UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA), DESA KARANG ASEM BARAT, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER REDHO MEISUDI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK FEBRUARI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA), DESA KARANG ASEM BARAT, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker REDHO MEISUDI, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK FEBRUARI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Alhamdulillaahirabbil aalamiin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVI, di PT Pradja Pharin (Prafa) yang dilaksanakan mulai tanggal 8 Januari - 28 Februari Kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan program pendidikan profesi apoteker dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan mahasiswa. Mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan PKPA diharapkan dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki saat memasuki dunia kerja. Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi. 2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi. 3. Dewi Sulistyowati, S.Farm., Apt., sebagai Manager Quality Control dan pembimbing dari PT Pradja Pharin (Prafa) yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penulisan laporan PKPA. 4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., sebagai pembimbing dari Fakultas Farmasi yang telah memberikan ilmu, bimbingan dan nasehat yang begitu bermanfaat. 5. Bapak Teguh Supriyanto, sebagai Manager Personal and General Affair dan koordinator pelaksanaan PKPA di PT Pradja Pharin (Prafa). 6. Aprilia Primadawati, S.Farm., Apt. (Qualification, Calibration and Validation Supervisor) dan Anggita Mirzautika, S.Farm., Apt., (Analytical Methode Development Section Head) sebagai pembimbing di Departemen Quality Assurance dan Quality Control di PT Pradja Pharin (Prafa). 7. Para Supervisor dan Section Head di PT Pradja Pharin (Prafa) (Abbas Rivaie, Sukarno, Wagiman, Rama, Nasihin, Ade Mulyana, Ray, Happy Monda, Sitta, iv

5 Lisa, Ahmad Rodjai, Farida Phang, Dede, Michael dan Kartini) atas ilmu, arahan dan bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan PKPA ini. 8. Seluruh dosen dan staf tata usaha Fakultas Farmasi atas ilmu dan bantuan yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan di Program Profesi Apoteker. 9. Keluarga tercinta atas kesabarannya, kasih sayang, dukungan, perhatian dan doanya untuk menyelesaikan pendidikan profesi Apoteker dengan sebaik mungkin. 10. Mamik Yuniarsih, S.Farm., sebagai rekan PKPA di PT Pradja Pharin (PRAFA) yang telah berbagi ilmu, pengalaman dan juga menghibur selama pelaksanaan PKPA. 11. Seluruh sahabat dan teman Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi sebagai teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan semangat. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada khususnya. Penulis 2013 v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Redho Meisudi NPM : Program Studi : Apoteker Fakultas : Fakultas Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Pradja Pharin (Prafa), Desa Karang Asem Barat, Citeureup, Kabupaten Bogor, Periode 8 Januari-28 Februari 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 25 Juni 2013 Yang menyatakan (Redho Meisudi)

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2. TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi Pembuatan Produk Steril Sistem Komputerisasi BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT PRADJA PHARIN (PRAFA) Plant Department Logistic Department Production Department Quality Assurance Department Quality Control Department Technical Department Personal and General Affairs Department Research and Development Department BAB 4. PEMBAHASAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Struktur organisasi PT Prafa Gambar 3.2 Struktur organisasi Logistic Department Gambar 3.3 Alur penerimaan bahan baku dan bahan kemas Gambar 3.4 Struktur organisasi Production Department Gambar 3.5 Alur produksi sediaan solid dengan granulasi basah Gambar 3.6 Alur produksi sediaan solid dengan spraying Gambar 3.7 Alur produksi sediaan solid dengan granulasi kering Gambar 3.8 Alur produksi sediaan steril Gambar 3.9 Alur pengemasan sekunder Gambar 3.10 Struktur organisasi Quality Assurance Department Gambar 3.11 Struktur organisasi Quality Control Department Gambar 3.12 Struktur organisasi Technical Department Gambar 3.13 Struktur organisasi Personal and General Affairs Department Gambar 3.14 Struktur organisasi Research and Development Department Gambar 3.15 Alur pengembangan produk baru vii

9 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar contoh original product PT Prafa Tabel 3.2 Proses pengembangan produk baru viii

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Lokasi PT Prafa Lampiran 2. Denah PT Prafa ix

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Orientasi produk farmasi adalah produk yang berkualitas, aman dan berkhasiat. Dalam rangka orientasi tersebut, para pemangku kepentingan melakukan usaha-usaha untuk memfasilitasi penjualan produk farmasi, mempromosikan keseragaman perizinan dan memastikan pemeliharaan standar tinggi pada penjaminan mutu dalam pengembangan, pembuatan dan pengawasan produk farmasi. Usaha-usaha tersebut diaktualisasikan dalam Pedoman dan Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Pemenuhan dan penerapan CPOB oleh industri farmasi diharapkan akan meningkatkan mutu produk farmasi secara terus menerus serta memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap kesehatan masyarakat. Dalam rangka pemenuhan dan penerapan CPOB, keterlibatan apoteker dalam industri farmasi sangat diperlukan karena kompetensi dan kualifikasi yang dimilikinya. Selain itu, CPOB juga mengatur peran penting apoteker dalam industri farmasi sebagai penanggungjawab produksi, pengawasan mutu dan penjaminan mutu. Oleh karena itu, mahasiswa apoteker dalam masa pendidikannya harus mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada industri farmasi dalam rangka pemenuhan dan penerapan CPOB. PT Pradja Pharin (Prafa) merupakan industri farmasi yang tepat dalam pelaksanaan PKPA karena telah memenuhi dan menerapkan CPOB. Selain itu, Prafa memiliki jenis produk yang bervariasi seperti sediaan solid, semi solid, liquid, dry injection, steril liquid injection, obat golongan cephalosporin dan beta laktam. Prafa juga merupakan pusat penelitian dan pengembangan Unilab Indonesia. Oleh karena itu, Prafa merupakan sarana pendidikan yang tepat bagi apoteker dalam rangka mengimplementasikan ilmu yang dimilikinya untuk pemenuhan dan penerapan CPOB. 1

12 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT Pradja Pharin (Prafa), bertujuan agar para calon Apoteker : Mengetahui dan memahami peran / tanggung jawab seorang Apoteker sebagai penanggungjawab produksi, pengawasan mutu dan penjaminan mutu Mengetahui proses pemenuhan dan pelaksanaan CPOB di PT Pradja Pharin (Prafa).

13 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1. Manajemen Mutu Industri farmasi dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan dari grup perusahaan, pemegang saham, pelanggan, pegawai, pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya dalam rangka mendapatkan produk yang memenuhi kriteria berkualitas, aman dan berkhasiat. Sehingga, pemenuhan dan penerapan CPOB di industri farmasi perlu diimplementasikan melalui pendekatan PDCA (Plan, Do, Check, Action). Pada pendekatan ini, Plan meliputi tanggung jawab manajemen dalam manajemen mutu dan dokumentasi; manajemen sumber daya berupa personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan serta sanitasi dan higiene. Do meliputi realisasi produk berupa produksi, pengawasan mutu dan kualifikasi validasi. Check meliputi penilaian, analisis dan pengembangan berupa inspeksi diri dan audit mutu serta penanganan keluhan, penarikan produk dan produk kembalian. Act meliputi CAPA atau Corrective Action Preventive Acation. Pencapaian kriteria obat yang berkualitas, aman dan berkhasiat memerlukan kebijakan mutu yang melibatkan penjaminan mutu, CPOB, pengawasan mutu, kajian kualitas produk dan manajemen resiko. Pada penjaminan mutu dilaksanakan proses kajian catatan bets, penanganan penyimpangan dan penanganan perubahan. Pada CPOB dilaksanakan 12 pilar CPOB meliputi manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk-penarikan kembali produk-produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak serta kualifikasi dan validasi. Pengawasan mutu meliputi metode analisis dan validasi metode analisis. Kajian kualitas produk meliputi evaluasi secara berkala untuk memastikan konsistensi proses dan hasil produksi. Manajemen resiko merupakan upaya untuk memprediksi resiko yang mungkin muncul dan menentukan langkah 3

14 4 solusi dan antisipasi agar kriteria obat berkualitas, aman dan berkhasiat dapat tercapai Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pemenuhan dan penerapan CPOB. Industri farmasi hendaklah memiliki sumber daya manusia yang berkompeten, berkualitas dan terkualifikasi; dengan peran dan tanggung jawab yang tepat. Personalia kunci dalam industri farmasi adalah apoteker-apoteker yang berperan dan bertanggung jawab di bagian produksi, pengawasan mutu dan penjaminan mutu. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan CPOB maka hendaknya selalu dilakukan pelatihan bagi seluruh personil. Selain pelatihan juga dilakukan evaluasi dan penilaian terhadap peningkatan kinerja personil Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, kontaminasi silang, dan kesalahan lain, selain itu juga untuk memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Permukaan peralatan yang bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang

15 5 dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa, dan mencatat hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang ditetapkan. Semua peralatan dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan kering dan bersih Sanitasi dan Higiene Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sedangkan higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya. Dalam setiap aspek pembuatan obat haruslah diterapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk Produksi Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk jadi seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat Pengawasan Mutu Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten memiliki mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaian. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk

16 6 mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu telah memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Sedangkan audit mutu digunakan sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Tim inspeksi diri terdiri paling sedikit tiga anggota independen yang berpengalaman dalam bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk dari dalam atau dari luar perusahaan Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerusakan obat dikaji dengan teliti. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu di peredaran. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan produk cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke pabrik karena keluhan mengenai kerusakan, kadaluarsa atau alasan lain seperti kondisi wadah dapat menimbulkan keraguan identitas. Laporan dan keluhan mengenai produk dapat menyangkut kualitas, adanya reaksi merugikan ataupun efek terapetiknya. Oleh karena itu harus segera dilakukan penyelidikan, evaluasi dan tindak lanjut terhadap laporan dan keluhan yang ada.

17 Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi; dokumen produksi; dokumen pengawasan mutu; dokumen penyimpanan dan distribusi; dokumen pemeliharaan, pembersihan, dan pamantauan kondisi rungan dan peralatan; dokumen penanganan keluhan terhadap obat penarikan kembali obat, obat kembalian, dan pemusnahan obat; dokumen untuk peralatan khusus; prosedur dan catatan inspeksi diri; serta pedoman dan catatan pelatihan CPOB bagi karyawan Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasar kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat dengan jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan Industri Farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Validasi merupakan kegiatan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (peralatan dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur dan proses).

18 8 1. Kualifikasi Kualifikasi merupakan kegiatan pembuktian dan dokumentasi bahwa perlengkapan, fasilitas atau sistem yang digunakan dalam suatu proses/sistem akan selalu bekerja sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan konsisten. Sebelum melakukan kualifikasi maka haruslah dibuat Protokol Kualifikasi untuk merinci kualifikasi yang akan dilakukan meliputi langkah kritis dan kriteria penerimaan. Protokol Kualifikasi tersebut dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Laporan kualifikasi juga harus dibuat setelah proses kualifikasi yang mencakup ringkasan hasil, tanggapan terhadap penyimpangan yang tejadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Kualifikasi terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Kualifikasi Desain atau Design Qualification Merupakan kegiatan pembuktian yang terdokumentasi bahwa spesifikasi dari fasilitas, sistem atau alat yang digunakan sesuai dengan ketentuan CPOB terbaru. 2. Kualifikasi Instalasi atau Instalation Qualification Merupakan kegiatan pembuktian yang terdokumentasi bahwa sistem, peralatan atau bangunan telah dipasang atau dibangun sesuai dengan spesifikasi rancangannya. 3. Kualifikasi Operasional atau Operational Qualification Merupakan kegiatan pembuktian yang terdokumentasi bahwa sistem, peralatan atau bangunan beroperasi/bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. 4. Kualifikasi Kinerja atau Performance Qualification Merupakan kegiatan pembuktian yang terdokumentasi bahwa sistem atau peralatan beroperasi secara konsisten dan akan selalu menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.

19 9 2. Validasi Metode Analisis Validasi Metode Analisis bertujuan untuk membuktikan bahwa metode analisis yang digunakan baik dalam pengujian maupun pengawasan mutu sesuai dengan tujuan penggunaannya dan mencapai hasil yang konsisten. Dalam Validasi Metode Analisis yang diuji atau divalidasi adalah Protap (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan. Protap tersebut bisa dibuat oleh bagian QC atau bagian Product Development. Apabila protap belum tersedia maka harus dibuat terlebih dahulu dan kemudian divalidasi. Protap metode analisis tersebut dapat diambil (diadopsi) dari berbagai literatur resmi seperti USP, British Pharmacopea dan lain-lain (kompendial) atau yang berasal dari pengembangan sendiri atau modifikasi dari prosedur pengujian yang telah ada. 3. Validasi Proses Validasi proses terdiri dari proses pengolahan (manufacturing) dan pengemasan. Tujuan dari validasi proses produksi antara lain: a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi menghasilkan hasil yang diinginkan secara terus menerus. b. Mengidentifikasi dan mengurangi masalah yang terjadi selama proses produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang. c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi. Jenis-jenis validasi proses produksi antara lain: a. Prospective Validation (Initial Validation) Merupakan validasi yang dilakukan pada produk-produk baru (belum pernah diproduksi / dipasarkan sebelumnya). Dilakukan setelah proses scale up dan optimasi prosedur oleh bagian Product Development dan dilakukan pada 3 batch pertama secara berurutan. b. Concurent Validation Merupakan validasi yang dilakukan pada proses produksi yang tengah berjalan dan diproduksi yang mana oleh karena suatu hal proses produksi tersebut belum dilakukan validasi. Selain itu juga dapat

20 10 disebabkan karena terdapat perubahan pada parameter kritis yang dapat mempengaruhi mutu dan spesifikasi produk. Dilakukan pada 3 batch yang berurutan. c. Retrospective Validation Merupakan validasi yang dilakukan terhadap produk-produk yang sudah lama diproduksi namun belum divalidasi. Data yang digunakan adalah batch. Data yang dikumpulkan merupakan hasil pengujian terhadap parameter kritis pada setiap tahap kritis produksi. 4. Validasi Pembersihan Tujuan dari validasi pembersihan yaitu : a. Memberikan dokumentasi bahwa prosedur pembersihan yang berlaku dan digunakan sudah tepat dan dapat dilakukan berulang-ulang. b. Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh negatif karena efek pembersihan. c. Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten, mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang telah ditentukan. d. Cara pembersihan menghasilkan tingkat kebersihan yang telah ditetapkan. Validasi pembersihan terutama ditujukan untuk bahan-bahan dengan kriteria sebagai berikut: a. Bahan-bahan yang sulit dibersihkan. b. Produk-produk yang memiliki tingkat kelarutan yang jelek. c. Produk-produk yang mengandung bahan yang sangat toksik, karsinogenik, mutagenik, teratogenik, dan sebagainya. d. Untuk bahan yang sama, dipilih yang memiliki dosis yang lebih tinggi. Kriteria alat/mesin yang divalidasi yaitu: a. Peralatan/mesin baru.

21 11 b. Untuk mesin yang sama (merk, tipe/jenis) hanya salah satu yang divalidasi. c. Jika dalam proses menggunakan rangkaian mesin yang berbeda secara berkelanjutan, masing-masing mesin harus tetap divalidasi secara terpisah. d. Jika rangkaian mesin merupakan kombinasi mesin yang permanen, validasi bisa dilakukan bersama-sama. 5. Validasi Media Fill Validasi proses aseptik hendaklah mencakup uji simulasi proses menggunakan media pertumbuhan (media fill). Pemilihan media pertumbuhan hendaklah dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan selektivitas, kejernihan, konsentrasi, dan cara sterilitas yang sesuai untuk media tersebut. 6. Validasi Sistem Komputer Sistem komputer harus divalidasi sebelum digunakan pada sistem mutu, misalnya pencatatan stok material, pendataan masalah mutu, dan kontrol proses Pembuatan Produk Steril Pembuatan produk steril bertujuan untuk menimimalisir resiko kontaminasi mikroba, partikulat dan kontaminasi pirogen. Kelas ruangan dan kelas udara diklasifikasikan berdasarkan EN ISO yang dapat membedakan dengan jelas pemantauan lingkungan pada proses produksi. Kelas ruangan dan kelas udara dipantau secara rutin pada kondisi operasional dan pemantauan lokasi berdasarkan hasil kajian analisi resiko dan hasil yang didapatkan berdasarkan klasifikasi ruangan dan udara. Penggunaan teknologi isolator untuk meminimalisir intervensi manusia dalam area produksi dapat mengurangi resiko kontaminasi mikroba dari lingkungan pada produk steril aseptis secara signifikan. Preparasi bahan baku dan produk setidaknya dilakukan di kelas D untuk mengurangi resiko kontaminasi mikroba dan partikulat. Peralatan

22 12 dan bahan yang telah dicuci setidaknya ditangani di ruang kelas D. Hanya personalia dalam jumlah minimum yang diperbolehkan berada di kelas bersih, terutama pada proses aseptis. Dalam ruang bersih, semua permukaan harus halus, tanpa sekat dan retakan untuk meminimalisir akumlasi partikel atau mikroorganisme, serta memudahkan pembersihan dan penggunaan desinfektan. Sanitasi ruang bersih sangat penting dilakukan secara terjadwal dan terdokumentasi. Sikap hati-hati perlu diterapkan selama proses termasuk proses sebelum sterilisasi. Semua proses sterilisasi harus divalidasi. Siklus sterilisasi panas harus dicatat waktu dan suhunya Sistem Komputerisasi Sistem komputerisasi meliputi system produksi termasuk penyimpanan, distribusi dan pengawasan mutu. Salah satu hal penting adalah keterlibatan penuh personalia kunci dalam sistem komputer. Kebutuhan akan validasi sistem komputerisasi berdasarkan factor-faktor yang digunakan di dalam sistem, apakah secara prospektif atau retrospektif.

23 13 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS PT PRADJA PHARIN (PRAFA) 3.1. Plant Department PT Pradja Pharin (Prafa) merupakan salah satu industri farmasi berbentuk Pemilik Modal Dalam Negeri (PMDN) yang berubah menjadi Pemilik Modal Asing (PMA). Visinya adalah Menjadi salah satu dari lima perusahaan farmasi terbesar di Indonesia. Misinya adalah Kami membangun Indonesia yang sehat secara bertahap setiap orang di setiap waktu, dengan menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, serta mendorong promosi kesehatan, bekerja sama dalam sebuah keluarga BERSATU. PT Prafa dipimpin oleh seorang Plant Manager yang membawahi tujuh departemen. Masing-masing departemen dipimpin oleh seorang manager yang dibantu oleh beberapa supervisor. Gambar 3.1 Struktur organisasi PT Prafa. PT Prafa didirikan oleh Bapak Tjipto Pusposuharto pada tahun PT Prafa telah berkembang dari sebuah industri rumah tangga menjadi perusahaan farmasi besar yang memproduksi lebih dari 100 jenis sediaan obat dan terus mengalami perkembangan pesat. 13

24 14 PT Prafa mulai beroperasi sebagai perusahaan dagang berbagai obat industri rumah tangga dengan 20 karyawan di areal berukuran 325 m 2. Pada tahun 1968, PT Prafa ditunjuk sebagai importir dan penyalur tunggal sah di Indonesia bagi Meiji Seika Jepang. Sejak saat itu dimulai pembangunan pabrik di areal seluas 2300 m 2 di Jalan Bandengan Selatan 58 A Jakarta Utara dan PT Prafa mulai memproduksi berbagai jenis sediaan yang jumlahnya semakin besar. Mulai tahun 1988, PT Prafa telah tumbuh menjadi suatu industri farmasi dengan ± 1000 karyawan, meliputi 200 jenis sediaan obat berkualitas dengan penanaman modal total mencapai lebih dari 10 miliar rupiah. Pada tahun tersebut dimulai pula pengembangan pabrik modern diatas areal seluas ± 12 hektar, dengan luas bangunan ,52 m 2 yang terletak di daerah Citeureup-Bogor. Pabrik dirancang dan dibangun sesuai dengan aspek CPOB serta efisien dalam sistem produksi. Pada tahun 1995, PT Prafa bergabung dalam Darya Varia Group bersama tiga perusahaan lainnya yaitu PT Darya Varia Laboratoria, PT Kenrose Indonesia, dan PT Dupa dengan distributor PT Wigo Distributor Farmasi. Pada tahun 1998 PT Dupa dan PT Kenrose ditutup. Mulai tanggal 21 Desember 2001 hingga sekarang Darya Varia Group diambil alih oleh United Laboratory, Manila- Philippines. Selain Darya Varia Group, perusahaan yang tergabung dalam United Laboratory adalah PT Medifarma Laboratories. Sejak tahun 2003, PT Prafa diaudit oleh P&G dan memperoleh QAC (Quality Assurance Capability) sebesar 44%. Kemudian dilakukan audit kembali oleh P&G tahun 2004, QAC yang diperoleh meningkat menjadi 72%. Dengan perjuangan dan komitmen yang tinggi, akhirnya dalam waktu satu tahun kemudian, PT Prafa yang diaudit kembali oleh P&G berhasil menaikkan QACnya menjadi 92%. Sejak tahun 2004, PT Prafa telah dipercaya oleh perusahaan P&G untuk melakukan toll manufacturing hingga kini. Pada tahun 2008, PT Prafa memperoleh QAC 100% untuk audit yang dilakukan P&G. Pada tahun 2005, PT Prafa memperoleh Sertifikat Industri Farmasi Kelas A dari hasil mapping Badan POM dalam menilai kesiapan industri farmasi menghadapi harmonisasi pasar

25 15 ASEAN. Berdasarkan hasil tersebut, PT Prafa dapat melakukan produksi di fasilitas sendiri dan menerima toll dari industri farmasi lain. Hingga kini, PT Prafa senantiasa berusaha untuk meningkatkan kualitas sarana dan SDMnya, terutama mengikuti standar PIC/s dan FDA Regulation. Pada tahun 2009, Darya Varia Group melakukan project spesialization sehingga PT Prafa dikhususkan pada produksi low volume solid order, produk ethical (solid dan injeksi), antibiotik betalaktam dan sefalosporin (solid dan injeksi), serta produk toll manufacturing. PT Prafa dispesialisasikan sebagai Centre of Excellent Toll Manufacturing. Prinsipal lokal dan multinasional yang melakukan toll manufacturing diantaranya yaitu P&G, PT Actavis, PT Novartis, PT Novell, PT Pharos, PT Lapi, PT Pyridam, PT Mahakam Beta Farma, PT Guardian Pharmatama, PT Nufarindo, dan PT Kalbe Farma. Kantor pusat PT Prafa berlokasi di Talavera Office Park, Lantai 8-10, Jl. Letjen TB. Simatupang No Jakarta. Sedangkan lokasi pabrik berada di Desa Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sarana produksi yang dimiliki PT Prafa antara lain: 1. Bangunan utama terdiri dari tiga gedung besar, yaitu: a. Gedung pertama digunakan untuk ruang kantor, ruang produksi non betalaktam, ruang produksi dan kemas P&G, Product Development Department (PDD), ruang pengemasan sentral, dan masjid. b. Gedung kedua digunakan untuk ruang Departemen Quality Assurance (QA), Quality Control (QC), gudang bahan baku, dan bahan kemas. c. Gedung ketiga digunakan untuk ruang produksi betalaktam dan sefalosporin. 2. Bangunan penunjang lain meliputi gedung Technical Service, instalasi listrik, Air Handling Unit (AHU), steam unit, compressed air unit, waste water unit, water system unit, kantin, area parkir, pos satpam, dan unit laundry. 3. Bangunan gudang obat jadi, gudang bahan mudah terbakar, dan incinerator.

26 Logistic Department Logistic Department dipimpin oleh seorang manager yang membawahi bagian PAC (Production Activity Control), Warehouse (gudang), dan Finished Goods (obat jadi) yang dibantu oleh beberapa supervisor. Logistic Department mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam merencanakan jadwal kegiatan produksi serta menerima, menyimpan, dan mengeluarkan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi. Gambar 3.2 Struktur organisasi Logistic Department PAC (Production Activity Control) PAC bertanggung jawab untuk mengatur aktivitas produksi. PAC beranggotakan tiga orang staf yang merupakan satu tim dan dipimpin langsung oleh Logistic Manager. Tugas dan tanggung jawab PAC yaitu : 1. Kegiatan tahunan seperti : a. Membuat perencanaan tahunan (Annually Production Plan) produksi obat jadi. b. Membuat Production Order (PrO) Released setiap tahun. 2. Kegiatan bulanan seperti: a. Menerima Master Production Schedule (MPS) dari bagian PPIC. b. Menerima Rolling Forecast (ROFO) dari bagian PPIC.

27 17 3. Kegiatan mingguan seperti : a. Membuat Production Schedule 4. Kegiatan harian yang meliputi : a. Membuat dan mengeluarkan Pro dua hari sebelum proses produksi. b. Membuat dan mengeluarkan Picking List untuk bahan baku dan bahan kemas untuk bagian gudang (logistik). c. Membuat dan mengeluarkan Batch Production Record (BPR) Compounding, BPR Dispensary, Packaging Direction Record (PDR) untuk pengemasan primer dan sekunder. Dalam membuat perencanaan jadwal produksi perlu mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Work in process (WIP), yaitu sejak PrO dikeluarkan sampai sebelum produk masuk ke Gudang Obat Jadi (GOJ). 2. Inventory Policy dari manajemen berupa jumlah buffer stock yang diperbolehkan di gudang. 3. Kapasitas produksi. 4. Batch size. 5. Lead time produksi, sejak barang mulai masuk proses sampai dikirim ke gudang. 6. Lead Time QC, yaitu dari barang selesai diproduksi sampai Finished Goods Released Warehouse (WH) Warehouse dipimpin oleh seorang Warehouse Supervisor yang dibantu oleh tiga orang section head yaitu Raw Material (RM) Section Head, Packaging Material (PM) Section Head, dan P&G Section Head. Adapun tugas dan tanggung jawab bagian Warehouse : 1. Menerima, menyimpan, dan mengeluarkan raw material/bahan baku, bahan kemas dan finished goods (obat jadi). 2. Menjaga kualitas dan kuantitas bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi di dalam gudang sesuai dengan syarat dan ketentuan CPOB.

28 18 3. Memonitor persediaan bahan baku,bahan kemas, dan obat jadi. Bagian P&G Warehouse bertanggung jawab atas bahan baku dan kemas untuk produksi P&G. Warehouse memonitor persediaan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi dengan cara melakukan weekly random stock taking finished good/raw material. Penyimpanan barang dilakukan berdasarkan spesifikasi material atau produk menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Masing masing barang memiliki kartu rak (Bincard) untuk mencatat keluar masuknya barang, jumlah dan tanggal transaksi juga untuk memudahkan pengambilan barang dari gudang. Pembagian area gudang adalah sebagai berikut : 1. Gudang Bahan Baku Prafa a. Gudang bahan baku terdiri dari: Gudang bahan baku Prafa dibagi lagi menjadi tiga area yaitu : gudang non betalaktam, gudang betalaktam, dan gudang sefalosforin, yang berada di gedung yang terpisah. - AC Area; gudang dengan suhu 25 o C dan kelembaban 75% untuk menyimpan bahan-bahan yang tidak tahan suhu > 25 o C. - Cool Storage Area, yang merupakan gudang dengan suhu 2-8 o C untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah meleleh pada suhu kamar. - Non AC Area; gudang dengan suhu kamar ( 30 o C) yang digunakan untuk bahan-bahan yang dapat disimpan pada suhu kamar. - Area ditolak/ rejected. - Ruang peralatan. b. Gudang Bahan Kemas Prafa Gudang bahan kemas digunakan untuk menyimpan semua bahan yang dipakai pada proses pengemasan untuk menghasilkan produk jadi. Macam ruangan gudang bahan kemas terdiri dari : - Ruang AC, untuk label, alu-foil, leaflet. - Ruang non AC untuk box, botol, ampul, vial, rubber stopper.

29 19 - Area ditolak/ rejected. 2. Gudang Bahan Kemas dan Bahan Baku P&G Gudang bahan kemas dan bahan baku produk P&G dipisahkan dari gudang bahan baku dan bahan kemas produk Prafa. Pembagian ruangan di gudang bahan kemas dan bahan baku P&G sama dengan ruangan di gudang Prafa yang terdiri dari ruang AC, ruang non AC dan ruang untuk leaflet. 3. Gudang Obat Jadi Prafa dan P&G Gudang obat jadi digunakan untuk menyimpan hasil produksi yang siap diserahkan ke distributor. 4. Gudang Umum Gudang umum menyimpan barang barang non inventory seperti barang teknik (kabel, sparepart mesin, perkakas) dan peralatan kantor (kertas, kapas, tisu dan alat tulis). Prosedur pengadaan barang non inventory dimulai dengan pembuatan POR (Purchase Order Requisition) oleh masing-masing departemen yang membutuhkan yang ditujukan kepada Purchasing agar melakukan pemesanan barang. Purchasing membuat PO (Purchase Order) dalam melakukan pembelian kepada supplier. Supplier memberikan barang sesuai dengan PO dan menyerahkannya ke gudang. Barang yang diterima dicek dengan menggunakan checklist, kemudian gudang membuat PRL (Purchase Receipt Local)/PRI (Purchase Receipt Import) sebagai pernyataan penerimaan barang. 5. Gudang Api Gudang api mempunyai fungsi untuk menyimpan bahan baku yang mudah terbakar. Gudang ini terbagi atas area Prafa, P&G, Corrosive, Rejected, Washing dan gudang untuk penyimpanan oli. Kegiatan yang dilakukan oleh warehouse meliputi : 1. Proses Penerimaan Barang Penerimaan barang inventory yang berupa bahan baku ataupun bahan kemas dari supplier diawali dengan pemesanan barang oleh bagian PPIC dengan menggunakan POR (Purchase Order Requisition), kemudian purchasing membuat dan mengirimkan PO (Purchase Order) ke supplier yang dituju.

30 20 Supplier datang membawa barang beserta surat jalan dan Certificate of Analysis (CoA) dari barang tersebut sesuai dengan PO. Pada saat penerimaan barang, petugas gudang selain mengecek kesesuaian barang dengan pesanan, petugas gudang juga harus mengecek supir, mobil yang dipakai dan kondisi fisik barang. Supir seharusnya rapi dan juga bersepatu. Truk yang dipakai untuk mengantar barang hendaknya dicek untuk mengangkut apa sebelumnya untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi terhadap bahan sehingga kualitasnya terjamin, diperiksa juga kondisi fisik truk untuk menjamin tidak adanya kerusakan pada bagian langit truk atau lantai yang bocor dan bila mobil berupa truk terbuka harus ditutupi dengan dua lapis terpal yang tidak tembus air. Gambar 3.3 Alur penerimaan bahan baku dan bahan kemas.

31 21 Pemeriksaan fisik barang dilakukan dengan mengecek kondisi kemasan, jumlah barang, dan lain-lain dan diisi pada IMC (Incoming Material Checklist). Barang yang sesuai dengan persyaratan diterima lalu dilanjutkan penanganan surat jalannya baru kemudian bahan dapat disusun di atas pallet yang sudah bersih. Pihak gudang membuat label quarantine (warna kuning) yang ditempel untuk setiap pallet; label GRN (Goods Received Number) ditempel di kemasan bahan/kardus; bincard untuk mencatat keluar masuknya barang, jumlah dan tanggal transaksi. Selanjutnya bagian gudang akan mengisi IML (Incoming Material List) dan membuat PRL (Purchase Receipt Local) atau PRI (Purchase Receipt Import) sebagai bukti penerimaan bahan baku atau bahan kemas yang diterima dan akan diperiksa oleh QC. Bagian QC akan ke gudang mengambil sampel raw material atau packaging material untuk diperiksa, jika barang tersebut sesuai dengan spesifikasi maka barang diluluskan dan dapat digunakan untuk produksi. Material yang diluluskan ditempeli label released warna hijau, stempel released pada bincard dan juga status released pada EXACT. Jika barang tidak sesuai spesifikasi maka barang tersebut tidak diluluskan dan ditempeli label rejected warna merah. Barang yang ditolak akan dikembalikan ke supplier atau dimusnahkan di PT Prafa sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 2. Proses Penyimpanan Barang Penyimpanan barang harus mengikuti prosedur persyaratan kondisi penyimpanan sesuai dengan List of Approved Supplier terutama tentang suhu penyimpanan. Suhu penyimpanan harus sangat diperhatikan sehingga kualitas barang dapat terjamin karena penyimpanannya sesuai. Berdasarkan suhu ruangan, gudang dibagi menjadi beberapa area, antara lain : a. Non AC Area, yaitu gudang dengan temperatur kamar untuk bahanbahan yang dapat disimpan pada temperatur kamar seperti talk, paraffin dan sulfa.

32 22 b. AC Area, yaitu gudang dengan suhu 25 o C dan kelembaban 65% untuk menyimpan bahan-bahan yang tidak tahan suhu > 25 o C seperti vitamin C. c. Cool Storage Area, yang merupakan gudang dengan suhu 2-8 o C untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah meleleh pada suhu kamar. 3. Proses Pengeluaran Barang Pengeluaran bahan baku dan bahan kemas dari gudang berdasarkan Production Order (PrO) dan Picking List. Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang menggunakan sistem FEFO untuk bahan baku dan sistem FIFO untuk bahan baku dan kemas. Setelah barang keluar, maka dilakukan pemotongan barang dari sistem EXACT yang disebut dengan PI (Production Issue). PI dilakukan setelah penimbangan dengan mengacu pada BPR (Batch Production Record) untuk bahan baku dan untuk bahan kemas dilakukan setelah dikirim atau diterima oleh Central Packaging Dispensary Dispensary merupakan bagian yang melakukan penimbangan dengan jadwal penimbangan yang disesuaikan dengan jadwal produksi. Dokumendokumen penimbangan meliputi: 1. Production Order (PrO) dan Picking List 2. Batch Production Record Dispensary (BPRD) 3. Label penimbangan Sebelum penimbangan dilakukan, harus terdapat label BERSIH untuk alat yang ditempel pada setiap alat timbang yang berisi nama alat, nomor dibersihkan oleh siapa, tanggal mulai dan selesai pembersihan, jam mulai dan selesai pembersihan, terakhir untuk produk apa, nomor batch produk tersebut, kemudian diperiksa dan dinyatakan bersih oleh kepala bagian/supervisor pada tanggal berapa dan paraf, untuk digunakan pada produk apa. Setelah dicek bahwa alat/timbangan bersih maka dilakukan line clearance yang meliputi nama produk dan nomor bets, tanggal, produk yang ditimbang sebelumnya beserta nomor betsnya, dan checklist yang meliputi: pemeriksaan suhu, kelembaban, perbedaan

33 23 tekanan antar ruang saat penimbangan; apakah ruang timbang, alat, drum, pallet bersih, serta ruang timbang harus bebas dari bahan penimbangan sebelumnya. Sebelum kegiatan penimbangan dilakukan, alat penimbangan harus selalu diverifikasi dengan batu timbang yang terkalibrasi dengan syarat penyimpangan tidak boleh lebih dari 0,1 % dari berat konvensional anak timbangan. Bahan baku yang akan ditimbang oleh bagian dispensary terlebih dahulu harus released QC. Penimbangan bahan aktif dilakukan terakhir setelah semua bahan selesai ditimbang, dengan tujuan agar tidak ada kontaminasi dari bahan aktif ke bahan yang lainnya. Untuk produk steril, penimbangan dilakukan dibawah Laminar Air Flow (LAF). Sebelum penimbangan, bahan baku disiapkan sesuai dengan Picking List kemudian bahan baku yang akan ditimbang dibawa ke ruang antara untuk dibuka kemasan terluar dan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang dispensary untuk ditimbang beserta bincard yang digunakan untuk mencatat hasil penimbangan dan nantinya akan disesuaikan dengan EXACT. Setelah barang ditimbang oleh pihak dispensary, gudang mengeluarkan Production Issue dimana waktu pemotongannya di sistem EXACT paling lama 16 jam setelah ditimbang dan selanjutnya diserahkan ke Production Department. Selanjutnya Production Department melaksanakan kegiatan produksi dan pengemasan berdasarkan PrO/BPR/PI dan jadwal produksi Finished Good (FG) Gudang obat jadi digunakan untuk menyimpan hasil produksi yang siap diserahkan ke distributor. Proses penerimaan obat jadi di Gudang Obat Jadi (GOJ) prosedurnya hampir sama dengan bahan baku/kemas, namun yang membedakan adalah dokumennya. Untuk penerimaan obat jadi dokumen yang harus ada yaitu PHP (Pengiriman Hasil Produksi) dari bagian produksi. Proses penerimaan obat jadi dimulai dari Central Packaging menyerahkan obat jadi beserta bukti serah terima dan dokumen Pengiriman Hasil Produksi (PHP) yang mencantumkan tanggal dokumen, nomor dokumen, nomor item, nama produk, nomor batch, Expired Date (ED), satuan hitung dan kuantitas (jumlah keseluruhan atau batch).

34 24 Kemudian setelah menandatangani bukti serah terima, barang diterima oleh gudang dan selanjutnya dicatat. Penyimpanan obat jadi disesuaikan dengan spesifikasi dan persyaratan penyimpanan obat tersebut. Jenis ruangan gudang obat jadi terdiri dari : 1. AC Area dengan suhu 25 o C dan kelembaban 75%, digunakan untuk menyimpan obat yang perlu penyimpanan pada suhu tersebut. Area ini dibagi menjadi area AC menggunakan rak dan area AC tanpa rak. 2. Cool Storage Area dengan suhu 2-15 o C yang digunakan untuk menyimpan produk injeksi. 3. Non AC Area, digunakan untuk menyimpan obat jadi yang tidak memerlukan persyaratan khusus dalam penyimpanannya. 4. Area ditolak/ rejected 5. Return Goods Area untuk obat kembalian karena kadarluarsa, kemasan rusak, dan product recall. Obat jadi yang disimpan di gudang obat jadi belum dapat langsung didistribusikan ke distributor pusat yaitu PT Anugrah Pharmindo Lestari (APL) sebelum mendapat status released dari QA baik itu dari sistem dokumen maupun kondisi fisik dari obat jadi tersebut. Distribusi obat jadi dimulai dari Purchase Order (PO) yang diterima distributor cabang (meliputi apotek maupun rumah sakit). Kemudian PO tersebut dikirim ke distributor pusat APL dan selanjutnya diteruskan ke pabrik. Tembusan dari PO dikirim ke Accounting dan selanjutnya Accounting membuat Sales Order (SO) yang kemudian dikirim ke GOJ. Pihak gudang melihat stok dari obat yang dipesan. Jika jumlah stok obat tersebut tidak mencukupi PO maka pihak gudang segera melapor ke PPIC, selanjutnya PPIC melakukan follow up. Jika stok obat memenuhi permintaan maka obat tersebut dikeluarkan berdasarkan FEFO dan harus berstatus RELEASED dari QA. Pihak GOJ mengeluarkan Delivery Order (DO) sebagai dokumen bukti keluar obat jadi.

35 Production Department Departemen produksi dipimpin oleh seorang apoteker sebagai manager produksi. Departemen produksi terdiri dari lima subdepartemen yaitu, General Pharmacy (GP) solid, Sterile Liquid Injection (SLI), betalactam dan cephalosporin, P&G line, serta central packaging. Masing-masing subdepartemen dipimpin oleh seorang supervisor yang dibantu oleh beberapa section head. Gambar 3.4 Struktur organisasi Production Department. PT Prafa memproduksi dua macam produk. Produk yang pertama yaitu produk PT Prafa sendiri yang biasa disebut Original Product dan yang kedua adalah produk Toll Manufacturing, yaitu memproduksi produk untuk perusahaan farmasi lain (Principal) yang bekerja sama dengan PT Prafa. Prinsipal yang bekerja sama dengan PT Prafa seperti P&G, PT Actavis, PT Servier, PT Guardian, PT Ika Pharmindo, PT Meiji, PT Pyridam, PT Lapi, PT Novartis, PT Pharos, PT Novell, PT Nufarindo, dan PT Kalbe Farma. Kegiatan departemen produksi berdasarkan forecast dari bagian marketing yang dituangkan dalam perencanaan produksi oleh PAC. Kemudian bagian PAC akan mengeluarkan perintah produksi (Production Order, PrO) yang dilengkapi dengan dokumen permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang (Picking List), bukti pengeluaran bahan baku dan bahan kemas dari gudang (Production Issue), catatan pengolahan bets (Batch Production Record, BPR) dari PAC. Departemen produksi melaksanakan produksi di bawah pengawasan QC (IPC). Produk ruahan yang dihasilkan dikirim ke Central Packaging Departement untuk dilakukan pengemasan sekunder, yang selanjutnya dikirim ke gudang obat jadi untuk disalurkan ke distributor.

36 26 Tabel 3.1 Daftar contoh original product PT Prafa. Jenis Sediaan Non Steril Sediaan Steril Bentuk Sediaan 1. Tablet 2. Kapsul dan Sirup Kering Contoh Produk Penicillin V, Vicee, Mediamer, Griseofulvin 500 mg, Moloco, Spasmal, Ossopan 200 mg, Ossopan 800 mg, Paratusin, Stop Cold, Fundamin E, Gastran,Sulprim, Mectan Forte, Glumet, Degirol Urticef 50 mg 1. Infus Fortagyl 100 ml 2. Dry Injection 3. Suspension Ready for Injection 4. Solution Ready for Injection Cefurox Cortison Acetat Injection Paramidon Injection 15 ml, Paradryl Injection 15 ml Ruangan untuk proses produksi harus memenuhi persyaratan tertentu. Proses produksi dilakukan di white area atau grey area. Produksi steril seperti injeksi dilakukan di ruang kelas A (di bawah LAF/ Laminar Air Flow) dengan latar belakang kelas B. Produksi non steril seperti pembuatan tablet, pengisian kapsul, dan pengemasan primer dilakukan di ruang kelas D yang mempunyai persyaratan jumlah maksimum partikel/m 3 (at rest) yang diperbolehkan adalah (ukuran partikel 0,5 μm) dan (ukuran partikel 5,0 μm). Ruangan untuk pengemasan sentral, kantor, dan gudang termasuk ruang hitam (black area). Dalam memasuki ruangan produksi ada persyaratan tertentu yang harus dipatuhi. Untuk memasuki ruang kelas D harus mengenakan pakaian dan sepatu khusus atau memakai pembungkus sepatu, topi yang menutupi rambut dan

37 27 masker. Sedangkan ruang kelas A dan B harus memakai pakaian antistatis poliester dan sarung tangan yang sudah disterilkan serta safety google. Untuk membatasi pertukaran udara suatu ruangan dengan tingkat kebersihan tertentu dengan ruangan lain diperlukan suatu ruang antara sehingga ruangan yang mempunyai tingkat kebersihan lebih tinggi tidak terkontaminasi oleh ruangan dengan tingkat kebersihan lebih rendah. Tata udara produksi untuk produk steril dan nonsteril diatur dengan sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang berperan dalam pengaturan jumlah partikel dan mikroba, suhu, kelembaban, tekanan serta sirkulasi udara yang disesuaikan dengan persyaratan CPOB. Proses produksi dimulai dengan pemeriksaan line clearance untuk memastikan kesesuaian bahan baku, kesiapan peralatan, dan kondisi ruangan. Setelah proses produksi selesai, dilakukan pembersihan terhadap semua mesin yang dipakai dan diberi label BERSIH lengkap dengan nama pelaksana, tanggal pembersihan, masa daluarsa, dan produk terakhir yang diproses General Pharmacy (GP) Solid Production Bagian produksi sediaan GP solid menangani produksi tablet, kaplet, tablet salut gula dan salut film, tablet hisap, tablet effervescent, dan kapsul nonbetalaktam serta pengemasan primer seperti blistering dan stripping. Produksi GP solid menggunakan metode granulasi basah (wet granulation) dan metode granulasi kering (dry granulation). 1. Granulasi Basah Proses produksi tablet dimulai dengan proses premixing zat aktif dan filler menggunakan mixer. Premixing pada pengadukan basah dilakukan sebelum menambahkan pengikat dan zat warna. Selanjutnya dilakukan proses granulasi basah (mesh yang biasa digunakan adalah mesh 6 atau 8), kemudian dikeringkan dengan steam FBD. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kadar air granul oleh bagian produksi. Nilai kadar air granul tergantung dari persyaratan yang ada pada dokumen pengolahan (Batch Production Record/BPR). Setelah dikeringkan,

38 28 granul dihaluskan (milling dengan powder mill) atau digranulasi kering dengan comminutor. Penentuan mesh yang akan digunakan pada granulasi kering bergantung pada diameter tablet yang akan dicetak. Apabila tablet yang akan dicetak berdiameter kecil, maka digunakan mesh yang lebih tinggi. Setelah dilakukan granulasi kering proses dilanjutkan pada tahap final mixing yaitu penambahan lubrikan dan disintegran. Pengadukan lubrikan dan granul dilakukan dalam waktu yang lebih singkat untuk menghindari banyaknya fines yang terbentuk. Selanjutnya dilakukan proses tabletting/capsule filling. Gambar 3.5 Alur produksi sediaan solid dengan granulasi basah. Pada metode granulasi basah ini terdapat metode/teknik spraying. Metode spraying merupakan modifikasi dari granulasi basah sehingga proses produksi lebih efisien, yaitu proses premixing dan pengadukan basah dilakukan menggunakan Fluid Bed Granulator. Larutan pengikat yang telah dibuat terlebih dahulu disemprotkan dengan menggunakan Premier mixer melalui sprayer (peristaltic pump) disertai dengan pengeringan hingga terbentuk granul yang

39 29 sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Setelah dilakukan uji nilai kadar air granul, dilakukan granulasi kering dengan mesin comminutor, lalu dilakukan final mixing dan pencetakan. Pada dasarnya semua bahan/konsistensi dan jenis yang digunakan dalam proses spraying sama halnya dengan proses granulasi basah, namun jumlah pelarut/total binder yang diperlukan lebih banyak. Modifikasi prosedur ini memberikan beberapa keuntungan seperti adanya penghematan man hours, lead time produksi menjadi lebih singkat, biaya produksi berkurang, penghematan ruang produksi serta dari segi formulasi diperoleh waktu hancur tablet yang lebih baik. Gambar 3.6 Alur produksi sediaan solid dengan spraying. 2. Granulasi Kering Proses produksi tablet dimulai dengan mixing zat aktif, filler, dan lubrikan. Selanjutnya dilanjutkan dengan proses slugging. Setelah itu, dilakukan sieving, kemudian tahapan final mixing dan tabletting. Sebelum dimulai proses pengadukan basah, final mixing, tabletting (filling capsule), coating, dan stripping maka dilakukan pemeriksaan line clearance dan ditandatangani oleh bagian produksi dan bagian QC. Selama proses berlangsung dilakukan In Process

40 30 Control (IPC). Bagian produksi akan melakukan IPC pada akhir pengeringan dengan memeriksa kadar air granul (Loss On Drying/LOD), sedangkan bagian QC akan mengambil sampel pada tahap final mixing pada titik atas, tengah dan bawah untuk pemeriksaan homogenitas kadar. Proses produksi dapat dilanjutkan bila granul final mix sudah ada pernyataan released dari QC. Kemudian dilanjutkan dengan proses pencetakan tablet atau pengisian kapsul lalu dilakukan pengemasan primer (blistering/stripping). Pada tahap pencetakan, bagian QC melakukan IPC meliputi variasi bobot, bobot rata-rata, waktu hancur, friabilitas, ketebalan, dan kekerasan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif, keseragaman bobot, disolusi, dan angka kuman (bila diperlukan). Untuk produk yang memerlukan penyalutan, setelah proses pencetakan dan mendapat izin released QC maka akan memasuki tahap coating kemudian pengemasan primer (blistering/stripping). Gambar 3.7 Alur produksi sediaan solid dengan granulasi kering. Terdapat dua jenis proses coating yang dilakukan, yaitu sugar coating dan film coating. Sugar coating memiliki empat lapisan antara lain lapisan isolasi

41 31 (seal coat), sub coat (dalam hal ini penambahan bobot banyak), smoothing/colouring (dalam hal ini penambahan bobot sedikit), dan polishing. Pada lapisan isolasi terdapat parameter kritis yaitu core harus tertutup sempurna dengan lapisan seal coat sehingga core tidak terkena dengan lapisan sub coat (gula hidrofilik) yang dapat menyebabkan tablet rusak. Pada proses film coating, material dilarutkan dengan bahan pelarut organik dan water soluble sebagai lapisan isolasi dan sebagai lapisan film digunakan Eudragit dan Pharmacoat. Proses film coating dimulai dengan pembuatan larutan, kemudian larutan dihomogenisasi lalu disaring. Cairan ini selanjutnya disemprotkan pada core melalui peristaltic pump. Setelah melewati proses tabletting maupun coating, tablet kemudian dikemas primer (stripping/blistering). Selama proses stripping/blistering, dilakukan pemeriksaan secara visual, meliputi tampilan hasil sampling, penandaan nomor batch, dan tanggal kadaluarsa. Selain itu juga dilakukan uji kebocoran oleh petugas QC. Selanjutnya produk dapat dikirim ke bagian pengemasan sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder Sterile Liquid Injection (SLI) Production Sterile Liquid Injection (SLI) menangani produksi sediaan injeksi, suspensi (vial), liquid (ampul), tetes mata, tetes telinga, dan infus (100 ml). Proses produksi SLI menggunakan dua cara yaitu aseptis dan sterilisasi akhir. Untuk bahan aktif yang tidak tahan panas dilakukan teknik aseptis sedangkan yang tahan panas dilakukan sterilisasi akhir. Proses pengisian untuk produk aseptis dilakukan pada ruangan kelas A di bawah LAF (Laminar Air Flow) dengan latar belakang kelas B. Proses produksi sediaan SLI dimulai dengan pencucian wadah (ampul/vial/botol infus) yang dilakukan sehari sebelumnya dengan menggunakan WFI (Water For Injection). Setelah dicuci, wadah akan disterilisasi dengan menggunakan oven (suhu 215 o C selama 2 jam), sedangkan alat-alat non gelas

42 32 seperti baju steril, sarung tangan dan rubber stopper disterilisasi menggunakan autoklaf (121 o C selama 1 jam). Vial Ampul Botol aseptis aseptis Sterilisasi Akhir sterilisasi akhir mixing mixing mixing mixing filling filling filling filling rubbering inspection sterilisasi akhir 121 C, 15 menit rubbering seal cap uji kebocoran seal cap inspection inspection sterilisasi akhir 121 C, 15 menit inspection Gambar 3.8 Alur produksi sediaan steril. Penimbangan bahan untuk sediaan injeksi dan mixing dilakukan di grey area di bawah LAF. Proses mixing terdiri dari proses pelarutan dan pencampuran bahan obat yang telah ditimbang. Setelah itu dilakukan filtrasi dengan prefilter 0,45 μm dan absolut filter 0,2 μm. Kemudian dilakukan sampling oleh QC untuk pemeriksaan pemerian, ph dan kadar zat aktif. Setelah released, dilanjutkan dengan proses filling pada kelas A, yaitu pengisian larutan ke dalam wadah primer steril. Untuk pengisian dry injection dilakukan di dalam filling cabinet dengan RH < 30% (low humidity) dan suhu ruang steril < 25 o C. Setelah itu dilakukan proses rubbering dan sealing cap. Uji sterilitas dilakukan dengan menginkubasi sampel produk pada media yang sesuai selama 14 hari. Proses selanjutnya adalah inspeksi, yang dilakukan secara manual dengan melihat partikel-partikel pengotor berupa benang, pecahan kaca dan kotoran hitam. Inspeksi lain berupa penyeleksian terhadap seal-cap yang rusak, bocor,

43 33 mulut vial yang pecah ketika di-seal cap dan vial yang kotor sebelum dilakukan pengemasan sekunder Betalactam and Cephalosporin Production Produksi sediaan betalaktam dan sefalosforin dilakukan pada bangunan yang terpisah dengan bangunan produksi lainnya. Unit produksi betalaktam dan sefalosforin dipisahkan oleh gudang kemas PT Prafa. Masing-masing unit produksi mempunyai gudang, ruang timbang, laundry, kantin, pengemasan (packaging), dan toilet yang hanya khusus digunakan oleh para karyawan yang bekerja pada produksi betalaktam dan sefalosforin. Sediaan-sediaan yang diproduksi bagian betalaktam dan sefalosforin antara lain dry syrup, tablet, dry injection, dan kapsul. Proses produksi solid betalaktam dan non solid betalaktam hampir sama, yang membedakan adalah pada metode granulasi. Proses produksi solid betalaktam dan sefalosporin tidak menggunakan metode granulasi basah tetapi granulasi kering (dry granulation) dan cetak langsung. Hal ini disebabkan sifat bahan aktif golongan betalaktam yang mudah terhidrolisis. Bangunan betalaktam- sefalosforin dirancang agar tekanan di koridor lebih tinggi dari ruang produksi sehingga udara mengalir masuk ke dalam ruang produksi serta alur masuk dan alur keluar karyawan yang terpisah. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang karena senyawa betalaktam dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi hingga shock anafilaksis pada orang yang hipersensitif terhadap antibiotik tersebut. Pencegahan kontaminasi produk juga terlihat pada peraturan terhadap karyawan, yaitu setiap karyawan yang akan meninggalkan bangunan tersebut diharuskan mandi terlebih dahulu sebelum keluar area produksi. Selain itu, pengolahan limbah terhadap sisa produksi betalaktam juga terlebih dahulu mengalami proses pre-treatment untuk memecah cincin beta pada struktur betalaktam.

44 Central Packaging (Pengemasan Sentral) Pengemasan merupakan tahap akhir proses produksi. Terdapat dua tahap proses pengemasan, yaitu : 1. Pengemasan primer : pengemasan yang berhubungan/kontak langsung dengan produk. Proses ini dilakukan oleh masing masing sub bagian produksi dan dilakukan di grey area atau white area. 2. Pengemasan sekunder : pengemasan yang tidak berhubungan/kontak langsung dengan produk dan dilakukan di black area. Seluruh produk yang telah dikemas dengan kemasan primer dikirim ke pengemasan sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder. Bagian pengemasan sentral dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengemasan produk non betalaktam dan pengemasan produk betalaktam dan sefalosforin. Bagian ini dikepalai oleh seorang supervisor. Sebelum pengemasan sekunder, dilakukan sortir untuk memisahkan produk yang tidak memenuhi syarat untuk dilakukan pengemasan sekunder. Produk yang tidak memenuhi syarat dicatat dan dilaporkan oleh supervisor pengemasan sentral, kemudian dikembalikan ke bagian produksi untuk dilakukan restripping. Bagian kemas sentral memiliki dua kegiatan utama yaitu persiapan dan pengemasan. Line clearance dilakukan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan utama. Alur proses pengemasan sekunder yaitu bagian PAC mengeluarkan PrO (untuk bagian proses produksi), PDRS (Packaging Direction Record Secondary), dan Picking List yang ditujukan pada bagian pengemasan sentral untuk mengambil material kemas dari gudang bahan kemas. PrO dan Picking List dikirim ke bagian gudang bahan kemas tiga hari sebelum pengemasan (H-3). Pada dua hari sebelum pengemasan, gudang akan mengirimkan bahan kemas ke bagian pengemasan sentral. Setelah bahan kemas datang disertai dengan PI dari bagian gudang, sehari sebelum pengemasan dilakukan penandaan (coding) (meliputi penomoran batch, manufacturing date, harga eceran tertinggi,

45 35 pemberian tanggal kadaluarsa pada label dan kemasan sekunder) menggunakan mesin coding dan folding (untuk pelipatan brosur dan leaflet). Cara coding yaitu satu kemasan di-coding terlebih dahulu kemudian dikoreksi lalu ditandatangani oleh group leader, petugas IPC, dan operatornya. Setelah itu, coding dapat dilanjutkan untuk semua kemasan. Kemasan kemudian dimasukkan ke dalam satu ruangan dan jika diambil harus dicatat oleh line leader sebagai bukti. Kemudian pengemasan dimulai dan dilakukan berdasarkan PDR. Gambar 3.9 Alur pengemasan sekunder. Pada saat pengemasan, IPC dilakukan tiap jam di setiap tahap dan inspeksi dilakukan setelah pengemasan selesai (sebelum dimasukkan ke shipper). Setelah itu, dilakukan penimbangan menggunakan alat timbang yang telah diverifikasi setiap hari seperti yang terdapat dalam SOP. Sebelum menimbang (tiap hari walau nomor batch sama), operator mengambil 10 box berikut isinya dan ditimbang, kemudian mengambil isinya dan hanya menimbang box saja untuk mengetahui variasi berat box yang digunakan. Penyimpangan penimbangan master box tidak boleh sama atau lebih dari berat 1 unit box. Setelah penimbangan selesai, bagian kemas sentral akan membuat dokumen PHP (Pengiriman Hasil Produksi) untuk diserahkan ke gudang obat jadi dan memasukan data ke sistem EXACT. Produk jadi tersebut belum released secara resmi. Produk jadi dinyatakan released apabila tiga dokumen telah terkumpul di QA, yaitu dispensary, produksi, dan pengemasan sentral serta tidak ada penyimpangan.

46 Line P&G Line P&G terpisah dari produksi PT Prafa karena kegiatan produksinya dalam skala (batch size) besar sehingga untuk produk P&G memiliki jalur produksi sendiri. Terdapat tiga jenis produk yang diproduksi pada line P&G, yaitu: 1. Formula 44, ada 3 varian yaitu F44 adult, F44 anak-anak dan F44 DT (Day Time). Masing-masing ada dalam kemasan botol (ukuran 27 ml, 54 ml, 100 ml) dan dalam kemasan sachet (ukuran 7 ml) hanya untuk F44 DT. 2. Vicks Vaporub, dalam kemasan ukuran 10 gr dan 50 gr. 3. Vicks Inhaler. Proses produksi di line P&G menggunakan sistem automatic line yaitu proses pembuatan produk mulai dari bahan awal, pengisian, pengemasan primer dan sekunder, secara langsung berurutan dan tidak terputus. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produk. Hal ini pulalah yang membedakannya dengan proses pengemasan produk Prafa, yaitu untuk produk Prafa setelah dilakukan pengemasan sekunder, produk harus dikirim ke pengemasan sentral untuk dilakukan pengemasan sekunder sedangkan untuk produk P&G langsung dikemas di area produksi P&G.

47 Quality Assurance Department QA Department bertanggung jawab terhadap jaminan kualitas produk yang dihasilkan. Kualitas produk harus diciptakan sejak awal mulai dari bahan baku, proses pembuatan, peralatan, bangunan, dan personalia yang terlibat dalam pembuatan. QA Departement dipimpin oleh seorang QA manager yang dibantu oleh beberapa supervisor untuk System Compliance, Product Integrity, dan Validation and Calibration. Gambar 3.10 Struktur organisasi Quality Assurance Department. Tugas dari QA adalah membuat sistem panduan mutu, pengembangan manajemen kualitas, kontrol dokumen, training GMP, menangani program kalibrasi, mengkoordinasi program kualifikasi dan validasi, audit pemasok, audit internal dan eksternal, penanganan terhadap keluhan pelanggan, penanganan penyimpangan bets, pengendalian perubahan, penanganan penarikan kembali obat jadi, pelulusan obat jadi, dan mengkoordinasi peninjauan produk tahunan.

48 System Compliance System Compliance dipimpin oleh seorang supervisor. Bagian ini bertanggung jawab terhadap : 1. DCC (Document Control Center) Dokumentasi adalah salah satu komponen yang sangat penting dalam CPOB. Sistem dokumentasi yang digunakan harus sistematis untuk memudahkan pencarian dokumen bila diperlukan. DCC bertanggung jawab untuk mengelola SOP, master batch record, master list, spesifikasi dan prosedur analisis, dokumen registrasi, QDR, dokumentasi change control, dan complaint. DCC juga bertanggung jawab membuat index SOP yang berlaku di PT Prafa agar dapat diinventaris dan di-update bila perlu dan menyimpan back-up dalam bentuk CD- RW. Dokumen lain yang disimpan di DCC antara lain daftar approved supplier, laporan obat jadi, protokol, dan laporan validasi. Pengumpulan batch record ini berguna untuk melakukan validasi konkuren dan retrospektif. Dokumen asli lain yang disimpan oleh DCC adalah SOP. Penyebaran SOP dikontrol dengan memberikan stempel pada SOP. SOP asli diberi stempel original dan SOP copy diberi stempel copy. Pada stempel copy tertulis kode angka yang menginformasikan beberapa copy yang beredar, bagian dan personel yang memiliki copy tersebut. SOP dianggap berlaku jika operator/staf yang berkaitan telah di-training. SOP direvisi setiap dua tahun sekali. DCC juga menyimpan Master Batch Record (MBR) yang merupakan dokumentasi untuk pengusutan data jika terdapat komplain dari konsumen yang berkaitan dengan produk dan disimpan sesuai dengan waktu penyimpanan sampel pertinggal yaitu hingga tanggal kadarluarsa produk ditambah satu tahun. 2. Audit Audit bertujuan untuk mengevaluasi sistem operasi industri farmasi dalam semua aspek yang mempengaruhi mutu apakah memenuhi kriteria CPOB (GMP). Audit yang dilakukan oleh PT Prafa meliputi tiga jenis yaitu :

49 39 a. SIP (Self Inspection Program) Audit ini dilakukan oleh masing-masing departemen/bagian setiap bulan dengan menunjuk satu koordinator pada setiap departemen. b. QA Audit QA Audit dilakukan oleh QA Audit Officer dan tim auditor dari bagian lain yang memiliki kompetensi sebagai auditor. QA Audit dilakukan dua kali setahun. c. Plant Audit Plant Audit merupakan audit tiap departemen yang dilakukan setahun sekali oleh Plant Manager dan manager departemen lain. PT Prafa juga melakukan vendor audit, yaitu QA melakukan penilaian (assesment) kepada vendor atau material supplier (bahan baku dan bahan kemas) dalam negeri 2 kali setahun. Untuk vendor luar negeri, pemasok awal, penilaian dilakukan dengan mengirimkan kuisioner yang akan diisi vendor tersebut atau didapat dari audit record mother company, yaitu Unilab Philippines, sedangkan pemasok lama dilakukan langsung di tempat pemasok (luar negeri) 3 kali setahun. Selain itu, terdapat juga audit yang dilakukan oleh pihak ketiga seperti P&G, perusahaan toll manufacturing, dan BPOM. 3. BOS (Behavior Observation System) BOS dilakukan untuk memperbaiki behavior personil berkaitan dengan GMP. BOS secara harian dilakukan oleh tiap personil untuk melakukan pemeriksaan dan checklist singkat, seperti pemeriksaan kebersihan ruang timbang. Jika suatu behavior sudah dapat terlaksana dengan baik dapat diganti dengan pemeriksaan behavior lain. 4. Registrasi Bagian registrasi bertugas untuk menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk proses praregistrasi, registrasi, dan registrasi ulang produk PT Prafa ke BPOM. Dokumen yang disiapkan meliputi dokumen administrasi dan dokumen mutu seperti dokumen Product Spesification and Analytical Procedure, Raw Material Spesification and Analytical Procedure, CoA obat jadi, CoA bahan awal, data stabilitas, Master File Processing and Packaging, formula, protokol

50 40 dan laporan validasi metode analisis dan proses, serta dokumen lainnya yang dibutuhkan untuk proses registrasi Product Integrity Product Integrity bertanggung jawab terhadap : 1. Releasing Bagian releasing bertanggung jawab untuk melakukan pelulusan untuk setiap bets dari produk. Pelulusan tersebut berdasarkan penilaian dan pemeriksaan terhadap dokumen yang berkaitan dengan produksi seperti PrO, Picking List, Production Issue, Line Clearence, BPR Dispensing dan Compounding, Lembar Pemeriksaan IPC, PDR Primary dan Secondary, Lembar Rekonsiliasi Bahan Kemas Primer, QDR, dan dokumen lainnya. bila dokumen tersebut telah lengkap dan benar maka produk dapat diluluskan dan diberi label RELEASED. 2. APR (Annual Product Review) Peninjauan produk tahunan merupakan rangkaian dari tiap produk yang diproduksi selama satu tahun, antara lain berisi jumlah bets yang diproduksi selama satu tahun dan status produk (reject dan release), status kalibrasi dan validasi, apakah ada QDR dalam satu tahun itu, apakah ada change control, CAPA yang dilakukan sudah close atau belum, apakah status produk pernah ada recall, returned product dari distributor, complain dari publik atau distributor, data supplier, serta bagaimana analisis sifat fisik dan kimia produk tersebut. Tujuan APR adalah untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan baku, bahan pengemas, obat jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk dan proses. Jika dalam satu tahun tersebut terdapat banyak perubahan maka dilakukan validasi ulang. 3. Change Control Process Setiap ada perubahan yang berdampak pada kualitas harus membuat laporan permohonan perubahan (change control process). Contoh perubahan yang diajukan adalah perubahan design ruangan, HVAC, atau perubahan spesifikasi proses produksi. Laporan change control process berisi nama dan departemen prakarsa, alasan perubahan, data-data seperti kualifikasi alat, gambar, SOP

51 41 perawatan, trainning SOP, tanggal selesai pelaksanaan perubahan. Laporan ini akan diajukan ke departemen QA dan departemen terkait untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan, laporan change control di-copy ke departemen terkait dan pihak yang melaksanakan tindakan perubahan. Change control process dianggap selesai (closing) bila diverifikasi dan diperiksa kembali oleh pemohon (originator) apakah tindakan perubahan yang dilakukan sudah tepat, kapan pelaksanaannya, apa tindak lanjutan (Corrective and Preventive Action/ CAPA), dan kelengkapan dokumen. QA akan melakukan tracking change control, untuk menentukan jumlah laporan change control process yang disetujui, ditolak, dan closing. QA juga melakukan change control tracking monitoring terhadap judul, originator, tanggal selesai tindakan perubahan, dan CAPA. 4. QDR (Quality Deviation Report) Merupakan laporan penyimpangan mutu yang terjadi selama proses produksi atau yang berhubungan dengan produksi, dan akan mempengaruhi proses produksi nantinya, termasuk OOS (Out Of Specification), deviasi lingkungan produksi (contoh jumlah partikel di white area tidak sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan atau RH yang tidak memenuhi). QDR yang masuk selanjutnya dibuat persetujuan QA Manager untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. QDR meliputi penyimpangan packaging material, raw material, dan finished product. Kemudian bagian ini melakukan tracking antara lain meliputi jumlah penyimpangan dan berapa yang sudah closing. 5. Product Complain Formulir complain meliputi product record (nama produk dan no. bets), consumer record (source of product, nama konsumen, umur, no.telepon, keadaan kesehatan), dan jenis complain (life threatening, critical, general). Selanjutnya QA membuat investigation notification dan permintaan investigasi. Langkah-langkah investigasi yang dilakukan adalah meminta sampel produk yang di-complain kemudian dibandingkan dengan retained sample. Kemudian dilakukan evaluasi batch record untuk melihat apakah selama proses

52 42 produksi pernah terjadi kegagalan/masalah. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap formula dan jika terjadi pada bets lain maka dilakukan pemeriksaan terhadap retained sample bets lain. Dokumen yang diperlukan dalam investigasi antara lain catatan complain sebelumnya apakah ada yang sama, QDR terkait bets tersebut, APR apakah terdapat trend, training record personil, dan mesin. Selanjutnya ditarik kesimpulan penyebab complain dan CAPA yang dilakukan. Laporan hasil investigasi dikirim kepada pihak yang complain. 6. Product Recall Recall dapat dilakukan atas inisiatif industri farmasi jika produk cacat mutu dan membahayakan konsumen. Recall juga dapat dilakukan oleh BPOM. Terdapat dua SOP yang berhubungan dengan product recall di PT Prafa yaitu SOP recall itu sendiri dan SOP simulasi jika terjadi recall (mock recall). SOP simulasi ini hanya bersifat administrasi, bukan recall produk sebenarnya. Mock recall dilakukan satu tahun sekali dan dikordinasi oleh QA manager dengan mengajukan permohonan recall kepada direktur Darya Varia Group. Setelah mendapatkan persetujuan, QA manager membuat protokol produk dan batch yang di-recall dari distributor utama (APL), subdistributor, retailer, dan konsumen. Setelah selesai proses recall maka dibuat laporannya. Mock recall ini dilakukan untuk mengetahui apakah sistem distribusi FIFO atau tidak, dan menelusuri catatan distribusi. Sistem distribusi dinilai baik jika 98% dari produk recall terlacak. 7. Retained Sample (Finishing Good) Validasi dan Kalibrasi Pelaksanaan validasi dan kualifikasi merupakan aspek penting dari penerapan CPOB Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Sifat validasi adalah reproducible, reliable, dan predictable. Validation Supervisor bertanggung jawab atas validasi

53 43 seluruh sistem yang digunakan. Jenis-jenis validasi yang dilaksanakan di PT Prafa: 1. Kualifikasi Kualifikasi adalah tindakan pembuktian yang terdokumentasi, bertujuan untuk menjamin mesin/peralatan, sistem, sarana penunjang, bangunan yang digunakan dalam proses produksi sesuai dengan spesifikasi dan tujuan penggunaan yang telah ditentukan sebelumnya. Kualifikasi yang dilakukan meliputi kualifikasi rancangan (Design Qualification), kualifikasi instalasi (Installation Qualification), kualifikasi operasional (Operational Qualification), kualifikasi kinerja (Performance Qualification) dan kualifikasi bangunan (Building Qualification). Kualifikasi tidak hanya dilakukan pada alat / mesin baru saja, tetapi dapat juga dilakukan kualifikasi ulang terhadap alat / mesin lama yang telah mengalami modifikasi sehingga mempengaruhi output atau produk yang dihasilkan. 2. Validasi Metode Analisis Validasi metode analisis bertujuan untuk membuktikan bahwa semua metode analisa (cara/prosedur pengujian) yang digunakan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten. Parameter validasi metode analisa yaitu selektifitas, linearitas, akurasi, presisi, LOD (Limit of Detection), LOQ (Limit of Quantitation), dan robustness. 3. Validasi Proses Produksi Validasi proses produksi dilakukan untuk memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi yang digunakan mencapai hasil yang diinginkan secara konsisten. Validasi proses terdiri dari tiga kategori, yaitu validasi prospektif, validasi konkuren dan validasi retrospektif. 4. Validasi Proses Pengemasan Validasi proses pengemasan dilakukan untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa prosedur pengemasan yang digunakan dalam proses produksi sesuai dengan persyaratan rekonsiliasi yang telah ditentukan secara

54 44 konsisten. Resiko kesalahan di bagian pengemasan dapat berakibat fatal bagi konsumen seperti kesalahan label, produk, dosis, dan lainnya. 5. Validasi Pembersihan dan Sanitasi Validasi pembersihan dan sanitasi dilakukan pada peralatan pengolahan dan pengemasan. Validasi ini menjamin bahwa sisa produk dibersihkan dengan tuntas dan sanitasi mampu mencegah kontaminasi mikroba. 6. Validasi Media Fill Merupakan simulasi proses produksi produk aseptis untuk menjamin bahwa jalur produksi aseptis benar-benar aseptis. Kondisi proses simulasi dibuat dalam worst case condition. Validasi ini dikerjakan mengikuti ukuran bets terbesar dan mengambil durasi pengerjaan yang paling lama. Evaluasi lingkungan aseptis yang meliputi proses, operator, ruangan, dan peralatan. Validasi dilakukan dengan menggunakan larutan media TSB (Triptone Soya Broth) 3% steril (untuk sediaan injeksi liquid) dan kombinasi TSB dan laktosa dengan perbandingan 3:7 (untuk sediaan injeksi kering). TSB steril diisikan ke kontainer melalui proses filling aseptis. Selanjutnya, hasil dan media fill diinkubasi pada temperatur o C selama 7 hari dan pada temperatur o C selama 7 hari. Kemudian diperiksa pertumbuhan mikroba. Apabila terjadi pertumbuhan mikroba, dapat disimpulkan mikroba masuk ke kontainer selama proses. Kriteria penerimaan validasi media fill menurut PICS yaitu : a. Bila dilakukan pada kurang dari 5000 unit maka harus tidak ada pertumbuhan mikroba sama sekali. b. Bila dilakukan pada unit : - Bila satu unit terkontaminasi maka dilakukan investigasi termasuk pertimbangan pengulangan media fill. - Bila dua unit terkontaminasi maka dilakukan investigasi dan pertimbangan revalidasi. c. Bila dilakukan pada lebih dari unit : - Bila satu unit terkontaminasi maka dilakukan investigasi.

55 45 - Bila dua unit terkontaminasi maka dilakukan investigasi dan pertimbangan revalidasi. 7. Validasi sistem komputerisasi Sistem komputer harus divalidasi sebelum digunakan pada sistem mutu, misalnya pencatatan stok material, pendataan masalah mutu, dan kontrol proses. 8. Kalibrasi Kalibrasi adalah membandingkan suatu nilai terhadap nilai lain yang dijadikan standar dimana nilai tersebut mengacu pada nilai yang lebih tinggi. Bagian kalibrasi dan kualifikasi bertanggung jawab terhadap kalibrasi setiap alat ukur (neraca timbang, thermohygrometer, gelas ukur, dll) dan kualifikasi. Kalibrasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan tergantung dari seberapa sering dan seberapa rumit alat tersebut digunakan dalam kegiatan di pabrik. Kalibrasi terhadap alat ukur yang dilakukan menggunakan kalibrator yang setiap tahun dikalibrasi oleh instansi atau kalibrasi nasional. Data hasil pemeriksaan dicatat pada Calibration Service Record. Tata cara kalibrasi dijelaskan secara praktis dalam SOP Quality Control Department QC Departement dipimpin oleh seorang QC Manager yang membawahi tiga bagian dengan masing-masing bagian dipimpin oleh seorang supervisor, yaitu Chemical, IPC (In Process Control), dan Microbology. QC Manager Chemical Spv. IPC Spv. Microbiology Spv. Finishing Good Sec. Head Raw Material Sec. Head Analytical Method Development Sec. Head Packaging Material Development Analyst Anlyst Analyst Analyst Inspector Gambar 3.11 Struktur organisasi Quality Control Department.

56 46 QC Departement bertanggung jawab dalam pemeriksaan bahan baku, pengelolaan sampel pertinggal bahan baku, pembuatan spesifikasi dan metode pemeriksaan, pengelolaan reference standard, pemeriksaan produk antara, ruahan, dan obat jadi, pemeriksaan stabilitas, kalibrasi alat laboratorium, pengelolaan pengambilan contoh, Statistical Process Control dan Statistical Quality Control, pemantauan lingkungan, dan pemeriksaan In Process Control. QC Departement melakukan kegiatan yang meliputi pemeriksaan kimia, IPC, dan pemeriksaan mikrobiologi Pemeriksaan Kimia Bagian ini melakukan pemeriksaan sifat fisika dan kimia di laboratorium kimia, mulai dari raw material sampai dihasilkan finished product. Terdapat tiga jenis SOP yang digunakan sebagai pedoman dalam bekerja di laboratorium kimia, yaitu: 1. Mengatur cara kerja secara umum Meliputi SOP keamanan pekerja di laboratorium, cara berpakaian, kebersihan di laboratorium dan ruang instrumen, pencatatan data di laboratorium, dan cara memperlakukan limbah organik di laboratorium. 2. SOP khusus, yaitu : Spesifikasi RM (Raw Material) dan prosedur analisis RM Meliputi SOP analisis RM dan RMS (Raw Material Spesification). Spesifikasi RM dibuat berdasarkan sertifikat analisis (CoA) dan buku standar (USP, Farmakope, dan literatur lain). RMS berisi parameter pengujian yang dilakukan, prosedur, dan persyaratan yang diizinkan. Spesifikasi produk dan prosedur analisis produk Meliputi SOP spesifikasi produk dan prosedur analisis produk (Spesifikasi Produk dan Prosedur Analisa/ SPPA). 3. Alat-alat Instrumen Meliputi SOP prosedur penggunaan alat dan kalibrasi.

57 47 Pemeriksaan kimia bahan baku dilakukan untuk memastikan bahwa bahan baku yang dikirim supplier sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan. QC akan melakukan tes setelah menerima PRL dan CoA dari gudang dengan lead time 5 hari. Untuk parameter-parameter tes yang dilakukan terdapat dalam RMS dan dilaporkan dalam RMAR (Raw Material Analitycal Report). Pemeriksaan masing-masing bahan baku telah ditentukan spesifikasinya dalam SOP pemeriksaan bahan baku, meliputi : 1. Bahan padat : pemeriksaan kadar, identifikasi, impurities (cemaran), ph, titik lebur, kadar air dan susut pengeringan, dan parameter lainnya yang mengacu pada masing-masing monografi bahan. 2. Bahan cair : pemeriksaan viskositas, berat jenis, ph, dan parameter lainnya yang mengacu pada masing-masing monografi bahan. 3. Cangkang kapsul : bobot, panjang kapsul, diameter, ph, waktu hancur, dan parameter lainnya yang mengacu pada masing-masing monografi bahan. Selain untuk pemeriksaan diambil juga contoh bahan baku yang disimpan sebagai retained sample. Label RELEASED diberikan bila hasil pemeriksaan bahan baku tersebut sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Bila tidak memenuhi spesifikasi maka bahan baku tersebut dilabel REJECT dengan membuat laporan penyimpangan mutu dan dikembalikan ke supplier. Sementara menunggu pengambilan kembali oleh supplier, bahan baku diberi label tidak diluluskan (rejected) dan disimpan di area khusus yang terkunci. Pemeriksaan kimia produk ruahan dan obat jadi dilakukan untuk mengetahui kadar zat aktif dalam sediaan. Sampling dilakukan dengan metode PTA (Permulaan, Tengah, Akhir) waktu produksi. Metode analisa berdasarkan pada buku-buku standar yang kemudian dicantumkan ke dalam SOP untuk masingmasing zat aktif yang tervalidasi. Pemeriksaan produk dilakukan berdasarkan SPPA dan dilaporkan dalam Product Analytical Report (PAR). Selain itu, bagian ini juga bertanggung jawab atas pemeriksaan sampel uji stabilitas untuk kontrol stabilitas produk yang beredar di pasaran. Uji stabilitas dapat dilakukan pada dua kondisi, yaitu jangka panjang (30 o C, RH 75%) dan dipercepat (40 o C, RH 75%).

58 48 Lama pengujian stabilitas adalah n + 1 tahun (n = expired date). Penambahan satu tahun dilakukan untuk dapat memperpanjang masa edar. Bagian ini juga memeriksa air yang digunakan untuk produksi seperti purified water dan water for injection secara harian. Pemeriksaan antara lain meliputi pemeriksaan konduktivitas, ph, dan kandungan klor dalam air. Pada setiap proses pengelolaan air terdapat titik-titik pengambilan sampel. Kemudian dari sampel tersebut diperiksa menggunakan parameter yang ada sehingga air yang digunakan dalam proses produksi merupakan air yang memenuhi persyaratan. Jika terdapat masalah seperti ph air < 5 atau > 7 (syarat ph purified water 5-7) maka bagian QC akan mengeluarkan QDR (Quality Deviation Report) pada pihak produksi sementara waktu untuk dilakukan investigasi. Bagian QC akan bekerja sama dengan bagian teknis untuk memperbaiki alat agar menghasilkan air yang memenuhi persyaratan In Process Control (IPC) Bagian ini bertanggung jawab melakukan inspeksi IPC selama proses produksi dan pemeriksaan bahan kemas. Bagian ini memiliki tim khusus inspektor QC yang melakukan IPC untuk memastikan bahwa tiap tahap proses produksi telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Pemeriksaan IPC dilakukan dengan cara sampling selama proses produksi dan pengujian di ruang IPC produksi. IPC yang dilakukan oleh inspektor QC adalah usaha untuk memastikan bahwa produk tersebut telah memenuhi spesifikasi sekaligus sebagai kontrol ganda terhadap penyimpangan hasil produksi. Pemeriksaan IPC meliputi pemeriksaan keseragaman bobot, ketebalan, diameter sediaan solid, waktu hancur, kekerasan, friabilitas, dan uji kebocoran. Untuk sediaan cair dilakukan pemeriksaan keseragaman volume, kebocoran, viskositas, dan lainnya. IPC juga melakukan pemeriksaan obat jadi yang meliputi coding, jumlah isi, keadaan kemasan, dan lainnya. Seluruh hasil pemeriksaan tersebut didokumentasikan. Setiap produksi akan dimulai, dilakukan line clearance yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua peralatan telah siap, bahan baku obat telah benar baik jenis atau jumlahnya dan kondisi ruang produksi

59 49 telah sesuai dengan yang seharusnya. Pemeriksaan dilakukan dengan pengecekan seluruh catatan mesin, bahan, dan ruangan. Pemeriksaan terhadap kemasan juga menjadi tanggung jawab dari bagian inspeksi. Metode sampling yang digunakan untuk mengambil sampel dari bahan kemasan seperti vial dan ampul menggunakan metode sampling millitary standard, kecuali untuk aluminium foil digunakan metode sampling n + 1. Jika ada permasalahan seperti salah cetak, perbedaan warna, atau perbedaan nomor batch pada kemasan maka bagian inspeksi bertanggung jawab penuh dan mempunyai hak untuk melakukan komplain sepenuhnya kepada supplier yang bermasalah Pemeriksaan Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi dilakukan untuk pemeriksaan bahan baku dan produk-produk sirup, antibiotik dan produk steril yang meliputi pemeriksaan potensi, angka kuman (TPC), sterilitas, bioburden dan uji endotoksin. Selain itu juga melakukan monitoring lingkungan produksi, sanitasi ruangan produksi steril, kualifikasi bangunan, kualifikasi oven dan autoklaf, HPW (Hot Purified Water), WFI (Water for Injection), dan fasilitas LAF. Ruangan di bagian mikrobiologi dibagi menjadi enam ruang, yaitu: 1. Ruang Potensi digunakan untuk pemeriksaan yang menggunakan kuman (potensi antibiotik dan growth promotion test). Aliran udara LAF pada ruang ini laminer dan tidak mengalir keluar untuk menjaga safety personil dan mencegah udara ruang keluar mengkontaminasi udara luar. 2. Ruang TPC (Total Plate Count) digunakan untuk pemeriksaan yang tidak menggunakan kuman (TPC, air, uji sterilitas dan bioburden test). Aliran udara LAF pada ruang ini mengalir keluar untuk menjaga kebersihan ruang dan mencegah kontaminasi udara dari luar ruang. 3. Ruang Steril merupakan ruang yang dikondisikan sama seperti ruang produksi sediaan steril white area, digunakan untuk uji sterilisasi. Sebelum memasuki ruang ini terdapat ruang buffer gowning off dan air shower.

60 50 4. Ruang Preparasi Media merupakan ruang pembuatan media pertumbuhan mikroba yang akan digunakan untuk mengembangkan bakteri-bakteri pada uji potensi. 5. Ruang inkubasi 6. Ruang pencucian Bagian ini juga melakukan pemeriksaan terhadap proses validasi media fill pada proses pengisian injeksi aseptis. Bagian ini juga memeriksa HPW dan WFI yang dilakukan setiap hari berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan dalam satu minggu semua outlet tersampling. Untuk HPW dilakukan pemeriksaan TPC, ada tidaknya E.coli, Coliform, dan Pseudomonas. Untuk WFI dilakukan pemeriksaan TPC, endotoksin dan bakteri E.coli, Coliform, dan Pseudomonas. Air yang sudah diklorinasi dalam water clorine tank memiliki persyaratan TPC <500 CFU/ml. Untuk HPW memiliki persyaratan <100 CFU/ml. Apabila sudah mendekati 80 CFU/ml maka situasinya sudah alert limit yang artinya harus berjaga-jaga agar tidak melebihi persyaratan, yaitu HPW ditreatment menjadi 10 CFU/ml dan didistribusikan. Namun, jika >10 CFU/ml maka dilakukan action, yaitu HPW ditreatment dan didistribusikan kemudian dicek ke laboratorium mikrobiologi. Syarata WFI <10 CFU/100ml. Pemeriksaan cemaran di lingkungan grey area dilakukan satu bulan sekali sedangkan untuk white area dilakukan setiap akan dilakukan kegiatan produksi, contoh ruangan filling. Pemeriksaan cemaran secara keseluruhan di gedung white area dilakukan satu minggu sekali. Uji potensi antimikroba dilakukan dengan dua cara, yaitu silinder plate dan turbidimetri. Silinder plate dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat, sedangkan metode turbidimetri dilakukan dengan mengamati tingkat kekeruhan media. Kedua metode tersebut kemudian dibandingkan dengan standar dan untuk setiap uji potensi harus terdapat kontrol positif maupun kontrol negatifnya. Setiap media dikontrol dengan uji kelayakan media (Growth Promotion Test/ GPT) dengan tujuan untuk mengetahui dan membuktikan bahwa media yang digunakan benar-benar merupakan media pertumbuhan yang baik untuk mikroba.

61 51 Uji endotoksin dilakukan untuk sediaan injeksi dengan menggunakan LAL test yang terdapat dalam USP (United States Pharmacopeia). Pemeriksaan udara menggunakan dua metode, yaitu metode settling plate dan metode air sampler. Pemeriksaan udara terbuka dilakukan dengan pemaparan media di udara terbuka selama 4 jam. Metode air sampler dilakukan dengan menggunakan suatu alat dispossable yang cara kerjanya yaitu menghisap udara sebanyak 1000 L menuju suatu media. Kemudian media-media tersebut diinkubasi dan diperiksa jumlah mikrobanya. Pemeriksaan sanitasi ruang dilakukan dengan metode swab yaitu dengan menggunakan alat seperti cotton bud steril kemudian diusapkan pada tembok ruang seluas 5 cm x 5 cm, setelah itu hasil usapan ditanam pada media pertumbuhan bakteri, lalu diinkubasi. Sanitasi juga dilakukan dengan cara fogging setiap seminggu sekali sedangkan untuk tembok disemprot dengan menggunakan desinfektan setiap hari Technical Department Technical Service Manager Drafter Administration Mechanical & Utility Spv. Electrical & Control System Spv. Mechanical Sec. Head Utility Sec. Head Electrical & Control System Sec. Head Mechanic Mechanic Electrician Gambar 3.12 Struktur organisasi Technical Department. Technical Service Department dipimpin oleh seorang manager yang dibantu oleh Maintenance Supervisor dan Electrical Supervisor. Technical Service Department bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pabrik terutama pemeliharaan mesin-mesin/peralatan produksi dan sarana penunjang produksi

62 52 (electricity, HVAC, steam boiler, clean compressed air, dan water system) agar selalu dalam keadaan siap pakai. Kegiatan Technical Services Department meliputi pemeliharaan dan kelistrikan Maintenance (Pemeliharaan) 1. Utility meliputi: - Mempersiapkan tersedianya air baku (purified & distillated water) yang cukup untuk keperluan produksi - Membuat gambar instalasi PID HVAC dan mesin-mesin yang dimodifikasi - Mempersiapkan beroperasinya Air Handling Unit (AHU) - Membuat gambar atau denah ruangan yang akan direnovasi - Mempersiapkan tersedianya udara tekan (clean compressed air) - Mempersiapkan tersedianya tenaga uap (steam) - Menjaga hydrant system agar dalam keadaan siap pakai - Mempersiapkan generator set agar dapat beroperasi dengan normal sewaktu dibutuhkan 2. Pemeliharaan, meliputi: - Melakukan perawatan terhadap semua mesin secara rutin melalui program Yearly Preventive Maintenance Schedule dan Monthly Preventive Maintenance Schedule. Terdapat lima kategori dalam perawatan mesin, yaitu : Pemeriksaan sumber tenaga (listrik) Pemeriksaan bagian-bagian tertentu pada mesin, seperti bagian yang bergerak pada cutting device Pemeriksaan sistem kontrol Bagian-bagian mekanik secara visual maupun suara Pemantauan - Melakukan perbaikan sarana sesuai dengan permintaan tiap-tiap departemen

63 53 - Mengerjakan pekerjaan-pekerjaan proyek Electrical Tanggung jawab bagian electrical meliputi: - Membuat gambar pemasangan instalasi listrik yang ada di pabrik - Menyediakan kebutuhan listrik untuk pabrik (bekerja sama dengan PLN) - Membuat sistem pembagian listrik berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tiap-tiap departemen yang ada Sarana penunjang (utility) di PT Prafa yang dikelola TS Department antara lain: 1. Electricity Penyediaan listrik di PT Prafa berasal dari 2 sumber yaitu dari PLN berkapasitas 1730 kva dan dari diesel berkapasitas 2 x 510 kva. Kapasitas seluruh listrik yang digunakan adalah 1730 kva. Kualitas listrik yang diperlukan untuk industri pada umumnya dengan voltage sebesar 380 volt/3 phase 220 volt/1 phase dan frekuensi 50 Hz. 2. Sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)/ AHU (Air Handling Unit) HVAC/AHU digunakan untuk mengatur jumlah partikel dan mikroba, temperatur, kelembaban (Relative Humidity/ RH), tekanan ruang, dan jumlah pertukaran udara (air change). Untuk mendinginkan udara luar (fresh air) digunakan unit air conditioner. Udara luar yang bersentuhan dengan cooling coil AC akan mengalami penurunan suhu. Untuk menekan jumlah kelembaban udara digunakan unit dehumidifier. Uap air dari udara basah (RH tinggi) akan diserap oleh silika gel yang berada dalam unit dehumidifier sehingga menghasilkan udara kering. Kemudian silika gel diregenerasi dengan pemanasan suhu 120 o C. Tekanan udara di ruang produksi diatur sedemikian rupa untuk menjaga kebersihan ruang dan mencegah kontaminasi silang. Unit produksi solid memiliki koridor yang tekanan udara lebih positif daripada ruang

64 54 produksi sebaliknya unit produksi steril, tekanan udara produksi lebih positif daripada koridor. Perbedaan tekanan udara antar ruang produksi dan koridor adalah Pa. Jumlah pertukaran udara (air change) ruang yang dipersyaratkan adalah 20 kali per jam. Untuk menjaga sirkulasi tersebut digunakan blower. Filter digunakan untuk mengontrol jumlah partikel ruang. Udara disaring terlebih dahulu dengan washable filter kemudian prefilter, medium filter dan HEPA filter. 3. Steam Boiler Proses tersedianya tenaga uap (steam) yaitu karena adanya perubahan fase cair menjadi fase gas dengan tekanan tinggi melalui proses pemanasan menggunakan sebuah ketel uap/boiler. Alat yang digunakan untuk menghasilkan steam yaitu steam boiler yang memiliki kapasitas 3600 kg/h. Jenis steam yang digunakan ada dua macam yaitu: a. Plant Steam, digunakan untuk pemanasan secara tidak langsung. Steam dialirkan melalui heating coil dan energi panasnya digunakan untuk pemanasan pada proses produksi. b. Clean Steam, adalah steam bersih yang biasanya digunakan untuk pemanasan dengan kontak langsung misalnya digunakan pada alat autoclave, air yang digunakan sebagai feed water (air umpan) yaitu air murni (purified water). 4. Compressed Air Compressed air atau udara tekan diperoleh dari compressor. Compressed air yang digunakan di PT Prafa antara lain: a. Contact product, seperti spraying system pada FBD. b. Non contact product, seperti proses pemotongan strip (perforasi) oleh pisau pemotong pada mesin stripping. 5. Water System Air baku sebagai kebutuhan produksi pabrik yang cukup vital menjadi tanggung jawab bagian teknik. Air baku yang digunakan untuk keperluan pabrik diperoleh dari tiga sumur artesis dengan kedalaman 150 m. Dua sumur

65 55 berkapasitas 11 L/detik, sisanya 5 L/detik. Air baku ini dipompa ke permukaan dan ditampung dalam tiga storage tank dengan kapasitas 3 50 m 3 yang digunakan untuk proses produksi dan keperluan lainnya serta sebuah storage tank dengan kapasitas 120 m 3 yang ditanam di dalam tanah yang digunakan untuk fasilitas hydrant. Kemudian raw water tersebut diproses untuk menghasilkan air dengan kualitas air biasa, purified water (PW) dan Water For Injection (WFI). Proses penyiapan purified water dimulai dengan pengambilan air yang berasal dari sumur artesis kemudian ditampung di tank penyimpanan yang secara berkelanjutan ditambahkan sodium hipocloride (NaOCl) untuk membunuh bakteri. Proses selanjutnya yaitu air yang mengandung klorin dilewatkan melalui multimedia filter yang berisi anthracite dan ferolite. Ferolite berfungsi untuk menurunkan kadar Fe dalam air. Setelah itu masuk ke karbon filter untuk menetralkan klorin dan setelah disaring dengan karbon filter dilakukan penyaringan dengan menggunakan filter 5 µm. Setelah proses penyaringan, air dilewatkan melalui kation bed yang mengandung zeolite untuk pertukaran kation dengan mengunakan resin penukar kation dan anion bed untuk pertukaran anion dengan menggunaan resin penukar anion dan dilewatkan ke mix bed (gabungan resin penukar kation dan anion) untuk mencegah adanya kation dan anion yang belum ditukar saat dilewatkan melalui resin penukar ion sebelumnya. Setelah dilewatkan ke resin penukar ion, air kemudian disaring dengan menggunakan filter 1 µm dan filter 0,5 µm kemudian disinari UV untuk merusak DNA bakteri. Selanjutnya disaring lagi dengan filter 0,2 µm kemudian dipanaskan dengan menggunakan plate heat exchanger (PHE) suhu 93 o C sebelum dimasukkan ke dalam storage tank. Hot purified water yang ada di storage tank kemudian didistribusikan ke user point dengan looping system. Purified water digunakan untuk menghasilkan clean steam untuk pemanasan dengan kontak langsung, misalnya autoclave. Untuk mendapatkan WFI, HPW yang ada di storage tank kemudian dialirkan menuju alat pembuatan WFI. HPW ini kemudian ditampung dalam

66 56 tanki double jacket (didinginkan dengan chiller) kemudian masuk ke side tank. Setelah itu, air yang telah didinginkan masuk ke finn aqua distilator. Pada proses destilasi ini terdapat lima kolom. Purified water akan mengalir ke kolom pertama (suhu 139 o C) lalu ke kolom 2 (suhu 130 o C). Setelah purified water yang ada di kolom 2 didistilasi, selanjutnya purified water akan masuk ke kolom 3 (suhu 123 o C), lalu kolom 4 (suhu 118 o C) dan kolom 5 (suhu 114 o C) sehingga diperoleh WFI dan dialirkan ke masing-masing user point dengan looping system. Penyimpanan WFI dalam tank harus dijaga agar senantiasa tersirkulasi dengan dijaga suhu o C Personal and General Affairs Department Pesonnel and General Affairs Departement di PT Prafa adalah bagian dari manajemen yang meliputi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. PGA juga bertanggung jawab atas pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja serta mengatasi segala bentuk permasalahan yang berhubungan dengan karyawan serta pemerintah setempat. Personal and General Affairs Manager Paymaster Administration Receptionist Cleaning & House Keeping Laundry Operator Driver Gambar 3.13 Struktur organisasi Personal and General Affairs Department.

67 57 PGA Department dipimpin seorang manager membawahi dua bagian, yaitu bagian Human Resources and General Service (HR & GS) dan SHE (Safety, Health, & Environment). Manajer PGA memberikan laporan langsung kepada Plant Manager. Manajer PGA bertugas untuk memimpin, mengarahkan, mengevaluasi dan mengembangkan suatu tim yang terdiri dari staf-staf untuk memastikan bahwa manajemen dokumentasi ketenagakerjaan, proses, dan kegiatan administrasi lainnya telah sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Tugas utama dan tanggung jawab PGA, yaitu: 1. Menjaga hubungan yang kondusif antar karyawan dan hubungan dalam komunitas. 2. Menerapkan kebijakan SDM dan menyelenggarakan administratif dan kegiatan kesejahteraan di dalam pabrik. 3. Bertanggung jawab terhadap penilaian terhadap penampilan, pengembangan karier dan promosi, serta mengurus masalah kompensasi dan keuntungan administrasi. 4. Bertanggung jawab terhadap perencanaan tenaga kerja. 5. Memantau kegiatan sosial dan menangani keluhan dari karyawan. 6. Bekerjasama dengan manajer pabrik dalam menentukan penempatan karyawan, manajemen kerja, dan pembangunan budaya Human Resources and General Service (HR & GS) Tugas subdepartemen Human Resources and General Service adalah menangani segala hal yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada di PT Prafa yang meliputi: a. Membuat daftar gaji dan tunjangan jabatan serta menghitung pembayarannya setiap akhir bulan. b. Membuat laporan jumlah karyawan dan mengecek absensi karyawan. c. Melakukan rekruitmen karyawan atas permintaan departemen lain yang membutuhkan. d. Membuat absensi karyawan dan memasukkan data absensi karyawan.

68 58 e. Menangani masalah kebersihan dan keamanan. f. Membuat laporan Jamsostek. g. Administrasi kesekretariatan dan keuangan pabrik juga ditangani oleh bagian PGA yang meliputi surat masuk dan surat keluar, membuat laporan-laporan, dan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran pabrik. h. Makan siang karyawan (catering), driver, dan laundry. i. Menangani pemeliharaan gedung (Cleaning dan Housekeeping), security, serikat pekerja, serta kegiatan-kegiatan sosial. Human Resources and General Service juga menangani hubungan dengan pihak-pihak luar yaitu masyarakat, instansi pemerintah, ataupun instansi-instansi nonpemerintah lain, serta menagani keluhan-keluhan dari masyarakat sehubungan gangguan yang mungkin ditimbulkan dari pabrik ataupun limbahnya. a. Cleaning, Housekeeping, dan Laundry Bagian Cleaning dan Housekeeping bertanggung jawab atas kebersihan ruangan nonproduksi dan luar gedung serta pemeliharaan dan renovasi bangunan. PT Prafa memiliki ruang laundry untuk mencuci pakaian/seragam untuk staf produksi dan jas laboratorium. Untuk produksi sefalosporin dan betalaktam memiliki ruang laundry terpisah yang terletak di area produksi sefalosporin dan betalaktam. b. Training Training sangat dibutuhkan dalam rangka mengembangkan keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude) yang relevan dengan pekerjaan. Di PT Prafa beberapa pelatihan yang telah dilakukan, antara lain pelatihan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan membuka wacana para karyawan akan pentingnya mematuhi prosedur yang telah ditetapkan dalam melaksanakan proses produksi sehingga mutu produk yang dihasilkan tetap terjaga.

69 59 Program training di PT Pradja Pharin terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Training Wajib Pelatihan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan. Pelaksanaan training tersebut berdasarkan adanya program baik dari perusahaan (pusat) maupun program dari pabrik. Berikut merupakan contoh Training wajib yaitu: Pelatihan CPOB Pelatihan ISO 9000 Pelatihan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) Pelatihan Sanitasi dan Higiene Pelatihan 5R (Ringkas, Rajin, Rapi, Resik, Rawat) 2. Training Khusus Pelatihan yang diberikan kepada karyawan dengan level/tingkat jabatan tertentu (Supervisor, Assistant Manager, Manager dan lain-lain). Materi training khusus yang diberikan meliputi pengetahuan tentang pekerjaan dan pengetahuan tambahan. Pengetahuan tentang pekerjaan diantaranya pengetahuan dasar yang wajib diketahui oleh karyawan dengan tingkat jabatan tertentu dan juga pengetahuan penunjang yang sekiranya juga harus diketahui oleh karyawan tersebut. Sedangkan untuk pengetahuan tambahan, materi yang diberikan terkait hal-hal teknis dan hal umum. 3. Training Penyegaran Pelatihan penyegaran ini ditujukan untuk orientasi karyawan baru yang dilaksanakan pada saat karyawan baru masuk untuk pertama kalinya, bertujuan untuk memperkenalkan perusahaan kepada karyawan baru sehingga mereka tahu akan sistem dan kebijakan perusahaan sebelum mereka mulai bekerja. Pemberi materi adalah : Plant Manager PGA Manager / Assistant PGA Manager Kepala departemen yang bersangkutan

70 Safety, Health, and Environment (SHE) Kebijakan Safety, Health, and Environment meliputi : Memberikan perlindungan dan tempat pekerjaan yang layak untuk karyawan dan tamu serta mengurangi dampak lingkungan sampai pada pencegahan polusi yang dihasilkan dari limbah pabrik. Sasaran obyektif yang utama yaitu mengurangi sifat yang merugikan dan penyakit serta meminimalkan peristiwa lingkungan, berdasar pada filosofi bahwa semua peristiwa ini dapat dicegah. Pengolahan limbah di PT Prafa berada dibawah tanggung jawab Departemen PGA dalam hal ini oleh bagian Safety, Health, and Environment (SHE) yang dibantu oleh Departemen QC dan Technical Service. Limbah PT Prafa terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Cara penanganan limbah berbeda-beda tergantung jenis dan sifat bahannya. Limbah padat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa kemasan, sampah dari lingkungan pabrik, produk reject dan obat yang telah kadaluarsa. Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan serta memiliki nilai jual seperti sisa kemasan (kaleng, drum, alumunium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan di gudang khusus, kemudian dijual agar barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan atau digunakan kembali (reuse) dan didaur ulang (recycle). Pembakaran produk reject dan obat yang telah kadaluarsa dilakukan dengan menggunakan incinerator pada suhu o C selama menit. Sisa bahan padat yang menempel pada wadah/peralatan dibersihkan dengan mesin penyedot debu/vacuum sebelum dicuci dengan air. Bila tidak tersedia vacuum, sisa-sisa serbuk yang menempel diambil dengan lap yang dibasahi alkohol 70% dan lap tersebut dicuci tersendiri. Sebagian limbah padat dibuang melalui PT Wastec Internasional. Limbah cair berasal dari proses produksi, pencucian peralatan produksi, limbah laboratorium dan buangan lainnya. Limbah cair dari proses produksi betalaktam dan sefalosporin ditampung dalam bak ekualisasi setelah mendapat pretreatment. Pretreatment yaitu proses pemecahan rantai

71 61 betalaktam sebelum masuk ke bak ekualisasi dengan cara penambahan larutan NaOH hingga ph basa (ph 10-11) kemudian disirkulasi selama 120 menit. Selanjutnya pada bak ditambahkan larutan HCl sehingga larutan menjadi netral (ph 7) dan siap dialirkan ke bak ekualisasi. Tujuannya adalah untuk menginaktifkan kerja antibiotik untuk mencegah bakteri yang menguraikan limbah mati, resistensi bakteri, serta pencemaran lingkungan. Proses pengolahan limbah cair dilakukan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Departemen QC bertugas membuat metode pengelolaan limbah, membuat metoda analisa air limbah, dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan limbah cair. Departemen QC bekerjasama dengan Departemen Technical Service dalam mencari dan menentukan metoda IPAL, Departemen Technical Service bertugas mengawasi IPAL dan mengawasi alatalat pengelolaan air limbah cair. Departemen PGA bertugas menjaga kebersihan lingkungan di sekitar IPAL, pelaksana regenerasi saringan, dan pencucian bak serta sebagai pelaksana pengelolaan limbah cair. Pemeriksaan air hasil limbah dilakukan untuk memastikan bahwa hasil pengolahan tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, yang meliputi pemeriksaan parameter : - Fisika : suhu, warna, bau, kekeruhan - Kimia : ph, kandungan fenol, Total Dissolved Solid (TDS), Biologycal Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), dan Dissolved Oxygen (DO). Pemeriksaan COD dan TDS dilakukan pada bak penyaringan dan pengeluaran air. COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan zat-zat organik dalam satu liter sampel air. TDS adalah zat total padat yang meliputi padatan terlarut dan tidak terlarut dalam air. Nilai COD dan TDS di bak pengeluaran air maksimal 100 ppm serta dibandingkan dengan nilai COD dan TDS di bak penyaringan sehingga dapat diketahui apakah pengolahan limbah berjalan dengan baik.

72 62 Proses pengolahan limbah cair yaitu : 1. Bak Ekualisasi Unit penampungan utama limbah cair dari beberapa titik sumber penghasil limbah yang dialirkan melalui pipa utama (main pipe), dengan kapasitas 20 m Bak Reaksi/Penetralan Di dalam bak ini terjadi proses netralisasi sehingga diperoleh ph ± 7 (dengan penambahan NaOH 40% atau HCl 32%) karena pertumbuhan dan kemampuan kerja bakteri aerobik harus pada ph netral dengan suhu C. 3. Bak Separasi Air limbah dari bak penetralan akan terpompa menuju bak separasi, melalui dua proses yaitu : a. Pemisahan padatan halus, berat, dan materi-materi tidak larut b. Pengendapan suspensi padat dan memisahkan/menahan materi ringan dan berlemak. Air yang mengalir ini melintasi kanal berkisi-kisi (Fish bone weir), di kanal ini gas-gas yang terkandung dalam air sebagian akan mulai terurai. 4. Bak Aerasi 1 Pada bak ini ditambahkan PAC (Poly Alumunium Chloride) sebanyak tiga liter dosis 6% atau 12%. Kemudian, dilakukan pencampuran/pengadukan dengan menggunakan 8 buah diffuser selama satu jam. Selanjutnya air limbah didiamkan selama 1-2 jam dan gumpalan yang terbentuk akan turun karena gravitasi. 5. Bak Filtrasi 1 Bak ini berfungsi untuk proses penyaringan guna mendapatkan tingkat kejernihan air tertentu dengan menempatkan media berporositas yang tersusun dari karbon aktif (bagian atas) dan ijuk (bagian bawah).

73 63 6. Bak Aerasi 2 Pada bak ini ditambahkan bakteri SGB 104, yang berfungsi sebagai pengurai zat organik, mereduksi senyawa-senyawa fenol, dan beberapa senyawa kloro hidrokarbon. Proses pengadukan dilakukan dengan bantuan 10 buah diffuser. Pengadukan dilakukan selama lima menit kemudian didiamkan selama lima menit. 7. Bak Filtrasi 2 Berfungsi untuk penyaringan kedua dengan menggunakan karbon aktif. 8. Bak Settling Bak ini merupakan sarana pengendapan partikel halus. Partikel-partikel yang masih lolos dari proses aerasi dan proses filtrasi akan terkoagulasi oleh koagulan membentuk flok (gumpalan halus) dan mengendap. 9. Bak Desinfektan Berfungsi untuk mereduksi/menghilangkan bakteri patogen. Bak ini berisi ferrolite dilengkapi dengan tangki NaOCl 12%. Air dari bak settling dialirkan ke bak desinfektan dimana pada unit ini diinjekkan sejumlah NaOCl 12% menggunakan dosing pump. 10. Bak Stabilisasi Bak berbentuk lingkaran yang berfungsi untuk menstabilkan akumulasi air yang telah diinjek NaOCl. Dalam bak ini, unsur chloride cenderung terurai menjadi Cl 2 bebas, sedangkan unsur Na sebagai zat terlarut. 11. Kolam akhir (Effluent) Sarana penampungan akhir dari semua proses. Dilengkapi unit sirkulasi air yang dipompakan ke udara untuk menguraikan Cl 2 berlebih dan satu bak untuk pengontrolan akhir dari tempat pengambilan sampel air. Pemeriksaan IPAL dilakukan oleh QC dengan mengambil sampel pada bak stabilisasi. Pemeriksaan limbah cair ini juga dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak eksternal yang terstandarisasi seperti IPB.

74 Research and Development Department R&D Departement dipimpin oleh seorang Senior R&D Manager yang dibantu oleh Chemical Pharma Manager, Chemical Pharma Supervisor, Personal Care Product Development Supervisor, dan Natural Product Development Supervisor yang membawahi masing-masing bagian. R&D Departement bertanggung jawab langsung kepada Business Development & Corporate Product Planning Director Darya Varia Group. Gambar 3.14 Struktur organisasi Research and Development Department. R&D Department adalah suatu departemen yang berperan dalam pengembangan produk. Departemen ini menangani pengembangan produk untuk PT Prafa, PT Darya Varia Laboratories, dan PT Medifarma Laboratories. Tugas dan tanggung jawab R&D meliputi : 1. Pengembangan produk baru baik produk sendiri maupun produk lisensi (transfer teknologi).

75 65 2. Pengembangan produk yang telah ada (sudah diproduksi) baik pengembangan produk (formula) maupun pengembangan proses. 3. Evaluasi bahan baku alternatif. Gambar 3.15 Alur pengembangan produk baru. Pengembangan formula yang dilakukan oleh R&D hanya sampai pada proses pengemasan primer. Aktivitas R&D dimulai dari dikeluarkannya BOS (Bussiness Opportunity Sheet) dari Business Development. BOS berisi permintaan produk baru dan spesifikasi produk yang akan dikembangkan seperti nama produk, komposisi, packing size, bentuk sediaan, dan launching date. Pihak Business Development membuat spesifikasi pada BOS berdasarkan survei perkembangan produk di pasaran. Setelah BOS diterima, R&D melakukan studi literatur dari berbagai sumber seperti buku dan internet, meliputi evaluasi sifat fisik dan kimia bahan/zat aktif, studi kompabilitas, evaluasi produk kompetitor, menentukan eksipien yang akan digunakan dan spesifikasi obat/produk jadi dan kompetitor. Selanjutnya R&D melakukan trial skala laboratorium untuk mencari

76 66 beberapa formula yang sesuai dengan jumlah minimal dua formula. Besarnya jumlah produk pada trial skala laboratorium disesuaikan dengan kapasitas peralatan laboratorium R&D (biasanya g). Selanjutnya pada pilot scale trial dilakukan produksi sebanyak 3 bets terhadap satu formula yang dipilih dengan kapasitas 1/10 skala bets produksi atau tablet/kapsul. Produk yang dihasilkan selanjutnya dilakukan pengujian termasuk pengujian stabilitas oleh departemen QC. Sampel pilot scale juga dikirim ke marketing/principle untuk persetujuan produk. Pengujian stabilitas dilakukan selama enam bulan dengan kondisi suhu 40 o C±2 o C dan RH 75%±5% (uji dipercepat) dan minimal 12 bulan dengan kondisi suhu 30 o C±2 o C dan RH 75%±5% untuk pengajuan dokumen registrasi. Selanjutnya dilakukan pengajuan dokumen registrasi ke BPOM. Ketika menunggu hasil pengujian stabilitas dan nomor registrasi, R&D menyusun manufacturing procedure. Setelah nomor registrasi keluar maka dilakukan scale up dimana obat diproduksi dalam skala besar sesuai dengan batch size yang direncanakan pada production commercial batch. Tabel 3.2 Proses pengembangan produk baru. No 1 Departemen Yang Bertanggung Jawab Business Development 2 R&D R&D, Registrasi Proses Dokumen Permintaan produk baru BOS (Business Opportunity Sheet) Praformulasi (studi literatur) meliputi evaluasi sifat fisik dan kimia bahan/zat aktif, studi kompabilitas, evaluasi produk - kompetitor, menentukan eksipien yang akan digunakan dan spesifikasi obat/produk jadi Ketersediaan bahan baku - 3 Pembelian (Purchasing) 4 R&D Trial skala laboratorium - 5 QC Pengembangan metode analisis - Pengajuan dokumen praregistrasi QA, 6 ke BPOM Dokumen praregistrasi dan protokol validasi

77 QC R&D, PAC, Pembelian R&D, QC (Packaging Development), Pembelian R&D, Produksi, Accounting, Marketing, Business Development R&D, Produksi, QA, QC, Engineering (Tim Validasi) R&D, Registrasi QA, Pembelian QA, PAC, R&D, QA, QC, Produksi Ketersediaan bahan baku untuk pilot batch trial Ketersediaan bahan kemas untuk pilot batch trial Kalkulasi dan persetujuan COGS (Cost of Good Sale) Pilot batch trial : untuk oral solid, skala pilot minimal 1/10 skala produksi atau tablet/kapsul Studi stabilitas Pengajuan dokumen registrasi ke BPOM Ketersediaan bahan baku dan bahan kemas untuk produksi Initial production batch proses - - PCS (Product Commitment Sheet) Protokol dan laporan validasi proses Laporan stabilitas Dokumen Registrasi dan laporan validasi proses - - Laporan batch produksi - Catatan batch produksi untuk dispensing - Spesifikasi produk

78 68 BAB 4 PEMBAHASAN PT Prafa telah berupaya menjamin kesehatan, keamanan dan lingkungan sistemnya. Upaya penjaminan ini dibebankan kepada Koordinator HSSE yang bertanggungjawab langsung ke Corporate Department. Hal ini dilakukan untuk memenuhi aturan GMP dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Upaya penjaminan dilakukan melalui pelatihan dan pengawasan. Secara faktual, beberapa hal yang tidak sesuai dengan aturan HSSE adalah kecepatan kendaraan di lingkungan pabrik seperti kendaraan pengangkut barang. Selain itu, ditemukan juga ada barang yang terletak di dekat APAR yang berpotensi menghambat jangkauan dan penggunaan APAR pada saat keadaan darurat. Salah satu hal penting yang belum ada adalah jalur orang dan kendaraan di jalan di dalam lingkungan pabrik. Hal ini berpotensi menimbulkan kecelakaan dan ketidakteraturan. Sistem pengelolaan bahan baku, bahan kemas dan produk jadi telah berjalan dan terdokumentasi dengan baik. Sistem EXACT yang digunakan mampu menjamin semua barang memiliki ketertelusuran yang baik, transparan dan akuntabel. Untuk menjamin kesesuaian sistem dengan kondisi faktual, dilakukan pula pemantauan secara berkala. Proses penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran terlaksana dengan baik. Penerimaan dijamin melalui pemeriksaan secara detail secara administrasi dan faktual, bahwa barang dari pemasok sesuai dan tepat dari sisi kuantitas dan kualitas. Penyimpanan dijamin melalui kondisi ruangan yang disesuaikan dengan spesifikasi dan ditata secara efisien serta ruangan penyimpanan yang selalu dikualifikasi dan dipantau. Pengeluaran dijamin melalui pendokumentasian dan sistem yang baik serta menggunakan prinsip FEFO dan FIFO. Pada proses penimbangan, masih ditemukan bahwa pelaksanaan penimbangan tidak dilakukan sesuai prinsip empat mata, hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan penimbangan. Selain itu, penimbangan ulang 68

79 69 oleh pihak produksi hanya dilakukan untuk zat aktif saja, tetapi tidak untuk eksipien, hal ini berpotensi menyebabkan terjadinya kesalahan dan mempengaruhi hasil produksi yang tidak sesuai, seperti tablet yang regas karena kesalahan jumlah pengikat. Pada Gudang Obat Jadi, ditemukan beberapa produk masih menumpuk karena kapasitas tempat yang tidak memadai. Pada area produksi obat golongan beta laktam dan sefalosporin, masih berada pada satu area walau terpisah oleh gudang bahan kemas. Hal ini berpotensi terjadinya kontaminasi silang antara obat-obat atau obat-kemasan. Sehingga, diperlukan pembuatan area yang terpisah dan terjamin bahwa kontaminasi silang tidak terjadi. Walaupun kantin terpisah, tetapi beberapa orang dimungkinkan berpotensi menyebabkan kontaminasi silang, seperti ada orang-orang yang makan di kantin umum, serta petugas kantin umum dan kantin khusus yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan validasi bahwa hal ini dijamin tidak akan menimbulkan kontaminasi. Pada area produksi ini, masih ditemukan personel yang bekerja di area bising selama 1 shift, hal ini berpotensi mengganggu kesehatan personel. Selain itu, inspektor injeksi kering untuk evaluasi visual memiliki fase istirahat setiap 2 jam, hal ini berpotensi menimbulkan terjadinya kesalahan karena kejenuhan mata inspektor. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian kondisi optimal personel untuk mencegah terjadinya kesalahan personel akibat kejenuhan penglihatan atau pendengaran. Pengemasan sekunder dilakukan oleh Departemen Pengemasan Sekunder. Upaya pencegahan kontaminasi telah dilakukan dengan baik dimulai dari pemisahan area pengemasan untuk obat golongan beta laktam dan sefalosporin. Selain itu, selalu dilakukan line clearance dan re-check kemasan primer, sehingga produk yang dikemas sekunder tidak terkontaminasi dan terjamin secara kuantitas. Penjaminan mutu kemasan dilakukan melalui pengawasan mutu oleh IPC dan pemantauan tinta kode pada kemasan, leaflet dan kemasan sekunder. Pada area produksi Vicks Formula 44, terdapat area produksi sedian solid, semi solid dan inhaler, hingga pengemasan sekunder. Pada area produksi steril, telah dilakukan manajemen personalia yang baik karena hanya personalia yang

80 70 terkualifikasi dapat berada di ruang steril. Selain itu proses produksi telah divalidasi dengan metode media fill. Tetapi perlu dilakukan kajian manajemen resiko terhadap jumlah maksimal personel yang berada di dalam ruang steril yang masih dapat diterima dalam rangka menjamin sterilitas produk. Selain itu, perlu juga dilakukan kajian manajemen resiko terhadap proses pendokumentasian di dalam ruang steril seperti Batch Record, untuk menjamin tidak adanya kontaminasi akibat proses pendokumentasian. Ada keunikan pada area ini, ruang antara personel untuk ke kelas yang lebih bersih tidak dilengkapi dengan shower, karena berdasarkan regulasi terbaru, penggunaan shower berpotensi meningkatkan pelepasan partikel dari personel. Pada area produksi sediaan solid, proses pelaksanaan dan segala aspek telah memenuhi aspek CPOB. Ada aspek IPC yang tidak dilakukan terkait bulk, seperti sifat alir, laju alir dan indeks kompresibilitas, walaupun telah divalidasi tetapi personel bagian pengempaan masih menemukan ketidaksesuian berupa bulk yang sulit dikempa. Pada Departemen Penjaminan Mutu, sistem manajemen mutu telah berjalan dengan sangat baik. Manajemen resiko mutu telah dijalankan dan melibatkan semua elemen pabrik. Pada pelaksanaan analisis resiko mutu metode yang digunakan adalah Basic Risk Department Facilitation Methods (Ishikawa Diagram). Tetapi, belum ada personalia yang terkualifikasi dan pelatihan terkait manajemen resiko mutu. Pelaksanaan kualifikasi, validasi dan kalibrasi dilakukan dengan baik. Kalibrator juga diverifikasi secara berkala. Validasi proses, validasi pembersihan dan validasi media fill telah dilakukan dengan sangat baik. Untuk validasi sistem komputerisasi dilakukan pada Corporate Department. Pemenuhan CPOB selalu dikembangkan menjadi lebih baik melalui pemenuhan sistem seperti pelaksanaan audit yang berkala. Pada Departemen Pengawasan Mutu, bidang mikrobiologi, bidang IPC dan bidang kimia telah terlaksana dengan baik. Departemen ini yang bertanggungjawab dalam me-release bahan baku, bahan kemas dan produk ruahan untuk siap diproduksi menjadi produk jadi. Pada Departemen Teknik, pemeliharaan peralatan, penyediaan energi listrik serta pengelolaan air yang baik.

81 71 Air yang digunakan adalah air murni panas mengalir, sehingga dapat meminimalisir kontaminasi biologi. Pada Departemen Penelitian dan Pengembangan, telah dilakukan pengembangan produk dengan baik. Pengolahan limbah juga telah dilakukan dengan baik. Namun, adanya pabrik lain yang melakukan pembakaran dan menimbulkan asap hitam yang besar berpotensi mempengaruhi mutu dan keamanan produk. Pada dasarnya, pelaksanaan dan pemenuhan CPOB telah dilakukan dengan sangat baik dan terus ditingkatkan. Hal ini terbukti dari hasil audit regulator dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, menunjukkan pelaksanaan dan pemenuhan mutu mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. PT Prafa sangat baik menjadi sarana PKPA bagi apoteker untuk memahami perannya dalam produksi, pengawasan mutu dan penjaminan mutu karena pelaksanaan dan pemenuhan CPOB yang baik sehingga produk yang dihasilkan memenuhi kriteria bermutu, aman dan berkhasiat.

82 72 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab dalam produksi, pengawasan dan penjaminan mutu produk sehingga memenuhi kriteria bermutu, aman dan berkhasiat PT Prafa telah melaksanakan dan memenuhi segala aspek CPOB dengan baik Saran Perlu dilakukan peningkatan manajemen resiko mutu demi menjamin bahwa segala aspek yang dilakukan akan menghasilkan produk yang bermutu, aman dan berkualitas. 72

83 73 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : BPOM RI. Badan Pengawas Obat dan Makanan Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : BPOM RI. PIC/S Guide To Good Manufacturing Practice For Medicinal Products Annexes. Available online at : [Diakses pada 25 Februari 2013] PIC/S Recommendation on The Validation of Aseptic Processes. Available online at : [Diakses pada 25 Februari 2013] PIC/S Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme. Available online at : [Diakses pada 25 Februari 2013]

84 74 Lampiran 1. Peta Lokasi PT Prafa [Sumber: 8&hl=en&sa=N&tab=wl, telah diolah kembali ]

85 75 Lampiran 2. Denah PT Prafa

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAMIK YUNIARSIH, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. 073202125 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. PRAFA didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, yang berawal dari sebuah industri rumah tangga dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor Disusun Oleh: Rima Elfitra Rambe S.Farm. 083202068 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Lembar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. PRAFA didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, yang berawal dari sebuah industri rumah tangga dengan

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam industri manufaktur saat ini sebagian besar proses produksi dilakukan dengan menggunakan mesin sebagai pengganti tenaga manusia. Dimana dengan menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Januari 2011 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager Quality Operation Manager PPC Maintenance Personnel Affairs

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES

LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES LAMPIRAN 1 DENAH PT. OTTO PHARMACEUTICAL INDUSTRIES 78 Direktur Utama Divisi Pemasaran Produksi Direktur Pemasaran Divisi Pengembangan Bisnis Logistik Divisi Pabrik Ass. Pabrik Umum Divisi Manajemen Mutu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI JL. PULOGADUNG NO 6 JAKARTA (3 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2011) PERIODE XXXVII OLEH: NEHRU WIBOWO, S. Farm. NPM: 2448711103 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terdepan, suatu industri harus mampu mengoptimalkan produksinya dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, dengan semakin banyaknya industri baru yang muncul menjadikan persaingan antar industri semakin ketat. Sehingga, untuk menjadi yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL 2017 31 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: GRACIA GRISELDA, S.Farm NPM. 2448716031 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan. Bintang Toedjoe didirikan pada tanggal 29 April 1946 bertempat di Garut, Jawa Barat oleh seorang sinshe yang bernama Tan Jun Sie.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS 2015 09 OKTOBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: YUVITA ROSARY DEVA, S. Farm NPM. 2448715154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA Disusun Oleh : Handi Hendra, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO JL. PULOGADUNG NO. 6 KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JAKARTA (3OKTOBER 25NOVEMBER2011) PERIODE XXXVII OLEH: YOKO INDRAWAN, S. Farm. NPM: 2448711118 PROGRAM

Lebih terperinci

PERIODE XLVII. DISUSUN OLEH: YUHANA.SR., S. Farm. NPM

PERIODE XLVII. DISUSUN OLEH: YUHANA.SR., S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI 1 AGUSTUS 2016 27 SEPTEMBER 2016 PERIODE

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Tehnical Director Angelito Racho. Plant Manager Antonius Sutaryo. TS Mgr J. Santoso. Logistic Mgr Yun Lisnawati. PPIC Spv.

Tehnical Director Angelito Racho. Plant Manager Antonius Sutaryo. TS Mgr J. Santoso. Logistic Mgr Yun Lisnawati. PPIC Spv. Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. Prafa Tehnical Director Angelito Racho Plant Manager Antonius Sutaryo QA Mgr Emy Pujiastuti Prod. Mgr Budi Handoyo Logistic Mgr Yun Lisnawati TS Mgr J. Santoso PGA Mgr

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: CYNTHIA TANUJAYA., S.Farm. NPM

DISUSUN OLEH: CYNTHIA TANUJAYA., S.Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI 3 APRIL 2017 31 MEI 2017 PERIODE XLVIII

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH : RIA DEVI ANITA PRIMANINGTYAS, S.Farm. NPM

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH : RIA DEVI ANITA PRIMANINGTYAS, S.Farm. NPM LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JALAN ANGSANA RAYA BLOK A3 NO. 1 DELTA SILICON 1 KAWASAN INDUSTRI LIPPO CIKARANG BEKASI (3 APRIL 2017 31 MEI 2017) PERIODE XLVIII

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi, 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Tentang Perusahaan Pada bab tiga, akan diuraikan lebih banyak mengenai perusahaan yaitu gambaran sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager Quality Operation Manager PPC Maintenance Personnel Affairs

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010

Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Lampiran 1. Struktur Organisasi PT. PRAFA per 1 Juni 2010 Plant Manager Secretary Logistic Manager TS Manager PGA Manager Production Manager PPC Maintenance Personnel Affairs Solid NBL Senior RM&PM Warehouse

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN BAB III KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI P.T. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN 3.1 Keterlibatan Dalam Produksi Praktek Kerja Profesi Apoteker di P.T. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan, dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (18 APRIL 2016 27 MEI 2016) PERIODE XLVI DISUSUN OLEH: DANIEL ADIARTHA S.Farm.

Lebih terperinci

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APRILYA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan penulis adalah peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal penjualan dan

Lebih terperinci

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (07 SEPTEMBER 2015 13 OKTOBER 2015) PERIODE XLV Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT XY didirikan pada tahun 1988 berlokasi di Jakarta. PT XY didirikan untuk menghasilkan dan memasarkan berbagai produk obat-obatan bermutu.

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JABABEKA INDSUTRIAL ESTATE I, CIKARANG JALAN JABABEKA VI BLOK J3, BEKASI (7 SEPTEMBER 30 OKTOBER 2015) PERIODEXLV DISUSUN OLEH :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL MEI 2017) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: REYNANDA VIOLINA AGUS DAMAYANTI., S.Farm.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun Saat ini

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun Saat ini BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1. Sejarah PT. Universal Pharmaceutical Industries didirikan pada tahun 1975 dan mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik pada tahun 1995. Saat ini dalam

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm.

Lebih terperinci

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JL. ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICONE 1 LIPPO CIKARANG BEKASI (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap

BAB IV PEMBAHASAN. Pada proses ini penulis melakukan proses interview dan observation terhadap BAB IV PEMBAHASAN Proses audit operasional dilakukan untuk menilai apakah kinerja dari manajemen pada fungsi pembelian dan pengelolaan persediaan sudah dilaksanakan dengan kebijakan yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI

DOKUMENTASI DOKUMENTASI PENDAHULUAN Dokumentasi adalah suatu bukti yang dapat dipercaya pada penerapan/pemenuhan CPOTB. Mutu yang direncanakan adalah satu-satunya solusi untuk mengatasi keluhan yang terkait dengan

Lebih terperinci