UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MAMIK YUNIARSIH, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP, BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker MAMIK YUNIARSIH, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii

3

4 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Angkatan LXXVI, di PT Pradja Pharin (Prafa) yang dilaksanakan mulai tanggal 8 Januari 28 Februari Selain untuk memperoleh tambahan ilmu mengenai industri farmasi, laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Apoteker di. Selama pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT Pradja Pharin dan penyusunan laporan ini, penulis memperoleh bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Antonius Sutaryo, Apt., selaku Plant Manager PT Prafa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA di PT Prafa. 2. Ibu Aprilia Primadawaty, S.Farm., Apt., selaku Validation and Calibration Supervisor sekaligus pembimbing PKPA dari PT Prafa yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan pengetahuan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan ini. 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri M.Si., Apt., selaku pembimbing PKPA dari Fakultas Farmasi yang telah memberikan bimbingan, serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini. 4. Bapak Antonius Raino Dymita S.Si., Apt., selaku Quality Assurance Manager di PT Prafa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA dan tugas khusus di departemen QA. 5. Bapak Teguh Supriyanto, selaku Personal and General Affair Manager dan koordinator pelaksanaan PKPA di PT Prafa. 6. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS., selaku ketua Fakultas Farmasi. iv

5 7. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi dan pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan Apoteker di Fakultas Farmasi. 8. Seluruh supervisor, section head dan staf di PT Prafa atas bimbingan, arahan dan ilmu yang diberikan selama pelaksanaan PKPA ini. 9. Seluruh staf pengajar dan tata usaha program pendidikan profesi apoteker Fakultas Farmasi UI. 10. Keluarga yang telah memberikan kasih sayang, semangat, dukungan, dan doa sehingga penulis bisa melaksanakan PKPA dan menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin. 11. Redho Meisudi, S.Farm selaku teman seperjuangan PKPA di PT Prafa. 12. Teman-teman Apoteker angkatan LXXVI atas perjuangan, semangat, dan kerjasamanya. 13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan dalam laporan ini. Semoga laporan PKPA ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan kepada siapapun yang mebacanya. Penulis 2013 v

6

7 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat yang Baik... 5 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) Sejarah Berdirinya PT Pradja Pharin (Prafa) Struktur Organisasi Visi, Misi dan Nilai Perusahaan Lokasi dan Sarana Produksi Produk PT Prafa Pembagian Departemen di PT Prafa BAB 4 PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Internal Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Kualifikasi dan Validasi BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN vi

8 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Daftar contoh original product PT Prafa Tabel 3.2 Daftar contoh produk toll manufacturing yang diproduksi di PT Prafa vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur organisasi PT Prafa Lampiran 2. Struktur organisasi departemen logistik Lampiran 3. Bagan alur penerimaan bahan baku dan bahan kemas Lampiran 4. Struktur organisasi departemen produksi Lampiran 5. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode granulasi basah Lampiran 6. Alur produksi sediaan solid dengan metode granulasi kering Lampiran 7. Alur produksi sediaan solid dengan metode spraying Lampiran 8. Proses produksi sediaan steril Lampiran 9. Alur proses pengemasan sentral Lampiran 10. Struktur organisasi departemen QA Lampiran 11. Struktur organisasi departemen QC Lampiran 12. Struktur organisasi Technical Services Department Lampiran 13. Struktur organisasi departemen Personal and General Affairs (PGA) Lampiran 14. Struktur organisasi departemen R&D Lampiran 15. Alur pengembangan produk baru viii

10 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kemajuan pembagunan Indonesia. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diperlukan sarana utama, yaitu obat. Syarat obat tersebut untuk dapat beredar di masyarakat adalah obat tersebut harus bermutu, aman, dan berkhasiat. Persyaratan obat dibuat sedemikian ketat karena obat merupakan zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup manusia. Aktifitasnya yang vital dalam mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Untuk memastikan jika setiap obat yang dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah ditetapkan diperlukan suatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pedoman tersebut adalah Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, CPOB adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaannya. Semua industri farmasi harus menerapkan CPOB dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat (Menteri Kesehatan RI, 2010). Untuk menjamin keamanan dan khasiat serta mengendalikan mutu produk obat maka diperlukan tenaga profesional di industri farmasi. Tenaga profesional yang dimaksud adalah apoteker. Dalam industri farmasi, apoteker tersebut harus bertanggung jawab pada bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi (Presiden RI, 2009). Apoteker sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dalam menerapkan seluruh aspek yang tercantum dalam CPOB agar dihasilkan obat yang berkhasiat, aman dan bermutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang memadai serta harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi dan 1

11 2 pengawasan mutu (Presiden RI, 2009). Berdasarkan hal tersebut, maka seorang calon apoteker harus memahami tanggung jawab profesinya secara nyata. Melalui teori yang telah dibekali sebelumnya, calon Apoteker diharapkan memiliki pemahaman awal mengenai penerapannya di dunia nyata. Pemahaman tersebut dapat diperoleh melalui sebuah praktek kerja profesi di industri farmasi. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI menjalin kerjasama dengan PT Pradja Pharin (Prafa) dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar para calon Apoteker mendapatkan gambaran dan pemahaman dibidang industri farmasi. Praktek kerja profesi ini berlangsung dari periode 8 Januari 28 Februari Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di industri farmasi PT Pradja Pharin (Prafa), bertujuan agar para calon Apoteker : a. Mengetahui dan memahami penerapan aspek-aspek CPOB di industri farmasi, khususnya PT Pradja Pharin (Prafa). b. Mengetahui tugas serta tanggung jawab seorang apoteker di industri farmasi.

12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan kontrasepsi, untuk manusia. Adapun yang dimaksud dengan bahan obat adalah bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengelolaan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi (Menteri Kesehatan RI, 2010) Persyaratan Industri Farmasi (Menteri Kesehatan RI, 2010) Setiap pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi. Oleh karena itu, industri farmasi sebagai pemohon wajib memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Persyaratan industri farmasi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah sebagai berikut: a. berbadan usaha berupa perseroan terbatas; b. memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak; 3

13 4 d. memiliki secara tetap paling sedikit tiga orang apoteker Warga Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu; dan e. komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian. Persyaratan huruf a dan huruf b dikecualikan bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Izin Usaha Industri Farmasi (Menteri Kesehatan RI, 2010) Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan. Sebelum dapat mengajukan permohonan izin industri farmasi, pemohon harus melaksanakan tahap persetujuan prinsip. Persetujuan prinsip ini diberikan oleh Direktur Jenderal kepada industri farmasi untuk melakukan persiapan-persiapan dalam melakukan pembangunan fisik industri farmasi. Persetujuan prinsip tersebut berlaku selama 3 tahun. Selama melakukan pembangunan fisik, pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan informasi kemajuan pembangunan fisik setiap 6 bulan sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas kesehatan provinsi. Izin industri farmasi berlaku untuk seterusnya selama industri farmasi yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi dilakukan bila Industri Farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri Farmasi: a. Melakukan pindah tangan hak milik izin usaha industri farmasi dan perluasan tanpa izin. b. Tidak menyampaikan informasi industri tiga kali berturut-turut atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar. c. Melakukan pemindahan lokasi industri tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia. d. Dengan sengaja memproduksi obat atau bahan baku obat yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (obat palsu).

14 5 e. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi 2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (BPOM, 2006; BPOM, 2009; PIC/S, 2013) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan suatu konsep dalam industri farmasi yang menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu untuk menjamin bahwa obat yang dihasilkan secara konsisten memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Ada 4 landasan umum dalam CPOB 2006 yaitu : a. Pada pembuatan obat pengawasan secara menyeluruh adalah sangat essensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan obat secara sembarangan tidak dibenarkan bagi obat yang akan digunakan sebagai penyelamat jiwa atau memulihkan atau memelihara kesehatan. b. Tidaklah cukup apabila obat jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang menjadi sangat penting adalah mutu harus dibentuk ke dalam produk. Mutu obat tergantung pada bahan awal, proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat. c. Untuk menjamin mutu suatu obat jadi tidak boleh hanya mengandalkan hanya pada pengujian tertentu saja. Semua obat hendaklah dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat. d. CPOB merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan yang dikehendaki. Ruang lingkup CPOB 2006 meliputi: manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, proses produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian, dokumentasi, pembuatan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan validasi.

15 Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen mutu bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu Kebijakan Mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem Pemastian Mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Ini harus sepenuhnya didokumentasikan dan dipantau efektivitasnya. Unsur dasar manajemen mutu adalah a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan sumber daya. b. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh karena itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memeroleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan. Kesehatan personil hendaklah dilakukan pada saat perekrutan, sehingga dapat dipastikan bahwa semua calon karyawan (mulai dari petugas kebersihan, pemasangan dan perawatan peralatan, personil produksi dan pengawasan hingga personil tingkat manajerial) memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik

16 7 sehingga tidak akan berdampak pada mutu produk yang dibuat. Disamping itu hendaklah dibuat dan dilaksanakan program pemeriksaan kesehatan berkala yang mencakup pemeriksaan jenis-jenis penyakit yang dapat berdampak pada mutu dan kemurnian produk akhir. Untuk masing-masing karyawan hendaklah ada catatan tentang kesehatan mental dan fisiknya. Jumlah personil yang memadai sangat mempengaruhi proses produksi. Kekurangan jumlah personil cenderung mempengaruhi kualitas obat, karena tugas akan dilakukan secara tergesa-gesa dengan segala akibatnya. Disamping itu, kekurangan jumlah karyawan biasanya mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator ataupun supervisor atau bagi personil pada tingkat lebih atas yang melakukan evaluasi dan atau mengambil keputusan. Struktur organisasi industri farmasi dibuat sedemikian rupa sehingga bagian produksi, pemastian mutu, dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan, yang tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personil tersebut tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial. Kepala bagian produksi, pemastian mutu dan pengawasan mutu harus seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Industri farmasi memberikan pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel teknik, perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personel lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Disamping pelatihan dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan juga diberikan dan efektivitas penerapannya dinilai secara berkala tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing. Kemudian hendaknya

17 8 disediakan juga program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-masing dan catatan pelatihan juga hendaknya disimpan Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat sebaiknya memiliki desain, konstruksi, dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan sebaiknya sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Bangunan dan fasilitas dikonstruksi, dilengkapi, dan dirawat dengan tepat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat, kutu, atau hewan lain. Bangunan dan fasilitas hendaknya dirawat dalam kondisi bersih dan rapi Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari batch ke batch dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya serta tidak berakibat buruk pada produk. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara, atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan kering dan bersih. Peralatan juga ditempatkan sedemikian rupa

18 9 untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan dipasang sedemikian rupa untuk menghindari risiko kekeliruan atau pencemaran. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian produk Sanitasi dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaknya diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran potensial sebaiknya dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur pembersihan, sanitasi dan higiene hendaknya divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur memenuhi persyaratan. Pada CPOB 2006, sanitasi yang dimaksud meliputi sanitasi bangunan dan fasilitas serta peralatan. Sedangkan untuk higiene meliputi higiene perorangan (personil) Produksi Produksi hendaknya dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi sebaiknya dilakukan dan diawasi oleh personel yang kompeten. Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan, peralatan, sanitasi dan higiene sampai dengan pengemasan Aspek produksi mencakup spesifikasi bahan awal; validasi proses; pencegahan pencemaran silang; sistem penomoran bets/lot produk ruahan, produk antara atau produk jadi; penimbangan dan penyerahan bahan baku obat; pengembalian bahan baku obat; pengolahan bahan baku menjadi produk obat jadi;

19 10 kegiatan pengemasan; pengawasan selama proses produksi dan karantina produk jadi. Semua prosedur produksi hendaknya divalidasi dengan tepat, sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan catatan hasilnya hendaknya didokumentasikan. Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian alat maupun penggantian asal bahan baku, hendaknya dilakukan validasi ulang. Hal ini untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan Pengawasan Mutu Pengawasan mutu adalah semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan produk dan dirancang untuk menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan, kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi. Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Bagian Pengawasan Mutu harus independen dari bagian lain dan di bawah tanggung jawab dan wewenang seorang dengan kualifikasi dan pengalaman yang sesuai, yang membawahi satu atau beberapa laboratorium. Sarana yang memadai harus tersedia untuk memastikan bahwa segala kegiatan Pengawasan Mutu dilaksanakan dengan efektif dan dapat diandalkan. Pengawasan mutu mencakup semua kegiatan analisis yang dilakukan di laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel

20 11 pertinggal, menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metoda pengujiannya Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri adalah audit yang dilakukan oleh orang dalam organisasi sendiri untuk memastikan pemenuhan terhadap CPOB dan peraturan pemerintah. Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaknya dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya bila juga menggunakan auditor luar yang independen. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Audit mutu merupakan suatu inspeksi dan penilaian independen terhadap seluruh atau sebagian dari sistem mutu dengan tujuan tertentu untuk meningkatkan sistem mutu tersebut. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan Penanganan Keluhan terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat dan kemungkinan pemalsuan obat hendaknya dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis mengenai tindakan yang perlu dilakukan, termasuk tindakan penarikan kembali obat jika diperlukan. Untuk menangani

21 12 keluhan hendaknya ditunjuk personil untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Hendaknya ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat urgensinya. Personil tersebut hendaknya independen terhadap bagian penjualan dan pemasaran. Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan, daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang dapat menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya hendaklah didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan, dokumentasi hendaknya mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan personil yang menyaksikan pemusnahan Dokumentasi Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi meliputi seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang berkaitan dengan pembuatan obat. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

22 13 Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen sangat penting. Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk (Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Dokumen hendaknya didesain, disiapkan, dikaji, dan didistribusikan dengan cermat. Dokumen hendaknya dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Bila suatu dokumen direvisi, hendaklah dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Kualifikasi dan Validasi Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang

23 14 digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaknya divalidasi. Pendekatan dengan kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Seluruh kegiatan validasi hendaknya direncanakan terlebih dahulu. Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan). Rencana Induk Validasi hendaklah merupakan dokumen yang singkat, tepat dan jelas. Protokol validasi tertulis hendaklah merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan serta merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan. Lalu, dibuat laporan yang mengacu pada protokol kualifikasi dan/atau validasi yang memuat ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol sebaiknya didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai. Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, kemudian diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melakukan tahap kualifikasi dan validasi selanjutnya

24 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA) 3.1 Sejarah Berdirinya PT Pradja Pharin (Prafa) PT Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto. Perusahaan ini berkembang dari sebuah industri rumah tangga dengan karyawan berjumlah 20 orang di areal berukuran 325 m 2 hingga menjadi perusahaan farmasi besar yang memproduksi lebih dari 100 jenis sediaan obat. Pada tahun 1968 karena semakin luasnya pasar dan semakin kuatnya kepercayaan prinsipal utama, PT Prafa ditunjuk sebagai importir dan penyalur tunggal sah di Indonesia bagi Meiji Seika Jepang. Pada tahun 1971, PT Prafa menjadi perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan tujuan untuk meningkatkan fasilitas produksi yang lebih besar. Sejak saat itu dimulai pembangunan pabrik di areal seluas 2300 m 2 di jalan Bandengan Selatan 58 A Jakarta Utara dan PT Prafa mulai memproduksi berbagai jenis sediaan yang jumlahnya semakin besar. Pada tahun 1988, PT Prafa mulai tumbuh menjadi suatu industri farmasi dengan ± 1000 karyawan, 200 jenis sediaan obat berkualitas dan dengan penanaman modal mencapai lebih dari 10 miliar rupiah. Pada tahun yang sama, dimulai pengembangan pabrik modern di areal seluas 12 hektar, dengan luas bangunan m 2 yang terletak di Desa Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pembangunan pabrik baru ini selesai pada tahun 1990 dan PT Prafa resmi pindah ke lokasi tersebut sampai sekarang. Pabrik tersebut dirancang dan dibangun sesuai dengan aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan semua fasilitas dibangun dengan teknologi yang mutakhir. Pada tahun 1989, PT Prafa memperoleh lisensi dari DONG-A Pharmaceutical, Korea, untuk memproduksi minuman tonik Bacchus-D dan memperoleh lisensi dari ANDRELON Cosmetic B.V yang merupakan salah satu produsen kosmetika utama di Belanda. Pada tahun 1995, PT Prafa melakukan akuisisi dengan Darya Varia Group dan dibeli oleh First Pacific Investment, Hongkong. Darya Varia Group terdiri 15

25 16 dari tiga perusahaan yaitu PT Darya Varia Laboratoria, PT Kenrose Indonesia dan PT Dupa dengan distributor PT Wigo Distributor Farmasi. Pada tahun 1998, PT Dupa dan PT Kenrose ditutup sebagai upaya restrukturisasi usaha bagi perseroan (Darya Varia Group). Mulai tanggal 21 Desember 2001 hingga sekarang PT Pradja Pharin diambil alih oleh United Laboratories, Inc. (UNILAB), Filipina. Selain PT Prafa, yang tergabung dalam UNILAB Indonesia / Darya Varia Group adalah PT Darya Varia Laboratories dan PT Medifarma Laboratories. PT Prafa juga menerima kontrak kerjasama dalam proses produksi dari perusahaan lain atau dikenal dengan istilah contract manufacture atau toll manufacturing, baik dari prinsipal multinasional maupun lokal. Prinsipal multinasional yang melakukan toll manufacturing antara lain Procter & Gambler (P&G), Actavis dan Novartis, sedangkan prinsipal lokalnya yaitu PT Novell, PT Pharos, PT Lapi, PT Pyridam, PT Mahakam Beta Farma, PT Guardian Pharmatama, PT Nufarindo dan PT Kalbe Farma. Sejak tahun 2003, PT Prafa mulai diaudit oleh P&G namun penilaian yang didapat pada saat itu adalah 44%. Setelah dilakukan perbaikan, P&G melakukan audit kembali oleh tahun 2004 dan poin audit bertambah menjadi 72%. Dalam kurun waktu satu tahun, PT Prafa berhasil menaikkan pointnya menjadi 92% saat diaudit kembali oleh P&G. Sejak saat itu, PT Prafa dipercaya oleh perusahaan P&G untuk menerima toll manufacturing, dengan produk Vicks Formula 44, Vicks Vaporub dan Vicks Inhaler. Pada tahun 2008, 2009, dan 2010 pada audit yang dilakukan oleh P&G pada PT Prafa, P&G memberikan point 100%. Pada tahun 2008, perusahaan Novartis juga melakukan toll manufacturing kepada PT Prafa untuk memproduksi tablet effervescent Ca-Sandoz. Pada tahun yang sama juga, PT Prafa mendapatkan QAC (Quality Assurance Capability) 100% dan sudah mempertahankannya selama dua periode bertrut-berturut. Pada tahun 2009, Darya Varia Group melakukan project spesialization. PT Medifarma Laboratories dikhususkan pada produksi high volume solid order dan OTC, PT Darya Varia Laboratories dikhususkan pada produksi soft gelatin capsul, sediaan liquid dan semisolid, sedangkan PT Prafa dikhususkan pada produksi low volume solid order, produk ethical (solid dan injeksi), antibiotik betalaktam dan sefalosporin (solid dan injeksi), serta produk toll manufacturing. Banyak prinsipal

26 17 lokal dan multinasional yang melakukan toll manufacturing sehingga PT Prafa dispesialisasikan sebagai Centre of Excellent Toll Manufacturing. 3.2 Struktur Organisasi PT Prafa dipimpin oleh seorang Plant Manager yang membawahi tujuh departemen, yaitu Logistic, Production, Quality Assurance, Quality Control, Technical Service, PGA (Personal and General Affairs), dan R&D (Research and Development). Masing-masing departemen tersebut dipimpin oleh seorang manager dan dibantu oleh beberapa orang supervisor. Bagan struktur organisasi PT Prafa bisa dilihat pada lampiran Visi, Misi dan Nilai Perusahaan Visi Visi dari PT Prafa adalah menjadi salah satu dari lima perusahaan farmasi terbesar di Indonesia Misi Misi dari PT Prafa adalah Kami membangun Indonesia yang sehat secara bertahap setiap orang di setiap waktu, dengan menyediakan produk dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, serta mendorong promosi kesehatan, bekerja sama dalam sebuah keluarga BERSATU Nilai Perusahaan PT Prafa memiliki nilai-nilai perusahaan yang disingkat BERSATU, yakni: a. Bayanihan, yaitu kami bekerjasama dalam semangat gotong royong demi kemajuan perusahaan b. Etos keterbukaan, yaitu kami mengutamakan komunikasi yang transparan, jujur dan saling menghormati serta meningkatkan kolaborasi yang tulus di dalam perusahaan. c. Rasa peduli, yaitu kami menghargai sesama dan membina hubungan baik antar rekan kerja dan dengan masyarakat sekitar kami.

27 18 d. Semangat untuk maju, yaitu kami selalu mengupayakan yang terbaik untuk memberi hasil yang melampaui harapan para pemangku kepentingan. e. Ahli di bidangnya, yaitu kami menguasai bidang pekerjaan kami dan memegang teguh panduan profesional yang berlaku. f. Tanggung jawab, yaitu kami bertanggung jawab terhadap apa yang kami katakan dan perbuat. g. Utamakan pelanggan, yaitu kami memberikan kepuasan lebih kepada pelanggan melalui cara unik dan relevan yang memberikan nilai tambah pada kehidupan mereka. 3.4 Lokasi dan Sarana Produksi Kantor pusat PT prafa berada di Talavera Office Park, 8th-10th Floor, Jl. Letjen Simatupang No , Jakarta. Sedangkan pabrik PT Prafa terletak di Desa Karang Asem Barat, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pabrik ini menempati lahan seluas 12 hektar dengan luas bangunan m 2. Sarana produksi yang dimiliki PT Prafa antara lain: a. Bangunan utama terdiri dari tiga gedung besar, yaitu: 1. Gedung pertama, digunakan sebagai ruang kantor, produksi non betalaktam, ruang produksi dan kemas P&G, departemen R&D dan ruang central packaging. 2. Gedung kedua, digunakan sebagai ruang departemen Quality Assurance (QA), departemen Quality Control (QC), departemen logistik, kantor PPC, gudang bahan baku dan bahan kemas P&G serta gudang bahan baku Prafa. 3. Gedung ketiga, digunakan untuk lokasi produksi betalaktam dan sefalosporin serta gudang bahan kemas Prafa. b. Bangunan penunjang, meliputi gedung Technical Service, instalasi listrik, Air Handling Unit (AHU), compressed air unit, steam unit, waste water treatment, water system unit, masjid, kantin, unit laundry, area parkir dan pos satpam. c. Bangunan lain, seperti gudang obat jadi, gudang api untuk penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar, pengolahan limbah, dan insinerator.

28 Produk PT Prafa Sehubungan diberlakukan project spesialization pada tahun 2009 oleh Darya Varya Group, maka PT Prafa saat ini hanya memproduksi sediaan tablet dan kapsul dalam skala kecil, sediaan steril seperti infus 100 ml, larutan injeksi, suspensi injeksi, injeksi kering dan dry syrup, serta antibiotik betalaktam dan sefalosporin. Produk yang diproduksi oleh PT Prafa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu original product yang merupakan produk keluaran PT Prafa sendiri dan produk toll manufacturing yang merupakan produk keluaran prinsipal lain yang diproduksi oleh PT Prafa. Berikut merupakan contoh produk yang diproduksi di PT Prafa: Tabel 3.1. Daftar contoh original product PT Prafa Jenis Bentuk Sediaan Contoh Produk Sediaan Non Steril 1. Tablet Griseofulvin 500 mg, Mediamer Moloco, Paratusin tablet, Spasmal, Vicee 2. Kapsul Urticef 50 mg 1. Infus Fortagyl 100 ml 2. Dry Injection Cefurox Sediaan 3. Suspension Ready for Injection Cortison acetat injection Steril 4. Solution Ready for Paramidon Injection 15 ml, Injection Paradryl Injection 15 ml

29 20 Tabel 3.2. Daftar contoh produk toll manufacturing yang diproduksi di PT Prafa No. Nama Pabrik Contoh Produk 1. P&G Vicks F44 child, adult, DT, Vicks F44 DT sachet, Vicks Inhaler, Vicks Vaporub 2. PT. Pharos Amoxilin caps, Ranin Injeksi, Narfoz, Hipnoz, Zemyc infus 3. PT. Lapi Lapimox, Lapicef, Neuciti, Cravox infus 4. PT. Guardian Pramatama Q cef, Nufit, Goforan, Nixaven, Merem 1g inj 5. PT. Pyridam Pyricef, Gifincev, Caronem 6. PT. Novartis-Sandoz Ospamox, Banadoz, Surpas, Biotriax 7. PT. Kalbe Farma Clavamox, Bactesyn, Calmoxillin 1g 8. PT. Nufarindo Nufaclav, Nufirom 9. PT. Mahakam Beta Farma Fobet, betrix, Anfix, Cefoject. 3.6 Pembagian Departemen di PT Prafa Struktur organisasi PT Pradja Pharin (Prafa) seperti terlampir pada lampiran 1. PT Prafa dipimpin oleh seorang plant manager dan memiliki tujuh departemen, yang masing-masing dipimpin oleh seorang manager dan dibantu oleh beberapa supervisor. Pembagian departemen di PT Prafa, yaitu Logistic Department Logistic Department dipimpin oleh seorang manajer yang membawahi bagian Raw Material (RM) and Packaging Material (PM) Warehouse, Finished Good Warehouse, dan Personal Activity Control (PAC), yang masing-masing dipimpin oleh seorang supervisor. Struktur organisasi departemen logistik bisa dilihat pada lampiran 2. Departemen ini menggunakan program komputer EXACT sebagai sistem pencatatan stok. Logistic Department mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam: a. Merencanakan produksi b. Mengendalikan persediaan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi. c. Merencanakan pengadaan bahan baku dan bahan kemas dari pemasok Raw Material (RM) and Packaging Material (PM) Warehouse

30 21 Gudang Raw Material dan Packaging Material ini ditujukan sebagai tempat penyimpanan seluruh bahan baku dan bahan kemas, baik untuk kegiatan produksi produk Prafa maupun toll manufacturing. Secara khusus, area penyimpanan bahan P&G dan bahan toll manufacturing ditempatkan di lokasi tersendiri, sementara bahan baku berupa zat aktif untuk kegiatan produksi betalaktam dan sefalosporin disimpan di area gudang yang terpisah secara fisik dari gudang lain. Selain itu, terdapat juga gudang api yang berisi barang-barang yang bersifat mudah terbakar. Letaknya terpisah secara fisik dengan bangunan lainnya. Tugas dan tanggung jawab dari bagian gudang bahan baku dan bahan kemas ini antara lain: a. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan barang serta mengelola semua inventoris yang meliputi bahan baku (Raw Material) dan bahan kemas (Packaging Material). b. Menjaga kualitas dan kuantitas bahan baku (Raw Material) dan bahan kemas (Packaging Material) di dalam gudang sesuai dengan persyaratan dan ketentuan dari CPOB. c. Memonitor persediaan (stok) dari bahan baku (Raw Material) dan bahan kemas (Packaging Material). Secara umum, bagian gudang bahan baku dan bahan kemas ini mempunyai 4 fungsi, yaitu penerimaan, penyimpanan, pengeluaran dan penimbangan barang. a. Penerimaan Barang Proses penerimaan barang yang berupa bahan baku ataupun bahan kemas dari pemasok diawali dengan pemesanan barang oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory Control) dengan menggunakan Purchase Order Request (POR), kemudian bagian purchasing membuat dan mengirimkan Purchase Order (PO) ke pemasok yang dituju. Pemasok kemudian datang membawa barang pesanan beserta surat jalan dan Certificate of Analysis (CoA) dari barang tersebut sesuai dengan PO. Pada saat penerimaan barang, selain memeriksa kondisi barang dan kesesuaian barang dengan pesanan, petugas gudang juga harus memeriksa kondisi supir dan truk yang datang. Supir harus berpakaian sopan, bersepatu, dan memiliki SIM sedangkan truk diperiksa kondisi fisiknya seperti kebersihan, ada atau tidaknya kerusakan pada bagian langit-langit dan lantai truk dan bila truk bak

31 22 terbuka, harus ditutupi dengan dua lapis terpal yang tahan air. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak terjadi kontaminasi terhadap barang yang diangkut sehingga kualitasnya tetap terjamin. Setelah kondisi dan kesesuaian jumlah barang diperiksa, petugas gudang kemudian menuliskan hasilnya pada Incoming Material Checklist (IMC). Bila sudah sesuai dengan persyaratan, barang akan diterima dan dilanjutkan dengan pemberian paraf dan stempel pada surat jalan. Setelah itu, barang dipaletisasi (disusun pada palet) dan petugas gudang menempelkan label quarantine (warna kuning) dan No. GRN (Good Receipt Number) pada tiap pallet serta mencetak bincard. Selanjutnya petugas gudang akan membuat Purchase Receipt Local (PRL) atau Purchase Receipt Import (PRI) (untuk barang impor) sebagai bukti penerimaan bahan baku atau bahan kemas. Setelah itu, petugas QA Inspector akan datang ke gudang untuk melakukan sampling terhadap barang yang masuk. Jika sesuai dengan spesifikasi, maka barang tersebut akan diluluskan dan ditempelkan label QA released berwarna hijau, jika tidak sesuai spesifikasi, maka barang tersebut tidak diluluskan dan ditempelkan label rejected berwarna merah. Kemudian bincard dari barang yang memenuhi spesifikasi tersebut juga akan distempel QA released dan diubah statusnya menjadi released pada sistem EXACT. Pada bhan yang tidak memenuhi spesifikasi, bahan tersebut akan ditolak dan dikembalikan ke pemasok atau dimusnahkan di PRAFA sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Untuk lebih jelasnya, alur barang yang dikelola departemen ini dapat dilihat pada lampiran 3. b. Penyimpanan Barang Penyimpanan barang baik itu bahan baku maupun bahan kemas harus mengikuti persyaratan kondisi penyimpanan yang baik sesuai dengan List of Approved Supplier, terutama terkait dengan suhu penyimpanan. Suhu penyimpanan sangat diperhatikan karena sangat mempengaruhi kualitas barang. Berdasarkan alasan tersebut, gudang umumnya memiliki beberapa area penyimpanan, antara lain:

32 23 1) Non AC Area, yaitu ruangan dengan suhu 30 C dan kelembaban 75%, untuk menyimpan bahan-bahan yang stabil pada ruangan non AC atau suhu kamar. 2) AC Area, yaitu ruangan dengan suhu 25 o C dan kelembaban 65% untuk menyimpan bahan-bahan yang yang stabil pada ruangan AC. 3) Cool Storage Area, yaitu ruangan dengan suhu 2-8 o C untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah meleleh pada suhu kamar. Penyimpanan untuk barang-barang fast moving diletakkan di dekat pintu keluar dengan maksud untuk memudahkan pengambilan. Masing-masing stok barang memiliki kartu bincard dengan tujuan untuk mencatat kegiatan keluar-masuk barang, jumlah dan tanggal transaksi serta untuk memudahkan pengambilan barang dari rak gudang. c. Pengeluaran Barang Pengeluaran bahan baku dan bahan kemas dari gudang berdasarkan adanya Manufacturing Order (MO) dan Material Requirement Document (MRD). Pengeluaran barang dari gudang menggunakan sistem First Expired First Out (FEFO) untuk bahan baku dan sistem First In First Out (FIFO) untuk bahan kemas. Setelah barang keluar, maka dilakukan pengurangan barang dari sistem EXACT. Sebagai tanda bukti pengeluaran barang, pihak gudang akan mengeluarkan dokumen Manufacturing Issue (MI) atau Production Issue (PI). MI atau PI akan dikeluarkan paling lama 16 jam setelah penimbangan dengan mengacu pada BPR (Batch Production Record) untuk bahan baku, dan untuk bahan kemas dilakukan setelah dikirim atau diterima oleh bagian Central Packaging. d. Penimbangan Barang (Dispensary) Kegiatan penimbangan umumnya dilakukan terjadwal dan disesuaikan dengan jadwal kegiatan produksi. Dokumen penimbangan yang diperlukan antara lain Production Order (PrO), Material Requirement Document (MRD), Batch Production Record (BPR) dan label penimbangan. Sebelum bahan-bahan ditimbang, setiap alat timbang harus sudah mendapat label bersih yang berisi

33 24 nama alat, nomor alat, dibersihkan oleh siapa, tanggal dan jam mulai dan selesai pembersihan, nama dan nomor bets produk terakhir yang ditimbang, tanggal dan paraf kepala bagian/supervisor serta nama dan nomor bets produk yang akan ditimbang. Label bersih yang dimaksud akan ditempel pada setiap alat timbang. Setelah dinyatakan bersih, dilakukan penyiapan jalur (line clearance) serta diperiksa kondisi lingkungan yang meliputi pemeriksaan suhu ruangan, kelembaban ruangan, perbedaan tekanan antar ruang saat penimbangan, alat untuk menimbang, drum, palet bersih dan ruang timbang harus bersih dari penimbangan sebelumnya. Sebelum kegiatan penimbangan dilakukan, alat timbang harus selalu diverifikasi dengan batu timbang yang terkalibrasi dengan syarat penyimpangan tidak boleh lebih dari 0,1 % dari berat konvensional anak timbangan. Pada saat melakukan penimbangan, hanya bahan yang sudah mendapat status released`yang boleh ditimbang. Bahan aktif ditimbang setelah semua bahan tambahan selesai ditimbang. Hal ini bertujuan agar tidak ada kontaminasi dari bahan aktif ke bahan yang lainnya. Pembacaan timbangan dilakukan pada keadaan stabil selama 30 detik. Untuk produk steril, penimbangan bahan dilakukan di bawah Laminar Air Flow (LAF). Proses penimbangan diawali ketika bahan baku beserta bincard-nya yang sudah disiapkan sesuai dengan MRD dibawa ke ruang antara menggunakan hand pallet. Kemudian di ruang antara tersebut dibuka kemasan terluarnya dan dimasukkan ke dalam ruang dispensary untuk ditimbang. Bincard digunakan untuk mencatat hasil penimbangan dan stok yang tersisa yang nantinya akan disesuaikan dengan pencatatan stok di EXACT. Setelah penimbangan selesai, bagian gudang akan mengeluarkan Production Issue (PI). Bahan yang telah ditimbang selanjutnya diberi label penimbangan dan diserahkan ke departemen produksi beserta dokumen-dokumen terkait Finished Good Warehouse Finished Good Warehouse atau gudang obat jadi digunakan untuk menyimpan hasil produksi berupa obat jadi yang siap dikirimkan ke distributor. Proses penerimaan obat jadi dimulai dengan dikirimnya produk dari departemen produksi, tepatnya bagian central packaging ke gudang obat jadi. Obat jadi diterima beserta dengan PHP (Pengiriman Hasil Produksi) yang mencantumkan

34 25 tanggal dokumen, nomor dokumen, nomor item, nama produk, nomor batch, Expired Date (ED), dan quantity (jumlah keseluruhan atau batch). Setelah petugas gudang memerikasa kesesuaian barang dengan PHP, kemudian berkas PHP ditandatangani, barang diterima oleh gudang dan selanjutnya dicatat. Obat jadi kemudian disimpan, namun belum dapat diedarkan ke distributor pusat yaitu PT Anugrah Pharmindo Lestari (APL) sebelum mendapat status released dari QA/QC baik dari dokumen maupun kondisi fisik dari obat jadi tersebut. Obat jadi disimpan pada ruangan sesuai dengan persyaratan penyimpanannya. Gudang obat jadi memiliki beberapa ruangan, yaitu: 1) Non AC Area, yaitu ruangan dengan suhu 30 C dan kelembaban 75%, digunakan untuk menyimpan obat yang tidak memerlukan persyaratan suhu secara khusus dalam penyimpanannya. 2) AC Area, yaitu ruangan dengan suhu 25 C dan kelembaban 75%, digunakan untuk obat yang harus disimpan pada suhu tersebut. 3) Cool Storage Area, yaitu ruangan dengan Suhu 2-8 C, digunakan untuk menyimpan produk injeksi. 4) Quarantine Area yaitu ruangan untuk menyimpan obat yang masih dalam status pemeriksaan QC, terutama untuk obat-obat kembalian dari distributor. Untuk produk retur dari distributor (produk yang mendekati expired date, rusak kemasannya dan recall) dapat diterima kembali beserta dokumen retur (dimana yang tercantum sama seperti dokumen PHP) sehingga dapat dilihat nomor batch produk yang kembali. Untuk barang yang mendekati expired date, barang dapat dikembalikan ke PT Prafa, minimal 3 bulan sebelum melewati batas expired date. Selanjutnya dilakukan pengecekan fisik dan setelah itu dilakukan serah terima ke gudang. Dokumen retur yang memiliki rangkap empat diserahkan masing-masing satu ke distributor, QA/QC, Accounting dan satu lembar untuk dokumentasi gudang. Selanjutnya QA/QC melakukan peneriksaan fisik dan laboratorium. QA/QC menyatakan disposisi untuk produk retur terkait ED apakah dimusnahkan (jika memang sudah ED) atau untuk produk yang ternyata belum ED maka produk tersebut dapat ditolak dan dikembalikan ke distributor pusat APL. Sedangkan untuk produk yang kemasannya rusak, keputusan disposisi dari

35 26 QA/QC dapat direpacking (jika lebih dari 10 unit) atau jika kerusakan dikarenakan kelalaian distributor (proses distribusi, penyimpanan yang tidak sesuai kondisi penyimpanan) maka biaya repacking ditanggung oleh pihak distributor dan untuk barang recall akan segera dimusnahkan agar tidak menumpuk di gudang. Proses pengeluaran obat jadi dari gudang obat jadi harus berdasarkan Purchase Order (PO) dari distributor. Setelah PO diterima oleh UNILAB, PO diubah menjadi Sales Order (SO) oleh bagian marketing dari UNILAB. Kemudian SO dikirim ke PT Prafa dan diubah menjadi Delivery Order (DO) oleh PT Prafa. Petugas gudang yang menerima SO segera mengecek ketersediaan barang (dipilih berdasarkan bets yang paling tua) dan memindahkan barang tersebut ke dekat pintu gudang agar memudahkan dalam pengangkutan barang oleh distributor. Pada hari yang disepakati distributor datang membawa surat jalan dan diterima oleh petugas gudang, setelah itu petugas gudang memberikan delivery order beserta produk kepada distributor. Distributor mengecek kesesuaian barang (fisik dan kuantitas) berdasarkan delivery order. Jika sudah sesuai kemudian delivery order ditandatangai oleh kedua belah pihak (petugas gudang dan supir) dan barang dimuat ke dalam truk Personal Activity Control (PAC). Personal Activity Control berfungsi untuk merencanakan dan mengendalikan jalannya proses produksi selama periode tertentu. Tahapan kerja dari Personal Activity Control adalah a. Melakukan dan menetapkan pareto dari produk jadi b. Merencanakan Production Order (PrO) bersama dengan Departemen Produksi. c. Memonitor dan mengatur persediaan obat jadi. d. Mengeluarkan Production Order. e. About to expired date (ATE) barang jadi. f. Mengeluarkan Production Order Request (POR) barang jadi. g. Menindaklanjuti POR sampai finished good masuk gudang obat jadi dan mendapatkan ijin released.

36 Production Department Departemen produksi dipimpin oleh seorang apoteker sebagai manajer dan terdiri dari lima subdepartemen, yaitu General Pharmacy (GP) solid, Liquid Sterile Injection (LSI), betalaktam dan sefalosporin, P&G line, serta central packaging. Masing-masing subdepartemen dipimpin oleh seorang supervisor yang dibantu oleh beberapa section head. Struktur organisasi departemen produksi dapat dilihat pada lampiran 4. Kegiatan departemen produksi didasarkan pada forecast dari bagian marketing yang dituangkan dalam perencanaan produksi oleh PAC. Kemudian bagian PAC akan mengeluarkan perintah produksi (Production Order) yang dilengkapi dengan dokumen permintaan bahan baku dan bahan kemas ke gudang (Picking List), bukti pengeluaran bahan baku dan bahan kemas dari gudang (Production Issue) dan catatan pengolahan bets (Batch Production Record). Bahan baku dan bahan kemas yang bisa digunakan untuk produksi adalah yang sudah mendapat label released dari QC. Bahan baku dan bahan kemas diletakkan di staging room oleh petugas gudang bersama dengan dokumen picking list, PI, Batch Production Record-Dispensing (BPR-D), dokumen penimbangan bahan baku dan PI untuk bahan kemas. Sesampainya di ruang produksi, bahan aktif harus ditimbang ulang sedangkan untuk eksipiennya tidak dilakukan penimbangan ulang. Proses produksi dimulai dengan penyiapan jalur produksi (line clearance) untuk memastikan kesesuaian jenis dan jumlah bahan baku, kesiapan peralatan, serta kondisi ruangan. Selama proses dilakukan juga In Process Control (IPC) sesuai dengan SOP masing-masing sediaan, dibawah pengawasan Departemen Quality Control. Setelah selesai, produk ruahan yang dihasilkan dikirim ke central packaging untuk dilakukan pengemasan sekunder. Setelah proses pengemasan sekunder selesai, obat jadi akan dikirim ke gudang obat jadi, dilengkapi dengan dokumen Pengiriman Hasil Produksi (PHP) untuk kemudian disalurkan ke distributor. Setelah proses produksi selesai, dilakukan pembersihan terhadap semua mesin dan ruangan yang dipakai dan diberi label bersih lengkap dengan nama operator pelaksana, tanggal pembersihan, masa daluarsa, dan produk terakhir yang diproses.

37 General Pharmacy (GP) Solid Bagian produksi sediaan GP solid menangani produksi tablet, kaplet, tablet salut gula dan salut film, tablet hisap, tablet effervescent, dan kapsul serta pengemasan primer seperti blistering dan stripping. Produksi GP solid menggunakan metode granulasi basah (wet granulation), granulasi kering (dry granulation) dan metode spraying. a. Granulasi Basah Proses produksi dengan granulasi basah dimulai dengan proses premixing zat aktif dan bahan pengisi menggunakan mixer. Setelah proses premixing selesai, dilanjutkan dengan penambahan bahan pengikat dan zat warna. Lama pengadukan harus sesuai karena ini merupakan critical control point dari proses ini. Selanjutnya dilakukan proses granulasi basah menggunakan mesh 6 atau 8, kemudian dikeringkan dengan Fluid Bed Dryer. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan kadar air granul atau Loss on Drying (LOD) menggunakan alat Sartoriu dengan nilai penerimaan yang bervariasi tergantung dari persyaratan yang ada pada dokumen pengolahan bets (BPR). Setelah dikeringkan granul dihaluskan (milling dengan powder mill) atau digranulasi kering dengan comminutor. Ukuran mesh yang akan digunakan pada granulasi kering biasanya berkisar antara 10-24, bergantung pada diameter tablet yang akan dicetak. Apabila tablet yang akan dicetak berdiameter kecil, maka digunakan mesh yang lebih tinggi. Penuangan granul pada hopper mesin harus sedikit demi sedikit karena jika tidak dilakukan maka akan terbentuk granul halus yang banyak dan akan menyebabkan variasi bobot. Setelah milling proses dilanjutkan pada tahap final mixing yaitu pengadukan granul setelah penambahan lubrikan dan disintegran. Pengadukan lubricant dan granul dilakukan dalam waktu yang lebih singkat untuk menghindari banyaknya fines yang terbentuk. Selanjutnya, QC inspector akan mengambil sampel di tahap final mixing pada titik awal, tengah, dan akhir mixing tank untuk memeriksa homogenitas kadar granul. Selanjutnya dilakukan proses tabletting/capsule filling. Pada tahap ini, dilakuka juga prmeriksaan IPC yag meliputi waktu hancur, keseragaman bobot, keregasan, kekerasan, ketebalan

38 29 tablet, diameter tablet, dan penampilan untuk tablet serta waktu hancur, keseragaman bobot dan penampilan untuk kapsul. Untuk produk yang memerlukan penyalutan, setelah proses pencetakan tablet dan mendapat status released, proses baru dapat dilanjutkan ke tahap penyalutan. Proses penyalutan yang dilakukan ada dua jenis yaitu penyalutan gula (sugar coating) dan penyalutan lapis tipis (film coating). Sugar coating memiliki empat lapisan antara lain lapisan isolasi (seal coat), sub coat (dalam hal ini penambahan bobot banyak), smoothing/colouring (dalam hal ini penambahan bobot sedikit) dan polishing. Pada lapisan isolasi terdapat parameter kritis yaitu core harus tertutup sempurna dengan lapisan seal coat sehingga core tidak terkena dengan lapisan sub coat (gula hidrofilik) yang dapat menyebabkan tablet rusak. Pada proses film coating, material dilarutkan dengan bahan pelarut organik (organic solvent) dan water soluble sebagai lapisan isolasi dan sebagai lapisan film digunakan eudragit dan pharmacoat. Proses film coating dimulai dengan pembuatan larutan, kemudian larutan dihomogenisasi lalu disaring. Cairan ini selanjutnya disemprotkan pada core melalui peristaltic pump. Yang perlu diperhatikan pada proses coating adalah pengontrolan bobot dan tampilan tablet selama proses coating. Pemeriksaan yang dilakukan dalam proses coating adalah waktu hancur dan disolusi tablet. Tahap selanjutnya dilakukan pengemasan primer (blistering/stripping). Selama proses pengemasan primer, dilakukan juga random sampling test performace untuk hasil strip/blister pada tiap wadah pemeriksaan secara visual yang meliputi penampilan hasil blistering/stripping, penandaan nomor bets, dan tanggal kadaluarsa serta uji kebocoran/leakage test yang dilakukan minimal setiap 1 jam. Setelah melalui proses ini dan mendapat status released, selanjutnya produk dapat dikirim ke divisi central packaging untuk dilakukan pengemasan sekunder. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode granulasi basah dapat dilihat pada lampiran 5. b. Granulasi Kering Proses granulasi kering dimulai dengan mixing zat aktif, bahan pengisi dan lubrikan. Selanjutnya dilanjutkan denga proses slugging. Setelah proses slugging

39 30 dilakukan pengayakan, kemudian tahapan final mixing dan pencetakan tablet atau pengisian kapsul. Setelah proses pencetakan, dilakukan proses penyalutan untuk tablet salut dan terakhir proses pengemasan primer. Alur produksi sediaan solid dengan metode granulasi kering dapat dilihat pada lampiran 6. c. Metode Spraying Proses spraying merupakan modifikasi dari granulasi basah sehingga proses produksi menjadi lebih efisien, dimana proses premixing dan pengadukan basah dilakukan menggunakan Fluid Bed Granulator. Larutan pengikat dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan premier mixer lalu disemprotkan melalui sprayer (peristaltic pump) disertai dengan pengeringan hingga terbentuk granul yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Setelah dilakukan pemeriksaan kadar air granul, kemudian dilakukan granulasi kering menggunakan mesin comminutor, lalu dilakukan final mixing dan pencetakan. Pada dasarnya semua bahan yang digunakan dalam proses spraying sama dengan proses granulasi basah, hanya jumlah larutan pengikat/binder yang diperlukan lebih banyak. Modifikasi prosedur ini memberikan beberapa keuntungan seperti adanya penghematan man hours (granulasi dan pengadukan basah tidak dilakukan), lead time produksi menjadi lebih singkat, biaya produksi berkurang, penghematan ruang produksi serta dari segi formulasi diperoleh waktu hancur tablet yang lebih baik. Alur produksi sediaan solid dengan metode spraying dapat dilihat pada lampiran Liquid Sterile Injection (LSI) Liquid Sterile Injection (LSI) menangani produksi sediaan vial, ampul, infus (100 ml), tetes mata dan tetes telinga. Proses produksi steril non betalaktam menggunakan dua cara yaitu aseptis dan non-aseptis (filtrasi dan sterilisasi akhir). Untuk bahan aktif yang tidak tahan panas dilakukan teknik aseptis sedangkan yang tahan panas dilakukan secara sterilisasi akhir. Proses pengisian untuk produk aseptis dilakukan pada ruangan kelas A di bawah LAF (Laminar Air Flow) dengan latar belakang kelas B dan untuk produk sterilisasi akhir juga dilakukan pada ruangan kelas A dengan latar belakang kelas B/C.

40 31 Proses produksi sediaan LSI dimulai dengan pencucian wadah (ampul/vial/botol infus) dilakukan sehari sebelumnya dengan menggunakan WFI (Water For Injection). Setelah dicuci, wadah disterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu 215 o C selama 2 jam, sedangkan alat-alat non gelas seperti baju steril, filling unit, catridge filter, seal cap dan rubber stopper disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 o C selama 1 jam. Proses produksi sediaan steril dapat dilihat pada lampiran Betalaktam dan Sefalosporin Produksi sediaan betalaktam dan sefalosforin dilakukan pada bangunan yang terpisah dari bangunan produksi lainnya. Unit produksi betalaktam dan sefalosforin dipisah oleh gudang non inventory dan kemas Prafa. Masing-masing unit produksi ini memiliki gudang, ruang timbang/dispensary, laundry, kantin, pengemasan (packaging), dan toilet yang hanya dikhususkan untuk karyawan yang bekerja pada produksi sediaan betalaktam dan sefalosforin. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang karena produk betalaktam dan sefalosporin merupakan bahan yang memiliki tingkat sensitisasi yang tinggi sehingga dikhawatirkan dapat membahayakan individu yang alergi terhadap antibiotik jenis ini. Untuk mengetahui bahwa lingkungan sekitar tidak terkontaminasi dengan produk betalaktam dan sefalosporin, dilakukan pemeriksaan residu secara rutin setiap 1 bulan sekali terhadap lingkungan di sekitar bangunan betalaktam dan sefalosporin. Pemeriksaan dilakukan dengan metode kimia dan mikrobiologi. Sediaan-sediaan yang diproduksi oleh bagian betalaktam dan sefalosforin antara lain injeksi kering, tablet, dry injection, dan kapsul. Proses produksi solid betalaktam dan non solid betalaktam hampir sama, yang membedakan adalah pada metode granulasi. Proses produksi solid betalaktam tidak menggunakan metode granulasi basah melainkan granulasi kering dan cetak langsung. Hal ini disebabkan sifat bahan aktif golongan betalaktam yang mudah terhidrolisis. Pada bagian betalaktam dan sefalosporin, penimbangan zat aktif dilakukan di unit dispensary betalaktam dan sefalosporin, sedangkan untuk bahan tambahan dilakukan di unit dispensary gudang.

41 32 Bangunan pada bagian betalaktam dan sefalosporin dirancang agar tekanan di koridor lebih tinggi dari ruang produksi sehingga udara mengalir masuk ke dalam ruang produksi. Alur masuk dan keluar antara barang dan karyawan dibuat terpisah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang (cross contamination), karena senyawa betalaktam dan sefalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi hingga shock anafilaksis pada orang yang sensitif. Pencegahan kontaminasi produk juga terlihat pada peraturan terhadap karyawan, dimana setiap karyawan yang akan meninggalkan bangunan betalaktam dan sefalosporin diharuskan mandi sebelum keluar. Selain itu, pengolahan limbah terhadap sisa produksi dan debu dari ruangan betalaktam harus mengalami proses pre-treatment untuk memecah cincin beta pada struktur sefalosforin P&G Line Proses produksi untuk produk P&G terpisah dari produksi PT Prafa karena kegiatan produksinya berskala besar, sehingga untuk produk P&G memiliki jalur produk sendiri. Ada 3 jenis produk yang diproduksi di line P&G, yaitu : a. Vicks Formula 44, merupakan sediaan cair obat batuk yang memiliki 3 varian, yaitu F44 adult, F44 anak-anak dan F44 DT (Day Time). Masingmasing produk diproduksi dalam kemasan botol (ukuran 27 ml, 54 ml dan 100 ml) serta dalam kemasan sachet (ukuran 7 ml) hanya untuk F44 DT. b. Vicks Vaporub, merupakan sediaan semisolid dalam kemasan ukuran 10 gr dan 50 gr. c. Vicks Inhaler. Proses produksi pada P&G line menggunakan sistem in line yaitu proses pembuatan produk mulai dari bahan awal, mixing, pengisian, pengemasan primer dan sekunder dilakukan secara kontinu dan tidak terputus. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi produk Central Packaging Tahap terakhir pada proses produksi adalah pengemasan sekunder. Untuk produk selain produk P&G, pengemasan dilakukan di bagian central packaging. Pada pengemasan sekunder, proses pengemasan dilakukan pada ruangan black

42 33 area. Bagian pengemasan sentral dibagi lagi menjadi 3 area pengemasan, yaitu pengemasan produk non betalaktam, pengemasan produk betalaktam, dan produk sefalosporin. Bagian central packaging dipimpin oleh seorang supervisor yang membawahi section head, group leader, dan line leader. Secara garis besar, tahapan pengemasan terdiri dari: a. Persiapan bahan kemas dengan meminta bahan pengemas, yaitu master box, primary box, label dan leaflet dari gudang bahan kemas serta melakukan coding. b. Pengemasan produk ruahan yang diperoleh dari bagian produksi dan pengiriman obat jadi ke gudang obat jadi. Alur proses pengemasan sentral dapat dilihat pada lampiran Quality Assurance Department (QA) Departemen QA dipimpin oleh seorang apoteker yang bertindak sebagai manajer. Manajer dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh tiga orang supervisor, yaitu supervisor System Compliance, Product Integrity dan Validation-Calibration. Struktur organisasi departemen QA dapat dilihat pada lampiran 10. Departemen ini memiliki tugas dan tanggung jawab, antara lain: a. Menciptakan suatu sistem panduan mutu b. Malakukan pengembangan manajemen kualitas c. Melakukan kontrol dokumen yang ada di PT Prafa d. Melakukan training GMP e. Mengangani program kalibrasi mesin dan alat f. Mengkoordinasi program kualifikasi dan validasi g. Melakukan audit internal, eksternal, dan pemasok h. Melakukan penanganan terkait keluhan pelanggan i. Melakukan penanganan dalam hal penyimpangan bets j. Melakukan pngendalian perubahan (change control) k. Melakukan penanganan terkait penarikan kembali obat jadi l. Melakukan releasing dan registrasi produk m. mengkoordinasi peninjauan produk tahunan

43 34 Bagian system compliance bertanggung jawab dalam masalah registrasi, DCC (Document Control Center) dan audit. Bagian product integrity bertanggung jawab dalam hal change control, Quality Deviation Report (QDR), keluhan pelanggan, anual product review, releasing, recall, mock recall dan penanganan retained sample. Sedangkan, bagian validation-calibration bertanggung jawab dalam progran kualifikasi dan validasi serta kalibrasi alat Quality Control Department (QC) Departemen QC dipimpin oleh seorang apoteker yang bertindak sebagai manajer. Yang dibantu oleh tiga orang supercisor yang masing-masing membawahi bagian In Process Control (IPC), pemeriksaan kimia dan pemeriksaan mikrobiologi. Fungsi dari QC adalah pemeriksaan bahan awal, pengelolaan sampel pertinggal (retained sample), pembuatan spesifikasi dan metode pemeriksaan, pengelolaan standar pembanding, pemeriksaan produk antara, ruahan dan obat jadi, pemeriksaan stabilitas, kalibrasi alat, pengelolaan pengambilan sampel/sampling, statistical process control atau statistical quality control, pemantauan lingkungan serta pemeriksaan In Process Control (IPC). Adapun struktur organisasi departemen QC dapat dilihat pada lampiran Technical Service Department Technical Service Department bertanggung jawab atas kelancaran seluruh kegiatan pabrik terutama pemeliharaan mesin-mesin/peralatan produksi dan sarana penunjang produksi, yaitu electricity, water system, clean compressed air, HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning) dan steam boiler agar selalu berada dalam keadaan siap pakai. Departemen ini dipimpin oleh seorang manager yang dibantu oleh dua supervisor, yakni supervisor mechanical and utility serta supervisor electrical and system control. Struktur organisasi Technical Services Department dapat dilihat pada lampiran 12. Departemen teknik memiliki tugas dan tanggung jawab antara lain: a. Memelihara semua mesin produksi dan sarana penunjang agar siap dipakai untuk kegiatan produksi.

44 35 b. Melakukan maintenance schedule. Mesin produksi harus dirawat oleh departemen TS dua minggu sebelum jadwal produksi atau MPS (Master Production Schedule) dikeluarkan. MPS merupakan dokumen yang berisi jadwal penggunaan mesin produksi dan jadwal kegiatan produksi yang dikeluarkan oleh bagian PPIC setiap bulannya. c. Memodifikasi mesin produksi sehingga bekerja lebih optimal. d. Menangani proyek pembangunan. Rencana pembangunan fasilitas produksi terlebih dahulu diajukan kepada departemen TS, kemudian ditentukan material dan bahan kontruksi yang diperlukan serta anggaran belanja dalam Bill of Quantity. e. Membantu dalam proses kalibrasi alat yang dilakukan oleh departemen QA. Sarana penunjang (utility) yang dikelola TS department antara lain: a) Electricity Sistem listrik di PT Prafa menggunakan listrik 3 phase (3 Ф) dengan tegangan 380 Volt dan daya total 1730 kva. Untuk memenuhi kebutuhan tegangan 380 Volt, pabrik menggunakan trafo step-down untuk menurunkan tegangan dari PLN (20 kilovolt). Kualitas listrik yang diperlukan untuk industri pada umumnya dengan voltage sebesar 380 volt/3 phase 220 volt/1 phase dan frekuensi 50 Hz. b) Water System Air merupakan kebutuhan pabrik yang cukup vital dan menjadi tanggung jawab departemen teknik. Ada tiga jenis kualitas air yang digunakan untuk keperluan pabrik, yaitu air ledeng (tap water), air yang dimurnikan (purified water) dan air yang didestilasi sebagai air untuk injeksi (water for injection/wfi). Air yang digunakan ini diperoleh dari tiga sumur artesis dengan kedalaman 150 m. Dua sumur berkapasitas 11 L/detik, sisanya 5 L/detik. Air baku ini dipompa ke permukaan dan ditampung dalam 3 storage tank dengan kapasitas 3 50 m 3 yang digunakan untuk proses produksi dan keperluan lainnya serta sebuah storage tank dengan kapasitas 120 m 3 yang ditanam di dalam tanah yang digunakan untuk fasilitas hydrant. Kemudian raw water tersebut diproses untuk menghasilkan air dengan kualitas air biasa, purified water (PW) dan Water For Injection (WFI).

45 36 c) Clean compressed Air Clean compressed air atau udara bersih bertekanan diperoleh dari compressor. Compressor yang dimiliki PT Prafa berjumlah dua buah antara lain: 1) Contact product, seperti proses spraying pada FBD. 2) Non contact product, seperti proses pemotongan strip (perforasi) oleh pisau pemotong pada mesin stripping dan deduster pada mesin pencetak tablet. Mesin ini bekerja dengan cara memampatkan udara hingga bertekanan maksimum 10 bar dengan kualitas 1-1-1, yaitu mengandung partikel 0,1 mg/m 3, residual water content 0,003 mg/m 3 pada suhu 3 C dan residual oil content 0,01 mg/m 3. d) Sistem HVAC (Heating, Ventilation and Air Conditioning) HVAC digunakan untuk mengatur jumlah partikel, temperatur, kelembaban (Relative Humidity), tekanan ruang, dan jumlah pertukaran udara (air change). Untuk mendinginkan udara luar (fresh air) digunakan unit air conditioner. Udara luar yang bersentuhan dengan cooling coil AC akan terjadi evaporasi dan mengalami penurunan suhu. Untuk menekan jumlah kelembaban udara digunakan dessicant dehumidifier yang berisi silika gel. Uap air dari udara basah (RH tinggi) akan diserap oleh silika gel sehingga akan menghasilkan udara kering. Ketika silika gel sudah jenuh, kemudian diregenerasi dengan pemanasan pada suhu 120 o C. Tekanan udara di ruang produksi diatur sedemikian rupa untuk menjaga kebersihan ruang dan mencegah kontaminasi silang. Unit produksi solid memiliki koridor yang tekanan udara lebih positif daripada ruang produksi sebaliknya unit produksi steril, tekanan udara produksi lebih positif daripada koridor. Perbedaan tekanan udara antar ruang produksi dan koridor adalah Pa. Pengaturan tekanan dilakukan secara manual dengan memasang butterfly valve di tiap input ducting. Untuk menjaga sirkulasi udara digunakan blower. Jumlah pertukaran udara (air change) ruang yang dipersyaratkan adalah 20 kali per jam. Untuk mengontrol jumlah partikel ruang digunakan filter udara. Udara disaring terlebih dahulu dengan washable filter kemudian prefilter, medium filter dan HEPA filter.

46 37 e) Steam Boiler Proses terjadinya tenaga uap (steam) yaitu karena adanya perubahan fase cair menjadi fase gas dengan tekanan tinggi melalui proses pemanasan menggunakan sebuah ketel uap/boiler. Alat steam boiler yang digunakan untuk menghasilkan tenaga uap memiliki kapasitas 3600 kg/h. Jenis steam yang digunakan ada dua macam, yaitu: 1) Plant Steam, digunakan untuk pemanasan secara tidak langsung. Steam dialirkan melalui heating coil dan energi panasnya digunakan untuk pemanasan pada double jacket tank dan pengolahan air. 2) Clean Steam, adalah steam bersih yang tidak mengandung partikel, biasanya digunakan untuk pemanasan dengan kontak langsung pada peralatan dan/atau mesin di fasilitas steril pabrik, misalnya autoklaf. Air yang digunakan pada boiler yaitu WFI Personal and General Affairs (PGA) Department PGA Department dipimpin seorang manager yang membawahi dua bagian, yaitu bagian Human Resources and General Service (HR & GS) dan SHE (Safety, Health, & Environment) (lampiran 13). Manajer PGA memberikan laporan langsung kepada Plant Manager. Manajer PGA bertugas untuk memimpin, mengarahkan, mengevaluasi dan mengembangkan suatu tim yang terdiri dari stafstaf untuk memastikan bahwa manajemen dokumentasi ketenagakerjaan, proses, dan kegiatan administrasi lainnya telah sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah ditetapkan. Departemen PGA adalah bagian dari manajemen secara keseluruhan yang meliputi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja dan mengatasi segala bentuk permasalahan yang berhubungan dengan karyawan, dan pemerintah setempat.

47 38 Tugas dan tanggung jawab PGA, meliputi: a. Menjaga hubungan yang kondusif antar karyawan dan hubungan dalam komunitas. b. Menerapkan kebijakan SDM serta menyelenggarakan administratif dan kegiatan kesejahteraan di dalam pabrik. c. Bertanggung jawab dalam mengembangkan inisiatif ketenagakerjaan di dalam pabrik serta pelaksanaan pelatihan (training). d. Bertanggung jawab terhadap penilaian terhadap penampilan, pengembangan karier dan promosi, serta mengurus masalah kompensasi dan keuntungan administrasi. e. Bertanggung jawab terhadap perencanaan tenaga kerja. f. Bekerjasama dengan manajer pabrik dalam menentukan penempatan karyawan, manajemen kerja dan pembangunan budaya. g. Memantau kegiatan sosial dan menangani keluhan dari karyawan. Tugas dari Human Resources and General Service (HR & GS) adalah menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang ada di PT Prafa, meliputi: a. Membuat daftar gaji dan tunjangan jabatan serta menghitung pembayarannya setiap akhir bulan. b. Membuat laporan jumlah karyawan. c. Melakukan penerimaan karyawan atas permintaan departemen lain yang membutuhkan. d. Membuat, memeriksa dan memasukkan data absensi karyawan. e. Menangani masalah kebersihan dan keamanan. f. Membuat laporan Jamsostek. g. Makan siang karyawan (catering), driver, laundry. Human Resources and General Service juga menangani hubungan antara pihak Prafa dengan pihak-pihak luar yaitu masyarakat, instansi pemerintah, ataupun instansi-instansi non pemerintah lain, serta menagani keluhan-keluhan dari masyarakat sehubungan dengan gangguan yang mungkin ditimbulkan dari pabrik ataupun limbahnya. Administrasi kesekretariatan dan keuangan pabrik juga ditangani oleh departemen PGA, yakni surat masuk dan surat keluar, membuat

48 39 laporan-laporan, dan mengurus hal-hal yang berkaitan dengan pengeluaranpengeluaran pabrik Pengolahan Limbah Departemen PGA dalam hal ini bagian Safety, Health, and Environment (SHE) yang dibantu oleh Departemen QC dan Technical Service juga bertanggung jawab dalam penanganan limbah. Limbah yang dihasilkan PT Prafa terdiri dari limbah padat dan limbah cair. Proses penanganan limbah dilakukan berdasarkan jenis dan sifat bahannya. Limbah padat berasal dari debu hasil proses produksi, sampah sisa proses pengemasan, sampah dari lingkungan pabrik, produk rejected dan obat yang telah kadaluarsa. Limbah padat yang masih dapat dimanfaatkan serta memiliki nilai jual seperti sisa kemasan (kaleng, drum, alumunium foil, plastik, botol, kardus) dikumpulkan digudang khusus untuk dijual kembali untuk didaur ulang (recycle) agar barang-barang dapat dimanfaatkan kembali. Debu sisa hasil produksi akan disedot oleh alat dust collector dan kemudian dikumpulkan oleh petugas technical service sebulan sekali untuk dimusnahkan dalam insinerator. Untuk bahan dan produk rejected atau yang telah kadaluarsa juga dilakukan pembakaran menggunakan insinerator. Semua limbah padat tersebut dimusnahkan dengan insinerator pada suhu o C selama menit. Limbah cair yang berasal dari proses produksi, pencucian peralatan produksi, limbah laboratorium dan buangan lainnya diolah di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL). Untuk limbah cair dari proses produksi betalaktam dan sefalosporin ditampung dilakukan pretreatment sebelum diolah di IPAL. Pretreatment yaitu proses pemecahan rantai betalaktam sebelum masuk ke IPAL. Tujuannya untuk menginaktifkan kerja antibiotik karena jika tidak dipecah bakteri yang menguraikan limbah akan mati. Dalam proses pengolahan limbah cair, IPAL memiliki sembilan bak yang kegunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Bak ekualisasi, digunakan untuk penampungan utama limbah cair dari beberapa titik sumber penghasil limbah yang dialirkan melalui pipa utama. Di dalam bak ekualisasi, terdapat aerator yang berfungsi menghisap udara untuk mengurangi bau limbah.

49 40 b. Bak pereaksi, digunakan untuk proses netralisasi sehingga diperoleh limbah dengan ph ±7 (dengan penambahan NaOH 40% atau HCl 32%). Hal ini harus dilakukan karena pertumbuhan dan kemampuan kerja bakteri aerobik pengolah limbah bekerja pada ph netral. c. Bak separasi, digunakan untuk memisahkan air limbah dengan material padatan halus, berat dan material yang tidak larut dari bak pereaksi. Air yang kemudian akan mengalir melintasi kanal berkisi-kisi (Fish bone weir) yang berguna untuk menguraikan sebagian gas-gas yang terkandung dalam air limbah. d. Bak aerasi I, dilakukan pencampuran/pengadukan dengan menggunakan 8 buah diffuser selama setengah jam, dimana sebelumnya ditambahkan PAC/polialuminium sebagai koagulan. Setelah itu partikel didalam air limbah dibiarkan mengendap selama setengah jam. e. Bak filtrasi I, digunakan untuk proses penyaringan guna mendapatkan tingkat kejernihan air tertentu (memisahkan air dengan endapan) dengan menempatkan media berporositas yang tersusun dari karbon aktif dan ijuk. f. Bak aerasi 2, digunakan untuk menguraikan zat organik, mereduksi senyawasenyawa fenol dan beberapa senyawa kloro hidrokarbon menggunakan bakteri SGB 14. Proses pengadukan dilakukan dengan bantuan 10 buah diffuser. g. Bak filtrasi 2, berfungsi untuk penyaringan kedua dengan menggunakan karbon aktif dan ijuk untuk mendapatkan air dengan kejernihan tertentu. h. Bak settling, berfungsi untuk mengendapkan partikel halus yang masih lolos dari proses aerasi dan proses filtrasi. Partikel halus akan terhidrolisis oleh koagulan membentuk flok (gumpalan halus) dan mengendap memanfaatkan gravitasi bumi. i. Bak desinfektan, digunakan untuk mereduksi/menghilangkan bakteri patogen yang berasal dari bak settling. Bak ini berisi ferrolite dilengkapi dengan tangki NaOCl 12%. j. Bak stabilisasi, berfungsi untuk menstabilkan akumulasi air yang telah diinjek NaOCl. Pada bak ini, unsur klorida cenderung terurai menjadi Cl 2 bebas,

50 41 sedangkan unsur Na sebagai zat terlarut, On (Onasen) bekerja memusnahkan bakteri patogen dan selanjutnya terurai menjadi oksigen bebas. k. Kolam akhir (effluent), digunakan untuk menampung hasil pengolahan limbah akhir yang aman bagi lingkungan. Hasil pengolahan limbah cair tetap diperiksa untuk memastikan bahwa air yang dihasilkan memenuhi persyaratan dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a. Fisika, seperti warna, suhu, bau, dan kekeruhan. b. Kimia, seperti ph, kandungan fenol, Chemical Oxygen Demand (COD), Biologycal Oxygen Demand (BOD), dan Total Suspended Soli (TSS). Sementara itu, untuk bahan atau reagensia kimia tidak diolah di IPAL melainkan dikumpulkan dan kemudian dikirim ke Perusahaan Pengolahan Limbah Industri (PPLI) sebagai Bahan Beracun Berbahaya (B3) untuk dimusnahkan Research and Development Department (R&D) Research and Development Department (R&D) merupakan departemen yang berperan dalam pengembangan formula. R&D menangani pengembangan formula dari produk PT Prafa, PT Darya Varia serta PT Medifarma dan berlokasi di PT Prafa. R&D Departement bertanggung jawab langsung kepada Business Development & Corporate Product Planning Director Darya Varia Group. Struktur organisasi R&D dapat dilihat pada lampiran 14. Secara garis besar, aktivitas R&D meliputi: a. Pegembangkan formulasi produk baru, yakni produk baru yang belum pernah di produksi oleh Darya Varia Grup sebelumnya dan produk lisensi (transfer teknologi). b. Reformulasi (mengembangkan formulasi produk yang sudah diproduksi). c. Evaluasi bahan baku alternatif Alur aktivitas R&D dapat dilihat di lampiran 15.

51 BAB 4 PEMBAHASAN Pada proses pembuatan obat, pengawasan menyeluruh merupakan hal yang penting untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Mutu produk tidak ditentukan berdasarkan pemeriksaan (analisa) produk akhir, namun mutu harus dibentuk ke dalam produk selama keseluruhan tahap proses pembuatan agar obat yang dihasilkan dapat selalu memenuhi persyaratan mutu yang dikehendaki. Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi serta pengendalian mutu bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat. Oleh karena itu, setiap industri farmasi di Indonesia diwajibkan untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam seluruh aspek dan rangkaian kegiatan pembuatan obat. Hal ini sesuai dengan ketetapan Departemen Kesehatan RI melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan ditindaklanjuti dengan ditetapkannya SK Dirjen POM No /A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB pada industri farmasi. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. PT Pradja Pharin dalam memproduksi produk-produk farmasi selalu menerapkan pedoman CPOB dalam setiap aspek produksinya agar tercipta secara konsisten produk yang aman, berkhasiat dan bermutu. Aspek CPOB ini telah dilakukan secara menyeluruh pada setiap tahapan proses pembuatan obat, mulai dari pemilihan pemasok bahan awal sampai penilaian terhadap distributor yang akan menyalurkan produk ke tangan konsumen. Terdapat 12 aspek dalam pedoman CPOB Edisi tahun 2006, yaitu manajemen mutu; personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; serta kualifikasi dan validasi. Berikut ini adalah hasil pengamatan selama Praktek Kerja Profesi 42

52 43 Apoteker (8 Januari- 28 Februari 2013) mengenai penerapan 12 aspek CPOB tahun 2006 di PT Pradja Pharin. 4.1 Manajemen Mutu Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Tindakan ini disebut pemastian mutu. Berdasarkan pengamatan selama PKPA, diperoleh hasil bahwa PT Pradja Pharin telah menerapkan pengawasan, CPOB dan pemastian mutu yang merupakan aspek manajeman mutu. Semua bagian sistem pemastian mutu juga didukung dengan tersedianya personil yang kompeten, banguna dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Dalam struktur organisasi PT Prafa terdapat Departemen QA dan QC yang bertanggung jawab terhadap pengendalian mutu menyeluruh mulai dari bahan awal sampai dengan produk jadi yang siap digunakan, termasuk didalamnya penilaian terhadap pemasok dan distributor. Penerapan CPOB pada PT Prafa juga dinilai sudah sangat baik. Hal ini terbukti melalui hasil mapping industri farmasi terhadap pemenuhan persyaratan CPOB oleh tim audit BPOM pada tanggal Agustus 2005, yaitu PT Prafa tergolong dalam strata A. Setiap tahun, PT Prafa terus berusaha meningkatkan kemampuannya dalam pemenuhan CPOB. Mulai tahun 2011, telah disusun kebijakan mutu yang mengadopsi standar yang lebih baik, yaitu GMP Guide dari Pharmaceutical Inspection Co-Operation Scheme (PIC/S).

53 Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh karena itu PT Prafa berusaha untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas sehingga tiap personel tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. PT Prafa juga memiliki struktur organisasi dengan pembagian tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab dalam uraian tertulis sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapan CPOB. Berdasarkan CPOB, personalia dalam industri farmasi harus memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Personil harus memiliki hal-hal tersebut karena mereka turut serta dalam kegiatan pembuatan obat dan karena tugasnya mengharuskan mereka masuk ke daerah pembuatan obat. Maka dari itu, manajemen membuat suatu kebijakan mutu, yaitu mewajibkan setiap personil untuk mengikuti pelatihan, baik berupa pelatihan dasar-dasar CPOB bagi karyawan baru, pelatihan penyegaran CPOB setiap tahunnya, pelatihan safety induction, maupun pelatihan khusus untuk tiap personil yang diberi tugas spesifik (job specific training). Pelatihan juga diberikan setiap penerbitan SOP ataupun revisi kepada karyawan terkait. Jadwal dan pelaksanaan kegiatan pelatihan tersebut menjadi tanggung jawab bagian QA Compliance. Namun, untuk pelatihan safety induction diletakkan tanggung jawabnya pada bagian HSSE (Health Safety Security Environment). Kegiatan pelatihan ini didokumentasikan dan dinilai pengetahuan yang didapat oleh peserta pelatihan dengan memberikan soal tertulis yang berkaitan dengan pelatihan. SDM dikelompokkan dalam bidang-bidang tertentu dan memiliki tugas serta tanggung jawab masing-masing. Dari struktur organisasi dapat dilihat bahwa departemen produksi, departemen QA dan departemen QC masing-masing dipimpin oleh apoteker yang berbeda dan tidak saling bertanggung jawab satu dengan yang lain. Masing-masing memiliki wewenang serta tanggung jawab yang penuh dalam melaksanakan tugasnya masing-masing. Hal ini dilakukan agar

54 45 masing-masing bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih dan dapat bekerja secara profesional. 4.3 Bangunan dan Fasilitas PT Prafa secara umum memiliki bangunan yang terdiri dari tiga gedung utama yang telah ditunjang oleh sarana dan fasilitas yang memadai. Bangunan di PT Pradja Pharin didesain sesuai dengan CPOB. Bangunan dan fasilitas tersebut juga didesain untuk memudahkan pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaannya. Gedung produksi sediaan non betalaktam dipisah letaknya dengan gedung produksi betalaktam dan sefalosforin. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dikarenakan produk betalaktam dan sefalosporin merupakan bahan yang memiliki tingkat sensitisasi tinggi. Meskipun lokasi produksi betalaktam dan sefalosporin terdapat pada gedung yang sama dan hanya dipisahkan oleh ruangan gudang, akan tetapi kedua area produksi tersebut memiliki fasilitas penunjang yang terpisah satu sama lain, contohnya HVAC. Hal ini juga bertujuan untuk menghindari kontaminasi silang antara betalaktam dan sefalosporin. Desain dan tata letak ruang produksi dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan kegiatan produksi di area yang saling berhubungan antara satu ruangan dengan ruangan lain mengikuti tahap produksi dengan mengelompokkan kegiatan produksi sesuai jenis produk, sehingga dapat menghindari terjadinya kesalahan dan pencemaran silang yang mempengaruhi mutu obat, keselamatan dan kesehatan kerja. Selain itu, ruang produksi juga dirancang dengan pembuatan koridor utama yang menghubungkan seluruh ruang produksi sehingga tiap ruang produksi dapat dicapai tanpa harus melalui ruang produksi lain, tujuannya adalah untuk mencegah penggunaan ruang produksi sebagai lalu lintas umum bagi karyawan atau barang/bahan dan mencegah terjadinya kontaminasi silang. Gedung produksi dan gudang dibuat terpisah tetapi terdapat beberapa akses keluar masuk dari gudang ke ruang produksi dan sebaliknya. Area penyimpanan barang di gudang hanya dibagi menjadi dua, yaitu area rejected dan area released/ quarantine. Area released dan quarantine tidak dipisahkan karena untuk menghemat ruangan yang ada di gudang. Agar tidak tertukar satu sama lain,

55 46 barang-barang yang ada di gudang diberi label rejected, quarantine dan released serta ditempatkan pada satu palet (sesuai dengan no. GRN). Persyaratan ruang produksi meliputi kebersihan, suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan perbedaan tekanan udara. Pada permukaan dinding sebelah dalam dan lantai dilapisi dengan cat epoksi dan sudut-sudut antara dinding dan lantai dibuat melengkung sehingga kedap air, permukaannya rata, mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak menjadi titik pengumpulan partikel. Lantai harus dijaga agar tidak tergores dan rusak karena dapat mengurangi fungsinya dan dapat menjadi tempat akumulasi debu serta kotoran. Untuk menghindari kerusakan pada lantai maka seluruh personalia yang berada di ruang tersebut harus menggunakan sepatu khusus yang beralaskan karet. Area di PT Prafa dibagi menjadi tiga kelas, yaitu ruang kelas A, kelas B, kelas C dan kelas D. Kegiatan produksi non steril seperti pembuatan tablet, pengisian kapsul, pengemasan primer dan pengambilan sampel dilakukan di zona kelas D. Sedangkan kegiatan produksi steril dilakukan di area kelas A, B, C, dan D. Khusus untuk proses pengisian sediaan steril dilakukan di area kelas A di bawah Laminar Air Flow (LAF) dengan latar belakang kelas B. Sementara itu, untuk pengemasan sekunder pada bagian central packaging dilakukan di area kelas F. Area kelas G ditujukan untuk laboratorium QC, kantor, dan gudang. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas Heating, Ventilation and Air Conditioning (HVAC). HVAC ini digunakan untuk mengatur suhu, kelembaban, tekanan antar ruang dan pertukaran udara di dalam ruang. Suhu ruangan secara umum dikontrol di bawah 25 C sedangkan kelembaban udara (Relative Humidity) dipertahankan sesuai dengan kelas ruang, yakni RH ruang kelas A, B dan C adalah 27%, untuk kelas D adalah 55%, dan RH untuk ruang lainnnya adalah 77%. Kelembaban ruangan ini dipersyaratkan sesuai dengan tingkat kebersihan ruang dikarenakan kelembaban atau uap air merupakan media hidup dari mikroba dan ini merupakan parameter kebersihan suatu ruangan. Khusus untuk low humidity area yakni ruang produksi tablet effervescent, kelembapan dikontrol agar tetap berada di bawah 20% dan ruangan pembuatan tablet vitamin C (Vicee ), kelembapan dikontrol agar tetap berada dibawah 30%. Hal ini dilakukan untuk

56 47 menghindari seminimal mungkin kerusakan formulasi tablet effervescent dan vitamin C akibat kelembapan udara. Pengaturan tekanan udara oleh HVAC dimaksudkan untuk mencegah pencemaran dan pencemaran silang di ruang produksi. Contohnya, ruang produksi solid memiliki tekanan udara yang lebih negatif daripada koridornya sehingga aliran udara bergerak dari koridor ke ruangan. Hal ini dimaksudkan agar debu yang dihasilkan selama proses produksi sediaan solid tidak mencemari udara di koridor. Sebaliknya, ruang produksi steril dirancang agar memiliki tekanan udara yang lebih positif daripada koridor sehingga aliran udara akan bergerak dari ruangan ke koridor dengan tujuan agar kontaminan di koridor tidak mencemari sediaan steril yang sedang diproduksi. Untuk memungkinkan aliran udara yang yang dimaksud di atas, tekanan udara antar ruang produksi dan koridor dirancang agar memiliki perbedaan/selisih Pa. Sementara itu, ruang produksi betalaktam dan sefalosporin juga dirancang agar memiliki tekanan yang lebih negatif daripada koridor. Tujuannya untuk menghindari pencemaran bahan betalaktam dan sefalosporin ke lingkungan luar karena adanya resiko terpajannya individu yang alergi terhadap produk betalaktam dan sefalosporin tersebut. Ruang kantin terletak terpisah dari ruang produksi dan terletak di bagian belakang. Sarana untuk mengganti pakaian kerja (locker room) dibuat berhubungan dengan area produksi namun letaknya terpisah. Gedung departemen technical service dan fasilitas lainnya seperti water system letaknya juga terpisah dari area produksi. Semua bangunan dan peralatan yang ada di PT Prafa selalu dirawat secara berkala dan dijaga kebersihannya. 4.4 Peralatan Semua peralatan di PT Prafa memiliki nomor identitas, dokumen kualifikasi, prosedur tetap untuk operasional, pembersihan dan pemeliharaan, serta log book untuk kalibrasi dan pemakaian alat. Pemberian nomor identitas dimaksudkan untuk memudahkan investigasi bila terjadi penyimpangan mutu terhadap bets yang diproduksi oleh alat tersebut karena pada BPR juga dicantumkan nomor identitas alat tersebut. Peralatan-peralatan tersebut dibuat dari baja tahan karat (stainless steel) untuk menghindari reaksi adiksi atau absorpsi

57 48 yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk obat di luar batas yang ditentukan. Peralatan tersebut juga ditempatkan dengan benar sehingga memudahkan pembersihan, perawatan dan perbaikan. Peralatan diletakkan pada jarak yang cukup renggang satu sama lain agar tidak menimbulkan kekeliruan dan memudahkan pergerakan personil. Peralatan dipilih dan diletakkan sesuai dengan fungsinya. Misalnya, peralatan untuk menimbang, mixing dan filling ditempatkan di ruangannya masing-masing. Peralatan juga dibersihkan secara teratur, sesuai prosedur pembersihan alat yang dirinci dalam SOP, untuk mencegah kontaminasi yang dapat merubah identitas, kualitas atau kemurnian suatu produk. Untuk proses pembersihan alat-alat produksi, dilakukan sendiri oleh operator alat tersebut setelah alat selesai dipakai. Peralatan yang digunakan di PT Prafa untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat selalu diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan SOP secara berkala. Seluruh peralatan utama dan kritis yang digunakan harus dikualifikasi terlebih dahulu, yaitu meliputi kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Setiap peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus dipastikan bahwa jadwal kalibrasi peralatan tersebut masih berlaku, sehingga hasil yang diperoleh dari pengujian menggunakan peralatan tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan menunjukkan hasil yang sebenarnya. Untuk peralatan yang digunakan untuk proses produksi, sebelum digunakan harus dipastikan bahwa alat tersebut telah dibersihkan sebelumnya dan telah diberi label BERSIH. Hal ini bertujuan untuk menghindari kontaminasi produk oleh produk yang diproduksi sebelumnya. 4.5 Sanitasi dan Higiene PT Prafa telah menerapkan tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi pada setiap aspek pembuatan obat, meliputi personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sanitasi dan higiene dilakukan untuk menjamin kebersihan dan menjaga mutu produk-produk yang dihasilkan agar terbebas dari kontaminasi dan pencemaran.

58 49 Prosedur higiene perorangan seperti yang dipersyaratkan, yaitu mengenakan pakaian pelindung yang bersih, diberlakukan bagi seluruh personil yang memasuki area produksi, baik karyawan purna waktu, karyawan paruh waktu, maupun bukan karyawan (tamu) yang berada di area pabrik. Untuk tamu yang ingi masuk ke ruang produksi, disediakan pakaian pelindung disposable, yang hanya dapat digunakan sekali pakai. Setiap personil yang akan memasuki area produksi harus mencuci tangan dengan sabun dan menggunakan desinfektan serta memakai pakaian pelindung lengkap dengan penutup kepala, masker, dan sepatu atau alas kaki khusus. Tujuannya adalah agar produk terlindung dari cemaran dan sebagai aspek keamanan personil. Khusus untuk area produksi sediaan steril, hanya personil yang sudah terkualifikasi yang diperbolehkan masuk. Setiap personil diwajibkan mengenakan pakaian pelindung khusus berupa pakaian antistatis poliester yang telah disterilisasi dengan autoklaf serta kacamata pelindung. Sementara itu, pada area produksi betalaktam dan sefalosporin, setiap personil yang akan meninggalkan lokasi, diwajibkan mandi dan mengganti baju untuk menghilangkan partikel bahan aktif yang menempel di tubuh. Pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan personil yang bekerja di PT prafa dilakukan setiap tahunnya. Berdasarkan kebijakan manajemen, setiap personil tidak diperbolehkan merokok, makan, minum, mengunyah, menyimpan makanan atau minuman di area produksi, laboratorium, gudang dan area lain yang mungkin berdampak pada mutu produk. Bagi karyawan yang ingin makan dan minum dapat melakukan kegiatan makan dan minum di kantin. Personel yang hendak meninggalkan area pekerjaannya, seperti makan siang, mereka harus mengganti pakaiannya dengan pakaian yang mereka pakai dari rumah. Di PT Prafa, bangunan yang digunakan untuk produksi didesain dan dikontruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Bangunan dilengkapi dengan toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci tangan dalam jumlah yang cukup dan letaknya mudah diakses dari tempat kerja karyawan. Bagi karyawan yang hendak ke toilet, tidak diperbolehkan untuk mengenakan pakaian dan sepatu pabrik. Semua peralatan yang telah selesai digunakan, dibersihkan bagian dalam dan luarnya sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Peralatan juga dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih dan kering. Sebelum dipakai,

59 50 kebersihannya harus diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Catatan mengenai pelaksanaan pembersihan dan sanitasi sebelum penggunaan peralatan disimpan dengan baik. 4.6 Produksi Proses produksi yang dilakukan di PT Prafa dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Mutu obat yang dihasilkan tidak hanya ditentukan pada hasil akhir analisa obat tetapi juga ditentukan sejak kedatangan material hingga proses produksi selesai, sehingga ada prosedur baku untuk tiap langkah proses beserta persyaratan yang harus diikuti seperti yang tercantum dalam batch production record, sehingga mutu obat yang diproduksi dapat terjamin dan sesuai spesifikasi yang telah ditentukan. Bahan awal yang digunakan untuk kegiatan produksi harus dinyatakan lulus oleh departemen QC. Pemindahan bahan dari gudang ke ruang dispensary untuk dilakukan proses penimbangan melewati ruang buffer yang menggunakan sistem airlock untuk menghindari pencemaran ke area dispensary. Penimbangan bahan awal senantiasa dilakukan sesuai dengan SOP dan didokumentasikan. Penimbangan untuk 1 bets diletakkan di atas palet yang sama dan diberi penandaan yang jelas untuk menghindari terjadinya pencampuran dengan bahan lain. Sebelum proses pengolahan, dilakukan check list terhadap suhu, kelembaban dan tekanan udara dan semua hasil pemeriksaan tersebut dicatat. Semua peralatan dan ruangan yang digunakan dalam proses produksi harus diperiksa dan dinyatakan bersih sebelum digunakan. Selain itu juga dilakukan line clearance untuk mencegah mix up dari produk sebelumnya. Selama proses produksi berlangsung, tiap tahapan dilakukan pengawasan mutu oleh pihak QC lewai In Process Control (IPC), yaitu dengan melakukan sampling dan pemeriksaan parameter kritis terhadap produk antara serta ruahan sebelum tahapan dilanjutkan ke proses selanjutnya serta semua hasilnya didokumentasikan. Parameter yang diperiksa selama proses IPC pada setiap produk memiliki rentang hasil dan jenis pemeriksaan yang berbeda. Rentang hasil

60 51 dan jenis pemeriksaan produk, tercantum dalam batch production record. Selama proses IPC, dilakukan evaluasi parameter-parameter kritis, diantaranya adalah keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan lain-lain. Apabila pada suatu proses ditemukan adanya kelainan atau kegagalan maka harus diselidiki, diatasi, dan didokumentasikan pada Quality Deviation Report (QDR). Proses pengemasan primer dilakukan di departemen produksi sedangkan kemasan sekunder di bagian central packaging. Sebelum pengemasan dimulai, dipastikan bahwa jalur pengemasan dalam keadaan bersih dan bebas dari produk lain yang tidak diperlukan dalam pengemasan. Penandaan pada label, dus ataupun komponen lain dengan nomor bets, tanggal kadaluarsa, dan informasi lain diawasi secara ketat pada setiap tahap pengemasan. Seperti halnya bahan awal, obat jadi juga akan dikarantina hingga semua proses pemeriksaan mutu terkait diselesaikan dan dikeluarkan status released oleh QA 4.7 Pengawasan Mutu Pengawasan mutu di PT Prafa secara menyeluruh dilakukan oleh departemen QC. Pengawasan mutu mencakup kegiatan analisis laboratorium, yaitu pengambilan sampel/sampling, pemeriksaan, dan pengujian baik terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan sampai produk jadi. Juga mencakup uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi dan memperbaharui spesifikasi bahan awal, produk serta metode analisanya. Untuk dapat digunakan dalam proses produksi dan dapat diedarkan, semua bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi mutlak harus lulus pemeriksaan mutu oleh departemen QC dan mendapatkan disposisi released oleh departemen QA. Departemen QC di PT Prafa telah memiliki laboratorium pemeriksaan yang sangat baik yang dilengkapi dengan peralatan yang cukup lengkap. Laboratorium ditempatkan terpisah dari lokasi produksi, bahkan penempatan instrumentasi juga dialokasikan di ruangan khusus bernama instrument room. Hal ini telah disesuaikan dengan persyaratan cara berlaboratorium yang baik atau Good Laboratory Practice dalam CPOB. Dalam melakukan tugasnya, seluruh

61 52 personil diwajibkan untuk memakai jas lab dan alat pengaman seperti masker, kacamata, dan sarung tangan yang disesuaikan dengan keperluannya. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Internal Inspeksi diri dilakukan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program ini dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. PT Prafa melakukan inspeksi diri secara periodik, setiap bulan oleh GMP coordinator dari tiap departemen, setiap 6 bulan oleh departemen QA dan tiap tahun oleh tim gabungan dari pihak internal pabrik. Inspeksi diri ini dilakukan oleh petugas yang kompeten serta memahami peraturan atau regulasi yang terkait secara teoritis maupun praktis. Dengan adanya inspeksi diri, maka dapat dilakukan perbaikan terus menerus terhadap berbagai kelemahan dan memacu setiap departemen untuk selalu menerapkan dan meningkatkan kesadaran CPOB pada setiap personil. Daftar periksa program inspeksi diri di PT Prafa mencakup personalia, bangunan, sarana penunjang dan peralatan, personal higiene, sistem produksi, pengawasan mutu, penanganan keluhan terhadap produk, dokumentasi serta kualifikasi dan validasi. Laporan inspeksi diri dibuat setelah inspeksi diri selesai dilaksanakan yang meliputi hasil temuan inspeksi diri, tindak lanjut, dan saran tindakan perbaikan. Semua prosedur, catatan, dan laporan inspeksi diri didokumentasikan dan disimpan oleh departemen QA. Laporan inspeksi diri ini akan menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan agar penyimpangan yang terjadi tidak terulang dimasa mendatang. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inpeksi diri. Audit mutu yang dilakukan di PT Prafa berupa audit pemasok dan audit distributor yang dilaksanakan oleh QA manager. Audit pemasok dilaksanakan dengan melakukan penilaian (assesment). Assesment dilakukan dengan mengirimkan kuesioner yang akan diisi oleh pemasok yang bersangkutan, serta melakukan kunjungan langsung. Dari hasil audit pemasok, dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan baku dan bahan kemas. Audit ini bertujuan untuk menetapkan kemampuan pemasok dalam pemenuhan standar CPOB. Sedangkan audit distributor dilaksanakan

62 53 dengan melakukan pemeriksaan seperti cara penyimpanan, pendistribusi obat jadi, atau memeriksa ada tidaknya training pada personil yang diselenggarakan oleh distributor bersangkutan. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian Penanganan keluhan, penarikan kembali produk dan produk kembalian di PT Prafa ditangani oleh product integrity dari departemen QA. Laporan dan keluhan mengenai produk dapat disebabkan oleh: a. Keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik, kimiawi atau biologis dari produk atau kemasannya. b. Keluhan atau laporan karena reaksi yang merugikan, seperti alergi. c. Keluhan atau laporan mengenai efek terapetik produk, seperti produk tidak berkhasiat. Bila terdapat keluhan terhadap obat produksi PT Prafa, maka segera dilakukan investigasi dengan melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sampel obat. Jika ditemukan produk yang tidak memenuhi spesifikasi mutu, maka pihak QA akan menginformasikannya ke bagian marketing yang kemudian diteruskan ke distributor untuk segera dilakukan penarikan produk dari pasaran. Produk yang ditarik kembali akan diberi label karantina dan disimpan terpisah di area yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut. Jika ternyata mutunya tidak sesuai dengan persyaratan maka akan dilakukan reposisi/penggantian. Produk kembalian juga ditempatkan pada area terpisah untuk dilakukan investigasi dan diperiksa kembali apakah memenuhi spesifikasi atau tidak. Bila masih memenuhi spesifikasi, produk akan dikemas ulang, rework dan dikembalikan ke pasar. Jika tidak memenuhi spesifikasi, produk kembalian akan dimusnahkan sesuai dengan prosedur. Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian telah diatur dan tertulis dalam SOP. Catatan mengenai produk tersebut akan didokumentasi oleh bagian DCC.

63 Dokumentasi Dokumentasi merupakan salah satu hal yang sangat esensial dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaknya mengutamakan tujuannya yaitu menentukan, memantau atau mencatat mutu dari seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Dokumentasi ini diperlukan pula untuk memastikan bahwa setiap personil menerima uraian tugas secara rinci dan jelas, sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir atau kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya mengandalkan komunikasi lisan. Pada PT Prafa, semua prosedur kerja dicatat dan diuraikan secara tertulis serta dan didokumentasikan dengan baik oleh personil. Hal ini dilakukan karena sistem dokumentasi menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bets suatu produk, sehingga memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets produk yang bersangkutan bila terjadi penyimpangan. Semua dokumen yang ada di PT Prafa tersusun rapi dan memiliki sistem penomoran yang memudahkan penelusuran apabila diperlukan. Semua dokumen tersebut disimpan dan ditangani oleh bagian system compliance yang menangani Document Control Center (DCC). Segala bentuk modifikasi terhadap dokumen dikendalikan melalui prosedur change control. Semua dokumen secara jelas mempunyai judul, tujuan dan isi, serta semua dokumen harus dijaga dan didistribusikan secara confidential. Pencatatan data dalam dokumen dilakukan dengan tulisan tangan secara jelas, rapi dan mudah dibaca serta diwajibkan menggunakan tinta biru. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi antara dokumen original dan dokumen copy. Selain itu, pengesahan setiap dokumen senantiasa dilengkapi dengan tandatangan beserta tanggal dan inisial personil bersangkutan dengan tujuan untuk memudahkan identifikasi personil yang melakukan dokumentasi tersebut Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Adakalanya suatu industri farmasi tidak dapat melakukan proses produksi sendiri disebabkan oleh suatu alasan tertentu, misalnya karena keterbatasan fasilitas sehingga produk tersebut dibuat oleh pabrik lain yang ditunjuk. Dalam

64 55 hal ini, semua kontraktor atau pabrik yang ditunjuk untuk membuat produk harus disetujui status GMP dan standar mutunya sebelum kontrak untuk memproduksi obat tersebut disetujui bersama. Ini disebut dengan toll manufacturing. PT Prafa merupakan salah satu industri farmasi yang menerima pembuatan produk toll manufacturing. Antara PRAFA dan pihak toller memiliki suatu perjanjian kontrak satu sama lain, kontrak ini akan ditangani oleh pihak kantor pusat. Dalam rangka pemberian toll manufacturing, semua pihak toller diizinkan untuk melakukan audit dan inspeksi terhadap bangunan, fasilitas, sarana penunjang, personalia, validasi dan kualifikasi, dokumentasi serta aspek-aspek CPOB yang lain. Kontrak akan menguraikan secara rinci mengenai pengadaan, pengujian, dan pelulusan bahan baku serta bahan kemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi serta proses pengendalian mutu, termasuk pengawasan selama proses, pengambilan sampel dan analisisnya. Hal-hal yang diatur dalam kontrak ini bersifat fleksibel, artinya semua hal yang dilakukan terkait toll manufacturing tergantung pada persetujuan antara PT Prafa dan masing-masing toller, misalnya terdapat sebagian pihak toller yang menyediakan bahan awalnya sendiri sementara bahan awal untuk toller yang lain disediakan oleh pihak PT Prafa dan terdapat toller yang hanya melakukan proses pengemasan sekunder sendiri, sedangkan proses produksi dari bahan awal sampai pengemasan primer dilakukan di PT Prafa Kualifikasi dan Validasi Kualifikasi dan validasi pada PT Prafa dilakukan oleh departemen QA. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Adapun sistem yang divalidasi antara lain: a. Utilitas meliputi water system, HVAC, compressed air, dan steam. b. Sistem komputer. c. Metode analisa kimia dan mikrobiologi.

65 56 d. Prosedur pembersihan dan sanitasi baik terhadap meja kerja, peralatan produksi dan alat bantunya. e. Prosedur produksi dan pengemasan meliputi penimbangan, pembuatan, pengemasan, dan penyimpanan produk. f. Bahan baku dan bahan kemas, termasuk pemasok bahan baku dan bahan kemas. g. Sistem lainnya. Kualifikasi terdiri atas empat tahap, yaitu Design Qualification (DQ), Instalation Qualification (IQ), Operational Qualification (OQ) dan Performance Qualification (PQ). Keempat tahapan kualifikasi dilakukan untuk peralatan dan sistem baru, sedangkan untuk peralatan dan sistem yang dimodifikasi tidak dilakukan tahap Design Qualification. Kualifikasi instalasi dilakukan pada saat instalasi awal, perpindahan lokasi ke gedung lain, perbaikan maupun modifikasi alat yang dapat mempengaruhi instalasi. Kualifikasi operasional dilakukan setelah instalasi awal, perpindahan lokasi ke gedung lain, perbaikan mesin, modifikasi alat maupun penambahan fungsi baru yang dapat mempengaruhi operasional. Kualifikasi kinerja dilakukan setelah kualifikasi operasional, modifikasi alat yang mempengaruhi kinerja. Alasan dilakukannya kualifikasi dan validasi ini adalah untuk memastikan bahwa sistem tersebut senantiasa berfungsi sesuai dengan tujuannya.

66 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama PKPA, dapat disimpulkan bahwa: a. PT Pradja Pharin (Prafa) merupakan industri farmasi yang memproduksi sediaan-sediaan farmasi dengan menerapkan CPOB pada tiap aspek dan rangkaian proses produksinya yang meliputi aspek personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk, dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; serta kualifikasi dan validasi. b. Pada industri farmasi, seorang apoteker memiliki peranan yang sangat penting sebagai personil kunci, yaitu sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala bagian pemastian mutu. 5.2 Saran a. Penerapan seluruh aspek CPOB di PT Pradja Pharin (Prafa) harus selalu dipertahankan dan ditingkatkan agar selalu menghasilkan produk yang berkhasiat, aman dan bermutu secara konsisten. b. PT Pradja Pharin, khususnya departemen Research and Development (R&D) perlu mengembangkan teknologi pembuatan obat yang sudah ada agar tercipta efisiensi kerja. c. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan pengembangan produk, perlu dilakukan kerjasama dengan dunia pendidikan, khususnya bidang kefarmasian. 57

67 58 DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2009). Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta. Menteri Kesehatan RI, (2010). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (1988). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB. Jakarta. Presiden RI. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta. Pharmaceutical Inspection Convention Harmaceutical Inspection Co-Operation Scheme (PIC/S). (2013). Guide To Good Manufacturing Practice For Medicinal Products. Geneva.

68 59 Lampiran 1. Struktur organisasi PT Prafa Plant Manager Logistic Manage r Production Manager QA Manage r QC Manager Technical Services Manager PGA Manager RM&PM Warehouse Spv Finished Goods Warehouse Spv PAC Spv GP Solid Spv Sterile Liquid Injection Spv P&G Spv Betalactam & Cephalosporin Spv System Compliance Spv Validation & Calibration Spv Products Integrity Spv IPC Spv Microbiology Lab Spv Chemical Lab Spv Mechanical and Utility Spv Electrical and System control Spv HR & GS SHE Central Packaging Spv

69 60 Lampiran 2. Struktur organisasi departemen logistik

70 61 Lampiran 3. Bagan alur penerimaan bahan baku dan bahan kemas

71 62 Lampiran 4. Struktur organisasi departemen produksi Production Manager GP Solid Spv Sterile Liquid Injection Spv Betalactam & Cephalosporin Spv P&G Spv Central Packaging Spv

72 63 Lampiran 5. Alur proses produksi sediaan solid dengan metode granulasi basah Zat aktif + diluent Premixing Larutan pengikat/warna Granulasi basah Pengayakan /Sieving Pengeringan IPC Granulasi kering Dengan steam FBD Lubrikan + desintegran Final mixing IPC Tabletting/filling capsule IPC Pengemasan Primer Coating/Polishing IPC

73 64 Lampiran 6. Alur produksi sediaan solid dengan metode granulasi kering Zat aktif + diluen + lubrikan Mixing IPC Compacting/slugging Pengayakan/Shieving Final mixing IPC Tabletting IPC Pengemasan Primer Coating/Polishing IPC

74 65 Lampiran 7. Alur produksi sediaan solid dengan metode spraying Zat aktif + Diluent Premixing Larutan binder/warna Spraying Dengan Fluid Bed Granulator Pengeringan IPC Granulasi kering Lubrikan + desintegran Final mixing IPC Tabletting/filling capsule IPC Pengemasan Primer Coating/Polishing IPC

75 66 Lampiran 8. Proses produksi sediaan steril

76 67 Lampiran 9. Alur proses pengemasan sentral

77 68 Lampiran 10. Struktur organisasi departemen QA

78 69 Lampiran 11. Struktur organisasi departemen QC

79 70 Lampiran 12. Struktur organisasi Technical Services Department

80 71 Lampiran 13. Struktur organisasi departemen Personal and General Affairs (PGA)

81 72 Lampiran 14. Struktur organisasi departemen R&D

82 73 Lampiran 14. Alur pengembangan produk baru

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. Sejak didirikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. PRAFA didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, yang berawal dari sebuah industri rumah tangga dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PRADJA PHARIN DESA KARANG ASEM BARAT CITEUREUP BOGOR JAWA BARAT PERIODE 1 APRIL 31MEI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER RAHMI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. PRAFA didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto Pusposuharto, yang berawal dari sebuah industri rumah tangga dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT PRADJA PHARIN (PRAFA), DESA KARANG ASEM BARAT, CITEUREUP, KABUPATEN BOGOR PERIODE 8 JANUARI - 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017

Viddy A R. II Selasa, 5 September 2017 INDUSTRI No. Tanggal Topik/Pokok Bahasan Substansi materi Dosen I Selasa, 29 Agustus 2017 Pendahuluan -Ruang lingkup industri farmasi -Pemenuhan CPOB -Jenis-jenis industri farmasi -Ciri-ciri industri farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1799/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG INDUSTRI FARMASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa pengaturan tentang Industri Farmasi yang komprehensif

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT 2 JALAN LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI BANDUNG 3 APRIL 2017 31 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: GRACIA GRISELDA, S.Farm NPM. 2448716031 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk menunjang kesehatannya. Semua orang rela mengeluarkan uangnya untuk mendapatkan kesehatan, bahkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. AVENTIS PHARMA JAKARTA Disusun Oleh : Handi Hendra, S. Farm. NIM 103202016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm.

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR. Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) CITEUREUP BOGOR Disusun oleh : Disusun oleh: Ernawati, S.Farm. 073202125 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm

PERIODE XLVIII. DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (10 APRIL 2017 12 MEI 2017) PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH: DIA AMBARSARI, S.Farm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM

PERIODE XLV. Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA, S. Farm. NPM LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK SHARP DOHME PHARMA, Tbk. JL. RAYA PANDAAN KM. 48 PANDAAN PANDAAN-PASURUAN (07 SEPTEMBER 2015 13 OKTOBER 2015) PERIODE XLV Disusun Oleh: CLAUDIA ALVINA,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JALAN SOEKARNO-HATTA NO. 789 BANDUNG 03 APRIL 26 MEI 2017 PERIODE XLVIII DISUSUN OLEH : HELMY ANDRIANTO WIDJAYA, S.Farm. NPM. 2448716033 PROGRAM

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Pradja Pharin (Prafa) Citeureup-Bogor Disusun Oleh: Rima Elfitra Rambe S.Farm. 083202068 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Lembar

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:. TENTANG PEDOMAN PENERAPAN CARA PEMBUATAN KOSMETIKA YANG BAIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1189/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG PRODUKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APRILYA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh:

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung. Disusun Oleh: LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat Bandung Disusun Oleh: Debora R. Hutagaol, S.Farm. NIM 133202215 Dinda Ayyu Hanjaya, S.Farm. NIM 133202126

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOHO INDUSTRI PHARMASI KAWASAN INDUSTRI PULOGADUNG JL. PULOGADUNG NO. 6, JAKARTA PERIODE 16 JANUARI 09 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS 2015 09 OKTOBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: YUVITA ROSARY DEVA, S. Farm NPM. 2448715154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

2 Presiden Nomor 55 Tahun 2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125); 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.794, 2014 KEMEN KP. Obat Ikan. Cara Pembuatan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/PERMEN-KP/2014 TENTANG CARA PEMBUATAN OBAT IKAN YANG

Lebih terperinci

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen

Perencanaan. Pengadaan. Penggunaan. Dukungan Manajemen Perencanaan Penggunaan Pengadaan Dukungan Manajemen Distribusi Penyimpanan Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm

PERIODE XLV. DISUSUN OLEH: FITRI WAHYUNINGSIH, S.Farm LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. HEXPHARM JAYA LABORATORIES JL. ANGSANA RAYA BLOK A3 No. 1 KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICONE 1 LIPPO CIKARANG BEKASI (31 AGUSTUS 30 OKTOBER 2015) PERIODE XLV

Lebih terperinci