DAMPAK KEBIJAKAN ECOLABEL UNI EROPA TERHADAP EKSPOR FURNITUR INDONESIA DI PASAR UNI EROPA DWIKI PENI ABIMANYU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK KEBIJAKAN ECOLABEL UNI EROPA TERHADAP EKSPOR FURNITUR INDONESIA DI PASAR UNI EROPA DWIKI PENI ABIMANYU"

Transkripsi

1 DAMPAK KEBIJAKAN ECOLABEL UNI EROPA TERHADAP EKSPOR FURNITUR INDONESIA DI PASAR UNI EROPA DWIKI PENI ABIMANYU DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap Ekspor Furnitur Indonesia di Pasar Uni Eropa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Dwiki Peni Abimanyu NIM H

4 ABSTRAK DWIKI PENI ABIMANYU. Dampak Kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap Ekspor Furnitur Indonesia di Pasar Uni Eropa. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI Produk furnitur merupakan salah satu komoditas ekspor non-migas utama bersama dengan kelapa sawit, garmen, dan karet. Sebagai salah satu pangsa pasar ekspor furnitur kayu Indonesia terbesar kedua setelah Amerika Serikat, Uni Eropa dinilai turut mampu memengaruhi kondisi ekspor furnitur kayu Indonesia. Penelitian ini bertujan untuk menganalisis dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur Indonesia di pasar Uni Eropa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Revealed Comparative Advantage, Export Products Dynamics dan metode data panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi daya saing ekspor furnitur kayu Indonesia cenderung mengalami penurunan dengan posisi daya saing lost opportunities. Secara signifikan, faktor-faktor yang memengaruhi nilai ekspor furnitur kayu diantaranya adalah GDP riil negara tujuan, nilai tukar Rupiah riil, Indeks Harga Konsumen Indonesia, dan dummy kebijakan Ecolabel. Sedangkan jarak ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ekspor furnitur. Kebijakan Ecolabel berpengaruh positif terhadap nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. Kata kunci : data panel, Ecolabel, EPD, furnitur, RCA ABSTRACT DWIKI PENI ABIMANYU. The Impact of European Union s Ecolabel Policy Towards Indonesia s Furniture Export in European Union Market. Supervised by RINA OKTAVIANI The furniture product is one of the main non-petroleum export commodities along with palm oil, garments, and rubber. As one of the biggest market share of Indonesian wood furniture exports after United States, European Union is considered capable to affect Indonesia s wooden furniture export. This research aim is to analize the effect of European Union s Ecolabel policy towards Indonesia s wooden furniture export in European Union market. This research use Revealed Comparative Advantage, Export Products Dynamics and panel data methods. Results of the research show that the condition of Indonesia s wooden furniture competitiveness tends to decrease in the competitive position called lost opportunities. Significantly, those factors that affected the value of Indonesia s wooden furniture export are real GDP of destined country, the value of Rupiah s real exchange rate, Indonesia s Consumer Price Index, and the Ecolabel dummy. The economic distance doesn t significantly affect the furniture export. With the positive effects of Ecolabel policy towards Indonesia s wooden furniture export Keywords : Ecolabel, EPD, furniture, panel data, RCA

5 DAMPAK KEBIJAKAN ECOLABEL UNI EROPA TERHADAP EKSPOR FURNITUR INDONESIA DI PASAR UNI EROPA DWIKI PENI ABIMANYU Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari sampai Juni 2014 ini ialah Dampak Kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap Ekspor Furnitur Indonesia di Pasar Uni Eropa. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, antara lain kepada: 1. Orang tua penulis (Agung Nugroho dan Endah Soelistyo) serta kakak dan adik tersayang (Wisnu Herjuno dan Alita Dantrie) atas doa, motivasi, dan dukungan moril maupun materiil kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan, dan motivasi selama proses penyelesaian skripsi ini. 3. Dr Alla Asmara, S.Pt M.Si. selaku dosen penguji utama yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. 4. Ibu Widyastutik, S.E M.Si. Selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan saran terkait dengan tata bahasa dan penulisan skripsi ini. 5. Para dosen, staff, dan seluruh civitas Departemen Ilmu Ekonomi FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis selama menjalani studi. 6. Teman-Teman satu bimbingan Nicco Andrian, Ramdhani Budiman, Azmal Gusni Berliansyah, dan Silvia Sari atas kerjasama, motivasi dan doa selama proses penyelesaian skripsi. 7. Sahabat-sahabat penulis di Ilmu Ekonomi 47 (Dwi Laksono, Gialdy, Fazri, Alfin, Erlangga, Putri, Cika, Uke, Tika, Heni, Arti, Dian, Fida, dan Amel) atas kebersamaan, semangat, bantuan dan motivasi selama menjalankan studi. 8. Wita Hafshanah yang selalu membantu, memberi motivasi dan doa kepada penulis dimanapun berada. 9. Teman-teman Alumni SMA Negeri 1 angkatan 2010 khususnya kelas IPA 8 atas kebersamaan dan dukungan kepada penulis. 10. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Dwiki Peni Abimanyu

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 Hipotesis Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Landasan Teori 7 Penelitian Terdahulu 10 Kerangka Pemikiran 11 METODE PENELITIAN 14 Jenis dan Sumber Data 14 Metode Analisis dan Pengolahan Data 14 Metode Reavealed Comparative Advantage (RCA) 14 Metode Export Products Dynamics (EPD) 15 Metode Data Panel 17 HASIL DAN PEMBAHASAN 22 Kinerja Perdagangan Furnitur Kayu 22 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ekspor Furnitur Kayu 24 Dampak Kebijakan Ecolabel Uni Eropa 27 SIMPULAN DAN SARAN 28 Simpulan 28 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 36

10 DAFTAR TABEL 1 Pertumbuhan ekspor furnitur kayu Indonesia dan China di pasar Uni Eropa (persen) 5 2 Sumber data yang digunakan 14 3 Matriks posisi daya saing dalam metode EPD 15 4 Kerangka identifikasi autokorelasi 21 5 Hasil estimasi EPD furnitur kayu Indonesia dan negara-negara pesaing di pasar Uni Eropa periode tahun Hasil estimasi gravity model nilai ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa dengan metode fixed effect 25 DAFTAR GAMBAR 1 Nilai ekspor negara-negara eksportir utama komoditas furnitur kayu tahun Nilai ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar internasional periode tahun Nilai ekspor dan impor furnitur kayu Uni Eropa periode tahun Kerangka pemikiran 13 5 Kekuatan bisnis dan daya tarik pasar dalam metode EPD 16 6 Nilai ekspor dan impor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa periode tahun Nilai RCA furnitur kayu Indonesia dan negara-negara pesaing di pasar Uni Eropa periode tahun DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil pengujian dengan metode PLS (Pooled Least Square) 32 2 Hasil pengujian dengan metode FEM (Fixed Effect Model) 33 3 Hasil pengujian Chow Test 34 4 Hasil uji korelasi untuk pengujian asumsi klasik multikolinearitas 35 5 Hasil uji normalitas 35

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Furnitur merupakan bagian dari komoditas kayu dan produk berbasis kayu, yang diklasifikasikan sesusai dengan tingkat pemrosesan atau nilai tambah dalam industri. Selama dua dekade terakhir, furnitur mengalami perkembangan yang pesat dalam perdagangan internasional, berkurangnya hambatan perdagangan serta berkembangnya inovasi dalam pengiriman barang menjadi salah satu faktor pendukung hal ini. Selain itu keterbukaan perdagangan furnitur yang semakin meningkat menyebabkan perdagangan furnitur berkembang lebih cepat dibandingkan produksi furnitur dan perdagangan manufaktur di pasar internasional (Han et al. 2009). Ribu USD 18,000,000 16,000,000 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 Negara Sumber : UN COMTRADE, diolah (2014) Gambar 1 Nilai ekspor komoditas furnitur oleh negara eksportir utama tahun 2012 Dalam perdagangan internasional, negara pengekspor tertinggi adalah negara China dengan pangsa pasar di dunia mencapai persen pada tahun China memiliki produktivitas industri kayu yang tinggi jika dibandingkan negara-negara eksportir furnitur kayu lainnya, ini membuat china menjadi negara eksportir furnitur kayu terbesar di dunia. Selain China masih terdapat negaranegara eksportir utama furnitur kayu lainnya seperti Italia, Jerman, Vietnam, Polandia, dan Amerika Serikat. Akan tetapi negara-negara eksportir furnitur di Eropa berbeda dengan negara-negara eksportir lainnya, negara-negara di Eropa tersebut merupakan eksportir furnitur kayu namun bukan penghasil ataupun eksportir utama kayu mentah. Sehingga tingginya ekspor furnitur kayu di negaranegara Eropa disebabkan oleh teknologi serta nilai tambah yang tinggi (UN COMTRADE 2014). Beberapa negara di Asia Tenggara merupakan negara penghasil serta negara eksportir utama kayu, sehingga memungkinkan untuk negara-negara tersebut menjadi eksportir utama pada komoditas furnitur kayu. Vietnam, Malaysia, dan Indonesia adalah negara-negara Asia Tenggara yang menjadi

12 2 eksportir utama komoditas furnitur kayu. Vietnam menjadi eksportir furnitur kayu terbesar di Asia Tenggara dengan ekspor mencapai 3.4 Milyar Dollar AS pada tahun Nilai pertumbuhannya pun selama lima tahun terakhir vietnam mencapai rata-rata 18.3 persen tiap tahunnya. Berbeda dengan Indonesia, sejak tahun 2009 hingga tahun 2011 ekspor furnitur kayu Indonesia terus mengalami penurunan walaupun pada tahun 2012 ekspor furnitur kayu Indonesia telah mengalami peningkatan. Sehingga diperlukan strategi serta kebijakan yang baik agar ekspor furnitur kayu Indonesia terus mengalami peningkatan di masa yang akan datang (UN COMTRADE 2014). Ribu USD 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , , Tahun Sumber : UN COMTRADE, diolah (2014) Gambar 2 Nilai ekspor komoditas furnitur kayu Indonesia di pasar internasional periode tahun Data UN COMTRADE (2014) menyebutkan, selama satu dekade terakhir kondisi ekspor furnitur kayu Indonesia mengalami fluktuasi. Selama tahun 2003 hingga tahun 2008 ekspor furnitur kayu Indonesia terus mengalami pengingkatan dengan puncaknya pada tahun 2008 Indonesia mengekspor furnitur kayu sebesar 1.3 Milyar Dollar AS. Penurunan terjadi pada tahun 2009 dan tahun Krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 dinilai memicu terjadinya penurunan ekspor furnitur Indonesia, walaupun pada tahun 2008 meningkat namun dampaknya baru dirasakan pada tahun 2009 dimana total ekspor furnitur dunia pun mengalami penurunan. Lalu krisis hutang yang melanda Eropa pada tahun 2011 lalu turut memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia hingga turun menjadi 1,1 Milyar Dollar AS. Uni Eropa merupakan importir furnitur kayu yang relatif besar dan terus tumbuh, khususnya untuk furnitur besar seperti furnitur untuk kantor, dapur dan kamar tidur. Terlihat pada penetrasi furnitur kayu China di pasar Uni Eropa yang tumbuh mencapai total 60 persen dari semua jenis furnitur. Untuk furnitur kayu, Indonesia hanya memiliki 10 persen dari semua impor furnitur kayu Uni Eropa. Meskipun demikian, jenis furnitur kayu yang dipasok Indonesia ke pasar Uni Eropa lebih mengutamakan kepada figur-figur kecil serta potongan-potongan kayu dibandingkan dengan jenis furnitur besar seperti untuk kantor dapur dan kamar tidur, dimana Indonesia memiliki pangsa pasar yang hanya sebesar empat persen. Penyebabnya adalah Indonesia kurang terorganisir dan eksportir hanya

13 berskala kecil. Indonesia merasa lebih mudah untuk mengirim menggunakan kontainer-kontainer individu ke Uni Eropa daripada mengirim menggunakan ukuran yang lebih besar yang memerlukan sertifikasi terakreditasi untuk sumber dari bahan baku furnitur, penggunaan tenaga kerja, standar keamanan, kecelakaan kerja, dan hukum pekerja anak (Lord et al. 2010). 3 35,000,000 30,000,000 25,000,000 Ribu USD 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 Nilai ekspor Nilai impor Tahun Sumber : UN COMTRADE, diolah (2014) Gambar 3 Nilai ekspor dan impor furnitur kayu Uni Eropa periode tahun Selain sebagai kawasan pengimpor furnitur kayu yang berskala relatif besar, negara-negara di kawasan Uni Eropa pun memiliki peran sebagai eksportir. Terlihat pada data, ekspor furnitur kayu di Uni Eropa selalu lebih besar dibandingkan impornya yang artinya neraca perdagangan furnitur kayu Uni Eropa selalu surplus selama satu dekade terakhir. Pada periode 2001 hingga 2012 baik impor dan ekspor furnitur kayu di kawasan Uni Eropa mengalami fluktuasi, krisis yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 dinilai memiliki peran terhadap penurunan ekspor dan impor furnitur kayu Uni Eropa pada tahun Walaupun kemudian di tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan pada ekspor dan impornya, di tahun 2012 ekspor dan impor furnitur kayu Uni Eropa kembali mengalami penurunan. Melihat kondisi tersebut Indonesia sebaiknya mampu memanfaatkan hal ini agar dapat meningkatkan ekspor furnitur kayu di kawasan Uni Eropa (UN COMTRADE 2014). Dalam perkembangannya, perdagangan internasional tidak luput dari pengaruh berbagai faktor yang salah satunya adalah liberalisasi perdagangan. Liberalisasi perdagangan membuat tarif yang dikenakan pada komoditaskomoditas tertentu menjadi sangat rendah, atau bahkan tidak ada sama sekali. Pada hasil penelitian Ju et al. (2009), untuk kasus negara berkembang liberalisasi dinilai mampu menstimulasi ekspor dan impor suatu negara. Sehingga baik negara eksportir maupun importir, harus menyiasati liberalisasi perdagangan ini agar perdagangan yang dilakukan tetap stabil. Di kawasan Uni Eropa liberalisasi perdagangan diberlakukan kepada negara-negara yang termasuk ke dalam sistem GSP (Generalized System Preferences) Uni Eropa. Dimana pada sistem ini untuk negara-negara yang

14 4 terdaftar harus diberikan tarif dengan rata-rata maksimal sebesar dua persen. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk ke dalam sistem ini, maka seharusnya hal ini dapat menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia sebagi eksportir. Penurunan atau penghilangan tarif yang terjadi akibat liberalisasi perdagangan memunculkan kebijakan-kebijakan baru yang dinilai mampu meningkatkan hambatan perdagangan, kebijakan-kebijakan ini kemudian disebut juga dengan kebijakan hambatan non-tarif. Kawasan Uni Eropa mengadaptasi kebijakan hambatan non-tarif tersebut ke dalam beberapa jenis kebijakan. Jenisjenis kebijakan itu antara lain adalah dengan menggunakan lisensi dan kuota, prasyarat teknis, European Standards Organizations (ESO), akreditasi dan konfirmasi negara anggota, restriksi bahan kimia di bawah REACH, Sanitary and Phytosanitary (SPS) (Lord et al. 2010). Untuk komoditas furnitur kayu kawasan Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan perdagangan khususnya hambatan perdagangan. Untuk hambatan tarif kawasan Uni Eropa menerapkan tarif furnitur kayu untuk negara-negara GSP dengan rata-rata maksimal tarif sebesar 2.2 persen, dan untuk Indonesia tarif furnitur kayu dikenakan dengan rata-rata sebesar 0.2 persen. Selain tarif, Uni Eropa juga memberi kebijakan terkait dengan furnitur kayu, yaitu dengan peraturan Ecolabel Uni Eropa untuk furnitur kayu. Kebijakan Ecolabel ini diresmikan sejak November Dengan adanya kebijakan ini, produk furnitur kayu dengan dampak lingkungan yang rendah akan diberikan tanda berupa logo bunga, tujuannya adalah untuk mempromosikan produk-produk yang memberikan kontribusi terhadap perbaikan lingkungan. Partisipasi dalam kebijakan Ecolabel ini saat ini masih bersifat sukarela, artinya untuk produk yang tidak memiliki logo bunga masih dapat memasuki pasar Uni Eropa. Walaupun demikian, adanya kebijakan Ecolabel ini sangat memengaruhi permintaan furnitur kayu di pasar Uni Eropa (EC 2010). Di pasar Uni Eropa, Indonesia termasuk ke dalam salah satu negara GSP yang mana akan lebih menguntungkan Indonesia karena tingkat tarif yang diberikan sangat rendah. Namun kebijakan-kebijakan perdagangan baru dikeluarkan oleh Uni Eropa untuk melindungi pasar, produsen, dan konsumen mereka yang salah satunya adalah kebijakan Ecolabel. Adanya kebijakan Ecolabel ini yang kemudian menjadi tantangan baru baik bagi produsen maupun eksportir furnitur kayu dalam memasok produknya ke pasar Uni Eropa. Sehingga dibutuhkan analisis terkait dengan dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. Perumusan Masalah Produk furnitur merupakan salah satu komoditas ekspor non-migas utama bersama dengan kelapa sawit, garmen, dan karet. Berdasarkan data UN COMTRADE, pada tahun 2012 nilai ekspor furnitur telah mencapai 1.15 Milyar Dollar AS, dengan sumbangan terhadap total ekspor sebesar 0.6 persen dan terhadap GDP mencapai 0.13 persen. Sekitar 75 persen dari ekspor furnitur Indonesia merupakan furnitur berbahan dasar kayu. Jenis furnitur ini merupakan jenis yang paling banyak diproduksi dan yang paling banyak diimpor oleh negaranegara Uni Eropa serta Amerika Serikat. Penyerapan tenaga kerja yang besar,

15 teknologi yang relatif dikuasai, potensi nilai tambah yang tinggi, serta berbahan baku dari sumber yang dapat diperbarui (hutan) membuat produk furnitur kayu menjadi hal yang penting bagi Indonesia (Purnomo et al. 2011). Ekspor Furnitur kayu Indonesia didominasi oleh tiga pasar utama yaitu pasar Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Pada tahun 2012, ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa mencapai 23.5 persen, ini merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah Amerika Serikat (35.5 persen) (UN COMTRADE 2014). Walaupun pangsa pasar Uni Eropa tidak sebesar Amerika Serikat, perubahan yang terjadi pada pasar Uni Eropa akan sangat memengaruhi kondisi ekspor furnitur Indonesia. Jika pemerintah ingin tetap menstabilkan serta meningkatkan ekspor furnitur di pasar Uni Eropa maka dibutuhkan kebijakan yang tepat terkait pasar furnitur kayu di Uni Eropa ini. Tabel 1 Pertumbuhan ekspor furnitur kayu Indonesia dan China di pasar Uni Eropa (persen) Negara Tahun Indonesia China Sumber : UN COMTRADE, diolah (2014) Di kawasan Uni Eropa, China menjadi negara pengekspor furnitur kayu terbesar, dimana pada tahun 2012 pangsa pasar China mencapai sekitar 15 persen. Begitu pula pada kondisi ekspornya selama periode tahun 2006 sampai 2012 terakhir nilai ekspor furnitur kayu China selalu mengalami pertumbuhan. Berbeda jika dibandingkan dengan ekspor furnitur kayu Indonesia yang mengalami fluktuasi (UN COMTRADE 2014). Pertumbuhan pesat yang dilakukan oleh China merupakan refleksi dari rendahnya upah buruh, akses bahan baku yang mudah, serta nilai tukar yang relatif cukup baik (Lord et al. 2010). Hal ini terlihat ketika terjadi krisis di Amerika Serikat periode 2007 hingga 2009, ketika itu Indonesia mengalami penurunan ekspor furnitur kayu, namun ekspor China pada saat itu sama sekali tidak menurun. Begitu pula ketika terjadi krisis hutang di Eropa pada tahun 2011 dimana ekspor furnitur kayu Indonesia menurun akan tetapi China tidak. Berdasarkan hal ini maka sebaiknya kebijakan pemerintah Indonesia lebih mengacu kepada negara China agar ekspor furnitur kayu Indonesia tetap bisa bersaing di pasar Uni Eropa. Terlepas dari kondisi krisis, perdagangan antar negara tidak luput dari pengaruh kebijakan perdagangan yang dilakukan oleh kedua negara terkait. Kawasan Uni Eropa menerapkan berbagai kebijakan perdagangan yang salah satunya merupakan kebijakan hambatan non-tarif. Untuk komoditas furnitur kayu Uni Eropa menerapkan kebijakan Ecolabel, dimana bagi para eksportir furnitur dianjurkan agar melakukan sertifikasi terkait produknya. Dengan tujuan mempromosikan produk-produk yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Tingginya tingkat kesadaran lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat Uni Eropa membuat kebijakan Ecolabel ini dinilai memengaruhi kondisi permintaan serta perdagangan furnitur kayu. Oleh karena itu diperlukan analisis terkait masalah ini. 5

16 6 Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan sebelumnya maka rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kinerja perdagangan furnitur kayu Indonesia di Pasar Uni Eropa? 2. Apa faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia di Pasar Uni Eropa? 3. Bagaimana dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui kinerja perdagangan furnitur kayu Indonesia di Pasar Uni Eropa. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. 3. Menganalisis pengaruh kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap Ekspor furnitur kayu Indonesia. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis tetapi juga bagi pemerintah Indonesia dan instansi yang terkait dalam perdagangan. Manfaat yang diharapkan antara lain : 1. Sebagai tambahan informasi, masukan, dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan terkait ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. 2. Bagi peneliti-peneliti lainnya dapat menjadi bahan rujukan dan pertimbangan atau perbandingan dalam penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengkaji mengenai dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. Negara Uni Eropa yang diteliti merupakan 27 negara anggota Uni Eropa. Dengan komoditas furnitur kayu yang merupakan gabungan dari komoditas HS (Office Furniture, Wooden, nes), HS (Kitchen Furniture, Wooden, nes), HS (Bedroom Furniture, Wooden, nes), HS (Furniture, Wooden, nes), HS (Furniture of other materials,including Cane, Osier, Bamboo/similar materials), HS (Furniture Parts nes), untuk periode diatas tahun 2007 ditambahkan HS (Furniture of Bamboo and Rattans), dan HS (Furniture of Cane, Osier, or similar materials). Periode penelitian dilakukan antara tahun 2006 hingga tahun Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini, berdasarkan penelitian terdahulu serta didukung teoriteori yang ada dapat dilakukan hipotesis sementara terhadap faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia yang diantaranya adalah:

17 1. GDP riil negara tujuan ekspor (importir) memiliki hubungan yang positif terhadap nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. GDP riil negara tujuan menunjukkan tingkat daya beli masyarakat, sehingga ketika daya beli masyarakat meningkat maka permintaan terhadap suatu produk pun ikut meningkat. 2. Nilai tukar riil Rupiah terhadap mata uang negara tujuan memiliki hubungan yang positif terhadap nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. Peningkatan nilai Rupiah terhadap mata uang negara tujuan (depresiasi) membuat harga produk furnitur kayu Indonesia menjadi rendah, sehingga ketika nilai Rupiah meningkat (depresiasi) maka akan meningkatkan nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. 3. Indeks Harga Konsumen Indonesia memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. Indeks Harga Konsumen Indonesia menunjukkan tingkat harga produk secara keseluruhan di Indonesia, sehingga ketika Indeks Harga Konsumen meningkat maka akan menurunkan nilai ekspor furnitur kayu Indonesia. 4. Jarak ekonomi memiliki hubungan yang negatif terhadap nilai ekspor furnitur Indonesia. Semakin besar jarak ekonomi antar kedua negara maka biaya transportasi yang dibutuhkan pun semakin besar. 5. Dummy pemberlakuan Ecolabel akan membuat nilai ekspor furnitur Indonesia menjadi lebih rendah. Pemberlakuan kebijakan Ecolabel pada produk furnitur kayu dinilai sebagai salah satu bentuk hambatan non-tarif sehingga dapat menjadikan nilai ekspor furnitur kayu Indonesia rendah di pasar Uni Eropa. TINJAUAN PUSTAKA 7 Landasan Teori Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional yang tercermin dari kegiatan ekspor dan impor suatu negara menjadi salah satu komponen dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Peningkatan ekspor bersih suatu negara menjadi faktor utama untuk meningkatkan PDB suatu negara (Oktaviani et al. 2009). Pada dasarnya perdagangan internasional bisa terjadi akibat adanya keterbatasan serta ketidakseimbangan distribusi sumberdaya yang membatasi suatu negara untuk memproduksi berbagai macam produk yang masyarakat inginkan. Setiap negara di dunia memiliki berbagai tipe dan jumlan lahan, tenaga kerja, dan modal yang berbeda. Sebagian sumberdaya ini dapat ditentukan oleh alam namun sebagian lagi tidak demikian, sejarah serta budaya suatu negara dapat mempengaruhi kondisi sumberdaya-sumberdaya tersebut. Perbedaan sumberdaya ini merefleksikan kepada perbedaan tingkat kapasitas produksi di setiap negara.

18 8 Maka untuk memenuhi permintaan masyarakat di suatu negara dibutuhkan perdagangan antar negara (O Sullivan dan Sheffrin 2007). Adanya perdagangan internasional membuat produksi barang dan jasa di dunia menjadi semakin efisien, sebab setiap negara melakukan spesialisasi dalam produksi komoditas yang memiliki keunggulan komparatif di negara tersebut. Lalu menukarkan sebagian outputnya dengan negara lain untuk memperoleh komoditas yang memiliki kerugian komparatif. Dengan demikian, kedua negara akan mengkonsumsi kedua komoditas tersebut dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan ketika kedua negara tersebut belum melakukan perdagangan antar negara (Salvatore 1996). Teori Hambatan Perdagangan Non-Tarif Kebijakan non-tarif sering dilakukan oleh berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkambang untuk menghambat masuknya barang impor dengan berbagai alasan, baik ekonomi maupun non ekonomi (Oktaviani et al. 2009). Bentuk-bentuk hambatan ini dapat berupa kuota impor, pembatasan ekspor secara sukarela dan tindakan-tindakan anti-dumping. Ketika tingkat tarif di berbagai negara diturunkan secara berarti melalui serangkaian negosiasi perdagangan multilateral, jumlah dan peranan berbagai bentuk hambatan perdagangan non-tarif tersebut justru melonjak. Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan perdagangan atau bentuk proteksi yang paling sederhana. Namun dalam praktek perdagangan dunia di era modern ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan internasional dengan menggunakan instrumen-instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks, baik itu untuk menyembunyikan motif proteksi atau hanya sekedar mengecoh negara-negara lain (Salvatore 1996). Kelancaran perdagangan antarnegara juga dapat dipersulit oleh berbagai bentuk peraturan teknis, standar kesehatan yang kaku, prosedur administratif yang terkadang mengada-ada, dan ketentuan lainnya. Salah satu bentuk peraturan tersebut dapat berupa persyaratan labeling dimana mengharuskan produsen menyebutkan asal dan kandungan dari produknya. Meskipun peraturan ini memiliki tujuan yang jelas dan dapat diterima, kebanyakan dari peraturanperaturan ini hanya merupakan kedok untuk membatasi arus impor (Salvatore 1996). Kebijakan Ecolabel awalnya muncul sebagai upaya untuk melindungi lingkungan dan mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan dengan memanfaatkan kekuatan pasar. Namun dari perspektif perdagangan kebijakan Ecolabel justru memunculkan masalah baru. Ecolabel dianggap memiliki potensi untuk menciptakan hambatan perdagangan dan disalahgunakan oleh badan-badan pemerintah untuk tujuan proteksionis. Masalah ini kemudian dibahas secara luas oleh WTO Committee on Trade and Environment (CTE) dan Committe on Technical Barriers to Trade (CTBT) (CIEL 2005). Pengaruh kebijakan Ecolabel dalam perdagangan dapat ilustrasikan sebagai bentuk diferensiasi produk. Berhasilnya kebijakan ini membuat produk berlabel akan menjadi produk bernilai tinggi (premium) di pasar, hal ini yang kemudian dapat menjadikan produsen sebagai insentif untuk beralih agar melakukan produksinya secara ramah lingkungan. Indikator keberhasilan dari kebijakan ini

19 adalah label bersifat kredibel dan ada konsumen yang mau membayar premi pada produk yang ramah lingkungan (Verbruggen et al. 1995). Konsep Gravity Model Sebagaimana sering dicatat, persamaan gravity yang digunakan untuk menggambarkan arus perdagangan ini pertama kali muncul dalam literatur empiris tanpa upaya yang serius dalam penilaiannya secara teoritis. Tinbergen (1962) dan Poyhonen (1963) melakukan studi ekonometrik pertama terkait perdagangan arus yang didasarkan pada persamaan gravity, di mana mereka hanya memberikan penilaian secara intuitif. Keduanya mengembangkan persamaan pertama tentang gravity model melalui spesifikasi terhadap total ekspor sebagai fungsi dari GDP dan jarak diantara negara yang melakukan perdagangan (Deardorff 1998). Berdasarkan konsep gravity model ini, nilai ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masingmasing negara, dan jarak antar negara. Secara matematis model ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 9 Dimana : X ij = b 0 +b 1 Y j +b 2 Pop j +b 3 D ij +e ij Xij = Ekspor komoditas yang diperdagangkan dari negara i ke negara j (USD) Yj = Gross Domestic Product (GDP) negara j (USD) Popj = Populasi negara j (Jiwa) Dij = Jarak dari negara i ke negara j (Km) Dalam gravity model, jarak menjadi variabel yang utama. Jarak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jarak ekonomi. Yang mana jarak ekonomi ini merupakan jarak geografis antar ibukota Indonesia dengan ibukota negara tujuan dikalikan dengan share GDP negara j terhadap total GDPnya. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : GDP Negara j Jarak Ekonomi = Jarak Geografis X n 1 GDP Negara j Penggunaan jarak ekonomi disebabkan oleh jarak geografis antar ibukota negara yang tidak berubah (konstan). Sehingga jarak geografis tidak dapat digunakan sebagai untuk melihat faktornya terhadap ekspor, akan tetapi dapat dilihat melalui share GDP-nya yang menunjukkan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi disuatu negara (Li et al. 2011). Gross Domestic Product (GDP) Gross Domestic Product (GDP) merupakan indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur total nilai barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian di suata negara. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk melihat GDP yaitu, dengan melihat GDP sebagai pendapatan total dari setiap orang di dalam perekonomian. Dengan cara lainya yaitu dengan melihat GDP sebagai pengeluaran total atas output barang dan jasa perekonomian (Mankiw 2007). Berikut ini persamaan matematis pembentuk GDP

20 10 GDP = C + I + G +NX Dimana : GDP = Jumlah pendapatan nasional C = Konsumsi rumah tangga I = Investasi G = Pembelian pemerintah NX = Ekspor netto Menurut Kalbassi (2001) dalam Yuniarti (2007), GDP dari negara eksportir digunakan untuk mengukur kapasitas produksi di negara tersebut, sementara GDP negara tujuan ekspor digunakan untuk mengukur kapasitas absorbsi. Maka, variabel GDP riil negara tujuan diperkirakan memiliki hubungan yang positif terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia. Nilai Tukar Nilai tukar atau kurs antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para pakar ekonomi membedakan nilai tukar menjadi dua, nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Pada pemodelan gravity model penelitian ini, nilai tukar yang digunakan adalah nilai tukar riil yang merupakan hasil koreksi nilai tukar nominal menggunakan harga relatif (Mankiw 2007). Secara matematis perhitungan nilai tukar riil ini dituliskan sebagai berikut : Nilai Tukar Riil=Nilai Tukar Nominal IHK Domestik IHK Negara Tujuan Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang negara tujuan terhadap Rupiah, atau terdepresiasinya Rupiah terhadap mata uang negara tujuan membuat harga suatu produk dalam negeri menjadi relatif lebih murah. Hal ini yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan ekspor ke negara tujuan ekspor, karena negara tujuan hanya membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) merupakan ukuran mengenai tingkat harga dari sekelompok barang dan jasa tertentu yang dibeli oleh konsumen. Indeks Harga Konsumen mengubah harga berbagai barang dan jasa yang dibeli konsumen mejadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga (Mankiw 2007). Indeks ini mampu mencerminkan kondisi daya beli masyarakat. Meningkatnya IHK menunjukkan bahwa tingkat daya beli masyarakat pun mengalami peningkatan dan begitu pula sebaliknya. Penelitian Terdahulu Erika (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi ekspor meubel kayu Indonesia ke Amerika Serikat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan data tahunan dari tahun 1993 hingga tahun Dari hasil olahan

21 data OLS faktor yang berpengaruh nyata adalah harga ekspor meubel kayu, harga meubel kayu di Amerika Serikat, jumlah penduduk Amerika Serikat, pendapatan per kapita Amerika Serikat, dan variabel dummy yang menjelaskan kondisi sebelum dan setelah krisis. Rendahnya daya saing meubel kayu Indonesia dibandingkan China membuat variabel harga meubel kayu di Amerika Serikat tidak sesuai dengan hipotesis pada penelitian ini. Virnaristanti (2008) melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis regresi linear berganda dengan data deret waktu tahunan mulai dari tahun 1986 sampai tahun Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang adalah produksi domestik mebel dan kerajinan rotan, harga ekspor mebel dan kerajinan rotan di pasar internasional, pendapatan per kapita Indonesia, pendapatan per kapita Jepang, jumlah penduduk Indonesia, jumlah penduduk Jepang, dan dummy (kebijakan melarang dan membuka ekspor rotan mentah). Menggunakan alat analisis yang sama didapatkan faktor yang paling besar berpengaruh terhadap ekspor mebel dan kerajinan rotan Indonesia ke Jepang diantaranya adalah pendapatan per kapita jepang sebesar persen, harga sebesar 2.47 persen, produksi sebesar 0.76 persen, serta dummy kebijakan melarang ekspor rotan mentah dan setengah jadi sebesar 0.49 persen. Karina (2009) melakukan penelitian mengenai Daya Saing Produk Indonesia yang Sensitif terhadap Lingkungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data sekunder time series sejak tahun Metode analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Products Dynamic (EPD) untuk menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif, dan pendekatan Constant Market Share (CMS) yang digunakan untuk menganalisis faktor yang paling memengaruhi laju pertumbuhan ekspor produk Indonesia yang sensitif terhadap lingkungan di pasar dunia. Hasil penelitian menunjukkan hanya satu produk yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tinggi yaitu Minyak Sawit. Untuk produk yang hanya memiliki keunggulan komparatif adalah Kayu Lapis dan Bubur Kertas. Sedangkan produk Serabut Kayu tidak memiliki keunggulan komparatif. Hasil analisis CMS menunjukkan bahwa daya saing keempat produk yang dianalisis dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor dan faktor komposisis komoditi selama periode , kecuali untuk produk Minyak Sawit hanya dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan impor saja. Kerangka Pemikiran Produk furnitur merupakan salah satu komoditas ekspor non-migas utama bersama dengan kelapa sawit, garmen, dan karet. Pada tahun 2012 nilai ekspornya mencapai 1.15 milyar Dollar AS. Negara-negara di kawasan Uni Eropa menjadi negara tujuan ekspor terbesar di dunia. Indonesia sendiri mengekspor sekitar 23.5 persen furnitur kayunya ke kawasan ini. Keterbukaan perdagangan yang terjadi antara Uni Eropa dengan Indonesia membuat hambatan tarif perdagangan semakin berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali. Hal ini yang kemudian menjadi salah satu faktor munculnya berbagai 11

22 12 kebijakan hambatan non-tarif perdagangan. Untuk komoditas furnitur kayu, Uni Eropa menerapkan kebijakan Ecolabel yang dinilai dapat menjadi salah satu bentuk hambatan non-tarif perdagangan. Meskipun kebijakan ini masih bersifat sukarela, keberadaannya dalam perdagangan dapat memengaruhi kondisi ekspor furnitur kayu Indonesia. Selain kebijakan Ecolabel yang dilakukan oleh Uni Eropa, ekspor furnitur kayu tentunya dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lainnya. Maka dari itu perlu diketahui faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia dan juga kinerja perdagangannya di pasar Uni Eropa sebagai gambaran kondisi ekspornya. Dengan demikian pihak-pihak atau pemerintah terkait mampu menerapkan strategi yang tepat dalam meningkatkan ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja perdagangan furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa dengan melihat arus perdagangan, nilai RCA, dan EPD. Selanjutnya untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia dan melihat dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia di pasar Uni Eropa digunakan metode gravity model. Faktor-faktor yang akan diteliti antara lain adalah GDP riil negara tujuan, nilai tukar Rupiah riil, Indeks Harga Konsumen Indonesia, jarak ekonomi, dan dummy kebijakan Ecolabel. Gambar lengkap mengenai kerangka pemikiran penelitian ini terlihat pada Gambar 4.

23 13 Uni Eropa merupakan salah satu tujuan ekspor furnitur kayu terbesar Indonesia Komoditas furnitur merupakan salah satu komoditas non-migas utama Indonesia Keterbukaan perdagangan memunculkan kebijakan Ecolabel Kinerja perdagangan furnitur kayu Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor furnitur kayu Indonesia Dampak kebijakan Ecolabel terhadap ekspor furnitur kayu Indonesia Arus perdagangan furnitur kayu Indonesia, dan daya saingnya (RCA dan EPD) Variabel-variabel 1. GDP riil negara tujuan 2. Nilai tukar Rupiah riil 3. IHK indonesia 4. Jarak Ekonomi 5. Dummy kebijakan Ecolabel Gravity Model Implikasi kebijakan Gambar 4 Kerangka pemikiran

24 14 METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data panel, yaitu gabungan data deret waktu (time series) dan data deret lintang (cross section). Data deret waktu (time series) yang digunakan adalah data tahunan dari tahun 2006 sampai dengan tahun Dengan data penampang (cross section) 27 negara Uni Eropa. Data yang digunakan adalah data yang digunakan untuk mendukung variabel dalam model dan studi pustaka yang diperoleh dari kumpulan jurnal, skripsi, thesis, artikel, dan buku-buku yang relevan sebagai sumber literatur penelitian. Tabel 2 menunjukkan sumber data yang digunakan Tabel 2 Sumber data yang digunakan Data Nilai Ekspor Furnitur (USD) Indeks Harga Konsumen (2005=100) GDP Riil (USD) Jarak Geografis (Km) Nilai Tukar Nominal (Rp/LCU) Sumber UN COMTRADE World Bank World Bank GeoBytes OANDA Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan informasi-informasi yang terkandung dalam data hasil penelitian. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis kinerja perdagangan furnitur kayu Indonesia dan dampak kebijakan Ecolabel terhadap ekspor furnitur Indonesia di pasar Uni Eropa dengan menggunakan analisis regresi data panel yang diolah menggunakan program Eviews. Metode Revealed Comparative Advantage (RCA) Revealed Comparative Advantage (RCA) merupakan suatu metode analisis yang dapat menunjukkan indikator perubahan keunggulan komparatif. RCA pun menjadi sebuah nilai yang digunakan untuk mengukur keuntungan maupun kerugian relatif komoditas tertentu pada suatu negara yang tercermin pada pola perdagangannya. nilai ini menunjukkan perbandingan antara pangsa ekspor komoditas atau sekelompok komoditas suatu negara terhadap pangsa ekspor komoditas tersebut dari seluruh dunia atau dengan kata lain nilai RCA menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara dapat dilihat pada ekspornya. Secara matematis nilai RCA dapat dilihat pada halaman 14.

25 15 Dimana : RCA = ( X ij X t ) ( W ij W t ) Xij = Nilai ekspor komoditas furnitur kayu dari Indonesia ke Uni Eropa Xt = Nilai ekspor total negara Indonesia ke Uni Eropa Wij = Nilai ekspor komoditas furnitur kayu dunia keuni Eropa Wt = Nilai ekspor total dunia ke Uni Eropa Jika nilai RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari satu (RCA > 1) berarti negara bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif diatas rata-rata dunia pada komoditas tersebut. Sebaliknya bila nilai RCA suatu negara untuk komoditas tertentu lebih kecil dari satu (RCA < 1) berarti keunggulan komparatifnya untuk komoditas tersebut rendah atau di bawah ratarata dunia. Metode Export Products Dynamics (EPD) Export Products Dynamics (EPD) merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran yang baik terkait posisi daya saing suatu komoditas tertentu untuk tujuan pasar tertentu. Pendekatan EPD pun dapat digunakan untuk mengidentifikasi daya saing suatu produk dan juga untuk mengetahui apakah suatu produk tersebut merupakan produk dengan performa yang memiliki pertumbuhan yang cepat atau tidak. Karena walaupun bukan sebagai komoditas ekspor utama suatu negara, jika pertumbuhan produk dan performanya diatas ratarata secara terus menerus maka bisa jadi komoditas ini diperhitungkan untuk menjadi sumber pendapatan yang penting bagi negara tersebut. Mengacu kepada siregar (2010), metode EPD terdiri dari matriks yang didalamnya mencerminkan daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, dimana informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah Rising Star, Falling Star, Lost Opportunity, dan Retreat. Tabel 3 Matriks posisi daya saing dalam metode EPD Share of Country s Export Share of Product in World Trade in World Trade Rising (Dynamic) Falling (Stagnant) Rising (Competitive) Rising Star Falling Star Falling (Non-Competitive) Lost Opportunity Retreat Sumber : Esterhuizen (2006) Untuk lebih mudah melihat posisi komoditas tersebut, Tabel 3 akan diubah ke dalam Gambar 5 yang berbentuk kuadran dengan sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tersebut di perdagangan dunia atau daya tarik pasar. Sedangkan sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tersebut di perdagangan dunia atau informasi kekuatan bisnis.

26 16 Empat kuadran yang ada, salah satu kuadran akan ditempati sebuah komoditas yang akan diestimasi tingkat daya saingnya sesuai dengan daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnisnya. Posisi pasar yang ideal adalah yang memiliki posisi pangsa pasar tertinggi pada ekspornya sebagai Rising Star atau bintang terang, yang menunjukkan bahwa negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar pada produk mereka yang bertumbuh dengan cepat (fast-growing products). Lost Opportunity atau kesempatan yang hilang, terkait dengan penurunan pasar pada produk-produk yang kompetitif, posisi ini merupakan posisi yang paling tidak diinginkan. Falling Star atau bintang jatuh juga tidak disukai, meskipun lebih baik jika dibandingkan dengan Lost Opportunity, karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Sementara itu, Retreat atau kemunduran biasanya yang paling tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu Mungkin diinginkan jika pergerakannnya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produkproduk yang dinamik (BAPPENAS 2009). Lost Opportunity Rising Star Sumbu x Retreat Falling Star Sumber : Esterhuizen (2006) Gambar 5 Kekuatan bisnis dan daya tarik pasar dalam metode EPD Secara matematis, untuk melihat daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dari suatu komoditas serta untuk menentukan posisi daya saingnya maka dirumuskan metode EPD sebagai berikut : Sumbu x Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i : t ( X ij t=1 ) X 100% - ( X ij W t=1 ij T t ) W ij t-1 X 100% Sumbu y Pertumbuhan daya tarik pasar atau disebut pangsa pasar produk : t Sumbu y ( X t t=1 ) X 100% - ( X t W t=1 t T t W t )t-1 X 100%

27 17 Dimana : Xij = Nilai ekspor komoditas furnitur kayu Indonesia ke Uni Eropa Xt = Nilai total ekspor Indonesia ke Uni Eropa Wij = Nilai ekspor komoditas furnitur kayu dunia ke Uni Eropa Wt = Nilai total ekspor dunia ke Uni Eropa Metode Data Panel Data panel merupakan data yang diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang kali pada unit individu yang sama pada waktu yang berbeda. Dengan demikian, akan diperoleh gambaran tentang perilaku beberapa objek selama kurun waktu tertentu (Juanda dan Junaidi 2012). Menurut Hsiao (2003) dalam Zahro (2013) analisis regresi menggunakan data panel memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adalah : 1. Dapat mengendalikan heterogenitas individu atau unit cross section. 2. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, mengurangi kolinearitas di antara variabel, memperbesar derajat bebas dan lebih efisien. 3. Dapat diandalkan untuk mengidentifikasi dan mengukur efek yang tidak dapat dideteksi dalam model data cross section maupun time series. 4. Lebih sesuai untuk mempelajari dan menguji model perilaku (behavioural models) yang kompleks. 5. Dapat diandalkan untuk studi dynamic of adjustment. Model regresi yang digunakan dalam analisis data panel umumnya menggunakan tiga macam model yang terdiri dari Pooled Least Square, Fixed Effect Model, dan Random Effect Model. Metode analisis panel data terdiri dari perumusan model, pemilihan metode estimasi, uji kriteria, dan analisis hasil estimasi. Dalam melakukan pengolahan data panel terdapat juga kriteria pembobotan yang berbeda-beda yaitu no weighting (semua observasi diberi bobot yang sama), Cross Section Weight, dan Seemingly Uncorrelated Regression (SUR). Metode ini mengoreksi baik heteroskedastisitas maupun autokorelasi antar unit cross section. Model Penelitian Untuk menganalisis dampak kebijakan Ecolabel Uni Eropa terhadap ekspor furnitur Indonesia di pasar Uni Eropa digunakan variabel-variabel yang antara lain : GDP riil negara tujuan, nilai tukar Rupiah riil, Indeks Harga Konsumen Indonesia, dan jarak ekonomi. Untuk kebijakan Ecolabel Uni Eropa sendiri dijadikan sebagai dummy dalam model. Sehingga model awal untuk penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut EKSPOR it = β 0 +β 1 GDPR it +β 3 RER it +β 4 CPI it +β 5 DIST it +β 6 ECOL t +ε it Dimana : EKSPORit = Nilai ekspor riil furnitur Indonesia terhadap negara-negara Uni Eropa (USD) GDPRit = GDP riil negara tujuan ekspor (negara-negara Uni Eropa) (USD)

28 18 RERit = Nilai tukar riil Indonesia terhadap mata uang negara tujuan ekspor (Rp per LCU) CPIit = Indeks harga konsumen Indonesia (2005=100) DISTit = Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor (Km) ECOLt = Variabel dummy kebijakan Ecolabel Uni Eropa yang diberlakukan mulai tahun Nilai 1 diberikan setelah kebijakan diberlakukan dan nilai 0 diberikan sebelum kebijakan diberlakukan. i = Data cross section 27 negara Uni Eropa t = Data time series tahun Model akan diestimasi dalam bentuk logaritma linear. Maka, persamaan yang diestimasi adalah sebagai berikut : LNEKSPOR = β 0 +β 1 LNGDPR it +β 3 LNRER it +β 4 LNCPI it +β 5 LNDIST it + β 6 ECOL t +ε it Dimana : LNEKSPOR = Nilai ekspor riil furnitur Indonesia terhadap negara-negara Uni Eropa(%) LNGDPR = GDP riil negara tujuan ekspor (negara-negara Uni Eropa)(%) LNRER = Nilai tukar riil Indonesia terhadap mata uang negara tujuan ekspor(%) LNDIST = Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor(%) ECOL = Variabel dummy kebijakan Ecolabel Uni Eropa Model Estimasi Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) PLS merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana, dimana pada metode ini hanya mengkombinasikan semua data cross section dan time series lalu dilakukan pendugaan (pooling). Model ini tidak memperhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga dapat diasumsikan bahwa perilaku individu tidak berbeda untuk berbagai kurun waktu. Persamaan regresinya dapat dituliskan sebagai berikut : Y it =β 0 +β 1 X it +u it Dimana : Yit = Variabel terikat Xit = Variabel bebas β0 = Intersep β1 = Slope u = Error Pada metode ini, model mengasumsikan bahwa nilai intersep masingmasing variabel adalah sama, lalu model ini juga mengasumsikan bahwa slope koefisien identik untuk semua unit cross section. Ini merupakan asumsi yang harus dipenuhi, sehingga walaupun metode Pooled Least Square (PLS) cenderung

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun 2003-2010 dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS), United

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Arti Perdagangan Internasinal Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI

ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Hutan Bukan Kayu Istilah Hasil Hutan Bukan Kayu atau yang semula disebut Hasil Hutan Ikutan merupakan hasil hutan yang bukan kayu berasal dari bagian pohon atau tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH

DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia, dimana menganalisis permintaan tenaga kerja perusahaan industri manufaktur tahun 2000-2016. Alasan memilih karena terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan manusia terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk mendukung 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini memuat berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, penelitian terdahulu digunakan untuk

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN

DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pengambilan keputusan, karena efektif atau tidaknya suatu keputusan umumnya bergantung pada beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA JURNAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN ISSN : 2337-9572 MARKET INTELLIGENCE KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN RI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN NADILA LISTIANINGRUM

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN NADILA LISTIANINGRUM POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013 NADILA LISTIANINGRUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan, rasio gini dan upah minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci