Astriana Kinanti Fatrika Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Astriana Kinanti Fatrika, Raymond Godwin S.Psi., M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Astriana Kinanti Fatrika Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Astriana Kinanti Fatrika, Raymond Godwin S.Psi., M."

Transkripsi

1 PERANAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL, DAN STRES MENGHADAPI KEMACETAN DALAM MEMPREDIKSI INTENSI UNTUK MENGGUNAKAN TRANSPORTASI UMUM DI JAKARTA Astriana Kinanti Fatrika Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Astriana Kinanti Fatrika, Raymond Godwin S.Psi., M.Si ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, dan Stres menghadapi kemacetan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Penelitian ini melibatkan responden sejumlah 117 orang pekerja dan mahasiswa yang didapat dengan teknik Convenience Sampling. Metode yang digunakan adalah kuantitatif non eksperimental dengan tujuan korelasional-prediktif. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Hasilnya adalah Sikap untuk menggunakan transportasi umum tidak mampu memprediksi intensi secara signifikan (F= 0,237; p > 0,05), Norma Subjektif mampu memprediksi intensi secara signifikan (F= 7,229; p < 0,05), Perceived Behavioral Control tidak mampu memprediksi intensi secara signifikan (F= 0,009; p > 0,05), dan Stres menghadapi kemacetan secara signifikan mampu memprediksi intensi (F= 5,648; p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa Sikap dan Perceived Behavioral Control tidak berperan dalam memprediksi intensi. Sedangkan, norma subjektif dan stres menghadapi kemacetan berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum di Jakarta (AKF). Kata Kunci: Sikap, Norma Subjektif, Perceived Behavioral Control, Stres, dan Intensi. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Jakarta sebagai kota besar dengan berbagai macam aktivitas, kian hari terus mengalami kemajuan dan semakin berkembang dalam segala hal. Untuk mendukung berlangsungnya aktivitas tersebut maka

2 dibutuhkan moda transportasi yang sesuai untuk membantu mobilitas masyarakat. Dijelaskan bahwa sistem transportasi merupakan kesatuan atas elemen-elemen prasarana fisik, sarana angkutan, sistem operasi, dan sistem manajemen yang saling berinteraksi dalam mencapai terciptanya perpindahan objek fisik dari suatu tempat asal ke tempat tujuan, objek fisik yang dimaksud adalah manusia dan barang (Manheim dalam Yunikasari, 2013). Oleh karena itu, transportasi merupakan bagian yang penting dari sebuah kota. Selain memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sebuah kota, transportasi juga memiliki kendala di daerah perkotaan salah satunya adalah permasalahan kemacetan lalu lintas di Jakarta. Dinas Perhubungan DKI Jakarta (dalam Syarif, 2013) menyatakan bahwa kemacetan yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah perjalanan akibat bertambahnya jumlah kendaraan baru di Jakarta. Hal tersebut diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor roda dua dan roda empat. Wardman dkk (dalam Mann & Abraham, 2006) mengonseptualisasikan perjalanan dalam hal tuntutan fisik, kognitif, dan afektif, dimana dalam menggunakan transportasi umum lebih menuntut fisik seperti berjalan menuju stasiun, dan waktu perjalanan menjadi lebih lama. Hal tersebut kemungkinan membutuhkan usaha yang lebih besar dalam hal kognitif untuk merencanakan, mengingat serta tepat waktu. Selain itu, saat menggunakan transportasi umum individu memiliki perasaan kurang aman dan meningkatnya kekhawatiran. Kemacetan memberikan banyak dampak terhadap masyarakat, antara lain kerugian fisik dan psikis, khususnya bagi pengguna jalan. Dalam hal psikis, menurut Charles (dalam Badriyah, 2013) stres akibat terjebak macet dapat mengakibatkan masalah gangguan kejiwaan. Singer, Lundberg, dan Frakenhaeuser (dalam Hutabarat, 2009) menyatakan bahwa kerugian secara psikis yang dialami oleh pengguna jalan dapat terjadi dikarenakan interaksi psikologis, seperti kondisi pengemudi kendaraan secara psikologis dalam melakukan interaksi dengan sistem kontrol kendaraan serta lingkungan sekitar jalan raya, dan kemudian memberikan respon terhadap stimulus. Suseno (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kemacetan membuat seseorang merasa tidak nyaman dalam kemacetan serta mengakibatkan individu merasa jenuh, bosan, tidak sabar, dan terkadang memancing emosi yang dapat membuat individu merasa stres. Indriastuti (dalam Ruth, 2011), berdasarkan hasil penelitian yang dilakukannya di daerah Bekasi, menunjukkan bahwa individu yang terjebak dalam kepadatan lalu lintas dan dikejar waktu akan menjadi gelisah, tegang, dan stres. Berdasarkan beberapa penelitian di atas, terlihat bahwa kemacetan merupakan salah satu hal yang dapat mengakibatkan individu menjadi stres. Setiap peristiwa dapat mendorong ke arah stres, namun peristiwa-peristiwa tersebut tidak datang satu per satu karena faktanya peristiwa yang membuat stres terjadi secara bersamaan. Peristiwa-peristiwa itu sendiri bukan stres tetapi hal yang menghasilkan stres (Halim, 2008), biasa disebut dengan stressor. Stressor adalah penyebab yang menghasilkan stres atau suatu tekanan, sedangkan stres merupakan respon yang muncul. Secara psikologis, respon terhadap stressor bersifat individual yaitu dalam hal ini setiap individu memiliki respon yang berbeda terkait dengan stres kemacetan lalu lintas. Hal ini dikarenakan stres merupakan persoalan rasa dan persepsi. Rasa adalah penilaian subjektif individu terhadap suatu objek, sedangkan persepsi merupakan pemaknaan stimulus yang ditangkap oleh individu melalui penginderaan (Tondok, 2009). Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam mengatasi kemacetan tersebut ternyata belum dapat mengurai kemacetan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena sedikitnya masyarakat yang beralih atau menggunakan transportasi umum. Amirullah (2013), Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia, mengatakan bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada angka pengguna angkutan umum di Jakarta. Hal tersebut dilihat dari pengguna angkutan umum pada sepuluh tahun lalu masih sebanyak 40% sedangkan saat ini penggunaannya sekitar 14%. Dalam penelitiannya mengenai intensi individu untuk menggunakan TransJakarta, Mulya (2009) menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat tidak akan menggunakan TransJakarta untuk pergi ke tempat kerja serta tidak ada perbedaan gambaran intensi yang signifikan antara kelompok pekerja pengguna kendaraan pribadi dan pengguna kendaraan umum dalam menggunakan TransJakarta untuk pergi ke tempat kerja. Beberapa alasan yang mendasari sedikitnya pengguna transportasi umum antara lain fleksibilitas atau kemampuan individu untuk memanfaatkan moda transportasi tertentu, biaya, dan waktu (Carr, 2008). Ketiga hal tersebut menurut, Mulya (2009) merupakan belief yang tangible.

3 Ajzen (2005) mengatakan bahwa terdapat hal-hal yang dapat mempengaruhi keyakinan individu (belief) dan hasilnya dapat mempengaruhi intensi dan perilaku yang dilakukan, yaitu background factors yang terdiri dari faktor personal, sosial, dan informasi. Fishbein dan Ajzen (dalam Sarwono & Meinarno, 2009) mengatakan bahwa dalam upaya memahami dan memprediksi perilaku individu terdapat pendekatan mengenai hubungan sikap dan perilaku, yaitu Theory of Reasoned Action. Objek sikap yang dimaksud adalah perilaku itu sendiri. Intensi merupakan beberapa pilihan perilaku yang dipertimbangkan, menilai hasil dan konsekuensi, dan membuat keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dalam hal ini adalah membuat keputusan untuk menggunakan transportasi umum atau tidak menggunakannya sebagai moda transportasi dalam beraktivitas sehari-hari. Pendekatan lainnya adalah Theory of Planned Behavior (Ajzen dalam Sarwono & Meinarno, 2009) yang merupakan perluasan dari Theory of Reasoned Action (TRA) yaitu walaupun individu memiliki sikap yang positif terhadap perilaku yang dimaksud, tetapi pada TRA tidak dijelaskan mengenai perilaku yang tidak sepenuhnya dapat dikendalikan oleh individu. Dalam TRA, intensi merupakan prediktor utama dari perilaku yang akan dilakukan individu yand ditentukan oleh dua determinan dasar yaitu determinan diri dan pengaruh sosial. Determinan diri merupakan sikap terhadap perilaku, dan determinan sosial adalah persepsi individu mengenai tekanan sosial yang diperoleh dari lingkungan sekitar (orang lain/kelompok) untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan. TPB menambahkan determinan ketiga yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC merupakan penilaian terhadap kemampuan untuk menampilkan suatu perilaku. Secara keseluruhan, berpengaruh terhadap intensi untuk melakukan suatu perbuatan yang berupa niat atau kehendak individu. Intensi merupakan faktor motivasional yang memiliki pengaruh sangat kuat terhadap perilaku. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh banyak peneliti (Ajzen dalam Baron & Byrne, 2004) yaitu sering kali dapat menjadi prediktor yang kuat terhadap perilaku yang akan dilakukan dalam situasi yang terjadi. Kedua teori tersebut telah diaplikasikan untuk memprediksi perilaku dalam berbagai keadaan dan terbukti berhasil (Baron & Byrne, 2004). Pemilihan moda transportasi juga tergantung pada motif, minat, dan intensi individu, tidak hanya tergantung pada asal, tujuan, dan karakteristik sosial demografis saja (Carr, 2008). Mulya (2009) dalam penelitiannya berpendapat bahwa faktor yang mendorong seseorang untuk menggunakan moda transportasi tertentu bukan hanya berdasarkan faktor ekonomi tetapi juga faktor psikologis. Faktor psikologis berupa stres yang dialami oleh masyarakat dapat mendorong individu untuk menggunakan berbagai jenis moda transportasi umum yang membantu mobilitas sehari-hari. Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian akan difokuskan untuk melihat peranan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku dan stres menghadapi kemacetan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Penelitian ini akan melibatkan para pengguna kendaraan pribadi sebagai responden. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi dan diajukan rumusan masalah sebagai berikut: apakah sikap, norma subjektif persepsi kontrol perilaku, dan stres menghadapi kemacetan berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum di Jakarta? Tujuan penelitian Untuk mengetahui peranan sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan stres menghadapi kemacetan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta.

4 METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Dalam penelitian ini, subjek yang ditentukan memiliki karakteristik, antara lain individu dewasa muda dengan rentang usia tahun, tempat tinggal di Jabodetabek dan beraktivitas di Jakarta, serta mengendarai mobil atau motor. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability, yaitu setiap orang tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Teknik non probability yang digunakan adalah convenience sampling yang didasarkan pada pertimbangan kemudahan dan ketersediaan sampel. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang mengukur variasi dalam fenomena, situasi masalah atau isu dengan data berupa angka dan diolah secara statistik. Tujuan dari penelitian ini adalah korelasional-prediktif yaitu melihat hubungan antara variabel dalam memprediksi variabel terikat (berdasarkan variabel bebas. Desain penelitiannya adalah non eksperimental, dimana peneliti tidak melakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel-variabel yang diteliti. Alat Ukur Penelitian Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian, yaitu alat ukur theory of planned behavior yang digunakan untuk mengukur sikap terhadap perilaku, norma subjektif, perceived behavioral control,dan intensi, serta alat ukur perceived stress scale (PSS) yang digunakan untuk mengukur tingkat stres menghadapi kemacetan. Dalam menyusun alat ukur theory of planned behavior, terlebih dahulu dilakukan elisitasi data. Hasil dari elisitasi data tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menyusun kuesioner utama. Terdapat 10 pertanyaan elisitasi yang diberikan bertujuan untuk memunculkan sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan perceived behavioral. Kuesioner utama terdiri dari 4 bagian dan terdapat 8 skala, yaitu dua skala sikap, dua skala norma subjektif, dua skala perceived behavioral control, satu skala intensi, dan satu skala stres. Setiap bagian menggunakan 6 skala Likert sebagai pilihan jawaban, dimana 8 skala tersebut dijadikan dalam satu kuesioner. Alat ukur perceived stress scale digunakan untuk mengukur sejauh mana individu menilai situasi dalam kehidupan dalam satu bulan terakhir sebagai tekanan/stres (Cohen dkk., 1983). PSS terdiri dari 10 pertanyaan, dengan 4 item favorable dan 6 item unfavorable. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas adalah seberapa jauh alat ukur mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti (Borden & Abbott, 2008). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah content validity dan construct validity. Indeks nilai corrected item total correlation pada construct validity harus lebih besar dari 0,25. Content validity dilakukan dengan menggunakan teknik expert judgment. Reliabilitas alat ukur merupakan suatu ukuran yang menghasilkan respon yang sama atau serupa dengan beberapa administrasi instrumen yang sama dan serupa (Bordens & Abbott, 2008). Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsitensi alat ukur yang digunakan. Pengukuran uji reliabilitas menggunakan metode cronbach s alpha, yaitu alat ukur dapat dikatakan reliabel jika memiliki koefisien reliabilitas di atas 0,60. Koefisien reliabilitas 0,60-0,70 sudah dianggap memuaskan untuk tujuan penelitian (Aiken & Marnat, 2006). Alat ukur theory of planned behavior terdiri dari skala sikap terhadap perilaku dan perceived behavioral control yang masing-masing memiliki 7 pasang item pernyataan, serta terdiri dari 3 pasang item pernyataan skala norma subjektif. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada skala sikap didapatkan cronbach s alpha sebesar 0,497. Setelah dilakukan penghapusan pada 4 item pernyataan cronbach s alpha menjadi 0,743. Secara keseluruhan terdapat 4 item yang dieliminasi karena memiliki nilai corrected item-total correlation < 0,25 yang dianggap tidak valid. Pada skala norma subjektif dari 3 item validitas butir yang diuji dinyatakan valid karena memiliki nilai corrected item-total correlation > 0,25 dengan cronbach s alpha 0,646. Pada skala perceived behavioral control terdiri dari 7 pasang item validitas butir dengan cronbach s alpha 0,351 yang diperoleh dari total perceived behavioral control. Setelah dilakukan penghapusan pada 3

5 item pernyataan cronbach s alpha menjadi 0,766. Secara keseluruhan terdapat 3 item yang dieliminasi karena memiliki nilai corrected item-total correlation < 0,25. Pada perceived stress scale terdiri dari 10 item validitas butir yang dinyatakan valid dengan cronbach s alpha 0,856. Prosedur Penelitian Sebelum mengambil data terlebih dahulu menentukan fenomena yang diangkat menjadi topik penelitian. Selanjutnya, peneliti melakukan studi kepustakaan terkait dengan variabel-variabel penelitian, menetapkan populasi yang menjadi sampel penelitian serta menentukan desain dan alat ukur penelitian. Sebelum menyebarkan kuesioner utama, peneliti terlebih dahulu menyusun sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan indikator-indikator dari variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control yang merupakan proses elisitasi beliefs (behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs) dengan total 10 pertanyaan. Proses elisitasi tersebut dilakukan kepada 50 orang subjek penelitian sesuai dengan karakteristik. Tahap kedua menyusun modal salient beliefs yang diperoleh dari hasil elisitasi yang terdiri dari modal salient outcomes, referents, dan faktor kontrol yang akan digunakan dalam mengkonstruk item-item pernyataan pada kuesioner utama. Selanjutnya meyusun item-item pernyataan untuk kuesioner utama mengenai theory of planned behavior yang terdiri dari skala sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan intensi itu sendiri serta menyusun item pertanyaan perceived stress scale. Kemudian dilanjutkan dengan studi awal (pilot study) kepada 30 orang subjek yang beraktivitas sehari-hari di Jakarta pada awal bulan Juni Dengan melakukan studi awal, peneliti dapat melakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur.dari hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut peneliti dapat memperbaiki atau menghilangkan item pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner. Selanjutnya, setelah memperoleh item-item pernyataan yang memiliki reliabilitas > 0,6 dan validitas > 0,25 peneliti memperbaiki item tersebut. Setelah dilakukan perbaikan, kuesioner dapat disebarkan kembali untuk field study. Peneliti melakukan adaptasi dalam pembuatan instrumen PSS dengan menerjemahkan instrumen dari bahasa inggris ke bahasa Indonesia dan menyusun item yang disesuaikan dengna konteks penelitian. Dalam menyebar kuesioner yang kedua (field study), peneliti menetapkan durasi waktu selama 1 minggu dimulai pada tanggal 16 Juni. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan memberikan secara online (google) dan secara langsung (booklet) kepada 117 orang subjek yang menggunakan kendaraan pribadi dan sehari-hari beraktivitas di Jakarta. Data-data yang telah diperoleh melalui kuesioner dari subjek penelitian, selanjutnya diolah secara statistik yaitu dengan metode analisis regresi linear berganda. Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 17.0 HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Analisa Regresi Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat R 2 β F Sign. Sikap 0,002 0,045 0,237 0,627 Norma subjektif 0,059 0,023 7,229 0,008 Perceived behavioral control 0,000 0,009 0,009 0,923 Stres 0,047 0,019 5,648 0,019 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0 Berdasarkan analisa regresi yang dilakukan didapatkan bahwa sikap tidak berperan secara signifikan terhadap intensi (F= 0,237; p > 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H01 diterima. Artinya sikap terhadap perilaku menggunakan transportasi umum tidak mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Norma subjektif secara signifikan berperan terhadap intensi (F=7,229; p < 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H02 ditolak. Artinya, norma subjektif berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Norma subjektif berkontribusi sebesar 5,9 % terhadap intensi. Arah

6 peranannya bersifat positif, dengan kenaikan sebesar 0,023 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain adalah tetap. Perceived behavioral control tidak berperan secara signifikan terhadap intensi (F= 0,009; p > 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H03 diterima. Artinya, perceived behavioral control tidak berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Stres menghadapi kemacetan secara signifikan berperan terhadap intensi (F= 5,648; p < 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H04 ditolak. Artinya, stres menghadapi kemacetan berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum, stres menghadapi kemacetan berkontribusi sebesar 4,7 %. Arah peranannya bersifat positif dengan kenaikan sebesar 0,019 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain adalah tetap. Sementara, varibel sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan stres secara bersamasama berperan dalam memprediksi intensi secara signifikan (F= 3,737; p < 0,05). Maka dapat diputuskan bahwa H05 ditolak, artinya, sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan stres berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum secara bersama-sama dengan kontribusi sebesar 11,8 %. Arah peranannya bersifat positif, artinya semakin tinggi/postif sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan stres maka semakin tinggi juga intensinya. Dalam analisa tambahan juga dilakukan uji regresi antara sikap, norma subjektif, perceived behavioral control, dan stres mengahadapi kemacetan dalam memprediksi intensi berdasarkan pengguna mobil dan motor. Tabel 2 Analisa Regresi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Pada Pengguna Mobil R 2 β F Sign. Sikap 0,001 0,029 0,034 0,856 Norma subjektif 0,004-0,007 0,162 0,689 Perceived behavioral control 0,001 0,026 0,026 0,872 Stres 0,137 0,370 6,350 0,016 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17 Tabel di atas menunjukkan bahwa, stres menghadapi kemacetan pada pengguna mobil secara signifikan berperan terhadap intensi (F= 6,350; p < 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H04 ditolak. Artinya, stres menghadapi kemacetan berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Stres berkontribusi terhadap intensi menggunakan transportasi umum sebesar 13,7 %. Arah peranannya bersifat positif dengan kenaikan sebesar 0,370 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain adalah tetap. Tabel 3 Analisa Regresi Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Pada Pengguna Motor R 2 β F Sign. Sikap 0,001 0,032 0,076 0,784 Norma subjektif 0,176 0,039 15,636 0,000 Perceived behavioral control 0,001-0,003 0,065 0,799 Stres 0,021 0,145 1,568 0,214 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17 Tabel di atas menunjukkan bahwa norma subjektif pada pengguna motor secara signifikan berperan terhadap intensi (F=15,636; p < 0,05), maka dapat diputuskan bahwa H02 ditolak. Artinya, norma subjektif berperan dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum pada pengguna motor. Norma subjektif berkontribusi sebesar 17,6 % terhadap intensi. Arah peranannya bersifat positif dengan kenaikan sebesar 0,039 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain adalah tetap. SIMPULAN DAN SARAN

7 Simpulan Sikap terhadap perilaku menggunakan transportasi umum tidak mampu memprediksi internsi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Norma subjektif mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Arah prediksinya positif, artinya semakin positif sikap individu terhadap perilaku menggunakan transportasi umum, maka semakin tinggi intensi untuk menggunkan transportasi umum. Perceived behavioral control tidak mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Stres menghadapi kemacetan mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Arah prediksinya positif, artinya semakin tinggi tingkat stres individu, maka semakin tinggi intensinya. Sikap terhadap perilaku, norma subjektif, perceived behavioral control, dan stres menghadapi kemacetan secara bersama-sama mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari di Jakarta. Diskusi Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel sikap, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku yang merupakan prediktor utama intensi menunjukkan bahwa hanya norma subjektif yang mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Hal ini tidak sejalan dengan Theory of Planned Behavior yang mengemukakan bahwa kontribusi ketiga prediktor tersebut akan mengarah pada pembentukan intensi/niat individu (Ajzen dalam Baron & Byrne, 2004). Sikap terhadap perilaku tidak mampu memprediksi intensi, kemungkinan dikarenakan sikap terhadap perilaku ditentukan oleh kombinasi antara behavioral beliefs dengan outcome evaluation yang diperoleh dari elisitasi data. Dalam penelitian ini, salah satunya adalah menghemat biaya yang merupakan hal yang menguntungkan bagi individu. Evaluasi yang diperoleh dari hematnya biaya pengeluaran jika menggunakan transportasi umum dapat membuat individu merasa senang, dan perasaan ini bersifat subjektif. Apabila karena suatu hal individu tidak mengharapkan untuk menghemat biaya maka evaluasinya kemungkinan rendah. Sehingga, sikap tersebut tidak mampu memprediksi intensi terhadap perilaku tersebut. Sejalan dengan penelitian Mulya (2009), yang menyatakan bahwa hal-hal lain yang sifatnya intangible dapat memengaruhi intensi, sementara biaya sifatnya tangible..kemampuan memanfaatkan transportasi tertentu, biaya, dan waktu merupakan belief yang tangible. Perceived behavioral control tidak mampu memprediksi intensi, artinya keyakinan akan kemampuan diri untuk mengontrol suatu perilaku tidak tidak bereran dalam memprediksi intensi. Sementara Mulya (2009) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara perceived behavioral control dengan intensi. Ada individu yang meyakini bahwa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melakukan suatu perilaku, keduanya berpeluang memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum. Berdasarkan hasil elisitasi data diperoleh hasil seperti kenyamanan dan waktu perjalanan merupakan hal yang menyebabkan individu tidak mau menggunakan transportasi umum. Norma subjektif mampu memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum meskipun dengan kontribusi yang kecil. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Peters (2011) bahwa konsep theory of planned behavior tidak hanya berdasarkan pada kognitif individu, tetapi juga dengan mempertimbangkan pengaruh sosial eksternal dalam bentuk norma-norma sosial yang menghasilkan tekanan sosial dan harapan sejauh mana pemerintah dan supir angkutan umum menyetujui untuk menggunakan transportasi umum. Konsep lain norma sosial juga didasarkan pada dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku menggunakan transportasi umum tersebut oleh individu/kelompok lain. Dalam hasil analisa tambahan diperoleh bahwa norma subjektif mampu memprediksi intensi pada pengguna motor, sementara tidak berperan pada pengguna mobil. Significant others norma subjektif dalam penelitian ini salah satunya adalah pemerintah. Peneliti berpendapat bahwa banyak pemerintah yang menggunakan mobil dalam melakukan aktivitas, sehingga hal ini sesuai dengan konsep bahwa perilaku menggunakan transportasi umum tersebut dilakukan atau tidak dilakukan oleh individu/kelompok lain, dalam hal ini adalah pemerintah. Sehingga, norma subjektif tidak berperan dalam memprediksi intensi pada pengguna mobil.

8 Tingkat stres pengguna kendaraan pribadi ketika menghadapi kemacetan mampu memprediksi intensi dengan kontribusi yang kecil. Kemungkinan, terdapat variabel lain yang lebih berperan dalam memprediksi intensi individu untuk menggunakan transportasi umum. Peneliti menduga, ketika pengendara kendaraan pribadi tidak mampu mencari penyesuaian terhadap tekanan dalam hal ini kemacetan, maka kemungkinan yang terjadi adalah dapat meningkatkan intensinya untuk beralih menggunakan transportasi umum. Hal ini sejalan dengan pernyataan beberapa ahli bahwa stres ditentukan oleh person environment fit, yaitu ketika individu memiliki resource yang cukup besar dalam menghadapi situsi yang sulit maka tingkat stres yang dirasakan adalah rendah. Sementara, ketika resources yang dimilikinya terbatas atau cukup untuk menghadapi situasi sulit tersebut dan dibutuhkan usaha yang lebih besar, maka kemungkinan tingkat stres yang dialami lebih tinggi (Taylor, 2006). Berdasarkan analisa tambahan, ditemukan bahwa stres menghadapi kemacetan pada pengguna mobil mampu memprediksi intensi individu untuk menggunakan transportasi umum, namun hal ini tidak berperan pada pengguna motor. Meskipun, hasil analisa utama menunjukkan bahwa stres pengguna kendaraan pribadi (mobil dan motor) berperan dalam memprediksi intensi. Peneliti berpendapat, terdapat perbedaan strategi penyesuaian diri antara pengguna mobil dan motor ketika terjebak kemacetan. Para pengguna motor dapat memanfaatkan ukuran kendaraan yang kecil untuk mencari alternatif jalan ketika dihadapkan dalam situasi macet. Sementara pengguna mobil harus tetap bertahan dalam situasi tersebut dalam waktu yang lebih lama. Sehingga, kemungkinan hal inilah yang menyebabkan tingkat stres pengguna mobil lebih tinggi daripada pengguna motor. Peneliti menduga bahwa, individu lebih sering menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan kendaraan umum, hal ini disebabkan oleh kebiasaan (habit). Individu sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi dalam beraktivitas sehari-hari, sehingga dengan sikap dan persepsi kontrol perilaku yang dimiliki tidak dapat berperan dalam memprediksi intensi/niat untuk menggunakan transportasi umum. Hal ini sejalan dengan pernyataan ADONIS (2008) bahwa kebiasaan dapat menjelaskan intensi perilaku individu. Selain itu, peneliti melihat bahwa situasi merupakan salah satu hal yang memengaruhi intensi individu untuk menggunakan transportasi umum. Sejauh ini, ketersediaan beberapa transportasi umum di Jakarta tidak didukung dengan akses yang memadai. Sehingga, masyarakat masih mengalami kesulitan dalam mengakses sejumlah transportasi umum yang ada. Hal ini sesuai dengan Ajzen (2005), situasi dapat memengaruhi perilaku individu. Saran Berdasarkan hasil penelitian maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa disarankan untuk menggali item-item pernyataan pada alat ukur theory of planned behavior, terutama pada variabel sikap terhadap perilaku dan perceived behavioral control. Dengan menggali lebih dalam item pernyataan masing-masing variabel diharapkan ditemukan hal lain yang dapat mengukur kedua variabel tersebut. 2. Diperoleh hasil tambahan bahwa norma subjektif berperan dalam memprediksi intensi pada pengguna kendaraan pribadi, dalam hal ini adalah pemerintah dan supir angkutan umum. Peneliti menyarankan agar pemerintah dapat memperbaiki peraturan atau kebijakan yang sebelumnya sudah ada. Diperlukannya ketegasan dalam memberikan peraturan/kebijakan terkait dengan persoalan ini. Sedangkan, untuk supir angkutan umum sebaiknya melakukan perubahan pada diri sendiri terlebih dahulu, caranya dengan bersikap positif dalam mengendarai kendaraan, memberikan rasa aman terhadap penumpang, berusaha untuk merawat kendaraan yang digunakan. 3. Penelitian ini menemukan bahwa stres menghadapi kemacetan berperan dalam memengaruhi individu untuk menggunakan transportasi umum dalam beraktivitas sehari-hari. Peneliti menyarankan agar pengendara kendaraan pribadi yang kurang mampu menguasai diri dalam suatu situasi yang menekan seperti kemacetan agar mau beralih menggunakan transportasi umum. 4. Menggunakan data pendukung/data responden lainnya untuk melihat perbedaan yang dapat dikaitkan dalam memprediksi peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi. Data responden dapat berupa usia, jenis kelamin, pendidikan, status sosial, dan sebagainya. 5. Dari hasil analisis didapat bahwa variabel sikap dan perceived behavioral control tidak berperan dalam memprediksi intensi. Sementara, norma subjektif dan stres menghadapi kemacetan berperan dengan kontribusi yang kecil. Hal ini mengindikasikan kemungkinan adanya faktor lain di luar keempat variabel

9 tersebut yang lebih berkontribusi dalam memprediksi intensi untuk menggunakan transportasi umum yang tidak diteliti oleh peneliti. Referensi Aiken, L., R. & Marnat, G. G. (2006). Psychological testing and assessment (12 th ed.). Prentice Hall. Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior (2 nd ed.). New York: Open University Press. Amirullah. (2013). Pengguna angkot di Jakarta semakin turun. Diakses 10 Maret 2014 dari Badriyah, L. (2013). Saat macet bersabarlah agar tak alami masalah kejiwaan. Diakses 27 Februari 2014 dari Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial (edisi 2). Jakarta: Erlangga. Borden, R. A., & Abbott, B. B. (2008). Research design and methods a process approach (7 th ed.). New York: McGraw-Hill. Carr, K. (2008). Qualitative research to assess interest in public transportation for work commute. Journal of Public Transportation, 11(1), Cohen, S., Kamarck, T., & Mermelstein, R. (1983). A global measure of perceived stres. Journal of Health and Social Behavior, 24( 4), Halim, D. K. (2008). Psikologi lingkungan perkotaan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hutabarat, D. B. (2009). Perbedaan stres dan coping stres antara laki-laki dan perempuan dalam menghadapi kemacetan lalu lintas. Jurnal Psikologi Universitas Bunda Mulia, 2(1), Mann, E., & Abraham., C. (2006). The role of affect in UK commuters' travel mode choices: An interpretative phenomenological analaysis. The British Psychological Society, 97, Mulya, T. A. (2009). Pengaruh sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi menggunakan transjakarta untuk pergi ke tempat kerja. Skripsi S1. Jurusan Psikologi. Universitas Indonesia, Jakarta. Tondok, M. S. (16 Agustus 2009). Stress kemacetan lalu lintas: bagaimana mengatasinya? (1). Surabaya: Harian Surabaya Post. Tondok, M. S. (23 Agustus 2009). Stress kemacetan lalu lintas: bagaimana mengatasinya? (2). Surabaya: Harian Surabaya Post. Ruth, A. Z.(2011). Perbedaan strategi penyesuaian diri terhadap stres antara laki-laki dan perempuan yang menggunakan kendaraan bermotor roda dua (motor) dan yang menggunakan kendaraan bermotor roda empat (mobil) dalam menghadapi kemacetan lalulintas. Skripsi S1. Jurusan Psikologi. Fakultas Humaniora. Universitas Bina Nusantara, Jakarta Suseno, A. P. (2001). Coping stres pada pengemudi mobil pribadi dalam menghadapi kemacetan. Skripsi S1. Fakultas Psikologi. Universitas Gunadarma, Jakarta. Syarif, H. (12 November 2013). Ini penyebab macet Jakarta vesi Dishub DKI. Diakses 25 Februari 2014 dari Yunikasari, D. (2013). Perbedaan persepsi rasa aman pada wanita dewasa muda Jakarta terhadap mikrolet dan commuter line. Skripsi S1. Jurusan Psikologi. Fakultas Humaniora. Universitas Bina Nusantara, Jakarta. Astriana Kinanti Fatrika, lahir di kota Ujung Pandang pada tanggal 30 Juli Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi 2014.

10

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan hasil dan analisis data yang telah dilakukan pada bab

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai variabel penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. 3.1. Variabel Penelitian Varibel

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA

STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA STUDI MENGENAI INTENSI KARYAWAN DI PLAZA MANDIRI YANG MEMILIKI KENDARAAN PRIBADI UNTUK MENGGUNAKAN BUS TRANSJAKARTA KE TEMPAT KERJA REGINA NAVIRA PRATIWI ABSTRACT Bus Transjakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Studi Deskriptif mengenai Intensi Mahasiswa Politeknik Negeri Bali yang Tinggal di Wilayah Sarbagita dalam Penggunaan Bus Trans Sarbagita ke Tempat Kuliah Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Pengaruh sikap, norma..., Teuku Adhika Mulya, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Pengaruh sikap, norma..., Teuku Adhika Mulya, FPsi UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemacetan di Jakarta meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Pusat Data dan Analisis Majalah Tempo, jarak 14,6 km antara kawasan Kalideres dan kawasan Gajah Mada yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek pada suatu wilayah yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan ruang lingkup masalah yang

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2009), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR BRIAN PRAYOGO ABSTRAK Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan

Lebih terperinci

BAB 3. Metode Penelitian

BAB 3. Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis Menurut Kumar (1999), definisi operasional variabel adalah bagaimana semua orang memiliki pengertian yang sama dengan apa yang dimaksud oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang terbentuk, yaitu variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang terbentuk, yaitu variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Dalam penelitian ini ada dua variabel yang terbentuk, yaitu variabel terikat (dependent) dan variabel bebas (independent). 3.1.1 Variabel

Lebih terperinci

Mahaputra Adipradana Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Mahaputra Adipradana, Raymond Godwin S.Psi., M.

Mahaputra Adipradana Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Mahaputra Adipradana, Raymond Godwin S.Psi., M. PERANAN ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL DALAM MEMPREDIKSI INTENSI PEMILIH PEMULA UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA PADA PEMILU PRESIDEN 2014 Mahaputra Adipradana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara Indonesia. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi, yaitu: Jakarta

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT

STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT STUDI MENGENAI INTENSI SAFETY RIDING BEHAVIOR PADA MAHASISWA MENGENDARA MOTOR DI UNIVERSITAS PADJADJARAN DESTYA FINIARTY ABSTRACT Safety riding atau keselamatan berkendara merupakan suatu usaha yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metode penelitian yang terdiri dari subjek penelitian, metode dan desain penelitian. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai definisi

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i

4. METODE PENELITIAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Anindita Kart, F.Psi UI, 2008i 34 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode dimulai dengan partisipan penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di beberapa bidang, beberapa diantaranya yaitu bidang teknologi dan transportasi. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai masalah penelitian, variabel penelitian, hipotesis, serta metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG

2016 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KEMACETAN LALU LINTAS DENGAN COPING STRATEGY PADA PENGEMUDI MOBIL PRIBADI DI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peran transportasi di Indonesia sangat berpengaruh sebagai kebutuhan perjalanan yang membantu mobilitas penduduk itu sendiri. Tetapi, perkembangan transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas segala kebutuhan yang diperlukan dalam kehidupannya. Seringkali hal ini yang mendasari berbagai macam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini.

BAB III METODE PENELITIAN. ini akan membahas metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini. BAB III METODE PENELITIAN Setiap penelitian ilmiah memerlukan aya metode untuk memperlancar penelitian dalam rangka pencarian data petunjuk mengenai cara atau langkah serta teknik penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional penelitian. Pembahasan mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, subjek yang diteliti serta aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama satu dekade terakhir, kebijakan harga BBM jenis Premium sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, pemerintah menaikkan BBM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Pada Sub-bab ini, akan dipaparkan mengenai Variable penelitian yang dijadikan sebagai alat ukur dan hipotesis yang digunakan peneliti sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi ketiga determinan Intention dan besarnya kontribusi setiap determinan Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR Lampiran 1 RAHASIA KUESIONER PLANNED BEHAVIOR IDENTITAS Nama (inisial) : Usia : Jenis kelamin : L / P (lingkari salah satu) Pendidikan : Lamanya menjalani hemodialisis : PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Definisi Operasional Problematic Internet Use Problematic internet use merupakan salah satu variabel (x) yang diteliti dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, individu, ataupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Definisi operasional merupakan batasan pengertian yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu aktivitas, seperti penelitian. Dapat

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN `TRANSJAKARTA UNTUK PERGI KE TEMPAT KERJA SKRIPSI

PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN `TRANSJAKARTA UNTUK PERGI KE TEMPAT KERJA SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN `TRANSJAKARTA UNTUK PERGI KE TEMPAT KERJA SKRIPSI TEUKU ANDHIKA MULYA 0804002141 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian dan definisi operasional 1. Variabel Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, validitas

Lebih terperinci

KATA KUNCI: kepuasan hidup, media sosial, harga diri, materialisme, berkendara sendiri.

KATA KUNCI: kepuasan hidup, media sosial, harga diri, materialisme, berkendara sendiri. PENGARUH TINGKAT KEPUASAN HIDUP, MEDIA SOSIAL, HARGA DIRI, DAN MATERIALISME TERHADAP PERILAKU MAHASISWA BERKENDARA SENDIRIAN MENGGUNAKAN MOBIL KE KAMPUS Andrian Kosasih 1, Bemby Reksura 2, dan Rudy Setiawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini dimulai dengan penjelasan mengenai intensi sebagai variabel terikat dalam penelitian ini, kemudian peneliti mencoba menjelaskan sejarah singkat theory of planned behavior

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai metodelogi penelitian yang meliputi Variabel Penelitian & Definisi Operasional, Subyek Penelitian & Tehnik Sampling, Desain Penelitian, Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol. 5 Oktober 2013 Bandung, 8-9 Oktober 2013 ISSN:

Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitektur & Teknik Sipil) Vol. 5 Oktober 2013 Bandung, 8-9 Oktober 2013 ISSN: ANALISIS PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL TERHADAP INTENSI PENGGUNAAN HELM SAAT MENGENDARAI MOTOR PADA REMAJA DAN DEWASA MUDA DI JAKARTA SELATAN Leo Agung Manggala Yogatama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Bandung melalui kuesioner yang disebarkan secara online dengan format Google Docs melalui

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior). BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

Bab III. Metode Penelitian

Bab III. Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Pada bab ini akan dibahas mengenai variabel penelitian, hipotesa penelitan, subjek penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kontribusi determinan-determinan dari planned behavior terhadap intention dalam melakukan pengiriman barang tepat waktu pada salesman PT X Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti. Hal yang dibahas diantaranya subjek penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV berisi tentang deskripsi responden, pengujian instrumen penelitian, pengujian model, pengujian hipotesis, dan pembahasan. Analisis yang dilakukan terhadap data

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA

4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA 4. INTERPRETASI DAN ANALISIS DATA Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakukan. Hasil ini diperoleh berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada 134 partisipan yang tersebar pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk menggunakan TransJakarta ke tempat kerja. Partisipan penelitian ini sebanyak 103 pekerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK

ASTIA CHOLIDA ABSTRAK STUDI MENGENAI INTENSI MENGGUNAKAN KEMASAN AIR MINUM PAKAI ULANG SEBAGAI PERILAKU RAMAH LINGKUNGAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ASTIA CHOLIDA ABSTRAK Kebutuhan air minum adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini akan membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan antara lain, desain penelitian, populasi dan sampel dan definisi operasional dari variabel yang dijadikan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Permasalahan Penelitian 3.2. Hipotesis Penelitian

3. METODE PENELITIAN 3.1. Permasalahan Penelitian 3.2. Hipotesis Penelitian 3. METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metode penelitian ini terdiri dari deskripsi permasalahan penelitian, hipotesis penelitian,

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. serta teknik pengujian instrumen. Terakhir akan dibahas mengenai prosedur BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai desain penelitian, variabel penelitian dan subyek penelitian. Setelah itu, akan dilanjutkan dengan pembahasan mengenai metode pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Transportasi juga sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. melakukan kajian expost factor yang bertujuan untuk melihat hubungan antara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. melakukan kajian expost factor yang bertujuan untuk melihat hubungan antara BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitafif korelasional dengan melakukan kajian expost factor yang bertujuan untuk melihat hubungan antara satu atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik

BAB 3 METODE PENELITIAN. Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini memuat variabel penelitian, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TAX COMPLIANCE PENYETORAN SPT MASA (Survei pada Pengusaha Kena Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ahmad Farras Adibuddin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang sedang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 1 Sedangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. 1 Sedangkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif eksperimental. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menyajikan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat intention dalam pengelolaan diet pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Ginjal X Medan dan juga kontribusi dari determinan-determinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 23 4. METODE PENELITIAN 4.1. Responden Penelitian 4.1.1. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden adalah karyawan sales dan marketing pada perusahaan yang bergerak dalam

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN NURUL HAMIDAH Dr. Rismiyati E. Koesma 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci