BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Teori Pengertian TPM Total Productive Maintenance (TPM) adalah salah satu metode proses Maintenance (pemeliharaan) yang dikembangkan untuk meningkatkan fungsi peralatan di area kerja, dengan cara membuat proses tersebut lebih reliabel dan lebih sedikit terjadi pemborosan (waste) terutama yang dikenal dengan Six Big Losses yaitu Break Down Losses, Settup and Adjustmen Losses, Idling and Small Stoppage Losses, Startup Defect and Production Defect. Metode ini merupakan bagian dari Lean Manufacturing. The six big losses merupakan enam kerugian besar yang terjadi, yang menjadi bagian dari tindakan TPM untuk menghilangkan enam kerugian tersebut. Enam kerugian besar tersebut dapat dikalkulasikan dalam perhitungan OEE (Nakajima, 1984 ; Nurfaizah et al, 2014). Tujuan dari TPM adalah tercapainya zero failure, zero defect and zero accidents. Dalam kenyataannya untuk mencapai semua itu tidaklah mudah, akan tetapi hal tersebut menjadi tujuan ideal dari TPM (Mobley. et al, 2008). TPM berfungsi untuk memelihara pabrik dan peralatannya agar selalu dalam kondisi prima. Untuk memenuhi tujuan ini, diperlukan Maintenance yang prefentif dan prediktif. Dengan mengaplikasikan prinsip TPM maka dapat meminimalisir kerusakan pada mesin. Masalah yang umum terjadi pada mesin misalnya kotor, mur dan baut hilang, oli jarang diganti, kebocoran, bunyi-bunyi tak normal, getaran berlebihan, filter kotor, dan sebagainya dapat diminimalisir dengan TPM. Sesungguhnya terbengkalainya mesin lebih sering disebabkan oleh kurangnya keterlibatan operator dalam memelihara mesin, dan cenderung menyerahkan semua masalah perawatan kepada bagian Maintenance. Prinsip TPM mengatakan bahwa operator harus mampu melakukan perawatan dan perbaikan ringan apabila terjadi masalah pada mesin. Operator juga harus memiliki sedikit keterampilan Maintenance. Dengan demikian, masalah pada mesin dapat segera diatasi sebelum masalah bertambah kompleks. 6

2 Ketergantungan pada staf Maintenance dapat dikurangi, sehingga Maintenance hanya fokus menangani masalah yang lebih besar saja. Untuk implementasi TPM, unit produksi dan Maintenance harus bekerja bersamaan. Penerapannya akan melibatkan seluruh karyawan dalam melakukan perawatan mesin, peralatan dan bertujuan meningkatkan produktifitas. Indikator kesuksesan implementasi TPM diukur dengan OEE (Overall Equipment Effectiveness). Implementasi TPM yang akurat dan praktis akan meningkatkan produktifitas dalam keseluruhan organisasi. Manfaat lebih mendetail dari aplikasi TPM adalah: Sebuah budaya bisnis yang dirancang untuk secara berkelanjutan akan meningkatkan efisiensi dari total production system. Berlakunya suatu pendekatan yang terstandar dan sistematik, dimana semua kerugian (losses) terantisipasi dengan baik. Semua departemen yang memiliki pengaruh terhadap produktifitas akan memiliki mindset yang prediktif terhadap penghambat produktifitas. Organisasi yang transparan menuju zero losses Sejarah TPM TPM merupakan sistem jepang yang unik dari Maintenance, TPM ini dikembangkan oleh Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM) perkembangan dari TPM dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1: Perkembangan TPM Abbreviations CR Cold rolling FI Focused improvement HPH High performance hydrogen JIPM Japan istitunte of plant improvement OEE Overall equipment effectiveness PM Preventive maintenance TPM Total productive maintenance Sumber: Dogra. et al, 2011 Awal mula TPM berasal dari Amerika pada tahun 1951 dengan nama Preventive Maintenance (PM) kemudian pada tahun 1957 berkembang menjadi 7

3 Corection Maintenance (CM), dan pada tahun 1960 berkembang menjadi Maintenance Prevention (MP), pada tahun 1980 menjadi Condition Based Maintenance dan sekarang berkembang menjadi Total Productive Maintenance (PM), pembentukan TPM merupakan gabungan dari PM, CM dan MP Delapan Pilar TPM Cara kerja sistem TPM melibatkan semua orang di organisasi terstruktur melalui 8 pilar yang akan dijelaskan secara rinci. Setiap pilar akan memiliki peran diri mereka sendiri dalam meningkatkan kinerja. 8 pilar TPM yang terdiri dari pemeliharaan mandiri (Autonomous Mainteance), perbaikan yang fokus (Focused Improvement), pemeliharaan terencana (Planned Maintenance), pemeliharaan yang berkualitas (Quality Maintenance), pendidikan dan pelatihan (Education and Training), keselamatan, kesehatan, dan lingkungan (Safety, Health and Environment), TPM kantor (Office TPM), dan manajemen Pengembangan (Development Management) diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi. Pilar-pilar tersebut ditunjukan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1: Perkembangan Total Productive Maintenance (TPM) Sumber: Singh. et al,

4 Base 8 Pilar Dimulai dari 5S Fondasi pertama dari TPM adalah 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke). Ini adalah proses yang sistematis dari kegiatan rutin untuk mencapai lingkungan yang bersih di tempat kerja yang melibatkan karyawan dengan komitmen untuk bersungguh-sungguh melaksanakan dan praktek pekerjaan rutinnya. Masalah tidak dapat terlihat jelas ketika tempat kerja tidak rapih. Membersihkan dan mengatur tempat kerja membantu pekerja untuk mengungkap masalah. Membuat masalah yang terlihat adalah langkah pertama dalam perbaikan. 5S ini merupakan foundation awal sebelum pelaksanaan TPM, maka pada gambar di atas, 5S telah diposisikan di dasar karena merupakan syarat mutlak untuk menerapkan TPM. Arti dari 5S dapat dilihat pada Tabel 2.2. Sumber: Chang. et al, Tabel 2.2: 5S Practice Japanese Meaning Typical examples Seiri Organization Throw away/return things not needed Seiton Neatness Clearly designate name and place for every thing Seiso Cleaning Assign individual cleaning responsibility Seiketsu Standardisation Keep transparency Shitsuke Discipline Keep selfcheck with discipline Source: Osada (1991) - Seiri, buang yang tidak diperlukan. - Seiton, bereskan dan letakan segala sesuatu pada tempatnya dan beri identitas - Seiso, melakukan bersih bersih, bersihkan yang kotor. - Seiketsu, jaga dari kegiatan 3S sebelumnya dan jadikan standar. - Shitsuke, mendisiplinkan diri dalam melakukan 4S yang sudah dilakukan. Jika 5S ini tidak dilakukan secara serius, maka itu akan mengarah ke 5D (Delays, Defects, Dissatisfied customers, Declining profits and Demoralized employees). 9

5 Pilar 1 Autonomous Maintenance Pilar ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan operator agar dapat mengurus tugas pemeliharaan yang sederhana secara mandiri, sehingga memberikan kesempetan pada personil pemeliharaan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan teknisnya dalam perawatan mesin, operator bertanggung jawab untuk pemeliharaan dan menjaga peralatan mereka untuk mencegah peralatan rusak. Tujuan utama pilar ini adalah untuk menjaga mesin dalam kondisi baru dan kegiatan yang dilakukan merupakan kegiatan yang sifatnya sangat sederhana, seperti pembersihan, pelumas, pengecekan visual, pengencangan baut kendor dan lain sebagainya Pilar 2 Focussed Maintenance Pilar ini bertujuan untuk melakukan perbaikan secara sistematik sehingga dapat menanggulangi masalah yang sedang dihadapi, pada umumnya perbaikan yang dilakukan tidak dengan skala besar-besaran melainkan dengan skala kecil tapi berkesinambungan. Dengan seiring waktu perbaikan yang dilakukan secara terus-menerus akan menghasilkan suatu perbaikan yang detail, kokoh dan terstruktur dan bila dijumlah maka akan terlihat suatu perbaikan besar Pilar 3 Planned Maintenance Pilar ini bertujuan untuk memiliki mesin dan peralatan yang handal serta dapat menghasilkan produk bebas cacat untuk kepuasan pelanggan. Aktifitas pemeliharaan dibagi menjadi 2 jenis pemeliharaan atau kelompok, yang telah didefinisikan sebelumnya. 1. Preventive Maintenance, pemeliharaan yang dilakukan sebelum mesin/pralatan rusak. 2. Breakdown Maintenance, Pemeliharaan / perbaikan yang dilakukan setelah mesin / peralatan rusak Pilar 4 Quality Maintenance Pilar ini bertujuan untuk pemeliharaan peralatan berdasarkan prinsip dasar dalam perolehan seluruh mutu produk dalam keadaan baik dan tidak cacat. 10

6 Biasanya pemeliharaan meliputi 4M+1E (Man, Machine, Materials, Methods dan Environment). Pilar ini ditujukan agar pelanggan senang memperoleh produk dengan kualitas baik melalui proses produksi yang bebas cacat Pilar 5 Training Tujuan dari pilar ini adalah mempunyai sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Program pelatihan bagi SDM secara keseluruhan yang bertujuan meningkatkan produktifitas mesin. Program ini ditujukan untuk multi-terampil direvitalisasi karyawan yang tinggi dan semangat juang untuk bekerja dan melakukan semua fungsi yang diperlukan secara efektif dan mandiri Pilar 6 Safety, Healthy and Environment Pilar ini bertujuan untuk perduli dengan keselamatan, kesehatan dan lingkungan kerja, dimana keselamatan dan kesehatan kerja menjadi hal prioritas, baik kesehatan dan keselamatan kerja dari operator, mesin sampai lingkungan kerja. Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan daerah sekitarnya yang tidak rusak oleh proses atau prosedur kerja. Pilar ini akan memainkan peran aktif dalam masing-masing pilar lainnya secara teratur Pilar 7 Office TPM Program administrasi kantor untuk mendukung dan meningkatkan produktifitas kerja mesin. Office TPM harus dimulai setelah melaksanakan enam pilar sebelumnya dari TPM, yang dilaksanakan untuk memperbaiki : a. Produktivitas. b. Efisiensi dalam administrative. c. Mengidentifikasi serta menghapus kerugian (losses). d. Analisa proses dan prosedur-prosedur ke arah office automation Pilar 8 Development Management Setelah melaksanakan 7 pilar TPM, maka di pilar ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan manajemen dalam berorganisasi untuk mencapai peningkatan produktivitas kerja. Di pilar ini komitmen seluruh anggota sangat 11

7 diperlukan. Dengan melakukan kegiatan yang tersistem TPM dalam bekerja maka diharapkan karakter manajemen dapat terbentuk ke arah yang positif serta mampu berkembang ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. (Mobley. et al, 2008) didalam bukunya mengatakan bahwa ada banyak keuntungan dalam menerapkan sistem TPM, keuntungan diantaranya adalah: 1. Meningkatkan produktivitas. 2. Mengurangi biaya pemeliharaan. 3. Mengurangi inventory. 4. Memperbaiki sistem keselamatan kerja. 5. Memperbaiki moral pekerja Definisi Pemeliharaan Di semua industri, mesin dan peralatan akan selalu dipengaruhi oleh penurunan kinerja karena usia dan pamakaian (operasional), keusangan/ ketertinggalan karena perbaikan, teknologi dan kegagalan karena pemeliharaan yang tidak direncanakan, juga pemeliharaan yang tidak benar menyebabkan mesin - mesin mejadi tidak handal, oleh karena itu perawatan yang efektif menjadi berguna dalam meningkatkan performa peralatan, mengurangi biaya produksi, meningkatkan kualitas dan meminimalkan banyak kerugian tak terduga yang berpotensi menyebabkan kerugian pada perusahaan. Di dalam bukunya (Mobley. et al, 2008) mengatakan bahwa pemeliharaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan agar peralatan selalu memiliki kondisi yang sama dengan keadaan awalnya. Maintenance atau pemeliharaan juga dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang dapat diterima oleh penggunannya. Ini jelas akan meningkatkan tingkat efisiensi peralatan dan mengurangi biaya. Didalam bukunya (Mobley, et.al, 2008) mengatakan bahwa ketika peralatan melakukan apa yang dibutuhkan kapan itu dibutuhkan untuk dilakukan perencanaan output dan profit dapat dicapai semaksimal mungkin. Tidak ada organisasi manapun yang menginginkan sistem produksi atau prosesnya mengalami gangguan break down, memproduksi produk yang kurang berkualitas atau bahkan operasi produksinya tidak efisien. 12

8 Berdasarkan beberapa literature diatas dapat diambil kesimpulan bahwa aktifitas Pemeliharaan dilakukan untuk memelihara, menjaga dan meningkatkan produktivitas peralatan agar dapat melaksanakan kegiatan produksinya dengan efektif, efisien dan sesuai dengan tujuan produksi yaitu mendapatkan kualitas terbaik dengan harga jual yang kompetitif dan sesuai dengan keinginan pelanggan Tujuan pemeliharaan Pemeliharaan mesin bertujuan untuk mempertahankan, mengembangkan, melindungi, serta memaksimalkan daya guna atau cara kerja mesin atau peralatan. Selain itu sebagai upaya atau bentuk pencegahan kerusakan terhadap mesin, baik itu kecil, sedang, maupun overhaul. Pemeliharaan mesin dapat dimulai ketika menggunakan alat tersebut, baik itu sebelum memakai, saat memakai, dan setelah pemakaian. Untuk beberapa mesin tertentu ada beberapa treatment yang harus dilakukan agar kondisinya selalu terjaga. Misalnya pada mesin genset atau sepeda motor, dilakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum menggunakannya. (Mobley. et al, 2008) dalam bukunya menjelaskan bahwa manfaat dari dilakukannya pemeliharaan antara lain adalah sebagai berikut : 1. Menjamin menurunkan biaya produksi. 2. Menjamin mengurangi biaya pemeliharaan. 3. Mendapatkan proses produksi yang lebih stabil. 4. Memperpanjang masa pakai peralatan. 5. Mengurangi inventory spare parts pemeliharaan. 6. Mengurangi biaya kerja lembur. Suatu organisasi perusahaan yang baik paham bahwa mereka tidak boleh melihat aktivitas perawatan sebagai unsur pengeluaran belaka. Melainkan aktivitas tersebut dapat memberikan dukungan yang sangat penting terutama dalam kaitannya dengan peningkatan produktivitas, pemeliharaan yang efektif akan mengarah pada hal-hal sebagai berikut : 1. Kapasitas produksi terpenuhi secara maksimal. 2. Kemampuan untuk memproduksi produk dengan toleransi khusus atau level kualitas tertentu. 13

9 3. Dapat meminimalkan biaya per unit produk. 4. Dapat mengurangi resiko kegagalan dalam memenuhi keinginan pelanggan yang berkaitan dengan kapasitas produksi, lead time serta kualitas produk. 5. Dapat menjaga keselamatan pegawai dan masyarakat sekitar dari bahaya yang mungkin terjadi dengan adanya aktifitas produksi. 6. Memastikan sekecil mungkin resiko yang dapat membahayakan lingkungan di sekitar perusahaan Jenis dan Ruang Llingkup Pemeliharaan (Rosa, 2005) menyatakan bahwa berdasarkan sifat pemeliharaan fasilitas, jenis kegiatan pemeliharaan dibagi 2 yaitu : 1. Pemeliharaan terencana (planned Maintenance). 2. Pemeliharaan tidak terencana (unplanned Maintenance) Planned Maintenance Planned Maintenance (PM) / Pemeliharaan Terencana adalah pemeliharaan terhadap sebuah obyek atau item peralatan. Secara khusus, PM adalah pengecekan terjadwal yang dilakukan oleh personil yang kompeten dan ahli, untuk memastikan bahwa item peralatan beroperasi dengan benar dan menghindari kerusakan tiba-tiba yang mengakibatkan shut down, pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu : A. Pemeliharaan Pencegahan (Preventive Maintenace) Merupakan perawatan harian (pembersihan, inspeksi, pelumasan dan retightening), desain untuk mempertahankan kondisi yang baik bagi peralatan dan mencegah kegagalan melalui pencegahan kerusakan, pemeriksaan berkala atau diagnosis kondisi peralatan, untuk mengukur kerusakan. Hal ini menjadi pemeliharaan berkala dan pemeliharaan prediktive. Sama seperti kehidupan manusia diperpanjang oleh obat pencegahan, kehidupan juga dapat diperpanjang dengan melakukan pemeliharaan preventive. (Heizer. et al, 2008) dalam bukunya Operations Management, menjelaskan bahwa preventive maintennce adalah sebuah perencanaan yang mencakup inspeksi rutin, perawatan rutin, dan pemeliharaan fasilitas untuk mencegah terjadinya kegagalan. Hal ini dimaksudkan 14

10 untuk membangun sebuah sistem yang dapat menemukan potensi kegagalan dan melakukan perubahan atau perbaikan yang akan mampu mencegah terjadinya kegagalan. Pada jurnalnya (Rosa, 2005) menjelaskan bahwa PM adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada jangka waktu yang telah ditentukan/direncanakan sebelumnya, dan dimaksudkan untuk mencegah menurunya fungsi fasilitas produksi secara keseluruhan. Beberapa katagori kegiatan PM antara lain: a. Inspeksi adalah kegiatan untuk memeriksa kondisi fasilitas (melihat, merasakan dan mendengar). b. Pemeliharaan berjalan (Running Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan tanpa menghentikan kerja/operasi suatu fasilitas seperti penyetelan, pembersihan dan pelumasan. c. Penggantian Komponen Minor adalah kegiatan penggantian sebagian komponen kecil. d. Pemeliharaan Berhenti (Shutdown Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang hanya dapat dilaksanakan pada saat suatu fasilitas tidak bekerja. B. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance) Corrective Maintenance adalah pemeliharaan berupa penggantian bagian dari suatu fasilitas yang sudah tidak berfungsi (Rosa, 2005), yang termasuk dalam kategori pemeliharaan korektif ini adalah : 1. Minor Repair merupakan aktivitas perbaikan kecil yang bukan ditemukan saat inspeksi. 2. Overhaul terencana adalah perencanaan yang meliputi penentuan: a. Bagian-bagian dari fasilitas yang akan dipergunakan b. Alat perkakas yang dipergunakan c. Estimasi waktu yang diperlukan untuk melaksanakan perbaikan d. Cara Pelaksanaa pemeliharaan Unplanned Maintenance Unplanned Maintenance / Pemeliharaan tidak terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan seketika pada waktu mesin mengalami kerusakan 15

11 yang tidak terdeteksi sebelumnya (Ahmad. et al, 2013). Pada umumnya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya pada saat peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukan perbaikan atau pemeliharaan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Pengertian OEE Pengertian OEE adalah total pengukuran terhadap performance yang berhubungan dengan availability dari proses produktivitas dan quality. Pengukuran OEE menunjukkan seberapa baik perusahaan mengunakan sumber daya yang dimiliki termasuk peralatan, pekerja dan kemampuan untuk memuaskan konsumen dalam hal pengiriman yang sesuai dengan spesifikasi kualitas menurut konsumen. Menurut (Nakajima, 1988), TPM tergantung kepada tiga konsep: 1. Memaksimalkan pengunaan peralatan secara efektif. 2. Perawatan secara otomatis oleh operator. 3. Kelompok aktivitas kecil. Dari tiga hal tersebut OEE dapat digunakan untuk mengabungkan operasi, perawatan dan manajemen dari peralatan manufaktur dan sumber daya. Penelitian ini menyatakan bahwa keakuratan performansi data peralatan merupakan kunci sukses dan memperpanjang umur efektivitas dari aktivitas TPM. Apabila peralatan gagal dan menjadi alasan produksi gagal maka hal itu tidak dapat dipahami, karena beberapa kegiatan dari TPM tidak dapat digunakan dengan optimal untuk menyelesaikan masalah utama perusahaan. Kegagalan produksi, bersamaan dengan biaya tak langsung dan biaya tersembunyi. OEE adalah sebuah alat untuk mengukur keberadan dari biaya tersembunyi (Nakajima, 1988). Penggunaan OEE yang paling efektif adalah selama proses berlangsung dengan penggunaan dari peralatan dasar kendali kualitas, seperti diagram pareto (Nakajima, 1988). Penggunaan dapat menjadi penting untuk keberadaan dari sistem pengukuran performansi perusahaan. OEE mempunyai beberapa variabel, yaitu: 16

12 a. Avaliability, Setiap perusahaan selalu mengharapkan mesin produksinya tersedia saat diperlukan. Tetapi kadang-kadang mesin tersebut tidak dapat beroperasi sesuai dengan harapan dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkan pelanggan. Terdapat dua kemungkinan terjadinya ketidaksediaan mesin produksi, diantaranya adalah : - Breakdown, yang dimaksud dengan Breakdown adalah kerusakan mesin yang biasanya lebih dari 10 menit. Waktu Breakdown (rusak) akan dicatat dalam bentuk Menit sampai pada mesin produksi tersebut dapat beroperasi kembali dalam memproduksi unit produk yang baik. - Setup / Adjustments, yang dimaksud dengan Setup atau Adjustment ini adalah ketidaksediaan mesin produksi yang dikarenakan pertukaran model atau produk. Waktu yang dihitung adalah waktu unit terakhir pada model sebelumnya hingga unit pertama pada model selanj utnya. Avaliability merupakan jumlah waktu yang digunakan terhadap total keseluruhan waktu yang ada, sehingga jika menjadi rumus maka dapat dilihat pada Rumus 2.1. PPT (BD + SA) Avaliability % = Keterangan: PPT PPT : Planned Production Time BD : Break Down SA : Setup Adjusment X 100%...( 2.1 ) Dari Rumus 2.1 maka dapat disederhanakan dengan menjumlahkan BD dengan SA menjadi DT (Down Time). Sehingga rumus dapat dituliskan seperti pada Rumus 2.2. Avaliability % = Keterangan: DT : Down Time PPT PPT DT X 100%...( 2.2 ) 17

13 Dari Rumus 2.2 maka dapat lebih disederhanakan lagi dengan mengurangkan PPT dengan DT menjadi OT (Operating Time). Sehingga rumus dapat dituliskan seperti pada Rumus 2.3. Avaliability % = Keterangan: OT PPT X 100%...( 2.3 ) OT : Operating Time b. Performance, dalam perhitungan OEE adalah jumlah unit produk yang dihasilkan dalam waktu yang tersedia. Jumlah unit ini dapat berupa unit produk yang baik maupun yang cacat. Yang dikategorikan sebagai Performance yang akan diukur diantaranya adalah: - Small Stoppage, yang dimaksud dengan Small Stoppage adalah berhentinya mesin dalam waktu yang singkat (pada umumnya dibawah 10 menit) tetapi frekuensi terjadinya tinggi (sering terjadi). Sering terjadinya pemberhentian singkat ini menyebabkan output yang dihasilkan menjadi berkurang. Contoh terjadinya berhenti dalam waktu singkat seperti terjadinya macet ataupun error pada mesin produksi. Small Stoppage ini perlu dicatat pada sheet sehingga diketahui seberapa sering terjadinya Small Stop serta akumulasi waktunya. - Idling, Idling adalah berkurang kecepatan mesin dalam memproduksi, hal ini sering terjadi ketika perawatan mesin tidak dilakukan dengan baik. Performance, merupakan besarnya nilai dari kinerja suatu mesin ditulis dengan Rumus 2.4. Performance % = Keterangan: RC (WT (SS + I + BD)) X IOT x 100%...( 2.4 ) RC : Real Capacity BD : Break Down WT : Working Time IOT : Ideal Operating Time SS : Small Stoppage I : Idling Dari Rumus 2.4 maka dapat disederhanakan dengan menjumlahkan SS, I dan BD menjadi DT (Down Time). Sehingga rumus dapat dituliskan seperti pada Rumus

14 Performance % = Keterangan: RC (WT DT) X IOT x 100%...( 2.5 ) DT : Down Time Dari Rumus 2.5 maka dapat lebih disederhanakan lagi dengan mengurangkan WT dengan DT kemudian mengalikan dengan IOT sehingga menjadi NC (Nominal Capacity). Sehingga rumus dapat dituliskan seperti pada Rumus 2.6. Performance % = Keterangan: RC NC x 100%...( 2.6 ) NC : Nominal Capacity c. Quality, yang dimaksud quality dalam OEE ini adalah jumlah unit produk baik yang berhasil diproduksi dibanding dengan total jumlah keseluruhan unit produk yang telah diproduksi (total produk baik dan produk cacat). Ada juga menyebut quality sebagai Yield Rate dalam rumus OEE. Yang diperhitungkan dalam quality diantaranya adalah : - Startup Defect, yang dimaksud dengan startup defect disini adalah cacat yang ditimbulkan oleh mesin saat pertama kali memulai produksi. Defect atau cacat biasanya akan terjadi saat mesin beroperasi kembali setelah terjadinya perbaikan mesin maupun adanya pergantian setting atau model baru yang akan diproduksi. - Production Defect, production defect adalah cacat yang terjadi saat produksi sedang berlangsung. Cacat tersebut harus dicatat supaya dapat dilakukan tindakan pencegahan. Quality merupakan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh mesin, produk cacat merupakan produk yang tidak berkualitas. rumus quality ini dapat dituliskan seperti pada Rumus 2.7. Quality % = Keterangan: TP (SD + PD) TP x 100%...( 2.7 ) TP : Total Products PD : Production Defect SD : Startup Defect 19

15 Dari Rumus 2.7 maka dapat disederhanakan dengan menjumlahkan SD dan PD menjadi DP (Defective products). Sehingga rumus dapat dituliskan seperti pada Rumus 2.8. TP DP Quality % = TP Keterangan: x 100%...( 2.8 ) DP : Defective Products d. OEE, merupakan nilai yang diukur dalam kemampuan mesin, untuk mengitung nilai OEE dapat menggunakan Rumus 2.9. OEE % = A x P x Q...( 2.9 ) Keterangan: A P Q : Avaliability : Performance : Quality Beberapa rumus-rumus yang telah diuraikan di atas merupakan standar dari perhitungan OEE. Dalam persaingan internasional, perusahaan dituntut untuk mencapai nilai OEE level world class, OEE 85% merupakan nilai minimum standar level world class (Afefy, 2013) Down Time Down time adalah waktu ketika turun, artinya turunnya waktu yang digunakan untuk produksi karena disebabkan faktor tertentu. Mesin atau peralatan dapat dikatakan downtime apabila tidak dapat mencapai output sesuai target. Down time dan pemeliharaan merupakan kunci menentukan keberhasilan implementasi program TPM. Permasalahan-permasalahan yang terjadi banyak dipengaruhi oleh proses perencanaan, pelaksanaan maupun monitoringnya. Sebuah metodologi yang dapat membantu mulai dari awal proses hingga standarisasi untuk pengendalian hasil perbaikan sangat diperlukan. Maka 20

16 digunakanlah metode RCA (Root Cause Analysis) untuk menyelesaikan permasalahan downtime dan pemeliharaan RCA RCA (Root Cause Analysis) atau dikenal juga dengan RCFA (Root Cause Failur Analysis) adalah suatu bentuk metode yang berdasarkan dari analisa akar permasalahan untuk memecahkan masalah dari suatu sistem dengan cara mencari dari inti permasalahan atau akar permasalahan melalui beberapa faktor atau poin RCA. Dalam RCA ada terdapat 6 langkah yang berurutan yaitu definisi, pengumpulan data, identifikasi penyebab masalah, identifikasi akar penyebab masalah, perbaikan dan kontrol Definisi Tahap definisi merupakan tahapan awal dimana kita mendefinisikan obyek dan permasalahan yang ada. Ada tiga elemen penting dalam tahapan mendefinisikan, yaitu: 1. Membuat deskripsi proyek sehingga dapat terlihat arah yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dalam proyek perbaikan. 2. Pemetaan prinsip-prinsip permasalahan yang terkait. 3. Pembuatan peta proses tingkat tinggi sehingga didapat deskripsi yang jelas tentang bagaimana jalannya proses yang akan diperbaiki Pengumpulan data Pengumpulan data sebagai tahapan ke dua yang dilakukan terhadap sistem yang telah ada dan sedang berjalan saat ini. Pengumpulan data yang benar dan dapat dipercaya sangat diperlukan untuk dapat membantu melihat perkembangan yang terjadi Identifikasi Penyebab Masalah Identifikasi penyebab masalah merupakan tahap ke tiga yang harus dilakukan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang menjadi penyebab masalah. Pada tahap ini diperlukan analisa untuk menentukan 21

17 penyebab-penyebab masalah. Gunakan data-data yang sudah dikumpulkan sebelumnya dan lakukan pengukuran bila perlu untuk membantu melakukan tahap tiga ini Identifikasi Akar Masalah Identifikasi akar masalah merupakan tahap ke empat dimana dilakukan identifikasi terhadap akar masalah yang menyebabkan masalah itu terjadi. Datadata hasil identifikasi penyebab masalah dapat digunakan untuk menentukan akar penyebab masalah dengan cara menganalisa menggunakan beberapa metode yang dianggap relevan, misalnya seperti menggunakan diagram tulang ikan, whay whya analysis dan sebagainya Perbaikan Perbaikan merupakan tahap ke lima, dilakukan terhadap hasil yang diperoleh dari tahap identifikasi akar permasalahan dengan tujuan atau standar yang telah ditetapkan. Jika terdapat perbedaan atau variasi maka tersedia tiga alternatif yang dapat dipilih, yaitu: 1. Mengabaikannya karena variasi yang terjadi terlalu kecil. 2. Memperbaiki, jika variasi yang terjadi cukup besar. 3. Menetapkan tujuan atau target baru yang lebih tinggi. Perbaikan dilakukan terhadap sistem lama yang memiliki kekurangan dengan menemukan suatu cara baru untuk melakukan segalanya dengan lebih baik, lebih cepat dan lebih murah. Banyak alat bantu yang dapat digunakan untuk menerapkan cara baru tersebut. Solusi yang dipilih sebagai langkah perbaikan harus mampu menghilangkan, mengurangi atau mencegah akar permasalahan yang terjadi Kontrol Kontrol ini merupakan tahap tambahan guna untuk melengkapi dari kelima tahapan sesudahnya. Sistem baru yang lebih unggul dari sistem lama tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri tetapi perlu dikontrol. Hal ini dilakukan untuk menjamin variabel penentu tetap berada pada tingkat keterimaan maksimum. 22

18 Beberapa modifikasi pada sistem manajemen seperti pemberian kompensasi, insentif dan peraturan sebaiknya dilakukan agar sistem baru dapat terinstitusikan Seventh Tools Seventh tools atau lebih sering dikenal dengan 7 Tools of Quality merupakan kumpulan alat-alat yang dipakai dalam manajemen kualitas yang biasanya digunakan bagi yang menerapkan metodologi 7 Steps of Quality Improvement. Dalam perkembangannya sifatnya yang umum dan general Seventh Tools ini tidak hanya digunakan untuk kualitas saja tetapi Seventh Tools ini digunakan juga pada pengolahan data perusahaan jasa, sensus penduduk dan lain sebagainya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna. Fungsi utama Seventh Tools adalah membentuk permasalahan-permasalahan tertentu kedalam sebuah bentuk tertentu, sehingga daripada berbentuk tulisan saja yang mungkin membosankan kalau dibaca, dapat dibentuk menjadi diagram yang mudah untuk dimengerti. Berikut ini adalah penjelasan terinci dari Seventh Tools Check Sheet Check sheet atau lebih dikenal dengan lembar pemeriksaan adalah lembar yang dirancang sederhana berisi daftar hal-hal yang diperlukan untuk tujuan perekaman data sehingga pengguna dapat mengumpulkan data dengan mudah, sistematis, dan teratur pada saat data itu muncul di lokasi kejadian. Data dalam check sheet baik berbentuk data kuantitatif maupun kualitatif dapat dianalisis secara cepat atau menjadi masukan data untuk peralatan lain, misal untuk masukan data Pareto chart. Pada Tabel 2.3 menunjukkan contoh check sheet yang digunakan. Tabel 2.3: Contoh Check Sheet Diagram Defect Hour Total A III IIIII IIII II I 15 B I 1 C III IIII I II 10 D III IIII III 10 E II IIII II III 11 Total Sumber: Magar. et al

19 Scatter Diagram Scatter diagram atau lebih dikenal dengan diagram pencar adalah grafik yang menampilkan sepasang data numerik pada sistem koordinat, dengan satu variabel pada masing-masing sumbu, untuk melihat hubungan dari kedua variabel tersebut. Jika kedua variabel tersebut berkorelasi, titik-titik koordinat akan jatuh di sepanjang garis atau kurva. Semakin baik korelasi, semakin ketat titik titik tersebut mendekati garis. Pada Gambar 2.3 menunjukkan contoh scatter diagram yang digunakan untuk melihat sejauh mana temperatur mempengaruhi produk. Gambar 2.4: Contoh Diagram Scatter Gambar 2.3: Contoh Scatter Diagram Sumber: Magar. et al, Fishbone Diagram Fishbone diagram atau lebih dikenal dengan diagram tulang ikan sering disebut juga diagram Ishikawa atau cause and effect diagram (diagram sebabakibat). Fishbone diagram adalah alat untuk mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah, dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan sebagainya yang dianggap mempunyai keterkaitan. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brain storming. Pada Gambar 2.4 menunjukan contoh bentuk fishbone diagram dengan People, Process, Equipment, Management, Environment dan Materials sebagai 24

20 kategori. Kategori ini hanya contoh, kategori ini dapat dikembangkan lagi ke kategori lain yang dapat membantu mengatur gagasan-gagasan. Gambar 2.4: Contoh Fishbone Diagram Sumber: Magar. et al, Pareto Chart Pareto chart atau disebut juga dengan bagan pareto adalah bagan yang berisikan diagram batang (bars graph) dan diagram garis (line graph), diagram batang memperlihatkan klasifikasi dan nilai data, sedangkan diagram garis mewakili total data kumulatif. Klasifikasi data diurutkan dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Ranking tertinggi merupakan masalah prioritas atau masalah yang terpenting untuk segera diselesaikan, sedangkan ranking terendah merupakan masalah yang tidak harus segera diselesaikan. Prinsip pareto chart sesuai dengan hukum Pareto yang menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pareto chart mengidentifikasi 20% penyebab masalah vital untuk mewujudkan 80% improvement secara keseluruhan. Pada Gambar 2.5 menunjukkan contoh pareto chart. Gambar 2.5: Contoh Pareto Chart Sumber: Magar. et al,

21 Flow Chart Flow charts atau dikenal juga dengan bagan arus adalah alat bantu untuk memvisualisasikan proses suatu penyelesaian tugas secara tahap demi tahap untuk tujuan analisis, diskusi, komunikasi, serta dapat membantu kita untuk menemukan wilayah-wilayah perbaikan dalam proses. Pada Gambar 2.6 merupakan contoh dari flow chart. Gambar 2.6: Contoh Flow Chart Sumber: Magar. et al, 2014 : Keterangan : Lingkaran besar untuk kegiatan operasi (operation/handling), misalnya: memaku, mengebor, mengetik, dll. Blok panah untuk kegiatan pemindahan (transportation/move), misalnya: memindahkan material dengan forklift, mengangkat barang dengan crane, memindahkan barang dengan tangan, dll. Segi empat untuk kegiatan pemeriksaan (inspection), misalnya menguji kualitas material, membaca skala pengukur tekanan, meneliti informasi tertulis, dll. Segi tiga terbalik untuk penyimpanan (storage), misalnya: tumpukan raw material di gudang, barang jadi di staging area, penyimpanan surat-surat, dll. Huruf D besar untuk kejadian menunggu (delay), misalnya: material dalam trolley menunggu diproses lebih lanjut, menunggu elevator, surat-surat menunggu untuk diarsipkan, dll. Terminator, simbol untuk menunjukkan awal atau akhir dari aliran proses. Umumnya, diberi kata-kata Start, End, Mulai, atau Selesai. Process, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah proses atau operasi. Umumnya, menggunakan kata kerja dalam deskripsi yang singkat dan jelas. Connector, tanda panah yang menunjukkan arah aliran dari satu proses ke proses yang lain. 26

22 Decision, simbol untuk menunjukkan sebuah langkah pengambilan keputusan. Umumnya, menggunakan bentuk pertanyaan, dan biasanya jawabannya terdiri dari yes dan no atau ya dan tidak yang menentukan bagaimana alur dalam flowchart berjalan selanjutnya berdasarkan kriteria atau pertanyaan tersebut. Sub-process, simbol untuk menunjukkan bahwa dalam langkah yang dimaksud terdapat flowchart lain yang menggambarkan langkah tersebut lebih rinci. Document, simbol untuk menunjukkan proses atau keberadaan dokumen. Input/Output, simbol untuk menunjukkan data yang menjadi input atau output proses. Connector (On-page), simbol untuk menunjukkan hubungan simbol dalam flowchart sebagai pengganti garis untuk menyederhanakan bentuk saat simbol yang akan dihubungkan jaraknya berjauhan dan rumit jika dihubungkan dengan garis. Off-page Connector, fungsinya sama dengan Connector, akan tetapi digunakan untuk menghubungkan simbol-simbol yang berada pada halaman yang berbeda. Label untuk Connector dapat menggunakan huruf dan Off-page Connector menggunakan angka Histogram Histogram adalah alat seperti diagram batang (bars graph) yang digunakan untuk menunjukkan distribusi frekuensi. Sebuah distribusi frekuensi menunjukkan seberapa sering setiap nilai yang berbeda dalam satu set data terjadi. Data dalam histogram dibagi-bagi ke dalam kelas-kelas, nilai pengamatan dari tiap kelas ditunjukkan pada sumbu X. Teori mengatakan bahwa distribusi yang normal, yaitu yang kebanyakan datanya mendekati nilai rata-rata akan ditunjukan oleh histrogram yang berbentuk lonceng, seperti contoh gambar di bawah ini. Tapi jika histogram serong ke kiri atau ke kanan berarti kebanyakan data berkumpul dekat batas toleransi suatu pengukuran sehingga ada kemungkinan data tidak normal (ada masalah ketika pengukuran, atau bahkan ada masalah dalam proses). Pada Gambar 2.7 merupakan contoh dari Histogram. 27

23 Gambar 2.7: Contoh Histogram Sumber: Magar. et al, SPC Statistical Process Control (SPC) / Control Chart atau peta kendali adalah peta yang digunakan untuk mempelajari bagaimana proses perubahan dari waktu ke waktu. Data di plot dalam urutan waktu. Control chart selalu terdiri dari tiga garis horisontal, yaitu: Garis pusat (center line), garis yang menunjukkan nilai tengah (mean) atau nilai rata-rata dari karakteristik kualitas yang di-plot-kan pada peta kendali. Upper control limit (UCL), garis di atas garis pusat yang menunjukkan batas kendali atas. Lower control limit (LCL), garis di bawah garis pusat yang menunjukkan batas kendali bawah. Garis-garis tersebut ditentukan dari data historis, terkadang besarnya UCL dan LCL ditentukan oleh confidence interval dari kurva normal. Dengan control chart, kita dapat menarik kesimpulan tentang apakah variasi proses konsisten (dalam batas kendali) atau tidak dapat diprediksi (di luar batas kendali karena dipengaruhi oleh special cause of variation, yaitu variasi yang terjadi karena faktor dari luar sistem). Pada Gambar 2.8 merupakan contoh dari control chart. Gambar 2.8: Contoh Control Chart Sumber: Magar. et al,

24 A. Menentukan Upper Control Limit dan Lower Control Limit Untuk menentukan nilai Upper Control Limit (UCL) dan Lower Control Limit (LCL) dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mencari mean, untuk mencari mean dapat menggunakan Rumus ( 2.10 ) Keterangan: : Mean : Jumlah Tiap Data : Jumlah Data Setelah mencari nilai mean dengan menggunakan Rumus 2.10 maka tahap selanjutnya mencari nilai standar deviasi / simpangan baku (s) dengan menggunakan Rumus s = n ( 2.11 ) Keterangan: s : Simpangan Baku (s) : Tiap Data Setelah mendapatkan nilai standar deviasi maka tahap berikutnya menentukan nilai UCL dan LCL. Untuk mencari UCL dapat menggunakan Rumus Keterangan: UCL : Upper Control Limit...( 2.12 ) Setelah mendapatkan nilai UCL dengan menggunakan Rumus 2.12, maka selanjutnya menentukan nilai LCL dengan menggunakan Rumus ( 2.13 ) 29

25 Keterangan: LCL : Lower Control Limit Dengan menggunakan Rumus 2.13 maka nilai LCL sudah dapat ditentukan, kemudian control chart dapat ditentukan sesuai dengan data, mean, UCL dan LCL. 2.2 State of The Art of TPM Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan peningkatan efektivitas mesin, perhitungan OEE dan konsep TPM dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 : Penelitian terdahulu No. Peneliti & Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Chang dan Chen (2013) 2 Magar dan Shinde (2014) Kano Model Basic Concept Ada relasi yang sangat kuat dari image pelanggan terhadap atribut 5S pada suatu perusahaan. 7 Tool merupakan alat bantu yang sangat baik untuk membantu memecahkan berbagai macam persoalan pada dunia industri 3 Singh, et al. (2013) 5S, Autonomous Maintenance, Planned maintenance, Kaizen, Quality maintenance, Office TPM and Safety, Health & Environment. Nilai OEE mengalami perbaikan dari 63% menjadi 79% hal ini membuktikan bahwa ada perbaikan. 4 Attarpour (2011) Grid management and Decision Making Grid (DMG), OEE Memperlihatkan korelasi nilai OEE dengan nilai MTTR, apabila nilai OEE antara 31,5% sampai 53%, maka nilai MTTR nya berkisar 25% sampai 50% Sumber: Journal international dan jurnal Nasional,

26 Tabel 2.4 : Penelitian terdahulu (Lanjutan) No. Peneliti & Tahun Metode Penelitian Hasil Penelitian 5 Rolfsen dan Langeland (2012) 6 Palanisamy dan Vino (2013) The technical dimension of TPM, Governance dimension of TPM, Normative dimension of TPM Production System, OEE membuktikan bahwa 3 dimensi (Tehnical, Governance and Normative) mempunyai hubungan yang erat terhadap suksesnya implementasi TPM Membuktikan OEE tidaklah cukup untuk menyelesaikan masalah, strategi organisasi juga merupakan peran penting dalam penyelesaian masalah 7 Kedaria dan Deshpande (2014) 8 Dogra, et al (2011) TPM, OEE, 5S Focused improvement, Autonomous Maintenance, Planned maintenance, Overall Equipment effectiveness 9 Hashim, et al (2013) TPM, Kaizen, Innovative Performance 10 Adianto and Prassetiyo (2014) TPM, Six Big Losses, OEE Memahami pengunaan tool TPM utuk di implementasikan Small Group TPM metode yang efektif, memberikan konstribusi perusahaan mendekati perusahaan World Class OEE sebesar 85%-90% Penggabungan TPM dengan Kaizen untuk membentuk Innovative Performance pada perusahaan otomotif Impanlementasi TPM untuk menghilang six big losses pada mesin Dobby 50 No.4 11 Afefy (2013). 12 Taneja and Manchanda (2013) TPM, OEE Six sigma, FMEA, SMEs Evaluasi implementasi TPM pada suatu perusahaan dengan menganalisa faktor the big six losses Mengembangkan metode six sigma dengan SMEs Sumber: Journal international dan jurnal Nasional,

27 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan kejadian-kejadian yang ada pada obyek penelitian dan dukungan landasan teori yang diperoleh dari eksplorasi teori-teori yang dijadikan bahan rujukan konsepsional variabel penelitian, maka dapat disusun Kerangka Pemikiran sebagai berikut : Kerangka Pemikiran yang tersusun di bawah ini dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Komponen-komponen input mencakup fenomena kondisi perusahaan dimana mesin sering rusak dan bermasalah, dan teori yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah teori TPM, OEE. 2. Dari input tersebut dilakukan proses analisis dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Metode analisis kuantitatif ini digunakan untuk mengukur seberapa besar nilai OEE yang ada pada perusahaan ini dan diharapkan dapat menghitung kondisi mesin pada perusahaan tersebut dan berikutnya akan dilakukan penelitian yang bersifat kualitatif dengan menggunakan metode TPM yang dipandang sebagai variabel pendukung terhadap kondisi mesin perusahaan ini sebagai variabel konsekuensi dalam rangka pengujian hipotesis. 3. Output analysis metode analisis data tersebut adalah pokok-pokok Kesimpulan dan Saran 4. Outcomes analysis adalah rancangan usulan atau rujukan metoda perbaikan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing perusahaan berdasarkan pokok-pokok kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian. 5. Dengan kerangka pemikiran tersebut diasumsikan terdapat pengaruh positif terhadap produktivitas dan daya saing perusahaan dengan penerapan TPM yang baik dan konsisten. Pada Gambar 2.9 merupakan kerangka pemikiran dari penelitian ini. 32

28 Gambar 2.9: Kerangka Pemikiran Penelitian 33

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN Metode penelitian ini merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapantahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan maupun bagian yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengukuran Performansi Pengukuran performansi sering disalah artikan oleh kebanyakan perusahaan saat ini. Indikator performansi hanya dianggap sebagai indikator yang menunjukkan

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Pengantar Manajemen Pemeliharaan P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia Topik Bahasan Perkembangan manajemen pemeliharaan Sistem pemeliharaan Preventive maintenance (PM) Total

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Overall Equipment Effectiveness (OEE) adalah tingkat keefektifan fasilitas secara menyeluruh yang diperoleh dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) Achmad Nur Fauzi Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan Overall Equipment Effectiveness di PT. Gramedia Printing Group dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total Productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LADASA TEORI Dalam penulisan tugas akhir ini diperlukan teori-teori yang mendukung, diperoleh dari mata kuliah yang pernah didapat dan dari referensi-referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN.

BAB V PEMBAHASAN. BAB V PEMBAHASAN Untuk mempunyai daya saing perusahaan yang tinggi di pasar maka salah satu strategi perusahaan adalah dengan meningkatkan produktivitas, oleh karena itu perusahaan manufaktur ini melakukan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan efektivitas mesin/peralatan yang ada seoptimal mungkin. Pada

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN: Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun 201 4 ISBN: 978-602-1180-04-4 ANALISIS PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) MENGGUNAKAN OVERALL EQUIPMENT EFECTIVENESS (OEE) DAN SIX BIG LOSSES PADA MESIN CAVITEC DI

Lebih terperinci

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Pabrik Tuban Tofiq Dwiki Darmawan *1) dan Bambang Suhardi 2) 1,2) Program

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahaluan Total Produktive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang, dan Nippondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan dan mengembangkan konsep

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1.Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan OEE di PT. XYZ dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan mesin di mesi reaktor R-102

Lebih terperinci

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan) Melani Anggraini *1), Rawan Utara *2), dan Heri Wibowo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE).

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipmenteffectiveness (OEE). Analisis perhitungan overall equipment effectiveness pada PT. Selamat Sempurna Tbk. dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Mutu ( Quality ) Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan dan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pelanggan. Mutu didasarkan pada pengalaman aktual

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan 2.1.1 Definisi Pemeliharaan Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance adalah suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya perusahaan. Semakin berkembangnya industri semakin banyak pula teknologi yang dikembangkan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY 55184 1,2)Email: teknik.industri@uii.ac.id ABSTRAK Penerapan Metode Total Productive Maintenance (TPM) untuk Mengatasi Masalah Six-Big Losess dalam Mencapai Efisiensi Proses Produksi (Studi Kasus pada PT. Itokoh Ceperindo) Aldila Samudro Mukti 1, Hudaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu paradigma untuk memecahkan masalah yang terjadi agar penelitian ini lebih sistematis dan terarah. Bab ini berisi langkahlangkah pembahasan

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

BAB V ANALISA HASIL Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) 48 BAB V ANALISA HASIL 5.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisis perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Inkoasku dilakukan untuk melihat tingkat efektivitas penggunaan

Lebih terperinci

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Seminar Nasional Teknik IV STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS () MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) Didik Wahjudi, Soejono Tjitro, Rhismawati Soeyono Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sinurat dkk (2015) melakukan penelitian di suatu perusahaan manufaktur yang dalam proses produksinya menggunakan mesin bubut. Permasalahan

Lebih terperinci

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall 1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Six Big Losses sesuai dengan prinsip TPM (Total Produktive Maintenance) untuk mengetahui

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. ABSTRACT... vii. KATA PENGANTAR... viii. DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi ABSTRACT... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) Analisa perhitungan overall equipment effectiveness di PT. Sulfindo Adi Usaha dilakukan untuk melihat

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO

STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO STUDI PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) UNTUK PENINGKATAN EFESIENSI PRODUKSI DI PT. SINAR SOSRO TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam) BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN 5.1 Analisa Nilai Availability Table 5.1 Nilai Availability Mesin Steam Ejector Planned Equipment Loss Time Availability Januari 42 6 36 85.71 Februari 44 7 37 84.09 Maret

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) 8 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Pemeliharaan merupakan kegiatan pengembalian setiap peralatan dan mesin pada kondisi siap beroperasi. Presepsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance 2.1.1. Pengertian Maintenance Maintenance merupakan suatu fungsi dalam suatu industri manufaktur yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan TPM adalah konsep inovatif dari orang-orang Jepang. Asal mula dari TOM bisa dilacak pada tahun 1951 dimana pemeliharaan pencegahan pertama kali diperkenalkan di Jepang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodelogi penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapatahapan yang jelas yang disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas Akhir 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian atau kerangka pemecahan masalah merupakan tahap tahap penelitian yang harus ditetetapkan terlebih dahulu, sebelum melakukan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan macam-macam langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian ini. 3.1 Studi Literatur Studi literatur merupakan tahapan penyusunan landasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Kakao Mas Gemilang dan pengambilan data dilakukan pada department teknik dan produksi. 3.2. Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Mesin atau peralatan yang menjadi objek penelitian adalah pada bagian pengeringan di PT. XYZ yaitu pada mesin Dryer Twind. Karena mesin ini bersifat

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN Achmad Said, Joko Susetyo Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper

Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Implementasi Metode Overall Equipment Effectiveness Dalam Menentukan Produktivitas Mesin Rotary Car Dumper Melani Anggraini* 1), Marcelly Widya W 2), Kujol Edy F.B. 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. Hasil yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Tugas Akhir 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Total productive Maintenance (TPM) merupakan salah satu konsep inovasi dari Jepang dan Nipondenso adalah perusahaan pertama yang menerapkan konsep TPM

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi 2.1.1 Pengertian Riset Operasi Menurut Mulyono, riset adalah proses untuk mencari kebenaran suatu masalah atau hipotesa, sedangkan operasi didefinisikan sebagai penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan metodologi penelitian atau tahapan-tahapan penelitian yang akan dilalui dari awal sampai akhir. Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu organisasi yang dibentuk dengan tujuan ekonomi dalam melakukan kegiatan usahanya. Untuk mencapai tujuan ekonomi tersebut maka perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga dari laporan skripsi ini menggambarkan langkah-langkah yang akan dijalankan dalam penelitian ini. Metodologi penelitian dibuat agar proses pengerjaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan komparatif yang didukung oleh sumber daya alam dalam pembangunan sektor pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri semakin meningkat, efisiensi produksi semakin menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindarkan. Jika hal ini tidak diperhitungkan

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Total Porductive Maintenance 3.1.1 Pengertian Total Productive Maintenance Salah satu cara yang sangat efektif dan efesien untuk meningkatkan pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat Effektivitas dari pada mesin mesin m/c.cr.shaft yaitu mesin : Grinding,Fine Boring,dan Gun drilling. Sebagai langkah di dalam

Lebih terperinci

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September

PRESENTASI SIDANG SKRIPSI. September PRESENTASI SIDANG SKRIPSI 1 ANALISIS KINERJA DAN KAPABILITAS MESIN DENGAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) DI PT. X Disusun oleh Nama : Teguh Windarto NPM : 30408826 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi 3.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Untuk tetap bertahan di persaingan usaha, sebuah industri harus selalu melakukan perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

Lebih terperinci

Universitas Widyatama

Universitas Widyatama BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Tujuan Maintenance 2.1.1 Definisi Maintenance Perawatan atau yang lebih dikenal dengan kata Maintenance dapat didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Manajemen Operasi 2.1.1 Definisi Manajemen Operasi Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Proses menghasilkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel...

DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengajuan... ii Halaman Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... DAFTAR ISI Judul... i Pengajuan... ii Pengesahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xii Abstrak... xiii Abstract... xiv Bab I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini persaingan dalam dunia otomotif sangatlah ketat, setiap perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari produk yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Total Productive Maintenance (TPM) Total Productive Maintenance (TPM) adalah gabungan dari penerapan pemeliharaan di Amerika Serikat dengan pengendalian kualitas di

Lebih terperinci

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN

KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan. Oleh TENGKU EMRI FAUZAN PERHITUNGAN TINGKAT EFEKTIFITAS MESIN CANE MILL DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS SEBAGAI DASAR USULAN PENERAPAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG PT. PERKEBUNAN NUSANTARA

Lebih terperinci