DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH"

Transkripsi

1 DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Saing dan Faktorfaktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia: Sebelum dan Sesudah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2013 Indah Rizki Anugrah NRP H

4 ABSTRAK INDAH RIZKI ANUGRAH. Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia: Sebelum dan Sesudah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI. Indonesia memiliki peluang ekspor kertas yang lebih baik karena memiliki kekayaan sumber daya alam dan berlimpahnya tenaga kerja yang dimiliki. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja ekspor kertas di Indonesia, mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kertas Indonesia, dan menganalisis posisi daya saing kertas Indonesia untuk kawasan ASEAN dan China sebelum dan sesudah ACFTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada kertas dan memiliki integrasi perdagangan yang lemah sebelum dan sesudah ACFTA. Performa perdagangan kertas Indonesia tidak dinamis sebelum dan sesudah ACFTA dan Indonesia memiliki keunggulan kompetitif setelah adanya ACFTA. Selanjutnya, variabel GDP per kapita negara tujuan, harga ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan, nilai tukar rill negara tujuan dan dummy ACFTA secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA sedangkan harga kertas internasional secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA. Kata kunci: ekspor kertas, ACFTA, daya saing, harga, GDP per kapita, nilai tukar ABSTRACT INDAH RIZKI ANUGRAH. Competitiveness and Factors Affecting Export of Indonesia s Paper: Before and After the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Supervised by RINA OKTAVIANI. Indonesia has better opportunity exporting paper because its natural resources and labor abundant. The objectives of this research are to analyze the export performance of Indonesia s paper, to identify factors that affect the competitiveness of Indonesia s paper, and analyze the competitiveness position Indonesia s paper for ASEAN and China area before and after ACFTA. The results showed that Indonesia has a comparative advantage on paper and a weak trade integration before and after ACFTA. Indonesia s paper trading performance remains dynamically both before and after ACFTA and Indonesia has a competitive advantage after ACFTA. Furthermore, GDP per capita, Indonesia s exporting paper price, real exchange rate and dummy ACFTA are significantly positive affect on the export value of Indonesia s paper in ACFTA market while international paper price is significantly negative affect the export value of Indonesia s paper in ACFTA market. Keywords: export paper, ACFTA, competitiveness, price, GDP per capita, real exchange rate

5 DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KERTAS INDONESIA: SEBELUM DAN SESUDAH ASEAN-CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) INDAH RIZKI ANUGRAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

6

7 Judul Skripsi : Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia: Sebelum dan Sesudah ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) Nama : Indah Rizki Anugrah NIM : H Disetujui oleh Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MEc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah perdagangan, dengan judul Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia: Sebelum dan Sesudah Asean-China Free Trade Area (ACFTA). Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Lukitawati Anggraeni selaku dosen penguji utama, Widyastutik, MSi selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang telah memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan karya ilmiah ini dan Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama penulisan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada papa, mama, serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya yang sangat berarti selama ini, kepada teman-teman satu bimbingan (Nyimas Tyah Nadhilah, Marsela Dwi T dan Gradisny Qaliffa M) yang bersama-sama menjalani penelitian baik dalam suka maupun duka, kepada para sahabat saya Athu, Surini, Gita, Iren, Tari, Dini, Tia, Arvin, Bintan, Ulfa, dan Eva atas doa dan dukungannya selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan sehingga saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Juni 2013 Indah Rizki Anugrah

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 4 Manfaat Penelitian 4 Ruang Lingkup Penelitian 4 TINJAUAN PUSTAKA 5 Landasan Teori 5 Penelitian Terdahulu 9 Kerangka Pemikiran 10 METODE PENELITIAN 11 Jenis dan Sumber Data 11 Analisis Data 12 HASIL DAN PEMBAHASAN 18 Kinerja Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) 18 Daya Saing Kertas Indonesia di Pasar ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) 21 Faktor-faktor yang Memengaruhi Nilai Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) 25 SIMPULAN DAN SARAN 28 Simpulan 28 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 29 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 49 vi vi vi

10 DAFTAR TABEL 1. Kinerja perdagangan negara anggota ASEAN dengan China tahun Perkembangan kertas di Indonesia tahun Matriks posisi daya saing Klasifikasi dari nilai Intra Industry Trade Nilai RCA kertas di negara anggota ACFTA tahun Posisi pasar negara anggota ACFTA di pasar ACFTA tahun Nilai IIT kertas di negara anggota ACFTA tahun Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kertas Indonesia 26 DAFTAR GAMBAR 1. Kurva perdagangan internasional 7 2. Kerangka pemikiran Matriks Export Product Dinamics (EPD) Nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA Volume ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA Pangsa Pasar kertas Indonesia di pasar ACFTA 21 DAFTAR LAMPIRAN 1. Perhitungan Revealed Comparative Advantage (RCA) Perhitungan Export Product Dinamics (EPD) Perhitungan Intra Industry Trade (IIT) (lanjutan) Variabel panel data (lanjutan) Uji Chow Uji Hausmann Hasil estimasi model LSDV Uji asumsi kenormalan Uji asumsi homoskedastisitas Uji asumsi multikolinearitas 48

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era perdagangan ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan perjanjian untuk mewujudkan suatu kawasan perdagangan bebas antara negaranegara anggota ASEAN dan China melalui hubungan perdagangan ekspor dan impor. Kesepakatan kerangka kerjasama yang sering disebut dengan Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation terjadi pada tanggal 4 November 2002 dan telah disepakati bahwa perdagangan bebas untuk barang pada tahun 2004, sektor jasa pada tahun 2007 dan investasi tahun Di samping itu, dari sisi kesiapan perdagangan bebas bagi ASEAN juga berlaku secara bertahap. Perdagangan bebas mulai berlaku tahun 2010 antara China dengan ASEAN+6 yaitu Indonesia, Singapura, Thailand, Malaysia, Philipina, dan Brunei. Tahun 2015 berlaku bagi China dengan ASEAN+4 yaitu Kamboja, Vietnam, Laos dan Myanmar. Pengurangan atau penghapusan hambatan baik tarif maupun non tarif dan peningkatan akses pasar jasa di antara negara ASEAN dan China dapat menciptakan persaingan industri yang semakin ketat di kawasan tersebut. Kinerja perdagangan (ekspor dan impor) negara-negara ASEAN dengan China tahun 2011 disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kinerja perdagangan negara anggota ASEAN dengan China tahun 2011 Negara Ekspor dari ASEAN Nilai perdagangan (Ribu US$) Pangsa (%) Impor oleh ASEAN Total Ekspor dari ASEAN Impor dari ASEAN Total China Singapura Malaysia Indonesia Thailand Vietnam Philippina Myanmar Kamboja Laos Brunei Darussalam Sumber: (2013). Berdasarkan Tabel 1 dapat terlihat bahwa kinerja perdagangan Indonesia menduduki peringkat ke empat setelah negara China, Singapura, dan Malaysia setelah adanya liberalisasi perdagangan antara negara anggota ASEAN dengan China. Indonesia akan mampu meningkatkan kinerja perdagangan karena

12 2 Indonesia masih memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor dari sejak terbentuknya perjanjian ACFTA. Peluang tersebut semakin luas setelah berbagai bentuk hambatan di negara-negara anggota ACFTA telah diminimalkan. Selain itu, Indonesia memiliki peluang ekspor yang lebih baik terutama di sektor agroindustri karena memiliki kekayaan sumber daya alam dan berlimpahnya tenaga kerja yang dimiliki. Salah satu sektor agroindustri di Indonesia yang berkembang saat ini adalah industri kertas. Industri kertas memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini didukung oleh tiga alasan yaitu produk kertas harganya banyak ditentukan oleh nilai dollar, komponen impor dalam produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen, dan produk kertas banyak ditujukan untuk pasar luar negeri karena industri penghasil kertas masih dapat membantu dalam hal penerimaan devisa di masa kritis sekalipun (Rosadi dan Vidyatmoko 2002). Perkembangan kertas di Indonesia dilihat dari sisi peningkatan kapasitas, jumlah produksi riil, ekspor dan impor, maupun konsumsi kertas dalam lima tahun terakhir ( ) (Tabel 2). Tabel 2 Perkembangan kertas di Indonesia tahun Kapasitas Produksi riil Ekspor Impor Konsumsi Tahun (Ton/Th) (Ton/Th) (Ton) (Ton) (Ton) Sumber : Kementrian Perindustrian (2012). Berdasarkan Tabel 2 ekspor kertas terus menurun dari tahun 2007 hingga 2010, namun nilai dari ekpor kertas meningkat. Menurut Kementrian Perindustrian (2012) nilai ekspor kertas mencapai ribu US$ dan mengalami penurunan sebesar ribu US$ tahun Peningkatan nilai ekspor kertas ribu US$ terjadi pada tahun 2009, dan kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar ribu US$. Nilai ekspor kertas pada tahun 2011 meningkat sebesar ribu US$. Nilai ekspor kertas ini menjadi hal yang penting karena menjadi salah satu penyokong perekonomian Indonesia sebagai penyumbang devisa. Tingkat konsumsi kertas Indonesia masih tergolong relatif rendah meskipun mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar ton. Peningkatan konsumsi kertas menjadikan pasar bagi komoditas kertas ini masih terbuka luas. Terbukanya pasar yang masih luas untuk komoditas kertas mendorong masuknya investasi pada industri ini. Selanjutnya, tahun 2007 hingga 2011 investasi pada industri kertas mengalami peningkatan. Tahun 2007 dan 2008 investasi untuk industri kertas sebesar Rp dan meningkat menjadi Rp pada tahun Investasi kembali meningkat pada tahun 2010 sebesar Rp dan meningkat secara signifikan tahun 2011 sebesar Rp (Kemenperin 2012).

13 Industri kertas di Indonesia memiliki potensi jika dilihat dari segi sumberdaya manusia dan ketersediaan bahan baku. Industri ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Perusahaan kertas yang ada di Indonesia berjumlah 79 unit perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebesar orang (Kemenperin 2012). Indonesia juga berpotensi untuk menjadi pemain utama dalam industri kertas, karena Indonesia memiliki hutan yang masih luas dan iklim tropis. Hutan yang masih luas merupakan sumber bahan baku utama industri kertas. Iklim tropis memungkinkan tanaman tumbuh lebih cepat sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang secara alami efisien menghasilkan serat alam (Sipayung et al. 2000). Masalah yang dihadapi Indonesia saat ini adalah daya saing kertas di pasar ACFTA. Hal ini menjadi tantangan yang menyulitkan Indonesia dalam mengikuti arus liberalisasi perdagangan internasional mengingat China adalah salah satu negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Produk yang dihasilkannya sangat kompetitif dengan harga yang terjangkau sehingga dapat merambah hampir ke seluruh dunia. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat Indonesia karena harga jual produk memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk dari China dan dianggap belum dapat bersaing dengan produk China. Di samping itu, dengan tidak adanya lagi hambatan masuk, banyak negara yang berupaya menghambat dengan cara isu dumping dan isu kerusakan lingkungan pada produk kertas Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dengan melihat beberapa peluang, potensi, keuntungan hingga hambatan serta adanya perjanjian ACFTA penulis tertarik untuk melakukan analisis daya saing terhadap kertas di Indonesia sebelum dan sesudah adanya kebijakan ACFTA. 3 Perumusan Masalah Liberalisasi perdagangan antara negara anggota ASEAN dan China melalui perjanjian ACFTA menandai terbukanya pasar bersama bagi para pelaku usaha dalam kawasan negara yang tergabung dalam blok perdagangan tersebut. Pasar bersama ini menyebabkan semakin mudahnya mendapatkan berbagai produk dan semakin bebasnya pergerakan manusia melewati batas antar negara. Hal ini menyebabkan kertas akan semakin kompetitif. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja ekspor kertas Indonesia sebelum dan sesudah ACFTA? 2. Bagaimana posisi daya saing kertas Indonesia dengan negara-negara pesaing ASEAN dan China sebelum dan sesudah ACFTA? 3. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi daya saing kertas sebelum dan sesudah ACFTA

14 4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja ekspor kertas Indonesia sebelum dan sesudah ACFTA. 2. Menganalisis posisi daya saing kertas Indonesia untuk kawasan ASEAN dan China sebelum dan sesudah ACFTA. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kertas Indonesia sebelum dan sesudah ACFTA. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ke berbagai pihak antara lain: 1. Bagi pelaku ekonomi, penelitian ini memberikan informasi dan saran yang dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas industri kertas di Indonesia. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini menjadi acuan dalam membuat kebijakan untuk pengembangan industri kertas di Indonesia. 3. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang kertas di Indonesia dan mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. 4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi referensi penelitian tentang kertas ini secara lebih mendalam. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas tentang analisis daya saing kertas (kode HS 4802) di Indonesia sebelum dan sesudah ACFTA. Analisis daya saing ini hanya meliputi daya saing kertas Indonesia terhadap negara anggota ASEAN lainnya (Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, Vietnam) dan China serta faktor-faktor yang memengaruhi daya saing tersebut. Periode analisis ialah sebelum dan sesudah ditandatanganinya perjanjian ACFTA mulai dari tahun 1998 sampai Hipotesis 1. Nilai RCA kertas Indonesia sebelum dan sesudah perjanjian ACFTA lebih dari satu (RCA > 1), artinya Negara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada kertas sehingga memiliki daya saing kuat diantara negara-negara ACFTA. 2. Indeks Intra Industry Trade (IIT) sebelum dan sesudah ACFTA bernilai tinggi dimana menunjukkan bahwa alur perdagangan bersifat intra-industri dan tingkat integrasi antar negara anggota ACFTA tinggi karena Indonesia melakukan ekspor sekaligus impor kertas ke negara-negara ASEAN dan China. 3. Nilai RCA kertas sebelum dan sesudah ACFTA lebih dari satu sehingga memiliki keunggulan komparatif, dengan kata lain kertas berada pada posisi Rising Star dalam analisis Export Product Dinamics (EPD) dimana ada peningkatan pangsa pasar baik sebelum maupun sesudah ACFTA..

15 4. Variabel GDP per kapita negara tujuan, nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan dan dummy ACFTA memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia secara positif. 5. Variabel harga kertas internasional dan harga ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan memengaruhi nilai ekspor kertas Indonesia secara negatif. 5 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Teori Permintaan Dalam konsep permintaan terdapat tiga hal penting. Pertama, jumlah yang diminta pada harga tersebut, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain adalah tetap. Kedua, apa yang diinginkan merupakan permintaan efektif, artinya jumlah orang yang bersedia membeli pada harga yang mereka harus bayar untuk komoditas tersebut. Ketiga, kuantitas yang diminta menunjukkan arus pembelian yang terus menerus (Lipsey 1995). Jumlah permintaan suatu komoditas dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain : 1. Harga komodti itu sendiri Semakin rendah harga suatu komoditas maka jumlah komoditas yang diminta akan semakin besar. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu komoditas maka jumlah komoditas yang diminta akan semakin kecil. 2. Rata-rata pendapatan rumah tangga atau konsumen Jika asumsi barang normal, kenaikan pendapatan rata-rata rumah tangga menyebabkan jumlah barang yang akan dibeli semakin banyak meskipun harganya tetap. Jika asumsi barang inferior, kenaikan pendapatan rata-rata rumah tanggamenyebabkan jumlah barang yang diminta semakin sedikit. 3. Harga-harga lainnya Harga barang substitusi pada komoditas tertentu meningkat maka permintaan untuk komoditas tersebut pada setiap tingkat harga akan meningkat pula. Jika harga pada barang komplementer mengalami penurunan maka permintaan untuk komoditas tersebut pada setiap tingkat harga akan meningkat. 4. Selera Semakin besar selera atau kesukaan masyarakat terhadap suatu komoditas maka akan meningkatkan permintaan komoditas tersebut. 5. Distribusi pendapatan Perubahan dalam distribusi pendapatan dapat menggeser kurva permintaan ke kanan artinya, permintaan untuk komoditas yang dibeli mengalami peningkatan oleh mereka yang memperoleh tambahan pendapatan tersebut. 6. Populasi Jika jumlah penduduk meningkat maka akan meningkatkan permintaan komoditas tersebut, cateris paribus. Permintaan ekspor merupakan permintaan pasar internasional terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor suatu negara adalah harga di pasar internasional, harga ekspor,

16 6 harga kompetitor, pendapatan per kapita negara pengimpor, nilai tukar riil, dan lain lain (Salvatore 1997). Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah lain. Perdagangan internasional dapat meningkatkan industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi serta menciptakan perusahaan multinasional. Menurut Hady (2004) terdapat beberapa asumsi dasar dalam melakukan analisis teori perdagangan internasional yaitu: 1. Neutrality of Money, dalam arti uang tidak berpengaruh atas harga relatif 2. Jumlah faktor produksi dari setiap negara tetap 3. Faktor produksi secara internasional tidak dapat berpindah (international immobility of factors) 4. Teknologi yang tersedia sama 5. Taste and income distribution dianggap sebaga sesuatu yang given dan tidak berubah 6. Tidak terdapat hambatan perdagangan atau trade barrier dalam bentuk biaya transpor, informasi, dan komunikasi 7. Adanya full employment faktor produksi dan tidak terjadi excess supplies ataupun shortage of commodities Gambar 1 menunjukkan proses terciptanya harga komoditas relatif ekuilibrium dengan adanya perdagangan, dilihat dari analisis keseimbangan parsial. Kurva D A, S A, D B, S B, dalam panel A dan C pada Gambar 1 masingmasing melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran untuk komoditas X di Negara A, dan Negara B. Sumbu vertikal pada ketiga panel tersebut mengukur harga-harga relatif untuk komoditas X (P x/ P y ) sedangkan sumbu horizontalnya mengukur kuantitas komoditas X. Tanpa adanya perdagangan internasional, keseimbangan yang terjadi di negara A akan dicapai pada kondisi keseimbangan domestik, dimana volume transaksi berada di Q A dan harga di P A. Di negara B, keseimbangan akan tercapai pada kondisi volume transaksi berada dititik Q B dan harga di P B, dengan menggunakan asumsi harga domestik di negara A lebih murah dibandingkan dengan negara B untuk komoditas tersebut. Dilihat dari struktur yang terjadi di negara A, harga yang terjadi lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di negara B. Jika harga yang terjadi di pasar negara A meningkat, maka akan mengakibatkan peningkatan penawaran melebihi dari jumlah yang diminta konsumen di negara tersebut, yang mengakibatkan terjadinya excess supply di negara A. Sementara kondisi yang berlaku di negara B adalah ketika harga yang berlaku turun dibawah P B, akan mengakibatkan bertambahnya permintaan barang dan mengurangi penawaran barang tersebut, sehingga mengakibatkan terjadinya excess demand di negara B. Apabila terjadi perdagangan internasional antar kedua negara dengan mengasumsikan biaya transportasi adalah nol, kondisi permintaan dan penawaran

17 yang terjadi akan berubah. Penawaran ekspor di pasar internasional akan digambarkan oleh S W yang merupakan excess supply function dari negara A, dan fungsi permintaan akan digambarkan oleh D W yang merupakan excess demand function dari negara B, dan menciptakan keseimbangan yang terjadi saat harga berada di titik P W. Kondisi yang berlaku saat perdagangan ini, negara A akan mengekspor (Q A2 -Q A1 ) dengan jumlah yang sama dengan negara B (Q B2 -Q B1 ). Jumlah ekspor dan impor tersebut ditunjukkan oleh volume perdagangan sebesar Q W pada pasar internasional. 7 Panel A Pasar di Negara A untuk komoditas X Panel B Hubungan perdagangan internasional dalam komoditas X Panel C Pasar di Negara B untuk komoditas X S B P x /P y P x /P y P x /P y P B Ekspor S A P W E* S W Impor P A D W D B D A 0 X 0 X 0 X Q A1 Q A Q A2 Q W Q B1 Q B Q B2 Sumber : Salvatore (1997). Gambar 1 Kurva perdagangan internasional Teori Pendapatan Gross Domestic Product (GDP) adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian (Mankiw 2007). Ada tiga pendekatan yang digunakan untuk menghitung GDP yaitu : pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Berdasarkan pendekatan produksi, GDP adalah total nilai tambah dari seluruh sektor kegiatan ekonomi. Pendekatan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : GDP = Σ N T Keterangan : NT = Nilai tambah dari seluruh kegiatan usaha dalam perekonomian GDP juga dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan pendapatan, yaitu dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh produsen dalam negeri. Pendekatan GDP ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : W GDP = W + OS + TSP = Komponen tenaga kerja (upah, gaji, dan tenaga kerja lain seperti kontribusi sosial)

18 8 OS TSP = Gross Operating Surplus perusahaan seperti keuntungan, bunga, sewa, dan penyusutan = Pajak setelah dikurangi subsidi Sedangkan untuk pendekatan pengeluaran GDP dapat dirumuskan sebagai berikut : GDP = C + I + G + (X-M) Keterangan : C = Konsumsi rumah tangga I = Investasi (pembentukan modal bruto) G = Pengeluaran pemerintah X- M = Net Ekspor Teori Nilai Tukar Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual (Lipsey 1995). Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang antar dua negara. Nilai tukar riil menyatakan kondisi memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade (Mankiw 2007). Hubungan yang terjadi antara nilai tukar nominal dan nilai tukar riil adalah bahwa nilai tukar riil diantara kedua negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga dikedua negara. Jika nilai tukar riil tinggi maka barang luar negeri relatif lebih murah dan barang domestik relatif lebih mahal. Apabila hal tersebut terjadi maka penduduk akan berkeinginan untuk membeli barang-barang impor sehingga ekspor netto menjadi lebih rendah. Ekspor netto sendiri adalah nilai ekspor dikurangi impor. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi harga pada perdagangan dunia yang pada akhirnya dapat menentukan banyaknya penawaran dan permintaan ekspor. Apabila terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, maka barang-barang Indonesia akan dinilai relatif lebih murah sehingga daya saing produk Indonesia akan meningkat dan hal ini akan dapat meningkatkan permintaan ekspor untuk Indonesia. Teori Ekspor Ekspor adalah total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara kemudian diperdagangkan kepada negara lain untuk mendapatkan devisa. Ekspor dan impor yang terjadi dalam kurun waktu tertentu ditentukan oleh faktorfaktor yang berbeda-beda, sehingga perkembangan ekspor berbeda dengan perkembangan impor (Lipsey 1995). Menurut Lipsey (1995), pertumbuhan ekspor suatu komoditas dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Adanya daya saing dengan negara-negara lain di dunia Suatu negara sebaiknya melakukan spesialisasi sehingga negara tersebut dapat mengekspor komoditas yang telah diproduksi untuk dipertukarkan dengan komoditas yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 2. Adanya penetapan harga pasar dalam negeri dan harga pasar internasional

19 Jika harga internasional lebih tinggi daripada harga pasar domestik maka produsen lebih memilih untuk memasarkan komoditas yang diproduksi ke pasar internasional sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 3. Adanya permintaan dari luar negeri Semakin tinggi permintaan dari luar negeri terhadap komoditas yang dihasilkan oleh suatu negara, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekspor di negara tersebut. 4. Nilai tukar mata uang Jika suatu negara mengalami apresiasi nilai tukar maka akan menurunkan pertumbuhan ekspor di negara tersebut. Hal tersebut terjadi karena harga barang luar negeri lebih murah dibandingkan dengan harga barang dalam negeri sehingga permintaan luar negeri terhadap komoditas tersebut akan menurun. 9 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai mengenai kertas sudah banyak diteliti antara lain penelitian Suriarty Situmorang (2005) yang berjudul Analisis Penawaran dan Permintaan Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar Domestik dan Internasional. Penelitian ini menggunakan data deret waktu (time series) dari tahun 1975 sampai 2000 dengan pendekatan ekonometrika 2SLS. Berdasarkan hasil estimasi dapat diketahui bahwa baik dalam jangka pendek maupun panjang produksi pulp tidak responsif terhadap perubahan harga pulp dan biaya produksi dan ekspor pulp Indonesia hanya responsif terhadap produksi domestik pulp. Permintaan domestik pulp tidak responsif pada perubahan harga domestik kertas dan harga impor pulp dan impor pulp tidak responsif terhadap permintaan domestik pulp dan harga impor pulp. Sedangkan harga domestik pulp responsif terhadap perubahan produksi domestik pulp. Variabel produksi domestik kertas, ekspor kertas, impor kertas, maupun permintaan domestik kertas Indonesia tidak responsif terhadap perubahan semua peubah penjelasnya masing-masing kecuali harga domestik kertas responsif terhadap perubahan permintaan dan penawaran domestik kertas. Hasil dari simulasi model tersebut adalah peningkatan penawaran pulp Indonesia di pasar domestik dilakukan dengan cara meningkatkan harga domestik pulp dan penawaran pulp Indonesia di pasar internasional dapat ditingkatkan melalui peningkatan harga ekspor pulp dan devaluasi rupiah. Peningkatan penawaran kertas di pasar domestik maupun internasional dapat dicapai melalui pengurangan tarif impor dan peningkatan harga ekspor kertas Indonesia. Sedangkan permintaan domestik pulp dan kertas dapat ditingkatkan melalui pengurangan tarif impor. Agustina W.P Ningrum (2006) melakukan analisis terhadap permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) mulai dari tahun 1980 hingga Dalam melakukan uji multikolinearitas menggunakan uji Kein, uji autokorelasi menggunakan uji Lagrange Multiplier (LM) yaitu statistik Breusch-Godfrey, dan uji heteroskedastisitas menggunakan uji White-Heteroskedasticity. Berdasarkan hasil penelitian, variabel harga ekspor pulp, nilai tukar, produksi pulp dan harga ekspor pulp tahun sebelumnya berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan ekspor

20 10 pulp Indonesia. Variabel yang memiliki pengaruh paling besar dari permintaan ekspor pulp adalah variabel produksi pulp karena memiliki nilai elastisitas lebih dari satu. Variabel yang berpengaruh secara signifikan pada permintaan kertas adalah produksi kertas, nilai tukar, dan harga ekspor kertas. Sedangkan variabel dummy larangan ekspor kayu bulat dan harga ekspor kertas tahun sebelumnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kertas. Variabel produksi kertas memiliki nilai elastisitas lebih dari satu dan sangat berpengaruh pada permintaan kertas. Analisis lainnya dilakukan oleh Noorish Heldini (2008) yaitu menganisis pangsa pasar industri kertas dengan menggunakan metode OLS. Data yang digunakan adalah data time series berupa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi negara pengimpor, serta dummy ekolabeling mulai dari tahun 1979 hingga Uji yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas agar hasil estimator variabel penduga bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) dan memperoleh penduga terhadap pangsa pasar yang terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional hanya kurang dari 10 persen dimana nilainya masih lebih rendah dibandingkan Kanada yang memiliki luas hutan lebih kecil daripada Indonesia. Pengujian variabel pada taraf 10 persen dalam kurun waktu 28 tahun diperoleh bahwa harga domestik, harga ekspor, nilai tukar, pendapatan per kapita dan populasi pengimpor, serta dummy ekolabelinglah yang menentukan pangsa pasar industri kertas Indonesia di pasar internasional. Kerangka Pemikiran Perkembangan perdagangan internasional merupakan bentuk perdagangan yang lebih bebas disertai berbagai bentuk kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral. Tujuan utama dari perdagangan internasional ini adalah berusaha untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan perdagangan. Globalisasi perdagangan dunia dengan pola kerjasama internasional menghasilkan implikasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Salah satu contoh adalah negara Indonesia yang melakukan kerjasama dalam kawasan regional yaitu tergabung dalam ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Salah satu dampak dari perdagangan ACFTA terhadap perekonomian Indonesia dilihat dari kinerja perdagangan Indonesia terhadap negara anggota ACFTA. Penelitian ini lebih difokuskan pada ekspor dan impor kertas Indonesia terhadap negara ASEAN dan China. Indikator dari kinerja perdagangan Indonesia dapat dilihat dari daya saing komparatif, pertumbuhan pangsa ekspor di negara tujuan serta keterkaitan antar negara. Perhitungan daya saing komparatif umumnya menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Pertumbuhan pangsa ekspor di negara tujuan dapat ditentukan dengan menggunakan metode Export Product Dinamics (EPD), sedangkan keterkaitan perdagangan antar negara anggota ACFTA digunakan metode Intra Industry Trade (IIT). Analisis kuantitatif panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing kertas Indonesia.

21 11 Liberalisasi Perdagangan antara negara ASEAN dan China (ACFTA) Pengurangan hambatan tarif maupun non tarif Kinerja Perdagangan Kertas Indonesia dengan Negara Anggota ACFTA Ekspor dan Impor Kertas Indonesia Terhadap Negara Anggota ACFTA Faktor-faktor yang Memengaruhi Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA Analisis Keunggulan komparatif (RCA) Integrasi Perdagangan Antar Negara (IIT) Export Product Dinamics (EPD) Panel Data Posisi Daya Saing Komoditas Kertas Indonesia Diantara Negara Anggota ACFTA Gambar 2 Kerangka pemikiran METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dan cross section mulai tahun 1998 sampai Data tersebut adalah nilai ekspor kertas, nilai impor kertas, nilai ekspor total, volume ekspor kertas

22 12 negara anggota ACFTA, nilai dan volume ekspor kertas dunia, Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika dan negara anggota ACFTA, GDP per kapita negara anggota ACFTA, harga kertas di pasar internasional, harga ekspor kertas Indonesia ke negara anggota ACFTA, dan nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara anggota ACFTA. Data tersebut dapat diperoleh dari web UN Comtrade dan World Bank. Analisis Data Revealed Comparative Advantage (RCA) Keunggulan komparatif dapat diukur menggunakan metode analisis RCA sehingga dapat mengetahui daya saing industri suatu negara sudah cukup kuat bersaing di pasar internasional atau tidak secara kuantitatif. Perumusan umum RCA (Esterhuizen 2006) adalah sebagai berikut : RCA ij = X ij W j X is W s Keterangan: RCA ij = Keunggulan komparatif kertas negara j tahun ke-t X ij = Nilai ekspor kertas Indonesia ke ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) tahun ke-t (US$) X is = Nilai ekspor total Indonesia tahun ke-t (US$) W j = Nilai ekspor kertas ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) tahun ke-t (US$) W s = Nilai ekspor total ACFTA (China, Malaysia, Singapura,Thailand, Philipina, dan Vietnam) tahun ke-t (US$) T = 1998,.., 2011 Jika nilai RCA lebih besar dari satu menunjukkan bahwa pangsa komoditas kertas di dalam ekspor total negara j lebih besar dari pangsa rata-rata dari komoditas yang bersangkutan dalam ekspor dunia. Artinya, negara j lebih berspesialisasi pada kelompok komoditas yang bersangkutan sehingga negara j memiliki keunggulan komparatif pada komoditas kertas dan berdaya saing kuat. Jika nilai RCA lebih kecil dari satu berlaku sebaliknya. Intra Industry Trade (IIT) Alur perdagangan internasional dapat dilihat juga dari keterkaitan antar perdagangan antar negara dengan menggunakan indikator Intra Industry Trade (IIT). Integrasi yang tinggi memperlihatkan suatu kedekatan perdagangan di antara negara-negara dalam kawasan tersebut. Rumus indeks IIT (Austria 2004) : IIT = (X ij + M ij ) X ij M ij 100 atau 1 X ij M ij (X ij + M ij ) (X ij + M ij ) 100

23 13 Keterangan : X ij = Nilai ekspor kertas Indonesia ke ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ M ij = Nilai impor kertas Indonesia ke ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ Indeks IIT berada pada ukuran nilai antara 0 dan 100. Indeks IIT yang mendekati 0 mencerminkan alur perdagangan bersifat inter-industri yang berarti perdagangan suatu negara hanya melibatkan satu pihak saja (ekspor atau impor saja). Sebaliknya indeks IIT yang mendekati 100 mencerminkan alur perdagangan bersifat intra-industri, artinya jumlah yang diekspor sama dengan jumlah impor untuk suatu produk. Tabel 3 Klasifikasi dari nilai Intra Industry Trade Intra-Industry Trade Klasifikasi 0 No integration (one way trade) > Weak integration > Mild integration > Moderately strong integration > Strong integration Sumber : Austria (2004). Export Product Dinamics (EPD) Export Product Domestic (EPD) merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat daya saing karena dapat mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu dan mengetahui dinamis atau tidaknya performa suatu produk. Matriks EPD terdiri atas daya tarik pasar yang dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan suatu produk untuk tujuan pasar tertentu dan informasi kekuatan bisnis yang dihitung berdasarkan pertumbuhan dari market share sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Pangsa ekspor negara di perdagangan internasional Tabel 4 Matriks posisi daya saing Pangsa produk di perdagangan internasional Rising (Dinamis) Falling (Stagnat) Rising (Competitive) Rising Star Falling Star Falling (Non- Lost Retreat Competitive) Opportunity Sumber:Esterhuizen (2006).

24 14 Tabel 3 dapat dikonversikan menjadi Gambar 2 yang mempermudah dalam melihat posisi daya saing suatu komoditas. Lost Opportunity Rising Star Retreat Falling Star Sumber : Esterhuizen (2006). Gambar 3 Matriks Export Product Dinamics (EPD) Rumus sumbu x : Pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia = t ( X t ) W t t t=1 t=1 100% ( X t t 100% T W t ) t 1 Rumus sumbu y : Pertumbuhan pangsa pasar produk kertas = t t=1 X ij W ij t 100% T t t=1 X ij w ij t 1 100% Keterangan : X ij = Nilai ekspor kertas dari Indonesia ke ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ X t = Nilai ekspor total Indonesia ke ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ W ij = Nilai ekspor kertas ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ W t = Nilai ekspor total ACFTA (China, Malaysia,Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) dalam US$ Posisi pasar yang paling ideal adalah Rising Star karena mempunyai pangsa pasar tertinggi pada ekspornya. Posisi yang paling tidak disukai adalah Lost Opportuninty karena terjadi penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis. Posisi yang juga disukai tetapi masih lebih baik dari pada Lost Opportunity adalah Falling Star karena pangsa pasarnya tetap meningkat. Berikutnya adalah posisi pasar Retreat, terkadang disukai tetapi pada saat tertentu tidak disukai.

25 Analisis Panel Data Estimasi yang digunakan dalam menentukan faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kertas Indonesia di negara-negara ASEAN dan China adalah model regresi data panel statis. Program Microsoft Excel 2007 digunakan untuk menganalisis plot data variabel dan Program Eviews 6 digunakan untuk mengolah data time series dan cross section dengan metode panel data statis. Variabel-variabel yang digunakan dalam menganalisis daya saing kertas Indonesia di negara-negara ASEAN dan China adalah GDP per kapita negara tujuan, harga kertas di pasar internasional, harga ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan, dan nilai tukar riil rupiah terhadap mata uang negara tujuan. Penelitian ini juga menggunakan variabel dummy yaitu implementasi skema ACFTA. Model yang digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kertas Indonesia di negara-negara ASEAN dan China dapat dirumuskan sebagai berikut : Ln NEXPINDO ij = β 0 + β 1 Ln GDPPC j + β 2 Ln PINTERN +β 3 Ln PXINDO ij + β 4 Ln ER ij + β 5 Dummy + e i Keterangan : X ij = Nilai ekspor kertas Indonesia di negara ASEAN dan China (US$) GDPPC j = GDP per kapita negara tujuan (US$) PINTERN = Harga kertas di pasar internasional (US$) PXINDO ij = Harga ekspor kertas Indonesia ke negara tujuan (US$) ER ij = Nilai tukar riil negara tujuan (Rp/LCU) Dummy = Dummy ACFTA, variabel dummy yang menunjukkan dua kondisi berbeda. ACFTA mulai diimplementasikan pada tahun Setelah implementasi ACFTA akan diberi nilai 1 dan sebelum implementasi ACFTA diberi nilai 0 β 0 = Konstanta (intersep) β n = Parameter yang di duga (n=1, 2,..., 6) Dugaan tersebut diuji dengan beberapa tahapan dalam metode analisis data panel yaitu : 1. Pendekatan analisis data panel 1. Pendekatan Pooled Least Square (PLS) Pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N T observasi dengan N adalah jumlah unit cross section dan T adalah jumlah series yang digunakan. Model yang digunakan yaitu : y it = α i + X it β + u it Kelebihan pendekatan ini dapat meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang lebih efisien. Pendekatan ini juga memiliki kelemahan yaitu dugaan parameter β akan bias karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada periode yang berbeda. 2. Pendekatan Least Square Dummy Variable (LSDV) Pendekatan ini dapat mempresentasikan perbedaan intersep dengan dummy variable. Model yang digunakan yaitu : 15

26 16 y it = α 1 d 1it + α 2 d 2it + + α N d Nit + X it β + u it Kelebihan dari pendekatan LSDV adalah dapat menghasilkan dugaan parameter β yang tidak bias dan efisien. Akan tetapi, jika jumlah unit observasinya besar maka akan terlihat cumbersome. 3. Random Effect Model (REM) Ketika memasukkan peubah dummy dalam model fixed effects dapat mengurangi derajat kebebasan dan akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, sehingga digunakan model random effect untuk mengatasi masalah tersebut. Parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu pada model ini dimasukkan ke dalam error. Persamaan random effect yaitu : Y it = α 0 + βx it + ε it ε it = u it + v it + w it Keterangan : u it = komponen eror cross section v it = komponen eror times series w it = kombinasi komponen eror Asumsi yang digunakan adalah error secara individual maupun kombinasinya tidak saling berkorelasi. Kelebihan pendekatan ini dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya dan berimplikasi pada parameter hasil estimasi akan semakin efisien. 2. Pemilihan pendekatan yang digunakan dalam data panel a. Chow Test Uji ini dilakukan untuk memilih model PLS atau LSDV, dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : PLS H 1 : LSDV Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5% atau 10%) pada PLS maka cukup bukti untuk menolak H 0, sehingga dipilih model LSDV dan sebaliknya. b. Haussman Test Uji ini dilakukan untuk memilih model LSDV atau REM, dengan hipotesis sebagai berikut : H 0 : REM H 1 : LSDV Jika p-value lebih kecil dari taraf nyata (5% atau 10%) pada REM maka cukup bukti untuk menolak H 0, sehingga dipilih model LSDV dan sebaliknya. c. LM Test LM Test dilakukan ketika pada Chow Test sudah cukup bukti untuk menolak H 0 tetapi pada Haussman Test belum cukup bukti untuk menolak H 0 dan sebaliknya. Hipotesis pada LM Test sebagai berikut : H 0 : PLS H 1 : REM Jika LM lebih besar dari chi-square (χ 2 ) pada tabel maka sudah cukup bukti untuk menolah H 0 sehingga model yang digunakan adalah REM dan sebalinya.

27 Pemilihan model yang terbaik dalam mengestimasi koefisien slope dan intersep dari data panel dapat juga dilihat pada besarnya korelasi antara individu atau komponen error (ε i ) dengan variabel penjelasnya (X). Jika diasumsikan bahwa ε i dan X tidak berkorelasi maka model random effect adalah model terbaik yang digunakan. Sebaliknya, jika ε i dan X berkorelasi maka model fixed effect adalah model yang terbaik. Akan tetapi, dalam beberapa penggunaan aplikasi data panel memperbolehkan adanya korelasi antara error dan variabel X serta pengambilan sampel secara acak tidak selalu terpenuhi pada model random effect. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan dalam pemilihan model yang akan digunakan : a) Jika T jumlah series yang digunakan besar dan N jumlah unit cross section yang digunakan kecil, maka model yang memiliki estimasi lebih baik adalah model fixed effect. b) Jika N besar dan T kecil, maka estimasi dari kedua metode berbeda secara signifikan. Apabila setiap unit individu dari N tidak diambil secara acak maka model fixed effect lebih sesuai. Sebaliknya, apabila sampel N diambil secara acak maka model random effect lebih sesuai. c) Jika komponen error individu ε i, dan satu atau lebih variabel X berkorelasi, maka estimasi dengan model random effect akan bias sedangkan estimasi dengan model fixed effect tetap tidak bias. d) Jika N besar dan T kecil, dan asumsi pada syarat model random effect, maka model random effect lebih efisien dari pada model fixed effect. 3. Pengujian asumsi model a. Uji Kenormalan Uji ini dilakukan untuk mengidentifikasi error term apakah sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan cara melihat nlai probabilitas yang dihasilkan. Jika nilai probabilitas lebih dari taraf nyata (5% atau 10%) maka data dapat dikatakan menyebar normal. b. Uji Autokorelasi Suatu data dikatakan mengandung autokorelasi dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson (DW) hasil estimasi dengan nilai DW pada tabel. Jika nilai Durbin Watson (DW) yang dihasilkan berada pada area non autoorelasi mendekati dua maka dapat disimpulkan bahwa pada model tersebut terbebas dari autokorelasi. Hipotesis pada uji autokorelasi : H 0 : Tidak terdapat autokorelasi H 1 : Terdapat autokorelasi Selang nilai statistik Durbin Watson adalah sebagai berikut : 0<DW<D L : Tolak H 0, ada autokorelasi positif D L <DW<D U : Daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan D U <DW<4 D U : Terima H 0, tidak ada autokorelasi 4 D U <DW<4 D L : Daerah ragu-ragu, tidak ada keputusan 4 D L <DW<4 : Tolak H 0, ada autokorelasi negatif c. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat diindikasi dengan R-square hasil estimasi tinggi, variabel bebas banyak yang tidak signifikan, tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan, korelasi sederhana antar variabel individu (R ij ) tinggi, R-square lebih kecil dari R ij. 17

28 18 d. Uji Homoskedastisitas Uji ini dilakukan untuk mendeteksi apakah data sudah homoskedastis dengan cara melihat nilai sum square residual unweighted statistics lebih kecil dari sum square residual weighted statistics. HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam) Perkembangan Nilai Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA paling tinggi di antara negara anggota ACFTA lainnya meskipun nilainya berfluktuasi. Sebaliknya, nilai ekspor kertas negara anggota ACFTA lainnya tidak terlalu berfluktuasi. Pada tahun 1999 nilai ekspor kertas Indonesia meningkat sebesar USD, hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan volume ekspor kertas secara signifikan yang dilakukan pemerintah agar dapat membantu penerimaan devisa negara di masa krisis ekonomi. Tiga tahun berikutnya nilai ekspor kertas Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh adanya penurunan pangsa pasar ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA. Tahun 2003 nilai ekspor kertas Indonesia sebesar USD dan mencapai USD tahun Periode setelah diberlakukannya ACFTA, nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA cenderung meningkat mulai dari tahun 2005 hingga Akan tetapi, pada tahun 2009 nilai ekspor kertas Indonesia mengalami penurunan menjadi USD. Tahun 2010 dan 2011 nilai ekspor kertas Indonesia kembali meningkat masing-masing sebesar USD dan USD. Di samping itu, nilai ekspor kertas Thailand dan China pada periode setelah adanya ACFTA cenderung mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar yang diperoleh oleh Indonesia karena Indonesia memiliki sumber bahan baku kertas yang berlimpah dengan harga murah serta tenaga kerja dengan upah yang relatif lebih rendah.

29 Nilai ekspor (USD) CHN IDN MYS SGP THA PHL VNM Sumber : WITS (2013). Gambar 4 Nilai ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA Perkembangan Volume Ekspor Kertas Indonesia di Pasar ACFTA Perkembangan nilai ekspor kertas dapat dipengaruhi oleh volume kertas yang diekspor oleh suatu negara. Semakin banyak volume kertas yang diekspor maka semakin besar pula nilai ekspor yang diterima oleh suatu negara. Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa volume ekspor kertas Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya kecuali pada tahun 2000 dan Pada tahun 1999 volume ekspor kertas Indonesia di pasar ACFTA meningkat secara signifikan sebesar ton. Pada tahun 2000 mengalami penurunan menjadi ton. Selanjutnya, terjadi peningkatan volume ekspor pada tahun-tahun berikutnya. Akan tetapi, tahun 2008 terjadi penurunan kembali volume ekspor kertas sebesar ton meskipun pangsa pasar kertas Indonesia di pasar ACFTA mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh Indonesia tidak bisa memenuhi permintaan kertas dari negara importir sehingga para importir membeli kertas dari negara lain. Di samping itu, pesaing Indonesia untuk produk kertas di pasar ACFTA adalah Thailand yang pangsa pasarnya mengalami kenaikan setelah adanya ACFTA. Volume ekspor kertas Thailand meningkat hampir setiap tahunnya meskipun tidak sebesar peningkatan volume ekspor kertas Indonesia. Hal ini disebabkan oleh permintaan kertas Thailand meningkat di pasar ACFTA sehingga terjadi peningkatan pangsa pasar kertas Thailand dan Thailand mampu memenuhi permintaan kertas negara importir.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun 2003-2010 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder kuantitatif terdiri dari data time series dan cross section

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS), United

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS ) III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data yang diamati merupakan data gabungan time series dan cross section atau panel data. Tahun pengamatan sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data panel (pooled data) yang merupakan gabungan data silang (cross section)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross 36 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

Bab IV. Metode dan Model Penelitian Bab IV Metode dan Model Penelitian 4.1 Spesifikasi Model Sesuai dengan tinjauan literatur, hal yang akan diteliti adalah pengaruh real exchange rate, pertumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan ekonomi Jepang,

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan BAB III METODE PENELITIAN A. Obejek Penelitian Obyek kajian pada penelitian ini adalah realisasi PAD (Pendapatan Asli Daerah) di seluruh wilayah Kabupaten/Kota Eks-Karesidenan Pekalongan yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012: 13), penelitian deskriptif

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan pendekatan umum untuk membangun topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode penelitian merupakan sistem atas peraturan-peraturan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, 391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H14102043 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

III. METODE PENELITIAN. data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder, dimana data sudah dikompilasi ke dalam bentuk digital file, publikasi, buku, laporan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gravity Model Gravity model adalah model yang awalnya digunakan untuk menganalisa secara statistik arus barang/uang diantara secara bilateral antara dua pihak yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM)

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Obyek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Sampel, Sumber Data dan Pengumpulan Data Penelitian kali ini akan mempergunakan pendekatan teori dan penelitian secara empiris. Teori-teori yang dipergunakan diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

3. METODE. Kerangka Pemikiran

3. METODE. Kerangka Pemikiran 25 3. METODE 3.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta mengacu kepada latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat dibuat suatu bentuk kerangka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang

BAB III METODOLOGI. berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang BAB III METODOLOGI 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan kementrian terkait. Data yang bersumber dari BPS adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor. digilib.uns.ac.id 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan suatu kajian masalah terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, BAB III METODELOGI PENELTIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini meliputi seluruh wilayah atau 33 provinsi yang ada di Indonesia, meliputi : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang dilakukan dalam penilitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. 2. Variable Penelitian a. Variabel X (variabel Independent/bebas)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel bebas net profit margin, return on asset,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel bebas net profit margin, return on asset, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif, berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini digolongkan kepada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini antara lain untuk: 1. Mengetahui besarnya pengaruh tenaga kerja

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian yang dilakukan di Negara ASEAN. Pengambilan data penelitian ini dilakukan di 7 (tujuh) Negara ASEAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber data penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series tahunan dari tahun 1993-2013. Jenis data yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menganalisis data sekunder dalam menguji hipotesis yang dipaparkan. Ada dua ruang lingkup yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah ekonomi terbuka atau ekonomi internasional yang meliputi lima negara yang tergabung dalam Association

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE WILAYAH ASEAN DAN CHINA DALAM SKEMA EARLY HARVEST PROGRAMME ARIF AGUS NUGROHO DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan Judul Nama : Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan NIM : 1306105127 Abstrak Integrasi ekonomi merupakan hal penting yang perlu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Metode Pengumpulan Data 4.1.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data sekunder, yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Negara Indonesia dari tahun 1985 sampai tahun 2014. Penentuan judul penelitian didasarkan pada pertumbuhan produksi beras Negara

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian III.1. Metode pengumpulan Data III.1.1. Populasi dan Sampel Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2003-2006.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia

BAB III METODE PENELITIAN. minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah kemiskinan, rasio gini dan upah minimum sebagai variabel independen (X), dan indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai variabel

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN PERHIASAN INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR NANDHA RIZKI AWALIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Pergerakan laju inflasi kelompok ASEAN-5

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Pergerakan laju inflasi kelompok ASEAN-5 5 yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Viet Nam. Oleh karena itu, jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 90. Peubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan data panel sebagai acuan sumber data yang digunakan. Dimana penelitian ini berfokus pada bagaimana peforma perusahaan ritel di

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci