LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor Disusun Oleh: Rima Elfitra Rambe S.Farm FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

2 Lembar Pengesahan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP-BOGOR Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan Disusun oleh: Rima Elfitra Rambe, S. Farm PT. PRADJA PHARIN Citeureup-Bogor Drs. Budi Handoyo, Apt. Pembimbing I, Bangun Muda Siregar, SSi. Apt. Pembimbing II, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Dekan, Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP

3 KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi PT. Prafa dengan baik dan lancar. Laporan ini disusun berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Prafa yang dilaksanakan pada tanggal 9 Februari - 9 April 2009, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Plant Manager PT. Prafa, Drs. Ariyono W. Ardi, Apt., yang telah memberi izin pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini. 2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., yang telah menempatkan penulis untuk melaksanakan PKP di PT. Prafa. 3. Manager produksi, Drs. Budi Handoyo, Apt., selaku pembimbing di PT. Prafa. 4. Supervisor produksi betalaktam Bangun Muda Siregar, S.Si., Apt., selaku dan pembimbing lapangan di PT. Prafa. 5. Supervisor Produksi Solid Non-Betalaktam, Endang Pudjiati yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas khusus. 6. Seluruh Manager, Supervisor, Staff PT. Prafa yang telah banyak membantu dan membimbing, sehingga penulis banyak mendapat ilmu selama mengikuti kegiatan PKP.

4 7. Mbak Erih Kastirih yang telah memberikan kasih sayang yang tulus kepada penulis selama penulis melaksanakan PKP di PT. Prafa. 8. Semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan kepada penulis selama kegiatan ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Demikian laporan ini penulis susun dengan harapan dapat bermanfaat bagi dunia kefarmasian, khususnya mahasiswa farmasi dan apoteker, rekan sejawat, dan PT. Prafa. Citeureup, 17 April 2009 Penulis

5 DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN viii RINGKASAN... ix BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) Sejarah Visi dan Misi Lokasi dan Sarana Produksi CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu... 13

6 2.4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Diri terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat, dan Obat Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB III KEGIATAN INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) Keterlibatan dalam Produksi Produksi Sediaan Solid Non-Betalaktam Produksi Sediaan Steril Non-Betalaktam Produksi Sediaan Betalaktam-Cephalosporin Kemas Sentral (Central Packaging) Line P&G Tinjauan ke Bagian-bagian Lain Material Management Department (Departemen MM) PPIC-Dispensary PPIC (Planning Production and Inventory Control) Dispensary Warehouse (Gudang) Quality Assurance/Quality Control Department (Departemen QA/QC) Pemeriksaan Kimia Pemeriksaan Mikrobiologi Validasi QA Inspection... 41

7 DCC (Document Control Center) dan GMP Compliance Technical Service Department (Departemen TS) Personnel and General Affairs Department (Departemen PGA) Fungsi Dasar Hubungan Organisasi Tugas Utama dan Tanggung Jawab Product Development Department (Departemen PDD) Penanganan Limbah BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN TUGAS KHUSUS... 83

8 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Denah Bangunan PT. Prafa Lampiran 2. Bagan struktur organisasi PT. Prafa Lampiran 3. Bagan struktur organisasi Departemen produksi Lampiran 4. Bagan struktur organisasi Departemen MM Lampiran 5. Bagan struktur organisasi Departemen QA/QC Lampiran 6. Bagan struktur organisasi Departemen TS Lampiran 7. Bagan struktur organisasi Departemen PGA Lampiran 8. Bagan struktur organisasi PDD Lampiran 9. Bagan alur proses granulasi basah sediaan solid Lampiran 10. Bagan alur proses granulasi kering sediaan solid Lampiran 11. Bagan alur proses produksi sediaan steril Lampiran 12. Bagan alur aktifitas kemas sentral Lampiran 13. Bagan alur aktifitas Departemen MM Lampiran 14. Bagan alur proses pembuatan HPW Lampiran 15. Bagan alur proses pembuatan WFI Lampiran 16. Bagan alur proses destruksi limbah betalaktam-cephalosporin.. 81 Lampiran 17. Bagan alur proses pengolahan IPAL

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan disebut sarana kesehatan. Industri farmasi merupakan salah satu sarana untuk mendukung upaya peningkatan pelayanan kesehatan tersebut. Tuntutan konsumen dalam hal kualitas suatu produk menjadi semakin kuat. Disamping itu, globalisasi juga menimbulkan kecenderungan untuk menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu yang berlaku secara internasional dan dapat diterima di banyak negara. Industri farmasi sebagai produsen perlu untuk memperhatikan hal-hal tersebut. Untuk menjamin tersedianya obat yang bermutu, aman dan berkhasiat dikeluarkanlah Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 43/MENKES/SK/II/1988 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik yang menjadi pedoman wajib bagi industri farmasi dalam penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Upaya tersebut diikuti oleh Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) dengan mengeluarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05411/A/SK/XII/1989 mengenai Petunjuk Operasional Penerapan CPOB. Berkaitan dengan penjaminan mutu produk obat di industri farmasi, farmasis (Apoteker) sebagai tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan Apoteker yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam mengaplikasikan dan mengembangkan ilmunya secara profesional, terutama dalam memahami

10 kenyataan di lapangan industri. Dengan demikian, Praktek Kerja Profesi di industri farmasi menjadi salah satu kebutuhan mahasiswa calon apoteker. Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara (USU) bekerja sama dengan PT. Prafa untuk menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi. Adapun Praktek Kerja Profesi di industri PT. Prafa untuk tahun ajaran 2008/2009 ini dimulai pada tanggal 9 Februari 2009 hingga 9 April Dengan adanya Praktek Kerja Profesi di industri farmasi ini diharapkan mahasiswa calon apoteker dapat menambah wawasan dan memberikan pengalaman di industri farmasi. 1.2 Tujuan Adapun tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri PT. Prafa ini adalah: 1. Mengetahui dan memahami tugas dan tanggung jawab seorang Apoteker di industri farmasi. 2. Memperoleh pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penerapan CPOB di PT. Prafa 3. Melaksanakan kegiatan di salah satu unit departemen industri farmasi.

11 BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah PT. Prafa yang sekarang berlokasi di jalan Lanbaw Desa Karang Asem Barat, Citeureup, Bogor-Jawa Barat merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, PT. Prafa telah berkembang dari sebuah industri rumah tangga menjadi perusahaan farmasi besar yang memproduksi lebih dari 100 jenis sediaan obat. PT. Prafa mulai beroperasi di areal berukuran 325 m 2 sebagai perusahaan dagang berbagai industri obat rumah tangga dengan 20 karyawan. Pada tahun 1968 PT. Prafa ditunjuk sebagai importir dan penyalur tunggal sah di Indonesia bagi Meiji Seika Jepang. Pada tahun 1971, PT. Prafa menjadi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) untuk meningkatkan fasilitas produksi yang lebih besar dengan membangun pabrik di areal seluas 2300 m 2 di Jalan Bandengan Selatan 58 A Jakarta Utara. Sejak saat itu PT. Prafa mulai memproduksi berbagai jenis sediaan yang jumlahnya semakin besar. Tahun 1975, PT. Prafa semakin melibatkan diri dengan prinsipal-prinsipal multinasional untuk memperoleh peningkatan teknologi dan keahlian manajerial yang lebih baik. Antara tahun , PT.Prafa ditunjuk sebagai wakil tunggal OXOID dan BDH dari Inggris, Cutter Laboratories dari Amerika Serikat dan Flow Laboratories dari Australia. Pada tahun 1979 didirikan PT. Pradja Hoslab

12 sebagai distributor seluruh produk PT. Prafa di Wilayah Indonesia sehingga PT. Prafa dapat lebih terfokus pada pengembangan produksi. Tahun 1981 PT. Prafa ditunjuk sebagai agen tunggal Indonesia untuk Kabivitrum-AB Swedia. Dan pada tahun 1984 berhasil memperoleh lisensi untuk memproduksi tablet effervescent dari UPSA Laboratories. Tahun 1986, PT. Prafa mulai mengekspor 9 jenis sediaan dari berbagai kategori seperti intramuscullar injectables, antibiotic, stimulant pertumbuhan dan Vitamin C sweetlets. Mulai tahun 1988 PT. Prafa tumbuh menjadi suatu industri farmasi dengan ± 1000 karyawan, 200 jenis sediaan obat berkualitas dengan penanaman modal total mencapai lebih dari 10 miliar rupiah, dengan mulai mengembangkan pabrik modern diatas areal seluas ± 12 hektar, dengan luas bangunan m 2 yang terletak di daerah Citeureup-Bogor. Pembangunan pabrik baru ini diselesaikan pada tahun Pabrik dirancang dan dibangun sesuai dengan aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) serta efisien dalam sistem produksi. Semua fasilitas dibangun dengan teknologi mutakhir dalam produksi steril, pembuatan soft capsule dan lain sebagainya. Pada tahun 1995 PT. Prafa dibeli oleh First Pacific Investment Hongkong dibawah manajemen Darya Varia Laboratory Group (DVL-Group). Pada tahun 2001, PT. Prafa diambil alih oleh United Laboratory Philiphine-Manila dengan membentuk United Laboratory-Indonesia dimana didalamnya terdapat 3 pabrik yaitu Prafa, Darya Varia dan Medifarma. PT. Prafa melakukan kerja sama dalam proses produksi (Toll Manufacture Agreement) dengan perusahaan-perusahaan Farmasi seperti P&G, PT. LAPI, PT. Pharos, PT. Novartis, PT. Novel, PT. Pyridam, PT. Mahakam Betalaktam,

13 PT. Mersi Farma, PT. Guardian serta perusahaan lainnya. Sejak tahun 2003, PT. Prafa mulai diaudit oleh P&G, poin yang didapat saat itu adalah 44. Kemudian setelah dilakukan audit kembali oleh P&G tahun 2004, point yang diaudit bertambah menjadi 72. Dengan perjuangan dan komitmen yang tinggi, akhirnya hanya dalam waktu satu tahun kemudian, PT. Prafa yang diaudit kembali oleh P&G berhasil menaikkan pointnya menjadi 92. Sejak saat itu PT. Prafa telah dipercaya penuh oleh P&G untuk melakukan toll manufacturing terhadap produk P&G seperti Vicks Formula 44, Vicks Vaporub dan Vicks Inhaler. Pada tahun 2008, P&G memberikan point 100 untuk audit yang dilakukan terhadap PT. Prafa. PT. Prafa memperoleh Peringkat A untuk Mapping yang dilakukan badan POM pada tahun Hingga kini PT. Prafa senantiasa berusaha meningkatkan kualitas sarana, prasarana dan SDM-nya untuk memenuhi cgmp. PT. Prafa terus mengusahakan peningkatan kualitas kerja demi kualitas produk diantaranya dengan membuat SOP (Standard Operating Procedures) sebagai prosedur operasional pelaksanaan kerja. Motivasi dan dedikasi yang tinggi merupakan falsafah perusahaan sebagaimana dinyatakan dalam logo perusahaan dengan inisial yang berbentuk segitiga yang memiliki sisi yang sama panjang dan tajam. Segitiga tersebut diimplikasikan ke lambang-lambang huruf awal nama perusahaan. Bentuk segitiga itu sendiri melambangkan kemajuan dan budaya perusahaan yang modern. Pertemuan antara segitiga pada logo tersebut melambangkan kerjasama, kebersamaan dan komitmen. Sisi sama panjang mencerminkan bahwa Prafa terdiri dari elemen yang memiliki kepentingan bersama serta saling menunjang dan mendukung sehingga tidak ada yang dapat berdiri sendiri tanpa dukungan

14 kekuatan elemen yang lain. Warna biru pada logo Prafa melambangkan semangat, rasa aman, bersih dan kepercayaan melalui produk-produk yang dihasilkannya akan memberikan kesan yang berlangsung lama di hati para konsumennya. 2.2 Visi dan Misi Visi dan Misi PT. Prafa dituangkan dalam Motto: We Commit to Speed, Quality and Cost. PT. Prafa bertekad untuk mencapai tingkat kualitas tertinggi dalam pengembangan, produksi dan distribusi produk untuk memenuhi harapan pelanggan internal dan eksternal. Jaminan dan kontrol kualitas menjadi bagian tak terpisahkan dalam semua kegiatan yang mendukung kinerja bisnisnya, mulai dari desain, konstruksi dan instalasi fasilitas dan peralatan untuk proses dan operasi manajemen serta perekrutan, pelatihan dan pengembangan karyawan. 2.3 Lokasi dan Sarana Produksi PT. Prafa menempati areal seluas 12 hektar dengan kawasan produksi seluas m 2 yang relatif terpisah dari lokasi pemukiman penduduk di desa Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sarana produksi yang dimiliki PT. Prafa antara lain: 1. Bangunan Utama, merupakan bangunan dengan tiga gedung besar, yaitu: a. Gedung pertama, digunakan untuk ruang kantor, ruang produksi nonbetalaktam, ruang PDD (Product Development Departement), ruang kemas sentral, ruang Produksi P&G, masjid dan kantin. b. Gedung kedua terdiri dari ruang QA/QC (Quality Assurance/Quality Control), kantor Manager Produksi, kantor Material Management, Gudang bahan baku Prafa dan Gudang bahan baku dan bahan kemas P&G.

15 c. Gedung ketiga terdiri atas Gudang bahan kemas Prafa, ruang produksi dan Gudang bahan baku betalaktam-cephalosporin dan Gudang non-infentory. 2. Bangunan penunjang lain yang meliputi Gedung Technical Service, instalasi listrik, area parkir, pos satpam, unit laundry, unit pengolahan air limbah dan unit pengolahan air. 3. Bangunan Gudang Obat Jadi (GOJ) dan Gudang Api. Peralatan produksi yang dimiliki adalah: 1. Peralatan produksi non-betalaktam meliputi peralatan produksi tablet dan tablet salut selaput, tablet salut gula, kapsul, serbuk injeksi, krim dan sirup. 2. Peralatan produksi Betalaktam dan Cephalosporin meliputi peralatan tablet, kaplet, kapsul, tablet salut selaput, kapsul, injeksi dan sirup kering. Denah bangunan PT. Prafa dapat dilihat pada Lampiran CPOB CPOB merupakan bagian dari sistem Pemastian Mutu yang mengatur dan memastikan obat diproduksi dan mutunya dikendalikan secara konsisten sehingga produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaan produk disamping persyaratan lainnya, sehingga produk tersebut aman dikonsumsi dan diterima oleh masyarakat. Penerapan CPOB di industri farmasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam proses produksi obat sehingga tidak membahayakan jiwa manusia. Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi farmasi dewasa ini mengakibatkan perubahan yang sangat cepat dalam konsep serta persyaratan CPOB. Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan industri

16 farmasi nasional, Badan POM RI selaku regulator industri farmasi nasional, telah memberlakukan CPOB edisi tahun 2006 (CPOB Terkini/cGMP). Dalam Pedoman CPOB tahun 2006, terdapat dua belas aspek yang harus dipenuhi dalam penerapan CPOB, yaitu: Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Unsur dasar manajemen mutu adalah sistem mutu dan pemastian mutu. Sistem mutu mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaanya. Sedangkan pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi, dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan. Setiap industri farmasi hendaklah mempunyai fungsi pengawasan mutu. Dalam bab manajemen mutu, dijelaskan pula mengenai pengkajian mutu produk. Pengakajian mutu produk dilakukan secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk ekspor dengan tujuan membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi untuk

17 melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan karyawan yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap karyawan hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh karyawan hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Kepala produksi dan manajeman mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi dan memiliki pengalaman praktis. Kepala bagian pengawasan mutu hendaklah diutamakan seorang terkualifikasi dan lebih diutamakan seorang apoteker. Dalam CPOB 2006 dijelaskan bahwa dalam struktur organisasi industri farmasi bagian produksi, manajemen mutu atau pengawasan mutu dipimpin oleh orang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Mengenai pelatihan, industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh karyawan yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk karyawan teknik, perawatan, dan petugas kebersihan) dan karyawan lain yang kegiatannya akan berdampak

18 pada mutu produk. Pelatihan diberikan secara berkesinambungan dan efektif penerapannya serta dinilai secara berkala Bangunan dan Fasilitas CPOB menjelaskan ketentuan-ketentuan bangunan dan fasilitas pada area penimbangan, area produksi, area penyimpanan, area pengawasan mutu, serta sarana pendukung (ruang istirahat, kantin, mengganti pakaian kerja, toilet, bengkel perbaikan dan perawatan peralatan). Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari kontaminasi silang Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian. Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta

19 memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campur-baur produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian dari produk Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan dalam setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan, perlengkapan, bahan produksi, wadahnya dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran poduk. Sumber pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan karyawan, maka karyawan diharuskan mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya. Tersedia dalam jumlah cukup, sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan sarana memadai untuk penyimpanan pakaian karyawan Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh karyawan yang kompeten. Aspek produksi mencakup: perlakuan terhadap bahan awal, validasi proses, pencegahan pencemaran silang, sistem penomoran bets atau lot, penimbangan dan penyerahan serta pengembalian, pengolahan bahan dan produk

20 kering, bahan pengemas, kegiatan pengemasan, pengawasan selama proses, bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan dikembalikan, karantina dan penyerahan produk jadi. Ketentuan pada bahan awal antara lain pengadaan bahan awal hendaknya dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah bahan tersisa hendaklah dicatat. Catatan tersebut meliputi keterangan mengenai persediaan, nomor bets atau lot, tanggal penerimaan dan pengeluaran, tanggal diluluskan dan tanggal daluawarsa. Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan hendaknya dikarantina dan diberi label dengan nama yang dinyatakan dalam spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan. Pada saat penerimaan terhadap setiap kiriman dilakukan pemeriksaan secara visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah dan segelnya, kebocoran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan. Sistem yang menjabarkan penomoran bets dan lot secara rinci diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk ruahan atau produk jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets dan lots tertentu. Penomoran bets dan lot yang digunakan pada tingkat pengolahan dan pengemasan selanjutnya hendaknya saling berkaitan. Pemberian nomor bets atau lot yang dialokasikan segera di catat dalam suatu buku catatan harian. Penimbangan dan penyerahan bahan baku, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap suatu bagian dari siklus produksi dan memerlukan dokumentasi dan rekonsiliasi yang lengkap. Sebelum melakukan penimbangan dilakukan pemeriksaan kebenaran penandaan bahan baku termasuk label

21 pelulusan. Kapasitas, ketepatan dan ketelitian alat timbangan dan alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan jumlah bahan yang ditimbang. Tiap tahap proses, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang. Pencemaran silang dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, misalnya dengan tersedianya ruang penyangga udara dan penghisap udara. Kondisi daerah pengolahan dipantau dan dikendalikan sampai tingkat yang disyaratkan. Sebelum pengolahan dimulai ditempuh langkah yang menjamin bahwa daerah pengolahan dan peralatan bebas dari bahan, produk yang tidak diperlukan. Pada validasi proses, prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat. Validasi hendaknya dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya disimpan. Luas serta tingkat validasi yang dilakukan tergantung dari sifat dan kerumitan produk dan proses yang bersangkutan. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan, atau bahan hendaknya disertai dengan tindakan ulang, untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian mutu bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada setiap tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi

22 juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan yang memuaskan. Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analitis yang dilakukan di laboratorium (pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi), uji stabilitas, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya Inspeksi Diri dan Audit Mutu Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi kriteria Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Tim inspeksi ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang yang ahli dibidang pekerjaannya dan paham mengenai CPOB. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.

23 2.4.9 Penanganan Keluhan terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah dan keamanan obat yang bersangkutan. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran dilakukan. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dan dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Keluhan terhadap obat mencakup keluhan terhadap mutu (keadaan fisik, kimia dan biologi), reaksi yang merugikan atau masalah efek terapetik (tidak berkhasiat). Semua keluhan dan laporan keluhan hendaklah diteliti dan dievaluasi dengan cermat, kemudian diambil tindak lanjut yang sesuai (diproses kembali atau dimusnahkan) dan dibuatkan laporan.

24 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap karyawan menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu). Bagian ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap Otoritas Pengawasan Obat (OPO) dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat Kualifikasi dan Validasi Bagian ini menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi

25 validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dan kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasi di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Kualifikasi mencakup kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi kinerja pada peralatan/mesin. Pada validasi mencakup validasi metode analisis, validasi proses (validasi prospektif, validasi konkuren, validasi retrospektif), validasi pengemasan, validasi pembersihan, dan validasi sistem komputerisasi.

26 BAB III KEGIATAN INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa dipimpin oleh seorang Plant Manager yang membawahi lima Departemen dimana tiap-tiap departemen dipimpin oleh seorang manager yang dibantu oleh beberapa supervisor. Bagan struktur organisasi PT. Prafa dapat dilihat pada Lampiran Keterlibatan Dalam Produksi Departemen produksi terdiri dari lima sub-departemen/bagian yaitu Solid Non-betalaktam, Steril Non-betalaktam, Line P&G dan Betalaktam-Sefalosporin dan Kemas Sentral (Central Packaging). Departemen produksi dipimpin oleh manager produksi yaitu seorang Apoteker yang memimpin lima bagian dimana masing-masing bagian dipimpin oleh supervisor yang dibantu dengan beberapa kepala seksi (section head). Bagan struktur organisasi Departemen produksi dapat dilihat pada Lampiran 3. PT. Prafa memproduksi beberapa jenis obat meliputi ethical product (obat dengan resep dokter) dan produk OTC. Selain itu, PT. Prafa memproduksi beberapa produk dari perusahaan farmasi lain (Toll Manufacturing/Maklon), dimana kontribusi produksi terbesar berasal dari P&G. Kegiatan departemen produksi berdasarkan Ramalan Penjualan (Sales Forecast) dari bagian marketing yang dituangkan dalam perencanaan produksi oleh PPIC (Planning Production and Inventory Control). Kegiatan produksi diawali ketika departemen produksi menerima permintaan produksi dalam bentuk MO (Manufacturing Order) yang dilengkapi MRD (Material Requirement

27 Document) dari bagian PPIC sebagai dokumen permintaan barang baku dan bahan kemas. Proses produksi dilakukan pada beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C, dan D. Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi persyaratan tertentu. Untuk memenuhi persyaratan tersebut digunakan HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang mengontrol kondisi lingkungan produksi seperti suhu, kelembaban relatif (RH), tekanan udara, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan yang dipersyaratkan). 1. Kelas A digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang beresiko tinggi, seperti pengisian produk steril. Kelas ini dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow) dengan persyaratan jumlah partikel 0,5 μm at rest dan in operation kurang dari 3500/m Kelas B digunakan untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis. Kelas ini adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A. Persyaratan jumlah partikel 0,5 μm at rest kurang dari 3500/m 3 dan in operation kurang dari 35000/m Kelas C merupakan koridor ruangan steril dengan persyaratan jumlah partikel 0,5 μm at rest kurang dari /m 3 dan in operation kurang dari /m Kelas D digunakan untuk pembuatan produk non-steril seperti pembuatan tablet dan pengemasan primer dengan persyaratan jumlah partikel 0,5μm kurang dari /m 3 pada kondisi at rest.

28 3.1.1 Produksi Sediaan Solid Non-Betalaktam Bagian produksi solid non-betalaktam membuat sedian tablet, kaplet, tablet salut gula atau film, dan kapsul dan serbuk hingga proses primary packaging seperti blistering dan stripping. Sebagian besar produksi solid nonbetalaktam menggunakan metode granulasi basah dan hanya sebagian kecil saja yang menggunakan granulasi kering. Produksi diawali dengan serah terima raw material dari dispensary ke bagian produksi solid NBL untuk dilakukan peracikan. Untuk proses granulasi basah, dilakukan pengadukan basah dengan menambahkan bahan pengikat. Massa basah yang diperoleh kemudian di granulasi menggunakan ayakan sesuai dengan BPR (Batch Production Record). Granul basah dikeringkan di mesin FBD (Fluid Bed Dryer) untuk memperoleh granul kering kemudian dilakukan pemeriksaan LOD (Lost On Drying). Granul kering di granulasi kembali menggunakan ayakan dengan nomor mesh yang lebih besar. Bahan-bahan tambahan seperti essences dan disintegrant ditambahkan pada pengadukan akhir sehingga dihasilkan massa yang siap untuk dicetak atau diisi kedalam kapsul. Bagan alur proses granulasi basah sediaan solid dapat dilihat pada Lampiran 9. Untuk proses granulasi kering, dimulai dengan peracikan dilanjutkan dengan proses slugging/compacting. Massa yang telah di slugging di granulasi menggunakan ayakan sesuai dengan BPR. Tahap selanjutnya dilakukan pengadukan akhir hingga menghasilkan massa yang siap dicetak atau diisi kedalam kapsul. Bagan alur proses granulasi kering sediaan solid dapat dilihat pada Lampiran 10.

29 Setelah pencetakan atau pengisian kapsul selesai (apabila produk tidak perlu proses salut) maka dilakukan pengemasan primer (stripping atau blistering) setelah melalui tahap inspeksi. Selama proses pengemasan primer dilakukan pemeriksaan secara visual, meliputi tampilan hasil kemas, penandaan nomor batch, tanggal kadaluarsa dan uji kebocoran. Area produksi Solid NBL memiliki fasilitas LHA (Low Humidity Area). Ruangan ini digunakan untuk pengadukan akhir dan pencetakan beberapa jenis sediaan yang bahannya bersifat higroskopis. Sifat ini menyebabkan bulk menjadi lembab sehingga sulit untuk dicetak. Contoh aktifitas di LHA seperti Pencetakan dan pengemasan primer Vicee, Pencampuran akhir dan pencetakan Isoprinosin serta pencetakan beberapa sediaan vitamin. Pengontrolan produksi dilakukan pada beberapa tahap melalui IPC (In Process Control). Bagian QA/QC akan mengambil sampel pada tahap setelah pengadukan akhir yaitu pada titik atas, tengah dan bawah untuk memastikan kadar obat telah homogen dan benar. Proses produksi dapat dilanjutkan bila sudah ada pernyataan released dari QA/QC. Selama proses pencetakan dan pengisiian kapsul dilakukan pemeriksaan (IPC) oleh petugas produksi dan petugas QA/QC. Petugas QA/QC mengambil sampel untuk penentuan waktu hancur, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan dan pemeriksaan kadar. Pemeriksaan kadar dilakukan di laboratorium kimia Departemen QA/QC. Pengambilan sampel pada tahap pencetakan atau pengisian kapsul dilakukan pada awal, tengah, dan akhir proses oleh petugas QA/QC. Selain itu juga dilakukan uji kebocoran dan tampilan oleh petugas produksi dan petugas QA/QC. Selanjutnya produk dapat dikirim ke bagian kemas sentral.

30 3.1.2 Produksi Sediaan Steril Non-Betalaktam Bagian steril non-betalaktam menangani produksi untuk sediaan dry injection, single dose dan multiple dose. Proses produksi sediaan steril non-betalaktam dimulai dengan pencucian wadah (ampul/vial) dibawah LAF, yang dilakukan sehari sebelumnya dengan menggunakan WFI (Water For Injection). Setelah dicuci, wadah disterilisasi menggunakan oven (suhu 215 o C; 2 jam), sedangkan alat-alat non gelas seperti rubber stopper dan flip off disterilisasi menggunakan autoklaf (121 o C; 1 jam). Proses penimbangan dan peracikan sediaan steril yang akan disterilisasi akhir dilakukan di bawah LAF dengan latar ruang kelas D. Proses peracikan terdiri dari proses pelarutan dan pencampuran bahan obat yang telah ditimbang. Setelah itu dilakukan filtrasi dengan prefilter 0,45 μm dan absolut filter 0,2 μm. Kemudian dilakukan pengambilan sampel oleh IPC untuk pemeriksaan pemerian, ph, dan kadar zat aktif. Setelah released, dilanjutkan dengan pengisian ke dalam wadah primer yang dilakukan di kelas A dengan latar ruang B. Selanjutnya, produk disterilisasi akhir dengan autoklaf dengan suhu C, tekanan 1 atm selama 1 jam. Untuk produk dry injection, pengisian dilakukan di ruang isolator dalam ruang steril dengan RH 27% dan suhu rendah ( 25 o C). Seluruh gas yang diperlukan pada proses produksi di ruang steril harus terlebih dahulu difiltrasi dengan absolut filter 0,2 µm. Setelah sterilisasi selesai maka QA/QC akan melakukan sampling untuk pemeriksaan ph, pemerian, kadar dan sterilitas. Proses selanjutnya adalah inspeksi, yang dilakukan secara manual dengan melihat partikel-partikel pengotor berupa benang, pecahan kaca dan kotoran hitam. Inspeksi lain berupa

31 penyeleksian terhadap seal-cap yang rusak, bocor, mulut vial yang pecah ketika di-seal cap dan vial yang kotor sebelum dilakukan pengemasan sekunder. Bagan alur proses produksi sediaan steril dapat dilihat pada Lampiran Produksi Sediaan Betalaktam-Cephalosporin Produksi sediaan betalaktam-cephalosporin dilakukan pada bangunan yang terpisah dengan bangunan produksi lainnya. Bangunan pada betalaktamcephalosporin mempunyai gudang bahan baku, ruang timbang, laundry, kantin, kemasan (primer packaging), dan toilet yang hanya khusus digunakan oleh para karyawan yang bekerja pada produksi betalaktam-cephalosporin. Sistem tekanan ruang produksi betalaktam dan sefalosporin berbeda dengan bagian produksi lainnya. Bangunan betalaktam-cephalosporin dirancang agar tekanan di koridor lebih tinggi dari ruang produksi sehingga udara mengalir masuk ke dalam ruang produksi serta alur masuk dan alur keluar karyawan yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang (cross contamination), karena senyawa betalaktam dan cephalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi hingga shock anafilaksis pada sebahagian orang. Pencegahan kontaminasi produk juga terlihat pada peraturan terhadap karyawan, dimana setiap karyawan yang akan meninggalkan bangunan tersebut diharuskan mandi terlebih dahulu sebelum keluar. Selain itu, pengolahan limbah terhadap sisa produksi betalaktam juga dilakukan secara terpisah dari limbah sisa produksi lainnya, dimana limbah betaktam terlebih dahulu mengalami proses pre-treatment untuk memecah cincin betalaktam. Bagan alur proses destruksi limbah betalaktam-cephalosporin dapat dilihat pada Lampiran 16.

32 Sediaan-sediaan yang diproduksi oleh bagian betalaktam ini antara lain sirup kering, tablet, injeksi kering dan kapsul. Proses penyiapan alat, pembersihan mesin, penimbangan, dan produksi yang dilakukan pada bagian ini sama dengan bagian produksi lainnya Kemas Sentral (Central Packaging) Pengemasan merupakan tahap akhir proses produksi. Ada dua tahap proses pengemasan: 1. Pengemasan primer: pengemasan yang berhubungan langsung dengan produk. Proses ini dilakukan oleh masing masing sub bagian produksi. 2. Pengemasan sekunder: pengemasan yang tidak berhubungan langsung dengan produk. Seluruh produk yang telah dikemas dengan kemasan primer dikirim ke kemas sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder. Sebelum pengemasan sekunder dilakukan, terlebih dahulu produk obat disortir untuk memisahkan produk yang tidak memenuhi syarat. Produk yang tidak memenuhi syarat dicatat dan dilaporkan oleh supervisor bagian pengemasan, kemudian dikembalikan ke bagian produksi untuk dilakukan restripping. Produk yang memenuhi syarat dikemas sesuai dengan kemasan yang ditentukan. Jenis kemasan sekunder antara lain box dan master box. Kegiatan pada kemas sentral antara lain coding, melipat leaflet, pengemasan, penimbangan produk dalam box, master box dan penimbangan master box. Setelah penimbangan akhir, maka produk siap dikirim ke GOJ (Gudang Obat Jadi) setelah terlebih dahulu melengkapi keseluruhan dokumen dan telah memperoleh label released dari QC.

33 Alur kegiatan kemas sentral dimulai ketika PPIC mengeluarkan MO (untuk bagian proses) disertai dengan MRD. Pada H-3 kemas sentral melakukan permintaan barang ke gudang berdasarkan MRD. Gudang mengirimkan bahan kemas pada H-2 disertai dengan MI (Manufacturing Issued). Selanjutnya, H-1 kemas sentral melakukan penandaan (coding) pada box dan master box. Pada H-0 dilakukan pengemasan dalam box, penimbangan produk dalam box, master box dan penimbangan produk dalam master box. Produk yang telah selesai dikemas siap untuk dikirim ke GOJ dilengkapi dengan dokumen PHP (Pengiriman Hasil Produksi) setelah terlebih dahulu produk tersebut released oleh QC. Proses pengemasan dilakukan berdasarkan PDR-S (Packing Direction Record- Secondary). Setiap tahap dalam pengemasan harus terlebih dahulu dilengkapi dengan line clearance untuk memeriksa kesiapan jalur pengemasan. Pada kemas sentral QC menempatkan seorang inspektor IPC yang melakukan pengawasan terhadap proses pengemasan, sedangkan inspeksi oleh QC dilakukan setelah pengemasan selesai (sebelum masuk master box). Setelah itu dilakukan penimbangan menggunakan alat timbang yang telah diverifikasi setiap hari seperti yang terdapat dalam SOP. Bagan alur aktifitas kemas sentral dapat dilihat pada Lampiran Line P&G Line P&G memiliki jalur produksi yang terpisah dari produksi PT. Prafa karena kegiatan produksinya dalam skala besar. Ada tiga jenis produk yang diproduksi di line P&G, yaitu :

34 1. Formula 44, ada 3 varian yaitu F44 adult, F44 children dan F44 DT (Day Time). Masing-masing ada dalam kemasan botol (ukuran 27 ml, 54 ml, 100 ml) dan dalam kemasan sachet (ukuran 7 ml) hanya untuk F44 DT. 2. Vicks Vaporub, dalam kemasan ukuran 10 gr dan 50 gr. 3. Vicks Inhaler. Peralatan yang digunakan telah disemiautomatisasi sehingga kegiatan produksi menjadi lebih efektif dan efisien. Proses pembuatan produk liquid dan semisolid P&G tidak berbeda dengan Prafa. Untuk proses pengemasan sekunder, P&G melakukan pengemasan sendiri tanpa dikirim ke kemas sentral. P&G mempunyai sistem pengontrolan mutu yang baik yang disebut Quality window. Dengan sistem ini mutu produk senantiasa terjaga. Selama proses produksi berlangsung, pemeriksaan kualitas produk selalu diperiksa setiap 15 menit sekali. Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam komputer dan secara otomatis maka komputer akan menghitung secara statistik. Ketika hasil uji terhadap parameter-parameter dalam Quality Window mendekati nilai batas dan cenderung akan menyebabkan penyimpangan mutu maka komputer akan memberikan alert, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian (adjustment). Prosedur pengeluaran barang melalui jalur proses yang sama seperti pengeluaran bahan baku dan bahan kemas Prafa. Distribusi barang untuk P&G sedikit berbeda dengan Prafa dimana P&G mengenal sistem rekonsiliasi dimana bahan terlebih dahulu dikirim ke produksi, digunakan lalu dilakukan rekonsiliasi.

35 3.2 Tinjauan ke Bagian-bagian Lain Material Management Department (Departemen MM) Departemen MM dipimpin oleh seorang manager yang membawahi bagian PPIC-Dispensary dan Warehouse (gudang), yang masing masing dipimpin oleh seorang supervisor. Bagan organisasi Departemen MM dapat dilihat pada Lampiran 4. Tugas dan tanggung jawab Departemen MM adalah: 1. Merencanakan produksi. 2. Mengendalikan persediaan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi. 3. Merencanakan pengadaan bahan baku dan bahan kemas dari supplier PPIC- Dispensary PPIC (Planning Production and Inventory Control) PPIC merupakan bagian dari Departemen MM yang menangani perencanaan produksi dan pengaturan persedian. Adapun tugas dan tanggung jawab PPIC antara lain: 1. Merencanakan dan memonitor jalannya produksi. 2. Merencanakan dan mengendalikan pembelian bahan baku, bahan kemas dan stok obat jadi. 3. Sebagai sumber data informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan produksi berdasarkan forecast marketing, stock distributor, stock finished goods, work in process (WIP) dan production capacity. Kegiatan PPIC antara lain :

36 1. Menerima Original Forecast dari bagian marketing. 2. Melakukan ABC analisis berdasarkan kebijakan managemen (management policy) berupa berapa banyak barang yang akan disimpan di gudang (inventory policy) dan memerlukan data forecast dari bagian produksi. 3. Membuat perencanaan produksi tahunan (Annually Production Plan) obat jadi, memerlukan data inventory policy, forecast, penjualan rata-rata, stok di gudang dan distributor, WIP (Work In Process), batch size, production capacity, produksi dan QC lead time. 4. Membuat perencanaan produksi bulanan dan harian memerlukan data penjualan aktual dari distributor dan update production plan. 5. Membuat perencanaan pembelian tahunan (Annually Purchasing Plan) untuk bahan baku dan bahan kemas, memerlukan data inventory policy, production plan, stok di gudang, MOQ (Minimum Order Quantity), pengadaan dan QC lead time, COGS RM dan PM. 6. Membuat MRP (Material Requirement Plan) dan mengeluarkan POR (Purchasing Order Requisition) yang memerlukan data, inventory policy, production plan, stok di gudang, MOQ, Purchasing dan QC lead time. PPIC dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 1. IPC (Inventory Planning and Contol) IPC memfokuskan kegiatannya pada perencanaan pengadaan bahan baku dan bahan kemas. Tugas dari IPC adalah membuat analisis ABC untuk RM (Raw Material) dan PM (Packaging Material), perencanaan pengadaan, membuat MRP, membuat perencanaan MO (Manufacturing Orde Issued Plan) bersama PPC,

37 memonitor stok RM dan PM, me-release POR (Purchasing Order Requisition), follow up POR sampai RM dan PM masuk warehouse dan status QC. 2. PPC (Production Planning Control) PPC memfokuskan pada perencanan produksi obat jadi. Tugas dari PPC adalah membuat analisis ABC produk jadi (finished good), merencanakan produksi, membuat perencanaan MO (Manufacturing Order Issued Plan) bersama IPC, me-release MO, memonitor stok finished good, me-release POR finished good dan sample batch, follow up POR sampai finished good masuk warehouse dan status QC dan follow up MO sampai finished good masuk warehouse dan status QC. PPIC membuat production planning dan production schedule (bersama pihak produksi) berdasarkan forecast marketing yang dibuat Marketing Department. Dari production planning diketahui material yang digunakan untuk kegiatan produksi. Kemudian PPIC membuat POR yang ditujukan kepada purchasing agar melakukan pemesanan barang. Purchasing melakukan pembelian dengan Purchase Order (PO) kepada supplier. Supplier akan memberikan jenis dan jumlah barang sesuai dengan pesanan dan menyerahkannya ke gudang. Petugas gudang akan melakukan inspeksi dan selanjutnya menangani dokumen dengan membuat PRL (Purchase Receipt Local) atau PRI (Purchase Receipt Import) sebagai bukti penerimaan barang. Dan melakukan pencatatan pada ERIC (Enterprice Resources and Inventory Control). PRL/PRI, bincard dan CoA (Certificate of Analysis) dikirimkan ke Departemen QA/QC untuk selanjutnya dilakukan sampling untuk pemeriksaan kualitas bahan. Barang yang diperiksa dimasukkan ke daerah karantina dan diberi label Quarantined (kuning). Jika

38 dinyatakan lulus oleh QA/QC maka dalam petugas gudang akan mengganti label quarantined dengan label Released (hijau), sedangkan barang yang ditolak QA/QC diberi label Rejected (merah) dan dipindahkan ke lokasi rejected area. QA/QC juga akan mengeluarkan ED (Expired Date) dan RD (Retest Date). PPIC mengeluarkan MO sebagai perintah produksi kepada Departemen Produksi beserta MRD yang ditujukan untuk gudang sebagai permintaan barang untuk kegiatan produksi. Setelah barang ditimbang oleh pihak dispensary, bagian gudang mengeluarkan MI (Manufacturing Issue) yang selanjutnya diserahkan ke pihak produksi. Setelah produksi selesai, obat jadi dikirim ke gudang obat jadi dengan dokumen PHP (Pengiriman Hasil Produksi). Distributor memesan obat jadi dengan PO, kemudian Accounting membuat SO (Sales Order) berdasarkan PO dan gudang mengeluarkan DO (Delivery Order) sebagai dokumen pengeluaran barang, kemudian barang pesanan dikirim ke distributor. Bagan alur aktifitas Departemen MM dapat dilihat pada Lampiran Dispensary Dispensary merupakan Bagian dari Departemen MM yang melakukan penimbangan dengan jadwal penimbangan yang disesuaikan dengan jadwal produksi. Dokumen-dokumen penimbangan meliputi: 1. MO dan MRD 2. BPR (Batch Production Record) 3. Label penimbangan Sebelum penimbangan dilakukan, ada dokumen bersih untuk alat yang ditempel pada setiap alat timbang yang berisi nama alat, inisial nama karyawan

39 yang membersihkan, tanggal mulai dan selesai pembersihan, jam mulai dan selesai pembersihan, produk sebelumnya, no batch produk tersebut, kemudian diperiksa dan dinyatakan bersih oleh kepala bagian/supervisor pada tanggal berapa dan diparaf. Setelah dicek bahwa alat/timbangan bersih, maka dilakukan line clearance yang meliputi nama produk dan no. batch, tanggal, produk yang ditimbang sebelumnya beserta no. batchnya, checklist yang meliputi: pemeriksaan suhu, kelembaban, perbedaan tekanan antar ruang saat penimbangan; apakah ruang timbang, alat, drum, pallet bersih, ruang timbang harus bebas dari penimbangan sebelumnya. Sebelum kegiatan penimbangan dilakukan, alat penimbangan harus selalu diverifikasi dengan batu timbang yang terkalibrasi. Bahan baku yang akan ditimbang oleh bagian dispensary terlebih dahulu harus released QC dan minimal 10 hari kalender sebelum ED dan RD, kecuali untuk bahan salut minimal 1 bulan. Penimbangan bahan aktif dilakukan terakhir setelah semua bahan selesai ditimbang, dengan tujuan agar tidak ada kontaminasi dari bahan aktif ke bahan yang lainnya. Untuk bahan baku golongan betalaktamcephalosporin penimbangan tidak dilakukan di dispensary tetapi dilakukan di gudang betalaktam-cephalosporin. Penimbangan produk injeksi dilakukan dibawah LAF. Deviasi timbangan yang diperbolehkan adalah 0,5% dari berat yang ditimbang, sehingga berat yang boleh ditimbang adalah 95% dari kapasitas timbangan dan berat minimum yang boleh ditimbang adalah 200 x readability.

40 Warehouse (Gudang) Tugas dan tanggung jawab bagian gudang : 1. Mengelola penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran semua inventaris yang meliputi bahan baku, bahan kemas dan obat jadi, dan barang non inventory yang berfungsi untuk menunjang kegiatan pabrik. 2. Memonitor persediaan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi. Penyimpanan barang menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Barang barang fast moving diposisikan dekat dengan pintu keluar untuk memudahkan pengambilan. Masing-masing barang memiliki kartu rak (bincard) untuk mencatat keluar-masuknya barang, tanggal transaksi, dan jumlah barang sisa untuk memudahkan pengambilan barang dari gudang. Pembagian gudang adalah sebagai berikut: 1. Gudang Bahan Baku Prafa Gudang bahan baku terdiri dari: a. AC Area; gudang dengan suhu 25 o C dan kelembaban 65% untuk menyimpan bahan-bahan yang tidak tahan suhu tinggi. b. Cool Storage Area; gudang dengan suhu 2-8 o C untuk menyimpan bahanbahan yang mudah meleleh pada suhu kamar. c. Non AC Area; gudang dengan suhu kamar yang digunakan untuk bahanbahan yang dapat disimpan pada suhu kamar. d. Ruang peralatan. Permintaan barang keluar harus melalui penimbangan sentral, setelah dikeluarkan MO oleh PPIC ke bagian produksi. Proses penimbangan dimulai dari bahan baku, lalu dibawa ke ruang antara untuk dibuka kemasan terluar, kemudian

41 dimasukkan ke dalam ruang penimbangan sentral untuk ditimbang. Setelah ditimbang, barang menuju proses produksi. 2. Gudang Bahan Kemas Gudang bahan kemas digunakan untuk menyimpan semua bahan yang dipakai pada proses pengemasan untuk menghasilkan produk jadi. Macam ruangan gudang bahan kemas terdiri dari : a. Ruang AC; untuk label, alu-foil, leaflet. b. Ruang non AC; untuk box, botol, ampul, vial, rubber stopper. Prosedur pengeluaran bahan kemas sama dengan gudang bahan baku, tetapi tidak melalui penimbangan sentral. Alur penerimaan bahan kemas dimulai dengan pembuatan POR oleh PPIC yang ditujukan kepada purchasing. Purchasing membuat PO kepada supplier. Supplier mengirimkan barang beserta surat jalan (DO) dan CoA ke gudang. Gudang mengeluarkan PRL/PRI dan barang yang masuk dikarantina untuk diperiksa oleh QA/QC. Bila hasil QA/QC memenuhi syarat diberi label hijau sebagai tanda released. Alur proses selanjutnya sama seperti alur pada bahan baku. 3. Gudang Bahan Kemas dan Bahan Baku P&G Gudang bahan kemas dan bahan baku produk P&G dipisahkan dari gudang bahan baku dan bahan kemas produk Prafa. Ruangan yang ada di gudang bahan kemas dan bahan baku P&G sama dengan ruangan yang ada di gudang Prafa yang terdiri dari ruang AC, ruang non AC dan ruang untuk leaflet. Prosedur pengeluaran barang melalui jalur proses yang sama seperti pengeluaran bahan baku dan bahan kemas Prafa.

42 4. Gudang Obat Jadi Prafa dan P&G Gudang obat jadi digunakan untuk menyimpan hasil produksi yang siap diserahkan ke distributor. Ruangan gudang obat jadi Prafa dan P&G terdiri dari : a. AC Area; dengan suhu 25 o C dan RH 75%, digunakan untuk menyimpan obat yang perlu penyimpanan pada suhu tersebut. b. Cool Storage Area; dengan suhu 2-15 o C yang digunakan untuk menyimpan produk injeksi. c. Non AC Area; digunakan untuk menyimpan obat jadi yang tidak memerlukan persyaratan khusus dalam penyimpanannya. d. Quarantine Area; untuk obat jadi yang masih dalam pemeriksaan QC, terutama untuk obat-obat kembalian dari distributor. Proses penerimaan obat jadi menggunakan PHP yang diterima oleh gudang dan selanjutnya dicatat. Barang diletakkan sesuai dengan tipe barang dimana barang fast moving diletakkan dekat pintu keluar, selanjutnya middle moving dan slow moving. 5. Gudang Umum Gudang umum menyimpan barang barang non inventory seperti barang teknik (kabel, spare part mesin, perkakas) dan peralatan kantor (kertas, kapas, tisu dan alat tulis). Prosedur pengadaan barang dimulai dengan pembuatan POR oleh PPIC yang ditujukan kepada purchasing agar melakukan pemesanan barang. Purchasing melakukan pembelian dengan PO kepada supplier. Supplier memberikan barang sesuai dengan pesanan dan menyerahkannya ke gudang. Barang yang diterima dicek dengan menggunakan checklist, kemudian gudang membuat PRL/PRI sebagai pernyataan penerimaan barang.

43 3.2.2 Quality Assurance/Quality Control Department (Departemen QA/QC) Departemen QA/QC bertanggung jawab terhadap penjaminan kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk harus diciptakan sejak awal penerimaan bahan baku, proses pembuatan, peralatan, bangunan dan personalia yang terlibat dalam pembuatan. Bagan struktur organisasi Departemen QA/QC dapat dilihat pada Lampiran 5 Tugas Departemen QA/QC adalah: 1. Melaksanakan training c-gmp atau CPOB. 2. Membuat sistemm mutu sesuai c-gmp. 3. Membuat Annual Product Review. 4. Bertanggung jawab dalam melakukan sampling, pengujian, pelulusan dan penolakan bahan baku, bahan kemas, produk ruahan dan obat jadi (finished good). 5. Memonitoring kualitas air, udara dan sanitasi peralatan serta ruangan produksi. 6. Melaksanakan IPC (In Process Control). 7. Membuat Retention bahan baku produk dan dokumen. 8. Mengawasi sistem pengendalian perubahan, penanganan penyimpangan mutu, keluhan pelanggan, dan uji stabilitas. 9. Mengatur dan melaksanakan kualifikasi dan validasi. 10. Menangani produk komplain dan produk recall. 11. Melakukan inspeksi diri bersama-sama departemen lain. 12. Mengkoordinasi kalibrasi alat ukur. 13. Melakukan kualifikasi dan audit vendor.

44 14. Memeriksa dan memberi disposisi return good. 15. Mengelola semua dokumentasi yang terkait dengan CPOB seperti SOP, catatan pengelolaan batch, spesifikasi, dll. Pada pelaksanaannya departemen ini terbagi lagi menjadi 5 bagian yang masing-masing bagian dikepalai oleh seorang supervisor, yaitu: 1. Pemeriksaan kimia 2. Pemeriksaan mikrobiologi 3. Validasi 4. QA (Inspection) 5. QA Compliance dan DCC Pemeriksaan Kimia Pemeriksaan kimia yang dilakukan yaitu pemeriksaan bahan baku, produk ruahan, obat jadi, air untuk produksi seperti PW (Purified Water) dan WFI (Water For Injection) serta limbah. Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk memastikan bahwa bahan baku yang dikirim supplier sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan pada saat pemesanan. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah N + 1, kecuali untuk bahan API (Active Pharmaceutical Ingredient) pengambilan sampel dilakukan pada setiap kontainer yang datang tanpa terkecuali. Pemeriksaan masing-masing bahan baku telah ditentukan spesifikasinya dalam SOP pemeriksaan bahan baku, meliputi antara lain : 1. Bahan padat : pemeriksaan ph, titik lebur, kadar air dan susut pengeringan. 2. Bahan cair : pemeriksaan viskositas, berat jenis dan ph.

45 3. Cangkang kapsul/ empty capsule : bobot, panjang kapsul, diameter, ph dan waktu hancur. Selain untuk pemeriksaan diambil juga contoh bahan baku yang disimpan sebagai retained sample. Label released diberikan bila hasil pemeriksaan bahan baku tersebut sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Bila tidak memenuhi spesifikasi, bahan baku tersebut diberi label reject dengan membuat QDR (Quality Deviation Record) untuk dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan. Pemeriksaan kimia produk ruahan dan obat jadi dilakukan untuk mengetahui kadar zat aktif dalam sediaan. Sampling dilakukan dengan metode ATA (Awal, Tengah, Akhir) waktu produksi. Metode analisa berdasarkan pada buku-buku standart yang diturunkan ke dalam SOP untuk masing-masing jenis obat. Disamping metode instrumentasi, juga digunakan metode konvensional (volumetri dan gravimetri). Bagian ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan uji stabilitas untuk kontrol stabilitas produk yang beredar di pasaran (accelerated dan long term). Uji stabilitas dilakukan bila terjadi perubahan formula, supplier ataupun SOP. Untuk produk komersil, maka uji stabilitas yang dilakukan adalah accelerated dan long term selama enam bulan pertama sebanyak 3 batch. Sementara, untuk produk yang telah rutin diproduksi, hanya uji stabilitas long term saja yang dilakukan sekali dalam setahun. Uji stabilitas accelerated dilakukan pada suhu 40 ± 2 ºC dan RH 75 ± 5 %; dan long term pada suhu 30 ± 2 ºC dan RH 75 ± 5 %. Bagian ini juga memeriksa air yang digunakan untuk produksi. Pemeriksaan WFI dan PW dilakukan secara harian, meliputi pemeriksaan konduktivitas, ph, kandungan klor dalam air. QA/QC juga melakukan

46 pemeriksaan air limbah yang dikelola pada IPAL. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium QA/QC dan juga melakukan kerjasama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor) Pemeriksaan Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk pemeriksaan bahan baku dan produk-produk sirup, antibiotik dan produk steril serta air untuk produksi, yang meliputi pemeriksaan potensi antibiotik, TPC (Total Plate Counter), uji sterilitas, bioburden test dan pyrogen test. Selain itu juga melakukan monitoring lingkungan ruang produksi, sanitasi ruangan produksi steril, karyawan bagian steril dan fasilitas. Ruangan bagian Mikrobiologi dibagi menjadi 6 ruang yaitu : 1. Ruang TPC; ruang ini mempunyai sistem aliran udara keluar dari dalam ruang dengan tujuan agar tidak ada cemaran yang dapat masuk. Ruang ini berfungsi untuk menghitung angka kuman. 2. Ruang potency; merupakan ruang untuk uji potensi antibiotik. Ruang ini mempunyai sistem aliran udara ke dalam ruang dengan tujuan agar mikroba yang digunakan untuk uji potensi tidak keluar dari ruang. 3. Ruang steril; merupakan ruang yang dikondisikan sama seperti ruang produksi sediaan steril (kelas A); digunakan untuk uji sterilitas. 4. Ruang preparasi media; merupakan ruang pembuatan media pertumbuhan mikroba untuk mengembangbiakkan mikroba yang akan digunakan pada uji potensi. 5. Ruang pembersihan media; merupakan ruang untuk mematikan mikroba yang digunakan selama proses uji mikrobiologi. 6. Ruang inkubasi.

47 Bagian ini juga melakukan pemeriksaan terhadap proses validasi media fill pada proses pengisian injeksi aseptis, juga pemeriksaan air minum yang dilakukan 1 minggu sekali. Pemeriksaan cemaran di lingkungan kelas D dilakukan 1 bulan sekali, sedangkan untuk ruangan kelas A seperti diruang filling, pemantauan cemaran dilakukan setiap awal proses. Pemeriksaan cemaran secara keseluruhan dilakukan satu minggu sekali. Uji potensi anti-mikroba dilakukan dengan 2 cara: silinder plate dan turbudimetri. Silinder plate dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat dan metode turbudimetri dilakukan dengan mengamati tingkat kekeruhan media. Kedua metode tersebut kemudian dibandingkan dengan standar dan setiap uji potensi harus terdapat kontrol positif maupun kontrol negatif. Pemeriksaan udara menggunakan 2 metode yaitu: metode udara terbuka dan metode air sampler. Pemeriksaan udara terbuka dilakukan dengan pemaparan media di udara terbuka selama 4 jam. Metode air sampler dilakukan dengan menggunakan suatu alat dispossable yang cara kerjanya yaitu menghisap udara sebanyak 1000 L menuju suatu media. Kemudian media-media tersebut diinkubasi dan diperiksa jumlah mikrobanya. Pemeriksaan sanitasi ruang dilakukan dengan metode swab; caranya adalah menggunakan alat seperti cotton bud yang telah dinetralisir (memakai lesitin, dan tween untuk menetralkan disinfektan pembersihan hama) kemudian diusapkan seluas 5 cm x 5 cm pada tembok ruang; setelah itu hasil usapan ditanam pada media pertumbuhan bakteri lalu diinkubasi.

48 Validasi Bagian validasi bertanggung jawab terhadap kalibrasi alat ukur (neraca timbang, termometer, gelas ukur, dll), kualifikasi dan validasi. Kalibrasi dilakukan sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dimana tiap-tiap alat ukur bisa saja memiliki periode kalibrasi yang berbeda yaitu tergantung dari seberapa sering dan seberapa rumit alat tersebut digunakan dalam kegiatan di pabrik. Kalibrasi terhadap alat ukur yang dilakukan menggunakan alat ukur/ kalibrator yang setiap tahun dikalibrasi oleh instansi atau kalibrasi nasional. Tidak semua alat ukur yang ada di PT. Prafa dikalibrasi sendiri (internal calibration), beberapa diantaranya harus dikalibrasi oleh instansi/badan kalibrasi nasional (eksternal calibration). Data hasil kalibrasi dicatat atau dimasukkan dalam CSR (Calibration Service Record). Tata cara kalibrasi dijelaskan secara praktis dalam SOP. Kualifikasi dilakukan terhadap semua peralatan (mesin dan instrumen) bangunan dan personalia yang ada di PT. Prafa. Kualifikasi peralatan yang dilakukan meliputi kualifikasi rancangan (Design Qualification), kualifikasi instalasi (Instalation Qualification), kualifikasi operasional (Operasional Qualification), kualifikasi kinerja (Performance Qualification) dan kualifikasi bangunan (Building Qualification). Kualifikasi tidak hanya dilakukan terhadap alat/mesin baru saja tetapi dapat juga dilakukan kualifikasi ulang terhadap alat/mesin lama yang telah mengalami perubahan yang mungkin dapat mempengaruhi output atau produk yang dihasilkan. Validation Pharmacist atau Qualification and Validation Supervisor bertanggung jawab atas validasi seluruh sistem yang digunakan. Validasi yang

49 dilakukan di PT. Prafa meliputi validasi proses, validasi pembersihan (cleaning validation), validasi metode analisis, validasi proses pengemasan, dan validasi sistem komputerisasi QA Inspection Bagian QA Inspection bertanggung jawab melakukan pemeriksaan bahan kemas, IPC dan releasing produk. Pemeriksaan bahan kemas dilakukan pada rubber stopper, cap, alu-foil, botol, label, primary box dan master box, yang meliputi pemeriksaan ukuran, komposisi warna, jumlah lapisan untuk alu-foil, kejelasan dan kesesuaian tulisan, dengan metode sampling military standard. Hasil pemeriksaan didokumentasikan dalam laporan pemeriksaan bahan kemas. Bahan kemas yang telah memenuhi persyaratan diberi label released dan siap untuk digunakan pada proses produksi. Bagian ini juga mewadahi IPC yang bertujuan untuk memastikan bahwa setiap proses produksi telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. IPC dilakukan oleh 2 bagian; yaitu petugas produksi itu sendiri dan inspektor dari Departemen QC. Pemeriksaan dilakukan dengan sampling PTA waktu produksi oleh inspektor sedangkan bagian produksi melakukan sampling dan pemeriksaan sesuai SOP dan BPR. IPC yang dilakukan oleh petugas produksi merupakan usaha untuk menjamin bahwa mesin dan peralatan produksi menghasilkan produk sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan IPC yang dilakukan oleh QC adalah usaha untuk memastikan bahwa produk tersebut telah memenuhi spesifikasi sekaligus sebagai kontrol ganda terhadap kemungkinan penyimpangan hasil produksi. Kegiatan rutin lainnya adalah line clearance proses produksi akan dimulai, yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua peralatan telah siap, bahan baku

50 telah benar baik jenis dan jumlahnya dan kondisi ruang produksi telah sesuai dengan yang seharusnya. Pemeriksaan dilakukan terhadap seluruh catatan mengenai mesin, bahan dan ruangan. Bagian ini juga melakukan pemeriksaan dokumentasi produksi maupun laboratorium untuk memastikan produk yang akan di released ke pasaran telah memenuhi semua spesifikasi yang telah ditetapkan. Pemeriksaan terhadap kemasan juga menjadi tanggung jawab dari bagian inspeksi. Metode sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari bahan kemasan (kemasan sekunder seperti box, blister dll) memakai metode N+1. Sedangkan kemasan primer seperti vial, ampul menggunakan metode sampling military standart, karena tiap kedatangan jumlahnya sangat banyak. Jika ada permasalahan seperti salah cetak, perbedaan warna, perbedaan nomor batch pada kemasan, dan lain-lain maka bagian ini yang akan bertanggung jawab penuh dan yang mempunyai hak untuk melakukan komplain sepenuhnya kepada supplier yang bermasalah DCC(Document Control Center) dan GMP Compliance Dokumentasi adalah salah satu komponen yang sangat esensial dalam CPOB. Sistem dokumentasi yang digunakan harus sistematis untuk memudahkan pencarian dokumen bila diperlukan. DCC dan GMP Compliance di PT. Prafa ditangani oleh seorang supervisor. DCC bertanggung jawab untuk mengelola SOP, master batch record, master list, spesifikasi dan prosedur analisa, dokumen registrasi, dokumentasi pengendalian perubahan, produk yang telah dinyatakan released, change control, penyimpangan mutu, melakukan mock recall, dan compliance. DCC menyimpan MBR (Master Batch Record) yang dilakukan untuk

51 pengusutan data jika produk mendapat komplain dari konsumen dan disimpan bersamaan dengan penyimpanan contoh per tinggal. Lama penyimpanan dokumen mengikuti penyimpanan contoh per tinggal yaitu expired date ditambah 1 tahun. Dokumen asli lain yang disimpan oleh DCC adalah SOP. Penyebaran SOP dikontrol dengan memberikan stempel pada SOP. SOP asli diberi stempel original dan SOP copy diberi stempel copy. Pada stempel copy tertulis kode angka yang menginformasikan beberapa copy yang beredar, bagian dan personel yang memiliki copy tersebut. SOP direvisi setiap 2 tahun sekali. DCC juga bertanggung jawab membuat index SOP yang berlaku di Prafa agar SOP dapat diinventarisasi dan di-up date bila perlu dan menyimpan back-up dalam bentuk CD-RW. Dokumen lain yang disimpan di DCC antara lain daftar approved supplier, laporan obat jadi, protokol dan laporan validasi, prosedur analisa/metode analisa, spesifikasi produk, surat-surat komplain dan dokumen registrasi. GMP compliance khusus menangani penerapan GMP di PT. Prafa. Tugasnya adalah menjadwalkan dan mengkoordinasikan inspeksi diri/self Quality Audit baik Internal Quality Audit ataupun External Quality Audit, menangani dokumen-dokumen investigasi penyimpangan mutu, penanganan kontrol perubahan (Change Control), peninjauan produk tahunan (Annual Product Review), dan pelulusan produk jadi. GMP compliance bertugas membuat laporan rutin ke BPOM, laporan produk obat jadi dan laporan ekspor-impor.

52 3.2.3 Technical Service Department (Departemen TS) Departemen ini bertanggung jawab atas kelancaran kegiatan pabrik terutama pemeliharaan mesin-mesin/peralatan, fasilitas produksi dan penunjang produksi (genset-listrik PLN, supply udara, supply air, uap dan sistem pendingin) agar selalu dalam keadaan siap pakai dan sesuai CPOB dalam waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Departemen TS dipimpin oleh seorang manager dengan dibantu oleh dua orang supervisor yang menangani 2 divisi dengan jumlah karyawan 16 orang. Bagan struktur organisasi Departemen TS dapat dilihat pada Lampiran 6. Departemen TS bekerja berdasarkan: 1. Standart Operating Procedure (SOP/Protap). 2. Preventive maintenance selama 1 tahun ke depan. 3. Melaksanakan SPK (Surat Permintaan Kerja). 4. Bila terjadi pengubahan (Change Control). 5. Berdasarkan perintah atasan. Kegiatan Technical Services Department meliputi beberapa divisi, yaitu: 1. Technical Service Maintenance a. Mengatur semua mesin dapat digunakan dengan baik. b. Melakukan perawatan terhadap semua mesin secara rutin c. Melakukan perbaikan sarana sesuai dengan permintaan tiap-tiap departemen. d. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan proyek.

53 e. Mempersiapkan tersedianya air baku yang cukup untuk keperluan produksi. f. Menangani Air Handling Unit (AHU). g. Mempersiapkan tersedianya udara tekan (compressed air) h. Mempersiapkan tersedianya tenaga uap (steam boiler). i. Membuat gambar instrument cara kerja mesin-mesin yang ada atau digunakan oleh bagian produksi. j. Membuat gambar atau denah ruangan yang akan direnovasi k. Menjaga hydrant system agar dalam keadaan siap pakai. 2. Technical Service Electrical a. Pengadaan dan pembagian listrik yang ada di pabrik (bekerjasama dengan PLN) berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tiap-tiap departemen yang ada. b. Mempersiapkan beroperasinya generator set agar dapat beroperasi dengan normal sewaktu dibutuhkan. c. Menangani kontrol panel mesin-mesin, alat-alat komunikasi dan sistem PLC (Programmable Logic Control). Air baku sebagai kebutuhan produksi pabrik yang cukup vital menjadi tanggung jawab bagian teknik. Air baku yang digunakan untuk keperluan pabrik diperoleh dari 3 sumur artesis dengan kedalaman lebih dari 120 m dengan kapasitas 11 liter/detik. Raw water ini dipompa ke permukaan dan ditampung dalam tiga storage tank dengan kapasitas 3 50 m 3 yang digunakan untuk proses produksi dan keperluan lainnya serta sebuah storage tank dengan kapasitas 120 m 3 yang ditanam di dalam tanah yang digunakan untuk fasilitas hydrant.

54 Air yang harus dipersiapkan sebagai air baku adalah: air biasa, HPW dan WFI. Proses penyiapan HPW dimulai dengan pengambilan air yang berasal dari sumur artesis kemudian ditampung di tank penyimpanan yang secara berkelanjutan ditambahkan sodium hipokloride (NaOCl) untuk membunuh bakteri. Proses selanjutnya yaitu air yang mengandung klorin dilewatkan melalui multi media filter untuk menyaring partikel kasar dan zat organik. Setelah itu masuk ke karbon filter untuk menetralkan klorin dan setelah disaring dengan karbon filter dilakukan penyaringan dengan menggunakan filter 10 µm. Setelah proses penyaringan, air dilewatkan melalui kation bed untuk mengikat kation dengan mengunakan resin penukar kation dan anion bed untuk mengikat anion dengan menggunaan resin penukar anion dan dilewatkan ke mix bed (gabungan resin penukar kation dan anion) untuk mencegah adanya kation dan anion yang terlewat saat dilewatkan melalui resin penukar ion sebelumnya. Setelah dilewatkan ke resin penukar ion, air kemudian disaring dengan menggunakan filter 1µm, filter 0,5 µm kemudian disinari UV sebelum melalui filter 0,2 µm kemudian dipanaskan dengan menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE) suhu o C sebelum dimasukkan ke dalam storage tank. HPW yang ada di storage tank kemudian didistribusikan ke bagian produksi yang dibutuhkan. Bagan alur proses pembuatan HPW dapat dilihat pada Lampiran 14. Untuk mendapatkan WFI, HPW yang ada di storage tank kemudian dialirkan menuju alat pembuatan WFI. HPW ini kemudian ditampung dalam double jacket tank (didinginkan dengan chiller) kemudian masuk side tank. Setelah itu, air yang telah didinginkan masuk ke Finn Aqua Destilator. Pada proses destilasi ini terdapat 5 kolom. Kolom pertama (139 o C) digunakan untuk

55 menguapkan HPW yang digunakan sebagai steam untuk menguapkan HPW yang ada di kolom 2 (130 o C). Setelah HPW yang ada di kolom 2 didestilasi, akan masuk ke kolom 3 (123 o C), kolom 4 (118 o C) dan kolom 5 (114 o C) sudah diperoleh WFI dan dialirkan ke masing-masing user point. Penyimpanan WFI dalam tank harus dijaga agar senantiasa tersirkulasi dengan dijaga suhu O C. Bagan alur proses pembuatan WFI dapat dilihat pada Lampiran 15. Penyediaan listrik di PT. Prafa berasal dari 2 sumber yaitu dari PLN berkapasitas 1730 KVA dan dari diesel berkapasitas 2 x 500 KVA. Kualitas listrik yang diperlukan untuk industri farmasi umumnya dengan voltage sebesar 380 volt/3 phase-220 volt/1 phase dan frekuensi 50 Hz. Sistem Tata Udara (Air Handling System) menjadi komponen vital bagi industri farmasi. AHS dirancang untuk mengkondisikan temperatur, kelembaban, tekanan udara ruangan dan jumlah partikel. Pengaturan ini menjamin kenyamanan ruang kerja, ruangan bebas kontaminan, kualitas produk dan mengurangi resiko kerusakan peralatan oleh oksidasi/karat. Rancangan AHS disesuaikan dengan kebutuhan ruangan. Satu AHU (Air Handling Unit) digunakan untuk pengaturan udara dalam selompok ruangan dengan spesifikasi tertentu. AHS yang berada di PT. Prafa dibagi atas: 1. AC Window Terdiri atas evaporator dan condensor yang bersatu dan dilengkapi dengan control panel pengoperasian sekaligus. AC jenis ini digunakan di daerah black area, kantor koperasi dan kantor serikat pekerja.

56 2. AC Split Terdiri atas evaporator dan condensor yang terpisah, yang dihubungkan dengan pipa tembaga. Evaporator sebagai unit pendingin terletak di sebelah luar dari ruangan dan condensor sebagai pemompa gas refrigan berada di dalam ruangan. AC jenis ini digunakan di black area seperti ruang kantor. 3. AC Central / Split Duct System AC Central atau tipe split duct hampir sama seperti jenis AC lainnya, tetapi tipe ini mempunyai kapasitas pendingin yang besar (lebih dari Btuh). AC ini memiliki dua saluran ducting yaitu saluran hisap (suction) dan saluran tiup (discharge). Pada saluran tiup dilengkapi dengan booster fan, pre-filter, medium-filter dan HEPA (High Efficiency Particullar Air) untuk sediaan steril. 4. Dehumidifier Dehumidifier digunakan untuk mengatur kelembaban nisbi (RH) dan temperatur pada ruangan LHA. Udara tekan adalah udara yang dimampatkan dengan menggunakan kompresor udara. Dalam proses produksi digunakan untuk kebutuhan pelayanan pneumatic system pada mesin produksi. Udara yang dihasilkan kemudian ditreatment agar kotoran bisa terkontrol dan tidak ikut terbawa ke dalam saluran penyaluran udara tekan yang menuju user point-nya sendiri, misalnya untuk ruang steril dilakukan penyaringan kembali terhadap bakteri. Proses tersedianya tenaga uap (steam) yaitu karena adanya perubahan air yang dalam fase cair menjadi air dalam fase gas dengan tekanan tinggi melalui

57 proses pemanasan menggunakan sebuah ketel uap/boiler. Jenis steam yang digunakan ada 2 macam yaitu: 1. Plant Steam, digunakan untuk pemanasan secara tidak langsung. Steam dialirkan melalui heating coil dan energi panasnya digunakan untuk pemanasan pada proses produksi. 2. Clean Steam, adalah steam bersih yang tidak mengandung partikel, biasanya digunakan untuk pemanasan dengan kontak langsung misalnya digunakan pada alat autoclave, air yang digunakan sebagai feed water (air umpan) yaitu air murni (HPW). Alat yang digunakan untu menghasilkan steam yaitu steam boiler yang memiliki kapasitas 3600 kg/h. Untuk pengamanan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, Departemen TS memasang beberapa pengaman, yaitu pengaman pada pompa pengisian, pengaman pada pengukur tekanan, dan pengaman pada suhu pemanasan. Preventive maintenance merupakan usaha untuk menjaga kondisi sarana produksi agar senantiasa dalam kondisi siap pakai. Pemeriksaan terhadap seluruh peralatan yang akan dipakai, dilakukan sesuai dengan SOP. Keberadaan fasilitas hydrant untuk penanganan kebakaran merupakan salah satu preventive maintenance. Air yang digunakan untuk hydrant adalah air dari bak penampungan terbesar yang dimiliki PT. Prafa dengan kapasitas 120 m 3. Air hydrant diperiksa tiap hari oleh bagian teknik untuk mencegah kekosongan pada saat dibutuhkan. Departmen TS juga ikut menangani pengolahan limbah pabrik, yaitu dalam hal penyediaan dan perawatan peralatan limbah.

58 3.2.4 Personnel and General Affairs Department (Departemen PGA) Fungsi Dasar 1. Untuk menangani hal-hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan sehingga dapat terlaksana secara efisien dan sesuai berdasarkan kesepakatan bersama, kontrak karyawan, peraturan dan hukum yang berlaku serta standar ketenagakerjaan. 2. Menerapkan perubahan yang terjadi dalam suatu struktur organisasi ketenagakerjaan ataupun individual, seperti kehadiran dan kenaikan gaji. 3. Memastikan semua dokumen yang berhubungan dengan karyawan tercatat dengan akurat, dapat ditelusuri dan aman. 4. PGA juga memilih dan mengatur hubungan dengan pihak luar sehingga kepentingan pabrik dapat terpenuhi Hubungan Organisasi Manager PGA memberikan laporan langsung kepada Plant Manager. Manager PGA bertugas untuk memimpin, mengarahkan, mengevaluasi dan mengembangkan suatu tim yang terdiri dari staf-staf untuk memastikan bahwa manajemen dokumentasi ketenagakerjaan, proses, dan kegiatan administrasi lainnya telah sempurna dan sesuai dengan perencanaan. Bagan struktur organisasi Departemen PGA dapat dilihat pada Lampiran Tugas Utama dan Tanggung Jawab 1. Menjaga hubungan yang kondusif antar karyawan dan hubungan dalam komunitas. 2. Menerapkan kebijakan SDM dan menyelenggarakan administratif dan kegiatan kesejahteraan di dalam pabrik.

59 3. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelatihan (training) dan mengembangkan inisiatif ketenagakerjaan di dalam pabrik. 4. Bertanggung jawab terhadap penilaian terhadap penampilan, pengembangan karier dan promosi, serta mengurus masalah kompensasi dan keuntungan adiministrasi. 5. Bertanggung jawab terhadap perencanaan tenaga kerja. 6. Memantau kegiatan sosial dan menangani keluhan dari karyawan. 7. Bekerjasama dengan manager pabrik dalam menentukan penempatan karyawan, manajemen kerja dan pembangunan budaya Product Development Department (Departemen PDD) PDD adalah suatu departemen yang berperan dalam pengembangan formula. Departemen ini menangani pengembangan produk Prafa dan Darya Varia yang berlokasi di pabrik Prafa. PDD bertanggungjawab langsung pada Direktur Teknik Darya Varia Grup. Departemen ini terdiri dari seorang manager yang membawahi 3 orang supervisor, 2 orang asisten apoteker, 1 orang laboran dan 1 orang operator. Bagan struktur organisasi PDD dapat dilihat pada Lampiran 8. Aktivitas PDD meliputi: 1. Membuat formulasi obat baru (Membuat formula obat baru yang belum pernah di produksi oleh Darya Varia Grup sebelumnya). 2. Reformulasi (mengembangkan formulasi produk yang sudah diproduksi). Pengembangan formula oleh PDD hanya sampai pada proses pengemasan primer.

60 Aktifitas PDD dimulai dari dikeluarkannya PDRF (Product Development Request Form) dari marketing. PDRF berisi spesifikasi produk yang akan dikembangkan seperti nama produk, komposisi, packing size, dosage form dan launching date. Setelah PDRF diterima, PDD melakukan studi literatur dari buku, internet, produk innovator dan kompetitor. Selanjutnya PDD melakukan trial skala laboratorium untuk mencari beberapa formula yang sesuai, minimal 2 formula. Pengujian pada skala lab ini diharapkan reproducible sebelum dilanjutkan dengan Pilot scale. Pilot scale dilakukan sebanyak 3 kali terhadap satu formula yang dipilih dan yang terakhir dilakukan di ruang produksi. Produk yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengujian stabilitas oleh departemen QA/QC. Hasil dari pilot scale harus sesuai dengan spesifikasi pada PDRF dan uji stabilitas terpenuhi. Setelah QA/QC mereleased produk tersebut maka produk siap untuk diregistrasi dengan melampirkan data formula produk, spesifikasi dan data uji stabilitas yang telah dilakukan. Data-data ini dikirim ke bagian HRA (Health Regullatory Affair) yang bertugas menangani registrasi obat di Darya Varia Grup. Setelah nomor registrasi keluar maka dilakukan Scale Up dimana obat diproduksi dalam skala besar sesuai dengan batch size yang direncanakan pada produksi commercial bets Penanganan Limbah Penanganan limbah di PT.Prafa dibawah tanggung jawab Departemen PGA, QA/QC dan Technical Service. Limbah Prafa terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa kemasan, sampah kantin dan dapur, sampah dari lingkungan pabrik, produk reject

61 dan obat yang telah kadaluarsa. Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan serta memiliki nilai jual seperti sisa kemasan (kaleng, drum, aluminium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan di gudang khusus, kemudian dijual agar barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Pembakaran produk reject dan obat yang telah kadaluarsa dilakukan dengan incinerator pada suhu C selama menit. Sisa bahan padat yang menempel pada wadah / peralatan dibersihkan dengan mesin penyedot debu / vacuum sebelum dicuci dengan air. Bila tidak tersedia vacuum, sisa-sisa serbuk yang menempel diambil dengan lap yang dibasahi alkohol 70% dan lap tersebut dicuci tersendiri. Kerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor dilakukan untuk pengangkutan sampah keluar pabrik yang dilakukan secara teratur dan terkontrol. Limbah cair diolah dalam Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Departemen QA/QC bertugas membuat metoda pengelolaan limbah, membuat metoda analisa air limbah, mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah cair. Departemen QA/QC bekerjasama dengan Departemen Technical Service mencari dan menentukan metoda IPAL, Departemen Technical Service bertugas mengawasi IPAL dan mengawasi alat-alat pengelolaan air limbah cair. Departemen PGA bertugas menjaga kebersihan lingkungan di sekitar IPAL, pelaksana regenerasi saringan dan pencucian bak serta mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah cair. Limbah Prafa yang masuk ke IPAL antara lain limbah proses NBL bersama logam berat, cephalosphorin, betalaktam dan aquadem (purified water). Limbah ini masuk ke bak ekualisasi setelah sebelumnya mengalami pretreatment

62 kecuali limbah aquadem yang langsung dialirkan ke IPAL. Masing-masing limbah memiliki bak penampungan awal tersendiri. Pada bak penampungan awal dilakukan pengecekan ph. Air limbah tersebut ditambahkan larutan NaOH hingga ph basa (ph antara 10-11) kemudian disirkulasi selama 120 menit untuk limbah betalaktam dan cephalosporin sedangkan limbah proses NBL disirkulasi selama 10 atau 15 menit. Selanjutnya pada bak ditambahkan dengan larutan HCl hingga larutan menjadi netral (ph 7) dan siap dialirkan ke bak ekualisasi. Dari bak ekualisasi air limbah akan dialirkan ke bak separasi setelah sebelumnya dinetralisasi di bak reaksi. Apabila diketahui bahwa ph pada bak ekualisasi bersifat asam (ph 1-4) maka dinetralkan dengan penambahan NaOH 40% hingga ph 7 sebaliknya jika ph pada bak ekualisasi bersifat basa (ph 11-14) maka dinetralkan dengan penambahan HCl 32% hingga ph 7. Setelah proses netralisasi maka dilakukan sirkulasi selama 2 menit. Air limbah dialirkan dari bak separasi ke bak koagulasi flokulasi melewati Fish Bone Wier. Pada bak koagulasi flokulasi ditambahkan PAC (Poly Aluminium Chloride) sebanyak 3 liter dosis 6% atau 12%. Air limbah ini kemudian diaduk dengan mixer selama 15 menit lalu didiamkan selama 30 menit atau lebih maka gumpalan akan turun secara gravitasi. Pada tahap ini akan menghasilkan lumpur dan proses selanjutnya lumpur ini akan dipindahkan ke bak lumpur dengan pompa khusus. Setelah mengalami koagulasi flokulasi limbah akan disaring melalui bak filtrasi menuju ke bak aerasi. Pada bak aerasi dilakukan pengadukan dengan diffuser selama 120 menit dengan jangka waktu 10 menit ON dan 5 menit OFF. Di dalam bak aerasi terdapat SGB 104 yang bersifat aerob yang perlu diberi urea sebanyak

63 300 gram/hari dan SP36 (P) sebanyak 50 gram/hari dan penambahan sebanyak 0,5 liter selama 1 bulan sekali. Dari bak aerasi air limbah akan disaring pada bak filtrasi II kemudian menuju bak settle. Dari bak settle akan menuju bak stabilizing pond yang berfungsi untuk nenangkap oksigen bebas dari udara. Dari bak stabilizing pond air limbah yang telah diolah ini dialirkan ke bak penampungan akhir. Bagan alur proses pengolahan IPAL dapat dilihat pada Lampiran 17. Pemeriksaan IPAL dilakukan setiap hari oleh QC dengan mengambil sampel pada bak stabilizing pond. Pemeriksaan limbah juga dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak eksternal yang terstandarisasi seperti IPB untuk memperoleh sertifikat. Paraneter pemeriksaan IPAL antara lain parameter fisika meliputi suhu, warna, bau dan kekeruhan serta parameter kimia seperti ph, kandungan fenol, N-total, Total Dissolved Solid (TDS), Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Dissolved Oxygen (DO). BAB IV PEMBAHASAN PT. Pradja Pharin (PT. Prafa) adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing yang memproduksi obat jadi. PT. Prafa bersama dengan Darya Varia Laboratories membentuk Darya Varia Group bernaung di bawah Unilab Indonesia bersama dengan Medifarma Laboratories Indonesia. Unilab Indonesia merupakan

64 bagian dari Unilab Philliphine-Manila. Masing-masing perusahaan ini memiliki fokus tersendiri dalam produksi obat. PT. Prafa terfokus pada produksi obat sediaan solid, obat Ethical dan pelaksanaan Toll manufacturing. PT. Prafa dipimpin oleh seorang Plant Manager yang merupakan apoteker yang bertanggung jawab secara keseluruhan untuk menjamin produk obat yang aman, efektif dan bermutu serta memiliki tanggung jawab internal untuk mengkoordinasi seluruh kegiatan di pabrik. Struktur organisasi PT. Prafa berbentuk horizontal dimana kedudukan masing-masing dari 5 manager setara sehingga pendelegasian tugas semakin jelas dan efektif, praktis serta dapat menonjolkan jiwa kepemimpinan dari masing-masing manager. Pada industri farmasi ini terdapat 12 orang apoteker yang terdistribusi pada semua departemen. Secara Umum PT. Prafa telah memenuhi Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) yang merupakan pedoman bagi industri farmasi di Indonesia dalam membuat obat yang bermutu, aman dan efektif dan juga merupakan pedoman bagi pemerintah untuk mengendalikan dan mengawasi industri farmasi dalam menjalankan tanggung jawab profesional dan sosialnya. CPOB menyangkut berbagai aspek antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan, peralatan sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan sampai penarikan obat jadi dan dokumentasi. Dari mapping berdasarkan pemenuhan CPOB yang dilakukan oleh badan POM, Prafa memperoleh peringkat A yang berarti bahwa Prafa merupakan industri farmasi yang telah memiliki fasilitas telah memenuhi CPOB dan telah sesuai dengan ASEAN Harmonization, sehingga industri farmasi tersebut boleh memproduksi dan mengekspor produk ke luar negeri serta dapat melakukan Toll Manufacturing. Saat ini PT. Prafa telah

65 memiliki 36 sertifikat GMP/CPOB yang diperoleh sejak tahun 1991 sampai tahun Berdasarkan konsep CPOB, mutu suatu produk obat tidak hanya ditentukan oleh hasil akhirnya saja, tetapi dibangun dari keseluruhan tahap dalam proses produksi (Built in Quality). Oleh karena itu perlu adanya suatu manajemen mutu yang dilaksanakan oleh departemen QA/QC yang melakukan pengawasan mutu dan pemastian mutu. Pengawasan mutu dilakukan melalui pemeriksaan di laboratorium kimia, mikrobiologi dan pemeriksaan IPC (In Process Control) di area produksi. Produk jadi yang akan diluluskan oleh bagian pengawasan mutu harus memenuhi persyaratan mutu sesuai spesifikasi, penandaan, kemasan serta kelengkapan dokumen produksi. Selain itu juga dilakukan pengujian stabilitas secara berkala terhadap retained sample setiap batch obat hingga satu tahun setelah habis masa edarnya untuk mengetahui dan memperkirakan kestabilan produk yang ada dipasaran. Pemastian mutu dilakukan oleh departemen QA/QC dengan melakukan pengawasan dan membuat program-program pemenuhan CPOB seperti BOS (Behavior Observation System), Validasi, Pengendalian Pengubahan (Change Control), CAPA (Corective Action Preventive Action) dan sistem dokumentasi. Karyawan PT. Prafa memiliki keterampilan, kemampuan dan pengetahuan yang memadai mengenai CPOB serta bekerja sesuai dengan keahliannya. Hal tersebut didukung dengan pelakasanaan training karyawan secara berkesinambungan sesuai dengan keperluan dan perkembangan CPOB yang diselenggarakan oleh PT. Prafa. Setiap pelatihan (training) yang dilakukan didokumentasikan sebagai training record karyawan. Kesejahteraan karyawan

66 sangat diperhatikan dan selalu ditingkatkan. Keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan menjadi perhatian penting karena pada tahun 2010, PT. Prafa ingin meraih sertifikat golden flag, yaitu penghargaan yang diberikan oleh instansi K3 bagi perusahaan yang menghasilkan jam kerja diatas 1 juta tanpa adanya kecelakaan. Bangunan PT. Prafa telah memenuhi persyaratan bangunan dalam ketentuan CPOB. Rancang bangunan di PT. Prafa dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjang kegiatan produksi dengan baik. Permukaan bangunan di ruang produksi dibuat licin (menggunakan epoksi) agar mudah dibersihkan. Selain itu, sudut-sudut dibuat melengkung yang bertujuan untuk mengurangi debu yang terjebak dan memudahkan pembersihan. Bangunan gedung produksi betalaktam-cephalosforin diletakkan terpisah dari gedung produksi non betalaktam dan gedung lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dan shock anafilaksis bagi individu yang alergi dan hipersensitif terhadap obat-obat golongan betalaktam-cephalosporin. Tata letak ruangan di bagian produksi dibuat berurutan sesuai urutan proses kegiatan sehingga arus kerja lebih teratur, memudahkan pengawasan, mencegah resiko kekeliruan dan menghindari terjadinya kontaminasi silang. Adanya koridor di ruang produksi bertujuan untuk memudahkan mobilitas karyawan tanpa mengganggu proses produksi. Peralatan yang dimiliki PT. Prafa dirancang untuk menunjang kebutuhan produksi. Setiap alat didesain agar mudah dioperasikan dan disanitasi serta tidak mengkontaminasi produk. Kualifikasi alat dilakukan secara rutin setiap satu tahun sekali dan kalibrasi dilakukan setiap 6 bulan sekali. Kualifikasi bertujuan untuk

67 membuktikan bahwa alat yang digunakan telah sesuai dengan desainnya, terinstalasi dengan baik, dapat beroperasi dan menunjukkan kinerja yang baik. Selain itu juga dilakukan verifikasi setiap harinya terhadap peralatan terutama alat ukur. Setiap peralatan yang telah dikalibrasi diberi tanda pengenal sehingga kemampuan setiap alat dapat dikontrol dengan baik. Peralatan yang berkontak langsung dengan produk terbuat dari Stainless Steel 316 L. Sanitasi dan higiene di PT. Prafa telah diterapkan secara keseluruhan mencakup personalia, bangunan/ruang, peralatan dan perlengkapan produksi, serta segala hal yang dapat menjadi sumber pencemar. Higiene perorangan diterapkan dengan cara melarang personel untuk merokok, makan, minum atau menyimpan makanan dan minuman di dalam ruang produksi dan laboratorium atau ruangan lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi atau menurunkan kualitas produk. Setiap personel yang akan memasuki ruang produksi diharuskan mencuci tangan dengan sabun dan mengeringkan tangan sebelum memasuki ruang produksi serta memakai pakaian khusus lengkap dengan penutup kepala, masker dan sepatu atau alas kaki khusus. Baju untuk karyawan dirancang sesuai dengan tingkat kebersihan ruangan dimana karyawan itu akan bekerja. Baju karyawan dibuat sedemikian rupa dimana seluruh permukaan tubuh tertutup rapat, sehingga tidak terjadi kontaminasi produk akibat dari partikel yang berasal dari. Karyawan yang melakukan proses produksi menggunakan sarung tangan untuk menghindari sentuhan langsung antara tangan dengan bahan baku maupun dengan produk yang dihasilkan. Khusus untuk produksi betalaktam-cephalosporin, setiap personel yang akan meninggalkan gedung diwajibkan mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan partikel-partikel bahan aktif betalaktam-cephalosporin yang

68 menempel. Bagi tamu yang berkunjung ke ruang produksi disediakan juga pakaian khusus, masker dan penutup sepatu (shoes cover). Untuk menjaga sanitasi dan higiene peralatan, setiap selesai memproduksi satu jenis obat peralatan harus selalu dibersihkan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk selanjutnya yang akan dibuat. Prosedur pembersihan harus tervalidasi. Peralatan yang digunakan setelah produksi segera dibersihkan, yaitu dengan cara menggunakan air kemudian didesinfeksi dengan Anios EAS 1,5 2 % dan alkohol 70%. Bahan sanitasi yang digunakan tidak boleh mencemari peralatan. Sanitasi ruangan produksi dilakukan dengan menggunakan HEPA filter dan kemudian dilakukan fumigasi menggunakan Anios 2R. Setiap proses sanitasi ruangan harus terdokumentasi dengan baik. Untuk menjamin kebersihan ruangan produksi disediakan ruang penyangga yang berfungsi sebagai pembatas antara ruangan yang tingkat kebersihannya lebih rendah dengan ruangan yang lebih bersih. Alur barang yang akan masuk ke ruang produksi juga harus melalui ruang penyangga produksi, yang jalurnya terpisah antara ruang penyangga personel (buffer room) dan ruang penyangga barang (pass box). Proses produksi di PT. Prafa dapat berjalan dengan baik karena adanya kerja sama antar departemen. Proses produksi dimulai dari perencanaan produksi yang dilakukan oleh bagian PPIC. Perencanaan ini berdasarkan permintaan bagian marketing yang berada di kantor pusat. Kemudian pelaksanaan produksi diputuskan dalam rapat bersama bagian pengembangan produk, bagian produksi, bagian pengawasan mutu, bagian teknik, dan manager pabrik. Perencanaan tersebut bersifat fleksibel mengikuti perkembangan dan kondisi yang ada di

69 lapangan serta dengan memperhitungkan seluruh sumber daya yang ada sehingga proses produksi dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal. Setiap tahapan produksi, mulai dari penerimaan bahan baku dan bahan kemas, hingga dikirimkan ke distributor, dilaksanakan dengan mengikuti SOP yang telah ditetapkan. Untuk menjaga mutu obat yang dihasilkan, pada setiap tahap dalam proses produksi dilakukan pengawasan mutu In Process Control (IPC), misalnya pada waktu pencetakan tablet dilakukan pemeriksaan keseragaman bobot, diameter tablet, waktu hancur, keregasan, ketebalan, kekerasan dan uji kebocoran. Personel produksi juga melakukan pemeriksaan terhadap LOD pada setelah proses pengeringan dan uji kebocoran kemasan primer satu jam sekali. Proses produksi dilakukan dalam ruang dan kondisi yang telah sesuai dengan persyaratan CPOB serta menggunakan sistem yang telah tervalidasi dan peralatan yang senantiasa terkualifikasi. Validasi metode analisis bahan baku dan validasi proses produksi senantiasa dilakukan untuk mendapatkan kepastian mutu. Validasi proses produksi dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan dan memastikan bahwa proses produksi senantiasa dilaksanakan dengan konsisten sehingga menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan ketentuan mutu yang ditetapkan. Audit terhadap mutu dilakukan untuk dapat mengidentifikasi masalah GMP dan penyimpangan dari standar serta segala sesuatu atau masalah potensial yang mengakibatkan timbulnya masalah mutu. Audit yang dilakukan di PT. Prafa dilakukan dalam 3 bentuk yaitu Internal Quality Audit dan External Quality.

70 Perencanaan dan penanganan audit dibawah tanggung jawab DCC dan GMP Compliance pada Departemen QA/QC. Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau keseluruhan obat jadi dari seluruh mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. Penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian telah diatur dalam prosedur baku yang telah ditetapkan. Penangan keluhan sampai penarikan obat jadi dari peredaran dilakukan oleh bagian QA/QC. Jika ada mutu produk yang tidak sesuai berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium QC, maka bagian QA/QC akan menginformasikan ke bagian marketing yang kemudian diteruskan ke distributor untuk dilakukan penarikan produk dari pasaran. Produk tersebut kemudian dikarantina dan diperiksa lagi dengan membandingkannya dengan sampel pertinggal, dan jika memang mutunya tidak sesuai maka dilakukan reposisi (penggantian). Dokumentasi merupakan bagian penting dalam suatu sistem informasi untuk menunjukkan bahwa seluruh prosedur dan persyaratan telah dilaksanakan dengan baik. Sistem dokumentasi harus menggambarkan secara lengkap dan terperinci riwayat suatu produk sehingga dapat memudahkan dalam proses penelusuran produk tersebut. Setiap proses dan kegiatan yang dilakukan di PT. Prafa sesuai prosedur tetap (Standard Operating Prosedures, SOP), dan semua SOP yang berlaku atau pernah berlaku pengelolaannya dilakukan oleh bagian

71 DCC. Seluruh dokumen dalam rangkaian tahap produksi baik itu manufacturing documents maupun laboratorium documents mulai dari bahan baku dan bahan kemas, penimbangan, proses produksi dan hasil laboratorium serta pelaksananya, dan hal-hal yang menyimpang dikumpulkan dalam Batch Record yang disimpan oleh bagian DCC. Kegiatan kalibrasi, kualifikasi dan validasi yang dilakukan juga didokumentasikan. Selain itu perubahan-perubahan yang terjadi yang dapat mempengaruhi proses produksi maupun produk yang dihasilkan juga didokumentasikan sebagai dokumen pengendalian perubahan (change control document). Dokumen-dokumen tersebut akan disimpan hingga waktu tertentu sesuai dengan keperluan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Profesi apoteker di industri farmasi memiliki tugas dan ruang lingkup yang cukup luas mulai dari bagian pengembangan produk, manajemen material, bagian produksi sampai bagian jaminan dan pengawasan mutu (QA / QC).

72 PT. Pradja Pharin ( Prafa ) merupakan industri farmasi yang memproduksi sediaan sediaan farmasi dengan menerapkan CPOB pada seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga dihasilkan produk yang aman, bermutu dan berkhasiat. Kegiatan dilakukan di bagian produksi solid non-betalaktam berupa kualifikasi sebanyak 6 mesin untuk Project Specialization. 5.2 Saran Disarankan untuk melaksanakan validasi secara berkala dan continue untuk menjamin produksi menghasilkan produk yang aman, berkualitas dan berkhasiat secara terus menerus (konsisten). Disarankan untuk melakukan perbaikan terhadap penanganan limbah khususnya pada IPAL. Disarankan terus melaksanakan kerjasama dengan dunia pendidikan, terutama kefarmasian dalam rangka peningkatan sumber daya manusia industri farmasi maupun dalam rangka pengembangan produk.

73 DAFTAR PUSTAKA Depkes. (2001). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245/Menkes/SK/V1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan dan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Depkes RI. Jakarta. BPOM Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta. Priyambodo, B.(2007). Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta. Global Pustaka Utama.

74 Lampiran 1. Denah Bangunan PT. Prafa. Security Guard FG Warehouse Central Laundry Toll Jkt-Bgr Technical Services Non-BL Building Flammable Warehouse RM/PM Warehouse Betalactam Building Waste Water Treatment Plant

75 Lampiran 2. Bagan struktur organisasi PT. Prafa.

76 Lampiran 3. Bagan struktur organisasi Departemen produksi.

77 Lampiran 4. Bagan struktur organisasi Departemen MM.

78 Lampiran 5. Bagan struktur organisasi Departemen QA/QC.

79 Lampiran 6. Bagan struktur organisasi Departemen TS.

80 Lampiran 7. Bagan struktur organisasi Departemen PGA. Lampiran 8. Bagan struktur organisasi PDD.

81 Vacant

82 Lampiran 9. Bagan alur proses granulasi basah sediaan solid. Timbang ulang zat aktif Penambahan bahan pengikat Cek mesh yang akan digunakan Check LOD Cek mesh yang akan digunakan Sampel QC Sampel QC & IPC Film Coating/Sugar Coating Uji kebocoran & tampilan dan cek jumlah untuk counting

83 Lampiran 10. Bagan alur proses granulasi kering sediaan solid. Timbang ulang zat aktif Cek mesh yang akan digunakan Sampel QC Sampel QC & IPC Film Coating atau Sugar Coating Uji kebocoran dan tampilan dan cek jumlah untuk counting

84 Lampiran 11. Bagan alur proses produksi sediaan steril. IPC IPC IPC

85 Lampiran 12. Bagan alur aktifitas kemas sentral. MO & PHP MR MI Gudang Bahan Kemas

86 Lampiran 13. Bagan alur aktifitas Departemen MM. Warehouse QA/QC PPIC POR PO PRI Inventory RM Warehouse MO MRD PPIC Purchasing Production Non Inventory MRD PHP Supplier Delivery Order FG Warehouse Sales Order Accounting Lampiran 14. Bagan alur proses pembuatan HPW. Purchase Order Finished Goods Distributor

87

88 Lampiran 15. Bagan alur proses pembuatan WFI.

89 Lampiran 16. Bagan alur proses destruksi limbah betalaktam-cephalosporin.

90 Lampiran 17. Bagan alur proses pengolahan IPAL. HCL NaOH

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. 073202125 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager Quality Operation Manager PPC Maintenance Personnel Affairs

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI

Lebih terperinci

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik Penggunaan terbesar herbal Fitofarmaka supplement kosmetik Pasar herbal Pasar dunia 10 M USD Nilai export indonesia 100 Triliun Kualitas Produksi herbal GAP GMP GDP GAP ON FARM Iklim Tanah Ketinggian bibit

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA Disusun Oleh : Handi Hendra, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL 2017 31 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: GRACIA GRISELDA, S.Farm NPM. 2448716031 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager Quality Operation Manager PPC Maintenance Personnel Affairs

Lebih terperinci

Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010

Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager PPC Maintenance Personnel Affairs Solid NBL Senior RM&PM Warehouse

Lebih terperinci

PERIODE XLVII. DISUSUN OLEH: YUHANA.SR., S. Farm. NPM

PERIODE XLVII. DISUSUN OLEH: YUHANA.SR., S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI 1 AGUSTUS 2016 27 SEPTEMBER 2016 PERIODE

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

Tehnical Director Angelito Racho. Plant Manager Antonius Sutaryo. TS Mgr J. Santoso. Logistic Mgr Yun Lisnawati. PPIC Spv.

Tehnical Director Angelito Racho. Plant Manager Antonius Sutaryo. TS Mgr J. Santoso. Logistic Mgr Yun Lisnawati. PPIC Spv. Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Prafa Tehnical Director Angelito Racho Plant Manager Antonius Sutaryo QA Mgr Emy Pujiastuti Prod. Mgr Budi Handoyo Logistic Mgr Yun Lisnawati TS Mgr J. Santoso PGA Mgr

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan. Bintang Toedjoe didirikan pada tanggal 29 April 1946 bertempat di Garut, Jawa Barat oleh seorang sinshe yang bernama Tan Jun Sie.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control

ABSTRAK. Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control ABSTRAK Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu mencakup Cara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) BANDUNG Disusun oleh: JOHAN, S.Farm 093202035 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) PERIODE XXXVII OLEH: NEHRU WIBOWO, S. Farm. NPM: 2448711103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) PERIODE 01 30 NOVEMBER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Mala Febriani S. Farm. 083202139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah Sebagai suatu perusahaan farmasi bertaraf global, PT Aventis Pharma terbentuk karena hasil penggabungan/ merger antara dua perusahaan besar kimia farmasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Disusun oleh: KATARIN SITOMPUL, S.Farm NIM 093202039 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT (LAFI DITKESAD) PERIODE 01 30 NOVEMBER 2010 Disusun oleh: RANI MELINTAN, S.Farm. NIM 093202145

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Disusun Oleh: Debora R. Hutagaol, S.Farm. NIM 133202215 Dinda Ayyu Hanjaya, S.Farm. NIM 133202126

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA), DESA KARANG ASEM BARAT, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH : RIA DEVI ANITA PRIMANINGTYAS, S.Farm. NPM

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH : RIA DEVI ANITA PRIMANINGTYAS, S.Farm. NPM LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 NO. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI (3 APRIL 2017 31 MEI 2017) PERIODE XLVIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: REYNANDA VIOLINA AGUS DAMAYANTI., S.Farm.

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. PRAFA didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, yang berawal dari sebuah industri rumah tangga dengan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAMIK YUNIARSIH, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT XY didirikan pada tahun 1988 berlokasi di Jakarta. PT XY didirikan untuk menghasilkan dan memasarkan berbagai produk obat-obatan bermutu.

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep

Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim / Salep Penimbangan Peleburan bahan D ki (F i k) Pencampuran D lt t Pelarutan zat aktif, P t(f i) ph Pencampuran Identifikasi ph Kadar zat berkhasiat Homogenitas

Lebih terperinci