BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Management)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Management)"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resource Management) Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah utilisasi dari individuindividu untuk mencapai tujuan dari organisasi. (Mondy, 2010, p4). Menurut Mathis dan Jackson (2006, p3). Manajemen Sumber Daya Manusia - SDM (human resource - HR management) adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. Sedangkan menurut Rue dan Byars (2006, p4), manajemen sumber daya manusia adalah aktivitas-aktivitas yang didesain untuk menyediakan dan mengkoordinasikan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah pengelolaan potensi manusia di dalam suatu organisasi secara maksimal yang betujuan untuk dapat mencapai tujuan organisasi tersebut.

2 Kinerja Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Byars dan Rue (2006, p10-11), tidak diragukan bahwa manajer sumber daya manusia menghabiskan waktu yang besar dalam menangani masalah dan keprihatinan yang berhubungan dengan sisi kemanusiaan dari organisasi. Oleh karena hal ini, banyak orang yang mempersepsikan manajer sumber daya manusia hanya memperhatikan persoalan-persoalan yang berhubungan secara langsung kepada sisi kemanusiaan dari organisasi. Kontras dengan pandangan ini, manajer sumber daya manusia dapat memiliki dampak langsung kepada kinerja organisasi dalam beberapa cara spesifik : 1. Mengurangi biaya-biaya lembur yang tidak perlu dengan meningkatkan produktivitas selama hari biasa 2. Menjaga tingkat absensi pada tingkat tertingginya dan melembagakan program-program yang dirancang untuk mengurangi uang yang dihabiskan untuk waktu tidak bekerja. 3. Menghilangkan waktu yang terbuang oleh karyawan melalui design pekerjaan yang jelas 4. Meminimalisir biaya turnover karyawan dan sokongan untuk pengangguran dengan mengimplementasi relasi manusia yang jelas dan menciptakan suatu atmosfir pekerjaan yang mempromosikan kepuasan kerja.

3 9 5. Memasang dan memonitor program keselamatan dan kesehatan yang efektif untuk mengurangi kecelakaan-kecelakaan yang menguras waktu dan menjaga biaya kompensasi medis dan pekerja tetap rendah. 6. Pelatihan dan pengembangan yang tepat bagi seluruh karyawan sehingga mereka dapat meningkatkan nilai mereka bagi perusahaan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam memproduksi dan menjual produk dan jasa berkualitas tinggi pada biaya yang serendah mungkin. 7. Mengurangi biaya limbah dengan mengeliminasi kebiasaan dan sikap kerja yang buruk dan kondisi kerja yang buruk yang mengarah pada kecerobohan dan kesalahan 8. Mempekerjakan orang-orang terbaik yang tersedia pada tiap level dan menghindari kelebihan pegawai. 9. Menjaga praktek pembayaran kompetitif dan program tunjangan untuk membantu perkembangan suasana motivasional bagi karyawan 10. Mendorong karyawan, yang mungkin mengetahui lebih tentang serbaserbi dari pekerjaan mereka daripada orang lain, untuk menyampaikan ide-ide untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya. 11. Memasang sistem informasi sumber daya manusia untuk mempersingkat dan mengotomatisasikan banyak fungsi-fungsi sumbersumber daya manusia Aktivitas SDM

4 10 Menurut Mathis dan Jackson, manajemen SDM terdiri atas beberapa kelompok aktivitas yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks organisasi. Selain itu, semua manajer yang memiliki tanggung jawab SDM harus mempertimbangkan pengaruh lingkungan eksternal hukum, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan teknologi ketika menyampaikan aktivitas ini. Berikut adalah tinjauan tujuh aktivitas SDM (Mathis dan Jackson, 2006, p43-46): Perencanaan dan Analisis SDM. Lewat perencanaan SDM, manajermanajer berusaha untuk mengantisipasi kekuatan yang akan memengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di masa depan. Kesetaraan Kesempatan Kerja. Pemenuhan hukum dan peraturan tentang kesetaraan dan kesempatan kerja (EEO) mempengaruhi semua aktivitas sumber daya manusia dan integral dengan manajemen internal. Pengangkatan Pegawai. Tujuan dari pengangkatan pegawai adalah memberikan persediaan yang memadai atas individu-individu yang berkualifikasi untuk mengisi lowongan kerja di sebuah organisasi. Dengan mempelajari apa yang dilakukan para pekerja, analisis pekerjaan merupakan dasar untuk fungsi pengangkatan pegawai. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Dimulai dari orientasi karyawan baru, pengembangan sumber daya manusia juga meliputi pelatihan keterampilan pekerjaan. Ketika pekerjaan-pekerjaan berkembang dan berubah, diperlukan adanya pelatihan ulang yang dilakukan terus-

5 11 menerus untuk menyesuaikan perubahan teknologi. Mendorong perkembangan semua karyawan, termasuk para supervisor dan manajer, juga penting untuk mempersiapkan organisasi-organisasi agar dapat menghadapi tantangan masa depan. Perencanaan karir menyebutkan arah dan aktivitas untuk karyawan individu ketika mereka berkembang di dalam organisasi tersebut. Kompensasi dan Tunjangan. Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan pekerjaan melalui gaji, insentif, dan tunjangan. Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan. Jaminan atas kesehatan fisik dan mental serta keselamatan para karyawan adalah hal yang sangat penting. Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telah menjadikan organisasi lebih responsif terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan. Hubungan Karyawan dan Buruh/Manajemen. Hubungan antara para manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara efektif apabila karyawan dan organisasi ingin sukses bersama Tantangan SDM Menurut Mathis dan Jackson (2006, p46-50), lingkungan yang dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia merupakan lingkungan

6 12 yang menantang. Beberapa perubahan signifikan yang dihadapi oleh manajemen sumber daya manusia adalah sebagai berikut. Perubahan Ekonomi dan Teknologi. Beberapa perubahan ekonomi telah mengubah pola pekerjaan atau jabatan secara global. Tekanan dari pesaing global dan pertumbuhan teknologi informasi, terutama yang berhubungan dengan internet, telah menimbulkan banyak perubahan di semua jenis organisasi (2006, p46-47). Ketersediaan dan Kualitas Angkatan Kerja. Di banyak bagian dunia pada saat ini kekurangan angkatan kerja yang signifikan muncul karena kurangnya persediaan pekerja yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan yang ditambahkan (2006, p47). Menurut Rue dan Byars (2006, p8-9) pendekatan teknologi dan manajemen baru telah menambah tantangan yang dihadapi manajer sumber daya manusia. Ketika perubahan teknologi yang mempengaruhi manajer sumber daya manusia semakin membesar, tidak ada yang lebih dramatis dari hal-hal yang berkaitan dengan sistem informasi. Pertumbuhan Dalam Angkatan Kerja yang Tidak Tetap. Di masa lalu, pekerja temporer digunakan untuk menggantikan staff yang sedang cuti tahunan, cuti bersalin atau ketika perusahaan sedang menghadapi beban kerja yang tinggi. Sekarang, pekerja yang tidak tetap atau karyawan lepas (pekerja temporer, kontraktor lepas, karyawan kontrak dan pekerja paruh waktu) mewakili lebih dari 20 persen angkatan kerja. Banyak pemberi kerja beroperasi dengan sekelompok karyawan reguler inti dari keterampilan yang

7 penting dan kemudian memperluas dan mengontrak karyawan lepas (Mathis dan Jackson, 2006, p47-48). 13 Demografi dan Perbedaan. Angkatan kerja global telah berubah secara dramatis. Akibat dari perubahan ini, manajemen sumber daya manusia di organisasi harus menyesuaikan diri dengan angkatan buruh yang lebih bervariasi baik secara eksternal maupun internal. (2006, p48). Menurut Rue dan Byars (2006, p7-8), setiap orang tidak akan berpandangan dan bertindak sama. Penyusunan Ulang Organizational, Merger/Akuisisi. Banyak organisasi telah melakukan penyusunan ulang dalam beberapa tahun terakhir agar lebih menjadi kompetitif. Selain itu, merger dan akuisisi perusahaan-perusahaan dalam industri yang sama dilakukan untuk, menjamin daya saing global. Sebagai bagian dari perubahan-perubahan organisasional ini, banyak organisasi mengubah ukuran dengan: (1) Menghapuskan lapisan manajer, (2) Menutup fasilitas, (3) Melakukan merger dengan organisasi lain dan (4) Membantu para pekerja mendapatkan pekerjaan baru. (Rue dan Byars, 2006, p48-50). Tantangan lain menurut Rue dan Byars (2006, p8) adalah perubahan regulasi. Arus regulasi pemerintah dan hukum-hukum telah menempatkan beban yang luar biasa pada manajer sumber daya manusia. Organisasi menghadapi regulasi baru yang diterbitkan secara rutin pada area

8 keselamatan dan kesehatan, kesetaraan kesempatan kerja, pensiun, lingkungan, dan kualitas dari kehidupan pekerjaan. 14 Selain itu perubahan struktural pada organisasi juga menjadi tantangan manajemen sumber daya manusia menurut Rue dan Byars (2006, p8). Kini organisasi telah mengalami banyak perubahan struktural yang menghadirkan tantangan bagi manajer-manajer sumber daya manusia dan mereka terus menghadapi perubahan seperti ini Peran Manajemen SDM Menurut Mathis dan Jackson (2006, p 50-56), terdapat empat tingkat peran sumber daya manusia yang berbeda. Peran Administratif untuk SDM. Di tingkat yang paling dasar, aktivitas SDM yang penting dalam sebuah perusahaan ditangani oleh manajer operasi atau dikontrakkan keluar (outsourced) berdasarkan kontrak-kontrak kepada vendor-vendor khusus. Pada tingkat ini, manajemen SDM sebagian besar merupakan operasi bantuan administrasi dan administratif. Peran Penasihat Karyawan untuk SDM. Pada umumnya, SDM dipandang sebagai penasihat karyawan dalam organisasi. Ketika manajemen SDM berubah, keharusan SDM untuk menyeimbangkan perannya sebagai penasihat para karyawan dan kontributor bisnis menjadi

9 sangat jelas. Idealnya, profesional SDM harus menjadi kontributor yang strategis, beroperasi secara efisien dan efektif dalam hal biaya. 15 Peran Operasional untuk SDM. Biasanya, peran operasional dalam SDM untuk menyebutkan dan mengimplementasikan program dan kebijakan yang dibutuhkan di organisasi yang bekerja sama dengan manajer-manajer operasi. Peran Strategis untuk SDM. Supaya SDM dapat memainkan peran strategis, ia harus fokus pada implikasi jangka panjang dari persoalan SDM, tetapi membutuhkan tingkat pengetahuan profesional dan bisnis yang tinggi. Berikut adalah komponen penting dari pendekatan strategis itu. Meningkatkan kinerja organisasional. Terlibat dalam perencanaan strategis. Membuat keputusan tentang merger, akuisisi dan pengecilan perusahaan. Merancang ulang organisasi dan proses kerja. Menjamin akuntabilitas finansial untuk hasil-hasil SDM. Tabel 2.1 Tabel Tinjauan Peran Manajemen SDM Peran Administratif Peran Operasional dan Penasihat Peran Strategis

10 16 Fokus Pemrosesan administratif dan penyimpanan catatan Dukungan operasional mewakili karyawankaryawan Seluruh organisasi, global Pemilihan Waktu Jangka pendek (kurang dari 1 tahun) Jangka menengah (1-2 tahun) Jangka panjang (2-5 tahun) Memberikan Mengatur program- Mengevaluasi tunjangan program kompensasi tren dan karyawan Merekrut dan persoalan Mengadakan menyeleksi angkatan kerja orientasi lowongan sekarang Terlibat dalam karyawan baru ini perencanaan Menginterpretasi Mengadakan pengembangan kan kebijakan pelatihan angkatan kerja Aktivitas Khusus dan prosedur SDM. Mempersiapkan keselamatan Menyelesaikan keluhan-keluhan masyarakat Membantu restrukturisasi laporan pekerjaan karyawan dan pengecilan yang sama Mengemukakan organisasional kekhawatiran Menganjurkan karyawan merger atau akuisisi Merencanakan strategi kompensasi Sumber : Mathis dan Jackson; (2006, p57) Fungsi-Fungsi Manajemen SDM

11 Ada 5 area fungsional menurut Mondy (2010, p5-8) yang terasosiasi dengan keefektivan sumber daya manusia yakni: Staffing Staffing adalah proses di dalam sebuah organisasi yang memastikan organisasi tersebut memiliki ketepatan jumlah karyawan dengan keahlian yang tepat, untuk mencapai tujuan organisasi. 2. Human Resource Development (HRD) Human Resource Development adalah fungsi manajemen sumber daya manusia yang utama mencakup tidak hanya pelatihan dan pengembangan tetapi perencanaan karir dan kegiatan pengembangan, pengembangan organisasi, dan manajemen kinerja dan penilaian. 3. Compensation Kompensasi mengacu pada total dari semua penghargaan yang diberikan kepada karyawan atas jasa pelayanannya. 4. Safety and Healthy Safety mencakup kegiatan yang melindungi karyawan dari kecelakaan kerja. Health mencakup kegiatan yang melindungi karyawan dari penyakit fisik dan emosional. 5. Employee and Labor Relations Hubungan antara karyawan dan pekerja-pekerja lain dahulu dianggap sebagai jalan hidup banyak karyawan. Kebanyakan perusahaan akan lebih menginginkan sebuah lingkungan yang mempunyai hubungan kuat.

12 18 Sedangkan menurut Byars dan Rue (2006, p4-6), fungsi sumber daya manusia mengacu pada tugas dan kewajiban yang dilakukan baik dalam organisasi besar maupun kecil untuk menyediakan dan mengkoordinasikan manajemen sumber daya manusia. Fungsi sumber daya manusia telah mencakup berbagai aktivitas yang mempengaruhi semua area dari suatu organisasi secara signifikan. The Society for Human Resource Management (SHRM) telah mengidentifikasi enam fungsi mayor dari manajemen sumber daya manusia: 1. Perencanaan, Perekrutan dan Penyeleksian Sumber Daya Manusia 2. Pengembangan Sumber Daya Manusia 3. Kompensasi dan Benefit 4. Keselamatan dan Kesehatan 5. Relasi Karyawan dan Tenaga Kerja 6. Penelitian Sumber Daya Manusia Penilaian Kinerja (Performance Appraisal) Pengertian Penilaian Kinerja Byars dan Rue (2006, p223) mengungkapkan bahwa penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi dan mengkomunikasikan bagaimana karyawan melakukan pekerjaan dan menyusun rencana pengembangan kepada para karyawan itu sendiri. Saat dilakukan secara tepat, penilaian kinerja tidak hanya memungkinkan karyawan mengetahui seberapa baik mereka

13 berkinerja tetapi juga mempengaruhi tingkat usaha dan arahan tugas mereka di masa depan. 19 Sedangkan, menurut Mathis dan Jackson (2006, p382), penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan, tinjauan kinerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil. Konklusinya, penilaian kinerja adalah proses pengevaluasian tingkat kinerja karyawan, penyusunan rencana pengembangan dan pengkomunikasian hasil proses tersebut kepada karyawan itu sendiri Penggunaan-Penggunaan dalam Penilaian Kinerja Salah satu penggunaan yang paling umum dari penilaian kinerja adalah untuk membuat keputusan administratif terkait dengan promosi, pemecatan, pemberhentian sementara, dan peningkatan pembayaran. Sebagai contoh, kinerja karyawan kini sering menjadi pemikiran yang paling signifikan untuk menentukan apakah seseorang dapat dipromosikan atau tidak. (Byars dan Rue, 2006, p223). Informasi penilaian kinerja juga dapat menyediakan input yang diperlukan untuk menentukan baik kebutuhan pelatihan dan pengembangan secara individual atau organisasional. Sebagai contoh, informasi ini dapat

14 20 digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karyawan (Byars dan Rue, 2006, p223). Penggunaan lain dari penilaian kinerja adalah untuk mendorong peningkatan kinerja. Dalam hal ini, penilaian kinerja digunakan sebagai sarana untuk menkomunikasikan pada karyawan akan bagaimana keadaan mereka dan menyarankan kebutuhan akan perubahan dalam perilaku, sikap, keahlian atau pengetahuan. Jenis umpan balik ini menjelaskan harapan pekerjaan dari manajer kepada para karyawan. Umpan balik ini sering harus diikuti dengan pelatihan oleh manajer untuk memandu usaha kerja karyawan (Byars dan Rue, 2006, p ). Selain itu, dua penggunaan penting lain dari informasi yang diambil dari penilaian kinerja adalah (1) input bagi validasi prosedur-prosedur kerja yang dipilih dan (2) input bagi perencanaan sumber daya manusia (Byars dan Rue, 2006, p224). Sedangkan menurut Mathis dan Jackson, organisasi biasanya menggunakan penilaian kinerja dalam dua peran yang memiliki potensi konflik. Peran pertama untuk mengukur kinerja dalam memberikan imbalan kerja atau keputusan administratif lainnya mengenai karyawan. Promosi atau pemecatan dapat tergantung pada peran ini, di mana sering kali menciptakan tekanan bagi para manajer untuk melakukan penilaian. Peran kedua berfokus pada pengembangan individu. Dalam peran ini, manajer lebih berperan sebagai seorang penasihat dibandingkan dengan seorang hakim, yang akan mengubah atmosfer hubungan. Peran kedua tersebut

15 menekankan dalam mengidentifikasi potensi dan merencanakan kesempatan pertumbuhan dan arah karyawan. (Mathis dan Jackson, 2006, p383) Penilaian Informal vs Sistematis Penilaian kerja dapat terjadi dalam dua cara: secara informal atau secara sistematis. Seorang supervisor akan melakukan penilaian informal kapan pun saat diperlukan. Hubungan kerja sehari-hari antara manager dan karyawan membuka peluang pada kinerja karyawan untuk dievaluasi. Penilaian informal khususnya sesuai jika menyangkut permasalahan waktu, karena adanya penundaan dalam memberikan umpan balik akan melemahkan pengaruh motivasinya. Umpan balik informal yang sering dilakukan juga akan mencegah kejutan selama evaluasi formal. (Mathis dan Jackson, 2006, p385) Penilaian sistematis digunakan ketika hubungan antara manajer dan karyawan adalah formal, dan di mana ada sistem untuk melaporkan kesan dan observasi manajerial pada kinerja karyawan. Satu survei menunjukkan bahwa hampir 90% dari pemberi kerja mempunyai satu sistem atau proses manajemen kinerja formal (Mathis dan Jackson, 2006, p386) Subyek yang Melakukan Penilaian Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh siapapun yang mengetahui dengan baik kinerja dari karyawan secara individual. Kemungkinannya adalah sebagai berikut (Mathis dan Jackson, 2006, p387) :

16 22 Supervisor Menilai Bawahan. Penilaian secara tradisional atas karyawan didasarkan pada asumsi bahwa supervisor langsung adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk mengevaluasi kinerja karyawan secara realistis dan adil (Mathis dan Jackson, 2006, p388). Karyawan Menilai Atasan. Sejumlah organisasi di masa sekarang meminta para karyawan atau anggota kelompok untuk memberi nilai pada kinerja supervisor dan manajer (Mathis dan Jackson, 2006, p389). Anggota Tim Menilai Sesamanya. Penggunaan rekan kerja dan anggota tim sebagai penilai adalah jenis penilaian lainnya yang berpotensi baik untuk membantu ataupun sebaliknya. (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Karyawan Menilai Diri Sendiri. Menilai diri sendiri dapat diterapkan dalam situasi-situasi tertentu. Sebagai alat pengembangan diri, hal ini dapat memaksa para karyawan untuk memikirkan mengenai kekuatan dan kelemahan mereka dan menetapkan tujuan untuk peningkatan. (Mathis dan Jackson, 2006, p390). Penilai dari Luar. Penilaian juga dapat dilakukan oleh orang-orang (penilai) dari luar yang dapat diundang untuk melakukan tinjauan kinerja. Salah satu contoh dari penilaian ini adalah ketika dimana suatu tim peninjau mengevaluasi seorang direktur perguruan tinggi. Selain itu, pelanggan dan klien dari sebuah organisasi juga adalah sumber nyata untuk penilaian dari luar (Mathis dan Jackson, 2006, p391).

17 23 Penilaian dari Multisumber (Umpan Balik 360 o ). Popularitas penilaian ini semakin meningkat. Dalam umpan balik dari multisumber, manajer tidak lagi menjadi sumber tunggal dari informasi penilaian kinerja. Berbagai rekan kerja dan pelanggan dapat memberikan umpan balik mengenai karyawan kepada manajer. Hal ini memungkinkan manajer untuk mendapatkan masukan dari berbagai sumber. Tetapi, manajer tetap menjadi titik pusat untuk menerima umpan balik dari awal dan untuk terlibat dalam tindak lanjut yang diperlukan, bahkan dalam sistem multisumber. Jadi, persepsi manajer mengenai kinerja karyawan masih berpengaruh dalam jalannya proses tersebut (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Penilaian dari multi sumber juga disebut multi-rater assessment. Dalam penilaian ini, manajer, rekan kerja, pelanggan pemasok atau kolega diminta untuk menyelesaikan kuesioner tentang karyawan yang dinilai. Departemen sumber daya manusia menyediakan hasilnya bagi karyawan. (Byars dan Rue, 2006, p225) Metode Penilaian Kinerja : Metode Penilaian Kategori Metode yang paling sederhana untuk menilai kinerja adalah metode penilaian kategori. Metode penilaian kategori yang paling umum adalah skala penilaian grafis dan checklist. (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Skala Penilaian Grafis (Graphic Rating Scale). Skala penilaian grafis memungkinkan penilai untuk menandai kinerja karyawan pada rangkaian kesatuan. Karena kesederhanaannya, metode ini sering

18 24 digunakan. Ada dua jenis skala penilaian grafis yang digunakan di masa kini. Jenis yang pertama dan yang paling umum memberikan daftar kriteria pekerjaan seperti kuantitas kerja, kualitas kerja, kehadiran dan lain-lain. Jenis kedua menilai aspek-aspek perilaku, seperti pengambilan keputusan, pengembangan karyawan dan lain-lain, disertai daftar perilaku spesifik dan efektivitas dari masing-masing hal yang dinilai (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Daftar Periksa (Checklist). Checklist adalah alat penilaian kinerja yang menggunakan daftar pernyataan atau kata-kata. Penilai memberi tanda pernyataan yang paling representatif dari karakteristik dan kinerja karyawan. Checklist dapat dimodifikasi sehingga beragam bobot dapat diterapkan pada pernyataan atau kata-kata tersebut. Hasilnya kemudian dijumlahkan (Mathis dan Jackson, 2006, p396) Metode Penilaian Kinerja : Metode Komparatif Dalam metode komparatif, para manajer membandingkan kinerja karyawan mereka terhadap satu sama lain secara langsung. Dua contoh dari metode ini adalah metode penentuan peringkat (ranking) dan metode distribusi paksa (forced distribution) (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Penentuan Peringkat (Ranking). Dengan metode penentuan peringkat, kinerja semua karyawan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah (Mathis dan Jackson, 2006, p ).

19 25 Distribusi Paksa (Forced Distribution). Dengan menggunakan metode distribusi paksa, sebagai contoh, seorang kepala perawat akan menentukan peringkat personel perawat sepanjang skala, dengan menempatkan suatu persentase tertentu dari karyawan pada setiap tingkat kerja (Mathis dan Jackson, 2006, p ) Metode Penilaian Kinerja : Metode Naratif Metode-metode ini menguraikan tindakan karyawan dan juga dapat mengindikasikan penilaian aktual dengan memberi informasi penilaian tertulis. Dokumentasi dan deskripsi adalah inti dari metode kejadian penting, esai, dan tinjauan lapangan. (Mathis dan Jackson, 2006, p398). Kejadian Penting. Dalam metode kejadian penting, manajer menyimpan catatan tertulis mengenai tindakan dalam kinerja karyawan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan selama periode penilaian. Ketika kejadian penting yang melibatkan karyawan terjadi, manajer menuliskannya. (Mathis dan Jackson, 2006, p398). Esai. Esai, atau metode penilaian bentuk bebas, mengharuskan seorang manajer untuk menuliskan esai pendek yang menguraikan kinerja setiap karyawan selama periode penilaian. (Mathis dan Jackson, 2006, p399). Tinjauan Lapangan. Tinjauan lapangan lebih berfokus pada siapa yang melakukan evaluasi dalam penggunaan metode ini. Pendekatan ini

20 26 dapat memasukan departemen sumber daya manusia sebagai peninjau, atau suatu peninjau yang independen dari luar organisasi. Dalam tinjauan lapangan, peninjau dari luar berperan sebagai rekanan aktif dalam proses penilaian dan berasumsi bahwa pihak luar tersebut cukup mengetahui tentang keadaan pekerjaan tersebut untuk membantu para supervisor memberikan penilaian yang lebih akurat dan menyeluruh. (Mathis dan Jackson, 2006, p399) Metode Penilaian Kinerja : Metode Perilaku/Tujuan Dalam usaha untuk mengatasi beberapa kesulitan dari metode yang baru saja dibahas, pendekatan penilaian perilaku (behavioral rating approaches) lebih berusaha untuk menilai perilaku karyawan dibandingkan karakteristik yang lainnya. Beberapa dari pendekatan perilaku yang berbeda adalah skala penilaian perilaku yang diharapkan (behaviorally anchored rating scales-bars), skala observasi perilaku (behavioral observation scales-bos, dan skala perilaku yang diharapkan (behavioral expectation scales-bes). Behaviorally Anchored Rating Scales (BARS) membandingkan apa yang dilakukan karyawan terhadap kemungkinan perilaku yang ditunjukan pada suatu pekerjaan. Behavioral Observation Scales (BOS) menghitung jumlah beberapa kali perilaku tertentu diperlihatkan. Behavioral Expectation Scales (BES) mengurutkan perilaku pada rangkaian kesatuan

21 untuk mendefinisikan kinerja yang menonjol, rata-rata, dan tidak dapat diterima (Mathis dan Jackson, 2006, p ) Manajemen Berdasarkan Tujuan dan Kombinasi dari Berbagai Metode Istilah lain untuk MBO adalah penilaian dari hasil, bimbingan target, perencanaan dan tinjauan kerja, tujuan kinerja, dan penentuan tujuan bersama. Manajemen berdasarkan tujuan menentukan tujuan kinerja yang telah disepakati oleh seorang karyawan dan manajernya untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu (Mathis dan Jackson, 2006, p401). Tidak ada metode penilaian terbaik untuk semua situasi. Oleh karena itu, sistem pengukuran kinerja yang menggunakan kombinasi dari berbagai metode yang telah kita bahas sebelumnya mungkin akan sesuai dalam keadaan tertentu. Penggunan kombinasi dapat menyeimbangkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing metode (Mathis dan Jackson, 2006, p403) Kesalahan Penilai Terdapat banyak kemungkinan sumber-sumber kesalahan dalam proses penilaian kinerja. Salah satu sumber utama adalah kesalahan yang dibuat oleh penilai (Mathis dan Jackson, 2006, p403). Standar yang beragam. Sewaktu menilai karyawan, seorang manajer harus menghindari penerapan standar dan pengharapan yang berbeda untuk

22 karyawan yang melakukan pekerjaan yang serupa (Mathis dan Jackson, 2006, p403) 28 Efek Ke-terakhir-an/Ke-pertama-an. Recency effect terjadi jika seorang penilai memberikan bobot lebih pada kejadian-kejadian terakhir ketika menilai kinerja seorang individu. Kebalikannya adalah efek kepertama-an (primacy effect), di mana informasi yang diterima pertama mendapat bobot paling besar (Mathis dan Jackson, 2006, p404). Kesalahan Tendensi Sentral, Kelunakan, dan Kekakuan. Para penilai yang menilai semua karyawan dalam jarak yang sempit (misalnya : semua orang dinilai rata-rata) melakukan sebuah kesalahan tendensi sentral (central tendency error), di mana bahkan orang-orang yang berkinerja buruk menerima penilaian rata-rata. Pola-pola penilaian juga dapat menunjukan kelunakan atau kekakuan. Kesalahan kelunakan (leniency error) terjadi ketika penilaian semua karyawan jatuh pada ujung tinggi dari skala. Kesalahan kekakuan (strictness error) terjadi ketika seorang manajer dalam menilai karyawan menggunakan hanya bagian rendah dari skala. (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Bias Penilai. Rater bias terjadi ketika nilai atau prasangka seorang penilai menimbulkan distorsi penilaian. Bias seperti ini bisa dilakukan secara tidak sadar atau secara disengaja. (Mathis dan Jackson, 2006, p406). Efek Halo. Halo effect terjadi ketika seorang manajer menilai tinggi seorang karyawan pada semua kriteria pekerjaan karena kinerja dalam satu

23 29 area. Efek kerucut adalah kebalikannya, di mana satu karakteristik dapat menyebabkan penilaian rendah secara keseluruhan (Mathis dan Jackson, 2006, p406). Kesalahan Kontras. Contrast error adalah kecenderungan untuk menilai orang secara relatif terhadap orang lain dan bukannya terhadap standar kinerja rata-rata, seseorang yang berkinerja sedikit lebih baik dapat dinilai baik sekali karena efek kontras (Mathis dan Jackson, 2006, p406). Mirip Saya/Berbeda dengan Saya. Kadang-kadang penilai terpengaruh oleh apakah orang-orang menunjukan karakteristik yang sama atau berbeda dengan penilai. Sekali lagi kesalahan disebabkan karena pengukuran seseorang terhadap orang lain dan bukan pada seberapa baik individu tersebut memenuhi harapan dalam pekerjaan (Mathis dan Jackson, 2006, p406). Kesalahan Penarikan Contoh (Sampling). Jika penilai hanya melihat sebagian kecil contoh dari pekerjaan seseorang, maka penilaiannya mungkin mempunyai kesalahan penarikan contoh. (Mathis dan Jackson, 2006, p407) Umpan Balik Penilaian Setelah menyelesaikan penilaian, para manajer harus mengomunikasikan hasilnya untuk memberi penjelasan kepada karyawan mengenai posisi mereka di mata atasan langsung dan organisasi. Organisasi-

24 organisasi biasanya mengharuskan para manajer untuk mendiskusikan penilaian dengan karyawan (Mathis dan Jackson, 2006, p407). 30 Wawancara Penilaian. Wawancara penilaian dapat memberikan baik kesempatan maupun bahaya. Hal ini dapat menjadi pengalaman yang emosional bagi para manajer dan karyawan, karena manajer harus mengomunikasikan baik pujian maupun kritik yang membangun. Masalah utama untuk para manajer adalah bagaimana menekankan aspek-aspek positif dari kinerja karyawan, sambil tetap mendiskusikan cara-cara untuk melakukan peningkatan yang diperlukan. Jika wawancara tersebut ditangani dengan buruk, karyawan dapat merasakan ketidaksukaan yang mengakibatkan terjadinya konflik, dan kelak tercermin dalam pekerjaannya di masa depan (Mathis dan Jackson, 2006, p407). Umpan Balik Sebagai Sistem. Tiga komponen sistem umpan balik yang dikenal secara umum meliputi data, evaluasi dari data tersebut, dan sejumlah tindakan yang berdasarkan pada evaluasi. Data adalah potongan informasi faktual berkenaan dengan tindakan atau konsekuensi yang diobservasi. Evaluasi merupakan cara sistem umpan balik bereaksi terhadap fakta, dan hal ini memerlukan standar kinerja. Agar umpan balik dapat membuahkan perubahan, beberapa keputusan harus diambil mengenai tindakan berikutnya (Mathis dan Jackson, 2006, p ). Reaksi Manajer. Para manajer dan supervisor yang harus menyelesaikan penilaian karyawan mereka sering kali menentang proses

25 31 penilaian. Banyak manajer merasa bahwa peran mereka memanggil untuk membantu, mendorong, melatih, dan membimbing karyawan guna meningkatan kinerja. Tetapi, menjadi seorang hakim di satu sisi serta seorang pelatih dan pembimbing di sisi lain dapat menyebabkan konflik internal dan kebingungan bagi banyak manajer (Mathis dan Jackson, 2006, p ) Reaksi Karyawan yang Dinilai. Para karyawan sangat mungkin melihat proses penilaian sebagai ancaman dan merasa bahwa satu-satunya cara untuk mendapat penilaian yang tinggi adalah orang lain harus mendapat penilaian yang rendah. Persepsi menang/kalah ini didorong oleh metode komparatif. Tetapi kedua pihak dapat sama-sama menang dan tidak ada yang harus kalah. Penekanan pada peningkatan diri dan aspek pengembangan dari penilaian tampaknya menjadi cara yang paling efektif untuk mengurangi reaksi persaingan dari mereka yang berpartisipasi dalam proses penilaian (Mathis dan Jackson, 2006, p410). Manajemen Kinerja yang Efektif Apa pun metode yang digunakan, para manajer harus memahami hasil yang diharapkan dari manajemen kinerja. Ketika manajemen kinerja digunakan untuk mengembangkan karyawan sebagai sumber daya, biasanya akan berhasil dengan baik. Ketika manajemen menggunakan satu bagian utama dari manajemen kinerja, yaitu penilaian kinerja, untuk menghukum karyawan, atau ketika penilai gagal untuk memahami batasannya, manajemen kinerja menjadi kurang efektif.

26 Agar dapat efektif, sistem manajemen kinerja haruslah (Mathis dan Jackson, 2006, p ): 32 Konsisten dengan misi strategis sebuah organisasi Bermanfaat sebagai alat pengembangan Berguna sebagai alat administratif Sesuai dengan hukum dan berkaitan dengan pekerjaan Dipandang adil secara umum oleh para karyawan Efektif dalam mendokumentasikan kinerja karyawan Menghindari Kesalahan dalam Penilaian Kinerja Salah satu pendekatan untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penilaian kinerja adalah dengan membuat penyaringan pada design dari metode penilaian. Sebagai contoh, sesorang dapat berargumen bahwa metode distribusi paksa dari penilaian kinerja berusaha untuk menghindari kelonggaran dan tendensi sentral. Sebagai tambahan, metode BARS dirancang untuk mengurangi efek halo, kelonggaran dan tendensi sentral karena mereka menyediakan contoh kinerja yang spesifik terhadapa apa yang akan dievaluasi dari karyawan kepada para manajer. (Byars dan Rue, 2006, p231). Suatu pendekatan lain yang lebih menjanjikan untuk menghindari kesalahan dalam penilaian kinerja adalah dengan meningkatkan keahlian dari penilai. Ajuan atas pelatihan yang spesifik perlu diberikan kepada evaluator terkadang tidak jelas, tetapi mereka biasanya menekankan bahwa

27 evaluator harus terlatih untuk mengobservasi perilaku secara lebih akurat dan menilai itu secara lebih adil. (Byars dan Rue, 2006, p ) Stres (Stress) Apa Itu Stres Menurut Robbins dan Judge (2007, p597), stres adalah suatu kondisi yang dinamik dimana suatu individu diperhadapkan dengan kesempatan, tuntutan atau sumber daya yang berhubungan dengan apa yang diinginkan individu tersebut dan hasilnya diperkirakan sebagai tidak pasti dan penting. Moorhead (2010, p167) menyatakan bahwa stres telah didefinisikan dalam berbagai cara, tetapi kebanyakan definisi menyebutkan bahwa stres disebabkan oleh suatu stimulus, stimulus tersebut dapat bersifat fisik maupun psikis, dan bahwa individu merespon stimulus tersebut dengan cara-cara tertentu. Menurutnya, stres adalah respon adaptif seseorang kepada suatu stimulus yang memberikan tuntutan fisik atau psikis yang terlalu besar baginya. (Moorhead, 2010, p167). Sebagai kesimpulan, stres dapat didefinisikan sebagai suatu respon adaptif seseorang terhadap suatu kondisi atau stimulus yang membuatnya tertekan secara fisik dan psikis Proses Stres

28 34 Menurut Moorhead (2010, p ), kebanyakan stres yang diketahui kini dapat ditemukan dari pekerjaan pertama dari Dr. Hans Selye. Beberapa kontribusi penting dari Selye adalah General Adaptation Syndrome (GAS) dan konsep dari eustres dan distres. General Adaptative Syndrome (GAS). Menurut model ini, setiap orang memiliki tingkat daya tahan terhadap kejadian-kejadian yang penuh stres. Sebagian orang dapat mentolerir stres yang besar dan orang-orang lain kurang dapat mentolerirnya, namun semua orang memiliki ambang batas dimana stres akan mulai mempengaruhinya. Sumber : Moorhead; (2010, p168) Gambar 2.1 General Adaptation Syndrome

29 35 GAS dimulai ketika seseorang menemui suatu stressor. Tingkat pertama disebut Alarm. Pada titik ini, seseorang mungkin merasakan panik pada tingkat tertentu dan memulai memikirkan bagaimana untuk beradaptasi. Jika stressor terlalu ekstrim, orang tersebut mungkin tidak akan mampu untuk beradaptasi dengan hal itu. Akan tetapi, dalam kebanyakan kasus, seseorang mengumpulkan kekuatannya (fisik atau emosional) dan memulai untuk menahan efek negatif dari stressor. Seringkali, tingkat penahanan mengakhiri GAS. Di sisi lain, kontak yang lebih panjang dengan stressor tanpa resolusi akan menimbulkan tingkat ketiga dari GAS: kelelahan. Distres dan Eustres. Selye juga menyatakan bahwa sumber-sumber dari stres tidak selalu dari sebab yang buruk. Sebagai contoh, menerima bonus dan menentukan apa yang akan dilakukan dengan uangnya dapat menyebabkan stres. Begitu pula dengan mendapatkan promosi, membuat pidato sebagai bagian dari memenangkan penghargaan, menikah dan hal-hal baik lainnya. Selye menyebut tipe stres ini sebagai eustres. Eustres dapat mengarah pada hasil-hasil positif bagi individu. Dan tentu saja, terdapat stres negatif yang disebut distres. Distres merupakan apa yang kebanyakan orang pikirkan ketika mereka mendengar kata stres. Tekanan yang berlebihan, tuntutan yang tak masuk akal pada waktu seseorang dan berita buruk masuk dalam kategori ini. Bentuk stres ini biasanya menghasilkan konsekuensi yang negatif bagi individu.

30 Perbedaan Individual dan Stres Perbedaan yang paling berkembang yang secara spesifik berhubungan dengan stres dan merupakan pembeda antara profil kepribadian tipe A dan tipe B (Moorhead, 2010, p ). Kepribadian Tipe A dan Tipe B. Kepribadian tipe A dan tipe B, pertama kali diobservasi oleh dua orang kardiologis, yakni Meyer Friedman dan Ray Rosenman. Individu tipe A yang ekstrim sangatlah kompetitif, sangat mendedikasikan diri pada pekerjaan, dan mempunyai indra yang kuat terhadap keterdesakan waktu. Terlebih lagi, orang ini cenderung bersifat agresif, tidak sabar dan sangat berorientasi pada pekerjaan. Dia memiliki banyak motivasi dan dorongan serta kemauan untuk menyelesaikan pekerjaan sebanyak mungkin yang dia bisa di dalam waktu yang sesingkat mungkin. Sebaliknya, individu tipe B yang ekstrim kurang kompetitif, kurang mendedikasikan diri pada pekerjaannya, dan mempunyai indra yang lebih lemah terhadap keterdesakan waktu. Orang ini jarang merasakan konflik kepada orang lain atau waktu serta lebih memiliki keseimbangan, pendekatan yang lebih santai terhadap hidup. Dia memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mampu untuk bekerja secara konstan.

31 37 Friedman dan Rosenman menunjukkan bahwa kebanyakan orang tidak sepenuhnya bertipe A atau B; tetapi, orang-orang cenderung menuju tipe-tipe tersebut. Contohnya, orang yang kelihatannya mempunyai karakteristik tipe A, di sisi lain juga terkadang dapat santai dan pada saat tertentu dapat melupakan waktu. Di sisi lain, orang yang kelihatannya bertipe B, dapat terkadang menghabiskan waktu terobsesi pada pekerjaannya. Hardiness dan Optimism. Hardiness merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan di dalam stres. Optimism adalah tingkat dimana seseorang melihat hidup relatif dalam keadaan lebih positif atau negatif. Dua perbedaan individu yang lain yang berhubungan dengan stres adalah ketabahan hati dan optimisme. Penelitian memperkirakan bahwa sebagian orang memiliki kepribadian yang lebih tabah dibandingkan yang lain. Orang-orang dengan kepribadian yang tabah memiliki locus of control internal, yang sangat berkomitmen pada aktivitas yang mereka jalankan di dalam kehidupan dan melihat perubahan sebagai kesempatan untuk pengembangan dan pertumbuhan. Orang seperti itu relatif terlihat sebagai orang yang tidak mengidap penyakit apa-apa jika mereka mengalami tekanan dan stres dengan level yang tinggi. Di sisi lain, orang-orang dengan ketabahan yang rendah mungkin lebih mengalami kesulitan bertahan di dalam stres. Perbedaan individual lain yang potensial adalah optimisme. Secara umum, orang-orang optimis cenderung untuk menangani stres lebih baik.

32 38 Mereka akan mampu untuk melihat karakteristik positif dari situasi dan menyadari bahwa hal-hal tersebut pada akhirnya akan bertambah baik. Secara kontras, orang yang kurang optimis akan lebih fokus pada karakteristik negatif dari situasi dan menduga bahwa hal-hal tersebut akan bertambah buruk, tidak lebih baik Sumber-Sumber Potensial dari Stres Terdapat tiga kategori dari penyebab stres secara potential menurut Robbins dan Judge (2007, p ). Penyebab stres yang pertama adalah faktor-faktor dari lingkungan. Faktor-faktor ini meliputi ketidakpastian ekonomi, ketidakpastian politik, perubahan teknologi dan terrorisme. Dari segi ketidakpastian ekonomi, ketika ekonomi suatu negara berguncang, maka masyarakat akan menjadi khawatir dengan jaminan pekerjaan mereka. Ketidakpastian politik akibat pemilihan umum, dapat menyebabkan terganggunya keamanan yang dapat menimbulkan stres dalam negara tersebut. Perubahan teknologi seperti dengan inovasi baru dapat menjadikan keahlian dan pengalaman karyawan menjadi tidak terpakai lagi dalam jangka waktu yang singkat. Komputer, robotik, automatisasi dan bentuk serupa dari inovasi teknologi menjadi ancaman bagi banyak orang yang dapat menimbulkan stres bagi mereka. Terorisme adalah sumber stres dari lingkungan yang meningkat intensitasnya pada abad ke-21.

33 39 Penyebab stres yang kedua adalah faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor ini meliputi tuntutan tugas, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Tuntutan tugas adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang. Hal-hal ini meliputi design pekerjaan individual, kondisi kerja dan tata ruang pekerjaan secara fisik. Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan seseorang sebagai suatu fungsi dalam peran tertentu yang dia mainkan dalam suatu organisasi. Konflik peran menciptakan pengharapan yang mungkin sulit untuk direkonsiliasi atau dipuaskan. Peran yang melebihi kemampuan dialami ketika karyawan diharapkan untuk melakukan hal-hal yang lebih daripada seizin waktu. Ambiguitas peran dibentuk ketika ekpektasi peran tidak dimengerti secara jelas dan karyawan tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan. Tuntutan interpersonal adalah tekanan-tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari kolega dan hubungan interpersonal yang buruk dapat menyebabkan stres, khususnya diantara karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi. Penyebab stres yang ketiga adalah faktor-faktor personal. Faktorfaktor ini meliputi faktor keluarga, ekonomi serta kepribadian. Dari segi keluarga: masalah dalam pernikahan, pemutusan suatu hubungan dan masalah kedisiplinan dengan anak-anak adalah contoh dari problema hubungan yang menciptakan stres bagi karyawan. Problema-problema ekonomi yang dibentuk oleh individu-individu yang menggunakan sumber daya keuangan mereka secara berlebihan adalah sekumpulan masalah

34 40 personal yang dapat membuat stres karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dari pekerjaan mereka. Selain itu, gejala-gejala stres yang diekpresikan pada pekerjaan mungkin berasal dari kepribadian orang tersebut. Di sisi lain, menurut Moorhead (2010, p ) dari banyak hal yang dapat menyebabkan stres, terdapat dua kategori: stressor organisasional dan stressor kehidupan. Stressor organisasional adalah bermacam-macam faktor di dalam tempat kerja yang dapat menyebabkan stres. Empat kelompok dari stressor organisasional adalah tuntutan tugas, tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Tuntutan tugas adalah stressor yang diasosiasikan dengan pekerjaan spesifik yang dilakukan oleh seseorang. Beberapa pekerjaan pada dasarnya lebih penuh tekanan dibandingkan lainnya. Tuntutan fisik dari suatu pekerjaan adalah keperluan fisik dari pekerja; tuntutan ini adalah suatu fungsi karakteristik fisik dari letak dan tugas yang ada di dalam pekerjaan. Salah satu elemen yang penting dari hal ini adalah temperatur. Design kantor juga dapat menjadi masalah. Design kantor yang buruk dapat mempersulit orang-orang untuk memiliki privasi atau mendorong interaksi sosial yang terlalu besar atau terlalu sedikit. Demikian juga, pencahayaan yang buruk, tempat kerja yang kurang luas dan defisiensi yang serupa dapat menimbulkan stres. Dan kerja shift dapat menyebabkan gangguan bagi

35 orang-orang karena pengaruh hal itu terhadap aktivitas istirahat dan waktu luang mereka. 41 Tuntutan peran juga dapat penuh tekanan bagi orang-orang dalam organisasi. Suatu peran adalah suatu kumpulan dari perilaku yang diharapkan diasosiasikan dengan suatu posisi tertentu di dalam suatu grup atau organisasi. Orang-orang di dalam suatu organisasi atau grup kerja mengharapkan seseorang pada suatu peran tertentu untuk juga bertindak dalam cara tertentu. Masalah-masalah yang mendorong stres yang menyangkut peran adalah ambiguitas peran, konflik peran dan kelebihan peran. Ambiguitas peran meningkat saat suatu peran tidak jelas. Konflik peran muncul saat pesan dan isyarat dari orang lain jelas tentang suatu peran namun bertentangan atau menguntungkan sebagian pihak. Kelebihan peran muncul saat ekpektasi dari suatu peran melebihi kapabilitas suatu individu. Tuntutan interpersonal terdiri dari tiga bagian: tekanan grup, kepemimpinan dan konflik interpersonal. Stressor kehidupan merupakan penyebab stres dalam organisasi yang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar organisasi. Stressor kehidupan dapat dikategorikan dalam perubahan kehidupan dan trauma kehidupan. Gagasan bahwa perubahan kehidupan sebagai salah satu penyebab stres pertama kali dikembangkan dan dipopulerkan pertama kali oleh

36 42 Holmes dan Rahe. Suatu perubahan kehidupan adalah perubahan apapun yang bermakna di dalam keadaan personal atau pekerjaan seseorang. Holmes dan Rahe memberi alasan bahwa perubahan besar dari kehidupan seseorang dapat mengarah pada stres dan pada akhirnya kepada penyakit. Tabel 2.2 Life Change Units Sumber: Moorhead; (2010, p176) Trauma kehidupan serupa dengan perubahan kehidupan, namun hal ini memiliki fokus yang lebih sempit, terarah dan berjangka pendek. Trauma kehidupan adalah pergolakan apapun di dalam kehidupan suatu individu

37 43 yang mengubah sikap, emosi atau perilakunya. Sebagai ilustrasi, menurut pandangan perubahan kehidupan, suatu perceraian meningkatkan potensi masalah kesehatan seseorang pada tahun berikutnya (setelah perceraian). Pada saat yang sama, orang itu tentunya akan juga mengalami guncangan emosional selama proses aktual perceraian itu sendiri. Guncangan ini adalah salah satu bentuk dari trauma kehidupan dan jelas akan menyebabkan stres, yang mungkin akan merambat ke tempat kerja. Trauma kehidupan besar yang mungkin menyebabkan stres meliputi masalah pernikahan, kesulitan keluarga dan masalah kesehatan yang mungkin pada awalnya tidak berhubungan dengan stres Konsekuensi dari Stres Stres menunjukkan gejalanya dalam tiga kategori umum : gejala fisiologis, psikologis dan perilaku (Robbins dan Judge, 2007, p ). Kebanyakan kekhawatiran awal atas stres berasal dari gejala fisiologis. Hal ini didasarkan pada banyaknya spesialis dalam ilmu kesehatan dan medis yang meneliti topik ini. Penelitian tersebut mengarah pada kesimpulan dimana stres dapat menyebabkan perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatkan detak jantung dan intensitas nafas, meningkatkan tekanan darah, menyebabkan sakit kepala dan menimbulkan serangan jantung. Stres yang berhubungan dengan pekerjaan dapat menyebabkan ketidakpuasan akan pekerjaan tersebut. Ketidakpuasan akan pekerjaan,

38 44 faktanya merupakan efek psikologis yang paling sederhana dan jelas atas stres itu sendiri. Namun, stres juga menunjukkan dirinya dalam keadaankeadaan psikologis yang lain, sebagai contoh : ketegangan, kekhawatiran, sifat lekas marah, kebosanan dan penundaan. Terdapat bukti-bukti yang mengindikasikan bahwa ketika orang-orang ditempatkan pada pekerjaan yang menimbulkan penuntutan ganda dan penuntutan yang berkonflik atau dimana terdapat ketidakjelasan atas tugas-tugas, otoritas dan tanggung jawab dari orang yang berkepentingan, maka baik stres dan ketidakpuasan kerja akan meningkat. Gejala-gejala stres yang berhubungan dengan perilaku meliputi perubahan dalam produktivitas, absensi dan turnover, sebagaimana juga perubahan pada pola makan, peningkatkan perilaku merokok atau konsumsi alkohol, berbicara secara cepat, kegelisahan dan gangguan tidur. Moorhead (2010, p ) juga mengungkapkan bahwa stres dapat memiliki banyak konsekuensi. Jika stresnya positif, hasilnya adalah energi, antusiasme dan motivasi yang berlebih. Namun, tentu saja juga terdapat akibat negatif dari stres. Stres juga dapat menghasilkan konsekuensi negatif bagi individu, konsekuensi negatif bagi organisasi dan burnout. Konsekuensi Individu. Konsekuensi individu stres adalah akibat stres yang mempengaruhi seseorang. Organisasi juga mungkin dapat merasakannya, baik secara langsung maupun tidak langsung, namun individu itu sendirilah yang membayar harga sesungguhnya dari

39 konsekuensi itu. Stres mungkin menghasilkan konsekuensi perilaku, psikologis dan medis. 45 Konsekuensi perilaku dari stres mungkin dapat melukai orang yang di bawah stres itu atau orang lain. Salah satu contoh perilakunya adalah merokok. Penelitian telah mendokumentasikan secara jelas bahwa orangorang cenderung untuk lebih merokok ketika mereka mengalami stres. Terdapat juga bukti bahwa alkohol dan penyalahgunaan obat terlarang berkaitan dengan stres, walaupun hubungan ini kurang didokumentasikan dengan baik. Konsekuensi perilaku lain adalah kecendrungan untuk mengalami kecelakaan, agresi dan kekerasan, serta gangguan nafsu makan. Konsekuensi psikologis dari stres berhubungan dengan kesejahteraan dan kesehatan mental dari seseorang. Ketika orang-orang mengalami stres yang terlalu besar pada pekerjaannya, mereka mungkin menjadi depresi atau menemukan diri mereka sendiri tidur terlalu lama atau tidak cukup tidur. Stres juga dapat mengarah pada masalah keluarga dan kesulitan stres. Konsekuensi medis dari stres mempengaruhi kesehatan fisik seseorang. Penyakit jantung dan stroke, di antara penyakit lainnya, telah dihubungkan dengan stres. Masalah medis lain yang umum yang dihasilkan dari stres yang terlalu besar meliputi sakit kepala, sakit punggung, berbagai gangguan perut dan usus, serta kondisi kulit seperti jerawat dan pembengkakan.

40 46 Konsekuensi Organisasional. Telah jelas bahwa konsekuensi medis apapun dapat mempengaruhi organisasi. Akibat lain dari stres bahkan dapat memiliki konsekuensi yang lebih terarah pada organisasi. Hal-hal ini meliputi penurunan pada kinerja, penarikan diri dan perubahan negatif pada sikap. Salah satu konsekuensi organisasional yang jelas dari terlalu besarnya stres adalah penurunan pada kinerja. Bagi pekerja, penurunan ini dapat diterjemahkan ke dalam kualitas kerja yang buruk atau kemerosotan produktivitas. Bagi manajer, hal itu dapat berarti pembuatan keputusan yang salah atau gangguan dalam hubungan kerja karena orang-orang menjadi lekas marah dan sulit untuk diajak bergaul. Perilaku penarikan diri juga dapat diakibatkan dari stres. Untuk organisasi, dua bentuk yang paling signifikan dari perilaku penarikan diri adalah ketidakhadiran (absenteeism) dan pemberhentian diri. Orang-orang yang sulit dalam beradaptasi dengan stres pada pekerjaan mereka cenderung untuk menelepon dalam keadaan sakit atau mempertimbangkan untuk meninggalkan organisasi untuk selamanya. Stres juga dapat menghasilkan bentuk lain yang lebih halus dari penarikan diri. Seorang manajer mungkin mulai melewati deadline atau mengambil waktu yang lebih lama dalam istirahat makan siang. Seorang karyawan mungkin dapat menarik diri secara psikologis dengan berhenti peduli tentang organisasi dan pekerjaannya. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, kekerasan karyawan adalah salah satu potensi konsekuensi stres individual. Hal ini juga memiliki implikasi

BAB 7. MANAJEMEN KINERJA. Tujuan-Tujuan Strategis Organisasi

BAB 7. MANAJEMEN KINERJA. Tujuan-Tujuan Strategis Organisasi Pemahaman tentang manajemen kinerja Kriteria pengukuran kinerja Metode-metode dalam penilaian kinerja Sumber-sumber informasi kinerja Pemberian Umpan Balik Kinerja Penerapan manajemen kinerja untuk pengambilan

Lebih terperinci

Apa Arti Kinerja / Performance?

Apa Arti Kinerja / Performance? Apa Arti / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing performed Efficiency Nelson

Lebih terperinci

APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE?

APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE? PENILAIAN KINERJA APA ARTI KINERJA / PERFORMANCE? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional Secara umum kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami secara lebih efektif terhadap daya kepekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi adalah satu sistem, yang terdiri dari pola aktivitas kerja sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok orang untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan

Lebih terperinci

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL Kinerja Karyawan Individual Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja individual karyawan antara lain kemampuannya,usaha yang dicurahkan,dan dukungan organisasi ada untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumah sakit Ridogalih berdiri pada tahun 1934 yang memulai pelayanan kesehatannya dengan membuka poliklinik. Pada tahun 1986 rumah sakit Ridogalih berkembang

Lebih terperinci

Penilaian Kinerja. Apa Arti Kinerja / Performance?

Penilaian Kinerja. Apa Arti Kinerja / Performance? MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja http://deden08m.com 1 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS

BAB II URAIAN TEORETIS 33 BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Henny (2007) melakukan penelitian dengan judul " Hubungan Stres Kerja dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bagian Customer Care Pada PT Telekomunikasi Indonesia

Lebih terperinci

MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja

MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja MSDM Materi 9 Penilaian Kinerja http://deden08m.com 1 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The

Lebih terperinci

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia

Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Materi 9 Organizing: Manajemen Sumber Daya Manusia Dengan telah adanya struktur organisasi, manajer harus menemukan orang-orang untuk mengisi pekerjaan yang telah dibuat atau menyingkirkan orang dari pekerjaan

Lebih terperinci

Prepared by Farlianto. /

Prepared by Farlianto. / Prepared by Farlianto Sasaran Organisasi Strategi Organisasi Input Aktivitas dan Perilaku Karyawan Kompetensi Hasil Lingkungan Kerja Penetapan Standar Kinerja: Performance Planning Penilaian Kinerja: Performance

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK FAKTOR-FAKTOR STRES KERJA PADA CV SUMBER HIDUP PONTIANAK Hariyanti Email: hariyanti.ng@gmail.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak ABSTRAK Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja. Slamet Heri Winarno

Manajemen Kinerja. Slamet Heri Winarno Manajemen Kinerja Slamet Heri Winarno PENDAHULUAN Manajemen kinerja: proses yang dilakukan para manager untuk memastikan aktivitas-aktivitas pegawai dan output mendukung tujuan organisasi. Proses ini mensyaratkan:

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

P KINERJA-TIM MSDM/UMY

P KINERJA-TIM MSDM/UMY Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing Execution A thing performed Efficiency Penilaian Kinerja Penilaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen dapat diartikan sebagai sistem kerja, maksudnya adalah bahwa di dalam setiap aktifitas suatu organisasi perlu memiliki kerjasama harmonis, melalui

Lebih terperinci

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF Santosa Tri Prabawa STIE Wijaya Mulya Surakarta ABSTRAK Kinerja organisasional dapat

Lebih terperinci

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS Kode Etik Global Performance Optics adalah rangkuman harapan kami terkait dengan perilaku di tempat kerja. Kode Etik Global ini mencakup beragam jenis praktik bisnis;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling membutuhkan satu sama lain. Manusia terlahir ke dunia ini dituntut agar dapat hidup berorganisasi. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Defenisi Kinerja Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL

MANAJEMEN OPERASIONAL MANAJEMEN OPERASIONAL SUBSISTEM MANAJEMEN TENAGA KERJA Astrid Lestari Tungadi, S.Kom., M.TI. PENDAHULUAN Subsistem yang berhubungan dengan pengembangan sumber daya manusia dalam hal keterampilan dan pengetahuan

Lebih terperinci

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya

Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Work-Related Stress: Stres di Era Globalisasi dan Dampak Seriusnya Era globalisasi menuntut seseorang untuk berevolusi menjadi workaholic. Banyak pekerja di negara maju atau di kota-kota besar harus bertahan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia

Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen SDM Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah pemafaatan para individu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. (Mondy 2008) Tujuan manajemen

Lebih terperinci

Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan 2. Pengambilan Keputusan administratif 3. Keperluan perusahaan

Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan 2. Pengambilan Keputusan administratif 3. Keperluan perusahaan Definisi Kinerja adalah suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan. Penilaian kinerja

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM & KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Beban sks : Manajemen Sumberdaya Manusia (MSDM) : IAB4217 : 3 sks (1) Minggu ke (2) Materi Pembelajaran 1 Peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam bukunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam bukunya BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Manajemen Menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter dalam bukunya Manajemen (edisi ketujuh, 2004, p6), manajemen adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Self-efficacy Bandura (1977, 1978), mengatakan self-efficacy adalah kepercayaan seseorang atas kemampuannya untuk melakukan suatu tugas spesifik pada level kinerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan

Lebih terperinci

Apa Arti Kinerja / Performance?

Apa Arti Kinerja / Performance? Penilaian Kinerja Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Dictionary The act of performing Execution A thing performed

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada kemampuannya dalam mengelola kinerja karyawan secara

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada kemampuannya dalam mengelola kinerja karyawan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesuksesan jangka panjang organisasi untuk mencapai tujuan strategis terletak pada kemampuannya dalam mengelola kinerja karyawan secara efektif dan memastikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Paradigma Baru Dalam Memanajemeni. Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU

MANAJEMEN KINERJA. Paradigma Baru Dalam Memanajemeni. Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU MANAJEMEN KINERJA Oleh: Rojuaniah Dosen FE - UIEU rojuaniah@indonusa.ac.id ABSTRAK Saat ini perusahaan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan. Perubahanperubahan terjadi begitu cepat dan kadangkadang

Lebih terperinci

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA Pengertian Penilaian Kerja Evaluasi Kerja Dimensi Kerja Sumber Data Dampak penilaian Tujuan Penilaian Kerja Masalah Penilaian Kerja Format Penilaian http://www.deden08m.com

Lebih terperinci

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA

PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA PENILAIAN PRODUKTIVITAS/ KINERJA Pengertian Penilaian Kerja Evaluasi Kerja Dimensi Kerja Sumber Data Dampak penilaian Tujuan Penilaian Kerja Masalah Penilaian Kerja Format Penilaian http://www.deden08m.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang tidak dapat digantikan oleh unsur apapun. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan unsur manusia merupakan perangkat yang paling menentukan dalam mencapai tujuan kegiatannya, terutama berkaitan erat dengan kebijaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA NOMOR: 052/PER.DIR/RSKIA.WK/III/2017 Tentang PANDUAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA NOMOR: 052/PER.DIR/RSKIA.WK/III/2017 Tentang PANDUAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA NOMOR: 052/PER.DIR/RSKIA.WK/III/2017 Tentang PANDUAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA Menimbang

Lebih terperinci

Performance Management (Manajemen Kinerja)

Performance Management (Manajemen Kinerja) Performance Management (Manajemen Kinerja) Dr. Harun Samsudin, MM Universitas Indo Global Mandiri Fakultas Ekonomi Palembang 2016 Manajemen kinerja adalah suatu proses di mana manajer memastikan bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Kerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Prestasi Kerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Kerja Kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Stres Kerja Menurut Robbins (2007 : 368), stres adalah suatu kondisi dinamis dimana seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Telah kita ketahui bersama bahwa manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam kegiatan suatu organisasi, karena manusia sebagai perencana,

Lebih terperinci

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung

Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Bab 9 - Project Human Resource Management Sumber: PMBOK 2000, Diterjemahkan oleh Mahasiswa STMIK Mardira Indonesia, Bandung Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) suatu Proyek termasuk proses yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stres Gibson menyatakan bahwa Stres adalah kata yang berasal dari Bahasa Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight). Definisi ini menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian terpenting dari sebuah organisasi. Dengan adanya MSDM maka hal-hal yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) 1.1.1 Definisi Keinginan Untuk Keluar (Turnover intention) Sutanto dan Gunawan (2013) mengemukakan bahwa turnover intention adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen yang berkaitan dengan pengelolaan kegiatan pemberdayaan sumber daya manusia disebut manajemen sumber daya manusia. Pada umumnya,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi

BAB II KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Pengertian Kompetensi dan Jenis Kompetensi Perubahan yang terjadi pada bidang Sumber Daya Manusia diikuti oleh perubahan pada kompetensi dan kemampuan dari seseorang yang mengkonsentrasikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA

KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Kebijakan Pengungkap Fakta KEBIJAKAN PENGUNGKAP FAKTA Pernyataan Etika Perusahaan (Statement of Corporate Ethics) Amcor Limited menetapkan kebijakannya terhadap pengungkapan fakta dan komitmennya untuk

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kinerja Pengertian Penilaian Kinerja

II. TINJAUAN PUSTAKA Penilaian Kinerja Pengertian Penilaian Kinerja II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penilaian Kinerja 2.1.1 Pengertian Penilaian Kinerja Rivai dan Sagala (2009) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan kegiatan para manajer untuk membandingkan kinerja karyawan

Lebih terperinci

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia

Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM Materi 1 Intoduction: Manajemen Sumber Daya Manusia http://deden08m.com 1 Pengertian Manajemen SDM Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah pemafaatan para individu untuk mencapai tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari hadirnya tekanan atau biasa disebut dengan stres, stres bisa hadir dalam keluarga, lingkungan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wanita Karir Wanita karir mengacu pada sebuah profesi. Karir adalah karya. Jadi, ibu rumah tangga sebenarnya adalah seorang wanita karir. Namun wanita karir adalah wanita yang

Lebih terperinci

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1,

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1, ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 221 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

MSDM Penilaian Kinerja

MSDM Penilaian Kinerja MSDM Penilaian Kinerja Pertemuan 11 Apa Arti Kinerja / Performance? Kamus Besar Bahasa Indonesia Sesuatu yang dicapai Kemampuan kerja Prestasi yang diperlihatkan Webster Dictionary The act of performing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Dalam kehidupan sehari-hari, istilah manajemen merupakan istilah yang tidak asing lagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

Dokumen ini dapat digunakan, disalin, disebarluaskan baik sebagian ataupun seluruhnya dengan syarat mencantumkan sumber asli.

Dokumen ini dapat digunakan, disalin, disebarluaskan baik sebagian ataupun seluruhnya dengan syarat mencantumkan sumber asli. Dokumen ini dapat digunakan, disalin, disebarluaskan baik sebagian ataupun seluruhnya dengan syarat mencantumkan sumber asli. Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014 mengarahkan Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Komitmen Organisasi 1.1 Definisi Komitmen Organisasi Kata komitmen berasal dari kata latin yang berarti to connect. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan. persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan. persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin sulitnya kondisi perekonomian di Indonesia menjadikan persaingan diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat. Tidak hanya perusahaan-perusahaan dagang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam organisasi sangat penting bagi keberhasilan mencapai tujuan suatu organisasi. Pegawai tidak dipandang hanya sebagi modal atau biaya, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Menambah pengetahuan dengan menghubungkan teori yang didapat dalam perkuliahan dengan kenyataan serta dapat memperdalam pengetahuan penulis dalam bidang manajemen sumber daya manusia. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia merupakan aset yang sangat berharga dalam suatu kemajuan ilmu, pembangunan, dan teknologi. Oleh karena itu dalam era sekarang ini menuntut

Lebih terperinci

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Tenaga Kerja PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul 1. Produktifitas dan biaya tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjalankan tugas dan pekerjaanya. SDM merupakan modal dasar pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi yang semakin maju di Indonesia membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja sebagai buruh pabrik memiliki tantangan tersendiri terutama bagi perempuan yang sudah menikah. Mereka memiliki tugas ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Kepuasan kerja 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari dan digunakan sebagai konstruk pengukuran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gaya Kepemimpinan 1.1 Definisi Gaya Kepemimpinan Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang pemimpin yang dipersepsikan oleh karyawan dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Personalia Pengertian Manajemen Personalia telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli manajemen baik dari dalam maupun luar negeri. Berikut ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Work-life balance merupakan faktor penting bagi tiap karyawan, agar karyawan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Work-life balance merupakan faktor penting bagi tiap karyawan, agar karyawan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Work-Life Balance 2.1.1 Definisi Work-Life Balance Work-life balance merupakan faktor penting bagi tiap karyawan, agar karyawan memiliki kualitas hidup yang seimbang dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu istilah yang sangat erat kaitannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Stres Kerja 2.1.1. Pengertian Stres Menurut Vaughan dan Hogh (2002) stres adalah suatu kondisi psikologis yang terjadi ketika suatu stimulus diterima sebagai suatu hambatan atau

Lebih terperinci

KINERJA COMPILED BY: IY

KINERJA COMPILED BY: IY KINERJA COMPILED BY: IY PENGERTIAN Kinerja merupakan istilah yang berasal dari Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang) Kinerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati

BAB II URAIAN TEORITIS. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati BAB II URAIAN TEORITIS I. Penelitian Terdahulu Peneliti terdahulu Musyayyadah (2006) dengan skripsi berjudul Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Pegawai terhadap Kebijakan Promosi pada Kantor Bupati Deli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan atau stresor yang dianggap mengancam atau menantang, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Samsudin (2006: 22) Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources Management) adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Menurut Boyd, Walker, Larreche dalam Fadila & Lestari (2013:45), persepsi (perception) adalah proses dengan apa seseorang memilih, mengatur,

Lebih terperinci

Psikologi Dunia Kerja Stres Dalam Pekerjaan

Psikologi Dunia Kerja Stres Dalam Pekerjaan Psikologi Dunia Kerja Stres Dalam Pekerjaan Dinnul Alfian Akbar, SE, M.Si Pandangan Mengenai Stres Stres: Apabila pekerja kurang mampu mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

Lebih terperinci

REKRUITMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA RUMAH SAKIT

REKRUITMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA RUMAH SAKIT 1 REKRUITMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA RUMAH SAKIT DISUSUN OLEH : RINI ANGGRAENI BAGIAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 2 BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2008:10), manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2000:10) manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan peranan tenaga kerja agar efektif membantu

Lebih terperinci

STRES KERJA. Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi ,1990

STRES KERJA. Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi ,1990 STRES KERJA Sumber: Stephen P. Robbins, Organizational Behavior, 4 th. Ed., Prentice-Hall of India Private Limited New Delhi 110001,1990 Stres Merupakan kondisi dimana individu dihadapkan pada kesempatan,

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PDAM KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI

AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PDAM KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI AUDIT MANAJEMEN UNTUK MENILAI EFEKTIVITAS FUNGSI SUMBER DAYA MANUSIA PADA PDAM KABUPATEN SITUBONDO SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi Dan Bisnis Program Studi

Lebih terperinci

REKRUTMEN DAN SELEKSI. Imam Gunawan

REKRUTMEN DAN SELEKSI. Imam Gunawan REKRUTMEN DAN SELEKSI Imam Gunawan Merupakan proses menentukan posisi yang akan diisi dalam organisasi, dan bagaimana mengisinya (Dessler, 2003). 1. Analisis Tren Studi kebutuhan pekerjaan masa lalu di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis dan Jackson (2006:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah rancangan sistem-sistem formal

Lebih terperinci

Penilaian Kinerja. Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini.

Penilaian Kinerja. Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini. Penilaian Kinerja Penilaian Kinerja Levinson mendefinisikan kinerja dan beberapa istilah lain yang terkait berikut ini. Kinerja, atau unjuk kerja adalah pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri BAB II LANDASAN TEORI A. Semangat Kerja 1. Pengertian Semangat Kerja Chaplin (1999) menyatakan bahwa semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri,

Lebih terperinci

PERAN MANAJEMEN PENILAIAN KINERJA DALAM PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI. Oleh: Dra. SURYATI, SE., M.AB. Dosen Tetap Pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK

PERAN MANAJEMEN PENILAIAN KINERJA DALAM PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI. Oleh: Dra. SURYATI, SE., M.AB. Dosen Tetap Pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK PERAN MANAJEMEN PENILAIAN KINERJA DALAM PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI Oleh: Dra. SURYATI, SE., M.AB. Dosen Tetap Pada STIA ASMI SOLO ABSTRAK Penilaian kinerja kerja karyawan adalah masalah penting untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan PERENCANAAN Tujuan Instruksional Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai perencanaan, proses pembuatan rencana dan tingkat rencana organisasi serta hambatan-hambatan dalam perencanaan. Materi Pembahasan

Lebih terperinci