11 - LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL A. Proses Manajemen Proses

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN

IMPLEMENTASI MANAJEMEN RISIKO BAGI SPI PTN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BAGI SPI PTN Dalam menghadapi risiko atas Peraturan yang berubahubah dan Peraturan antar Kementerian yang tidak sinkron Disampaikan oleh: Ernadhi Sudarmanto Deputi Kepala BPKP Bidang

Lebih terperinci

Bab III Analisis Lingkungan TI

Bab III Analisis Lingkungan TI 31 Bab III Analisis Lingkungan TI Pada bagian ini akan dibahas sekilas mengenai UNIKOM meliputi visi, misi, tujuan, analisis TI secara umum dan pengendalian TI yang ada di lingkungan UNIKOM saat ini. Selain

Lebih terperinci

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

Bab IV ANALISIS DAN HASIL Bab IV ANALISIS DAN HASIL 4.1 Efektifitas dan Efisiensi Penilaian Kinerja Suatu kinerja dikatakan efektif bila dapat diselesaikan dalam waktu yang tepat atau lebih cepat dari perkiraan target penyelesaian

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN VII SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang semua aktifitas mulai dari tahap awal, tahap visioning, tahap analysis, tahap direction, dan tahap recommendation. Tahap perencanaan STI

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

Sosialisasi Peraturan Gubernur DIY No. 2 Tahun 2018 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi

Sosialisasi Peraturan Gubernur DIY No. 2 Tahun 2018 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Sosialisasi Peraturan Gubernur DIY No. 2 Tahun 2018 tentang Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Bidang Manajemen Informatika Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 1. Pengenalan Dinas Kominfo

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO BERDASARKAN KONSEP RISK MANAGEMENT DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO)

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO BERDASARKAN KONSEP RISK MANAGEMENT DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO) IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO BERDASARKAN KONSEP RISK MANAGEMENT DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA X (PERSERO) Yuanita Farida Anggraini, Patdono Soewignjo, Stefanus Eko Wiratno Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Problem

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Problem BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III dalam Perencanaan Information Technology Management akan membahas semua aktivitas yang dilakukan dari awal kegiatan sampai akhir. Gambar 3. merupakan alur dari

Lebih terperinci

Risk Management Framework. ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM DIAN IS MRTI KELAS A

Risk Management Framework. ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM DIAN IS MRTI KELAS A Risk Management Framework ISO 31000, ERM COSO, dan PMBOK AYU SM 5212100039 DIAN IS 5212100044 MRTI KELAS A Soal 1. What are activities in each process of risk management according to ISO 31000? List all

Lebih terperinci

tidak termasuk pada model penelitian ini (pengaruh faktor lain). yaitu pengaruh signifikan oleh unsur kegiatan pengendalian (X 6 ) sebesar

tidak termasuk pada model penelitian ini (pengaruh faktor lain). yaitu pengaruh signifikan oleh unsur kegiatan pengendalian (X 6 ) sebesar BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bahwa hasil analisis regresi berganda melalui bantuan software SPSS

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Apakah kebutuhan pemakai / end-user (dalam kasus ini divisi penjualan) telah DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENJUALAN DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT Studi Kasus Pada PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT JATENG AI1 : Identify Automated Solutions 1. Apakah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang CV. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi spareparts. Perusahaan ini menghasilkan produk seperti dies, mould,

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS)

Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) Manajemen Resiko Proyek Sistem Informasi Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS) 1. Identifikasi Resiko Karakteristik Resiko Uncertainty : tidak ada resiko yang 100% pasti muncul, sehingga tetap harus

Lebih terperinci

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk Kebijakan ini berlaku sejak mendapatkan persetujuan dari Dewan Komisaris pada bulan Mei 2018. Manajemen risiko merupakan suatu bagian yang esensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan apartemen adalah salah satu pembangunan yang menimbulkan risiko tinggi bagi proyek tersebut maupun lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan pembangunan

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN MITIGASI RESIKO Pada bab ini menjelaskan resiko yang dihadapi dalam mewujudkan suatu

BAB V ANALISIS DAN MITIGASI RESIKO Pada bab ini menjelaskan resiko yang dihadapi dalam mewujudkan suatu BAB V ANALISIS DAN MITIGASI RESIKO Pada bab ini menjelaskan resiko yang dihadapi dalam mewujudkan suatu sasaran strategis untuk merealisasikan visi BBLK Makassar pada kurun waktu periode lima tahun dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD

BAB 3 METODE PENELITIAN PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENGUMPULAN, PENGOLAHAN ANALISA DATA PEMETAAN PROSES ALIRAN IMPOR CKD BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan model House of Risk (HOR) yang merupakan integrasi dari metode Failure Modes and Effects Analysis (FMEA). Diagram alir penelitian ini dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Secara umum, manajemen jaringan adalah layanan yang memanfaatkan berbagai tool, aplikasi, dan device untuk membantu administrator jaringan memonitor dan mengelola jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN I MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 2 /PMK.09/2016 TENT ANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT)

DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) LAMPIRAN 119 120 DAFTAR PERTANYAAN EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT KE-2 (ACQUIRE AND IMPLEMENT) Studi Kasus Pada PT. SURYA RENGO CONTAINERS - DEMAK NAMA RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya mobilitas fasilitas elektronik dan on-line menyebabkan setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya mobilitas fasilitas elektronik dan on-line menyebabkan setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan penggunaan teknologi informasi sekarang ini menuntut fasilitas yang serba elektronik dan on-line. Banyak hal yang ditawarkan dari fasilitas elektronik dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang , 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bebas dan ketat di dunia industri hingga pendidikan, perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (ICT), peningkatan pengetahuan konsumen, dan karyawan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 903/Kep.1541-Keu/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI. Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Sebagaimana individu, perusahaan, dan ekonomi semakin bergantung pada sistem IT dan internet, maka risiko dalam sistem-sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian ini mempunyai direktorat-direktorat yang dapat menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian ini mempunyai direktorat-direktorat yang dapat menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kementrian Komunikasi dan Informatika merupakan Kementrian yang mengatur semua tentang informasi dan komunikasi yang beredar di Indonesia, Kementrian ini mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE Aullya Rachmawati1), Asro Nasiri2) 1,2) Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, teknologi informasi banyak digunakan pada berbagai bidang. Teknologi informasi akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dan Terminologi Proyek (Soeharto, 1999) mendefinisikan kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI

LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI LAMPIRAN V SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

MODEL PENILAIAN RISIKO ASET TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ISO DAN ISO/IEC STUDI KASUS : POLITEKNIK POS INDONESIA (POLTEKPOS)

MODEL PENILAIAN RISIKO ASET TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ISO DAN ISO/IEC STUDI KASUS : POLITEKNIK POS INDONESIA (POLTEKPOS) MODEL PENILAIAN RISIKO ASET TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN ISO 31000 DAN ISO/IEC 27001. STUDI KASUS : POLITEKNIK POS INDONESIA (POLTEKPOS) Roni Habibi 1), Indra Firmansyah 2) 1) Teknik Informatika Politeknik

Lebih terperinci

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan

KUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan KUESIONER EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEMITRAAN PETERNAKAN INTI RAKYAT (PIR) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT DOMAIN KE- (DELIVERY AND SUPPORT): STUDI KASUS PADA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI SEMARANG

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE

REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE REKOMENDASI PENGEMBANGAN IT GOVERNANCE MENGGUNAKAN COBIT ( CONTROL OBJECTIVES FOR INFORMATION AND RELATED TECHNOLOGY ) VERSI 3.0 PADA INSTITUSI PENDIDIKAN Wahyuni Program Studi Sistem Informasi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu

BAB 4 PEMBAHASAN. PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu 73 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Manajemen Risiko Teknologi Informasi PT Triasta Integrasi Teknologi memiliki bisnis utama (core business) yaitu pengerjaan proyek-proyek teknologi informasi dari perusahaan lain.

Lebih terperinci

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN SENDIRI PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan sistem informasi manajemen telah menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup signifikan dalam pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen

Lebih terperinci

Manajemen Resiko Enterprise

Manajemen Resiko Enterprise Manajemen Resiko Enterprise Rosa Ariani Sukamto 23507024 IS-7075 Manajemen Resiko Abstrak Resiko dari segi finasial dan operasional selalu dihadapi oleh semua perusahaan tanpa terkecuali. Oleh karena itu

Lebih terperinci

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Kebijakan Manajemen Risiko PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri BUMN No.1/M-MBU/2011 tanggal 1 November 2011, manajemen risiko merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penerapan Good Corporate Governance. Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN MODEL

BAB V HASIL RANCANGAN MODEL BAB V HASIL RANCANGAN MODEL V.1 Hasil Rancangan Model IT Governance SI Hasil rancangan model IT Governance seperti pada gambar IV.1 secara umum dapat diterapkan pada pperusahaan. Untuk lebih jelasnya lihat

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan adalah sekumpulan kegiatan yang dilaksanakan untuk merancang, membuat, memasarkan, mengantarkan, dan mendukung produknya dimana setiap kegiatan dapat

Lebih terperinci

Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA

Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA Penerapan ISO 27001:2013 Sistem Manajemen Keamanan Informasi DCN & DCO GSIT BCA 5 Desember 2017 Agenda Overview ISO 27001:2013 Latar Belakang Penerapan SMKI Penerapan & Strategi Implementasi SMKI Manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penerapan Teknologi Informasi (IT) menjadi sebuah kebutuhan bagi perusahaan, dikarenakan saat ini IT merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dari suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH

3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3 BAB III PERUMUSAN MASALAH 3.1 Alasan Pemilihan Masalah Untuk Dipecahkan 3.1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menuntut adanya kesiapan setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas layanan dan

Lebih terperinci

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut: 1. Perjanjian Perjanjian ini dibuat pada tanggal ditandatangani, antara pihak (1) LS ICSM Indonesia sebagai lembaga sertifikasi, beralamat di Jalan Raya Lenteng Agung No. 11B, Jakarta Selatan 12610 dan

Lebih terperinci

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN

Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Chapter 10 PENGENDALIAN INTEGRITAS PEMROSESAN DAN KETERSEDIAAN Integritas Pemrosesan A. Pengendalian Input Adanya pengendalian input adalah hal yang penting karena apabila input yang masuk tidak akurat,

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BPJS KETENAGAKERJAAN Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan Gedung Jamsostek Jl. Jend. Gatot Subroto No. 79 Jakarta Selatan 12930 T (021) 520 7797 F (021) 520 2310 www.bpjsketenagakerjaan.go.id

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia

Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia Bab IV Usulan Model Pengelolaan Teknologi Informasi PT. Surveyor Indonesia IV.1 Rekomendasi Untuk Mengatasi Gap Kematangan Proses TI Rekomendasi untuk mengatasi perbedaan (gap) tingkat kematangan merupakan

Lebih terperinci

Naila Farhana, 2 Sri Widaningrum, 3 Heriyono Lalu 1, 2, 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Naila Farhana, 2 Sri Widaningrum, 3 Heriyono Lalu 1, 2, 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University PERANCANGAN SOP MANAGEMENT REVIEW BERDASARKAN INTEGRASI ISO 900:05 (KLAUSUL 9.) DAN ISO 00:05 (KLAUSUL 9.) DENGAN MEMPERTIMBANGKAN RISIKO MENGGUNAKAN METODE BENCHMARK DI CV XYZ Naila Farhana, Sri Widaningrum,

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR

EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN INFORMASI (KAMI) PADA KANTOR WILAYAH DITJEN PERBENDAHARAAN NEGARA JAWA TIMUR EVALUASI MANAJEMEN KEAMANAN INFORMASI MENGGUNAKAN INDEKS KEAMANAN

Lebih terperinci

Standar Internasional ISO 27001

Standar Internasional ISO 27001 Standar Internasional ISO 27001 ISO 27001 merupakan standar internasional keamanan informasi yang memuat persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi dalam usaha menggunakan konsepkonsep keamanan informasi

Lebih terperinci

ARINA ALFI FAUZIA

ARINA ALFI FAUZIA ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendahuluan. Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun 47 BAB III METODOLOGI 3.1 Pendahuluan Dalam penyusunan Startaegic Planning, diperlukan acuan untuk menuntun perencanaan Strategic Planning tahap demi tahap. Metodologi yang digunakan pada tesis ini merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG

ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG ANALISIS RISIKO & EVALUASI AKTIVITAS PENGENDALIAN TERPASANG PENILAIAN RISIKO SIKLUS PENYELENGGARAAN SPIP Statement of Resposibility Penilaian Risiko 4 UNSUR SPIP (PP 60/ 2008) Penilaian Risiko Suatu organisasi

Lebih terperinci

Shifa Khairunnisa, 2 Sri Widaningrum, 3 Heriyono Lalu 1, 2, 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Shifa Khairunnisa, 2 Sri Widaningrum, 3 Heriyono Lalu 1, 2, 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University PERANCANGAN SOP AUDIT INTERNAL BERDASARKAN INTEGRASI ISO 900:205 (KLAUSUL 9.2) DAN ISO 400:205 (KLAUSUL 9.2) DENGAN MEMPERTIMBANGKAN RISIKO MENGGUNAKAN METODE BENCHMARK DI CV XYZ Shifa Khairunnisa, 2 Sri

Lebih terperinci