DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN"

Transkripsi

1 DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Saing dan Determinan Ekspor Udang Beku Indonesia di Negara Tujuan Ekspor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Isti Rahmadhani Gunawan H

4 ABSTRAK ISTI RAHMADHANI GUNAWAN. Daya Saing dan Determinan Ekspor Udang Beku Indonesia di Negara Tujuan Ekspor. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM. Udang beku merupakan salah satu komoditas ekspor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap nilai ekspor total sektor perikanan. Indonesia merupakan negara keempat terbesar pengekspor udang beku di dunia. Akan tetapi ekspor yang tinggi tidak menentukan daya saing yang tinggi. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya saing, posisi pasar udang beku dan determinan ekspor udang beku di dunia, khususnya di 15 negara tujuan ekspor selama dengan menggunakan gravity model yang dianalisis menggunakan data panel statis. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan periode tahunan. Berdasarkan hasil RCA (Revealead Comparative Advantage) daya saing udang beku Indonesia kuat di 15 negara kecuali Spanyol. Hasil EPD (Export Dynamic Product) menunjukkan hanya di Amerika Serikat udang beku Indonesia berada pada posisi pasar rising star sedangkan sembilan negara berada pada posisi lost opportunity dan pada lima negara berada pada posisi retreat. Hasil analisis data panel menunjukkan variabel yang berpengaruh positif adalah GDP per kapita riil negara tujuan, harga udang pesaing, dan jarak ekonomi sedangkan variabel yang berpengaruh negatif adalah GDP per kapita riil Indonesia, harga udang Indonesia dan nilai tukar riil. Kata kunci : EPD, gravity model, posisi pasar, RCA, volume ekspor ABSTRACT ISTI RAHMADHANI GUNAWAN. Competitiveness and Determinant of Export of Indonesian Frozen Shrimp in Destination Countries. Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM. Frozen shrimp is one of Indonesian export commodities that has the biggest shares on total fisheries export. Indonesia is the fourth biggest exporters of frozen shrimp in the world. However, it didn t mean that competitiveness is high too. Hence, the purposes of this research are to analyze competitiveness and market position of frozen shrimp and to analyze the determinant of export of frozen shrimp in the world, especially on 15 countries from using gravity model analyzed by static data panel. RCA (Revealed Comparative Advantage) analysis shows that frozen shrimp Indonesia has high comparative advantage on all destination countries except Spain. EPD (Export Dynamic Product) analysis shows that market position is rising star only in United States. Meanwhile, market position is in lost opportunity in nine destination countries and the rest is in retreat. Based on gravity model, it is shown that the increasing on GDP real per capita of destination country, frozen shrimp price of rival country, and economics distance have positive effect on frozen shrimp export. Meanwhile, the increasing on GDP real per capita of Indonesia, frozen shrimp price of Indonesia, and real exchange rate have negative effects on frozen shrimp export. Keyword : EPD, gravity model, market position, RCA, volume of export.

5 DAYA SAING DAN DETERMINAN EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA DI NEGARA TUJUAN EKSPOR ISTI RAHMADHANI GUNAWAN Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 sampai April 2015 adalah perdagangan internasional dengan judul Daya Saing dan Determinan Ekspor Udang Beku Indonesia ke Negara Tujuan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim, MA Ec selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan secara teknis dan teoritis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Widyastutik SE MSi selaku dosen penguji utama dan juga kepada Ibu Dr Eka Puspitawati sebagai dosen komisi pendidikan yang telah memberi banyak saran. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Papa Gunawan, Mama Hastiah, Abang Indra, Kakak Indri dan Dini serta seluruh keluarga atas doa dan dukungannya Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi, keluarga besar ESP 48, kepada seluruh sahabat Emir, Yuyun, Uyul, Hanif, Evi, Melisa, Tisa, Dika, Zahrina, Azka sebagai tempat berbagi suka dan duka, dan juga kepada Aga dan Faisal selaku teman sebimbingan yang saling mendukung dan juga kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama empat tahun belajar disini. Penulis berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Mei 2015 Isti Rahmadhani Gunawan

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI vi DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Rumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 7 Tinjauan Teori 7 Teori Perdagangan Internasional 7 Hubungan GDP Riil per Kapita dengan Perdagangan Internasional 8 Hubungan Harga dengan Perdagangan Internasional 10 Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Perdagangan Internasional 10 Hubungan Jarak Ekonomi dengan Perdagangan Internasional 11 Konsep Daya Saing 11 Teori Keunggulan Absolut 11 Teori Keunggulan Komparatif 12 Teori Keunggulan Kompetitif 12 Penelitian Terdahulu 13 Kerangka Pemikiran 14 Hipotesis Penelitian 15 METODE PENELITIAN 16 Jenis dan Sumber Data 16 Metode Analisis Data 17 Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) 17 Analisis Export Product Dynamic (EPD) 17 Gravity Model 19 Pemilihan Model Panel Data 20 Perumusan Model Panel Data 21 Uji Kesesuaian Model 22 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 Analisis Daya Saing Udang Beku Indonesia ke Negara Tujuan dengan Negara Pesaingnya Periode Analisis Posisi Pasar Udang Beku Indonesia ke Negara Tujuan dengan Negara Pesaingnya Periode Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Udang Beku Indonesia ke Negara Tujuan tahun Interpretasi Hasil Analisis Panel Data 29 Pengaruh GDP Riil per Kapita Indonesia terhadap Volume Ekspor Udang Beku 30

10 Pengaruh GDP Riil per Kapita Negara Tujuan terhadap Volume Ekspor Udang Beku 30 Pengaruh Harga Ekspor Udang Beku Indonesia terhadap Volume Ekspor Udang Beku 30 Pengaruh Harga Ekspor Udang Beku Negara Pesaing terhadap Volume Ekspor Udang Beku 31 Pengaruh Nilai Tukar Riil Indonesia dengan Negara Tujuan terhadap Volume Ekspor Udang Beku 31 Pengaruh Jarak Ekonomi Indonesia dengan Negara Tujuan terhadap Volume Ekspor Udang Beku 31 SIMPULAN DAN SARAN 32 Simpulan 32 Saran 33 DAFTAR PUSTAKA 33 LAMPIRAN 37 DAFTAR TABEL 1 Negara pengekspor udang terbesar di dunia tahun Negara tujuan, negara pesaing dan harga pesaing 7 3 Data dan sumber data 16 4 Posisi pasar 18 5 Rata-rata nilai RCA Indonesia dan negara pesaing ke negara tujuan ekspor tahun Posisi pasar udang beku Indonesia dan negara pesaing di negara tujuan ekspor tahun Hasil estimasi faktor-faktor yang memengaruhi volume ekspor udang pada 15 negara tujuan utama pada periode DAFTAR GAMBAR 1 Kontribusi nilai ekspor komoditas perikanan terhadap total eksporsektor perikanan 1 2 Kontribusi nilai ekspor udang beku terhadap komoditas udang 3 3 Pergerakan nilai ekspor udang beku 10 negara eksportir udang beku terbesar di dunia 3 4 Pangsa pasar udang beku setiap negara eksportir terbesar di dunia tahun Negara tujuan ekspor udang beku Indonesia tahun Proses terjadinya perdagangan internasional 8 7 Pengaruh GDP perkapita terhadap perdagangan internasional 9 8 Pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan Internasional 10

11 9 Pengaruh jarak ekonomi terhadap perdagangan internasional Kerangka pikir operasional Matriks EPD 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan nilai RCA udang beku Indonesia di negara tujuan ekspor tahun Perhitungan nilai RCA udang beku negara pesaing di negara tujuan ekspor Olahan EPD udang beku Indonesia di negara tujuan Olahan EPD udang beku negara pesaing di negara tujuan ekspor udang beku Output eviews Uji Chow 55 6 Output eviews Uji Hausman 56 7 Output eviews REM 57 8 Efek cross section REM 57 9 Uji normalitas Uji multikolinieritas Menghitung LM statistik 58

12

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas sekitar 5,8 juta km 2 dengan wilayah perairan yang potensial. Selain itu, Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai yang relatif sangat panjang. Menurut Badan Informasi Geospasial (2010) garis pantai Indonesia sepanjang km dan merupakan garis pantai terpanjang keempat di dunia (KKP 2010). Wilayah laut yang luas dan garis pantai yang panjang merupakan potensi yang besar bagi Indonesia. Pengembangan potensi perikanan dan kelautan akan berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Pengembangan potensi tersebut dapat meningkatkan produksi hasil kelautan dan perikanan Indonesia dan juga dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia. Peningkatan nilai ekspor tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Udang merupakan salah satu komoditas sektor perikanan Indonesia, bahkan udang juga merupakan salah satu dari 10 komoditas ekspor utama di Indonesia (Kemendag 2014). Udang ditetapkan sebagai komoditas ekspor utama Indonesia karena nilai ekspor udang paling besar dibandingkan komoditi lainnya di sektor kelautan dan perikanan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. 24% 8% 1% 4% 2% 1% 2% Udang Ikan cakalang/tuna Rumput laut dan ganggang lainnya 34% Ikan lainnya Kepiting Mutiara Cumi-cumi, sotong, gurita Kekerangan, invertebrata Ikan hias produk ikan lainnya 5% 19% Sumber : Diolah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.(2013) Gambar 1 Kontribusi nilai ekspor komoditas perikanan terhadap total ekspor sektor perikanan Komoditas udang merupakan komoditas perikanan yang paling banyak berkontribusi terhadap total ekspor perikanan. Pada tahun 2012, kontribusi udang sebesar 34% dari total ekspor sektor perikanan yaitu dolar Amerika dari total ekspor perikanan dolar Amerika (KKP 2012). Setelah udang, komoditi perikanan yang memiliki kontribusi paling besar adalah ikan cakalang dan tuna sebesar 19%. Di dunia, Indonesia merupakan urutan kelima

14 2 negara penghasil terbesar udang di dunia pada tahun Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Negara pengekspor udang terbesar di dunia tahun 2013 Peringkat Negara Nilai Ekspor (1000 USD) Pangsa Pasar Dunia(%) 1 India , Vietnam , Ekuador , Tiongkok , Indonesia , Thailand , Argentina , Belanda , Denmark , Kanada ,77 2 Sumber : Diolah dari UNComtrade.(2014) Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat Indonesia berada di urutan kelima setelah India, Vietnam, Ekuador dan Tiongkok sebagai negara pengekspor udang terbesar di dunia yaitu sebesar dolar Amerika dengan pangsa pasar sebesar 8%. Meskipun demikian, udang beku Indonesia belum tentu mudah masuk ke pasar internasional. Persaingan udang Indonesia untuk masuk dan bertahan dipasar internasional sangat ketat. Oleh karena itu, diperlukan daya saing yang kuat bagi udang untuk bisa masuk dan bertahan di pasar internasional. Daya saing merupakan salah satu kriteria penting bagi suatu negara untuk melakukan perdagangan dengan negara lain. Daya saing sebuah produk menjadi syarat yang harus dimiliki agar produk tersebut dapat bertahan di pasar internasional. Secara teoritis, Porter (1990) menyatakan bahwa daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar luar negeri dan kemampuan untuk bertahan di dalam pasar tersebut. Oleh karena itu, di dalam perdagangan bebas, negara yang memiliki daya saing tinggi pada produk tertentu akan menikmati keuntungan dari perdagangan internasional. Rumusan Masalah Udang merupakan salah satu komoditas perikanan dan kelautan Indonesia yang menjadi komoditas ekspor utama. Udang yang diekspor terdiri atas beberapa bagian. Sistem klasifikasi Harmonized System (HS) membagi udang menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah udang beku dengan kode HS yang juga merupakan subbagian udang yang memiliki nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis udang lainnya. Gambar 2 menunjukkan persentase kontribusi udang beku terhadap komoditas udang secara keseluruhan tahun 2012.

15 3 20% 4% 3% 73% udang Udang beku Udang hidup Udang segar atau dingin Udang dikeringkan Udang diolah/diawetkan Udang lainnya Lobster beku Lobster hidup Lobster segar atau dingin Lobster dikeringkan Lobster lainnya Sumber : Diolah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. (2013) Gambar 2 Kontribusi nilai ekspor udang beku terhadap komoditas udang Kontribusi udang beku paling besar dibandingkan dengan jenis udang lainnya yaitu sebesar 73% dari total ekspor komoditas udang, diikuti oleh udang diolah atau diawetkan sebesar 20%. Hal itu menunjukkan udang beku merupakan salah satu komoditas ekspor utama di sektor perikanan dan kelautan. Indonesia juga merupakan salah satu negara eksportir udang beku terbesar di dunia. Indonesia selalu berada dalam sepuluh besar eksportir udang beku terbesar di dunia dalam 10 tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat pada Gambar Nilai ekspor 1000(USD) Belgium Belgia Canada Kanada Tiongkok China Denmark Ekuador Ecuador India Indonesia Malaysia Thailand Vietnam Sumber: Diolah dari UNComtrade.(2014) Gambar 3 Pergerakan nilai ekspor udang beku 10 negara eksportir udang beku terbesar di dunia

16 4 Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa pergerakan nilai ekspor udang beku Indonesia mengalami fluktuasi yang tidak begitu signifikan tetapi Indonesia konsisten sebagai 10 besar negara eksportir udang beku terbesar di dunia. Indonesia berada di peringkat 5 dunia dalam mengekspor udang beku pada tahun Dengan demikian Indonesia memiliki pangsa pasar udang beku yang cukup besar di pasar internasional. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Pangsa pasar 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 12% 13% 13% 14% 13% 13% 13% 13% 12% 13% 9% 10% 11% 2% 11% 13% 13% 14% 12% 11% 6% 3% 8% 3% 3% 3% 2% 3% 3% 2% 3% 8% 7% 9% 9% 10% 8% 8% 7% 7% 17% 14% 7% 12% 9% 10% 9% 9% 7% 9% 4% 5% 6% 6% 7% 7% 7% 9% 10% 12% 5% 4% 2% 2% 2% 7% 7% 8% 9% 8% 3% 3% 3% 4% 4% 3% 3% 3% 2% 2% Vietnam Thailand Malaysia Indonesia India Ecuador Ekuador Denmark China Tiongkok Canada Kanada Belgium Belgia Sumber: Diolah dari UNComtrade.(2014) Gambar 4 Pangsa pasar udang beku setiap negara eksportir terbesar di dunia tahun Gambar 4 menunjukkan bahwa kontribusi nilai ekspor udang beku Indonesia terhadap total ekspor udang beku dunia relatif konsisten selama 10 tahun terakhir yaitu berkisar pada rentang 7-10%. Pangsa pasar udang beku Indonesia di pasar internasional relatif bersaing jika dibandingkan dengan negara eksportir udang beku yang lainnya. Pada tahun 2006 pangsa pasar Indonesia berada pada urutan ketiga yaitu sebesar 10%. Hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa udang beku Indonesia diduga memiliki daya saing yang cukup kuat di pasar internasional. Daya saing tersebut dapat dioptimalkan salah satunya dengan cara mengetahui negara mana saja yang menjadi negara pengimpor udang beku terbesar Indonesia. Berdasarkan data yang didapatkan dari UNComtrade 2014, 10 besar negara pengimpor udang beku Indonesia terbesar di pasar internasional relatif sama dalam 10 tahun terakhir. Terdapat 15 negara yang menjadi 10 negara pengimpor udang beku Indonesia dalam 10 tahun terakhir yaitu Jepang, Amerika, Belgia, Inggris Raya, Hongkong, Perancis, Jerman, Tiongkok, Belanda, Kanada, Singapura, Spanyol, Italia, Australia, dan Vietnam. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 5.

17 Spanyol Australia Italia Singapura Jerman Belanda Kanada Vietnam Prancis Belgia Tiongkok Hongkong Inggris Raya Jepang Amerika Serikat Sumber : Diolah dari UNComtrade. (2014) Gambar 5 Negara tujuan ekspor udang beku Indonesia tahun Data yang kosong di negara tertentu bukan berarti negara tersebut tidak mengimpor udang dari Indonesia melainkan negara tersebut tidak termasuk dalam 10 besar negara tujuan ekspor udang beku Indonesia. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat 5 yang selalu menjadi 10 besar negara pengimpor udang beku Indonesia dalam 10 tahun terakhir, yaitu Amerika Serikat, Jepang, Inggris Raya, Hongkong, dan Tiongkok. Belgia dan Perancis selama 9 tahun, Vietnam selama 7 tahun, Kanada dan Belanda selama 5 tahun, Jerman, Italia dan Singapura 4 tahun, Australia 2 Tahun dan Spanyol selama 1 tahun. Oleh karena itu, daya saing udang beku Indonesia akan diteliti di lima belas negara tersebut untuk mengidentifikasi apakah udang beku Indonesia memiliki daya saing yang kuat di semua negara tujuan tersebut. Setelah mengetahui daya saing udang beku Indonesia di setiap negara tujuan, daya saing negara pesaing juga perlu diketahui. Hal tersebut bertujuan agar diketahui perbandingan daya saing udang beku Indonesia dengan negara pesaing di negara tujuan. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebut. Strategi yang tepat juga dibutuhkan dalam mengoptimalkan daya saing yang dimiliki Indonesia. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan ekspor udang beku di negara tujuan. Pada Gambar 5 terlihat bahwa volume ekspor udang beku Indonesia ke negara tujuan mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah udang beku yang diekspor ke setiap negara juga berbeda. Terdapat dua negara tujuan yang ekspornya sangat tinggi dibandingkan negara lain yaitu Amerika dan Jepang. Selain itu terdapat juga negara yang pada

18 6 tahun 2004 merupakan negara pengimpor udang beku Indonesia urutan ketiga yaitu Belgia, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013, Belgia tidak lagi menjadi 10 besar pengimpor udang beku Indonesia. Berbeda dengan Vietnam, pada tahun 2004 Vietnam bukan merupakan negara 10 besar pengimpor udang beku Indonesia. Tetapi pada tahun 2013 Vietnam berada pada urutan keempat setelah Amerika, Jepang dan Inggris Raya. Demikian juga dengan negara lainnya. Hal tersebut diduga dapat terjadi karena beberapa faktor, baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Dengan demikian, penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi udang beku ke negara tujuan penting dilakukan untuk menguji pendugaan tersebut. Oleh karena itu, rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana daya saing udang beku Indonesia di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia? 2. Bagaimana daya saing udang beku Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia? 3. Apakah faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang beku di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah disusun yaitu untuk 1. Mengindentifikasi daya saing udang beku Indonesia di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia. 2. Mengidentifikasi daya saing udang beku Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang beku di negara tujuan ekspor udang beku Indonesia. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain 1. Untuk penulis Penulisan penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang udang beku dan dalam menyusun penelitian. 2. Untuk akademik Secara akademik, makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dan bahan acuan bagi yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini maupun yang ingin melanjutkan penelitian ini. 3. Untuk pemerintah /instansi terkait Manfaatnya untuk pemerintah adalah pemerintah bisa menjadikan penelitian ini sebagai bahan acuan dalam membuat kebijakan.

19 7 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini membahas analisis daya saing dan determinan ekspor udang beku di pasar internasional. Jenis udang beku yang diteliti yaitu udang beku HS 1996 digit 6 dengan kode Periode yang dianalisis dari tahun Negara yang digunakan dalam penelitian ini adalah data 15 negara yang merupakan negara tujuan ekspor terbesar udang beku Indonesia. Negara pesaing yang digunakan dalam analisis daya saing adalah dua negara eksportir terbesar di negara tujuan pada tahun Harga udang beku pesaing yang digunakan dalam analisis determinan ekspor udang beku Indonesia adalah harga eksportir udang beku terbesar di negara tujuan ekspor pada tahun Daftar negara yang digunakan dalam penelitian ini tercantum pada Tabel 2. Tabel 2 Negara tujuan, negara pesaing dan harga pesaing No Negara Tujuan Negara Pesaing Negara untuk Harga Udang Pesaing 1 Australia Tiongkok Thailand Thailand 2 Belgia Ekuador India India 3 Kanada India Thailand Thailand 4 Tiongkok Kanada Vietnam Vietnam 5 Perancis Ekuador Belgia Ekuador 6 Jerman Vietnam Belgia Vietnam 7 Hongkong Tiongkok Vietnam Tiongkok 8 Italia Ekuador Spanyol Ekuador 9 Jepang Thailand Vietnam Vietnam 10 Belanda Belgia India Belgia 11 Singapura Tiongkok Vietnam Vietnam 12 Spanyol Argentina Ekuador Argentina 13 Inggris Raya India Thailand India 14 Amerika Serikat Ekuador India India 15 Vietnam Ekuador India India TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Teori Perdagangan Internasional Salvatore (1997) mengemukakan bahwa teori perdagangan internasional menganalisis dasar-dasar terjadinya perdagangan internasional serta keuntungan yang diperolehnya. Tujuan setiap negara melakukan perdagangan adalah mendapatkan keuntungan. Ketersediaan sumber daya alam dan sumber daya

20 8 manusia suatu negara memengaruhi ketergantungan suatu negara dengan negara lain sehingga negara yang memiliki sedikit sumber daya alam dan sumber daya manusia akan lebih bergantung pada perdagangan internasional. Penganut merkantilisme berpendapat bahwa semakin banyak emas dan perak maka semakin kaya dan kuat suatu negara tersebut dan satu-satunya cara suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan ekspor sebanyak mungkin dan impor sedikit mungkin. Hal tersebut membutuhkan peranan negara yang kuat terhadap aktivitas ekonomi suatu negara untuk menggunakan seluruh kekuatannya untuk meningkatkan ekspor dan menurunkan impor (Salvatore 1997). Namun Krugman (2003) berpendapat lain, terdapat beberapa tujuan melakukan perdagangan selain untuk mendapatkan keuntungan, antara lain : 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain 2. Negara-negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi (economics of scale) Perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan, penawaran dan harga di setiap negara. Secara grafis proses perdagangan dapat dijelaskan pada Gambar 6. S S S P B E P D P D P D E D P A D D Q d Q e Q s Negara A Dunia Negara B Sumber : Salvatore. (1997) Gambar 6 Proses terjadinya perdagangan internasional Q e Pada Gambar 6 diasumsikan terjadi perdagangan udang beku. Harga udang beku di negara A sebesar Pa, harga udang beku di negara B sebesar Pb dan harga udang beku di pasar internasional Pw. Gambar 6 menunjukkan adanya perbedaan pemintaan, penawaran dan harga di dua negara tersebut. Harga di negara A lebih murah daripada di negara B. Jika harga Pb diterapkan di negara A maka terjadi kelebihan penawaran di negara A. Hal tersebut juga terjadi di negara B, jika diterapkan harga Pa di negara B maka terjadi kelebihan permintaan. Pertemuan antara kelebihan permintaan dan kelebihan penawaran yang akhirnya membentuk keseimbangan di pasar internasional antara dua negara tersebut, yaitu di W pada harga Pw. Negara A akan mendapatkan keuntungan yang lebih jika melakukan perdagangan dengan negara B karena harga dunia lebih rendah dari harga di negara B tetapi lebih tinggi daripada harga di negara A, demikian pula dengan negara B sehingga perdagangan terjadi antar negara A dan negara B. Hubungan GDP Riil per Kapita dengan Perdagangan Internasional Gross Domestic Product (GDP) diartikan sebagai pendapatan total setiap orang dalam perekonomian dan juga diartikan sebagai pengeluaran total atas output dan jasa perekonomian. GDP nominal merupakan nilai output yang Q s Q e Q d

21 9 dihitung dengan harga tahun tertentu. GDP riil merupakan nilai output sekarang yang diukur pada harga periode dasar. GDP riil menunjukkan perubahan yang terjadi atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak (Lipsey et al.1993). GDP riil per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan setiap individu dalam perekonomian dengan memperhatikan adanya pengaruh harga. Tingkat konsumsi atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari pendapatan per kapita riil suatu negara. Secara matematis, GDP per kapita riil dapat ditulis sebagai berikut: GDP riil GDP riil per kapita = Populasi Perubahan pendapatan suatu negara merupakan salah satu sumber pergeseran fungsi ekspor (Stiglitz 1993). Jika pendapatan meningkat maka permintaan ekspor terhadap suatu barang normal akan meningkat. Hal ini terjadi karena adanya efek pendapatan. Efek pendapatan merupakan pengaruh perubahan pendapatan riil terhadap kuantitas yang diminta (Lipsey et al.1993). Secara grafik pengaruh pendapatan perkapita riil terhadap perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 7. S S P E E S P P P D E P D D D D Q d Q e Q s Q e Q d Q s Q s Q d Negara A Dunia Negara B Gambar 7 Pengaruh GDP per kapita terhadap perdagangan internasional Pada Gambar 7 menjelaskan pengaruh kenaikan GDP riil perkapita terhadap perdagangan internasional. Peningkatan GDP riil perkapita berdampak pada daya beli masyarakat dunia yang meningkat sehingga kurva demand bergeser keatas. Dengan demikian terjadi peningkatan ekspor negara A dari QdQs menjadi Qd Qs dan juga terjadi peningkatan impor negara B dari QsQd menjadi Qs Qd. Oleh karena itu GDP riil per kapita meningkat maka ekspor suatu komoditi juga meningkat. Hal tersebut didukung oleh penelitian Bergstrand dan Egger (2010) yang menyatakan persamaan gravitasi dalam perdagangan adalah sebagai berikut: Aliran Perdagangan = (GDPexportir)(GDPimportir)/jarak kedua negara Berdasarkan persamaan tersebut dapat dilihat bahwa aliran perdagangan berbanding lurus dengan GDP negara eksportir maupun importir. Menurut Baier dan Bergstrand (2001) GDP negara eksportir dalam model ini dapat diinterpretasikan sebagai kapasitas produksi negara tersebut. GDP negara importir dalam model tersebut dapat diinterpretasikan sebagai kapasitas absorsi negara tersebut. Q s Q e Q d

22 10 Hubungan Harga dengan Perdagangan Internasional Harga didefinisikan sebagai suatu nilai yang diberikan dalam menukarkan barang atau jasa. Jika harga suatu barang tinggi maka produsen punya insentif untuk meningkatkan produksinya. Jika harga suatu barang rendah maka konsumen memiliki insentif untuk mengonsumsi lebih banyak (Stiglitz 1993). Sama halnya dengan faktor yang memengaruhi permintaan di dalam perdagangan internasional jumlah ekspor dan impor juga dipengaruhi harga, yaitu harga domestik dan harga internasional. Ketika harga domestik relatif lebih mahal daripada harga internasional maka penduduk negara tersebut lebih memiliki insentif untuk mengonsumsi barang luar negeri sehingga jumlah impor negara tersebut meningkat dan net ekspornya menurun. Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Perdagangan Internasional Nilai tukar antara dua negara merupakan tingkat harga yang disepakati antara dua negara untuk melakukan perdagangan. Nilai tukar terdiri dari nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari mata uang dua negara. Nilai tukar riil merupakan harga relatif dari dari barangbarang antara dua negara (Mankiw 2007). Nilai tukar riil juga diartikan sebagai nilai tukar yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga pada setiap negara. (Stiglitz 1993). Nilai tukar riil berhubungan dengan nilai tukar nominal. Secara matematis nilai tukar riil dapat dituliskan sebagai berikut : Nilai tukar nominal x Harga barang domestik Nilai tukar riil = Harga barang luar negeri Nilai tukar riil dapat dihitung dari perkalian nilai tukar nominal antar dua negara dengan perbandingan harga barang domestik dan harga barang luar negeri. Jika nilai tukar riil suatu negara rendah, maka harga barang domestik lebih murah dan harga barang luar negeri lebih mahal. Sehingga negara tersebut lebih memilih untuk mengekspor barangnya keluar negeri sehingga ekspor meningkat, demikian pula sebaliknya. Mekanisme pengaruh nilai tukar riil terhadap perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 8. S S S P P P P D E P D E D D Q d Q e Q s Q e Q d Q s Q s Q d Negara A Dunia Negara B Gambar 8 Pengaruh nilai tukar terhadap perdagangan internasional Gambar 8 menjelaskan pengaruh penurunan nilai tukar negara A terhadap negara B. Penurunan nilai tukar negara A terhadap negara B menyebabkan harga dari negara A relatif lebih murah. Dengan demikian, hal tersebut berdampak pada Q s Q e Q d

23 11 daya beli masyarakat dunia meningkat sehingga demand di dunia bergeser dari D ke D. Hal tersebut menyebabkan terjadi harga dunia di negara A relatif lebih tinggi dari sebelumnya sehingga terjadi peningkatan ekspor di negara A, demikian juga dengan negara B. Harga dunia di negara B relatif lebih murah daripada sebelumnya sehingga terjadi peningkatan impor di negara B. Hubungan Jarak Ekonomi dengan Perdagangan Internasional Jarak digunakan sebagai variabel yang mewakili biaya transportasi (Vido dan Prentice 2003). Menurut Li et al (2008) jarak ekonomi merupakan suatu nilai yang diperoleh dari perkalian jarak geografis dengan GDP nominal negara tujuan kemudian dibagi dengan total GDP nominal negara tujuan. Secara matematis jarak ekonomi dapat dituliskan sebagai berikut: GDP negara j Jarak Ekonomi = Jarak geografis antar negara X Ʃ GDP negara j Semakin jauh jarak maka semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah ekspornya. Secara grafis dapat dijelaskan mekanisme pengaruh nilai tukar riil terhadap perdagangan internasional. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. S S S S P P P P P A D D Q d D Q d Q e Q Q s Q e Q s Q Q Negara A Dunia Negara B Gambar 9 Pengaruh jarak ekonomi terhadap perdagangan internasional Gambar 9 menjelaskan pengaruh jarak ekonomi terhadap perdagangan internasional. Jarak ekonomi merupakan proxy dari biaya transportasi. Ketika ada jarak ekonomi maka supply dunia mengalami penurunan, sehingga supply bergeser dari S ke S. Hal tersebut mengakibatkan penurunan ekspor negara A dan juga penurunan ekspor negara B. Konsep Daya Saing Pengertian daya saing dalam perdagangan internasional merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki dan dapat bertahan dalam pasar internasional. Jadi, produk yang mempunyai daya saing adalah produk yang banyak diminati konsumen (Tambunan 2001) dalam Karlinda (2012). Indikator yang lazim digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Teori Keunggulan Absolut Menurut Adam Smith perdagangan antar dua negara didasarkan pada keunggulan absolut yang dimiliki oleh suatu negara. Keunggulan absolut suatu Q e Q d

24 12 komoditi terjadi ketika suatu negara lebih efisien dalam memproduksi sebuah komoditi daripada negara lain. Efisiensi dapat dilihat dari produktivitas suatu negara dalam memproduksi komoditi tersebut, yaitu dengan melihat produksi yang dapat dihasil oleh satu pekerja dalam suatu satuan waktu tertentu. Negara akan memperoleh keuntungan dengan cara melakukan spesialisasi pada komoditi yang memiliki keunggulan absolut (Salvatore 1997). Teori Keunggulan Komparatif Pada abad ke 19 David Ricardo mengemukan teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage). Ricardo menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi meskipun suatu negara kurang efisien memproduksi kedua komoditi dibandingkan dengan negara lain. Negara tersebut masih bisa melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian absolut yang lebih kecil. Menurut Ricardo, upah pekerja dalam memproduksi suatu komoditi memengaruhi biaya produksi dan harga komoditi tersebut (Salvatore 1997). Pada tahun 1936, Harberler menjelaskan teori keunggulan komparatif berdasarkan teori biaya oportunitas. Menurut Harberler, biaya suatu komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumberdaya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama. Jadi, negara yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi suatu komoditi akan memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut. Keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya yang lebih murah daripada negara lainnya. Pada teori ini, dalam konteks dua negara, jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif pada suatu komoditas maka negara lain memiliki keunggulan komparatif pada suatu komoditas lainnya (Salvatore 1997). Teori Keunggulan Kompetitif Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara untuk dapat bersaing di pasar internasional. Konsep keunggulan kompetitif menyatakan bahwa kondisi alami tidak menjadi penghambat karena keunggulan suatu komoditas atau produk dapat diusahakan dan keunggulan suatu negara bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar (Porter 1990). Terdapat empat faktor penentu keunggulan kompetitif nasional menurut Porter (1990), yaitu kondisi faktor produksi suatu negara, kondisi permintaan suatu negara, adanya industri yang terkait dan mendukung daya saing dan strategi, struktur dan persaingan industri dalam negeri. Peran pemerintah dalam meningkatkan daya saing adalah sebagai katalis dan pesaing untuk mendorong perusahaan agar meningkatkan kinerja mereka untuk mencapai tingkat daya kompetitif yang lebih tinggi.

25 13 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang analisis daya saing. Karlinda (2012) meneliti tentang daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor mutiara menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) memperoleh hasil bahwa mutiara Indonesia memiliki keunggulan komparatif atau daya saing yang kuat ke negara Australia, Hongkong, dan Jepang. Bustami dan Hidayat (2013) meneliti tentang analisis daya saing produk ekspor Sumatera Utara dengan menggunakan metode RCA, Revealed Trade Comparative Advantage (RCTA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Hasilnya menunjukkan bahwa 10 produk utama Sumatera Utara menunjukkan daya saing yang berbeda, ada yang berdaya saing kuat ada juga yang lemah. Rakhmawan (2009) meneliti tentang daya saing komoditas udang Indonesia di pasar internasional menggunakan metode RCA. Jenis udang yang diteliti adalah udang beku dan tak beku dari jenis udang windu dan vaname. Hasil penelitiannya adalah komoditi udang Indonesia berdaya saing kuat karena nilai RCA mencapai angka puluhan. Kiet (2006) meneliti tentang keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif industri udang di delta sungai Mekong Vietnam menggunakan metode RCA, Policy Analysis Method (PAM), Resource Cost Ratio (RCR), Net Social Profit (NSP) dan Net Private Profitability (NPP). Hasilnya menunjukkan bahwa produk udang memiliki daya saing tinggi dipasar internasional dilihat dari RCA lebih dari satu. Nilai RCR yang dibatas 0 menunjukan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif kuat. Hasil NSP dan NPP menunjukkan bahwa produksi udang mendukung industri udang. Natalia dan Nurozy (2012) meneliti tentang kinerja daya saing produk perikanan Indonesia di pasar global menggunakan RCA. Hasilnya menunjukkan bahwa 46 komoditas perikanan dalam HS digit 6 memiliki daya saing kuat dan sisanya sekitar 71 komoditas memiliki daya saing lemah. Selain itu, terdapat juga penelitian yang mengenai faktor-faktor yang memengaruhi ekspor suatu negara. Rajagukguk (2009) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pangsa pasar rumput laut Indonesia menggunakan Fixed Effect Model. Variabel yang digunakan dan berpengaruh secara statistik adalahvolume ekspor ke negara tujuan (Q), nilai tukar (NT) dan GDP per kapita negara tujuan (GDP). Variabel harga ekspor (PX) dan produksi rumput laut nasional (PR) tidak berpengaruh nyata secara statistik. Ayuwangi dan Widyastutik (2013) menganalisis tentang pengaruh variabel ekonomi dan nonekonomi terhadap impor Indonesia dari ASEAN+6 melalui moda transportasi laut. Hasil penelitiannya menunjukkan faktor yang berpengaruh positif adalah GDP per kapita dan kualitas pelabuhan sedangkan faktor yang berpengaruh negatif adalah jarak ekonomi, nilai tukar riil, stabilitas politik dan efektivitas pemerintah. Sari (2014) juga menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor kayu lapis. Hasilnya adalah faktor yang berpengaruh adalah GDP riil Indonesia dan negara tujuan, IHK Indonesia dan negara tujuan, jarak ekonomi, nilai tukar dan krisis keuangan tahun Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan untuk menghitung daya saing suatu komoditas dapat menggunakan RCA, EPD, RCTA, ISP, PAM, RCR,

26 14 NSP dan NPP. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah RCA untuk melihat keunggulan komparatif dan EPD untuk melihat posisi pasar udang beku. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi ekspor suatu komoditas khusus komoditas kelautan dan perikanan berdasarkan beberapa penelitian tersebut adalah nilai tukar, GDP per kapita Indonesia negara tujuan, harga ekspor, produksi, kualitas pelabuhan, stabilitas politik, efektivitas pemerintah, IHK Indonesia dan negara tujuan, jarak ekonomi dan krisis keuangan tahun Dengan demikian, beberapa variabel yang diduga merupakan determinan ekspor udang beku dalam penelitian ini adalah GDP per kapita Indonesia dan negara tujuan, Harga ekspor udang beku Indonesia dan negara pesaing di negara tujuan, nilai tukar dan jarak ekonomi. Kerangka Pemikiran Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang km. Hal tersebut menjadi salah satu sumber daya potensial Indonesia untuk meningkatkan perekonomian khususnya melalui ekspor yang berdampak langsung pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Akan tetapi,selama tahun rata-rata kontribusi sektor perikanan dan kelautan terhadap PDB masih sebesar 2,2 % (BPS 2014). Udang merupakan salah satu komoditas yang memiliki kontribusi terbesar terhadap devisa negara dari sektor perikanan. Diantara beragamnya jenis udang yang diekspor negara Indonesia, jenis udang beku memiliki kontribusi yang paling besar. Pangsa pasar udang beku Indonesia di pasar internasional juga relatif besar. Dengan demikian, udang beku memiliki daya saing yang tinggi. Oleh karena itu penelitian ini akan meneliti bagaimana daya saing dan posisi pasar udang beku Indonesia di pasar internasional khususnya pada 15 negara utama tujuan ekspor udang beku Indonesia. Ekspor yang tinggi tidak menentukan udang beku memiliki daya saing yang kuat di negara tujuan. Daya saing udang negara pesaing juga perlu diketahui untuk membandingkan dengan daya saing dan posisi pasar di masing-masing negara tujuan ekspor tersebut. Ekspor udang beku di negara tujuan berfluktuasi setiap tahunnya. Negara tujuan ekspor terbesar juga berbeda. Hal tersebut diduga dapat terjadi karena beberapa faktor. Oleh karena itu faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang beku perlu untuk diketahui. Faktor-faktor yang diduga memengaruhi ekspor udang beku adalah pendapatan nasional, nilai tukar, harga udang beku Indonesia, harga udang beku pesaing dan jarak ekonomi. Faktor-faktor tersebut akan diuji untuk melihat pengaruhnya terhadap ekspor udang beku. Pengaruh yang disebabkan masing-masing faktor dapat ditindaklanjuti sehingga dapat meningkatkan ekspor udang beku Indonesia. Secara ringkas, kerangka pemikiran tersebut diilustrasikan pada Gambar 10.

27 15 Konstribusi ekspor sektor kelautan dan perikanan (KP) relatif kecil Udang beku merupakan hasil sektor KP yang memiliki nilai ekspor dan pangsa pasar di dunia yang relatif tinggi Ekspor tinggi yang tinggi tidak menentukan daya saing juga tinggi. Nilai ekspor juga berfluktuasi baik antar tahun maupun antar negara Diperlukan Daya saing Indonesia dan negara pesaing Faktor-faktor yang memengaruhi ekspor udang beku Daya saing dan posisi pasar udang beku Indonesia di negara tujuan ekspor dibandingkan dengan negara importir lainnya 1. GDP riil negara tujuan ekspor 2. Harga udang beku domestik 3. Harga udang internasional 4. Nilai tukar riil negara tujuan ekspor 5. Jumlah penduduk pengimpor 6. Jarak ekonomi hasil Nilai Ekspor Meningkat Gambar 10 Kerangka pikir operasional Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah disusun, maka dapat ditarik beberapa dugaan sementara (hipotesis) penelitian ini, yaitu 1. GDP riil per kapita Indonesia merupakan representasi dari pendapatan masyarakat Indonesia. Peningkatan GDP riil per kapita mengindikasikan kapasitas produksi yang meningkat di Indonesia. Dengan demikian, GDP riil per kapita Indonesia diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap volume ekspor udang beku Indonesia. 2. GDP riil per kapita negara tujuan merupakan representasi dari pendapatan masyarakat negara importir. Udang beku diasumsikan barang normal sehingga peningkatan GDP riil per kapita negara tujuan dapat meningkatkan

28 16 permintaan udang. Dengan demikian, GDP riil diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap permintaan ekspor udang beku Indonesia. 3. Harga udang beku Indonesia diduga memiliki pengaruh negatif terhadap volume ekspor udang beku Indonesia di negara tujuan ekspor. Jika harga meningkat maka permintaan udang beku Indonesia menurun. 4. Harga udang beku negara pesaing diduga memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor udang beku Indonesia. Udang beku negara pesaing diasumsikan merupakan barang substitusi dari udang beku Indonesia sehingga peningkatan harga udang beku negara pesaing akan meningkatkan volume ekspor udang beku Indonesia. 5. Nilai tukar riil Indonesia terhadap negara tujuan diduga berpengaruh negatif terhadap volume ekspor udang beku Indonesia. Perubahan nilai tukar antar dua negara mengakibatkan terjadinya perubahan harga relatif yang diterima oleh konsumen negara tujuan ekspor. Ketika terjadi depresiasi nilai tukar Indonesia terhadap negara tujuan mengakibatkan harga barang Indonesia lebih murah dibandingkan harga barang negara pesaing. 6. Jarak ekonomi merupakan variabel yang merepresentasikan hambatan perdagangan seperti biaya transportasi, waktu pengiriman ataupun hambatan akses pasar. Peningkatan jarak ekonomi berarti terjadi peningkatan hambatan perdagangan. Hal tersebut berdampak pada penurunan volume ekspor udang beku Indonesia. Oleh karena itu, jarak ekonomi diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk udang beku Indonesia. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) dengan periode tahunan, yaitu dari 2004 sampai 2013 dan data cross section yaitu 15 negara tujuan terbesar Indonesia. Data tersebut digunakan dalam analisis daya saing yaitu RCA dan EPD dan analisis determinan ekspor udang beku. Data dan sumber data yang digunakan sebagai peubah dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Data dan sumber data Variabel Satuan Simbol Sumber Nilai Ekspor * USD X UN COMTRADE Volume Ekspor (variabel TON Vijt UN COMTRADE dependen) GDP riil per kapita Indonesia USD GDPit World Bank GDP riil per kapita Negara USD GDPjt World Bank Tujuan Ekspor Jarak Geografi Km Jt CEPII Harga Udang Indonesia USD Pit UN COMTRADE

29 17 Variabel Satuan Simbol Sumber Harga Udang Dunia USD Pw World Bank Nilai Tukar Riil Indonesia terhadap negara tujuan Mata uang negara tujuan ERijt UNCTAD *) Data digunakan untuk analisis daya saing RCA dan EPD Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Alat analisis yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD) untuk melihat daya saing udang beku dan Gravity model untuk melihat faktor faktor yang memengaruhi volume ekspor udang beku Indonesia. Pengolahan data dibantu dengan software Eviews 6 dan Microsoft Excel Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis RCA digunakan untuk melihat keunggulan komparatif suatu produk. Analisis RCA menjelaskan jika ekspor dari suatu negara atas suatu jenis barang yang merupakan persentase dari jumlah ekspor produk negara tersebut lebih tinggi daripada pangsa ekspor barang yang sama maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif pada barang tersebut (Kalaba 2012). Terdapat beberapa peubah yang digunakan untuk menghitung daya saing suatu komoditi melalui perhitungan RCA. Adapun metode perhitungan RCA adalah sebagai berikut: RCA = (Xi / Xt) /(Wi / Wt) Keterangan : Xi : Nilai ekspor komoditi udang beku Indonesia ke negara importir udang beku Indonesia Xt : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir udang beku Indonesia Wi : Nilai ekspor komoditi udang beku dunia ke negara importir udang beku Indonesia Wt : Nilai total ekspor dunia ke negara importir udang beku Indonesia Nilai RCA yang lebih dari satu menyatakan bahwa komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing kuat. Nilai RCA yang kurang dari satu, menyatakan bahwa produk-produk tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif atau berdaya saing lemah. Analisis Export Product Dynamic (EPD) Pendekatan Export Product Dynamics (EPD) digunakan untuk mengidentifikasi keunggulan kompetitif suatu komoditi. Analisis EPD juga digunakan untuk mengetahui suatu komoditi dengan performa yang dinamis atau tidak pada pasar suatu negara. Indikator ini mengukur posisi pasar dari produk suatu negara pada negara lain. Sebuah matriks EPD terdiri dari daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk pada pasar tujuan tertentu. Informasi

30 18 kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada pasar tujuan tertentu. Kombinasi dari daya tarik pasar dan kekuatan bisnis ini menghasilkan karakter posisi pasar suatu produk ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah rising star, falling star, lost opportunity, dan retreat (Esterhuizen 2006). Berdasarkan analisis ini, posisi pasar yang ideal adalah rising star. Posisi tersebut mengindikasi suatu negara meraih pangsa pasar pada produk yang tumbuh dengan cepat. Posisi lost opportunity merupakan posisi pasar yang paling tidak diinginkan karena posisi pasar ini mengindikasi suatu negara kehilangan pangsa pasar pada produk yang dinamis. Posisi falling star juga tidak diinginkan, meskipun lebih baik jika dibandingkan dengan lost opportunity karena pangsa pasar suatu negara meningkat pada produk yang tidak dinamis. Posisi retreat mungkin tidak diinginkan, tetapi mungkin juga diinginkan pergerakan produk beralih pada produk yang dinamis. Posisi pasar tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini (Estherhuizen 2006). Tabel 4 Posisi pasar Share of Country s Export in World Trade Share of Product in World Trade Rising (Dynamic) Falling (Stagnant) Rising (Competitive) Rising star Falling star Falling (Non-Competitive) Lost opportunity Retreat Sumber: Nabi dan Luthria (2002)dalam Esterhuizen (2006) Hasil penentuan posisi pasar suatu produk dapat dilihat pada matriks dibawah ini melalui Gambar 12 yang menggambarkan posisi pasar pada masingmasing kuadran dengan sumbu x sebagai pangsa pasar ekspor dan sumbu y sebagai pangsa pasar produk. Lost Opportunity Rising star Retreat Falling star Gambar 11 Matriks EPD Keterangan : - Sumbu x menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor negara tertentu di perdagangan dunia. - Sumbu y menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia. Adapun rumus yang digunakan dalam perhitungan EPD ini, diantaranya: Sumbu x: Pertumbuhan kekuatan bisnis atau disebut pangsa pasar ekspor i:

31 19 t t Xij Xij 100% 100% t 1 Wij Wij t t 1 t 1 Sumbu y: T Pertumbuhan daya tarik pasar atau disebut pangsa pasar produk: t t Xt Xt W 100% 100% t 1 t Wt t t 1 t 1 T Keterangan : Xij : Nilai ekspor produk i Indonesia ke negara importir udang beku Indonesia Wij : Nilai ekspor produk i dunia negara importir udang beku Indonesia Xt : Nilai total ekspor Indonesia ke negara importir udang beku Indonesia Wt : Nilai total ekspor dunia ke negara importir udang beku Indonesia T : Jumlah tahun analisis Gravity Model Model gravitasi telah menjadi salah satu model empiris yang sukses dalam pemodelan ekonomi. Model gravitasi oleh ahli ekonomi dalam bidang perdagangan dianalogikan dengan hukum gravitasi yang ditemukan oleh Isaac Newton (Anderson 2010). Model gravitasi ekonomi digunakan untuk menguji peran biaya transportasi terhadap perdagangan suatu komoditi (Vido dan Prentice 2013). Model digunakan untuk menjelaskan aliran perdagangan bilateral yang dapat dijelaskan secara metode statistika dengan membagi ukuran ekonomi antara dua negara yang direpresentasikan dengan GDP dengan jarak antara pusat perdagangan antara kedua negara. (Bergstrand dan Egger 2010). Para peneliti menduga persamaannya sebagai berikut: PX= (GDPit)(GDPjt) / DISTijt Keterangan : i : Indonesia j : Negara tujuan Peubah PX merupakan nilai aliran perdagangan. GDPit merupakan GDP negara asal, GDPjt merupakan GDP negara tujuan dan DISTijt merupakan jarak antara kedua negara. Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah menjadi bagian dari β0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua negara. Log PX (Aliran perdagangan bilateral) = β0 + β1log (GDPit) + β2log (GDPjt) + β3log (Jarakijt) + εijt Penerapan konsep gravitasi pada model ini menggunakan volume ekspor udang beku sebagai variabel yang mewakili aliran perdagangan bilateral. Variabel yang mewakili total permintaan domestik diwakili oleh GDP per kapita Indonesia, permintaan negara tujuan direpresentasikan dengan GDP per kapita negara tujuan. Sementara itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara pengimpor dan negara pengekspor yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel jarak, harga ekspor komoditi dan nilai tukar riil antar dua negara.

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan internasional. Dalam era perdagangan bebas saat ini, daya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti yang sederhana adalah suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan selama periode tahun 2003-2010 dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data time series tahunan (2000-2010). Data sekunder diperoleh dari

Lebih terperinci

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Ekspor Kegiatan menjual barang atau jasa ke negara lain disebut ekspor, sedangkan kegiatan membeli barang atau jasa dari negara lain disebut impor. Kegiatan ekspor-impor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Robby Alexander Sirait 1 ) Per September 2016, ekspor hasil Dibandingkan tahun 2012, porsi nilai ekspor perikanan Indonesia mencapai krustasea terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Analisis Kinerja Ekspor Teh Indonesia ke Pasar ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI

ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI ANALISIS KINERJA EKSPOR PAKAIAN JADI LAKI-LAKI INDONESIA KE TUJUH NEGARA UNI EROPA RIZKIA NURFRINA PUTRI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988)

BAB I PENDAHULUAN. (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang ekonomi internasional, diskusi mengenai daya saing (competitiveness) menjadi topik yang banyak diperdebatkan. Fagerberg (1988) menyatakan bahwa pengukuran

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH FITRI KARLINDA H14080064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan meliputi perancangan penelitian, perumusan masalah, pengumpulan data pada berbagai instansi terkait, pemrosesan data, analisis

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS. Oleh. Baida Soraya /MAG 1 ANALISIS DETERMINAN EKSPOR KARET INDONESIA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL TESIS Oleh Baida Soraya 117039030/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN NADILA LISTIANINGRUM

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN NADILA LISTIANINGRUM POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR PAKAIAN JADI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2013 NADILA LISTIANINGRUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Penelitian tentang Daya Saing Penelitian tentang daya saing ekspor kepiting dan rajungan sampai saat ini masih belum ada yang melakukan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UDANG BEKU INDONESIA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1) Pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Peternakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA KE KAWASAN UNI EROPA ERISTYA PUSPITADEWI IRWANTO H14080110 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdagangan Internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang disampaikan Salvatore

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H

ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H ANALISIS POTENSI EKSPOR PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN INDONESIA DI PASAR NON-TRADISIONAL ASIA OLEH MARIA ULFAH H14080065 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR KOPI INDONESIA KE NEGARA TUJUAN EKSPOR MELISA ANANDA SAMOSIR DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR NENAS INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL OLEH ASTI BAROROTUN MINAL KAROMAH H14070116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1

Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 Daya Saing Produk Turunan Susu Indonesia di Pasar Dunia Lina Yanti *) dan Widyastutik *)1 *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Jl. Kamper Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA

POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA POSISI DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA DI DUNIA DAN NEGARA TUJUAN AMALIA PRADIPTA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM Dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi, penting artinya pembahasan mengenai perdagangan, mengingat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan kebijakan fiskal maupun non-fiskal.

Lebih terperinci

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ABSTRACT

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA ABSTRACT POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BUAH-BUAHAN INDONESIA Amalia Pradipta *)1 dan Muhammad Firdaus *) *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional Komoditas udang dalam dunia perdagangan biasa disebut dengan istilah shrimp. Spesies udang sendiri di seluruh dunia tercatat tidak kurang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN POLA PERDAGANGAN PALA INDONESIA ARYANI SUNDARI

ANALISIS KINERJA DAN POLA PERDAGANGAN PALA INDONESIA ARYANI SUNDARI ANALISIS KINERJA DAN POLA PERDAGANGAN PALA INDONESIA ARYANI SUNDARI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 143 V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN 1989-2008 Tujuan penelitian pertama yaitu mengetahui posisi daya saing Indonesia dan Thailand dalam mengekspor udang ketiga pasar utama akan dilakukan menggunakan

Lebih terperinci

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1) Simpulan 1) Perdagangan Tuna Indonesia di Pasar Dunia, Jepang, USA, dan Korea Selatan : a. Peringkat Indonesia sebagai eksportir tuna baik secara total maupun berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

DAYASAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE IRGANDHINI AGRA KANAYA

DAYASAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE IRGANDHINI AGRA KANAYA DAYASAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE 2003-2012 IRGANDHINI AGRA KANAYA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori-teori 2.1.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa yang dilakukan penduduk suatu negara dengan penduduk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa dokumen-dokumen yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya

Lebih terperinci

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR SURAKARTA KE ENAM NEGARA TUJUAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR SURAKARTA KE ENAM NEGARA TUJUAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL ANALISIS DETERMINAN EKSPOR SURAKARTA KE ENAM NEGARA TUJUAN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL Skripsi Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI ALIRAN EKSPOR MANGGA INDONESIA KE NEGARA TUJUAN DESTIA HARUM DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 134 ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Tartila Fitri 1) Suhartini 1) 1) Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

Daya Saing dan Faktor yang Memengaruhi

Daya Saing dan Faktor yang Memengaruhi Daya Saing dan Faktor yang Memengaruhi Volume Ekspor Sayuran Indonesia Terhadap Negara Tujuan Utama Rahma Linda Kusuma *)1 dan Muhammad Firdaus *) *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perdagangan Internasional Perdagangan internasional dalam arti sempit adalah merupakan suatu gugus masalah yang timbul sehubungan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN MIA AYU WARDANI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana

Lebih terperinci

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN ANNISA SAFITRI

POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN ANNISA SAFITRI POSISI DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI EKSPOR OTOMOTIF INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2009-2014 ANNISA SAFITRI DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kelautan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS), United

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dayasaing Dayasaing merupakan kemampuan usaha suatu industri untuk menghadapi berbagai lingkungan kompetitif. Dayasaing dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN :

AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : ISSN : AGRITECH : Vol. XVI No. 1 Juni 2014 : 60 66 ISSN : 1411-1063 STRUKTUR PASAR DAN KEDUDUKAN INDONESIA PADA PERDAGANGAN TUNA OLAHAN DI PASAR DUNIA, JEPANG DAN USA Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bawang Merah Bawang merah dikenal dengan nama ilmiah Allium ascalonicum L. Bawang Merah berasal dari wilayah yang sama dengan bawang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Permintaan Menurut Sugiarto (2002), pengertian permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA Peluang Bisnis Masyarakat Urban OLEH : SUHANA DOSEN MATA KULIAH EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM, PROGRAM STUDI EKONOMI DAN LINGKUNGAN IPB PENELITI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perdagangan Antarnegara Tingkat perekonomian yang paling maju ialah perekonomian terbuka, di mana dalam perekonomian terbuka ini selain sektor rumah tangga, sektor perusahaan,

Lebih terperinci

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp , ANALISIS TINGKAT DAYA SAING KARET INDONESIA Riezki Rakhmadina 1), Tavi Supriana ), dan Satia Negara Lubis 3) 1) Alumni Fakultas Pertanian USU ) dan 3) Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan hal yang sudah mutlak dilakukan oleh setiap negara. Pada saat ini tidak ada satu negara pun yang berada dalam kondisi autarki

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Halaman Tulisan Jurnal ( Judul dan Abstraksi ) ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh : Candra Mustika,SE,Msi,

Lebih terperinci

DAYA SAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE ABSTRACT

DAYA SAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE ABSTRACT DAYA SAING DAN PERMINTAAN EKSPOR PRODUK BIOFARMAKA INDONESIA DI NEGARA TUJUAN UTAMA PERIODE 2003-2012 Irgandhini Agra Kanaya *)1 dan Muhammad Firdaus *) *) Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan Sri Hidayati Akademi Pertanian HKTI Banyumas Email : hidayati_sree@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H14050818 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE 5.1. Aliran Perdagangan dan Kondisi Tarif Antar Negara ASEAN Plus Three Sebelum menganalisis kinerja ekspor

Lebih terperinci