BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 40 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum 5S 5S berasal dari bahasa jepang yang diawali dengan huruf S, dan merupakan sebuah filosofi dan cara dalam menyusun dan mengatur tempat kerja. 5S adalah suatu sistem yang berperan dalam mengurangi pemborosan dan mengoptimalkan produktivitas melalui perawatan tempat kerja dan menggunakan penandaan visual untuk mencapai hasil yang konsisten. 5S merupakan komponen penting dari Visual Factory (Workplace) Management (VFM), dan 5S juga berkaitan dengan Lean Manufacturing, continuous improvement, maupun Kaizen dimana 5S merupakan salah satu pilar dari tiga pilar utama gemba kaizen diantaranya standarisasi, 5S, dan penghapusan pemborosan (muda). Pendekatan 5S memang dikembangkan di negara Jepang dan merupakan kunci sukses untuk mentransformasikan industri menjadi industri kelas dunia. Pada dasarnya 5S merupakan proses perubahan perilaku melalui perubahan tempat kerja dengan menerapkan penataan dan kebersihan tempat kerja, memang kondisi tempat kerja mencerminkan perlakuan seseorang terhadap pekerjaannya dan perlakuan terhadap pekerjaan ini mencerminkan sikapnya terhadap pekerjaan.

2 41 Bahkan 5S dapat dilihat sebagai kegiatan pertama untuk membiasakan diri bekerja dengan standar. Dengan menerapkan prinsip A Place for everything, and everything in its place, maka setiap pekerja dibiasakan bekerja dalam lingkungan kerja standar standar tempat yang jelas. 5S adalah huruf awal dari lima kata Jepang, Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, yang dalam bahasa Indonesia di terjemahkan menjadi 5R, yaitu: Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Kata-kata tersebut mencerminkan urutan penerapan dari proses transformasi 5S. Beberapa keuntungan dari penerapan 5S adalah dicapainya perbaikan dan peningkatan efisiensi, pelayanan, keuntungan, dan keselamatan. 5S merupakan konsep yang sangat sederhana sehingga mudah dimengerti baik tujuan maupun penerapannya. Namun, 5S ini sulit sekali diterapkan dengan benar. Sebegitu mendasarnya sehingga banyak orang beranggapan bahwa sikap kerja yang produktif dan tempat kerja yang tertata rapi ada dengan sendirinya, tetapi kenyataannya menunjukan bahwa hal itu masih harus diciptakan. Masih banyak orang yang menganggap bahwa 5S identik dengan kebersihan, sesuatu anggapan yang tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Tetapi anda bisa melihat dan membaca melalui buku-buku atau literatur yang lain bahwa pada dasarnya 5S merubah Basic Mentality kita dan melakukan perubahan dari suatu hal-hal yang sederhana yang bisa kita lakukan saat ini juga.

3 Komponen-Komponen Dalam 5S 5S 5C 5R 5P Seiri Clear-out Ringkas Pemilahan Seiton Classify Rapi Penataan Seiso Cleaning Resik Pembersihan Seiketsu Conformity Rawat Pemantapan Shitsuke Custom Rajin Pembiasaan (Sumber: Internet) Gambar 2.1 Siklus 5S

4 Seiri (Ringkas/Pemilahan) A. Definisi: Merupakan kegiatan penyusunan, dalam arti memilah semua peralatan, bahan, dan lain-lain di tempat kerja dan menyimpan benda yang perlu saja (memilah antara sesuatu yang perlu dan yang tidak perlu), sekaligus memastikan bahwa barang yang diperlukan disimpan dalam jangkauan supaya lebih efisien dengan memperhatikan frekuensi pemakaian. Benda lainnya dapat disimpan atau dibuang jika tidak perlu. Hal ini dapat mengurangi ketidakefektifan dalam bekerja. B. Tujuan: Menetapkan kriteria bertujuan untuk mengeliminasi yang tidak diperlukan. Belajar melakukan stratifikasi manajemen, lakukan prioritas. Mampu melakukan orientasi pada penyebab. C. Prinsip: Stratifikasi manajemen dan berorientasi kepada penyebab (dealing with the cause). D. Kegiatan-kegiatan Seiri antara lain: Menyingkirkan yang tidak di perlukan. Membersihkan tempat kerja. Orientasi kepada penyebab terhadap kekotoran dan kebocoran.

5 44 Mengatur kembali gudang. Mengecek penutup dan lantai untuk mencegah kebocoran. Menghilangkan debu dan rumput. Penerapan visual management seperti pemberian label. E. Dasar Pemilahan Salah satu kunci pokok pemilahan adalah mendefinisikan apa yang termasuk dalam pemilahan. Bagaimana mengetahuinya bila Anda teratur atau tidak? Apa prinsip yang memegang peranan di sini? Jika kita memutuskan untuk menerapkan pemilahan, bagaimana mengetahui kapan harus berhenti? Walaupun dinyatakan bahwa pemilahan adalah seni membuang barang, pernyataan tersebut mungkin harus diperbaiki, karena membuang barang hanya merupakan langkah awal - meskipun langkah awal yang penting. Mulailah dengan membuang segala sesuatu yang tidak perlu. Sambil melakukan itu, sebaiknya perhatikan dengan cermat peralatan yang tidak berfungsi dengan baik dan suku cadang yang rusak, lihat gambar berikut:

6 45 Gambar 2.2 Proses Pemilahan Jelas, gagasan untuk membuang segala sesuatu yang tidak diperlukan membutuhkan penilaian dan manajemen startifikasi. Jika dilakukan dengan benar, gagasan itu juga membutuhkan pembersihan tempat-tempat yang tercemar minyak dan tempat kotoran menumpuk sedemikian rupa sehingga tidak dapat dilihat bentuk aslinya agar dapat diputuskan apakah akan disimpan atau tidak. Anda tidak akan mengetahui apakah barang itu diperlukan - artinya derajat kepentingannya sampai barang itu terlihat bentuk aslinya yang terbaik dan berfungsi dengan baik. F. Stratifikasi Menurut Kepentingannya dan Memutuskan Dimana Menyimpan Barang. Manajemen stratifikasi mencakup memutuskan pentingnya suatu barang, mengurangi persediaan barang yang tidak diperlukan, sekaligus

7 46 memastikan bahwa barang yang diperlukan disimpan dalam jarak dekat supaya lebih efisien. Maka kunci pokok manajemen stratifikasi yang baik adalah kemampuan untuk membuat keputusan tentang frekuensi pemakaian (yang merupakan cara lain untuk mengatakan tingkat kepentingannya) untuk memastikan bahwa barang berada ditempatnya (lihat tabel 2.1). Barang yang tidak diperlukan harus disimpan jauh-jauh, sebaliknya barang yang diperlukan disimpan di dekat kita (lihat Tabel 2.2). Tabel 2.1 Azas Pemilahan

8 47 Tabel 2.2 Menyimpan Barang yang Diperlukan Anda perlu memliki kesadaran untuk membuang barang yang rusak atau cacat sebagaimana Anda perlu memiliki kesadaran untuk memperbaikinya. Sekali stratifikasi dilakukan, Anda dapat memutuskan apa yang ingin Anda lakukan dengan barang yang tidak dipergunakan lebih dari sekali dalam setahun. Disimpan atau dibuang? Jika Anda memutuskan untuk menyimpannya, berapa banyak yang perlu disimpan? Sebaiknya Anda menganggap sedikit yang Anda perlukan jika tidak sering dipergunakan. Jika pembersihan besar dilakukan seperti ini, tidak jarang ditemukan sampah berton-ton yang tidak diperlukan. Lakukan pembersihan lagi maka akan Anda ketemukan lagi. Ini merupakan proses tanpa akhir.

9 48 G. Membuang Yang Tidak Diperlukan Dalam melaksanakan tugas membuang yang tidak perlu, urutannya adalah sebagai berikut: 1. Memutuskan ruang lingkup operasi (tempat kerja dan daerah mana) dan target yang ingin dicapai. 2. Bersiap-siap 3. Melatih karyawan untuk mengenal apa yang tidak diperlukan. 4. Menentukan jumlah dan memberi nilai. 5. Melakukan pemeriksaan dan penilaian manajemen, serta memberikan petunjuk bagaimana melakukannya dengan lebih baik di kemudian hari. Diagram 2.1 Diagram Ringkas/Pemilahan

10 Seiton (Rapi/Penataan) A. Definisi: Kegiatan yang fokus kepada perlunya tempat kerja yang teratur. Teratur dalam hal ini berarti menyusun peralatan dan material-material agar cepat dan mudah mencarinya sewaktu dibutuhkan. Peralatan harus disimpan pada tempatnya berada dan biasa digunakan untuk menghilangkan gerakan atau aktivitas yang tidak perlu. B. Tujuan: Membuat fix barang-barang di tempat kerja. Layout dan penempatan yang efisien (termasuk safety dan quality). Meningkatkan produktivitas dengan menghilangkan waktu yang dibutuhkan untuk mencari sesuatu. C. Prinsip: Penyimpanan secara fungsional dan efisiensi waktu dalam pencarian sesuatu. D. Kegiatan-kegiatannya antara lain: Membenahi tempat penyimpanan barang. Segala sesuatu harus jelas tempatnya. 30 detik pengambilan barang dan penempatan barang. Penyetandaran sistem file. Dibuat zone dan indikasi untuk penempatan barang.

11 50 First in-first out dan menata papan pengumuman. Dibuat safety line lurus dan sudutnya jelas. Penempatan material, spare part, tools, peralatan, dan lain-lain sesuai dengan fungsinya. E. Teknologi Penataan Menyimpan barang yang sebaiknya Anda lakukan. Setelah membuang barang yang tidak diperlukan, masalah berikutnya ialah mengambil keputusan berapa banyak yang akan disimpan dan dimana menyimpannya. Terdapat tiga aturan dalam pentaaan, yaitu: 1. Tentukan tempat barang yang tepat. Harus ada kriteria untuk menentukan tempat untuk barang-barang secara tepat. Jika tidak ada krtieria dan pola tertentu, tidak mungkin seseorang mengetahui dimana tempatnya yang tepat, dan ini berarti akan diperlukan waktu lebih banyak untuk menyimpan atau mengambilnya. 2. Tentukan bagaimana menyimpan barang. Hal ini penting sekali untuk penyimpanan fungsional. Barang harus disimpan supaya mudah ditemukan dan mudah diambil. Penyimpanan harus dilakukan dengan memperhatikan supaya mudah ditemukan kembali.

12 51 3. Taati aturan penyimpanan. Ini berarti selalu menyimpan kembali barang ke tempatnya semula. Manajemen persediaan barang sangat diperlukan untuk mengetahui apakah Anda kehabisan bahan dan produk atau tidak. RAPI = PENATAAN Klasifikasi Fungsional Seragam Frekuensi Pemakaian Sering: harian / mingguan Kadang: 2 minggu / bulana Jarang: semester / tahunan Tempat Simpan Terbuka Stasiun Kerja Rak /Lemari di sekitar Stasiun Kerja Gudang (penitipan) Tertutup Tata letak Tempat Kerja Pertimbangan faktor: Minimasi pemindahan bahan, manusia & alat Kemudahan untuk mengakses alat / sarana bersama Kenyamanan suasana kerja (adanya ruang istirahat) Kesehatan & Keselamatan Label /Tanda Pengenal Rencanakan & Tentukan: Format Label: bahan, warna ukuran & jenis huruf Siapa Pembuat Label? Kapan harus selesai? Laksanakan: Pembuatan & Penempelan Label Meninjau penerapan Rapi langsung ditempat kerja Rencanakan & Tentukan: Standar Nama Standar tempat simpan Peraturan peminjaman, penyimpanan & pengembalian dokumen Siapkan: Tempat simpan: bahan & alat kerja Locker untuk karyawan Diagram 2.2 Diagram Rapi/Penataan F. Menentukan Dimana Barang Akan Disimpan 1. Membuang Barang yang Tidak Diperlukan Langkah pertama adalah mengurangi persediaan barang sampai setengahnya. Sebaiknya jangan memiliki lebih dari satu barang dari setiap jenis pada suatu waktu tertentu. Lebih dari satu berarti terlalu banyak.

13 52 2. Tentukan Metode Analitis Untuk Stratifikasi dan Tata Letak Penyimpanan Ada beberapa barang yang ingin Anda simpan dekat dan barang lain di tempat yang lebih jauh. Jenis stratifikasi inilah yang diperlukan. Apakah barang yang disimpan dekat Anda benar-benar harus ada dekat Anda?. Dalam melaksanakan ini, perlu dipertimbangkan tata letak seluruh bangunan. Barang yang sering dipakai lebih baik disimpan di dekat pintu. Barang berat harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dipindahkan dnegan mudah. Dalam melakukan stratifikasi ini, penting sekali untuk bekerja dalam kerangkan kerja analitis yang sistematis. 3. Standar Pemberian Nama Putuskan nama apa yang akan dipergunakan dan taati keputusan itu. Penggunaan dua nama untuk barang yang sama hanya akan mengacaukan. Ada kalanya dua barang berbeda memiliki nama yang sama. Ada pula beberapa barang yang disebut dengan nama yang sama walaupun ada sedikit perbedaan di antaranya. G. Menentukan Bagaimana Menyimpan Barang 1. Pelajari Penyimpanan Fungsional Penyimpanan fungsional adalah penyimpanan yang tentu saja dilakukan dengan mempertimbangkan mutu, keamanan, efisiensi, dan konservasi.

14 53 Ada berbagai pertimbangan mutu berdasarkan sifat produk tertentu, tetapi yang paling penting adalah berhati-hati untuk jangan keliru menafsirkan barang-barang dengan nama berbeda. Manusia cenderung membuat kesalahan dengan barang yang serupa. Barang yang tampaknya serupa, memiliki nama yang serupa, atau memiliki nomor yang sama harus disimpan berjauhan. Seringkali akan membantu bila menggambar garis besar alat pada papan alat dan menggunakan warna berbeda untuk menghindari kekeliruan. Kemungkinan lain adalah menggunakan garis dan panel nama, sehingga bila tombol dengan nama alat tertentu ditekan, sebuah lampu akan menyala pada papan alat yang dikehendaki. 2. Nama dan Lokasi Segala sesuatu harus memiliki nama yang dapat dimengerti oleh setiap orang dan setiap orang harus memahami apa arti nama itu. Bila barang itu tidak memiliki nama, Anda tidak dapat memberinya tempat dan tidak seorang pun akan mengetahui dimana harus mencarinya. Dalam memberikan tempat penyimpanan, tentukan bukan hanya lokasinya tetapi juga raknya. Tentukan dimana segala sesuatu akan diletakkan dan pastikan bahwa itu benar-benar tempatnya. Nama barang dan lokasinya harus dijadikan satu.

15 54 3. Mempermudah Mengambil dan Menyimpan Barang Seluruh proses ini bertujuan untuk memperlancar pekerjaan, karena bila setiap barang memiliki tempat dan ada ditempatnya masingmasing, hal ini akan mengurangi kekeliruan dan pekerjaan menjadi lancar. Juga akan membantu bila lokasi penyimpanan tidak berserakan di satu tempat. Barang harus disimpan di tempatnya masing-masing, dan sistem itu harus dapat dimengerti, apakah diklasifikasi menurut fungsi, produk, proses, dan sebagainya. Dalam merancang fasilitas penyimpanan, barang berat harus diletakkan di lantai atau di atas roli sehingga mudah dipergunakan. Barang lain dapat digantung pada sangkutan, dan barang yang sring dipakai harus paling mudah ditemukan. Menempatkan barang sehingga mudah ditemukan dan mudah dipergunakan berarti mempermudah pekerjaan yang akan segera dimulai. Sejumlah orang lebih mudah mengambil barang yang diletakkan setinggi lutut atau bahu. Penting untuk memanfaatkan seluruh ruang penyimpanan yang ada. Ini berarti merancang ruang sehingga cocok untuk menyimpan setiap barang.

16 55 H. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Dalam Menyimpan Barang Garis penanda dan tempat penyimpanan barang. Stan, rak, dan roli. Mesin dan alat lain. Mata pisau. Material dan pekerjaan dalam proses. Persediaan untuk hal tak terduga. Minyak. Instrumen dan alat ukur. Barang besar. Barang kecil dan barang yang banyak dipakai. Sediaan barang untuk diberi label dan untuk dipamerkan. I. Menambah Warna Pada Tempat Kerja (Strategi Pengecatan) Lantai : Semua lingkungan kerja dicat dengan warna yang tidak menimbulkan stress. Tempat istirahat sebaiknya memakai warna yang berkesan rileks. Lantai dapat dicat setelah layout telah benar-benar ditentukan dan semua barang mempunyai tempat yang pasti.

17 56 Menggambar garis di lantai Sekali warna lantai telah ditentukan, maka lantai dapat dibagi menjadi bagianbagian dengan menggunakan garis. Garis pemisah Garis pemisah adalah garis yang membedakan lorong dan tempat kerja. Meskipun biasanya garis-garis tersebut berwarna kuning, tetapi dapat juga digunakan warna putih. Garis jalan keluar / masuk Jalan keluar / masuk harus dibuat dan diberi tanda. Ini yang dikenal sebagai garis keluar / masuk Garis pintu masuk Kebanyakan kita telah mengalami bahwa pintu tiba-tiba terbuka langsung di depan. Penting mengetahui dari arah mana pintu terbuka. Garis arus lalu lintas Hal yang penting adalah menetapkan kebijakan arus lalu lintas untuk tempat berjalan dan berkendara di dalam pabrik. Ini adalah cara utama untuk menghindari tabrakan dan kecelakaan. Pola selang seling Pola selang-seling terdiri atas garis miring kuning dan hitam, yang berfungsi sebagai tanda bahaya.

18 57 Garis ruang penyimpanan Ruangan untuk tempat penyimpanan harus jelas dipisahkan dengan garis. Contoh utama adalah meja & tempat kerja yang digunakan untuk menyimpan pekerjaan yang sedang berlangsung Seiso (Resik/Pembersihan) A. Definisi: Terkait kegiatan untuk menciptakan tempat kerja yang selalu bersih. Perlunya untuk membersihkan tempat kerja tiap akhir shift. Kuncinya adalah kebersihan harus senantiasa dilakukan sehari-hari, bukan hanya pada saat tempat kerja sudah kotor. B. Tujuan: Derajat kebersihan disesuikan dnegan kebutuhan. Pencapaian nihil kotoran dan nihil debu. Menemukan masalah kecil pada saat inspeksi kebersihan. Mengerti bahwa kebersihan merupakan bagian dari inspeksi. C. Prinsip: Cleaning merupakan item inspeksi dan derajat dari kebersihan dinilai. D. Kegiatan-kegiatannya adalah: Mengatur prosedur kebersihan harian. Melakukan kebersihan di area kerja.

19 58 Melakukan inspeksi cleaning dan memperbaiki masalah kecil yang ada di area kerja. Membersihkan tempat yang tidak diperhatikan orang. Membuat prioritas 5S. E. Sasaran Seiso 1. Area Penyimpanan Kategori ini termasuk bermacam-macam barang dan tempat. 2. Peralatan Kita harus selalu merawat mesin kita sendiri dan menjaga kebersihan serta kerapiannya. 3. Lingkungan Bila tempat dimana kita bekerja setiap hari tertutup dengan debu yang melekat, kita akan dengan mudah mengalami depresi. F. Ancangan Tiga Langkah Pada umumnya terdapat tiga langkah pembersihan yang benar. Pertama, aktivitas tingkat makro membersihkan segala sesuatu dan mencari cara untuk menangani penyebab keseluruhan yang berkaitan dengan keseluruhan gambaran. Kedua, tingkat individual menangani tempat kerja

20 59 khusus dan mesin khusus. Ketiga, tingkat mikro, dimana suku cadang dan alat khusus dibersihkan dan penyebab kotoran dicari dan diperbaiki. Gambar 2.3 Ancangan Tiga Langkah G. Membersihkan Tempat Kerja dan Peralatan Prosedur Ada empat langkah yang harus diikuti: 1. Bagi daerah itu menjadi beberapa bagian dan alokasikan tanggung jawab untuk tiap bagian. 2. Tentukan apa yang harus dibersihkan, urutannya, dan kemudian kerjakan. Selain itu, setiap orang harus memahami pentingnya pembersihan sehingga sumber masalahnya dapat dianalisis. 3. Revisi cara melakukan pembersihan dan alat yang dipergunakan sehingga tempat yang sukar dibersihkan akan mudah dibersihkan. 4. Tentukan aturan yang harus ditaati supaya barang tampak seperti apa yang dikehendaki.

21 60 Gambar 2.4 Mempromosikan Tempat Kerja yang Lebih Bersih Daerah dan Tanggung Jawab Dalam mengalokasikan tanggung jawab untuk aktivitas 5S, sebaiknya diawali dengan tanggung jawab kelompok untuk daerah tertentu. Kemudian Anda dapat membuatnya menjadi tanggung jawab kelompok dengan satu orang sebagai pemimpin kelompok. Pergantian Tanggung Jawab Tanggung jawab bersama berarti merupakan tanggung jawab setiap orang, tetapi seringkali diartikan bukan sebagai tanggung jawab seseorang. Sejumlah perusahaan mencoba mengatasinya dengan memberikan tanggung jawab secara bergantian kepada anggota kelompok itu. Caranya adalah dengan melakukan pergantian harian yang bertujuan untuk menyebarkan tanggung jawab. Dalam menyebarkan tanggung jawab untuk jenis pekerjaan

22 61 yang tidak disukai orang, seseorang ketika menyelesaikan pekerjaannya harus memastikan bahwa pekerjaan ietu diserahterimakan kepada orang berikutnya. Jika tidak ada tanggung jawab individual yang digariskan dengan jelas dan tidak ada semangat kerjasama dalam memelihar daerah tanggung jawab kelompok, tidak mungkin diharapkan kerjasama yang baik. Membuat Peta Tanggung Jawab Dalam aktivitas 5S, sebaiknya pekerjaan dimulai dengan menganggap tanggung jawab individual dengan pengertian bahwa orang wajib saling membantu dalam mengerjakan bagian yang benar-benar sulit. Anda dapat mulai dengan membuat peta daerah tanggung jawab individual. Dalam melakukan ini, semua tugas harus diberikan sejelas mungkin dan tidak ada satupun yang tidak didefinisikan, tidak ditugaskan atau masih kabur. RESIK Sarana Kebersihan Rencanakan & laksanakan : Apa, berapa dan dimana jenis Alat Kebersihan yang efektif untuk kondisi tempat kerja kita Denah letak alat-alat kebersihan Operasi Pembersihan Awal Rencanakan & laksanakan : Kapan & bagaimana kami bersama-sama membersih kan atap, langit-langit & dinding? Alat apa saja yang dibutuhkanuntuk kegiat- an membersihkan atap dan langit-langit? Dalam jangka waktu berapa lama atap & langit - langit perlu dibersihkan satu kali? Resik per Area /per alat Rencanakan & Laksanakan : Peta dan Label tanggungjawab RESIK Standar warna cat Denah dan Jadwal Pengecatan Perluasan ke area / alat lainnya Diagram 2.3 Diagram Resik/Pembersihan

23 Seiketsu (Rawat/Pemantapan) A. Definisi: Kegiatan ini adalah untuk menjaga sesuatu terorganisir, tertata, dan besih dalam arti merawat apa yang sudah ada. B. Tujuan: Standar manajemen untuk memelihara 5S. Melakukan inovasi dengan visual management sehingga keabnormalan dapat terlihat dengan jelas. C. Prinsip: Visual management dan standarisasi. D. Kegiatan-kegiatannya antara lain: Manajemen secara visual dan penyetandaran 5S (tanda ok, tanda arah, tanda arah buka dan tutup, dan lain-lain). Daerah yang berbahaya ditandai dengan benar. Pemberian kode warna pipa dan label tanda peringatan. E. Menampilkan Ketidaknormalan dengan Kontrol Visual Karena oranglah yang mengendalikan dan mengatur sesuatu, karyawan Anda harus dapat membedakan antara yang normal dengan yang tidak dan melakukan suatu tindakan.

24 63 Ketidaknormalan seringkali merupakan segala sesuatu yang membuat seseorang yang tidak mencarinya gagal menemukannya, tetapi seseorang yang waspada dan penuh perhatian akan menemukannya. Bagaimana Anda dapat memastikan bahwa ketidaknormalan timbul ke permukaan? Dalam pekerjaan sehari-hari, kita menggunakan pikiran untuk mengingat segala sesuatu dan kelima panca indra untuk melaksanakan tugas terbaik kita. Yang penting adalah mengubah indra statis kita menjadi kesadaran yang dinamis. Telah diperkirakan bahwa 60% aktivitas manusia berawal dengan penglihatan. Itulah sebabnya, mengapa manajemen visual kadang-kadang disebut sebagai penjelmaan kesadaran visual. F. Yang Ditonjolkan Oleh Manajemen Visual Berikut ini diringkaskan apa yang ditonjolkan dalam manajemen visual dan yang membuatnya lebih mudah divisualisasikan: Gambar 2.5 Manajemen Visual yang Ditonjolkan

25 64 G. Alat dan Metode Untuk Kontrol Visual Sudah jelas bahwa Anda memerlukan alat bantu visual dalam kontrol visual. Anda harus melatih keterampilan dalam merancang alat kreatif untuk memperlancar proses ini. Tentu saja salah jika hanya mengandalkan tanda visual saja dan Anda juga memerlukan keempat indra lain untuk membantu orang memiliki pemahaman menyeluruh tentang apa yang sedang terjadi. Untuk memberikan gambaran tentang berbagai jenis peragaan kontrol visual yang dibutuhkan, misalnya ada: Peragaan untuk membantu orang mencegah membuat kesalahan operasi. Waspada terhadap bahaya. Indikasi dimana barang harus diletakkan. Penandaan peralatan. Peringatan untuk berhati-hati dan cara operasi. Peragaan pemeliharaan preventif. Instruksi. H. Metode Manajemen Visual Label Peralatan harus diberi label dengan nama dan fungsinya. Hal ini berlaku untuk setiap barang.

26 65 Minyak pelumas. Ini adalah salah satu barang yang paling mudah dimengerti dan setiap wadah harus diberi label dengan jenis (mutu) minyak, warna, dan untuk apa. Label manajemen presisi. Ini harus menunjukkan derajat presisi, tingkat manajemen dan periode berlakunya. Label pemeriksaan tahunan. Pada dasarnya sama dengan stiker pemeriksaan pada mobil Anda yang menunjukkan kapan harus diperiksa. Label harus ditempelkan pada semua peralatan sehingga Anda tidak kehilangan satu pemeriksaan pun. Label temperatur. Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk menunjukkan derajat panas, termasuk label khusus dan pewarnaan. Beberapa barang dapat berubah dengan berubahnya temperatur dan yang lain mencatat temperatur tertinggi sehingga Anda dapat menemukan masalah yang timbul seketika, meskipun kebetulan Anda tidak berada di tempat itu pada saat itu. Label tanggung jawab. Label ini harus menunjukkan siapa yang bertanggung jawab atas apa. Setiap orang harus bertanggung jawab atas sesuatu, dan segala sesuatu harus menjadi tanggung jawab seseorang.

27 66 Label lain. Di antara beberapa label lain yang dapat Anda pergunakan adalah label yang menunjukkan barang itu untuk apa dan menarik perhatian orang untuk memperhatikan keamanan khusus. Label daerah pada meteran. Pada setiap meteran harus ada petunjuk yang jelas tentang nilai normal apa dan dimana daerah berbahayanya. Hal ini harus dicatat dengan jelas di label, mungkin ditekankan dengan pemberian kode warna. Prinsip yang sama berlaku untuk persediaan barang, dan harus ada beberapa indikasi visual bila saatnya tiba untuk memesan ulang. Tanda cocok. Dengan membuat garis pada mesin dan pada baut atau sekrup, Anda dapat mengetahui dengan jelas kapan baut atau sekrup diputar dengan kencang. Selain itu, gagal menyatu dengan garis memberikan tanda visual dengan segera bahwa baut itu lepas. Tanda posisi. Merupakan gagasan yang baik memberikan tanda posisi kecil dimana barang disimpan. Buat gambar telapak kaki dimana orang harus berdiri. Buat tanda di lantai untuk menunjukkan daerah berbahaya. Buat garis untuk menunjukkan dimana alat harus berhenti. Pasang berbagai tanda visual sehingga setiap orang dapat melihat apa yang sedang terjadi dan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi kemudian.

28 67 RAWAT RINGKAS RAPI RESIK Mempertahankan Kondisi Optimum Operasi buka lemari Operasi harta karun Patroli label merah Adakah prosedur untuk menyingkirkan barang yang tidak diperlukan? Kanban sediaan Mencegah kelebihan sediaan Apakah peraturan peminjaman, pengambilan & penyimpanan barang /alat sudah dipatuhi? Mengatasi sumber kotor Mencegah debu melekat Mencegah rembesan cairan & minyak Mencegah kebocoran Mekanisme Kendali Visual Mekanisme Anti Salah Pemeriksaan Berkala Diagram 2.4 Diagram Rawat/Pemantapan Shitsuke (Rajin/Pembiasaan) A. Definisi: Kegiatan untuk membentuk kebiasaan, terkait dengan melakukan segala hal dengan benar dan memastikan tempat dalam keadaan selamat. B. Tujuan: Partisipasi penuh dalam hal pengembangan kebiasaan dalam hal mematuhi aturan di tempat kerja. Melakukan komunikasi dan umpan balik secara rutin. C. Prinsip: Pembiasaan dan disiplin di tempat kerja. D. Kegiatan-kegitannya antara lain adalah : Semua melakukan cleaning dan menyediakan waktu untuk olahraga dengan rutin.

29 68 Kenakan alat safety dengan baik. Latihan terhadap penanganan keadaan darurat (emergency). Pembuatan manual 5S. Pembiasaan disiplin ditempat kerja. E. Pembentukan Kebiasaan Tidak terlalu sulit memiliki kebiasaan untuk melaksanakan apa yang diharapkan dari Anda. Biasakan (sistematisasi) perilaku jika Anda menginginkan hasil yang baik. Perbaiki komunikasi dan pelatihan untuk memperoleh mutu yang terjamin. Atur supaya setiap orang mengambil bagian dan setiap orang melakukan sesuatu, kemudian mengimplemetsikannya. Atur segala sesuatu sehingga setiap orang merasa tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan. Orang harus mengungkapkan dengan kata-kata tanggung jawab masing-masing setiap hari, dan mereka harus melaksanakannya. Jika mereka membuat kesalahan, manajemen harus menunjukkannya dan memastikan bahwa hal itu diperbaiki.

30 69 Inilah cara melembagakan praktik yang baik, dan bagaimana Anda menciptakan tempat kerja yang disiplin. Setiap orang bekerja sama memperkuat tim dan memperkuat perusahaan. F. Kampanye Ketaatan Pada Peraturan Praktik adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa orang-oarang dapat melakukan apa yang harus mereka lakukan setiap hari. Walaupun rutinitas sehari-hari harus selalu memperkuat kebiasaan baik, seringkali hal itu merupakan pekerjaan yang membosankan serta menghalangi kemampuan seseorang. Itulah sebabnya Anda harus membuat tema khusus untuk membahas latihan dan menyuruh setiap orang mempraktikan hal yang sama. Usahakan supaya Anda dapat menemukan suatu cara untuk membuat permainan mengenai hal itu mula-mula untuk kesenangan kemudian sebagai kompetisi. Sekalipun orang telah mengetahui bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikan dengan cara ini akan menyegarkan ingatan dan mengasah keterampilan.

31 70 RAJIN Informasi Tepat Waktu Kebiasaan Positif Organisasi Pembelajar Penjabaran Quality Objective Butir informasi: Efisiensi Produktivitas Efektivitas Cycle Time Set up Time Break Down Delay Hasil Evaluasi 5R Kegiatan KAIZEN dll. Tepat janji Tepat waktu Tata cara komunikasi telepon One sheet report One point lesson Kaizen Visual Information board Satu ide kaizen perorang per bulan Rencanakan & Laksanakan Pembagian kelompok belajar Penetapan tema belajar dan jadwal pertemuan Jadwal & kegiatan kelompok belajar Jabarkan Quality objective sampai tingkat perorangan Monitor dan evaluasi pencapaian Q.O. Sesi umpan balik Diagram 2.5 Diagram Rajin/Pembiasaan 2.3 Tujuan dan Manfaat 5S Tujuan dari penerapan 5S: Mengeliminasi waste/pemborosan (barang, waktu, tempat). Aktivitas 5S lebih menekankan pada pentingnya keteraturan pada tempat kerja. Hal ini merupakan pentingnya dalam hal pencegahan terhadap accident, pencegahan kebakaran atau tergelincir karena kebocoran oli. Untuk meningkatkan efisiensi ditempat kerja, misalnya waktu yang dibutuhkan dalam pencarian alat-alat dapat dikurangi jika alat-alat tersebut diatur rapi dan mudah dikenali penempatanya. 5S berpengaruh juga terhadap quality, khususnya pencegahan kontaminasi dalam produk.

32 71 Menjaga lingkungan kerja dalam keadaan baik, mewujudkan tempat kerja yang nyaman dan pekerjaan yang menyenangkan. Melatih manusia pekerja yang mampu mandiri mengelola pekerjaannya. Mewujudkan perusahaan bercitra positif di mata pelanggan tercermin dari kondisi tempat kerja. Manfaat dari penerapan 5S: Meningkatkan kualitas. Mencapai standarisasi kerja. Mengurangi waktu lembur dan waktu siklus. Mengurangi biaya simpan dan mengurangi downtime mesin Meningkatkan moral pekerja. Lingkungan kerja menjadi bersih dan rapi. Peningkatan produktivitas para pekerja dan menambah motivasi kerja. Mengurangi pemborosan serta mengurangi tingkat kecelakaan. Memberikan keamanan dan keselamatan dalam bekerja. Menumbuhkan kedisiplinan dalam bekerja. Meningkatkan keuntungan.

33 S + 1 (SAFETY) Seiring dengan penggunaan program 5S di perusahaan-perusahaan ataupun organisasi, maka berbagai macam faktor ditambahkan ke dalam komponen 5S. Salah satu faktor yang sangat berkaitan dengan 5S adalah faktor keselamatan (safety). Faktor keselamatan merupakan faktor yang sangat penting, bahkan di beberapa perusahaan menjadi pokok bahasan tersendiri dan program tersendiri sebagai wujud keseriusan perusahaan terhadap keselamatan dan untuk mencapai tingkat keselamatan yang tinggi. Untuk itu pula di beberapa perusahaan yang menerapkan 5S, faktor safety kerap kali dikaitkan dan ditambahkan ke dalam program yang kemudian dikenal sebagai sistem 5S + 1 (Safety). Sistem 5S sendiri memberikan manfaat dan kontribusi yang besar dalam hal pencapaian dan peningkatan angka keselamatan di pabrik. Oleh karena itu, faktor safety ini dirasa perlu untuk dikaitkan dan dijalankan seiring dengan sistem 5S. 5S + 1 (Safety) merupakan salah satu sistem yang menawarkan cara untuk meng-upgrade performa perusahaan ataupun organisasi dengan fokus pada efektivitas organisasi lingkungan kerja dan standarisasi prosedur kerja. 5S + 1 (Safety) akan menyederhanakan lingkungan kerja Anda bersamaan dengan itu juga memperbaiki efisiensi kualitas serta keamanan kerja (safety).

34 73 Filosofi 5S + 1 (Safety) Proses improvement yang apabila diterapkan secara penuh & berkelanjutan akan memberikan: 1. Pengaruh peningkatan moral dari para pekerja secara menyeluruh. 2. Menciptakan kesan yang positif dari pihak customer/pelanggan. 3. Meningkatkan efisiensi perusahaan ataupun organisasi. Alasan Penerapan 5S + 1 (Safety): 1. Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja akan memberikan kenyamanan dan keselamatan kerja. 2. Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja akan meningkatkan produktivitas kerja. 3. Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja akan meningkatkan efisiensi terhadap waktu kerja. 4. Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja akan menghasilkan produk berkualitas dengan jumlah defect yang rendah. 5. Kerapian dan kebersihan lingkungan kerja akan mempromosikan organisasi/perusahaan, control secara visual dan kebersihan terhadap pelanggan ataupun calon pelanggan.

35 Metode Analisis Data dan Pemecahan Masalah Diagram Pareto Pareto chart menyediakan fakta yang dibutuhkan untuk memilih prioritas kendala/resiko yang hendak diperbaiki. Pareto chart bekerja dengan memaparkan dan mengorganisir informasi untuk menunjukkan kepentingan relatif dari berbagai masalah atau penyebab masalah. Adapun bentuk dari Pareto chart ini sendiri merupakan hubungan antara sumbu horizontal yang menempatkan item dalam urutan (dari nilai tertinggi hingga terendah) dengan nilai satuan dari item itu sendiri seperti frekuensi, harga, dan waktu. Menempatkan masalah dalam urutan frekuensi yang semakin menurun, akan mempermudah penentuan masalah yang paling penting dan akar penyebab masalah yang memberikan dampak terbesar. Dengan demikian tim dapat fokus pada usaha penanggulangan dari dampak potensial terbesar tersebut. Dalam pareto chart ini dikenal apa yang dinamakan The Pareto Principles, yang menyatakan bahwa ketika beberapa faktor mempengaruhi situasi, faktor yang paling sedikit akan memberikan dampak yang paling tinggi. Gunakanlah pareto chart untuk mengidentifikasikan beberapa isu vital dengan menerapkan aturan perbandingan 80:20, artinya 80% peningkatan dapat dicapai dengan memecahkan 20% masalah terpenting yang dihadapi.

36 Diagram Sebab-Akibat (Fishbone Diagram) Diagram sebab akibat dibuat oleh Kaurou Ishikawa pada tahun 1943 dan kemudian disebut sebagai diagram Ishikawa. Pada tahun 1950 di Jepang, Kaurou Ishikawa menjadi salah satu cara untuk menggambarkan penyebab dari suatu masalah. Diagram fishbone-nya ata yang lebih dikenal dengan Ishikawa Fishbone membantu menangkap dan menggambarkan berbagai kemungkinan penyebab dari suatu masalah dan menjadi suatu standar dalam analisis akar masalah (root cause analysis). Dimulai dengan masalah, kemudian dijabarkan berbagai kemungkinan penyebab dengan membagi cabang menjadi beberapa kategori seperti tulang ikan. Kategori-kategori tersebut diantaranya adalah material, method, machine, measurement, environment, dan people. Gambar 2.6 Diagram Sebab-Akibat Cause and Effect analysis mengelompokkan dan menghasilkan hipotesa tentang kemungkinan-kemungkinan penyebab masalah dalam suatu proses dengan

37 76 mendaftarkan seluruh penyebab dan efek yang ditimbulkan dari problem yang ditemukan. Alat analisis ini menyusun sejumlah informasi dengan menunjukkan hubungan antara kejadian dengan kemungkinan/ penyebab aktualnya dan menyediakan gambaran tentang mengapa terjadi masalah dan apa kemungkinan efek yang diakibatkan dari masalah tersebut. Cause and Effect analysis memberi peluang bagi problem solver untuk memperluas pemikiran mereka dan melihat gambaran keseluruhan dari masalah. Diagram cause and effect dapat merefleksikan baik penyebab masalah yang menghambat pencapaian keadaan ideal yang diinginkan maupun faktor lain yang berguna dalam pencapaian keadaan ideal tersebut Root Cause Analysis (5 Whys) Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menggali akar penyebab masalah (root cause analysis) adalah dengan menggunakan metode 5Whys. 5 Whys adalah suatu metode untuk menggali penyebab masalah yang lebih mendalam secara sistematis untuk menemukan cara penanggulangan yang lebih dalam pula. Mengidentifikasi akar penyebab masalah dan mengembangkan tindakan penanggulan. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Sakichi Toyoda dan digunakan sebagai metodologi Toyota Motor Corporation selama perkembangan manufaktur

38 77 mereka. Metode ini merupakan bagian penting dari proses penyelesaian masalah yang menjadi bagian dari Toyota Production System. Taiichi Ohno seorang manajer Toyota pada tahun 1950 menjelaskan bahwa metode 5 Whys adalah dasar dari pendekatan ilmiah Toyota. Ia mengatakan pemecahan masalah yang sebenarnya membutuhkan identifikasi akar penyebab bukan sumber, akar penyebab terletak tersembunyi di balik sumber. Dengan mengulang bertanya mengapa sebanyak lima kali, masalah yang sebenarnya akan ditemukan begitu juga dengan solusinya. Metode 5 Whys ini sangat berguna ketika permasalahan yang diangkat melibatkan faktor manusia (human factors) atau interaksi. Manfaat 5 Whys: Membantu mengidentifikasi akar penyebab (root cause) dari suatu permasalahan. Menentukan hubungan antara akar penyebab yang berbeda-beda dari suatu permasalahan. Merupakan tools yang sederhana, mudah untuk diselesaikan tanpa analisis secara statistik. Cara mengerjakan 5 Whys: 1. Tulis/jabarkan masalah yang ditemukan. Dengan menulis atau menjabarkan masalah akan membantu dalam menyusun atau merumuskan masalah dan

39 78 menjelaskannya dengan lengkap. Ini juga membantu tim untuk tetap fokus pada permasalahan yang sama. 2. Bertanya mengapa masalah dapat terjadi dan menuliskan jawabannya dibawah masalah. 3. Jika jawaban yang dikemukakan belum mengena pada permasalahan yang dijabarkan pada step 1, maka lanjutkan bertanya mengapa dan tulis jawabannya ke bawah. 4. Terus lakukan step 3 hingga tim setuju bahwa akar penyebab masalah telah ditemukan. Bertanya mengapa ini dapat dilakukan kurang atau lebih dari lima kali. Berikut beberapa bentuk penulisan 5Whys: Gambar 2.7 Bentuk Root Cause Analysis Menggunakan Metode 5 Whys - 1

40 79 Gambar 2.8 Bentuk Root Cause Analysis Menggunakan Metode 5 Whys - 2 Gambar 2.9 Bentuk Root Cause Analysis Menggunakan Metode 5 Whys 3

41 80 5 Whys dan Fishbone Diagram Metode 5 Whys dapat digunakan secara individual/berdiri sendiri atau dapat menjadi bagian dari fishbone diagram. Fishbone diagram membantu dalam mengungkapkan keseluruhan penyebab (cause) yang mungkin/potensial dari suatu masalah. Setiap inputs cause yang dijabarkan pada fishbone diagram dapat digunakan pada metode 5 Whys untuk digali lebih dalam lagi akar penyebabnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membuat perancangan 5S diperlukan panduan untuk menunjang penulisan skripsi ini yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku-buku mengenai 5S. 2.2

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Apa itu 5S? Koni-Chi-Wa Let s start 5S. 5S memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan

Lebih terperinci

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 Apa yang anda rasakan jika suasana kerja seperti ini? Good Housekeeping A messy shop can hide hazards! Keep it clean Bad Housekeeping Poor housekeeping

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN Sosialisasi PROGRAM 5R Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang - Bersih - Rapih - Terawat - Disiplin kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. (Benarkah?) Kantor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teknik Tata Cara Kerja Teknik tata cara kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan ( design ) terbaik dari sistem kerja.

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data

Bab 3. Analisis Data Bab 3 Analisis Data PT. Nippon Ceramics Indonesia terletak di Cikarang, produk yang dihasilkan adalah berupa filter untuk menyaring emisi gas pembuangan kendaraaan bermotor ( 車両 ). Pada pertengahan 2007

Lebih terperinci

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Kerja praktik di laksanakan di PT. Hino Motor Sales Indonesia Tangerang, perusahaan ini bergerak dalam bidang Sales, Service, Spare parts

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

No HP : Trainer Agri Group Tier-2

No HP : Trainer Agri Group Tier-2 No HP : 082183802878 Tujuan training : Mengubah paradigma operator mesin bahwa kinerja mesin tidak hanya ditentukan oleh departemen maintenance tetapi oleh operator mesin juga. Mesinnya Rusak Kamu Merusak

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gudang 2.1.1 Definisi Gudang Menurut Mulcahy (1994, p12) Gudang adalah suatu fungsi penyimpanan berbagai macam jenis produk yang memiliki unit-unit penyimpanan dalam jumlah besar

Lebih terperinci

Written by Administrator Monday, 28 February :18 -

Written by Administrator Monday, 28 February :18 - Melihat lingkungan kerja yang rapi dan bersih tentu saja akan membangkitkan semangat kerja kita. Coba kita pikirkan, berapa lamakah waktu kita dalam sehari yang kita gunakan di tempat kerja? Mungkin bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap berkompetisi. Hal ini tidak terjadi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir DELAPAN LANGKAH 8. Menetapkan target 1. Menentukan tema & analisa situasi 9. Standarisasi & rencana 2. Menetapkan target 6. Evaluasi hasil 3. Analisa faktor penyebab

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 81 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Dalam melakukan penelitian di PT. Multi Bintang Indonesia mengenai penerapan 5S, peneliti menyusun suatu kerangka berpikir yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

Fishbone Diagram dan Langkah- Langkah Pembuatannya

Fishbone Diagram dan Langkah- Langkah Pembuatannya Fishbone Diagram dan Langkah- Langkah Pembuatannya By Eris Kusnadi Fishbone diagram (diagram tulang ikan karena bentuknya seperti tulang ikan) sering juga disebut Cause-and-Effect Diagram atau Ishikawa

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU

Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN LATIHAN KERJA DALAM NEGERI BANDUNG Diunduh: Djoko Sujono dari: https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/08/06/5s-seiri-seitonseiso-seiketsu-shitsuke/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

WHAT IS LEAN MANAGEMENT?

WHAT IS LEAN MANAGEMENT? WHAT IS LEAN MANAGEMENT? Lean thinking is lean, because it provides a way to do more and more with less and less Less human resources, less equipment, less time, less space More efficient, more product,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Kurniawan, H (2013) melalui penelitiannya yang berjudul Studi Deskriptif Manajemen Kualitas dengan Metode 5S di

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

Diagram Fishbone. Langkah langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram fishbone sebagai berikut:

Diagram Fishbone. Langkah langkah untuk menyusun dan menganalisa diagram fishbone sebagai berikut: Diagram Fishbone Diagram Cause and Effect atau Diagram Sebab Akibat adalah alat yang membantu mengidentifikasi, memilah, dan menampilkan berbagai penyebab yang mungkin dari suatu masalah atau karakteristik

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理,

Bab 3. Analisis Data. Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, Bab 3 Analisis Data Pada bab sebelumnya penulis membahas teori tentang 5 S, yaitu (seiri 整理, seiton 整頓, seiso 清掃, seiketsu 清潔, shitsuke 仕付 ), atau bisa juga disebut 5 R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Home industry pembuatan tempe sebuah usaha yang memproduksi tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

Manfaat Penerapan 5R Zero waste Zero injury Zero breakdown Zero defect Zero set up time Zero late delivery Zero customer claim Zero defisit

Manfaat Penerapan 5R Zero waste Zero injury Zero breakdown Zero defect Zero set up time Zero late delivery Zero customer claim Zero defisit Sosialisasi 5R Apa Itu 5R??? 2 Apa Itu 5R??? 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI III GUGUS KENDALI MUTU (GKM) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 2 GUGUS KENDALI MUTU Definisi Kelompok karyawan yang terdiri dari tiga sampai sepuluh orang dari pekerjaan sejenis,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MANAJEMEN KUALITAS DENGAN METODE 5S DI GUDANG HYPERMARKET X SURABAYA

STUDI DESKRIPTIF MANAJEMEN KUALITAS DENGAN METODE 5S DI GUDANG HYPERMARKET X SURABAYA STUDI DESKRIPTIF MANAJEMEN KUALITAS DENGAN METODE 5S DI GUDANG HYPERMARKET X SURABAYA Henry Kurniawan S Manajemen/Fakultas Bisnis dan Ekonomika henry_kurniawan@y7mail.com Abstract Hypermarket X merupakan

Lebih terperinci

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab 7 Kesimpulan dan Saran Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik Aktual o Meja Kerja Dimensi meja kerja aktual, yaitu panjang meja sebesar 1400 mm, lebar meja 700 mm, dan tinggi meja 750 mm. Panjang meja aktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu usaha besar maupun kecil yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari usaha tersebut salah satunya adalah tercapainya keuntungan yang maksimal selama beroperasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement

Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Corrective Action, Preventive Action and Continuous Improvement Definisi Salah satu pertanyaan yang sering diajukan saat pelatihan sistem manajemen mutu adalah Apa perbedaan Corrective Action, Preventive

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2

Daftar Isi. Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2 Daftar Isi Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2 1. Tiga Jenis Kecelakaan Yang Sering Terjadi di Tempat Kerja 3 2. Mengapa Kecelakaan Bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan percetakan CV. Sumber Bahagia.Lokasi penelitian di jalan Moch Suyudi no 34 Semarang. Alasan memilih lokasi di

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis percetakan semakin maju dan tumbuh semakin cepat dengan menggunakan teknologi mesin cetak yang modern. Persaingan percetakan semakin banyak dikarenakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KWM adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur aksesoris garmen yang terbuat dari timah dan menerima pesanan pewarnaan metal. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang paling

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel Pioneer Motor merupakan bengkel umum di Bandung yang menawarkan jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin mobil. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bagian perbaikan mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S LEMBAGA PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER RUBRIK AUDIT 5S 1 RINGKAS 1.1 Komponen atau bahan kerja (office: kertas kerja, file dokumen; lapangan : oli, spare part, dll ;fasos-fasum : gula,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kondisi fasilitas fisik saat ini masih kurang baik karena kursi kerja yang digunakan tidak memiliki sandaran, beberapa stasiun kerja tidak memiliki meja dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal

BAB 4 PEMBAHASAN. dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Survei Pendahuluan Pelaksanaan audit manajemen pada PT. MJPF Farma Indonesia akan dimulai dengan survei pendahuluan. Tahap ini merupakan langkah awal dalam mempersiapkan dan merencanakan

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian sebuah tugas akhir, metodologi penelitian mempunyai peranan penting sekali, karena pada metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah

Lebih terperinci

PENERAPAN 5S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROOT CAUSE ANALYSIS PADA DEPARTEMEN PACKAGING DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA

PENERAPAN 5S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROOT CAUSE ANALYSIS PADA DEPARTEMEN PACKAGING DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA PENERAPAN 5S DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROOT CAUSE ANALYSIS PADA DEPARTEMEN PACKAGING DI PT. MULTI BINTANG INDONESIA TUGAS AKHIR Oleh Martania Anugrahani 0800776141 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang Petunjuk Sitasi: Z., M. M., & Lenggogeni, P. (2017). Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, apabila suatu perusahaan didukung dengan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, apabila suatu perusahaan didukung dengan Sumber Daya Manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber daya manusia erat kaitannya dalam hal kemajuan suatu perusahaan, apabila suatu perusahaan didukung dengan Sumber Daya Manusia yang ahli dibidangnya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1) Tata letak tempat kerja saat ini : Tata letak tempat kerja keseluruhan PT Kecap Salem pada saat ini masih kurang baik. Gang yang terdapat dalam pabrik hanya

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Percetakan Karet UKM Dian Rubber adalah sebuah perusahaan yang mencetak lembaran karet menjadi sebuah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus memiliki kinerja yang optimal, sehingga perusahaan tersebut dapat tetap unggul dalam persaingan.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Jenis cacat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan CV. Sumber Bahagia adalah Perusahaan yang bergerak di bidang percetakan Digital yang didirikan oleh Bapak Tommy Handoko

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA Nama : Indah Wulandari NPM : 34413373 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Stephanus Benedictus Bera

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, Perusahaan Cahaya Abadi belum

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Jenis cacat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MACHINE AVAILABILITY

AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MACHINE AVAILABILITY AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN MACHINE AVAILABILITY Meningkatkan Output 1.03-AM Support-R2 1/20 PERUBAHAN PERAN PERAWATAN PERAN LAMA PERAWATAN PERAN BARU PERAWATAN Peran perawatan sebagai pakar PERAN OPERATOR

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melalui beberapa tahap seperti pengumpulan data, pengolahan data dan analisis diperoleh kesimpulan hasil

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH

DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH PERANCANGAN PERBAIKAN AREA PERMESINAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD (PERSERO) UNTUK MEMINIMASI WASTE MENGGUNAKAN METODE 5S DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar

BAB V ANALISA HASIL. penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Data Dari data-data produktivitas yang didapat dari hasil pengolahan data, penulis melakukan analisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang menjadi akar penyebab terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Gerakan kerja operator berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan gerakan-gerakan kerjanya, tata letak tempat kerja, dan perancangan

Lebih terperinci