LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MARET 2013

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MARET 2013 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Selangkah demi selangkah, walau kecil tapi ku yakin ini bagi peradaban bangsa Puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Zenith Pharmaceuticals, untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Andre Widjajanto, B.Buss, MBA., selaku Direktur PT. Zenith Pharmaceuticals. 2. Bapak Drs. Agus Sidharta, Apt., selaku Plan Manager dan Manajer PPIC (Production Plan and Inventory Control) PT. Zenith Pharmaceuticals, atas kesempatan yang telah diberikan kepada kami untuk melaksanakan PKPA dan sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 3. Bapak Kristoforus K., S.Si., Apt., selaku Formulation Development Manager, sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 4. Bapak Yohanes G. Reyaan, S.Farm, Apt., selaku Manajer Produksi sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 5. Ibu Dewi Triwartini, M.Sc, Apt., selaku Manajer QA (Quality Assurance) sekaligus sebagai pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Zenith iv

5 Pharmaceuticals yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan. 6. Ibu Santi Mulwita, S.Si, Apt., selaku Manajer QC (Quality Control) PT. Zenith Pharmaceuticals. 7. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing dan ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA. 8. Prof. Yahdiana Harahap, M.S, Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. 9. Seluruh staf dan karyawan PT. Zenith Pharmaceuticals, yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan PKPA. 10. Teman-teman PKPA periode Februari-Maret 2013 di PT. Zenith Pharmaceuticals Semarang yang berasal dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dan Universitas Setia Budi (USB) atas kerja sama yang baik selama PKPA berlangsung hingga terselesaikannya laporan PKPA di PT. Zenith Pharmaceuticals Semarang. 11. Orang tua yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral dan finansial kepada penulis. 12. Rekan-rekan mahasiswa Apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker di Universitas Indonesia. 13. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan dan bantuannya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pihak yang membaca. Akhir kata, penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Semarang, Maret 2013 v Penulis

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NPM : Program Studi Fakultas Jenis karya : Roshamur Cahyan Forestrania : Apoteker : Farmasi : Laporan Praktek Kerja demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Zenith Pharmaceuticals Jl. Tambak Aji 1 Periode 4 Februari 28 Maret 2013 beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 26 Agustus 2013 Yang menyatakan ( Roshamur Cahyan Forestrania) vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA AKHIR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN UMUM Gambaran Umum Industri Farmasi Cara Pembuatan Obat Yang Baik... 4 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Gambaran Umum PT. Zenith Pharmaceuticals Departemen PT. Zenith Pharmaceuticals BAB 4 PEMBAHASAN Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan Mutu Inspeksi Diri dan Audit Mutu Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian Dokumentasi Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak vii

8 4.12Validasi dan Kualifikasi BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN viii

9 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan Produksi Nonsteril Menurut CPOB Tabel 2.2 Rekomendasi Sistem Tata Udara Untuk Tiap Kelas Kebersihan Menurut Petunjuk Operasional Penerapan CPOB Tabel 2.3 Rekomendasi Kekuatan Cahaya Untuk Ruangan Daerah Kegiatan menurut Petunjuk Operasional Penerapan CPOB ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Alur Pembuatan Produk Sediaan Kapsul Gambar 2 Alur Pembuatan Produk Sediaan Tablet Gambar 3 Alur Pembuatan Produk Sediaan Sirup Gambar 4 Alur Pembuatan Produk Sediaan Suspensi Gambar 5 Struktur Organisasi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 6 Alur Pengembangan Produk Baru PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 7 Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 8 Alur Perencanaan Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 9 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kapsul PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 10 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kaplet/ Tablet PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 11 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Sirup PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 12 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Suspensi PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 13 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Tablet/Kaplet β-laktam PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 14 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kapsul β-laktam PT. Zenith Pharmaceuticals Gambar 15 Alur Perencanaan Produksi Sediaan Dry Syrup β-laktam PT. Zenith Pharmaceuticals x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan manusia dan menjadi salah satu tolak ukur indeks pembangunan sumber daya manusia sehinga akan selalu menjadi prioritas pembangunan nasional saat ini. Salah satu komponen kesehatan yang sangat strategis adalah tersedianya obat sebagai bagian dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tersedianya obat dalam jumlah, jenis, dan kualitas yang memadai menjadi faktor penting dalam pembangunan nasional khususnya di bidang kesehatan. Obat yang berfungsi untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia harus dibuat dengan cara yang baik agar dihasilkan produk obat dengan mutu yang tinggi (Priyambodo, 2007). Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, memiliki peran strategis dalam usaha pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan, maka industri farmasi dituntut untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai serta dapat menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety), dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan pengobatan (Priyambodo, 2007). Dalam upaya untuk melindungi masyarakat dalam pemakaian obat yang banyak beredar dipasaran maka industri farmasi dan berbagai produk industri farmasi diatur secara ketat. Pengaturan ini ada yang bersifat nasional, regional (misalnya di negara-negara Uni Eropa, ASEAN, dan lain-lain), dan juga secara internasional (WHO). Sebagaimana industri dan produk industri farmasi di negara-negara lain, industri farmasi di Indonesia diberlakukan persyaratan yag diatur dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) (Priyambodo, 2007). CPOB yang merupakan singkatan dari Cara Pembuatan Obat yang Baik adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB 1 Universitas Indonesia

12 2 bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup segala aspek produksi dan pengendalian mutu yakni meliputi personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak serta kualifikasi dan validasi (CPOB 2012). Penerapan aspek-aspek CPOB tersebut harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh industri farmasi sebagai usaha untuk menghasilkan produk obat yang berkhasiat, aman, dan terjamin mutunya bagi masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010). Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang telah diakui untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di berbagai fasilitas kefarmasian, yaitu baik di sektor produksi, distribusi, maupun pelayanan kefarmasian (Peraturan Pemerintah Nomor 5). Industri farmasi obat merupakan salah satu fasilitas kefarmasian di sektor produksi yang melibatkan peran serta apoteker, terutama dalam penerapan CPOB. Hal ini didukung dalam Peraturan Pemerintah No. 5 yang menyebutkan bahwa industri farmasi harus memiliki tiga orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing bidang pemastian mutu, produksi, dan pengawasan mutu. Peran yang penting ini menuntut setiap apoteker yang akan berkiprah di industri farmasi untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang memadai terkait aspek-aspek CPOB ini. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan adanya pemberian bekal pengetahuan dan pengalaman praktis bagi para calon apoteker. Salah satu caranya adalah melalui praktek kerja profesi apoteker di industri farmasi yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Oleh karena itu, sebagai realisasi dalam mencapai tuntutan tersebut dilakukan PKPA (Praktek Kerja Profesi Apoteker) di Zenith Pharmaceutical Semarang mulai tanggal 4 Februari sampai 28 Maret PKPA ini diharapkan dapat memberikan bekal yang cukup bagi para calon apoteker untuk menghadapi dunia kerja di industri farmasi. Universitas Indonesia

13 3 1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker yang dilakukan di Zenith Pharmaceuthicals bertujuan untuk: a. Mengetahui dan memahami penerapan aspek-aspek Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di industri farmasi. b. Memahami tugas dan peran profesi Apoteker di industri farmasi serta mendapatkan pengalaman praktis di lapangan. Universitas Indonesia

14 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Gambaran Umum Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. Industri Farmasi adalah Industri Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Industri farmasi dapat melakukan kegiatan proses pembuatan obat dan atau bahan obat untuk semua tahapan dan atau sebagian tahapan yang harus berdasarkan penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil kemjuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat (seperti registrasi, Cara Pembuatan Obat yang Baik, distribusi dan perdagangan produk yang dihasilkan, dan lain-lain) karena menyangkut jiwa (nyawa) manusia. Disamping menghasilkan obat untuk penderita, juga merupakan suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh keuntungan. Jadi tidak hanya aspek sosial namun juga ada aspek ekonomi. 2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik Manajemen Mutu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) menyangkut seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu, bertujuan uagar obat yang dihasilkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (regristrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang membahayakan penggunaannya karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif (BPOM RI, 2012). Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan tersebut melalui suatu kebijakan mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di dalam perusahaan. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar serta menginkorporasi Cara Pembuatan Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen 4 Universitas Indonesia

15 5 Risiko Mutu. Oleh karena itu, unsur dasar manajemen mutu yaitu (BPOM RI, 2012): a. Infrastruktur atau sistem mutu yang mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan semua sumber daya. b. Tindakan sistematis untuk melaksanakan sistem mutu, yang disebut pemastian mutu (Quality Assurance). Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Semua bagian sistem Pemastian Mutu didukung dengan tersedianya personil yang kompeten, bangunan dan sarana serta peralatan yang cukup memadai. Dari unsur dasar tersebut, maka Sistem Manajemen Mutu di Industri farmasi mencakup antara lain (BPOM RI, 2012): a. Struktur organisasi mutu, termasuk di dalamnnya kewenangan QA/QC. b. Prosedur ataupun proses pengolahan produk c. Pengendalian perubahan d. Sistem pelulusan bahan baku dan produk jadi e. Penanganan penyimpangan f. Pengolahan ulang g. Inspeksi diri atau audit internal h. Pelaksanaan program kualifikasi dan validasi i. Personalia j. Sistem dokumentasi k. Penanganan terhadap perubahan, penyimpangan dan prosedur pengolahan ulang Personalia Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap Universitas Indonesia

16 6 personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaan (BPOM RI, 2012). Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindari resiko terhadap mutu obat. Jumlah personil yang memadai sangat mempengaruhi proses produksi. Kekurangan jumlah personil cenderung mempengaruhi kualitas obat, karena dengan jumlah personil yang terbatas tugas cenderung dilakukan secara tergesagesa. Disamping itu, kekurangan jumlah personil biasanya mengakibatkan kerja lembur sering dilakukan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental baik bagi operator maupun supervisor atau bagi personil pada tingkat lebih atas yang melakukan evaluasi dan/atau mengambil keputusan (BPOM RI, 2012). Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada posisi penanggungjawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis (BPOM RI, 2012). Personil kunci mencakup kepala Bagian Produksi, kepala Bagian Pengawasan Mutu (Quality Control/ QC) dan kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu/Quality Assurance/ QA). Posisi utama tersebut hendaklah dijabat oleh personil purnawaktu, harus independen satu terhadap yang lain, dipimpin oleh orang yang berbeda serta tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing personil hendaklah diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personil tersebut hendaklah tidak memiliki kepentingan lain di luar organisasi yang dapat menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial (BPOM RI, 2012). Berdasar CPOB 2012 masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM mencakup: Universitas Indonesia

17 7 a. Otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen, b. Pemantauan dan pengendalian ling-kungan pembuatan obat, c. Higiene pabrik, d. Validasi proses, e. Pelatihan, f. Persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan, g. Persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak, h. Penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk, i. Penyimpanan catatan, j. Pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB, k. Inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk l. Pemantauan faktor yang mungkin berdampak terhadap mutu produk Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindari pencemaransilang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindari pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari udara, tanah, air, serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi, dilengkapi dan dirawat dengan cermat agar memperoleh perlindungan maksimal dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung dan binatang pengerat. Bangunan serta fasilitas hendaklah dibersihkan dan perlu didesinfeksi sesuai prosedur tertulis yang rinci. Catatan pembersihan dan desinfeksi hendaklah disimpan. Universitas Indonesia

18 7 8 Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan diperbaiki bila perlu. Perbaikan dan perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak mempengaruhi mutu obat pasokan (BPOM RI, 2012) Peralatan Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk. Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai dengan prosedur tertulis yang rinci dengan menggunakan desinfektan yang tepat. Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu peralatan hendaklah dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan, dan nomor bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut (BPOM RI, 2012) Sanitasi Dan Higiene Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup meliputi personil, bangunan, peralatan, dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber pencemaran produk (BPOM RI, 2012) Higiene Perorangan Semua personil yang masuk ke area produksi mengenakan pakaian pelindung yang bersih sesuai dengan kegiatannya. Untuk menjamin perlindungan Universitas Indonesia

19 9 produk dari pencemaran dan untuk keselamatan personil, hendaklah personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Program higiene yang rinci, termasuk prosedur yang berkaitan dengan kesehatan, praktik higiene dan pakaian pelindung personil, hendaklah dibuat secara rinci dan diadaptasikan terhadap berbagai kebutuhan di dalam area pembuatan. Program higien tersebut diantaranya meliputi tidak merokok, makan, minum, memelihara tanaman dalam area produksi; tidak bersentuhan langsung dengan bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terbuka, bahan pengemas primer dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan dengan produk; dan bagi personil yang mengidap penyakit atau menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk hendaklah dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai Sanitasi Bangunan dan Fasilitas 1. Desain dan konstruksi memudahkan sanitasi yang baik; 2. Toilet, ventilasi dan tempat cuci mudah tercukupi dan mudah diakses dari tempat pembuatan. 3. Penyimpanan pakaian dan barang pribadi personil memadai; 4. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman dibatasi di daerah khusus; 5. Sampah dikelola dengan teratur; Pembersihan dan Sanitasi dan Peralatan Setelah digunakan, alat dibersihkan luar maupun dalam sesuai prosedur. Sebelum pakai, dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa produk atau bahan dari bets sebelumnya telah hilang; Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan. Universitas Indonesia

20 10 Prosedur tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan dan penghilangan identitas bets sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum digunakan Produksi Produksi dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan, dan distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Seluruh bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya dengan pesanan. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini juga menyebutkan tahapan proses produksi. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah kondisi tempat dilakukan proses produksi, yaitu jumlah partikel (Tabel 2.1), suhu, kelembapan, dan pertukaran udara ruangan yang digunakan (Tabel 2.2) serta pencahayaan yang cukup (Tabel 2.3) ((BPOM RI, 2012). Universitas Indonesia

21 Pengawasan Mutu Pengawasan Mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan dengan memuaskan. Bagian pengawasan mutu bertanggung jawab untuk memastikan bahwa : a. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya. b. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusikan. c. Suatu bets obat memenuhi persyaratan mutu selama waktu peredaran yang ditetapkan. Bagian pengawasan mutu ini memiliki wewenang khusus untuk memberikan keputusan meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku atau produk obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitis di laboratorium, antara lain: a. Pengambilan sampel. b. Pemeriksaan dan pengujian, yaitu meliputi bahan awal, bahan pengemas, produk jadi, pengujian atau pemantauan lingungan, pengujian ulang bahan yang diluluskan, dan pengolahan ulang. c. Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi. d. Program stabilitas on-going e. Penanganan sampel pertinggal. f. Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta metode pengujiannya (BPOM RI, 2012). Universitas Indonesia

22 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif. Instruksi tertulis untuk inspeksi diri dibuat dengan menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Inspeksi diri dilakukan secara indipenden dan rinci oleh personil perusahaan yang kompeten atau berupa audit independen oleh pihak ketiga. Inspeksi diri dapat dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang menyeluruh hendaklah dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun. Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap pemasok dan penerima kontrak (BPOM RI, 2012) Penanganan keluhan terhadap Obat, Penarikan kembalian obat, Obat kembalian. Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan efektif. Universitas Indonesia

23 Keluhan Penunjukkan personil yang bertanggung jawab diperlukan untuk menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), personil tersebut hendaklah memahami cara penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. Apabila produk pada suatu bets ditemukan atau diduga cacat, maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain juga terpengaruh. Dalam penanganan keluhan terhadap obat yang diduga cacat, perlu adanya suatu prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi, tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan kembali produk. Pencatatan dan pelaporan mengenai kerusakan produk, hendaknya memuat secara rinci mengenai asal-usul keluhan dan diselidiki secara menyeluruh dan mendalam serta dilaporkan kepada manajemen atau bagian yang terkait. Setelah melakukan penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut yang mencakup: 1. Tindakan perbaikan bila diperlukan 2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan 3. Tindakan lain yang tepat. Catatan keluhan hendaklah dikaji secara berkala untuk mengidentifikasi hal yang spesifik atau masalah yang berulang terjadi, yang memerlukan perhatian dan kemungkinan penarikan kembali produk dari peredaran Penarikan Kembali Produk Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran karena keputusan bahwa produk tidak layak lagi untuk diedarkan. Keputusan ini dapat bersumber dari OPO atau dari industri. Penarikan kembali produk dilakukan apabila ditemukan produk yang cacat mutu atau bila ada laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali Universitas Indonesia

24 14 produk dari peredaran dapat mengakibatkan penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Tindakan penarikan kembali produk dilakukan, setelah diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan, dengan segera, dan agar pesan tiba dengan cepat, menggunakan system komunikasi yang efektif seperti telepon, surat elektronis ( ), fax, radio dan TV. Setelah diketahui ada cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang merugikan yang berisiko tinggi, pendistribusian produk hendaklah diembargo dan dilanjutkan dengan tindakan penarikan kembali sampai tingkat konsumen. Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengoordinasikan penarikan kembali produk dan hendaklah ditunjang oleh staf yang memadai untuk menangani semua aspek penarikan kembali sesuai dengan tingkat ugensinya. Untuk mengatur segala tindakan penarikan kembali, perlu tersedia prosedur tertulis yang diperiksa secara berkala dan dimutakhirkan jika perlu (BPOM RI, 2012) Produk Kembalian Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan industri pembuat hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau dipulihkan ke bets berikut hanya bila tanpa keraguan mutunya masih memuaskan setelah dilakukan evaluasi secara kritis oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran. Industri menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis. Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan ke dalam persediaan; 2. produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan Universitas Indonesia

25 15 3. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang (BPOM RI, 2012) Dokumentasi Dokumentasi adalah esensial dalam mengoperasikan suatu industri farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB. Dokumentasi tersebut merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Sistem dokumentasi yang dirancang atau digunakan hendaklah mengutamakan tujuannya, yaitu menentukan, memantau dan mencatat seluruh aspek produksi serta pengendalian dan pengawasan mutu. Untuk memenuhi kebutuhan ini ada berbagai jenis dokumen yang diperlukan, antara lain Spesifikasi, Dokumen Produksi Induk atau Formula Pembuatan, Prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan, yang semuanya harus tersedia secara tertulis, bebas dari kekeliruan, dapat dibaca dan dipahami dengan mudah. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Catatan yang direkomendasikan untuk disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah tanggal daluwarsa produk jadi adalah semua catatan yang berkaitan dengan proses produksi dan pemeriksaan bahan awal yaitu Catatan Pengolahan Bets, Catatan Pengemasan Bets produk, catatan pengambilan sampel, pemeriksaan serta pelulusan bahan awal dan bahan pengemasnya (BPOM RI, 2012) Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara Universitas Indonesia

26 16 jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Tiap bahan atau produk yang diserahkan oleh Pemberi Kontrak kepada Penerima Kontrak hendaklah yang sudah diluluskan oleh Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) Pemberi Kontrak. Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk menilai kompetensi Penerima Kontrak dalam melaksanakan pekerjaan atau pengujian yang diperlukan dan memastikan bahwa prinsip dan pedoman CPOB diikuti. Sebelum surat perjanjian kontrak ditandatangani hendaklah Pemberi Kontrak menginspeksi calon Penerima Kontrak dengan menggunakan daftar periksa yang dapat menyimpulkan bahwa calon Penerima Kontrak dapat melakukan pekerjaan pembuatan produk yang akan dikontrakkan dengan memuaskan (BPOM RI, 2012) Kualifikasi dan Validasi CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan kajian resiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan validasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur dan proses). Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan di dalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. Hendaklah dibuat dokumen RIV yang menyajikan informasi mengenai program kerja validasi perusahaan. Dokumen ini hendaklah juga memberi rincian jadwal kerja validasi yang harus dilaksanakan (BPOM RI, 2012). Universitas Indonesia

27 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Gambaran Umum Zenith Pharmaceuticals Sejarah dan Perkembangan Zenith Pharmaceuticals Zenith Pharmaceuticals didirikan pada tahun 1952 oleh Prof. Drs. Liem Hook Ie (Alm), seorang guru besar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, berlokasi di Jl. Wotgandul Barat No , Semarang. Pengembangan Zenith Pharmaceuticals tahap kedua dimulai pada tahun 1977, tepatnya pada tanggal 2 Mei 1977 dengan hadirnya tenaga-tenaga profesional muda dan manajemen yang lebih baik. Pada tanggal 23 Juli 1994, secara resmi Zenith Pharmaceuticals memulai pengembangan tahap ketiga dengan memindahkan kegiatan produksinya ke lokasi pabrik baru di Jl. Tambak Aji I No. 1, Semarang yang telah dirancang dan dibangun sesuai persyaratan CPOB. Hal ini sesuai dengan tujuan pemerintah agar obat-obatan produksi Indonesia dapat memasuki pasaran internasional dengan penerapan CPOB yang memenuhi persyaratan Good Manufacturing Practice (GMP) secara internasional. Sedangkan lokasi Zenith Pharmaceuticals di Jl. Wotgandul Barat No , Semarang digunakan sebagai kantor dan gudang pemasaran dengan pertimbangan untuk kemudahan pendistribusian dan pemasaran produk obat. Tahun 1994 Zenith Pharmaceuticals semakin berkembang dengan bergabungnya PT Bufa Aneka yang berlokasi di Jl. Tambak Aji V Semarang. Sampai saat ini Zenith Pharmaceuticals melakukan kerjasama Toll Manufacturing dengan PT. Bufa Aneka, sebagian dari produk PT. Bufa Aneka diproduksi oleh Zenith Pharmaceuticals Visi dan Misi Zenith Pharmaceuticals Zenith Pharmaceuticals memiliki motto yaitu Better Health Through Better Madicines sehingga berupaya menghasilkan obat yang baik agar pasien memperoleh kesehatan yang baik. Visi dari Zenith Pharmaceuticals adalah We 17 Universitas Indonesia

28 18 serve world quality health care yang berarti Kami melayani produk kesehatan kelas dunia. Sedangkan Misi Zenith Pharmaceuticals adalah : a. Product Quality (Kualitas Produk) b. HR Quality (Kualitas SDM) c. Affordable (Terjangkau) d. Comply to Regulation (Sesuai dengan Regulasi) e. Good Governance (Pengelolaan yang Baik) f. Research Based Company (Perusahaan berbasis Penelitian) g. Customer satisfaction (Kepuasan Pelanggan) h. Continous improvement (Perbaikan yang terus-menerus) Kebijakan mutu Zenith Pharmaceuticals adalah TEAM (Together Everyone Achieves More) Zenith Pharmaceuticals berkomitmen untuk memproduksi obat yang berkualitas sesuai dengan cgmp dan memberikan kontribusi bagi kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia melalui pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tiap personil secara benar dan terus mencari perbaikan yang berkesinambungan demi terciptanya : Zero recall menjadi kewajiban pada setiap hasil produksi Efektif kualitasnya dan aman Niat konsisten untuk menjaga kualitas Improvement berkelanjutan Tanggung jawab kualitas oleh semua partisipan Harapan pelanggan tercapai melebihi tuntutannya Lokasi dan Sarana Penunjang Zenith Pharmaceuticals Lokasi dan konstruksi bangunan untuk produksi obat-obatan harus memiliki ketentuan untuk mencegah bahaya yang dapat merugikan kualitas obat dan diharapkan dapat memberikan kenyamanan kerja dan kelancaran pelaksanaan operasional perusahaan sehingga dapat berjalan lancar, efektif, dan efisien sesuai dengan perencanaan yang ditetapkan. Zenith Pharmaceuticals terletak di Jl. Tambak Aji No. 1 Semarang, memiliki luas area ± 8000 m 2, sebagian dari tanah tersebut (± 6500m 2 ) digunakan untuk bangunan. Lokasi ini berada di kawasan industry yang sesuai dengan CPOB, sehingga dapat meminimalkan terjadinya Universitas Indonesia

29 19 pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, tanah dan air. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada : a. Tersedianya sumber air bawah tanah sebagai bahan baku pembuatan aqua demineralisata, dan untuk kebutuhan rumah tangga industri. b. Tersedianya sumber aliran listrik dari PLN dan Jenset sebagai cadangan. c. Letaknya yang strategis, yaitu di kawasan industri yang dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan untuk distribusi produk dan kebutuhan transportasi perusahaan. d. Lingkungan pabrik merupakan daerah perindustrian yang jauh dari pemukiman penduduk. Zenith Pharmaceuticals mempunyai dua gedung utama yaitu : 1. Gedung non β-laktam terdiri dari dua lantai meliputi : a. Lantai 1 : Ruang produksi golongan non β-laktam, gudang bahan baku, gudang bahan kemas, gudang obat jadi, ruang Manager Produksi, ruang Plant Manager, ruang Manajer PPIC, ruang kantor administrasi, ruang komputer, ruang ganti pakaian, resepsionis, ruang tunggu, kantin, mushola, koperasi, dan toilet. b. Lantai 2 : Laboratorium R&D, laboratorium pengawasan mutu (QC), ruang contoh pertinggal, ruang Manager R&D, ruang Manager QC, ruang Manager QA, perpustakaan, ruang ganti pakaian, ruang eksekutif, aula, ruang komputer, dan toilet. 2. Gedung β-laktam Gedung β-laktam ini didirikan terpisah dari gedung non β-laktam dengan tujuan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Konstruksi bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan dinding, lantai, dan langitlangitdalam ruang produksi rata, bebas dari keretakan dan dibuat licin menggunakan cat epoxy. Sudut antara dinding, lantai,dan langit-langit berbentuk lengkungan sehingga memudahkan pembersihan dan mencegah kotoran menempel di sudut-sudut ruangan. Besar ruang produksi dibuat dua kali luas permukaan perlatan untuk memudahkan aktifitas karyawan, serta letak ruangan dan mesin produksi berurutan sesuai dengan proses alur produksi. Penerapan sistem airlock di antara bagian dalam dan luar ruang Universitas Indonesia

30 20 produksi bertujuan untuk mencegah dan mengurangi pengotoran oleh partikel debu yang dibawa oleh karyawan ke ruang produksi. Ruang antara tersebut dilengkapi dengan dua pintu yang tidak dapat membuka pada saat bersamaan. Digunakan dua pintu dimaksudkan agar udara dari luar tidak langsung masuk ke dalam ruang produksi karena mempunyai persyaratan jumlah partikel yang berbeda Sumber Daya Manusia (Personalia) Zenith Pharmaceuticals Selain berorientasi pada mutu sediaan obat yang dihasilkan Zenith Pharmaceuticals juga sangat memperhatikan peningkatan sumber daya manusia (SDM) dari kesejahteraan karyawan. Hal ini diwujudkan dengan membentuk suatu wadah bernama Gugus Kendali Karya Kartini 97 yang dibentuk pada 21 April 1997 dengan kegiatan antara lain : a. Koperasi simpan pinjam b. Pendidikan berupa : pelatihan manajemen dan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) bagi karyawan yang dilakukan setiap bulan. c. ZPAS (Zenith Peduli Anak Sekolah), yang menyediakan beasiswa bagi putraputri karyawan Zenith Pharmaceuticals. d. Koperasi karyawan yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang relatif murah dan terjangkau Struktur Organisasi Zenith Pharmaceuticals Struktur organisasi menggambarkan hubungan antara atasan dan bawahan yang ditunjukkan dengan garis komando. Struktur organisasi yang jelas diperlukan agar pertanggungjawaban dan kerjasama terkoordinasi dengan baik sehingga setiap kegiatan dan proses yang ada dapat berjalan efektif dan efisien serta mencegah terjadinya conflict interest. Zenith Pharmaceuticals dipimpin oleh Direktur, yang membawahi Plant Manager, Manager Pemasaran Non Ethical, Manager Pemasaran Ethical, Manager Keuangan dan Manager HR. Dalam melaksanakan tugasnya, Plant Manager dibantu oleh Manager Quality Assurance (QA), Manager Quality Control (R&D), dan Manager Produksi, Manager Teknik, Manager Research and Universitas Indonesia

31 21 Development (R&D), dan Manager PPIC. Manager HR dibantu oleh Bagian Administrasi dan Keuangan serta Bagian General Affairs and Legal (GA&L). Manager QC membawahi para analis. Manager Produksi membawahi 5 kepala bagian, yaitu Supervisor Tablet, Supervisor Sirup dan Kapsul, Supervisor Kemas Primer, Supervisor Kemas Sekunder dan Supervisor Unit β-laktam. Manager PPIC membawahi 3 kepala bagian, yaitu Supervisor Gudang Bahan Baku, Supervisor Gudang Bahan Kemas dan Supervisor Gudang Obat Jadi. Departemen Produksi, Departemen QA, Departemen QC, masing-masing dipimpin oleh apoteker yang berlainan dan tidak saling bertanggung jawab satu sama lain, dan masing-masing diberi wewenang penuh untuk melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Tugas dan wewenang dalam organisasi diberikan dengan jelas dan dapat dipahami dengan baik oleh setiap pekerja melalui sebuah deskripsi tugas. Gambaran tentang struktur organisasi Zenith Pharmaceuticals terdapat pada gambar Hasil Produksi Zenith Pharmaceuticals Sediaan farmasi yang diproduksi oleh Zenith Pharmaceuticals meliputi: a. Sediaan tablet biasa non Antibiotika b. Sediaan tablet salut non Antibiotika c. Sediaan tablet biasa Antibiotika d. Sediaan tablet salut Antibiotika e. Sediaan kapsul keras non Antibiotika f. Sediaan kapsul keras Antibiotika g. Sediaan cairan oral non Antibiotika h. Sediaan cairan oral Antibiotika i. Sediaan tablet biasa Antibiotika Penisilin dan turunannya j. Sediaan tablet salut Antibiotika Penisilin dan turunannya k. Sediaan kapsul keras Antibiotika Penisilin dan turunannya l. Sediaan Suspensi kering Antibiotika oral Penisilin dan turunannya Universitas Indonesia

32 Departemen Zenith Pharmaceuticals Departemen PPIC (Production Plan and Inventory Control) Sesuai dengan namanya, Departemen PPIC (Production Plan and Inventory Control) mempunyai dua tugas utama, yaitu merencanakan produksi dan mengontrol inventari pabrik. Tugas tersebut meliputi perencanaan produksi, perencanaan pengadaan bahan baku dan bahan kemas dan pengendalian inventaris. Fungsi Departemen PPIC adalah : a. Untuk mensinergikan kepentingan marketing dan manufacturing. b. Untuk mensinergikan atau memadukan pihak-pihak dalam organisasi (pemasaran, produksi, personalia dan keuangan) agar dapat bekerja dengan baik. Tugas Departemen PPIC adalah sebagai berikut : a. Membuat rencana produksi berdasarkan ramalan penjualan dari Departemen Pemasaran. b. Membuat rencana pengadaan bahan berdasarkan rencana dan kondisi stok dengan menghitung kebutuhan material produksi menurut standar stok yang ideal (ada batasan jumlah minimal dan maksimal bahan). c. Memantau semua inventory baik untuk proses produksi, stok yang ada di gudang maupun barang yang didatangkan, sehingga pelaksanaan proses dan pemasukan tetap berjalan lancar dan seimbang. d. Membuat evaluasi hasil produksi, hasil penjualan, maupun kondisi inventory. e. Mengolah data dan menganalisa mengenai rencana dan realisasi produksi dan penjualan serta data inventory. f. Menghitung standar kerja karyawan tiap tahun berdasarkan masukan dari bagian produksi atas pengamatan langsung. g. Menghitung standar yield berdasarkan realisasi produksi tiap tahun. h. Aktif berkomunikasi dengan semua pihak yang terkait sehingga diperoleh data yang akurat dan up to date. i. Sebagai juru bicara perusahaan dalam bekerja sama dengan perusahaan lain, seperti : toll manufacturing. Universitas Indonesia

33 23 Sasaran pokok perencanaan produksi : a. Ketepatan waktu dalam memenuhi janji (permintaan) pelanggan. b. Kecepatan waktu penyelesaian pesanan (permintaan) pelanggan. c. Berkurangnya biaya produksi. d. Peluncuran produk baru dan divestment (write off) produk-produk lama berjalan lancar (teratur). Tujuan kontrol inventory: a. Untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan. b. Untuk memperlancar proses produksi. c. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan (stock out). d. Untuk menghadapi fluktuasi harga. Sasaran pokok kontrol inventory adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan. Jenis barang yang berada dalam kontrol inventory di Departemen PPIC meliputi bahan baku, bahan kemas, produk antara dan produk jadi. Dalam menjalankan tugasnya, PPIC merupakan penghubung antar departemen yang ada dalam perusahaan serta mengkoordinasikan fungsi dari masing masing departemen yang terkait. Selain itu, PPIC juga menjadi penghubung dengan industri farmasi lainnya. Hubungan PPIC dengan departemen lain dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Departemen PPIC dengan Departemen R&D Kedua departemen ini bekerjasama dalam pelaksanaan launching produk baru. Departemen R&D akan mengajukan ide tentang pembuatan obat baru, kemudian melakukan trial formulasi untuk memperoleh formula produk yang dianggap paling baik. Jika formula dan cara produksi telah ditentukan, PPIC akan mengatur jadwal produksi sediaan tersebut, baik penyediaan bahan baku maupun bahan kemas. b. Departemen PPIC dengan Bagian Marketing Kedua departemen ini melakukan koordinasi terhadap forecast produk jadi. PPIC akan melihat kebutuhan pasar melalui angka penjualan bulan sebelumnya Universitas Indonesia

34 24 dan PPIC bertugas mengatur stock produk jadi yang ada di gudang dan menyesuaikannya dengan rencana penjualan marketing. Bagian marketing juga bertugas mengatur dan mempersiapkan strategi penjualan produk baru. Bagian marketing juga memberi persetujuan atau penolakan terhadap usulan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan pasar akan produk baru tersebut. c. Departemen PPIC dengan bagian Purchasing Kedua departemen ini bekerjasama dalam pengaturan stock bahan baku dan bahan kemas yang dibutuhkan oleh pabrik. PPIC mengajukan kebutuhan bahan baku dan bahan kemas kepada bagian Purchasing, selanjunya bagian purchasing bertanggungjawab terhadap pembelian dan ketepatan kedatangan bahan baku dan kemas tersebut sesuai dengan jadwal produksi yang dirancang PPIC. d. Departemen PPIC dengan Departemen Produksi Kedua departemen ini bekerjasama dalam koordinasi untuk kelancaran proses produksi. PPIC dan produksi bertugas merancang weekly plan. Departemen produksi akan melakukan produksi mingguannya berdasarkan rolling production plan yang telah disusun oleh departemen PPIC. e. Departemen PPIC dengan Departemen Pengawasan Mutu (QC) Departemen Pengawasan Mutu bertanggungjawab dalam pengawasan mutu produk yang dihasilkan. Departemen pengawasan mutu akan memanfaatkan rolling production plan yang telah disusun oleh departemen PPIC dalam memperkirakan kebutuhan reagen untuk pelaksanaan analisis terhadap produk. f. Departemen PPIC dengan Departemen HRD Berdasarkan Rolling production plan yang telah disusun oleh Departemen PPIC, departemen HRD dapat memperkirakan kemungkinan kebutuhan peningkatan personil demi mendukung pelaksanaan produksi yang telah direncanakan. g. Departemen PPIC dengan bagian Teknik Bagian teknik dapat menentukan waktu perawatan mesin berdasarkan rolling production plan yang telah disusun PPIC. Universitas Indonesia

35 25 h. Departemen PPIC dengan Distributor Distributor bertugas mendistribusikan barang jadi yang akan dipasarkan oleh bagian marketing. Untuk itu diperlukan koordinasi antara PPIC dan distributor terhadap penyediaan produk jadi. i. Departemen PPIC dengan industri lainnya Untuk melaksanakan kerjasama dalam bentuk toll in/toll out, PPIC akan menjadi penghubung antara Zenith Pharmaceuticals dengan industri lainnya. Kegiatan yang dilakukan oleh Departemen PPIC di Zenith Pharmaceuticals antara lain : a. Penerimaan barang Penerimaan barang dilakukan oleh bagian umum atau bagian penerimaan, baik bahan baku maupun bahan kemas. Secara garis besar, alur penerimaan barang di Zenith Pharmaceuticals adalah sebagai berikut : 1) Bagian penerimaan melakukan pemeriksaan barang yang datang, antara lain keadaan fisik, penandaan pada barang seperti label dari pabrik pembuat dan waktu kadaluarsa serta kelengkapan dan kesesuaian dengan surat jalan dan Certificate of Analysis (CoA). Bila telah sesuai, maka surat jalan ditanda tangani dan aslinya kembali ke supplier dengan tembusan disimpan bagian penerimaan. Bila tidak sesuai, barang di-reject dan dikembalikan ke pemasok. 2) Barang-barang yang telah dicek dan sesuai dibuatkan Memo Penerimaan Barang yang terdiri dari 5 lembar (2 lembar berwarna putih, 1 lembar berwarna merah, 1 lembar berwarna kuning dan 1 lembar berwarna hijau) sebagai bukti penerimaan barang dan didistribusikan ke bagian QC, logistik dan keuangan. Barang-barang tersebut ditempatkan di daerah karantina dan diberi label karantina sambil menunggu pemeriksaan oleh bagian QC. 3) Barang-barang tersebut dicatat dalam Buku Ekspedisi Bahan Baku atau Bahan Kemas. 4) Bagian QC melakukan sampling bahan baku dan bahan kemas, kemudian diberi label Contoh Diambil pada barang yg disampling. Petugas QC akan mengisi Log Book yang berisi nama bahan baku, no batch dan jumlah yang disampling pada hari itu. Jika barang release, maka diberi label hijau Diluluskan. Manager QC menandatangani Memo Penerimaan Barang dan Universitas Indonesia

36 26 mengambil lembar kuning. Empat Memo Penerimaan Barang lainnya diteruskan ke bagian logistik. Jika QC me-reject barang tersebut, maka diberi label merah Ditolak dan barang disimpan di gudang reject untuk dikembalikan ke pemasok. Bagian QC juga harus membuat Memo Penolakan Barang (beserta alasan penolakan) yang kemudian diserahkan ke bagian Pembelian, logistik dan penerimaan. 5) Barang yang dinyatakan release oleh bagian QC dimasukkan ke gudang penyimpanan bahan baku atau bahan kemas. Kepala bagian logistik akan menandatangani Memo Penerimaan Barang dan mengambil lembar merah. 6) Memo Penerimaan Barang yang lain kembali lagi ke bagian penerimaan untuk keperluan stock barang. Bagian penerimaan menandatangani Memo Penerimaan Barang tersebut dan kemudian mengambil lembar hijau. Selanjutnya Memo Penerimaan Barang dibawa ke bagian pembelian untuk dilakukan pemastian bahwa barang telah diperiksa oleh bagian QC untuk kemudian diserahkan ke bagian keuangan atau administrasi. Dua lembar putih Memo Penerimaan Barang dan Surat Jalan diserahkan ke bagian keuangan atau administrasi, kemudian ditandatangani dan dijadikan arsip. b. Penyimpanan barang Gudang memerlukan sistem pengendalian yang tepat dan dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan penempatan bahan-bahan secara teratur serta memperkecil resiko kontaminasi silang. Lingkungan penyimpanan disesuaikan dengan sifat dan kondisi yang dipersyaratkan dari bahan yang akan disimpan. c. Pengiriman obat jadi Pengiriman barang atau obat jadi dilakukan berdasarkan rencana harian pengiriman obat jadi. Pengiriman obat jadi dapat dijelaskan berikut ini : a. Bagian Gudang Obat Jadi membuat rencana harian pengiriman obat jadi berdasarkan permintaan pesanan dan kondisi stok, yang tercatat di Buku Rencana Pengiriman Obat Jadi dan dibuatkan Bukti Tanda Terima (BTT) sebanyak tiga lembar (1 lembar warna merah, 1 lembar warna putih dan 1 lembar warna kuning). Universitas Indonesia

37 27 b. Bagian Gudang Obat Jadi menyerahkan barang atau obat jadi yang akan dikirim ke Bagian Pengiriman disertai BTT. c. Bagian pengiriman mencocokkan barang yang akan dikirim dengan BTT seperti nama dan jumlah barang, apabila sesuai maka BTT diparaf. Bila tidak sesuai, dilakukan konfirmasi ke Bagian Gudang Obat Jadi. d. Barang yang telah sesuai dimasukkan ke box dan dicatat dalam Buku Pengiriman (tanggal, nomor polisi mobil, tujuan, sopir, jam berangkat dan jam kembali). e. Barang beserta BTT dikirim ke Wotgandul Barat, PT. Walet atau PT Amapharm. Pihak penerima menandatangani BTT dan mengambil lembar BTT merah. Lembar BTT warna kuning dan putih dikirim kembali ke Bagian Pengiriman dan Bagian Gudang Obat Jadi di Jalan Tambak Aji. f. Setiap sopir yang mengirimkan barang harus membawa Surat Jalan dan Bukti Tanda Terima. Surat Jalan diperiksa oleh satpam ketika akan keluar atau masuk pabrik Gudang Gudang merupakan salah satu sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan. Gudang juga berfungsi melindungi bahan dan produk dari pengaruh lingkungan luar dan serangga. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut maka harus dilakukan pengelolaan pergudangan secara benar atau biasa disebut manajemen pergudangan. Manajemen pergudangan memiliki cakupan antara lain: (1) mengatur orang atau petugas (SDM), (2) mengatur penerimaan barang, (3) mengatur penataan/penyimpanan barang, dan (4) mengatur pelayanan akan permintan barang. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan benar, maka gudang harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yaitu : a. Harus ada Prosedur Tetap (Protap) yang mengatur/tata cara kerja bagian Gudang, termasuk didalamnya mencakup tentang cara penerimaan bahan, penyimpanan dan distribusi bahan/produk. Universitas Indonesia

38 28 b. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dala keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur. c. Harus ada tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah terbakar atau mudah meledak ( misal alkohol atau pelarut organik lain). d. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status karantina dan ditolak e. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area). f. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out). Gudang memerlukan sistem pengendalian yang tepat dan dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan penempatan bahan-bahan secara teratur serta memperkecil resiko kontaminasi silang. Lingkungan penyimpanan disesuaikan dengan sifat dan kondisi yang dipersyaratkan dari bahan yang akan disimpan. Gudang di Zenith Pharmaceuticals terdiri dari Gudang Bahan Baku, Gudang bahan kemas dan Gudang obat jadi. Masing-masing dikepalai oleh seorang kepala bagian. Adapun penjabarannya sebagai berikut: a. Gudang Bahan Baku Gudang bahan baku memiliki dua area yang berfungsi sebagai area sampling dan area penyimpanan. Berikut uraian mengenai kedua area tersebut: 1) Area sampling Area sampling merupakan tempat/ ruang khusus dilakukannya sampling atau pengambilan contoh bahan baku dan bahan kemas primer oleh bagian QC. Kelas ruang area sampling ini dipersyaratkan sama dengan kelas ruang produksi atau grey area (dikondisikan sama dengan ruang dimana bahan tersebut digunakan). 2) Area Penyimpanan Area penyimpanan adalah tempat untuk menyimpan bahan baku yang sudah dinyatakan lolos uji oleh QC. Penataan bahan baku disusun berdasarkan prioritas, artinya bahan baku yang sering digunakan bagian produksi disimpan di depan supaya lebih mudah dalam pengambilan. Bahan aktif dan bahan tambahan disimpan terpisah serta disesuaikan dengan kondisi penyimpanan bahan, misalnya cangkang kapsul disimpan di ruang bersuhu sejuk. Bahan cair dan mudah terbakar Universitas Indonesia

39 29 disimpan terpisah di ruang khusus. Penataan bahan disesuaikan dengan jenis dan kemasan bahan, sedangkan pengeluarannya menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Untuk memudahkan pencarian atau pengeluaran digunakan kartu stelling yang terpasang pada setiap rak. Gudang bahan baku Zenith Pharmaceuticals terdiri dari tiga tingkatan rak. Bahan baku yang dikemas dalam sak-sak atau yang agak ringan ditempatkan di rak bagian atas, sedangkan untuk bahan baku dalam drum-drum berat di rak bawah. Untuk bahan baku β-laktam disimpan di gudang bahan baku β-laktam yang terpisah yaitu di bangunan β-laktam. Tujuannya untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang bahan baku non β-laktam dengan bahan baku β- laktam. b. Gudang Bahan Kemas Gudang bahan kemas terdiri dari tiga ruang gudang, yaitu gudang bahan kemas primer; ruang brosur, etiket dan hologram; dan gudang bahan kemas sekunder. Berikut uraian mengenai ketiga ruangan gudang bahan kemas tersebut : 1) Gudang bahan Kemas Primer Digunakan untuk menyimpan pollycelonium dan botol sirup. Penyimpanan bahan pollycelonium dan cangkang kapsul di ruangan khusus disesuaikan dengan syarat penyimpanannya yaitu pada ruang dengan suhu 20 o -28 o C dan RH %. 2) Ruang Brosur, Etiket dan Hologram (Label Obat) Brosur, etiket dan hologram disimpan dalam ruang khusus yang terkunci untuk menjamin keamanannya 3) Gudang Bahan Kemas Sekunder Digunakan untuk menyimpan folding box, dus dan kaleng (botol plastik). Penataan gudang bahan kemas sekunder menggunakan metode seperti halnya pada gudang bahan baku ada pembagian area khusus untuk setiap jenis bahan kemas. Untuk memudahkan pengambilan, terdapat kartu stelling pada setiap rak serta kartu stok yang terdapat nomor rak dimana bahan kemas tersebut berada. Universitas Indonesia

40 30 c. Gudang Obat Jadi Gudang obat jadi merupakan tempat untuk menyimpan obat jadi hasil produksi siap untuk didistribusikan ke bagian pemasaran. Gudang obat jadi Zenith Pharmaceuticals ada dua tempat yaitu Gudang Utama di pabrik (Jalan Tambak Aji) dan Gudang Tambahan di kantor pemasaran (Jalan Wotgandul Barat). Gudang obat jadi terdiri dari dua area, yaitu area penyimpanan obat jadi dan area pengeluaran barang. Berikut uraian mengenai ketiga ruangan gudang bahan kemas tersebut : 1) Area Penyimpanan Obat Jadi. Area ini digunakan untuk menyimpan obat yang telah di release oleh departemen QA. 2) Area Pengeluaran Barang. Barang utama untuk dikirim hari itu ditata di dekat pintu luar gedung untuk memudahkan pengiriman. Pengeluaran barang juga menggunakan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Dari gudang obat jadi, barang kemudian diserahkan ke Bagian Pengiriman Barang dengan disertai Bukti Tanda Terima. Pengontrolan keluar masuknya barang baik dari Gudang Bahan Baku, Gudang Bahan Kemas, maupun Gudang Obat Jadi dilakukan dengan kartu stok dan kartu stelling. Jumlah barang yang masuk dan keluar akan tercatat dalam kartu stok dan kartu stelling ini. Selain itu, juga dilakukan sistem Stock Opname setiap 3 bulan untuk mengecek kesesuaian antara kartu stok dengan jumlah sebenarnya di gudang. Apabila ditemukan adanya penyimpangan atau perbedaan, maka dibuat laporan penyimpangan dan dilaporkan pada Manajer Produksi untuk ditelusuri lebih lanjut Departemen Research and Development (R&D) Departemen Research and Development untuk Zenith Pharmaceuticals dan PT. Bufa Aneka masih tergabung dalam satu struktur manajemen, dimana Manager R&D membawahi Manager pengembangan formulasi dan Manager pengembangan metode analisa. Manager pengembangan formulasi yang berkantor di PT. Zenith Pharmaceuticals membawahi bagian pengembangan formula (formula untuk produk baru dan pengembangan formula lama) dan bagian pengembangan kemasan. Manager pengembangan metode analisa membawahi Universitas Indonesia

41 31 30 bagian pengembangan metode analisa dan registrasi yang berkantor di PT. Bufa Aneka. Tugas Departemen R&D secara umum adalah : a. Meneliti dan mengembangkan produk baru. b. Mengembangkan produk yang sudah ada (existing product). c. Meneliti dan mengembangkan metode analisa baru. d. Mengembangkan metode analisa produk yang sudah ada. e. Standarisasi kemasan. f. Membuat desain kemasan primer dan sekunder. g. Melakukan pendaftaran atau registrasi produk baru. h. Melakukan uji stabilitas produk obat. i. Melakukan trial production. Departemen Research and Development (R&D) di Zenith Pharmacuticals memiliki 4 bagian, yaitu : a. Pengembangan Formulasi Pengembangan produk baru diawali dari usulan pengembangan produk baru. Usulan produk baru dapat diajukan oleh pihak marketing, departemen R&D maupun dari departemen lain, kemudian pihak yang mengajukan usulan mengisi Form Usulan Pengembangan Produk serta disampaikan pada rapat marketing. Usulan pengembangan produk baruyang telah disetujui kemudian dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Tahunan untuk dibuat jadwal pelaksanaan pengembangan produk baru yang meliputi: formulasi, trial produksi, uji stabilitas produk, analisa dan registrasi produk. Tahap formulasi diawali dengan studi preformulasi, pengujian produk komparator, menetapkan target profile, dan membuat desain formula. Departemen R&D kemudian mempersiapkan bahan-bahan untuk pelaksanaan percobaan. Percobaan dimulai dari skala laboratorium (besar bets minimal 1/10 dari skala pilot) yang diiukuti uji stabilitas dipercepat untuk formula terpilih. Jika hasil baik, dilanjutkan dengan trial skala pilot (besar bets minimal 1/10 dari skala produksi), diikuti validasi proses dan uji stabilitas dipercepat serta long term. Data dua bets skala pilot sudah boleh digunakan untuk proses registrasi ke Badan POM. Setelah nomor ijin keluar, segera dilakukan pembuatan skala produksi yang diikuti dengan validasi proses, uji stabilitas dipercepat dan long term. Selanjutnya Universitas Indonesia

42 32 31 dilakukan launching produk. Alur pengembangan produk baru terdapat pada Gambar 6. b. Pengembangan Produk Eksis Tujuan pengembangan ini adalah melakukan inovasi dalam hal peningkatan mutu produk agar produk yang telah ada tetap eksis dan bersaing di pasaran dengan melakukan improving process dan reformulasi produk serta mencari alternatif bahan baku.pengembangannya dapat berupa paerbaikan bentuk sediaan, perbaikan formula maupun perbaikan kemasan. c. Pengembangan Kemasan Pengembangan kemasan bertugas mendesain kemasan untuk produk baru maupun perubahan kemasan untuk produk lama. Dalam proses pembuatan kemasan produk, bagian pengembangan kemasan membuat beberapa desain kemasan yang kemudian akan dipilih salah satu kemasan yang sesuai dengan spesifikasi. Kemasan berisi nama obat, kandungan zat aktif, kekuatan sediaan, indikasi, aturan pakai, kontraindikasi, peringatan (untuk obat bebas terbatas), mekanisme farmakologi, logo obat (bebas / bebas terbatas / keras), nomor registrasi obat, nomor bets, tanggal pembuatan, tanggal kadaluarsa, nama dan lambang Zenith Pharmaceuticals, dan harga eceran tertinggi (HET) obat. d. Registrasi Produk-produk obat sebelum beredar di pasaran harus mendapatkan ijin edar dengan melakukan pendaftaran produk atau registrasi pada BPOM. Obat-obat yang akan dipasarkan di masyarakat secara legal mempunyai nomer registrasi produk yang dikeluarkan bila telah memmenuhi evaluasi oleh BPOM. e. Pengujian Stabilitas Produk Obat Pada saat melakukan registrasi produk obat baru maupun produk obat copy perlu melampirkan data-data tentang uji stabilitas produk untuk mengetahui masa kadaluarsanya. Stabilitas didefenisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat kimia, fisika, mikrobiologi dan biofarmasi sebelum batas kadaluarsanya. Stabilitas yang dinyatakan sebagai batas waktu atau periode, dimana obat itu masih memenuhi persyaratan, juga disebut selflife. Pada prinsipnya,ada dua macam uji stabilitas, yaitu uji stabilitas jangka panjang (long term testing) yang berguna untuk menentukan kadaluarsa riil dan Universitas Indonesia

43 33 uji stabilitas dipercepat(accelerated testing) yang berguna untuk memprediksi waktu kadaluarsa. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan dengan menyimpan sampel produk pada suhu kamar selama 2 tahun atau lebih, sedangkan uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan menyimpan sampel produk dalam climatic chamber yang suhunya dapat diatur sesuai yang ditentukan selama periode 6 bulan. Kriteria sampel yang diguanakan dalam pelaksanaan uji stabilitas : 1) Berasal dari formula dan bentuk sediaan, kemasan yang sama dengan yang akan dipasarkan. 2) Dapat mewakili proses pembuatan baik produksi skala kecil maupun skala besar. 3) Minimal 3 bets dengan mencantumkan jumlah produk tiap bets, kondisi penyimpanan dan frekuensi pengujian Departemen Produksi Struktur organsasi Departemen Produksi di Zenith Pharmaceutical dipimpin oleh satu orang manajer produksi dengan dua asisten manajer. Manajer produksi membawahi lima supervisor yaitu: bagian tablet, sirup, kemas primer, kemas sekunder dan beta laktam. Setiap supervisor membawahi ketua regu yang mengatur dan mengawasi jalannya proses produksi (Gambar 7) Tugas dan Tanggung Jawab Departemen Produksi mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 1. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang ditetapkan berdasarkan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga kerja, serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasar rencana produksi mingguan. 2. Mengoptimalkan dan mengontrol biaya bulanan dan tahunan yang dipakai untuk mencapai target produksi. 3. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, misalnya AHU, pengendali tekanan udara, suhu, penerangan, kompresor, dan RH. Universitas Indonesia

44 34 4. Memantau produktivitas kerja, output personil dan mesin prouksi. 5. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan mesin. 6. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang dipakai dan dikirim ke pengawas mutu. 7. Membimbing Supervisor dan ketua regu pelaksana. 8. Memberi training 9. Memastikan dipenuhinya standar-standar atau peraturan-peraturan yang berlaku misal CPOB Kegiatan Produksi Kegiatan produksi dapat diartikan sebagai semua kegiatan pembuatan mulai dari perencanaan produksi, penerimaan awal, penimbangan, pengolahan sampai dengan pengemasan hingga menghasilkan produk jadi. Proses produksi di Zenith Pharmaceutical dilakukan dengan mengikuti catatan produksi bets, sebagai dasar dalam pembuatan obat, sehingga dapat menjamin mutu obat sesuai spesifikasi yang ditetapkan. Departemen Produksi di Zenith Pharmaceuticals dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: produksi tablet atau kaplet, produksi sirup dan kapsul, produksi β- laktam, kemas primer dan kemas sekunder. Lingkup kerja departemen produksi, antara lain : a. Perencanaan produksi Perencanaan produksi di Zenith Pharmaceuticals dilakukan seminggu sekali pada saat rapat mingguan yaitu setiap hari Jumat, dipimpin oleh manager Produksi dan melibatkan semua bagian terkait. Perencanaan dibuat berdasarkan atas surat pemesanan dari bagian pemasaran dengan mempertimbangkan kondisi stok dan kapasitas produksi yang ada. Hasil rapat berupa jadwal produksi dan daftar jenis serta jumlah bahan awal yang harus dibeli untuk keperluan produksi satu minggu. Alur perencanaan produksi dapat dilihat pada Gambar 8. Universitas Indonesia

45 35 b. Proses Produksi 1) Produksi Non β-laktam Jenis sediaan non-β-laktam yang dihasilkan Zenith Pharmaceuticals adalah sirup, suspensi, tablet, kaplet, dan kapsul untuk dan sediaan β-laktam berupa sediaan sirup kering, tablet, kaplet, dan kapsul. Proses produksi non-β-laktam di Zenith Pharmaceuticals dibagi menjadi dua, yaitu produksi sediaan solid dan sediaan likuid. Proses produksi sediaan solid di Zenith Pharmaceuticals terdiri dari produksi tablet, kaplet dan kapsul. Alur produksi sediaan kapsul, tablet, sirup, dan suspensi berturut-turur terdapat pada Gambar 9, 10, 11, dan 12. 2) Proses produksi β-laktam Zenith Pharmaceuticals bagian β-laktam memproduksi sirup kering (dry syrup), kapsul dan tablet/kaplet. Metode pembuatan tablet/kaplet yang digunakan adalah metode kempa langsung, sedangkan sediaan kapsul yang diproduksi adalah kapsul keras. Untuk produksi β-laktam diperlukan kondisi khusus, yaitu : a) Pengkondisian udara di ruang produksi yang bertekanan lebih rendah di banding koridor (clean coridor) untuk mencegah keluarnya senyawa β-laktam dari ruangan produksi dan pengaturan udaranya harus terpisah dari ruang produksi lain. b) Pengolahan limbah yang harus ditangani khusus untuk menghilangkan cincin β-laktam. c) Karyawan harus memenuhi persyaratan : tidak memiliki riwayat alergi terhadap senyawa β-laktam. Alur proses produksi sediaan tablet/kaplet, kapsul, dan dry Syrup di β-laktam berturut-turut terdapat pada Gambar 13, 14, dan 15. 3) Pengemasan Bagian ini merupakan tahap akhir dari rangkaian produksi sediaan farmasi dalam menghasilkan produk jadi yang siap dipasarkan. Pengemasan memberikan peranan penting untuk memberikan perlindungan pada produk, identitas obatobatan, dan ikut menentukan dalam membangun minat konsumen yang berdampak langsung pada pemasarannya. Universitas Indonesia

46 36 a) Pengemasan primer Prosedur pengemasan primer Zenith Pharmaceuticals yaitu departemen produksi menyerahkan produk ruahan yang telah dinyatakan lulus oleh QC ke bagian pengemasan primer untuk dikemas (strip, blister, botol atau plastik). Bahan pengemas diperoleh dari gudang bahan kemas menggunakan bon gudang. b) Pengemasan sekunder Bagian kemasan sekunder meminta bahan pengemas dari gudang bahan kemas menggunakan bon gudang. Bahan pengemas sekunder kemudian disimpan sementara di gudang bahan pengemas sekunder siap pakai. Bahan kemas ditandai terlebih dahulu sebelum digunakan. Rekonsiliasi antara bahan pengemas sekunder dengan gudang bahan pengemas untuk bahan pengemas yang lebih atau kurang pakai. Dilakukan penimbangan untuk cek kelengkapan isi Departemen Quality Assurance (QA) Departemen QA memiliki peran yang sangat penting dalam suatu industri farmasi, karena departemen QA berperan dalam membuat kebijakan mutu obat agar produk obat yang dihasilkan konsisten memiliki mutu yang sesuai dengan tujuan pemakakaiannya. Obat yang di produksi oleh industri farmasi Zenith Pharmaceuticals harus memenuhi syarat syarat yang tertera dalam dokumen izin edar dan tidak beresiko pada konsumen, untuk memenuhi hal tersebut Departemen QA membuat suatu kebijakan mutu. Dalam menerapkan kebijakan mutu diperlukan suatu manajemen mutu agar mutu dari produk yang dihasilkan selalu konsisten memenuhi syarat. Untuk mencapai hal ini Departemen QA menyusun SOP (Standar Operasional dan Prosedur) dalam berbagai aspek dan proses yang terkait pemastian mutu produk. Di industri farmasi Zenith Pharmaceuticals, departemen QA tidak terjun langsung ke lapangan dalam mengawasi proses pembuatan produk untuk memastikan mutu produk, tetapi hanya mengawasi dengan melakukan manajemen mutu dan pembuatan kebijakan mutu serta memberikan tanggung jawab pada tiap personalia dalam membangun mutu produk yang konsisten sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Zenith Pharmaceuticals. Universitas Indonesia

47 37 Ruang lingkup kerja Departemen QA di Zenith Pharmaceuticals terkait hal hal yang memiliki pengaruh pada mutu produk, antara lain : a. Dokumentasi 1) Departemen QA bertugas dalam pembuatan SOP (Standard Operational Procedure) yang bersifat general, sistem dokumentasi dan dokumen general lainnya yang terkait dengan mutu. Sedangkan untuk SOP yang bersifat khusus dibuat oleh departemen masing-masing, tugas QA mengontrol dan memeriksa SOP tersebut. 2) Departemen QA mengontrol dan mereview dokumen dan SOP di setiap departemen dan bagian di Zenith Pharmaceuticals, dimana dokumen dokumen yang dibuat oleh tiap departemen harus disetujui oleh manager QA dan pendistribusian dokumen atau SOP tersebut dilakukan oleh departemen QA, agar dokumen dokumen yang beredar di Zenith Pharmaceuticals dapat dipantau oleh departemen QA. 3) Departemen QA melakukan penyimpanan arsip atau dokumen di ruang dokumen khusus (ruang terkunci) dan dengan penataan yang benar. Pemusnahan arsip atau dokumen produk dilakukan satu tahun setelah tanggal kadaluarsa dari produk tersebut dan dibuat berita acara yang akan diarsipkan oleh Zenith Pharmaceuticals sendiri. 4) Departemen QA memiliki master list yang berisi dokumen dokumen yang dimiliki oleh Zenith Pharmaceuticals. Jika ada SOP baru, maka departemen QA bertugas menarik SOP lama dari tiap departemen dan menggantinya dengan SOP baru, karena jika SOP lama tidak ditarik maka dikhawatirkan bahwa ada personalia yang masih melaksanakan SOP lama, meskipun SOP baru telah ditetapkan, sehingga akan berpengaruh pada mutu produk karena pembuatan produk tidak sesuai dengan SOP yang berlaku. Master list itu sendiri diperbaharui setiap 6 bulan sekali. b. Validasi Validasi yang dilakukan antara lain, validasi proses, validasi metode analisa dan validasi pembersihan. Validasi ini dilakukan agar prosedur, proses dan metode analisa yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan Universitas Indonesia

48 38 oleh pabrik. Tugas Departemen QA adalah mengkoordinir protokol dan protap mengenai validasi tersebut. c. Komplain Komplain dapat berasal dari komplain internal (departemen QC, Departemen Produksi) maupun komplain eksternal (dari BPOM atau konsumen). Dalam menangani komplain dari BPOM maupun konsumen, departemen QA akan melakukan investigasi terhadap produk yang dikomplain, selanjutnya pihak Zenith Pharmaceuticals akan memberikan penjelasan kepada konsumen ataupun BPOM melalui Departemen Marketing dan apabila membahayakan konsumen maka produk tersebut akan ditarik dari pasaran. d. Penanganan Penyimpangan dan Aksi Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action Preventive Action/CAPA) Jika terjadi penyimpangan, bagian atau departemen yang melakukan penyimpangan harus mengisi form penyimpangan yang antara lain berisi penyebab penyimpangan dan personil yang melakukan penyimpangan tersebut. Kemudian form ini akan di setujui oleh QA. Selanjutnya QA akan melakukan investigasi terhadap akar permasalahan yang terjadi dan melakukan tindakan perbaikan serta pencegahan agar penyimpangan tidak terulang lagi. e. Pengendalian Perubahan (Change Control) Jika terjadi perubahan seperti perubahan dokumen, alat, atau saran penunjang, maka bagian yang melakukan perubahan harus mengisi form perubahan yang berisi usulan perubahan dan alasan perubahan yang nantinya akan disahkan oleh departemen QA yang selanjutnya QA melakukan verifikasi terhadap tindakan perubahan tersebut. f. Audit Audit yang dilaksanakan di Zenith Pharmaceuticals adalah: 1) Audit internal Audit internal atau disebut dengan inspeksi diri dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu industri memenuhi ketentuan CPOB dan kemudian memberikan tindakan perbaikan jika Universitas Indonesia

49 39 terdapat adanya ketidaksesuaian atau untuk meningkatkan hal-hal yang belum dapat dilaksanakan dengan baik. Audit internal dilakukan terus-menerus secara rutin dalam periode waktu tertentu yakni dua kali dalam setahun dan personil Tim Audit (auditor) adalah personil yang memahami CPOB dan yang telah mendapatkan pelatihan dari auditor yang berpengalaman. Aspek-aspek yang di audit antara lain : a) Personalia b) Bangunan c) Peralatan d) Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas, dan obat jadi. e) Sanitasi dan higieni Departemen yang terlibat dalam audit internal yakni : a) Quality Assurance (QA) b) Quality Control (QC) c) Produksi d) Research and Development (R&D) e) Production Planning and Inventory Control (PPIC) Audit internal antar departemen dilakukan secara silang yakni pada saat salah satu departemen diaudit, maka manager departemen ataupun kepala bagian departemen tersebut tidak ikut serta atau tidak mengaudit diri sendiri. Hasil temuan audit kemudian dicatat dalam suatu formulir (cheklist dan berita acara inspeksi diri), kemudian ditinjau dan dikonfirmasikan kepada departemen/bagian yang diaudit. Departemen yang diaudit tersebut harus bertanggung jawab terhadap hasil temuan dengan melakukan tindakan perbaikan yang sesuai dalam batas waktu yang ditentukan dalam Aksi Perbaikan dan Pencegahan (Corrective Action Preventive Action/CAPA), kemudian pada waktu tertentu akan dilakukan audit ulang untuk memastikan bahwa hasil temuan telah diperbaiki. Langkah-langkah inspeksi diri di Zenith Pharmaceuticals, yaitu: a) Pembuatan program inspeksi diri (1-2 kali dalam setahun atau tergantung pada sering tidaknya ditemukan adanya penyimpangan). Universitas Indonesia

50 40 Pembuatan protap dan daftar periksa (checklist) inspeksi diri. b) Pelatihan ke kepala bagian oleh manager departemen masing-masing. c) Pelaksanaan audit ke departemen/bagian. d) Tindak lanjut perbaikan. Hasil inspeksi diri didokumentasikan sesuai protap dan dilaporkan kepada direktur perusahaan dengan Plant Manager sebagai penanggung jawab tim inspeksi. 2) Audit eksternal Audit eksternal dilaksanakan terhadap pihak ketiga yang berhubungan dengan Zenith seperti pemasok (supplier) atau pembuatan obat kontrak (toll in). Untuk audit pemasok bahan baku dan bahan kemas, departemen QA melakukan evaluasi dan jika tidak ada masalah maka akan menyetujui pemasok tersebut dan masuk dalam list pemasok yang disetujui. Untuk audit pembuatan obat kontrak (toll in) departemen QA melakukan audit ke industri yang mengadakan kontrak dengan Zenith. Selain itu audit eksternal dapat berasal dari Badan POM untuk mengetahui kesesuaian pembuatan obat di Zenith Pharmaceuticals dengan CPOB dan audit registrasi. g. Prosedur pengolahan ulang terhadap produk yang mengalami penyimpangan, dievaluasi dan disetujui. h. Pelulusan Produk Pelulusan produk merupakan hal yang sangat kritis dalam ruang lingkup kerja departemen QA, karena jika mutu obat tersebut tidak terpenuhi tetapi QA meriliskan obat tersebut maka akan berpengaruh buruk bagi konsumen, sehingga agar mutu obat selalu konsisten memenuhi syarat maka mutu harus dibangun dari awal proses pembuatan obat, mulai dari pra-formulasi, pemilihan bahan baku hingga proses pengemasan, penyimpanan dan distribusi ke pasaran. i. Memastikan produk jadi yang disimpan di gudang ditangani dan didistribusikan dengan benar. j. Pembuatan Annual Product Review (APR) Pembuatan APR bertujuan untuk memastikan bahwa proses pembuatan obat berjalan konsisten sesuai syarat mutu yang ditetapkan dan untuk perbaikan proses yang berkesinambungan. Isi dari laporan APR antara lain mengenai : Universitas Indonesia

51 41 1) Bahan baku dan bahan kemas 2) Pengawasan selama proses dan hasil pengujian produk jadi 3) Penyimpangan yang terjadi 4) Perubahan proses dan metode analisa 5) Stabilitas produk 6) Variasi yang diajukan apakah disetujui atau tidak disetujui 7) Retur, penarikan dan keluhan/komplain 8) Kalibrasi Kalibrasi alat di PT. Zenith Pharmaceuticals dilakukan setahun sekali oleh QA dengan mendatangkan teknisi dari luar dengan alat terstandar dan teknisi yang terkualifikasi. Kalibrasi dilakukan terhadap alat ukur seperti timbangan, termometer, HPLC, spektrofotometer, magnehelic, serta alat gelas B dan C. k. Training Training dilakukan pada karyawan baru maupun karyawan lama. Untuk karyawan baru, departemen QA memberikan pelatihan mengenai CPOB agar karyawan dapat memahami mengenai CPOB dan menerapkannya saat bekerja di Zenith Pharmaceuticals. Sedangkan untuk karyawan lama pelatihan yang diberikan berupa ilmu pengetahuan baru yang ter-update, agar pengetahuan karyawan terus bertambah sesuai perkembangan zaman. Di Zenith Pharmaceuticals, pelaksanaan training telah terprogram di masing masing departemen, dimana pelaksanaan training ini harus telah disetujui oleh manager QA. Pelatihan yang dilakukan antara lain : 1) Pelatihan dasar-dasar CPOB 2) Pelatihan prosedur sanitasi dan higieni 3) Pelatihan penangan kebakaran 4) Pelatihan manajemen mutu 5) Pelatihan kualifikasi dan validasi 6) Pelatihan validasi pembersihan 7) Pelatihan sistem pengolahan air 8) Pelatihan uji stabilitas Universitas Indonesia

52 Departemen Quality Control (QC) berikut: Kegiatan Departemen QC PT. Zenith Pharmaceuticals dijabarkan sebagai Pemeriksaan Bahan Baku dan Bahan Kemas Pemeriksaan terhadap bahan baku dan bahan kemas dilakukan untuk memastikan bahwa barang yang dikirim oleh supplier sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya. Berdasarkan hasil pengujian diputuskan apakah bahan baku dan bahan kemas tersebut di-release aau di-reject. Pemeriksaan yang dilakukan oleh QC, meliputi : a. Pengambilan sampel Pengambilan sampel (sampling) dilakukan terhadap bahan baku dan bahan kemas. Pengambilan sampel bahan kemas dilakukan di area karantina sedangkan sampel bahan baku dilakukan dalam ruang khusus pengambilan sampel bahan baku di area karantina. Pengambilan sampel bahan baku yang perlu diperhatikan yaitu nama bahan baku, nomor bets, tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat, jumlah, keadaan wadah secara fisik, dan sertifikat analisa bahan tersebut. Pengambilan sampel bahan kemas yang perlu diperhatikan adalah nama bahan kemas, jumlah, tanggal pencetakan dan nama pemasok/pabrik pembuat. Terdapat tiga pola pengambilan sampel bahan baku yang tercantum dalam CPOB yaitu : 1) Pola Pengambilan Sampel n Dilakukan hanya jika bahan yang akan diambil sampelnya diperkirakan homogen dan diperoleh dari pemasok yang disetujui. Sampel dapat diambil dari bagian manapun dari wadah (umumnya dari lapisan atas). n = 1 + N dimana : n = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel N = jumlah wadah yang diterima Universitas Indonesia

53 43 2) Pola Pengambilan Sampel p Dilakukan jika bahan homogen, diterima dari pemasok yang disetujui dan tujuan utama adalah untuk pengujian identitas. p = 0,4 N dimana : N = jumlah wadah yang diterima/diambil sampel P = jumlah wadah yang dibuka/diambil sampel berdasar pembulatan ke atas 3) Pola Pengambilan Sampel r Dilakukan jika bahan diperkirakan tidak homogen dan atau diterima dari pemasok yang belum dikualifikasi. Pola r dapat digunakan untuk produk herbal yang digunakan sebagai bahan awal. r = 1,5 N dimana : N = jumlah wadah yang diterima/diambil sampel P = jumlah wadah yang diambil berdasar pembulatan ke atas Pola pengambilan sampel untuk bahan tambahan yang digunakan oleh PT. Zenith Pharmaceuticals mengikuti pola pengambilan sampel n, dan untuk bahan aktif mengikuti di sampling 100%. b. Analisa Bahan Baku dan Bahan Kemas Analisa yang dilakukan di laboratorium meliputi pemerian (bentuk, rasa, warna), kelarutan, identifikasi, keasaman atau kebasaan, titik lebur, serta berat jenis dan viskositas (untuk bahan cair), kadar zat aktif, dll. Analisa terhadap bahan baku meliputi : nama, nomor bets, tanggal kadaluarsa, nama pabrik pembuat dan jumlah, pemerian (bentuk, rasa, warna), kelarutan, serta berat jenis (untuk bahan cair). Analisa terhadap bahan kemas meliputi : pemeriksaan terhadap kebenaran nama produk, nama pabrik, nomor registrasi, alamat pabrik, netto, tanggal kadaluarsa, penyimpangan, tanda obat jadi; keseragaman warna dan ukuran; botol kaleng, sendok, tutup botol, pemeriksaan terhadap warna, ukuran berat dan kebersihan. Universitas Indonesia

54 44 Pada bahan baku dan bahan kemas juga dilakukan uji mikrobiologi. Ada 2 faktor yang diuji, yaitu : 1) Uji batas mikroba, berfungsi untuk menetukan batas mikroba dan jamur. 2) Uji potensi, berfungsi untuk menentukan potensi mikroba dan jamur dapat tumbuh In Process Control (IPC) Tujuan utama IPC adalah untuk memastikan bahwa tahapan proses produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu dapat digunakan untuk mengetahui apabila terjadi penyimpangan atau out of spectification selama proses produksi sehingga dapat dengan segera diatasi. Diharapkan hal tersebut dapat meminimalkan resiko kerugian yang mungkin terjadi. IPC dilakukan oleh QC dan oleh produksi. a. IPC pada Penimbangan Bahan Baku Proses penimbangan untuk produksi diawasi oleh QC. Pemeriksaan pada proses penimbangan terdiri dari bahan baku apa yang ditimbang dan berat bahan baku yang ditimbang, memastikan timbangan telah dikalibrasi dan cara peimbangan yang benar (oleh 2 orang, 1 orang menimbang, 1 orang memeriksa). b. IPC pada Proses Pengolahan 1) Tablet atau kaplet Peranan QC pada proses produksi tablet atau kaplet dilakukan pada : a) Proses pengeringan : kadar air (Loss of Drying/LOD) b) Proses lubrikasi : kadar zat aktif c) Proses pencetakan : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan atau keseragaman bobot, disolusi. 2) Kapsul Peranan QC pada proses produksi kapsul dilakukan pada : a) Proses pencampuran atau mixing : kadar zat aktif b) Proses pengisian kapsul : keseragaman sediaan, waktu hancur, disolusi, kadar, deviasi bobot. 3) Sirup Peranan QC pada proses pembuatan sirup dilakukan pada : Universitas Indonesia

55 45 a) Pencampuran : organoleptis, kadar zat aktif, ph, berat jenis. b) Produk antara : organoleptis, kadar zat aktif, ph, berat jenis. c) Produk ruahan : volume terpindahkan, mikrobiologi, kejernihan. 4) Suspensi Peranan QC pada proses pembuatan suspensi dilakukan pada : a) Pencampuran : organoleptis, kadar zat aktif, ph, berat jenis, viskositas. Produk antara : organoleptis, kadar zat aktif, ph, berat jenis, viskositas. b) Produk ruahan : volume terpindahkan, mikrobiologi, viskositas, ph, berat jenis, kadar. 5) Sirup kering Peranan QC pada proses pembuatan sirup kering dilakukan pada : a) Produk antara : organoleptis, kadar ph, bobot jenis. b) Produk ruahan : volume terpindahkan, viskositas, ph, bobot jenis, deviasi, keseragaman bobot, kadar. c. IPC Produk Ruah a) Kapsul i. Memenuhi syarat fisik : warna kapsul, nomor cangkang, ukuran (panjang dan diameter), isi kapsul (warna, bau, rasa). ii. Memenuhi uji kualitatif. iii. Keseragaman sediaan : a. Keseragaman bobot Digunakan untuk produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih bobot satuan sediaan. b. Keseragaman kandungan Dipakai untuk produk yang mengandung zat aktif kurang dari 50 mg. 1) Memenuhi syarat kadar seperti yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi IV atau monografi yang lain jika di Farmakope Indonesia edisi IV tidak tercantum. 2) Memenuhi syarat uji waktu hancur (kecuali dinyatakan lain, waktu hancur kapsul tidak boleh lebih dari 15 menit). 3) Memenuhi deviasi. Universitas Indonesia

56 46 b) Tablet atau Kaplet i. Memenuhi uji fisik yang meliputi : organoleptis (bentuk, warna), ukuran, uji friabilitas. ii. Memenuhi syarat kadar iii. Memenuhi keseragaman sediaan iv. Memenuhi syarat waktu hancur v. Memenuhi syarat uji disolusi vi. Memenuhi deviasi c) Sirup dan suspensi i. Memenuhi syarat organoleptis : bentuk, warna, bau, rasa ii. Memenuhi syarat bobot jenis iii. Memenuhi syarat viskositas (khusus untuk suspensi) iv. Memenuhi syarat ph v. Memenuhi syarat volume terpindahkan vi. Memenuhi syarat kadar d) Sirup kering i. Memenuhi syarat organoleptis : warna, rasa, bentuk, bau ii. Memenuhi syarat kadar setelah dilarutkan iii. Memenuhi syarat volume terpindahkan iv. Memenuhi syarat bobot jenis v. Memenuhi syarat viskositas vi. Memenuhi syarat ph Pemeriksaan mikrobiologi dilaksanakan sesuai dengan standar yang tercantum dalam Farmakope Indonesia edisi IV dan monografi lain jika tidak tercantum di antara keduanya. Pemeriksaan mikrobiologi pada antibiotika biasanya dilakukan untuk uji potensi antibiotika. Bakteri yang digunakan untuk sediaan oral adalah Bacilus subtilis. d. IPC pada Pengemasan 1) Kemasan primer a) Bahan kemas yang sudah dipakai telah diluluskan. b) Kesesuaian bahan pengemas primer yang dipakai dengan produk obat yang dikemas. Universitas Indonesia

57 47 c) Kesesuaian nama, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa antara produk jadi yang dikemas dengan bahan pengemas. d) Kebenaran volume atau jumlah atau berat produk yang dikemas. e) Kualitas pengemas. 2) Kemasan sekunder a) Bahan kemas yang dipakai telah diluluskan. b) Kesesuaian bahan pengemas primer yang dipakai dengan produk obat yang dikemas. c) Kesesuaian nama, nomor bets, dan tanggal kadaluarsa antara produk jadi yang dikemas dengan bahan pengemas. d) Kelengkapan bahan pengemas yang dipakai dari kemasan terkecil sampai yang terbesar. e) Kualitas pengemas. f) Kesesuaian berat penimbangan dari satu karton. e. IPC pada Obat Jadi Setelah melalui proses pengemasan dan sebelum masuk ke dalam gudang obat jadi, obat dimasukkan terlebih dahulu ke dalam ruang karantina. QC mengecek kebenaran nama, nomor bets, label kontrol, brosur, tutup, etiket luar dan dos kemasan luar. Setelah QC memberi persyaratan lulus uji, obat dimasukkan ke gudang obat jadi untuk siap siap didistribusikan. Obat jadi yang telah dipasarkan juga dilakukan pengujian stabilitas. Uji stabilitas dilakukan untuk membuktikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi spesifikasi sampai masa kadaluarsa berakhir. PT. Zenith Pharmaceuticals melakukan uji stabilitas terhadap produk yang masih beredar dipasaran secara rutin sampai batas kadaluarsa produk. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap produk yang ada dipasaran adalah sama dengan pemeriksaan pada obat jadi. Gudang obat jadi akan menyediakan sampel produk sejumlah tertentu yang telah ditetapkan untuk digunakan sebagai sampel pertinggal. Sampel pertinggal adalah sejumlah produk yang disimpan oleh perusahaan yang digunakan untuk arsip perusahaan. Jumlah produk yang digunakan sebagai sampel pertinggal sedikitnya mencukupi untuk tiga kali pengujian ulang. Sampel Universitas Indonesia

58 48 pertinggal disimpan dan digunakan sewaktu-waktu juga ada keluhan konsumen dan pengambilan obat jadi Departemen Engineering (Teknik) Sistem Tata Udara HVAC (Heating Ventilation and Air Conditioning) merupakan system tata udara yang digunakan Zenith Pharmaceuticals. Sistem ini sangat diperlukan untuk mengatur dan mengendalikan kondisi ruangan. Kondisi yang diatur antara lain adalah tekanan, suhu, kelembaban dan jumlah partikel ruangan. Semuanya diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan ruangan bersangkutan. Sistem HVAC pada pabrik menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan sistem resirkulasi yang terdiri dari Pre Filter, Medium Filter, dan HEPA Filter. Suplai udara HVAC berasal dari dua sumber yaitu 70% udara yang disirkulasikan dan 30% fresh air / udara luar. Udara yang masuk terlebih dahulu akan disaring melalui Pre Filter dengan efisiensi 35%, masuk ke medium filter dengan efisiensi 95% dan Hepa filter dengan efisiensi 99,99%. Udara dari filter-filter kemudian melewati cooling coil sehingga terjadi penurunan suhu dan kelembaban udara. Selanjutnya udara dipompa dengan blower kedalam ruang produksi melalui ducting (saluran udara). Jumlah udara yang masuk ke ruang produksi akan diatur menggunakan volume dumper. Udara kotor dari ruang produksi dikeluarkan melalui saluran dust collector, udara tersebut disemprot dengan air melalui wet separator sehingga debu menjadi berat dan akan jatuh dalam penampung debu. Debu pada penampung diambil dan dibakar dalam incinerator dengan suhu 1000 o C. Debu hasil pembakaran berwarna putih dibuang di tempat sampah. Pada Zenith Pharmaceuticals, ruang produksi terdiri dari ruang produksi non-β-laktam dan β-laktam yang merupakan black area dan grey area Dimana untuk non- β-laktam, ruang produksi tablet dibuat lebih negatif dibandingkan koridor (clean koridor) untuk menghindari terjadinya cross contamination. Untuk ruang produksi sirup, dibuat lebih positif dibandingkan dengan koridor agar tidak terkontaminasi debu dari luar. Selain itu, grey area dibuat lebih positif dibandingkan black area. Universitas Indonesia

59 49 Sistem tata udara ruangan produksi β-laktam dirancang secara khusus dan terpisah dengan non-β-laktam. Ruang produksi dibuat dengan clean koridor agar debu produksi sehingga tidak terjadi kontaminasi dan kemungkinan hipersensitivitas. Selain itu, debu dari ruang produksi yang ditampung pada dust collector dinetralkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembakaran menggunakan incenerator untuk menghindarkan terjadinya pencemaran lingkungan Sistem Pengolahan Air Sistem pengolahan atau penyediaan air untuk kebutuhan Zenith Pharmaceuticals berasal dari air tanah yang terdiri dari 2 sumur dengan kedalaman masing-masing 100 meter dan 90 meter. Air dipompa ke dalam Sand Filter yang berisi pasir silica dan batu laut (dilakukan penggantian tiap setahun sekali) untuk menghilangkan kotoran. Selanjutnya air ditampung dalam bak penampungan yang kemudian akan dialirkan ke tendon penampungan. Dari tandon ini, air akan dialirkan melalui 4 pipa berbeda yakni pipa untuk air minum, air rumah tangga, city water dan purified water(pw). a. Air Rumah Tangga Penggunaan air untuk rumah tangga tidak memerlukan pengolahan atau perlakuan tertentu, melainkan langsung dialirkan dari tendon penampungan. b. Air Minum Untuk pengolahan air minum, air dari tendon penampungan akan dialirkan ke dalam manganese filter lalu ke tabung softener yang berfungsi untuk mengurangi kesadahan air. Selanjutnya disaring lagi dengan Cartridge filter 5 μm, dosing dengan carbon aktif untuk menghilangkan warna dan bau. Kemudian dilewatkan pada UV untuk membunuh mikroorganisme. Dari sini air bisa langsung digunakan sebagai air minum. c. City Water Untuk pembuatan city water, air dari tendon penampungan dialirkan ke tabung anion untuk menurunkan konduktivitas. Lalu dilewatkan pada water softener yang selanjutnya akan ditampung pada tank penampungan. City water biasanya digunakan untuk mencuci alat atau mesin produksi. Universitas Indonesia

60 50 d. Purified Water (PW) Purified Water (PW) berasal dari air hasil penampungan pada tandon utama yang dialirkan ke tendon PW yang sebelumnya diberi kaporit untuk menghilangkan lumut. Selanjutnya dialirkan ke Multimedia Filter (MMF) untuk menyaring heavy sedimentation, suspended solid dan partikel dalam air. Disini juga terdapat Natrium bisulfit yang bertujuan untuk mengatur kadar klorit hingga sesuai dengan yang disyaratkan. Melewati Water Softener untuk mengurangi kesadahan dari air yang biasanya disebabkan oleh ion Ca 2+ dan Mg 2+. Air dari Water Softener akan masuk ke dalam Raw Water Tank, kemudian dialirkan menuju Active Carbon Filter (ACF) dan mengalami regenerasi dengan adanya steam (pemanasan). Dari ACF akan diteruskan menuju Reverse Osmosis (RO) untuk proses selanjutnya. RO dalam proses ini ada dua, yaitu RO industrial (RO Water Plus) dan RO Pharma (RO EDI). Air dari ACF menuju ke RO Industrial akan mengalami penyaringan sisa partikel pada Catridge Filter 5 micron hingga 0,0001 mikron. Dosing dengan antiscalant untuk mencegah terbentuknya biofilm atau lendir pada permukaan air akibat pertumbuhan mikroba. Kemudian air akan disaring melalui menbran yang disertai dosing cairan alkali (NaOH) yang berfungsi untuk mengatur ph dan menurunkan konduktivitas < 70 µs (jika konduktivitas >70 µs, maka air tersebut akan kembali secara otomatis untuk disaring kembali. Dari sini air menuju ke RO Pharma. Air akan masuk ke Balance Tank dan mengalami peningkatan suhu. Lalu melewati 4 membran menuju Cartridge filter 2 μm, akan terjadi penyaringan sehingga konduktivitas < 10 µs. Air selanjutnya masuk ke EDI (Electronic De- Ionization), dimana akan terjadi pengikatan ion (+) dan (-), serta penyaringan hingga konduktivitas < 1,3 µs. Kemudian air dialirkan menuju purified water tank dan siap digunakan untuk kebutuhan produksi seperti untuk sirup, cuci, tablet maupun untuk kebutuhan pengujian QC. Air dari purified water tank akan mengalami proses looping yang di sterilisasi menggunakan sinar UV serta dilakukan pemanasan hingga 80 o C. Universitas Indonesia

61 Pengolahan Limbah Limbah merupakan hal yang penting untuk ditangani dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan. Limbah pada Zenith Pharmaceuticals terdiri dari limbah padat dan limbah cair, baik itu yang berasal dari produksi non-β-laktam dan β-laktam. a. Limbah Padat Disini ada 3 jenis limbah padat dan penanganan yang berbeda untuk tiap limbah, yakni: 1) Limbah dari rumah tangga, dikelola oleh Dinas Kebersihan Kota. 2) Bekas wadah atau kemasan bahan awal dijual dan hasilnya dimasukkan ke kas koperasi karyawan. 3) Limbah dari debu produksi, produk reject atau kadaluarsa akan dibakar di incenerator hingga menjadi abu berwarna putih. Hasil pembakaran dibuang ditempat pembuangan akhir. b. Limbah Cair 1) Limbah Cair Non-β-laktam Sistem pengolahan limbah pada pabrik dengan melewati beberapa tahapan pengolahan pada bak-bak tertentu. Sumber limbah cair berasal dari ruang produksi, rumah tangga dan septic tank. Pengolahan limbah cair terdiri dari: a) Bak Penampungan atau Bak Aerasi Bak ini merupakan tempat pengolahan pertama dengan bantuan bakteri pengurai aerob sehingga diperlukan aerasi dengan menggunakan aerator untuk mencegah partikel mengendap pada dasar bak, mengurangi kelembaban dan bau. b) Bak Pengendapan atau Sedimentasi Disini partikel diendapkan untuk memisahkan antara partikel padatan dan cairan. Endapan yang diperoleh,dikeringkan dan dibakar di incenerator. c) Penyaringan atau Filtrasi Pada bak ini terdapat sand filter yang terdiri dari pasir silica, dan krikil yang berfungsi menyaring kotoran dan partikel yang masih terkandung pada limbah. Universitas Indonesia

62 52 d) Bak Penampungan Akhir atau Bak Control Ini merupakan tempat penampungan akhir yang siap untuk dibuang. Bak ini dilengkapi dengan radar otomatis untik mengontrol volume pembuangan air yang akan dibuang secara otomatis. Bagian QC memeriksa COD (Chemical Oxygen Demand) dan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dan ph limbah cair dengan syarat berada pada rentang ph 6,0-7,0 (netral). Jika ph limbah masih kurang dari 7,0 (asam) maka perlu penambahan NaOH hingga mencapai ph yang diinginkan yaitu ph 7,0. Sebaliknya jika ph terlalu basa maka perlu penambahan HCl. Pengecekan secara rutin dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Limbah cair rumah tangga langsung dialirkan ke saluran pembuangan di kawasan industri. 2) Limbah Cair β-laktam Pengolahan Limbah cair β-laktam prinsipnya sama dengan pengolahan limbah cair non-β-laktam. Namun sebelum ditampung di bak penampungan atau aerasi harus diolah terlebih dahulu. Limbah tersebut direaksikan dengan NaOH sampai ph mencapai 12,0 diaduk selama ± 4 jam. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk memecah cincin β-laktam yang berbahaya jika sampai mengkontaminasi lingkungan sekitar. Setelah itu limbah dinetralkan dengan HCl sampai ph 6,0-7,0 kemudian diaduk selama ± 4 jam agar aman dibuang dan dapat disalurkan ke bak penampungan pengolahan limbah cair non β-laktam. Universitas Indonesia

63 BAB 4 PEMBAHASAN Cara Pembuatan Obat yang Baik yang disingkat dengan CPOB merupakan cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup segala aspek produksi dan pengendalian mutu yakni meliputi personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian, dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak serta kualifikasi dan validasi (CPOB 2012). Dengan menerapkan aspek-aspek yang terdapat dalam CPOB, diharapkan obat yang dihasilkan akan terjamin mutunya sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB juga merupakan pedoman bagi pemerintah untuk mengendailkan dan mengawasi industri farmasi dalam menjalankan tanggung jawab profesional dan sosialnya. Zenith Pharmaceuticals sebagai salah satu industri farmasi di Indonesia telah mengikuti petunjuk yang tercantum dalam CPOB dalam kegiatan pembuatan produk obatnya, dimana kualitas produk yang dihasilkan tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan hasil akhir saja, tetapi juga dibentuk pada produk obat itu sendiri (built in quality). Penerapan seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu dalam CPOB oleh Zenith Pharmaceuticals dibuktikan dengan diperolehnya 16 Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sejak tahun 1994 sampai sekarang. Hingga kini Zenith Pharmaceuticals terus menerus melakukan perbaikan dan pengembangan perusahaan agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dan meningkatkan penerapan CPOB sekaligus mewujudkan misinya yaitu memberikan kontribusi untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam waktu dekat, Zenith Pharmaceuticals juga akan membangun pabrik baru yang dirancang sesuai dengan CPOB. Sebagai upaya dalam pengembangan perusahaannya, Zenith Pharmaceuticals bekerja sama dengan beberapa konsultan baik dari dalam negeri 53 Universitas Indonesia

64 54 maupun luar negeri terkait dengan manajemen mutu dan juga usaha pengembangan pabrik. Adanya CPOB 2012 (Cara Pembuatan Obat yang Baik edisi terbaru tahun 2012) yang baru saja disosialisasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, diketahui memiliki sedikit tambahan bahasan yang dapat berpengaruh terhadap penerapan CPOB di Zenith Pharmaceuticals. Namun, beberapa bahasan yang ditambahkan pada CPOB 2012, telah diterapkan oleh Zenith Pharmaceuticals yakni stabilitas on going dan manajemen risiko mutu. Dalam hal ini, hanya beberapa hal saja yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut seiring adanya perubahan dari CPOB Manajemen Mutu Dalam rangka penjaminan mutu obat, tidak hanya ditentukan dari pelulusan serangkaian pengujian, melainkan mutu obat dibangun sejak awal ke dalam produk tersebut. Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan manajemen mutu dengan baik sesuai dengan petunjuk CPOB. Mutu obat jadi produksi Zenith Pharmaceuticals tersebut diterapkan dari bahan awal, misalnya dengan penetapan spesifikasi bahan awal ataupun melakukan proses produksi obat sesuai dengan petunjuk CPOB dan pengawasan mutu disertai dengan melaksanakan pengujianpengujian terhadap bahan baku, bahan kemas dan produk jadi, terhadap bangunan dan peralatan yang dipakai serta semua personil yang terlibat. Terkait hal tersebut, manajemen mutu bertanggung jawab untuk menentukan dan mengimplementasikan kebijakan mutu yang memerlukan keterlibatan dan komitmen dari semua departemen di dalam perusahaan. Salah satu contoh implementasi manajemen mutu di Zenith Pharmaceuticals yaitu mengeliminasi kontaminasi dan tercampurnya produk dengan menerapkan dan memastikan bahwa ruangan produksi memenuhi kriteria kelas kebersihan ruangan produksi setiap kali akan digunakan. Manajemen risiko mutu yang merupakan salah satu bahasan yang ditambahkan pada CPOB 2012 telah dilaksanakan oleh Zenith Pharmaceuticals. Penerapan manajemen resiko mutu di Zenith Pharmaceuticals berguna untuk mengatasi masalah jikalau terjadi suatu penyimpangan selama proses produksi. Universitas Indonesia

65 55 Dimana dalam pengaplikasiannya dapat dilakukan penelusuran permasalahan secara menyeluruh dan mendalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahannya sebagai acuan untuk mengatasi hal tersebut yang terkait dengan mutu obat. Struktur organisasi pada suatu industri farmasi juga merupakan salah satu unsur manajemen mutu dalam CPOB. Zenith Pharmaceuticals telah melakukan pemisahan tugas dan tanggung jawab masing-masing personalia secara jelas dalam struktur organisasinya sesuai dengan petunjuk CPOB agar dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Hal tersebut tergambar secara tertulis dalam job description untuk masing-masing posisi. Tenaga-tenaga farmasi yang ada, khususnya apoteker telah ditempatkan pada posisi yang tepat, yakni seperti manajer produksi beserta dua staf apoteker, manajer penelitian dan pengembangan (R&D) beserta tiga staf apoteker, manajer pengawasan mutu (QC) beserta satu staf apoteker, manajer pemastian mutu (QA) beserta dua staf apoteker dan manajer PPIC. 4.2 Personalia Sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat penting dalam pembentukan dan penerapan pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Zenith Pharmaceuticals berusaha menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang memadai. Sesuai dengan petunjuk Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2012 (CPOB), Zenith Pharmaceuticals telah melakukan pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan yang jelas dalam struktur organisasinya agar dapat dihasilkan kinerja perusahaan yang optimal. Pembagian tugas setiap bagian telah ditetapkan dan hal ini tergambar secara tertulis dan rinci dalam job description masing-masing posisi. Tenaga-tenaga farmasi yang ada pun ditempatkan pada posisi-posisi yang tepat. Hal ini terlihat dari penempatan tenaga farmasi khususnya apoteker pada posisi manajer pemastian mutu (QA), manajer pengawasan mutu (QC), manajer produksi, manajer R&D, manajer PPIC, dan plant manager; sedangakan posisi kepala bagian produksi tablet, kapsul, sirup, gudang bahan baku, dan obat jadi di Zenith Pharmaceuticals ditempati oleh asisten apoteker senior dan terlatih. Universitas Indonesia

66 56 Pada struktur organisasi perusahaan, bagian produksi, bagian PPIC, bagian pemastian mutu, dan pengawasan mutu telah dibuat terpisah atau tidak bertanggung jawab antara satu dengan lainnya serta masing-masing dipimpin oleh apoteker purna waktu yang berlainan sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Hal ini dilakukan agar masing-masing bagian dapat menjalankan tugasnya secara efektif, tidak tumpang tindih, dan profesional. Program-program pelatihan sebagai upaya untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diutamakan oleh Zenith Pharmaceuticals, yakni baik berupa pelatihan CPOB maupun pelatihan bukan CPOB. Pelatihan CPOB yang telah dilakukan secara berkala satu bulan sekali adalah pelatihan tentang sanitasi dan higien. Hal ini penting karena untuk memberikan informasi terhadap seluruh personil di Zenith Pharmaceuticals akan pentingnya memahami konsep sanitasi dan higiene dalam proses pembuatan obat sesuai dengan CPOB. Sedangkan pelatihan bukan CPOB adalah berupa Gugus Kendali Karya Kartini (GKK 97). Pelatihan ini dapat dilakukan di dalam maupun dilakukan pelatihan di luar Zenith Pharmaceuticals. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Zenith Pharmaceuticals tersebut dilakukan secara berkesinambungan dan penerapan efektifitasnya dinilai secara berkala. 4.3 Bangunan dan Fasilitas Aspek bangunan dan fasilitas berdasar atas ketentuan CPOB mensyaratkan tiga hal, yaitu desain, konstruksi, dan letak. Tata letak dan desain ruangan Zenith Pharmaceuticals dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan dan pencemaran silang. Sebagai contoh adalah gedung produksi β- laktam yang terletak terpisah dari bangunan produksi lainnya. Namun, gudang api untuk bahan-bahan mudah terbakar yang terletak terpisah dengan bangunan lain belum tersedia di Zenith Pharmaceuticals. Sementara itu, letak bangunan industri farmasi seharusnya jauh dari pemukiman penduduk. Zenith Pharmaceuticals berdekatan dengan beberapa industri lain seperti industri makanan, industri jamu, industri tekstil, dan tidak berada cukup jauh dari pemukiman penduduk. Konstruksi bangunan Zenith Pharmaceuticals dilengkapi saluran pembuangan air yang efektif dan tertutup agar terlindung dari banjir maupun Universitas Indonesia

67 57 rembesan melalui tanah serta bebas dari masuknya atauppun bersarangnya binatang pengerat seperti tikus, atau serangga sehingga aman dari kemungkinan terjadinya pencemaran dari lingkungan sekeliling gedung. Bangunan dan fasilitas Zenith Pharmaceuticals dirawat dengan baik dan cermat. Beberapa bangunan termasuk area produksi, penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling bangunan dirawat dalam kondisi bersih dan rapi serta diaplikasikan dalam bentuk program kebersihan ruangan. Kegiatan seperti penerimaan bahan, karantina barang masuk, penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan penyerahan bahan atau produk; pengolahan, dan pencucian dilakukan pada area yang telah ditentukan. Bangunan telah memiliki penerangan yang cukup efektif, fasilitas pengendali udara diupayakan agar selalu memenuhi ketentuan CPOB dan penggunaan tenaga listrik yang memadai pada masing-masing ruangan untuk menjamin kelancaran kegiatan. Area penimbangan di Zenith Pharmaceuticals menjadi bagian dari area produksi dengan disain ruangan yang dilengkapi dengan LAF (Laminar Air Flow) untuk menghindari kontaminasi bahan dengan petugas yang menimbang.. Area produksi dibagi menjadi kelas kebersihan E untuk kegiatan produksi dan kelas G untuk kegiatan pengemasan dimana terdapat airlock untuk membatasi keduanya agar udara dari black area tidak masuk ke dalam grey area dengan letak ruangan yang didesain berdasarkan tahapan atau alur produksi. Ruangan produksi memiliki dinding, pintu, lantai dan langit-langit didesain kedap air, dilapisi dengan epoksi, lantai dan langit-langit tidak terdapat celah yang berpotensi menampung debu, sudut-sudut antara dinding berbentuk lengkungan agar mudah dibersihkan serta untuk menghindari pengumpulan dan penglepasan partikel yang dapat mencemari produk. Ruangan produksi juga memiliki sistem dust collector (penghisap debu) dan penyaring udara yang memadai untuk proses sirkulasi dan pencegahan kontaminasi. Luas area kerja produksi Zenith Pharmaceuticals telah didesain memiliki dua kali luas yang diperlukan untuk penempatan peralatan (termasuk wadah yang diperlukan untuk suatu kegiatan) dan juga tersedia area untuk keperluan pembersihan dan perawatan mesin oleh operator produksi atau teknisi. Lampu penerangan di area produksi telah didesain rata dengan langitlangit. Namun demikian, berdasarkan CPOB saklar listrik seharusnya didesain Universitas Indonesia

68 58 datar dengan permukaan dinding namun di Zenith Pharmaceuticals tidak didesain datar dengan dinding. Area penyimpanan Zenith Pharmaceuticals memiliki kapasitas yang cukup memadai untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan. Area penyimpanan dalam kondisi umum maupun khusus selalu dipantau dan dicatat suhu maupun kelembapan setiap empat kali dalam satu hari. Dilakukan juga pemisahan bahan baku, bahan kemas atau produk jadi berdasarkan status pemeriksaan oleh QC yaitu karantina, diluluskan, atau ditolak dengan label yang jelas dan mudah dipahami. Area pengawasan mutu telah terpisah dari area produksi sesuai dengan ketentuan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB). Area pengawasan mutu terdiri dari laboratorium fisiko-kimia, instrumen, ruang contoh tertinggal dan mikrobiologi. Laboratorium mikrobiologi telah didesain sesuai kriteria kelas kebersihan B dan dilengkapi aliran udara laminar di dalam lemari (kelas A) untuk pengujian potensi dan cemaran mikroba. Gedung bagian teknik dan fasilitas pendukung produksi seperti air handling unit tersentralisasi,sementara itu generator dan fasilitas pengolahan air bersih terletak di sebelah timur pabrik. Sarana pendukung yaitu kantin, mushola, dan lainnya terpisah dari area produksi dan pengawasan mutu. Untuk bagian produksi β-laktam Zenith Pharmaceuticals memiliki kantin tersendiri dan berbeda dengan kantin untuk personil kerja produksi non β-laktam. Sarana untuk mengganti pakaian kerja (locker) dan toilet jumlahnya memadai dan mudah diakses dengan letak yang sedemikian rupa sesuai petunjuk CPOB. 4.4 Peralatan CPOB memiliki beberapa persyaratan untuk peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk obat, antara lain desain dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, ditempatkan, dan dikualifikasi dengan tepat. Hal tersebut Universitas Indonesia

69 59 bertujuan untuk memudahkan pembersihan dan perawatan serta menjamin mutu obat agar seragam dari bets ke bets. Peralatan di Zenith Pharmaceuticals telah didesain dan dikonstruksikan sedemikian sehingga sesuai dengan tujuan penggunaanya. Ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat sehingga mutu obat terjamin seragam dari bets ke bets. Peralatan telah dikualifikasi, baik kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, kualifikasi kinerja serta dikalibrasi. Validasi dan kalibrasi peralatan dilakukan untuk menjamin keseragaman produk yang dihasilkan. Validasi dilakukan hanya satu kali, jika perlu dilakukan revalidasi, sedangkan kalibrasi dilakukan secara berkala sesuai jadwal yang telah ditentukan. Peralatan-peralatan produksi di Zenith Pharmaceuticals telah diberi nomor dan tanda pengenal terutama untuk jenis mesin dengan tipe dan merk yang sama sesuai dengan petunjuk CPOB. Penandanaan pipa juga diberikan, yaitu untuk pipa uap diberi warna merah, tetapi untuk air demeniralisata belum diberi penandaan khusus dan belum terbuat dari bahan baja tahan karat seperti yang dipersyaratkan CPOB. Saat ini, Zenith Pharmaceuticals sedang berorientasi kepada peralatan yang terbuat dari stainles steel untuk memenuhi tuntutan baru dari CPOB, salah satunya sistem pemipaan air untuk produksi. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi tidak boleh bereaksi (inert) dan mengabsorpsi ataupun melepaskan partikel yang dapat mempengaruhi identitas, mutu, atau kemurnian di luar batas yang ditentukan. 4.5 Sanitasi dan Higiene Program Sanitasi dan Higien di Zenith Pharmaceuticals dilakukan terhadap bangunan, personalia, peralatan, bahan awal dan bahan kemasan untuk menjamin kebersihan serta menjaga agar produk-produk yang dihasilkan terbebas dari kontaminasi dan pencemaran. Semua karyawan di Zenith Pharmaceuticals wajib menerapkan program higien dengan tujuan untuk keamanan diri sendiri dan untuk menjamin mutu obat dari kontaminasi atau pencemaran. Semua karyawan sebelum memasuki ruangan produksi harus membersihkan diri terlebih dahulu dengan cara mencuci tangan dan kaki dengan sabun, mengenakan perlengkapan pelindung yang bersih seperti Universitas Indonesia

70 60 pakaian kerja, penutup rambut, masker penutup mulut, dan sepatu khusus dan sarung tangan. Persentuhan langsung antara tangan karyawan dengan bahan baku, produk antara, dan produk ruahan dihindarkan. Untuk karyawan di unit β-laktam harus melewati air shower terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan produksi maupun sesudah dari ruangan produksi. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kontaminan yang melekat baik dari dalam maupun luar produksi. Zenith Pharmaceuticals juga menerapkan sanitasi pada ruangan dan peralatan yang digunakan, yaitu dibuktikan dengan melakukan pembersihan bangunan, ruangan, dan peralatan sesuai dengan prosedur tetap yang tersedia, yakni meliputi metode pelaksanaan, alat pembersih, jadwal pelaksanaan, pelaksana dan penanggung jawab, pengawasan serta dokumentasinya. Prosedur pembersihan tersebut tersedia secara tertulis, mudah dipahami, dan harus sudah tervalidasi. Pada label ruang produksi juga tercantum status kebersihan masing-masing ruangan dan peralatan. Ruangan yang akan dipakai untuk proses produksi harus dibersihkan dari sisa-sisa produk sebelumnya. Setiap kali setelah proses produksi berlangsung dilakukan pula pembersihan ruangan. Jika ruangan tidak dilakukan proses produksi sama sekali, maka pembersihan dilakukan tiap tiga hari sekali. Hal ini dilakukan supaya proses produksi selanjutnya tidak terganggu atau terkontaminasi produk sebelumnya dan menjamin kebersihan ruangan untuk produksi. Ruangan yang sedang dibersihkan diberi label merah dengan tulisan UNTUK DISIAPKAN. Apabila alat dan ruangan sudah bersih maka diberi label hijau dengan tulisan SIAP PAKAI, sedangkan bila proses sedang berlangsung maka ruangan diberi label kuning dengan tulisan SEDANG PROSES. Prosedur untuk sanitasi ruangan ditetapkan sebagai berikut : a. Ruangan produksi dibersihkan sebelum dan sesudah produksi. Lantai, dinding dan plafon dibersihkan dengan campuran air dan alkohol 70%, kaca dibersihkan dengan alkohol 70%. Pada bagian plafon sebagai tempat sirkulasi udara biasanya kebih kotor sehingga sebelumnya dibersihkan dulu dengan detergen, kemudian dibilas dengan campuran air dan alkohol 70%. b. Koridor dibersihkan dengan air dan detergen setiap pagi dan sore. Setelah digunakan, peralatan harus dibersihkan baik bagian luar maupun bagian Universitas Indonesia

71 61 dalamnya. Sebelum dipakai, kebersihan peralatan diperiksa lagi untuk memastikan bahwa seluruh isi komponen produk sebelumnya telah dihilangkan. Saat ini Zenith Pharmaceuticals sedang berupaya melaksanakan program validasi pembersihan secara berkala. Tujuan program ini untuk memastikan bahwa hasil penerapan prosedur pembersihan cukup efektif untuk menghilangkan sisa produk sebelumnya, sisa detergen serta tidak terdapat mikroba dan selalu memenuhi persyaratan. Karyawan dilarang merokok, makan, minum atau menyimpan makanan dan minuman di dalam ruang produksi dan laboratorium atau ruangan lain yang kemungkinan dapat menurunkan kualitas produk. Karyawan hanya diperbolehkan makan dan minum di kantin. 4.6 Produksi Bagian produksi di Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan CPOB baik sebelum, selama, maupun setelah proses produksi. Proses produksi dilakukan berdasarkan prinsip pembentukan mutu ke dalam produk (built in quality) dan keseragaman mutu dari bets ke bets, sehingga setiap hal yang terkait dengan pembentukan mutu telah disesuaikan dengan petunjuk yang terdapat dalam CPOB. Hal yang terkait dengan mutu produk antara lain, bahan awal termasuk bahan kemas, ruangan, peralatan, mesin, wadah, proses produksi dan sarana penunjang lainnya. Zenith Pharmaceuticals memproduksi beberapa jenis sediaan seperti kapsul, tablet, kaplet, sirup, suspensi, serta sirup kering. Untuk produksi tablet, kapsul, sirup kering, dan kaplet betalaktam dilaksanakan pada bangunan yang terpisah dan lengkap dengan fasilitas-fasilitas sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB. Selain itu, Zenith Pharmaceuticals juga melakukan kerja sama dibidang produksi dengan perusahaan lain (Toll Manufacturing) terutama untuk produk-produk semi solid. Untuk mendapatkan bahan baku dan bahan kemas, Zenith Pharmaceuticals terlebih dahulu melakukan penilaian terhadap pemasok (vendor approval system) yang dilakukan oleh bagian QA, sehingga bahan baku yang dibeli memiliki Universitas Indonesia

72 62 spesifikasi sesuai dengan yang diinginkan. Bahan baku dan bahan kemas disimpan dalam gudang dengan kondisi yang sesuai dengan sifat fisika-kimia bahan agar selama penyimpanan mutu bahan tetap terjaga dan tidak mengalami perubahan. Bahan awal dan bahan kemas diperiksa mutunya oleh bagian QC sebelum digunakan untuk proses produksi dan diberi nomor kode tertentu yang digunakan untuk mempermudah penelusuran kembali bahan serta terdapat informasi yang jelas pada bahan mengenai status pemeriksaannya berupa label yang berwarna hijau bila bahan awal lulus pemeriksaan QC, kuning untuk karantina dan merah bila bahan ditolak (rejected). Masing-masing bahan awal disimpan terpisah digudang sesuai dengan statusnya. Bahan awal yang telah diluluskan dalam masa penyimpanannya mengalami pengujian kembali setelah periode waktu tertentu (retest). Hal tersebut sesuai dengan petunjuk CPOB tentang penanganan bahan awal. Peralatan, mesin dan wadah untuk proses produksi di Zenith Pharmaceuticals memiliki desain dan konstruksi yang sesuai CPOB sehingga tidak mempengaruhi bahan awal maupun produk dan memiliki jadwal perawatan rutin serta prosedur pembersihan yang telah divalidasi. Hal ini diharapkan dapat menghasilkan proses produksi yang seragam agar produk yang dihasilkan juga memiliki mutu yang seragam. Terdapat informasi yang jelas berupa label pada setiap peralatan mesin dan ruangan yang berisi tentang status kebersihan, bahan yang sedang diolah, nomor bets dan tahapan proses yang sedang berjalan. Selama proses produksi dilakukan penilaian oleh bagian QC, sehingga sebelum menjadi produk jadi, mutu telah terpantau pada setiap tahap produksi. Terdapat prosedur tertulis yang menjelaskan cara pengambilan sampel, pengujian dan pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses dari tiap bets, sehingga dipastikan keseragaman mutu dari tiap bets produksi. Pada proses pengemasan terlebih dahulu diperiksa kesiapan jalur (line clearance) untuk memastikan bahwa tidak terdapat material dari bets sebelumnya serta memeriksa kesesuaian line terhadap nama produk, berat dan nomor bets. Dilakukan juga proses pengawasan selama proses pengemasan dengan mengambil contoh untuk diperiksa keadaan fisik produk. Universitas Indonesia

73 Pengawasan Mutu Penarapan pengawasan mutu di Zenith Pharmaceuticals tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tetapi terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Bagian pengawasan mutu bersifat independen dan tidak memiliki ketergantungan atau bertanggung jawab dengan bagian produksi maupun pemastian mutu sehingga dapat melakukan tugasnya dengan baik. Bagian pengawasan mutu telah dipimpin oleh seorang apoteker dan tiap personil yang bertugas atau yang melakukan kegiatan laboratorium, telah memiliki pendidikan, pelatihan, maupun pengalaman yang sesuai untuk melaksanakan tugasnya. Personil yang ada di laboratorium terdiri dari seorang apoteker, tujuh analis, dan dibantu 11 pelaksana. Dalam hal ini, jumlah tersebut tergolong belum termasuk jumlah yang ideal, karena produk obat yang dihasilkan Zenith Pharmaceuticals banyak dan beragam. Peralatan dan instrumen yang digunakan telah memiliki prosedur tetap pengoprasian alat dan telah dikualifikasi dan dikalibrasi secara rutin, sehingga memberikan pengukuran yang valid. Adapun kegiatan kalibrasi yang dilakukan adalah satu tahun satu kali dengan jadwal yang telah terprogram, sedangkan kualifikasi alat dilakukan satu kali saat alat tersebut datang. Metode analisa yang digunakan, spesifikasi, dan prosedur pengujian telah disesuaikan dengan literatur dalam farmakope maupun sesuai literatur lain yang mendukung seperti, British Pharmacopoeia, US Pharmacopoeia, dan juga artikel-artikel yang disesuaikan dengan fasilitas analisa yang ada dalam laboratorium pengawasan mutu Zenith Pharmaceuticals. Hal tersebut dilakukan setelah sebelumnya dilakukan kualifikasi metode analisa. Hasil analisa telah memiliki catatan analisis berupa lembar kerja (worksheet) sesuai dengan petunjuk CPOB. Proses pengambilan sampel bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi tercantum dalam SOP (Standard Operating Procedure). Pengawasan mutu juga melakukan pengawasan produk yang telah dipasarkan dengan cara mengambil dan menyimpan beberapa produk sebagai sampel pertinggal (retain sample). Disimpan berdasarkan nomor bets dan minggu produk tersebut di produksi. Disimpan sampai tanggal dan tahun kadaluarsa. Selain itu pengawasan mutu juga melakukan real time sample (contoh produk sebenarnya), Universitas Indonesia

74 64 dimana sampel yang diambil ialah sampel yang diproduksi pada minggu pertama tahun produksi pertama dan dilakukan hanya satu kali tiap tahunnya. Studi stabilitas produk dipercepat juga dilakukan oleh pengawasan mutu Zenith Pharmaceuticals. Sementara itu, adanya penambahan bahasan CPOB 2012 mengenai uji stabilitas on going telah dilakukan oleh departemen Quality Assurance (QA) Zenith Pharmaceuticals. 4.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu Kegiatan inspeksi diri dan audit mutu di Zenith Pharmaceuticals bertujuan untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu masih memenuhi ketentuan CPOB. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Inspeksi diri dan audit mutu dilakukan oleh tim internal yang mewakili masing-masing departemen terkait setiap satu tahun sekali. Aspek-aspek yang diperiksa untuk diinspeksi dan diaudit meliputi aspek-aspek CPOB. Program inspeksi diri di Zenith Pharmaceuticals dilakukan oleh tim audit yang terdiri dari semua manajer departemen dan kepala bagian. Pada saat salah satu departemen diaudit, manajer departemen ataupun kepala bagian Departemen tersebut tidak ikut serta atau tidak mengaudit diri sendiri. Hasil temuan (keluhankeluhan) audit dicatat dalam suatu formulir, kemudian di-review dan dikonfirmasikan kepada departemen/bagian yang diaudit. Departemen yang diaudit tersebut harus bertanggung jawab terhadap hasil temuan, kemudian pada waktu tertentu akan dilakukan audit ulang untuk memastikan bahwa hasil temuan telah diperbaiki. Sistem penilaian yang diberikan berupa pemeriksaan berdasarkan checklist dan pemberian point tertentu (5, 4, 3, 2, 1, 0). Semakin kecil nilai yang diperoleh maka menunjukkan hasil yang semakin baik, begitu pula sebaliknya. Langkah-langkah inspeksi diri di Zenith Pharmaceuticals, yaitu: 1. Pembuatan program dan jadwal inspeksi diri 2. Pembuatan protap dan daftar periksa (checklist) inspeksi diri 3. Evaluasi kesesuaian checklist 4. Pelatihan untuk kepala bagian oleh manajer departemen masing-masing 5. Pelaksanaan audit ke departemen/bagian. Universitas Indonesia

75 65 6. Tindak lanjut perbaikan 7. Hasil inspeksi diri didokumentasikan sesuai protap dan dilaporkan kepada direktur perusahaan dengan Plant Manager sebagai penanggung jawab tim inspeksi diri. 4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat Kembalian Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau beberapa batch atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai distribusi. Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh obat jadi tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis obat jadi yang bersangkutan. Zenith Pharmaceuticals telah memiliki prosedur tetap penanganan terhadap produk, penarikan kembali produk dan produk kembalian yang tercantum dalam Prosedur Tetap. Zenith Pharmaceuticals membagi produk kembalian menjadi dua jenis yaitu obat kadaluwarsa dan obat yang cacat atau rusak. Produk kembalian diterima oleh Zenith Pharmaceuticals melalui distributor-distributornya. Produk kembalian tersebut disimpan di ruang karantina untuk menunggu diperiksa. Obat yang diterima akan diperiksa kelengkapannya, kemudian bagian pengawasan mutu akan melakukan pemeriksaan lalu akan memberikan hasil pemeriksaan ke bagian pemastian mutu. Barang yang diterima diperiksa jumlahnya, nomor bets dan dibandingkan dengan retained sample (contoh pertinggal). Penyimpanan contoh pertinggal dilakukan sesuai dengan persyaratan penyimpanan obat yang tertera pada label atau etiket. Contoh pertinggal disimpan selama expired + 1 tahun, setelah itu dimusnahkan. Jika obat tersebut sudah kadaluwarsa, maka akan dimusnahkan, produk kadaluwarsa tersebut dikembalikan ke Zenith Pharmaceuticals, dan produk akan diganti dengan yang baru. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dapat dimanfaatkan atau dikembalikan sebagai stok. Jika yang rusak hanya kemasannya saja, maka akan dilakukan proses pengemasan ulang. Prosedur Universitas Indonesia

76 66 pemusnahan harus dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan dan kemungkinan dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Keputusan untuk melakukan pemusnahan, penggantian dan pengemasan ulang ditentukan oleh bagian pemastian mutu berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap produk kembalian Dokumentasi Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dan merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi di Zenith Pharmaceuticals fundamental sifatnya, yaitu untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko salah penafsiran dan kekeliruan yang dapat timbul jika hanya mengandalkan komunikasi lisan. Keterbacaan dokumen hal yang sangat penting di Zenith Pharmaceuticals. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam rangkaian produksi selalu terdokumentasi dengan baik. Pengelolaan dokumentasi yang ditetapkan oleh Zenith Pharmaceuticals telah sesuai dengan CPOB serta tersimpan dengan baik dan benar sesuai dengan sifat dari dokumen-dokumen tersebut. Sistem dokumentasi yang baik menggambarkan riwayat lengkap dari suatu bets (batch record) sehingga memungkinkan untuk penelusuran kembali bila terjadi masalah pada produksi tersebut. Batch record berisi mencakup kegiatan selama proses produksi, pengawasan mutu, pemeliharaan peralatan, penyimpanan, distribusi bahan, dan hal-hal spesifik lainnya Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu toll out dan toll in. Toll out adalah manufacturing yang dilakukan di industri farmasi lain, sedangkan toll in adalah manufacturing produk industri farmasi lain yang dilakukan di Zenith Pharmaceuticals. Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak yang dilakukan di Zenith Pharmaceuticals adalah berupa kerjasama toll in dari industri farmasi lain dan toll out ke industri farmasi lain untuk obat-obatan semi solid. Universitas Indonesia

77 67 Berdasarkan CPOB, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis harus dibuat secara jelas dan mampu menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Sebelum pelaksanaan toll in, pihak pemberi kontrak terlebih dahulu melakukan audit terhadap Zenith Pharmaceuticals untuk melihat fasilitas yang dimiliki berkaitan dengan produk yang akan di-toll in-kan, begitu juga saat Zenith Pharmaceuticals akan melakukan toll out Validasi dan Kualifikasi Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) dalam setiap kegiatannya, salah satunya yaitu melaksanakan validasi. Validasi merupakan bagian yang penting dari CPOB untuk menjamin bahwa produk obat yang dihasilkan mempunyai kualitas yang konsisten. Validasi adalah suatu tindakan pembuktian yang sesuai dengan prinsip-prinsip dari CPOB bahwa prosedur, proses, peralatan, bahan-bahan, aktivitas atau sistem berfungsi sesuai dengan yang disyaratkan. Dengan kata lain validasi adalah suatu uji atau membuktikan keabsahan. Prinsip yang harus dipegang oleh industri farmasi adalah jaminan mutu (quality, safety,efficacy) harus dibangun di dalam produk tersebut. Kualitas tidak hanya dipastikan pada produk jadi tetapi tiap tahap proses harus dikontrol. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu prosedur yang terkendali yang dibuat untuk melakukan setiap tahap proses produksi dan dilakukan pengawasan pada setiap tahap proses. Oleh karena itu diperlukan serangkaian kegiatan untuk melakukan validasi terhadap prosedur tersebut sehingga proses produksi tersebut menghasilkan produk yang berkualitas secara konsisten dan reprodusibel. Setiap tahunnya bagian tim validasi menyusun rencana validasi induk (RIV). Rencana Induk validasi ini mencakup informasi tentang fasilitas, peralatan atau proses yang akan divalidasi, format dokumen berupa format protokol, laporan validasi dan jadwal perencanaan pelaksanaan validasi; acuan dokumen Universitas Indonesia

78 68 yang digunakan dan struktur organisasi yang melaksanakan kegiatan validasi tersebut. Selain validasi proses Zenith Pharmaceuticals melaksanakan validasi terhadap mesin atau peralatan yang dibiasa dikenal sebagai kualifikasi alat. Kualifikasi alat di Zenith Pharmaceuticals dilakukan oleh masing-masing bagian atau unit. Kualifikasi yang dilakukan antara lain kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional, dan kualifikasi kinerja. Kualifikasi tersebut memastikan bahwa alat tersebut telah dipasang dan dapat dioperasikan dengan baik serta dapat secara konsisten mencapai kinerjanya sesuai dengan spesifikasinya dalam memberikan hasil yang diharapkan. Universitas Indonesia

79 BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan a. Zenith Pharmaceuticals telah menerapkan pedoman CPOB dengan baik namun diperlukan penyesuaian kembali seiring dengan adanya perubahan pada CPOB tahun b. Profesi Apoteker memegang peranan yang sangat penting di industri farmasi, yaitu sebagai tenaga profesional yang ikut dalam menentukan kualitas produk yang dihasilkan melalui keahliannya dalam dunia kefarmasian. 5.2 Saran a. Zenith Pharmaceuticals perlu menyesuaikan dan menyempurnakan beberapa aspek agar sesuai dengan CPOB b. Sanitasi dan higiene personil maupun sarana produksi perlu ditingkatkan. 69 Universitas Indonesia

80 70 DAFTAR ACUAN Presiden RI Undang-undang Republik Indonesia nomor: 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Badan Pengawas Obat dan Makanan Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Zenith Pharmaceuticals Vademecum Buku Panduan Produk Zenith Pharmaceuticals. Semarang. Universitas Indonesia

81 DAFTAR ACUAN BPOM. (2006), Petunjuk Operasional Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. BPOM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Priyambodo, B. (2007). Manajemen Farmasi Industri, Yogyakarta: Global Pustaka Utama. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi. WHO. (2003). Guide to Good Storage Practices Forpharmaceuticals, Annex 9, WHO Technical Report Series, No Universitas Indonesia

82 TABEL

83 71 Tabel 2.1. Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan Produksi Nonsteril Menurut CPOB Nonoperasional Operasional Kelas Jumlah maksimum partikel/m 3 yang diperbolehkan 0,5 m 5 m 0,5 m 5 m A B C D Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan E Tidak ditetapkan Tidak ditetapkan Keterangan: Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril.

84 72 Tabel 2.2. Rekomendasi Sistem Tata Udara Untuk Tiap Kelas Kebersihan Menurut Petunjuk Operasional Penerapan CPOB Kelas Kebersihan Bagian dari Bangunan sesuai Kelompok Kegiatan dan Tingkat Kebersihan Suhu o C Kelembababan Nisbi % Pertukaran Udara per jam A Dibawah aliran udara laminar Aliran udara satu arah dengan kecepatan aliran udara 0,36 0,54 m/dtk B Ruang steril Aliran udara turbulen denganpertukaran udara minimal 20 kali keterangan -Pengolahan dan pengisian aseptis -Pengisian salep mata steril -Pengisian bubuk steril* -Pengisian suspensi steril -Lingkungan latar belakang zona kelas A untuk pengolahan dan pengisian aseptis C Ruang steril Minimal 20 kali -Pembuatan larutan bila ada resiko di luar kebiasan -Pengisian produk yang akan mengalami sterilisasi akhir -Pembuatan larutan yang akan disaring

85 73 kemudian pengisian secara aseptis dilakukan di kelas A dengan latar belakang kelas B D Bersih Minimal 20 kali Pembuatan obat steril denagn sterilisasi akhir E Umum Maks Ruang pengolahan dan pengemasan primer obat non-steril, pembuatan salep kecuali salep mata E Khusus Maks Pengolahan bahan higroskopis F -Pengemasan sekunder ** -Ruang masuk karyawan Suhu kamar*** TD TP TD TD

86 74 G -Daerah penerimaan bahan awal, gudang bahan awal dan obat jadi -Ruang ganti pakaian luar -Ruang ganti pakaian kerja -Ruang istirahat -Kantin -Kamar mandi -Toilet -Laboratorium Gudang -Ruang suhu kamar -Ruang ber-ac -Ruang dingin -Ruang beku Suhu kamar Suhu kamar Suhu kamar Suhu kamar Suhu kamar Suhu kamar Suhu kamar < 30 < < 0 TP TP TD TD TP TP TP TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD TD Keterangan : TP = Tidak Perlu TD = Tidak Diklasifikasikan * untuk produk tertentu, kelembaban ruangan dapat mempengaruhi material flow pada waktu pengisian bubuk steril sehingga memerlukan kelembababn nisbi < 40% * untuk lingkungan kerja pengemasan sekunder disarankan untuk tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar *** suhu kamar < 30 o C

87 75 Tabel 2.3. Rekomendasi Kekuatan Cahaya Untuk Ruangan Daerah Kegiatan menurut Petunjuk Operasional Penerapan CPOB Kekuatan Cahaya Daerah Kegiatan 100 Ruang ganti pakaian, toilet, ruang sarana penunjang 200 Gudang 300 Koridor area produksi 500 Kantor, produksi, laboratorium, ruang pengolahan dan penemasan, 600 Pemerikasaan visual (misalnya kejernihan ampul)

88 GAMBAR

89 76 Gambar 1. Alur Pembuatan Produk Sediaan Kapsul (Priyambodo, 2007)

90 77 Gambar 2. Alur Pembuatan Produk Sediaan Tablet (Priyambodo, 2007)

91 78 Gambar 3. Alur Pembuatan Produk Sediaan Sirup (Priyambodo, 2007)

92 79 Gambar 4. Alur Pembuatan Produk Sediaan Suspensi (Priyambodo, 2007)

93 80 Gambar 5. Struktur Organisasi Zenith Pharmaceuticals

94 81 Ide Produk dari Marketing Evaluasi Ide Produk Baru oleh Tim Proyek Rancangan Kerja Studi Preformulasi (Penentuan Target Profile) Validasi Metode Analisa Formulasi (penentuan spesifikasi produk) Trial Skala Laboratorium + Uji Stabilitas Dipercepat Trial Skala Pilot + Validasi Proses Validasi Metode Analisa Uji Stabilitas (dipercepat dan real time) Pra Registrasi Registrasi Scale up Skala Produksi Validasi Proses Launching Produk Gambar 6. Alur Pengembangan Produk Baru PT. Zenith Pharmaceuticals

95 82 Manajer Produksi Asisten Manajer Supervisor Tablet (NBL) Supervisor Sirup (NBL) Supervisor Kemas Primer Supervisor Kemas Sekunder Supervisor Beta Laktam KR Pelaksana KR Pelaksana KR Pelaksana KR Pelaksana KR Kemas Sekunder Operator Operator Operator Operator Operator KR Produksi Operator Gambar 7.Struktur Organisasi Departemen Produksi PT. Zenith Pharmaceuticals

96 83 Surat Pesanan Kondisi Stok Kapasitas Produksi Meeting Produksi Daftar Jumlah Barang Yang Akan Dibeli (Rencana Induk Mingguan) Baagian Pembelian Bagian Penerimaan Barang Pesan Barang ke Supplier Catat Dalam Buku Penerimaan Barang Datang Gambar 8. Alur Perencanaan Produksi Zenith Pharmaceuticals

97 84 Penimbangan bahan baku Pencampuran Alat : drum mixer IPC QC : kadar zat aktif Produksi : keseragaman bobot IPC Pengisian Alat : filling automatic capsule IPC QC : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan, disolusi Pengemasan primer IPC QC : kebocoran strip Pengemasan skender IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 9. Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kapsul Zenith Pharmaceuticals

98 85 Penimbangan bahan baku Penvampuran (granulasi basah) Alat : super mixer Pengayakan basah Alat : granulator basah Pengeringan Alat : Fluid Bad Dryer IPC QC : kadar air Pengayakan kering Alat : granulator kering Lubrikasi Alat : double cone mixer IPC QC : kadar zat aktif Produksi : waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keseragaman bobot, disolusi IPC Pencetakan IPC QC : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan, disolusi Coating Pengemasan primer, strippping/jar IPC QC : kebocoran strip IPC QC : waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keseragaman bobot, disolusi Pengemasan skunder IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 10.Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kaplet/ Tablet Zenith Pharmaceuticals

99 86 Penimbangan bahan baku Pencampuran Alat : tetrapak tetrapark mixing tank IPC QC : ph, berat jenis, kadar zat aktif, pemerian organeptis Pengisian Alat : filling hopper Produksi : volume terpindahkan, kebocoran cap IPC Pengisian Alat : filler capper syrup IPC QC : volume terpindahkan Pengemasan skender IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 11.Alur Perencanaan Produksi Sediaan Sirup Zenith Pharmaceuticals

100 87 Penimbangan bahan baku Colloid Alat : colloid mill Pencampuran Alat : tetrapak tetrapark mixing tank IPC QC : ph, berat jenis, kadar zat aktif, pemerian organeptis Pengisian Alat : filling hopper Produksi : volume terpindahkan, kebocoran cap IPC Pengisian Alat : filler capper syrup IPC QC : volume terpindahkan Pengemasan skender IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 12. Alur Perencanaan Produksi Sediaan Suspensi Zenith Pharmaceuticals

101 88 Penimbangan bahan baku Pencampuran IPC QC : kadar air Produksi : waktu hancur, friabilitas, kekerasan, keseragaman bobot, disolusi IPC Pencetakan IPC QC : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan, disolusi Pengemasan primer IPC QC : kebocoran strip Pengemasan sekunder IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 13. Alur Perencanaan Produksi Sediaan Tablet/Kaplet β-laktam Zenith Pharmaceuticals

102 89 Penimbangan bahan baku Pencampuran Alat : drum mixer IPC QC : kadar air Produksi : keseragaman bobot IPC Pengisian Alat : filling automatic capsul IPC QC : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan, disolusi Pengemasan primer IPC QC : kebocoran strip Pengemasan sekunder IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 14.Alur Perencanaan Produksi Sediaan Kapsul β-laktam Zenith Pharmaceuticals

103 90 Penimbangan bahan baku Pencampuran Alat : drum mixer IPC QC : kadar air Produksi : keseragaman bobot IPC Pengemasan primer Alat : mesin pengisian sirup kering IPC QC : kadar zat aktif, waktu hancur, friabilitas, kekerasan, ukuran deviasi, keseragaman sediaan, disolusi Pengemasan sekunder IPC QC : kesesuain dan kelengkapan bahan kemas yang dipakai, kebenaran penandaan OBAT JADI IPC QC : kebenaran nomor bets, ED, jumlah peoduk yang dikemas Gambar 15. Alur Perencanaan Produksi Sediaan Dry Syrup β-laktam Zenith Pharmaceuticals

104 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZENITH PHARMACEUTICALS PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 PENGOLAHAN DATA HASIL VALIDASI PROSES PRODUK SUSPENSI X SKALA PILOT DI ZENITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARANG ROSHAMUR CAHYAN FORESTRANIA, S.Farm ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK MARET 2013

105 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Validasi Kebijakan Validasi Dokumen Validasi Kualifikasi Pendekatan Validasi Proses Pogram Validasi Proses Pengkajian Berkala Sistem Validasi... 8 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN Waktu dan Tempat Pelaksanaan Metode Pengumpulan Data Cara Kerja... 9 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Analisis dan Kesimpulan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN...20 ii

106 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Pabrik Farmasi Zenith Pada Tahap Pencampuran Akhir (Produk Ruah) Lanjutan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Pabrik Farmasi Zenith Pada Tahap Pengemasan Primer (filling) iii

107 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Program MiniTab untuk Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Gambar 4.2 Grafik Kapabilitas Proses Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Per Bets di Zenith Pharmaceuticals pada Tahap Pencampuran Bahan Gambar 4.3 Grafik Kapabilitas Proses Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Antar Bets di Zenith Pharmaceuticals pada Tahap Pencampuran Bahan Gambar 4.4 Grafik Kapabilitas Proses Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Per Bets di Zenith Pharmaceuticals pada Tahap Pengemasan Primer Gambar 4.5 Grafik Kapabilitas Proses Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Antar Bets di Zenith Pharmaceuticals pada Tahap Pengemasan Primer iv

108 DAFTAR LAMPIRAN Lamp. 4.1 Protokol Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharmaceuticals v

109 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa, atau memulihkan atau memelihara kesehatan (CPOB 2012). Cara Pembuatan Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB, adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB ini merupakan pedoman yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai persyaratan dan tujuan penggunannya dan bila perlu dapat dilakukan penyesuaian pedoman dengan syarat bahwa standar mutu obat yang telah ditentukan tetap dicapai. Pedoman ini juga dimaksudkan untuk digunakan oleh industri farmasi sebagai dasar pengembangan aturan internal sesuai kebutuhan (CPOB 2012). CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Dimana, masing-masing kepala bagian Produksi, Pengawasan Mutu, dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan mutu, yang berdasarkan peraturan Badan POM, yakni berupa otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain, termasuk amandemen, pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan obat, higiene pabrik, validasi proses, pelatihan, persetujuan dan pemantauan terhadap pemasok bahan, persetujuan dan pemantauan terhadap pembuat obat berdasarkan kontrak, penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk, penyimpanan catatan, pemantauan pemenuhan terhadap persyaratan CPOB, inspeksi, penyelidikan dan pengambilan sampel, untuk pemantauan faktor yang mungkin 1 Universitas Indonesia

110 2 berdampak terhadap mutu produk (CPOB 2012). Dalam hal ini, validasi proses adalah salah satu aspek yang terkait dengan mutu obat, khususnya dalam proses produksi obat. Validasi proses menurut CPOB 2012 adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan reprodusibel untuk memproduksi produk antara atau bahan aktif obat yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga pendekatan yang dilakukan dalam validasi proses yakni validasi prospektif, retrospektif, dan konkuren. Validasi prospektif adalah pendekatan yang diutamakan. Validasi prospektif dilaksanakan untuk semua proses pembuatan bahan aktif obat. Validasi ini diselesaikan sebelum distribusi komersial dari produk akhir obat yang dibuat dari bahan aktif tersebut (CPOB 2012). Validasi prospektif dilakukan dalam skala pilot dan skala produksi. Validasi pada skala pilot penting untuk dilakukan untuk mendapatkan bukti terdokumentasi yang menjamin bahwa proses pembuatan bahan aktif obat dan peralatan yang akan digunakan dapat menghasilkan produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan secara konsisten sebelum dilakukan validasi pada skala produksi. Validasi tersebut kemudian didokumentasikan untuk membuktikan bahwa proses pembuatan bahan aktif obat dan peralatan yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan setelah dilakukan validasi (Protokol Produk Suspensi X, 2013). Pada dokumen validasi proses bahan aktif obat skala pilot terdapat datadata yang membuktikan bahwa proses tervalidasi, yakni berupa data parameterparameter yang terkait dengan mutu obat tersebut, termasuk data proses, peralatan maupun mesin yang digunakan. Kesimpulan validasi proses selanjutnya didapat dari proses pengolahan data dan pengkajian bila terjadi penyimpangan data. Kesimpulan tersebut nantinya akan menentukan apakah proses tersebut layak untuk dilakukan untuk menghasilkan obat yang memenuhi mutu yang ditetapkan secara konsisten. Pengolahan data disini merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan validasi proses tersebut. Universitas Indonesia

111 3 Pada tugas kusus ini, akan dipaparkan mengenai pengolahan data hasil validasi proses produk Suspensi X dalam skala pilot di Zenith Pharmaceuticals. Data parameter yang diolah adalah berasal dari pengujian tahap pencampuran bahan atau pencampuran akhir (pemerian, keasaman (ph), berat jenis, dan viskositas) serta pengemasan primer (volume, ALT, tes Escherichia coli, ph, berat jenis (BJ), dan viskositas). Data yang telah diolah tersebut kemudian akan didokumentasikan dan dianalisis berdasar kriteria penerimaan yang telah ditetapkan berdasar atas spesifikasi mutu yang diinginkan oleh Zenith Pharmaceuticals. Analisis data tersebut akan mengantarkan pada kesimpulan terhadap validasi proses produk suspensi X yang telah dilakukan. 1.2 Tujuan a. Mendapatkan hasil akhir validasi proses produk suspensi X skala pilot di Zenith Pharmaceuticals. b. Memperoleh kriteria hasil akhir validasi proses produk suspensi X skala pilot Zenith Pharmaceuticals. Universitas Indonesia

112 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Validasi Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik tahun 2009, semua perangkat keras dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat hendaklah divalidasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil, peralatan dan sistem), kalibrasi (instrumen dan alat ukur) dan validasi (prosedur dan proses). Seringkali kata 'validasi' digunakan untuk menggantikan kata 'kualifikasi'. Namun, dalam upaya untuk memperoleh pengertian yang jelas terhadap konsep validasi, sehingga kegiatan "kualifikasi" dibedakan dari kegiatan "validasi". Komponen atau proses yang memerlukan kualifikasi dan validasi mencakup, antara lain: 1. konstruksi dan desain bangunan dan fasilitas; 2. peralatan dan sarana penunjang kritis; 3. metode analisis; 4. kalibrasi instrumen; 5. banan awal dan bahan pengemas; 6. transfer proses produksi dan metode analisis; 7. peningkatan skala bets; 8. prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk; 9. prosedur pembersihan; 10.sistem komputerisasi; dan 11.personil. 2.2 Kebijakan Validasi (CPOB 2012) Berdasar kebijakan validasi dalam CPOB 2012 mengungkapkan bahwa keseluruhan kebijakan perusahaan, arah dan pendekatan validasi, termasuk 4 Universitas Indonesia

113 5 validasi proses produksi, prosedur pembersihan, metode analisis, prosedur pengujian pengawasan-selama-proses, sistem komputerisasi dan personil yang bertanggung jawab terhadap desain, pengkajian ulang, pengesahan dan dokumentasi tiap tahap validasi, hendaklah didokumentasikan. Parameter atau atribut kritis lazimnya diidentifikasi selama tahap pengembangan atau dari data historis dan rentang yang diperlukan untuk operasi yang reprodusibel hendaklah didefinisikan, termasuk: 1. mendefinisikan bahan aktif obat dalam hal atribut produk yang kritis, 2. mengidentifikasi parameter proses yang dapat memengaruhi atribut mutu yang kritis bahan aktif obat, 3. menetapkan rentang tiap parameter proses yang kritis yang akan digunakan selama pengendalian pembuatan dan proses rutin. Validasi hendaklah diperluas terhadap kegiatan yang diketahui bersifat kritis terhadap mutu dan kemurnian bahan aktif obat. 2.3 Dokumentasi Validasi (CPOB 2012) Penerapan dokumentasi validasi hedaklah dilakukan dengan dibuatnya protokol validasi tertulis yang merinci bagaimana suatu validasi proses tertentu akan dilaksanakan. Protokol tersebut dikaji dan disetujui oleh unit mutu (Kepala bagian Manajemen Mutu/ pemastian mutu) dan unit lain yang ditunjuk. Sebaiknya, protokol validasi berisikan tentang rincian langkah proses kritis dan kriteria penerimaan serta tipe validasi yang akan dilaksanakan (misal retrospektif, prospektif, konkuren) dan jumlah proses produksi. Laporan validasi yang mengacu pada protokol validasi hendaklah disiapkan untuk merangkum hasil yang diperoleh, memberikan komentar terhadap penyimpangan yang ditemukan dan menarik kesimpulan yang tepat, termasuk memberikan rekomendasi perubahan untuk memperbaiki kekurangan. Tiap variasi atau perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol validasi hendaklah didokumentasikan dengan justifikasi yang tepat. Universitas Indonesia

114 6 2.4 Kualifikasi (CPOB 2012) Sebelum memulai kegiatan validasi proses, kualifikasi yang tepat terhadap peralatan kritis dan sistem penunjang hendaklah diselesaikan. Kualifikasi biasanya dilaksanakan dengan melakukan kegiatan berikut, baik masing-masing ataupun gabungan dari: 1. Kualifikasi Desain (KD): verifikasi terdokumentasi bahwa desain fasilitas, peralatan atau sistem yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan. 2. Kualifikasi Instalasi (KI): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau sistem yang dipasang atau dimodifikasi sesuai dengan desain yang telah disetujui, rekomendasi pabrik pembuat dan/ atau kebutuhan pengguna. 3. Kualifikasi Operasional (KO): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan atau sistem yang dipasang atau dimodifikasi bekerja sesuai tujuan dalam semua rentang operasi yang diantisipasi. 4. Kualifikasi Kinerja (KK): verifikasi terdokumentasi bahwa peralatan dan sistem penunjang yang terhubung secara bersama, dapat bekerja secara efektif dan reprodusibel berdasarkan metode proses dan spesifikasi yang disetujui. 2.5 Pendekatan Validasi Proses (CPOB 2012) Menurut CPOB 2012 validasi proses adalah bukti terdokumentasi yang menunjukkan bahwa proses yang dioperasikan dalam parameter yang ditetapkan dapat terlaksana secara efektif dan memberi hasil yang dapat terulang untuk menghasilkan produk jadi yang memenuhi spesifikasi dan atribut mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Terdapat tiga pendekatan yang dilakukan dalam validasi proses yakni validasi prospektif, retrospektif, dan konkuren Validasi prospektif Validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Validasi prospektif adalah pendekatan yang diutamakan dan dilaksanakan untuk semua proses pembuatan bahan aktif obat. Validasi ini diselesaikan sebelum distribusi komersial dari produk akhir obat yang dibuat dari bahan aktif tersebut (CPOB 2012). Universitas Indonesia

115 Validasi konkuren Validasi yang dilakukan pada saat pembuatan rutin produk untuk dijual. Validasi konkuren dapat diterapkan jika data dari replikasi produksi yang sudah dibuat tidak tersedia karena jumlah bets ahan aktif obat yang telah diproduksi terbatas, bets bahan aktif obat yang jarang diproduksi atau bets bahan aktif obat yang diproduksi dengan proses tervalidasi yang telah dimodifikasi. Sebelum penyelesaian validasi konkuren, bets dapat diluluskan dan digunakan dalam produk akhir obat untuk distribusi komersial berdasarkan pada pemantauan dan pengujian yang seksama dari bets bahan aktif obat Validasi retrospektif Validasi dari suatu proses untuk suatu produk yang telah dipasarkan berdasarkan akumulasi data produksi, pengujian dan pengendalian bets. Sebuah pengecualian dapat dibuat untuk validasi retrospektif yaitu untuk proses yang telah berjalan dengan baik dan telah digunakan tanpa perubahan bermakna terhadap mutu bahan aktif obat berkaitan dengan perubahan bahan baku, peralatan, sistem, fasilitas atau proses produksi. Pendekatan validasi ini dapat digunakan bilamana : 1. atribut mutu dan parameter proses kritis telah diidentifikasi, 2. kriteria penerimaan dan pengawasan-selama-proses telah ditetapkan dengan tepat, 3. tidak ada kegagalan proses atau produk bermakna yang bukan disebabkan oleh kesalahan operator atau kegagalan peralatan yang tidak berhubung-an dengan kesesuaian peralat-an, dan 4. profil impuritas bahan aktif obat telah ditetapkan. Bets yang dipilih untuk validasi retrospektif hendaklah representatif untuk semua bets yang diproduksi selama periode pengkajian, termasuk bets yang tidak memenuhi spesifikasi dan jumlahnya cukup untuk menunjukkan konsistensi proses. Sampel pertinggal dapat diuji untuk memperoleh data untuk memvalidasi proses secara retrospektif. Universitas Indonesia

116 8 2.6 Program Validasi Proses (CPOB 2012) Jumlah proses produksi yang digunakan untuk validasi hendaklah bergantung pada pertimbangan kerumitan proses atau besar perubahan proses. Untuk validasi prospektif dan konkuren tiga bets produksi berturut-turut yang sukses hendaklah digunakan sebagai panduan, tetapi mungkin terdapat situasi di mana proses produksi tambahan diperlukan untuk menjamin pembuktian konsistensi proses (misal proses bahan aktif yang kompleks atau proses bahan aktif obat dengan waktu penyelesaian yang diperpanjang). Untuk validasi retrospektif, secara umum data dari bets berturut-turut hendaklah diperiksa untuk menilai konsistensi proses, tetapi jumlah bets yang lebih sedikit dapat diperiksa jika dijustifikasi. Parameter proses kritis hendaklah diawasi dan dipantau selama studi validasi proses. Parameter proses yang tidak berkaitan dengan mutu, seperti variabel yang dikendalikan untuk pengurangan konsumsi energi atau pemakaian peralatan, tidak perlu dimasukkan dalam validasi proses. Validasi proses hendaklah mengonfirmasi bahwa profil impuritas tiap bahan aktif obat berada dalam rentang yang ditetapkan. Profil impuritas hendaklah sebanding dengan atau lebih baik daripada data historis dan, di mana berlaku, profil yang ditetapkan selama pengembangan proses atau terhadap bets yang digunakan untuk studi klinis dan toksikologis yang esensial. 2.7 Pengkajian Berkala Sistem Validasi (CPOB 2012) Sistem dan proses hendaklah dievaluasi secara berkala untuk memverifikasi bahwa sistem dan proses tersebut masih beroperasi sesuai hasil validasi. Revalidasi tidak perlu dilakukan jika tidak ada perubahan bermakna yang dibuat pada sistem atau proses dan hasil pengkajian mutu mengonfirmasi bahwa sistem atau proses secara konsisten memproduksi bahan sesuai spesifikasi. Universitas Indonesia

117 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan pada tanggal 4 Februari hingga 28 Maret 2013 di Zenith Pharmaceuticals Jl. Tambak Aji 1 Semarang Jawa Tengah. 3.2 Metode Pengumpulan Data Data validasi proses produk suspensi X di Zenith Pharmaceuticals didapatkan dari hasil pengujian departemen pengawasan mutu Zenith Pharmaceuticals melalui apoteker departemen produksi. Selain itu, acuan teoritis yang digunakan diperoleh dari CPOB 2012 dan Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat Yang Baik cetakan Cara Kerja Pengolahan dan analisis data validasi proses produk suspensi X dalam skala pilot di Zenith Pharmaceuticals dilakukan pada data hasil pengujian departemen pengawasan mutu. Parameter-parameter yang dianalisis pada tahap pengujian pencampuran bahan atau pencampuran akhir adalah pemerian, keasaman (ph), berat jenis, dan viskositas. Sedangkan parameter yang diolah pada tahap pengemasan primer yaitu volume, ALT, tes Escherichia coli, ph, berat jenis (BJ), dan viskositas. Data yang telah diolah tersebut kemudian dianalisis berdasar kriteria penerimaan yang telah ditetapkan oleh Zenith Pharmaceuticals dan didokumentasikan dalam protokol validasi proses produk suspensi X skala pilot. Analisis data tersebut akan mengantarkan pada kesimpulan terhadap validasi proses produk suspensi X yang telah dilakukan. Secara rinci, cara kerja yang digunakan dalam pengolahan data hasil validasi proses produk suspensi X di Zenith Pharmaceuticals adalah: Pengumpulan Data Data diperoleh dari hasil pengujian yang telah dilakukan oleh departemen pengawasan mutu (QC/ Quality Control) pada produk suspensi X pada skala pilot 9 Universitas Indonesia

118 10 di Zenith Pharmaceuticals. Data tersebut didapat melalui apoteker departemen produksi dalam bentuk dokumen protokol validasi Pengolahan Data Data hasil validasi proses produk suspensi X skala pilot diolah dengan menggunakan fomula AVERAGE, STDEV, serta FORMULA Cp dan Cpk dalam MS. Exel dan dibantu dengan program MiniTab. Pengolahan data dilakukan dengan menyusun data hasil validasi proses tersebut dalam bentuk tabel Analisa Data Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan kriteria penerimaan yang ditetapkan berdasar atas spesifikasi mutu yang diinginkan oleh Pabrik Zenith Pharmaceuticals. Jika memenuhi syarat maka data yang telah diolah akan masuk dalam rentang kriteria penerimaan yang disyaratkan pada masing-masing paramater, begitu juga sebaliknya Dokumentasi Data tersebut kemudian disalin secara tulis tangan dengan tinta hitam dalam protokol validasi proses produk suspensi X skala pilot. Setiap coretan kesalahan harus diparaf oleh Apoteker penanggung jawab pembuatan validasi proses tersebut Penarikan Kesimpulan dan Pemberian Saran Kesimpulan di ambil berdasar analisis terhadap data-data hasil validasi proses produk suspensi X skala pilot yang diperoleh. Jika terdapat penyimpangan akan turut dicatat dalam protokol validasi proses produk tersebut. Universitas Indonesia

119 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Produk suspensi X merupakan produk baru yang belum diproduksi secara rutin atau belum dipasarkan oleh Zenith Pharmaceuticals. Validasi proses dilakukan pada produk ini bertujuan untuk menjamin bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem dan perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Jenis validasi proses tersebut adalah validasi prospektif, yaitu validasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan produksi rutin dari produk yang akan dipasarkan. Hal ini sesuai dengan CPOB 2012 dimana validasi prospektif hendaklah dilaksanakan untuk semua proses pembuatan bahan aktif obat dan hendaklah diselesaikan sebelum distribusi komersial dari produk akhir obat yang dibuat dari bahan aktif obat tersebut. Disini validasi proses dilakukan pada skala pilot terlebih dahulu sebelum dilakukan pada skala produksi. Pada pelaksanaannya validasi prospektif mencakup hal berikut: 1. Uraian singkat suatu proses, 2. Ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang harus diinvestigasi, 3. Daftar daftar peralatan atau fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau dan pencatat serta status kalibrasinya, 4. Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; 5. Daftar metode analisis yang seharusnya. Data tersebut tercatat dalam dokumen validasi metode analisis yang terpisah dengan dokumen protokol validasi proses. 6. Usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan, 7. Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan validasi metode analisisnya, 8. Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi), 9. Metode pencatatan dan evaluasi hasil, 10. Fungsi dan tanggung jawab, dan 11. Jadwal yang diusulkan; 11 Universitas Indonesia

120 12 Validasi proses yang telah dilakukan tersebut telah sesuai dengan CPOB Validasi proses produk suspensi X dilakukan pada skala pilot oleh departemen produksi dengan mengacu pada protokol Validasi proses produk tersebut (Lampiran 4.1) dan berdasar atas prosedur tetap validasi dan kualifikasi. Dimana validasi proses untuk produk suspensi X skala pilot dilakukan pada dua batch berturut-turut, yaitu F10AE0113C dan F10AE0213C. Titik pengambilan sampel pada tahap pencampuran bahan adalah 9 titik yaitu tengah, atas, bawah, dan masing-masing kiri, tengah, dan kanan. Sedangkan pada tahap pengisian akhir atau pengemasan primer, pengambilan sampel dilakukan pada tiga titik yaitu awal, tengah, dan akhir. Pengujian validasi proses dilakukan pada tahap pencampuran bahan dengan mengggunakan parameter pemerian, keasaman (ph), berat jenis (BJ), dan viskositas. Pengujian tersebut tidak sesuai dengan protokol Validasi proses produk suspensi X Skala Pilot (Lampiran 4.1), dimana parameter yang digunakan pada pengujian campuran akhir semestinya adalah pemerian, ph, BJ, kadar, dan viskositas. Hal ini disebabkan oleh belum didapatkannya metode analisa yang sesuai untuk menentukan kadarnya. Sedangkan pada tahap pengemasan primer atau pengisian sirup dilakukan pengujian kebocoran, volume terpindahkan, keasaman (ph), berat jenis (BJ), viskositas, dan mikrobiologi (tes ALT dan tes Escherichia coli). Sama seperti tahap sebelumnya, pengujian pada tahap ini juga belum sesuai dengan protokol yang ada, yaitu tidak dilakukan pengujian kadar. Hasil validasi proses diberikan dari pengujian oleh pengawasan mutu dengan alat laboratorium yang telah dikalibrasi, termasuk alat uji ph, neraca analitik, inkubator, LAF, autoklaf binder, oven binder, dan viskometer. Bukti kalibrasi tercantum sebagai nomor dokumen kalibrasi beserta tanggal terakhir pelaksanaan kalibrasi. Pelaksanaan kalibrasi, sesuai prosedur tetap kalibrasi, dilaksanakan 1 tahun sekali. Namun, dalam kenyataannya tanggal kalibrasi pada protokol belum sesuai dengan protab yang ditetapkan, dimana untuk LAF tanggal kalibrasi terakhir adalah 28 Oktober 2011 sementara untuk alat yang lain telah sesuai yaitu dikalibrasi terakhir pada tanggal 10 Februari Peralatan yang digunakan dala validasi proses merupakan alat yang akan digunakan untuk proses produksi. Sebagaimana yang tercantum dalam CPOB, Universitas Indonesia

121 13 sebelum digunakan dipastikan bahwa mesin-mesin produksi yang digunakan telah terkualifikasi dan dalam status bersih. Orang-orang yang melakukan validasi proses adalah orang-orang yang telah terkualifikasi pula. Mesin-mesin yang digunakan dalam validasi proses, alat-alat laboratorium untuk pengujian, kondisi ruangan yang digunakan, alat penunjang, termasuk status kualifikasi dan kalibrasinya, spesifikasi bahan baku dan produk, tahapan proses, dan parameter pengujian yang digunakan semuanya tercatat dalam bentuk protokol Validasi proses produk suspensi X skala pilot (Lampiran 4.1). Hal ini sesuai dengan CPOB 2012 yang mana validasi proses itu sendiri merupakan suatu bukti yang terdokumentasi. Hasil pengujian yang diperoleh selanjutnya diproses untuk tahap pengolahan data. 4.2 Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Pengujian pada validasi proses dilakukan oleh pihak pengawasan mutu. Parameter-parameter yang diuji tersebut meliputi ph, BJ, viskositas, pengujian kebocoran, volume terpindahkan, dan mikrobiologi (tes ALT dan tes Escherichia coli). Data hasil pengujian pada masing-masing parameter tersebut mula-mula dicatat dalam dokumen protokol hasil validasi proses dengan tinta biru. Data tersebut kemudian diserahkan pada bagian produksi untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Data hasil validasi proses pada tahap pencampuran akhir dan pengemasan primer proses pembuatan produk suspensi X skala pilot berturut-turut tercantum dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Data pengujian yang didapat tersebut dicatat kembali atau didokumentasikan akhir dengan tinta hitam oleh departemen produksi dan tercatat mulai berlaku pada tanggal 25 Januari Sebelum melakukan dokumentasi akhir, data hasil validasi proses produk suspensi X yang diserahkan oleh pihak QC terbih dahulu diolah dan dianalisis oleh staff produksi. 4.3 Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Data hasil pengujian validasi proses diolah dengan menggunakan menggunakan MS. Exel dan bantuan program MiniTab. Data diolah sesuai dengan kebutuhan parameternya masing-masing. Pada data ph dilakukan Universitas Indonesia

122 14 perhitungan rata-rata, standar deviasi (SD), dan Cp dengan batas penerimaan ph adalah 4,5-7,5 serta Cp > 1,0. Cp dalam hal ini digunakan untuk menunjukkan apakah proses memenuhi spesifikasi dan berada ditengah-tengah. Perhitungan rata-rata, deviasi, dan Cp tercantum dalam rumus berikut: (4.1) Parameter berat jenis diolah dengan menghitung nilai rata-rata, standar deviasi (SD), dan Cp. Kriteria penerimaan untuk parameter tersebut yakni antara 1,10 hingga 1,13 g/ml dengan Cp > 1,0. Pengolahan data pada parameter viskositas dilakukan dengan mencari ratarata, standar deviasi, dam nilai Cpk. Cpk digunakan untuk mengetahui apakah proses memiliki kapablitas yang baik dan dapat berjalan dengan baik. Perhitungan Cpk secara manual dilakukan dengan menggunakan rumus berikut: (4.2) (4.3) Perhitungan yang diperoleh selanjutnya diproses dengan menggunakan program MiniTab (Gambar 4.1). Pada program ini akan didapat grafik, data ratarata, dan nilai Cpk (Gambar 4.2, Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5). Nilai Cpk yang tertera pada hasil pengolahan dengan menggunakan program MiniTab adalah nilai Cpk yang akan dipakai selanjutnya untuk analisis data. Program MiniTab ini, disamping digunakan untuk mengolah parameter vakositas yang memerlukan data Cpk, digunakan pula untuk mengolah data parameter lain seperti ph dan BJ untuk mendapat tampilan grafik hasil pengolahan data. Grafik yang diperoleh akan didokumentasikan dan dilaporkan bersama hasil pengujian lain. Data yang diolah pada parameter volume suspensi adalah rata-rata dan standar deviasi. Kriteria penerimaan yang disyaratkan adalah 61 ml (60-61 ml) Universitas Indonesia

123 15 dengan deviasi < 2%. Hasil uji mikrobiologi (tes ALT dan Escherichia coli) data yang diolah adalah ALT rata-rata. Pada parameter lain seperti uji kebocoran dan pemerian, data yang diperoleh langsung didokmentasikan dalam protokol validasi proses tanpa melalui proses pengolahan data. Data-Data yang diperoleh tercatat dalam dokumen validasi proses produk suspensi X (Lampiran 4.1). 4.4 Analisis dan Kesimpulan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Data pengolahan hasil validasi proses dianalisis menurut kriteria penerimaan masing-masing parameter. Kriteria penerimaan masing-masing parameter pada tahapan proses tercantum dalam setiap tabel isian data validasi proses. Hal demikian dimaksudkan untuk memermudah dalam proses analisis data. Pada tahap pencampuran bahan, parameter yang dianalisis adalah pemerian, ph, berat jenis, dan viskositas. Pemerian produk suspensi X sesuai dengan yang diinginkan yaitu berupa suspensi warna putih, berbau vanilla, dan berasa manis vanilla. Data keasaman produk memberikan nilai rata-rata 5,5633 (Cp 50) untuk batch F10AE0113C dan 5,5456 (Cp 18,223) untuk batch F10AE0213C, dengan rata-rata-rata akhir 5,5544. Hasil tersebut memenuhi kriteria penerimaan keasaman, yaitu 4,5-7,5 dan Cp > 1,0. Berat jenis produk suspensi X sesuai dalam rentang 1,10-1,13 g/ml, yaitu 1,105 g/ml (Cp 5,7735) dan 1,109 g/ml (Cp 5) masing-masing berturut-turut untuk batch F10AE0113C dan F10AE0213C. Dimana, rata-rata akhir nilai BJ kedua batch adalah 1,107 g/ml (Cp 2,2230). Selain itu, kriteria penerimaan pada parameter viskositas produk suspensi X juga terpenuhi pada validasi proses ini, yaitu dalam rentang viskositas cp dan Cpk >1,33. Hasil pengolahan data pengujian viskositas yang diperoleh pada batch F10AE0113C dan F10AE0213C masing-masing adalah 5458,333 cp dan 4869,333 cp, dengan rata-rata akihir 60,6656 cp (Tabel 4.1, Gambar 4.2 dan Gambar 4.3). Validasi proses pada tahap pengisian sirup atau pengemasan primer dilakukan pada parameter fisika dan biologi. Parameter fisika yang diujikan pada suspensi mencakup volume, ph, BJ, dan viskositas. Parameter bilogi yang Universitas Indonesia

124 16 diujikan adalah tes ALT dan tes Kebocoran. Pada kemasan suspensi juga dilakukan pengujian, yakni tes kebocoran. Pada batch F10AE0113C dan F10AE0213C berturut-turut memiliki volume 60,6711 ml (Deviasi 0,2515) dan 60,66 ml (Deviasi 0,2653), dengan rata-rata total 60,6656 ml (Deviasi 0,2584). Berdasar data ini diketahui bahwa produk suspensi X kedua batch memenuhi rentang spesifikasi volum yang diterima, yaitu berkisar antara 60,00-61,00 ml. Uji Mikrobiologi kedua batch tersebut berturut-turut adalah ALT 8,3333 dan 16,667 CFU/ml dan Escherichia coli negatif. Sedangkan pada parameter fisika seperti ph, BJ, dan viskositas, kedua batch (F10AE0113C dan F10AE0213C) memenuhi kriteria penerimaan yang disyaratkan, yaitu berturut-turut memiliki ph 5,6866 (Cp 24,0192) dan 5,69 (Cp 50) dengan total rata-rata 5,6883 (Cp 33,9683); Berat jenis 1,1063g/ml (Cp 1,9868) dan 1,1053 g/ml (Cp 2,4019) dengan total rata-rata 1,1058 g/ml (Cpk 2,3397); serta viskositas 4059,3333 cp (Cpk 22,1334) dan 4348,3333 cp (9,2361) dengan total rata-rata 4203,8333 cp (Cpk ). Pengujian pada kemasan primer memberikan hasil bahwa tidak terjadi kebocora pada kemasan. Secara ringkas, data hasil pengujian pada tahap pengemasan primer tersebut tercantum dalam Tabel 4.2, sedangkan grafik hasil pengolahan data parameter fisika per bets dan antar bets berturut-turut tercantum pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Berdasar urain di atas, hasil validasi proses produk suspensi X pada bets F10AE0113C dan F10AE0213C, baik pada tahap pencampuran akhir maupun pengisian suspensi, memberikan hasil akhir yang masuk dalam rentang kriteria penerimaan. Data tersebut dan kriteria penerimaan masing-masing parameter diringkas dalam bentuk rangkuman pengujian dokumen validasi proses produk suspensi X Skala Pilot. Walaupun semua hasil akhir memenuhi persyaratan kriteria penerimaan, terdapat hasil Cpk yang tidak memenuhi syarat, yaitu pada nilai Cpk per titik sampling parameter viskositas tahap pencampuran akhir (produk ruah), yaitu 1,2202; 1,2423; dan 1,2167 berturut-turut pada titik sampling dibagian kiri, tengah dan kanan. Hal ini dimungkinkan oleh proses pencampuran yang kurang homogen sehingga menjadikan proses pembuatan kurang memenuhi spesifikasi. Oleh karena penyimpangan ini terjadi pada tiap titik sampling salah satu batch (F10AE0113C), nilai penyimpangan ini tidak terlihat dalam rangkuman Universitas Indonesia

125 17 pengujian dokumen validasi proses produk suspensi X Skala Pilot dan dianggap tidak terlalu signifikan dalam menentukan validitas suatu proses. Namun begitu, penyimpangan ini semestinya dibahas dalam bagian diskusi melalui analisis kerangka fish bone dan direkomendasi solusi yang dilakukan untuk mengatasinya. Dalam hal ini, diperkirakan solusi yang paling tepat adalah dengan melakukan kembali optimasi proses pencampuran. Secara keseluruhan, validasi proses produk suspensi X belum dapat disimpulkan sebagai proses produksi yang valid. Hal ini lebih dikarenakan belum dilakukannya pengujian kadar dari produk tersebut akibat belum tersedianya metode analisis kadar yang sesuai. Universitas Indonesia

126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan data hasil validasi proses produk suspensi X skala pilot yang telah diperoleh dari Zenith Pharmaceuticals Semarang dan pengolahan data yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Hasil akhir validasi proses pada tahap pencampuran bahan (produk ruahan) dan pengemasan primer (produk jadi) yaitu ph 4,5-7,5 (Cp > 1,0); BJ 1,10-1,13 g/ml (Cp > 1,0); Viskositas cp (Cpk 1,33), volume 61,0 ml (60,0-61,0 ml) deviasi 2% (Cp > 1,0); ALT < 100 CFI/ml; Escherichia coli negatif, dan tidak bocor. Hasil akhir tahap pencampuran bahan (produk ruah) meluputi pemerian produk suspensi X yakni berwarna putih, berbau vanilla, dan berasa manis vanilla; berturut-turut pada batch F10AE0113C dan F10AE0213C memiliki ph rata-rata 5,5633 (Cp 50) dan 5,5456 (Cp 18,223), dengan ratarata-rata akhir 5,5544; Berat jenis 1,105 g/ml (Cp 5,7735) dan 1,109 g/ml (Cp 5), dengan rata-rata akhir 1,107 g/ml (Cp 2,2230); dan viskositas 5458,333 cp dan 4869,333 cp, dengan rata-rata akhir 60,6656 cp. Pada pengujian tahap pengemasan primer menunjukkan hasil akhir berturut-turut pada batch F10AE0113C dan F10AE0213C memiliki volume 60,6711 ml (Deviasi 0,2515) dan 60,66 ml (Deviasi 0,2653), dengan rata-rata total 60,6656 ml (Deviasi 0,2584); ALT 8,3333 dan 16,667 CFU/ml; Escherichia coli negatif; kemasan tidak bocor; ph 5,6866 (Cp 24,0192) dan 5,69 (Cp 50) dengan total rata-rata 5,6883 (Cp 33,9683); Berat jenis 1,1063g/ml (Cp 1,9868) dan 1,1053 g/ml (Cp 2,4019) dengan total rata-rata 1,1058 g/ml (Cpk 2,3397); serta viskositas 4059,3333 cp (Cpk 22,1334) dan 4348,3333 cp (9,2361) dengan total rata-rata 4203,8333 cp (Cpk ). b. Hasil akhir validasi proses pada tahap pencampuran bahan (produk ruahan) dan pengemasan primer (produk jadi) memenuhi kriteria penerimaan. Namun, terdapat Cpk yang tidak memenuhi syarat, yaitu pada nilai Cpk per titik sampling parameter viskositas tahap pencampuran akhir (produk ruah) pada 18 Universitas Indonesia

127 19 bets F10AE0113C, yaitu dengan nilai 1,2202; 1,2423; dan 1,2167 berturutturut pada titik sampling kiri, tengah dan kanan. 5.2 Saran Analisis terhadap penyebab penyimpangan yang terjadi pada validasi proses produk suspensi X skala pilot pada laporan ini kurang dalam, oleh karena itu, hendaknya dilakukan analisis lebih lanjut melalui analisis kerangka fish bone atas penyimpangan tersebut. Dengan demikian, untuk selanjutnya akan dapat diterapkan tindakan yang lebih efektif dan efisien dalam hal penanggulangan permasalahan tersebut. Penyimpangan hasil dari Cpk dimungkinkan dapat diatasi dengan melaukan optimasi ulang proses pencampuran sehinga pada tahap validasi selanjutnya dapat memperoleh hasil yang memenuhi kriteria penerimaan dari segala sisi pengolahan hasil pengujian atau tidak hanya memenuhi spesifikasi pada hasil akhir. Pengujian terhadap kadar produk hendaklah dilakukan dalam validasi proses ini dan didokumentasikan dalam protokol validasi proses produk supensi X skala pilot. Universitas Indonesia

128 DAFTAR ACUAN PT. Pabrik harmasi Zenith. (2006). Prosedur Tetap Validasi, Semarang : PT. Pabrik harmasi Zenith BPOM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 20 Universitas Indonesia

129 TABEL

130 Tabel 4.1.a. Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharamaceuticals Pada Tahap Pencampuran Akhir (Produk Ruah). Pemerian Suspensi X Titik Sampling Bets F10AE0113C Bets F10AE0213C Pemerian Atas Warna putih putih Bau vanilla vanilla Rasa vanilla, manis vanilla, manis Tengah Warna putih putih Bau vanilla vanilla Rasa vanilla, manis vanilla, manis Bawah Warna putih putih Bau vanilla vanilla Rasa vanilla, manis vanilla, manis Syarat Warna : Suspensi warna putih Bau : Vanilla Rasa : vanilla, manis Parameter keasaman (ph) ph larutan KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Atas 5,55 5,56 5,55 5,55 5,53 5,57 Tengah 5,57 5,56 5,56 5,51 5,6 5,55 Bawah 5,58 5,57 5,57 5,53 5,52 5,55 Rata-rata per titik sampling 5,5667 5,5633 5,5600 5,5300 5,5500 5,5567 SD per titik sampling 0,0153 0,0058 0,0100 0,0200 0,0436 0,0115 Cp per titik sampling 32, , , , , ,3013 Rata-rata dalam bets 5,5633 5,5456 SD dalam bets 0,0100 0,0274 Cp dalam bets 50, ,2237 Rata-rata antar bets 5,5544 SD antar bets 0,0220 Cp antar bets 22,7046 Syarat ph : Cp : > Universitas Indonesia

131 22 Tabel 4.1.b. Lanjutan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharamaceuticals Pada Tahap Pencampuran Akhir (Produk Ruah). Parameter Berat Jenis (BJ) Berat Jenis (g/ml) KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Atas 1,1050 1,1050 1,1050 1,1080 1,1090 1,1090 Tengah 1,1040 1,1040 1,1040 1,1090 1,1100 1,1110 Bawah 1,1060 1,1060 1,1060 1,1080 1,1080 1,1090 rata-rata per titik sampling 1,1050 1,1050 1,1050 1,1083 1,1090 1,1097 SD per titik sampling 0,0010 0,0010 0,0010 0,0006 0,0010 0,0012 Cp per titik sampling 5,0000 5,0000 5,0000 8,6603 5,0000 4,3301 Rata-rata dalam bets 1,1050 1,1090 SD dalam bets 0,0009 0,0010 Cp dalam bets 5,7735 5,0000 Rata-rata antar bets 1,1070 SD antar bets 0,0022 Cp antar bets 2,2230 Syarat BJ : g/ml Cp : > 1.0 Parameter Viskositas Viskositas (cp) KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Kiri Tengah Kanan Kiri Tengah Kanan Atas Tengah Bawah rata-rata per titik sampling 5440, , , , , ,00 SD per titik sampling 426, , , , ,480 45,299 Cpk per titik sampling 1,2202 1,2423 1,2167 1,9562 4, ,9083 Rata-rata dalam bets 5458, ,3333 SD dalam bets 363, ,3793 Cpk dalam bets 1,4129 2,1368 Rata-rata antar bets 5163,8333 SD antar bets 453,9571 Cpk antar bets 1,3483 Syarat Viskositas : cp Cpk : > 1.33 Universitas Indonesia

132 23 Tabel 4.2.a. Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharamaceuticals Pada Tahap Pengemasan Primer (filling). Uji Kebocoran Titik Sampling No. Bets F10AE0113C Hasil Uji Kebocoran Bets F10AE0213C Keterangan Awal Filling 1. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 2. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 3. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 4. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 5. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 6. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 7. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 8. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat Tengah Filling 1. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 2. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 3. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 4. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 5. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 6. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 7. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 8. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat Akhir Filling 1. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 2. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 3. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 4. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 5. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 6. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 7. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat 8. Tidak bocor Tidak bocor Memenuhi syarat Syarat : Tidak boleh ada kebocoran Universitas Indonesia

133 24 Tabel 4.2.b. Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharamaceuticals Pada Tahap Pengemasan Primer (filling). Uji Mikrobiologi Titik Sampling Hasil Uji Mikrobiologi Bets F10AE0113C Bets F10AE0213C Awal Tengah Akhir Awal Tengah Akhir E. coli negatif negatif negatif negatif negatif negatif ALT (CFU/ml) ALT rata-rata 8,3333 CFU/ml 16,6667 CFU/ml Syarat ALT : 100 CFU/ml E. coli : Negatif Keterangan Memenuhi syarat Parameter Keasaman Larutan (ph) ph larutan KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Atas 5,71 5,68 Tengah 5,68 5,7 Bawah 5,67 5,69 rata-rata per titik sampling 5,6867 5,6900 SD per titik sampling 0,0208 0,0100 Cp per titik sampling 24, ,0000 Rata-rata antar bets 5,6883 SD antar bets 0,0147 Cp antar bets 33,9683 ph : Syarat 7,5 Cp : > 1.0 Universitas Indonesia

134 25 Tabel 4.2.c. Lanjutan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot Zenith Pharamaceuticals Pada Tahap Pengemasan Primer (filling). Parameter Berat Jenis (BJ) Berat Jenis (g/ml) KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Atas 1,1060 1,1060 Tengah 1,1090 1,1070 Bawah 1,1040 1,1030 rata-rata per titik sampling 1,1063 1,1053 SD per titik sampling 0,0025 0,0021 Cp per titik sampling 1,9868 2,4019 Rata-rata antar bets 1,1058 SD antar bets 0,0021 Cp antar bets 2,3398 Syarat ph : g/ml Cp : > 1.0 Parameter Viskositas Viskositas (cp) KETERANGAN F10AE0113C F10AE0213C Atas 4110, ,0000 Tengah 4040, ,0000 Bawah 4028, ,0000 rata-rata per titik sampling 4059, ,3333 SD per titik sampling 44, ,6992 Cpk per titik sampling 22,1334 9,2361 Rata-rata antar bets 4203,8333 SD antar bets 171,7678 Cpk antar bets 5,4262 Syarat ph : cp Cpk : > 1.33 Universitas Indonesia

135 GAMBAR

136 Tahap 1 Buka Menu MiniTab Tahap 2 Klik Stat Gambar 4.1.a Program MiniTab untuk Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot (Tahap 1 dan 2). 26 Universitas Indonesia

137 27 Tahap 3 Pilih quality tools capability analysis normal Nama kolom Batas atas dan bawah Tahap 4 Tampilan Capability Analysis Gambar 4.1.b Program MiniTab untuk Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot (Tahap 3 dan 4). Universitas Indonesia

138 28 Tahap 5 Hilangkan tanda pada Use unbiasing constants Gambar 4.1.c Program MiniTab untuk Pengolahan Data Hasil Validasi Proses Produk Suspensi X Skala Pilot (Tahap 5). Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI

UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER. APRILYA TRI SUSATI, S.Farm AGKATA LXXVI UIVERSITAS IDOESIA LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. ZEITH PHARMACEUTICALS JL. TAMBAK AJI 1 SEMARAG JAWA TEGAH PERIODE 4 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORA PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APRILYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Pemberian Izin Usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan obat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.245 /Menkes/VI/1990, industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri

Lebih terperinci

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Tugas Individu Farmasi Industri Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu Disusun Oleh : Eka Wahyu Lestari 14340004 Dosen : Drs. Kosasih, M.Sc., Apt. Program Profesi Apoteker

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Perkembangan Lafi Ditkesad Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan lembaga yang telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB { (Cara Pembuatan Obat yang Baik) CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) 2006 atau GMP (Good Manufacturing Practices) 2006 adalah suatu pedoman pembuatan obat berdasarkan berbagai ketentuan dalam CPOB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. PEMASTIAN MUTU (QUALITY ASSURANCE/QA) A. Pendahuluan Industri farmasi bertujuan untuk menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan (safety) dan mutu (quality). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari industri rumah BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi 61 Bandung, di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Farmasi 1. Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 245/MenKes/SK/V/1990 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Izin

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. PABRIK PHARMASI ZENITH JL. TAMBAK AJI NO. 1 SEMARANG JAWA TENGAH PERIODE 1 APRIL 23 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AZMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO, JAKARTA SELATAN PERIODE 1 APRIL 3 JUNI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER KARTIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb, Segala Puji senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Besar Muhammad Rasulullah S.A.W yang telah melimpahkan rahmat, berkah, dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. SANBE FARMA UNIT II CIMAHI Disusun Oleh : Syabrina Naulita Pane, S.Farm. NIM 093202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Industri Farmasi. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG BANDUNG PERIODE 07 MARET 01 APRIL 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MOCHAMAD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Sejarah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Sejalan dengan kebijakan nasionalisasi bekas perusahaan-perusahaan Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah

Lebih terperinci

Produksi di Industri Farmasi

Produksi di Industri Farmasi Produksi di Industri Farmasi PRODUKSI istilah terkait Pembuatan Seluruh rangkaian kegiatan dalam menghasilkan suatu obat, meliputi produksi dan pengawasan mutu, mulai dari pengadaan bahan awal dan bahan

Lebih terperinci

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61,

BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR. PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, BAB II TINJAUAN UMUM PT. COMBIPHAR 2.1 Sejarah Perkembangan PT. Combiphar PT. Combiphar didirikan pada tahun 1971 di Jl. Sukabumi no. 61, Bandung di bawah pengelolaan Drs. Handoko Prayogo, Apt. Berawal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT ASTRAZENECA INDONESIA CIKARANG SITE JALAN TEKNO RAYA BLOK B1A B1B, CIKARANG, BEKASI JAWA BARAT PERIODE 6 JANUARI 21 FEBRUARI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIFA MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIFA MEDAN Disusun Oleh : Miss Naimah Abdunroni, S. Farm. 083202053 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar Pengesahan LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 1 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : ERNITA, S. Farm 093202016 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia

2. KETENTUAN UMUM Obat tradisional Bahan awal Bahan baku Simplisia 1. PNGERTIAN CPOTB Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, Tujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG 4 APRIL 27 MEI 2016 PERIODE XLVI OLEH: WILI MAWARTI NPM: 2448715248 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: RUS DWI CAHYANI, S. Farm. NPM: 2448715138 PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Priyambodo

Oleh : Bambang Priyambodo Oleh : Bambang Priyambodo SISTEMATIKA CPOB: 2012 merupakan penyempurnaan dari CPOB: 2006, mencakup revisi terhadap : Pedoman CPOB: 2006 Suplemen I Pedoman CPOB: 2006 tahun 2009 Aneks 8 : Cara Pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 245/Menkes/SK/V/1990, yang dimaksud dengan industri farmasi adalah industri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: FANNY FERLIANY SIMANJUNTAK, S.Farm. 083202117 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 30 MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER AGATHA DWI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. LAPI LABORATORIES KAWASAN INDUSTRI MODERN CIKANDE, SERANG, PERIODE 1 APRIL 29 APRIL 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER YESSICA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK

PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK 7 2013, No.122 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT YANG BAIK PENDAHULUAN PRINSIP

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN DISUSUN OLEH : SRI ROMAITO HASIBUAN, S.Farm 093202065 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Disusun oleh: KATARIN SITOMPUL, S.Farm NIM 093202039 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian industri farmasi Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO.383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 16 JANUARI 2012-10 FEBRUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Personalia Aspek-aspek CPOB Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi Pengawasan mutu Inspeksi diri dan audit mutu Penanganan keluhan terhadap produk, penarikan

Lebih terperinci

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI 2.1 Tinjauan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. 2.1.1 Sejarah Perusahaan. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto

BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan pada tahun 1960 oleh Tjipto BAB II TINJAUAN UMUM PT. PRADJA PHARIN (PRAFA) 2.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Prafa merupakan salah satu perusahaan farmasi Indonesia yang mengalami perkembangan pesat. PT. Prafa didirikan

Lebih terperinci

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt.

No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK. Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. No Kode DAR2/Profesional/582/010/2018 PENDALAMAN MATERI FARMASI MODUL 010: CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK Dr. NURKHASANAH, M.Si., Apt. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Riset, Teknologi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. COMBIPHAR JL. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG PERIODE MARET 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER MUTIA ANGGRIANI, S.Farm 1106047215

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MERCK TBK. JL. TB. SIMATUPANG NO. 8 PASAR REBO JAKARTA TIMUR PERIODE 3 FEBRUARI 28 MARET 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015)

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO-HATTA 789 BANDUNG (31 AGUSTUS 9 OKTOBER 2015) PERIODE XLV OLEH: CINDY HERIYANTI. H, S. Farm. (NPM: 2448715105) PROGRAM STUDI PROFESI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, yang menyatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Nina Octaviana, S.Farm 083202134 PROGRAM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA, Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M.H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG BEKASI PERIODE 01 APRIL - 30 MEI 2014 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan Disusun Oleh : Astrie Rezky, S. Farm. 093202004 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Lembar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT BANDUNG Disusun Oleh : Eka Saputra, S. Farm. 073202020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu Departemen QA merupakan departemen yang bertanggung jawab antara lain : a) Audit internal QA melakukan evaluasi kerja kesemua bagian/departemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dalam perkembangan dunia perindustrian di Indonesia. Inovasi tiada henti dan berkelanjutan yang dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS OKTOBER 2015 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MEPROFARM JL. SOEKARNO HATTA 789 BANDUNG 31 AGUSTUS 2015 09 OKTOBER 2015 PERIODE XLV DISUSUN OLEH: YUVITA ROSARY DEVA, S. Farm NPM. 2448715154 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di LEMBAGA FARMASI ANGKATAN UDARA (LAFIAU) Drs. ROOSTYAN EFFENDIE, Apt Disusun Oleh : Ratna susanti,s.fram 083202066 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang belum didistribusikan.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. FERRON PAR PHARMACEUTICALS JALAN JABABEKA VI BLOK J No. 2-3, CIKARANG, JAWA BARAT PERIODE 1 JULI 26 AGUSTUS 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA

Lebih terperinci

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)

Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) BPOM dalam mengawal obat Visi : Obat dan makanan terjamin aman,bermutu dan berkhasiat. Misi: Melindungi masyarakat dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. CORONET CROWN JL. RAYA TAMAN Km 15 SEPANJANG - SIDOARJO (12 16 DESEMBER 2011) PERIODE XXXVII PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

PERSONALIA

PERSONALIA PERSONALIA 1. Persyaratan Umum Jumlah dan Pengetahuan: Memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi untuk melaksanakan Cara Pembuatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012

UNIVERSITAS INDONESIA DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. MOLEX AYUS JL. RAYA SERANG KM 11,5 CIKUPA TANGERANG PERIODE 16 JANUARI - 27 JANUARI 2012 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LOEDFIASFIATI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN Disusun Oleh: Nelli Purba, S.Farm. NIM 083202142 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: HENDRIK, S. Farm. NPM: 2448711131 PROGRAM

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT SYDNA FARMA JL. RC. VETERAN NO. 89 BINTARO JAKARTA SELATAN PERIODE 1 JULI 29 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER SRIWULANTYA,

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. Metiska Farma PT. Metiska Farma didirikan pada tahun 1970, atas prakarsa Bapak Memet Tanuwijaya, Bapak Ismail dan Bapak Karim Johan, yang pada

Lebih terperinci

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000

PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 PENILAIAN SISTEM MANAJEMEN MUTU (SMM) ISO 9001 : 2000 MANAJEMEN UMUM Manajemen umum adalah manajemen puncak yang terdiri dari direksi dan wakil manajemen/quality Management Representative (QMR). Direksi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN PEDOMAN CARA PEMBUATAN OBAT

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. COMBIPHAR. Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE AGUSTUS 2009 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI di PT. COMBIPHAR Jl. RAYA SIMPANG NO. 383 PADALARANG, BANDUNG PERIODE 04-28 AGUSTUS 2009 Disusun Oleh: Mala Febriani S. Farm. 083202139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI 2.1 Tinjauan Lembaga Farmasi Angkatan Udara (LAFIAU) 2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Lembaga Farmasi Angkatan Udara Perjalanan sejarah dimulai ketika di pangkalan udara belum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER FARMASI INDUSTRI Di PT. INDOFARMA (Persero) Tbk. Jalan Indofarma No. 1, Cikarang Barat 17530, Bekasi (3 31 Oktober 2011) Disusun Oleh: Pipi Saputri, S.Farm. NIM 103202102

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Gambaran Umum karyawan PT Pabrik Zenith Pharmaceuticals Tambak Aji Semarang 1. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah dan Perkembangan PT Pabrik Zenith Pharmaceuticals

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SOLAS LANGGENG SEJAHTERA BANDUNG Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT INDOFARMA (PERSERO) TBK. JALAN RAYA INDOFARMA NO. 1 CIBITUNG-BEKASI 3 31 OKTOBER 2011 PERIODE XXXVII DISUSUN OLEH: IGNASIUS BERRY SANAGA, S. Farm. NPM: 2448711132

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INDUSTRI FARMASI LANDSON PT. PERTIWI AGUNG JALAN DDN SUKADANAU CIKARANG BARAT BEKASI PERIODE 9 SEPTEMBER-7 NOVEMBER 2014 LAPORAN PRAKTEK

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GUARDIAN PHARMATAMA KAWASAN INDUSTRI MANIS JL. MANIS RAYA KM 8,5 GANDASARI, JATIUWUNG, TANGERANG PERIODE 6 FEBRUARI 28 MARET 2013 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang berhak mendapat kesehatan yang layak seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama beberapa tahun terakhir, industri farmasi global menghadapi banyak tantangan ekonomi dan keuangan. Kesehatan dan tingginya biaya obat-obatan berada pada level

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. KALBE FARMA Tbk. KAWASAN INDUSTRI DELTA SILICON JL. M. H. THAMRIN BLOK A3-1, LIPPO CIKARANG, BEKASI PERIODE 18 JULI 16 SEPTEMBER 2011

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. GALENIUM PHARMASIA LABORATORIES JALAN RAYA BOGOR KM 51,5 CIMANDALA BOGOR PERIODE 5 SEPTEMBER 31 OKTOBER 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT. SANBE FARMA UNIT II JL. LEUWIGAJAH NO. 162 CIMAHI, JAWA BARAT PERIODE 14 JANUARI 28 FEBRUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PT TAISHO PHARMACEUTICAL INDONESIA TBK. JL. RAYA BOGOR KM 38, DEPOK PERIODE 17 JUNI - 30 AGUSTUS 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Lebih terperinci